TESIS
Oleh :
MELVA
047023013/AKK
0000
00000
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Melva : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Kanker Leher Rahim Pada Penderita Yang Datang Berobat Di
RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2008, 2008
USU Repository © 2008
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN
KANKER LEHER RAHIM PADA PENDERITA YANG DATANG
BEROBAT DI RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN TAHUN 2008
TESIS
Oleh :
MELVA
047023013/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
2
Judul Tesis : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEJADIAN KANKER LEHER RAHIM PADA
PENDERITA YANG DATANG BEROBAT DI RUMAH
SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN
TAHUN 2008
Nama Mahasiswa : Melva
Nomor Pokok : 047023013
Program Magister : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Konsentrasi : Epidemiologi
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Melva : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Kanker Leher Rahim Pada Penderita Yang Datang Berobat Di
RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2008, 2008
USU Repository © 2008
Telah diuji
Melva : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Kanker Leher Rahim Pada Penderita Yang Datang
Berobat Di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2008, 2008
USU Repository © 2008
PERNYATAAN
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi, dan sepanjang sepengatahuan saya juga tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali
yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Melva
i
ABSTRAK
ii
ABSTRACT
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
Dalam penulisan tesis ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai
Ketua Komisi Pembimbing, dr. Deri Edianto, Sp.OG(K) selaku anggota komisi
pembimbing serta dr. Rahayu Lubis, M.Kes. selaku anggota komisi pembimbing
yang telah meluangkan waktu, tenaga dan fikiran untuk membimbing penulis
mulai dari pembuatan proposal hingga selesainya penulisan tesis ini. Tidak lupa
ucapan terimakasih kepada Ibu Ria Masniari, MS,. dr. Jules H. Hutagalung, MPH
dan yang telah menyediakan waktu, menjadi Dosen Pembanding dan tim penguji
tesis ini. Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan rasa terimakasih
kepada Bapak/Ibu :
Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr, Ir. T.Chairun Nisa B, MSc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
v
3. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, sebagai Ketua Program Studi Administrasi
5. Ibu Prof. Dr.Dra. Ida Yustina, MSi. selaku Sekretaris Program Studi
Universitas
Sumatera Utara.
7. Ibu Ir. Zuraidah Nasution, M.Kes. selaku Direktur Poltekkes Depkes Medan
Penulis yakin dalam tesis ini terdapat kekurangan, untuk itu penulis
menerima masukan, kritik dan saran demi perbaikan tesis ini. Semoga Tuhan
Medan,
Penulis
vi
RIWAYAT HIDUP
Nama : Melva
Tempat/tanggal Lahir : Pematang Siantar, 23April 1961
Pekerjaan : Staf Pengajar Politeknik Kesehatan Jurusan
Kebidanan Medan
Alamat : Jalan Sido Mulyo Dusun VI Pasar IX Tembung
Riwayat Pendidikan
1967 - 1973 : SD TP Mardi Lestari Medan :
1973 - 1976 SMP TP Mardi Lestari Medan :
1976 - 1980 SMA Negeri IV Medan
1980 - 1983 : Fakultas Non Gelar Kesehatan Program D III
Keperawatan Universitas Darma Agung Medan
1999 - 2000 : D IV Perawat Pendidik USU Medan
2004 - 2008 : Sekolah Pascasarjana USU Medan
Riwayat Pekerjaan
1986 - Sekarang : Staf Pengajar Politeknik Kesehatan Medan
vii
DAFTAR ISI
Halaman.
ABSTRAK .......................................................................................................... i
ABSTRACT ........................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ v
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x
viii
BAB 4. HASIL PENELITIAN ......................................................................... 39
4.1. Deskripsi Rumah Sakit Umum Pusat. H.Adam Malik ................ 39
4.2. Hasil Penelitian ............................................................................ 41
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka Teori......................................................................... 27
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
500.000 kasus baru kanker leher rahim terjadi setiap tahunnya di dunia, 80% dari
penderita kanker didunia bertambah 6,25 juta orang atau setiap 11 menit ada satu
penduduk meninggal dunia karena kanker dan setiap 3 menit ada satu penderita
meninggal setiap tahun akibat kanker, 2/3 dari penderita kanker tersabut berada
Ratna 2004).
KRL menduduki urutan ke 8 diantara kanker pada wanita , dengan angka kejadian
xiii
sebesar 13.500 kasus. Di Asia pada tahun 2000 incidence rate KLR di temukan
sebanyak 510/ 100.000.wanita dengan case fatality rate ( CFR ) sebesar 39,8 %.
tahun, puncak kejadian pada usia 35-39 tahun dan 60-64 tahun, dengan usia rata-
rata 52 tahun.
kasus KLR setiap tahunnya, atau 100 kasus per 100.000.wanita., 70 % kasus yang
KLR saat ini masih menempati urutan pertama setelah kanker payudara.
Incidence kanker saat ini di perkirakan 100 per 1000.000 ribu pertahun atau
Penyakit kanker merupakan hal yang sangat menakutkan, karena penyakit ini
peningkatan penyakit kanker dan menjadi salah satu penyebab kematian usia
penyebab kematian karena kanker semakin meningkat dari 1,3 % pada tahun
1976, menjadi 3,4 % pada tahun 1980. Pada tahun 1986, meningkat menjadi 4,3 %
xiv
Di Sumatera Utara diperoleh data dari Dinas Kesehatan Provinsi jumlah
penderita kanker leher rahim pada tahun 1999 tercatat 475 kasus, tahuan 2000
menempati peringkat teratas dari seluruh kanker pada wanita. Pada tahun 1999
terdapat 57 kasus, tahun 2000 sebanyak 66 kasus, dan tahun 2001 sebanyak 85
kasus, 2002 sebanyak 62 kasus dan tahun 2003 sebanyak 92 kasus, tahun 2004
sebanyak 72 kasus, dan 2005 sebanyak 98 kasus. Data dari RSUP. Haji Adam
Malik Medan penderita KLR tahun 2001 sebanyak 55 kasus,tahun 2002 sebanyak
53 kasus dan tahun 2003 sebanyak 56 kasus, tahun 2004 sebanyak 62 kasus, tahun
2005 (111 kasus) dan tahun 2006 (140 kasus), 2007 (215 kasus).
waktu 5 tahun terakhir sangat tinggi yaitu sebanyak 66,1% dari 327 kasus
kematian kanker ginekologik, disusul oleh Ovarium 22,6%, uterus 2,4%, vulva
Menurut Edianto (2006) lebih dari 90% penyebabnya KLR saat ini akibat
Selain HPV, ada beberapa faktor resiko untuk terjadinya KLR yaitu (1)
Insidens lebih tinggi pada yang kawin dari yang tidak kawin, (2) Perempuan
kawin usia muda atau koitus pertama usia < 16 tahun, (3) Insidens meningkat
dengan tingginya paritas, (4) Golongan sosial ekonomi rendah yang berkaitan
dengan pendidikan yang rendah, kawin usia muda, hygiene seksual jelek, paritas
xv
tinggi serta pekerjaan dan penghasilan yang tidak tetap, (6) Aktivitas seksual
sering berganti pasangan (promiskuitas), (7) Hubungan seks dengan lelaki yang
memiliki penderita kanker leher rahim uteri, sering pada wanita yang mengalami
dideteksi dan ditanggulangi sejak dini, namun dikarenakan minimnya gejala yang
ditimbulkan oleh KLR, maka penanganan terhadap penyakit ini sering kali
sakit dengan tingkat sensitivitas yang cukup baik dan tergolong murah. Papsmear
efektif menurunkan angka kejadian dan kematian yang diakibatkan oleh kanker
leher rahim.
ditemukan pada saat skrining dengan Papsmear. Melalui papsmaer KLR dapat
maju yang telah cukup lama melakukan program penyaringan (screening), melalui
xvi
papsmear dapat menemukan penyakit pada tingkat pra kanker , dan angka
Di Kanada insidens kanker serviks turun dari 28,4 menjadi 6,9 per 1000
wanita dan angka kematian turun dari 11,4 menjadi 3,3 per 1000 wanita selama 20
Menurut Hacker & Moore (2001) di Amerika Serikat tahun 1990 KLR
telah banyak berkurang sejak tahun 1930. Sebagian penurunan KLR berhubungan
sebagian besar penderita KLR, baru datang berobat setelah stadium lanjut, sekitar
70% penderita datang dalam stadium lanjut , hal ini karena masih kurangnya
Data Rumah Sakit Kanker Dharmais 1993-1997 dari 710 kasus baru,
sebesar 65 % pasien datang pada stadium lanjut ( IIB-IV )dengan angka ketahanan
hidup, dalam dua tahun stadium lanjut berkisar 53,2% dan untuk stadium awal
xvii
1.2 Perumusan Masalah
permasalahan adalah masih tingginya angka kejadian kanker leher rahim, dan
deteksi dini yang dilakukan pada penderita yang datang berobat dan rawat inap di
yang datang berobat dan rawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan.
1. Ada pengaruh usia pertama kali kawin dengan kejadian kanker leher rahim
leher rahim
xviii
5. Ada pengaruh merokok dengan kejadian kanker leher rahim
rahim
2. Hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi bahan acuan bagi penelitian
xix
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Sarjadi (1995) Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada
serviks uteri, suatu daerah pada organ perempuan yang merupakan pintu masuk
( Sjamsudin, 2001 ).
ASR). Di negara Thailand didapatkan bahwa dalam kurun waktu 5 tahun ( 1983 -
1987 ) sebesar 33,2 % , Korea Selatan dalam kurun waktu 2 tahun sebesar 23,2 %
, India dalam kurun waktu 1 tahun ( 1982 ) sebesar 41,7 %, sedangkan Myanmar
Secara umum di seluruh dunia, baik insiden dan mortalitas KLR berada
pada urutan kedua setelah kanker payudara , sedangkan pada negara berkembang
xx
KLR masih menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian pada wanita
(Sarjadi , 1995 ).
Diantara tumor ganas ginekologi sebesar 68,90 % , diperkirakan terdapat 200 ribu
kasus baru pertahunnya. Insidens rate penderita kanker di Indonesia berjumlah 100
kematian meningkat dari tahun ke tahun, yaitu 4,8 % tahun 1989 menjadi 5 %
tahun 1992 serta 4,9 % tahun 1995, dan 6,0 % tahun 2001, dimana kanker
pertama dari kejadian kanker secara keseluruhan ataupun dari kejadian kanker
Indonesia proporsi KLR menduduki peringkat tertinggi yaitu 16,0 %, disusul oleh
kanker hati / hepatoma (12,0 %), payudara (10,0%), kanker paru (9,0 %), kanker
kulit (7,5 %), kanker nasofaring (7,0 %0, leukemia (5,0 %), kanker usus besar (4,5
Data dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dari 1717 kasus kanker
ginekologi dalam kurun waktu 1989 - 1992 (3 tahun) terdapat 76,2 % diantaranya
adalah KLR. Kematian karena KLR di RSCM tahun (1990-1994 ) sangat tinggi
xxi
yaitu sebanyak 66,1 % dari 327 kasus kematian kanker ginekologik , disusul oleh
kanker ovarium 22,6 % ,penyakit trofoblas ganas 7,3 % , kanker uterus 2,4 %
KLR jarang terjadi sebelum umur 20 tahun, umur rerata dari kejadian ini
Periode laten dari fase pra invasif menjadi invasif memakan waktu sekitar
10 tahun, hanya 9 % dari wanita berusia < 35 tahun menunjukkan KLR invasif
pada saat didiagnosis sedangkan 53 % dari Karsinoma insitu terdapat pada wanita
Anatomi di Indonesia (2000), KLR ditemukan pada wanita yang berusia antara 25
tahun dan 60 - 64 tahun. Sebenarnya pada usia di bawah 15 tahun pun kanker ini
sudah berkembang akan tetapi baru tampak gejala setelah 10 sampai 30 tahun
kemudian. Pada wanita kulit putih dan kulit hitam paling sering terjadi pada usia
xxii
2.3 Faktor - Faktor Yang mempengaruhi terjadinya Kanker Leher Rahim
Penyebab KLR belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan
2.3.1 Umur
insiden terbanyak pada umur 40 - 50 tahun, dan akan menurun drastis sesudah
dijumpai pada umur 45 tahun serta menurut Davis dan banyak peneliti lainnya
mengemukakan dalam 1000 per 100.000 dari kanker intra epitalia dijumpai pada
Periode laten dan fase pra invasif untuk menjadi invasif memakan waktu
sekitar 10 tahun. Hanya 9 % dari wanita berusia < 35 tahun menunjukkan KLR
yang invasif pada saat didiagnosa, sedangkan 35 % dari KLR terdapat pada wanita
sangat rendah di bawah umur 20 tahun dan sesudahnya menaik dengan cepat dan
menetap pada usia 50 tahun. Sedangkan KLR mulai naik pada umur lebih awal,
dan puncaknya pada umur 30 - 34 tahun, dan mencapai puncak menetap pada usia
tetapi bukti statistik menunjukkan bahwa KLR dapat juga menyerang wanita
xxiii
2.3.2 Pendidikan
kejadian KLR terdapat hubungan yang kuat, dimana KLR cenderung lebih banyak
tingkat sosio ekonomi, kehidupan seks dan kebersihan. Sedangkan penelitian yang
dengan kejadian KLR OR= 2,012 dengan kata lain penderita KLR yang
KLR .
2.3.3 Pekerjaan
ringan atau bekerja di kantor. Dua kejadian yang terpisah memperlihatkan adanya
hubungan antara KLR dengan pekerjaan. Para istri pekerja kasar 4 kali lebih
mungkin terkena KLR dibandingkan para istri pekerja kantor atau pekerja ringan,
kelompok sosial ekonomi rendah, mungkin standard kebersihan yang tidak baik
pada umumnya factor sosial ekonomi rendah cenderung memulai aktifitas seksual
xxiv
Wanita dengan sosio ekonomi tinggi dengan wanita dari masyarakat urban
sebagai kelompok resiko rendah, dan wanita dengan status sosial ekonomi yang
rendah dengan wanita dari masyarakat rural sebagai wanita yang beresiko tinggi
jumlah anak yang tinggi, pekerjaan dan penghasilan tidak tetap, serta faktor gizi
tingkat pra kanker, dan angka kematian turun secara dratis 50-60%. Di Kanada
insidenkanker leher rahim turun dari 28,4 menjadi 6,9 sedang mortalitas turun dari
mengemukakan dari 4467 kasus kanker ,sebesar 1800 kasus ditemukan pada
xxv
stadium lanjut.,dari keseluruhan wanita yang menderita KLR tidak pernah
pertengahan tahun enam puluhan selama 20 tahun (1965 - 1978) angka kematian
menjadi 6,9% dan mortalitas turun dari 11,4% menjadi 3,3 per 100.000
sebesar 35 % dimana tidak pernah melakukan deteksi dini, sebesar 19,4 %, tidak
melakukan deteksi dini paling sedikit 4 tahun sebesar 21,5 % (Aziz, 2000).
10 tahun terlihat bahwa peringkat kanker sebagai penyebab kematian naik dari
penderita baru dan 1/5 akan meninggal akibat penyakit kanker.Namun angka
kematian akibat kanker ini bisa dikurangi 3 - 35% bila dilakukan tindakan
perventif, screening dan deteksi dini.Misalnya dengan melakukan tes pap smear
bagi mereka yang telah aktif secara seksual dapat menurunkan angka kematian
(Dalimartha, 2004).
xxvi
Pemeriksaan yang paling utama dan deteksi dini kenker leher rahim
19,9 %, stadium II 32,0 %, stadium III 40,7 % dan stadium IV 7,4 % keadaan ini
dapat terjadi karena kurangnya kesadaran wanita Indonesia untuk mencegah dan
sakit dengan tingkat sensitivitas yang cukup baik dan tergolong relatif
KLR. Tiga puluh persen dari penderita KLR, kasus ditemukan pada saat skrining
disease) Walaupun hasil test Papsmear telah terbukti bermanfaat bagi penemuan
besar.(Aziz , 2002 ).
Van Loon di RSHS (1996), wanita penderita KLR kawin pertama kali antara
umur 15 - 19 tahun. Beberapa sarjana melihat adanya hubungan erat antara KLR
xxvii
dengan kawin muda. Wanita yang kawin muda atau pertama kali koitus pada
Umur pertama kali hubungan seksual merupakan salah satu faktor yang
seksual semakin besar resiko yang harus ditanggungnya, karena terjadinya KLR
dengan masa laten KLR memerlukan waktu 30 tahun sejak melakukan hubungan
seksual pertama, sehingga hubungan seksual pertama dianggap awal dari mula
bawah usia 16 tahun biasanya 10 - 12 kali lebih besar kemungkinan terjadi KLR
daripada mereka yang menikah setelah berusia 20 tahun ke atas. Pada usia
tersebut kondisi rahim seorang remaja putri sangat sensitive. Serviks remaja lebih
skuamosa yang aktif, yang terjadi di dalam zona transformasi selama periode
yang tidak khas ini menginisiasi suatu proses yang disebut neoplasia intraepitel
dari KLR.
xxviii
2.3.6 Paritas
Kategori partus sering belum ada keseragaman akan tetapi menurut beberapa
Green menemukan penderita KLR 7,9 % adalah multi para dan 51 % pada
nulli para. Dimana bila persalinan pervaginam banyak maka KLR cenderung akan
KLR banyak ditemukan pada paritas tinggi tetapi tidak jelas bagaimana
hubungan jumlah persalinan dengan kejadian KLR, karena pada wanita yang tidak
dengan perilaku seksual seperti multiple mitra seks, dan usia saat melakukan
hubungan seks yang pertama. Resiko meningkat lebih dari 10 X bila bermitra seks
6 atau lebih. Juga resiko meningkat bila berhubungan dengan pria beresiko tinggi
pria yang melakukan hubungan seks dengan multiple mitra seks atau yang
Menurut Aziz (2000) Wanita yang melakukan hubungan seksual pada usia
< 20 tahun atau mempunyai pasangan seksual berganti-ganti lebih beresiko untuk
xxix
Penelitian Corscoden ditemukan faktor koitus dengan seringnya berganti
menemukan kasus KLR 4 kali lebih banyak pada wanita yang melakukan prostitusi
( Yakub, 1993).
resiko terjadinya KLR., resiko meningkat 10 x lipat pada wanita yang mempunyai
mitra seksual enam atau lebih atau bila aktivitas seksual dimulai sebelum 15 tahun
(Evennett, 2003).
2.3.8 Merokok
sebagai rokok atau yang dikunyah. Wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah
tersebut pada leher rahim akan menurunkan status immun lokal sehingga dapat
untuk terkena kanker adalah 7 kali dibanding orang yang tidak merokok. Atau
bila merokok 40 batang setiap hari, resiko untuk terkena kanker adalah 14 kali
semakin banyak dan lama wanita merokok maka semakin tinggi resiko untuk
xxx
2.3.9 Infeksi
VirusHPV dan 50 % KLR berhubungan dengan HPV tipe 16 . Infeksi virus HPV
kanker. Terdapat lebih dari 200 tipe virus HPV dari tipe tersebut tipe 16 dan 18
Tipe virus resiko tinggi menghasilkan protein yang dikenal dengan protein E6 dan
E7 yang mampu berikatan dan menonaktifkan protein p53 dan pRb epitel seviks ,
kelangsungan siklus sel, dengan tidak aktifnya p53 dan pRb sel yang bermutasi
akibat infeksi HPV dapat meneruskan siklus tanpa harus memperbaiki kelainan
DNA nya, ikatan E6 dan E7 serta adanya mutasi DNA merupakan dasar utama
dalam replikasi virus. virus HPV ini menginfeksi membran basalis pada daerah
metaplasia dan zona transformasi serviks, setelah menginfeksi sel epitel sebagai
upaya untuk berkembang biak, virus ini akan meninggalkan sekuensi genomnya
pada sel inang. Genom HPV dijumpai pada CIN dan berintegrasi dengan DNA
inang pada kanker infasif dimana Infeksi terjadi melalui kontak langsung
(Edianto,2006)
xxxi
2.3.1 Kontrasepsi
Pemakaian kontrasepsi oral dalam waktu lama lebih dari 4 atau 5 tahun
dapat meningkatkan resiko terkena KLR sebesar 1,5 -2,5 kali. Beberapa
2.4 Patologi
komplek) dari porsio dengan epitel kuboid/ silindris pendek selapis bersilia dari
endoserviks, sedangkan pada wanita muda SSK ini berada di luar ostium uteri
eksternum, pada wanita usia lebih dari 35 tahun SSK berada di dalam kanalis
servikalis. Tumor dapat tumbuh : (1) exophitie mulai dari SSK kearah lumen
vagina sebagai masa proliferatif yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis ;
(2) endophititie mulai dari SSK tumbuh kedalam stroma serviks dan cenderung
mengadakan infiltrasi menjadi ulkus ; (3) Ulseratif mulai dari SSK dan cenderung
merusak struktur jaringan serviks dengan melibatkan awal forniks vagina untuk
xxxii
menjadi ulkus yang luas.Serviks yang normal, secara alamiah mengalami proses
metaplasia (erosi) akibat saling desak mendesak kedua jenis epitel yang melapisi.
melalui NIS-I,II,III dan KIS dan akhirnya menjadi karsinoma invasif. (Hacker &
Moore,2001.Wiknjosastro,1999 ).
dan mikro invasif) belum dijumpai gejala-gejala yang spesifik bahkan sering
tidak mempunyai gejala. Tetapi awalnya keluaran cairan mucus yang encer,
keputihan seperti krem tidak gatal. Kemudian menjadi merah muda lalu
kecoklatan seperti air kotoran dan sangat berbau bahkan sampai dapat tercium
oleh seisi rumah penderita, bau ini timbul karena ada jaringan nekrosis (Hacker &
Awal stadium invasif keluhan yang timbul pada penderita KLR adalah
pendarahan di luar siklus haid, yang dimulai sedikit-sedikit yang makin lama
makin banyak atau pendarahan terjadi di antara 2 masa haid. Pendarahan terjadi
busuk. Bila pendarahan berlanjut lama dan semakin sering akan menyebabkan
xxxiii
penderita menjadi anemis dan dapat terjadi shock, biasanya dijumpai pada
penderita kanker serviks uteri stadium lanjut (Hacker & Moore, 2001.
Wiknjosastro , 2002)
Keluhan ini sering dijumpai pada penderita kanker serviks uteri pada awal
stadium invasif, biasanya timbul pendarahan setelah bersenggama. Hal ini terjadi
akibat trauma pada permukaan serviks uteri yang telah mengalami lesi (Hacker &
2.5.4 Nyeri
Nyeri bukanlah suatu gejala dari kanker serviks uteri stadium lanjut dan
tidak selamanya serius ataupun keadaan parah. Rasa nyeri ini dirasakan di bawah
perut di bagian bawah sekitar panggul yang biasanya unilateral yang terasa
menjalar ke paha dan ke seluruh panggul. Nyeri bersifat progresif sering dimulai
dengan Low Back Pain di daerah lumbal, menjalar ke pelvis dan tungkai bawah
2.5.5 Penyebaran
xxxiv
3. ke arah parametrium dan dalam tingkatan yang lebih lanjut mengilfritrasi
Melalui pembuluh getah bening dalam parametrium kanan dan kiri sel
umumnya terbatas pada daerah panggul saja tetapi tergantung dari kondisi
immunologi tubuh penderita, KIS akan berkembang menjadi mikro invasif dengan
menembus membrane basalis. Jika sel tumor sudah berada dalam pembuluh limfa
atau darah maka prosesnya sudah invasif, sesudah tumor menjadi invasif
uterus rectum atau kandung kemih yang pada tingkat akhir (terminaltage) dapat
parasakral, paraaorta, melalui trunkus limfatikus di kanan dan vena subklavia kiri
mencapai paru, hati, ginjal, tulang dan otak (Jonathan, Neville, Hacker, 2000)
xxxv
2.5.6 Stadium Klinik Kanker Leher Rahim
Tabel.2.1 Stadium KLR menurut FIGO tahun 2000
Stage Description
0 Carcinoma in situ, intraephitelial carcinoma (Cases of stage 0 should
not be included in any therapeutic statistics for invasive carcinoma
I Carcinoma strictly confined to the cervic (Extension to the corpus
should be disregarded)
IA Invasive cancer identified only microscopically. All gross lesion even
with superficial invasion are stage IB cancers. Invasion is limited to
measured stromal invasion with maximum depth of 5,0 mm dan no
wider than 7,00 mm
IA1 Measured invasion of stroma no greater than 3,00 mm in depth and no
wider than 7,00 mm
IA2 Measured invasion of stroma greater than 3,00 mm and no greater
than 5,0 mm and no wider than 7,00 mm
IB Clinical lession confined to the cervix or preclinical lession greater
than stage IA
IB1 Clinical lession no greater than 4,0 cm
IB2 Clinical lession greater than 4,0 cm
II Carcinoma extends beyond the cervix but has not extended onto the
pelvic wall. Carcinoma involves the vagina, but not as far as the lower
third
IIA No obvious parametrial involvement
IIB Obvious parametrial involvement
xxxvi
2.6 Tindakan Pengobatan
dilakukan dan pilihan pengobatan tergantung pada beberapa faktor yaitu: letak dan
luas lesi, usia dan jumlah anak serta keinginan menambah jumlah anak, adanya
2.6.1 Operasi
disamping operasi, dilakukan juga terapi radiasi (Riono, 1999. Hacker dan Moore,
2001).
2.6.2 Radioterapi
tinggi yang dapat dilakukan secara internal maupun ekternal. Tetapi radiasi
dilakukan pada stadium klinis Ib. Selain radiasi terkadang diberikan pula
xxxvii
2.6.3 Kemoterapi
metastase sudah sangat jauh. Umumnya diberikan pada stadium klinis IV B dan
umum fisik, tingkat klinik, ciri-ciri histologik sel-sel tumor, kemampuan ahli atau
xxxviii
2.8 Landasan Teori
Penyakit kanker leher rahim dapat disebabkan ole banyak faktor seperti
Faktor Etiologi
Faktor resiko
Virus
Perilaku Seksual:
- Kawin usia muda
- Banyak anak
- Multi Partner
- Merokok
- Infeksi mulut
rahim
- Kontrasepsi
Kanker Leher
Rahim
xxxix
2.9 Kerangka Konsep
sebagai berikut:
xl
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 JenisPenelitian
studi potong lintang yang menilai hubungan antara faktor resiko dengan kejadian
penyakit dengan cara memilih kasus (yang mengalami kanker leher rahim) dan
yang tidak menderita kanker leher rahim dimana seluruh variabel diukur pada saat
memiliki data rekam medis yang baik dan guna terpenuhinya jumlah sampel
Sumatera.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2007 sampai Maret 2008.
xli
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
rahim dan yang bukan penderita kanker leher rahim yang datang berobat dan
3.3.2 Sampel
KLR dan tidak penderita KLR yang datang berobat dan rawat inap di bagian
a. kawin
1 Data primer yaitu data yang diambil dari wawancara langsung dengan
2 Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari catatan rekam medik pada
xlii
3 Peneliti dibantu oleh empat orang tenaga kesehatan berpendidikan D III
kebidanan yang sudah dilatih dan memahami isi instrumen, cara mengisi
tanggal 2 Februari 2008. Adapun pemilihan tempat lokasi uji coba kuesioner
kesulitan. Apabila dalam uji coba ini ditemukan kesulitan baik dari redaksi
ataupun bahasa yang menyulitkan akan diadakan revisi kembali. Tujuan lain yang
sangat penting adalah untuk mengetahui validitas dan reliabilitas dari item-item
dalam pertanyaan.
a Uji Validitas
responden yang bukan penderita KLR, kuesioner penelitian ini dinyatakan valid
karena berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan diketahui bahwa t hitung
lebih tinggi dibanding nilai ttabel. nilai r tabel pada taraf signifikan 5% dengan
xliii
rumus df= N - 2 = 0,361, sedang hasil uji kuesioner didapatkan nilai r hasil > nilai
r tabel
b. Uji Reliabilitas
Berdasarkan hasil uji reliabilitas yang dilakukan, bahwa hasil uji statistik (r-
hitung) lebih tinggi dari pada r-tabel, sehingga kuestioner penelitian ini
dinyatakan reabel pada uji reliabilitas didapatkan bahwa alpha (0.9535) > nilai r
tabel maka uji kuesioner ini dinyatakan memiliki validitas dan reliabilitas dengan
konsistensi baik.
dengan r hasil, uji coba hasil analisis didapatkan sebagai berikut pada tabel 3.1.
Menurut Sugiono ( 1999), nilai r tabel pada taraf signifikan 5% dengan rumus df=
N - 2 = 0,361, sedang hasil uji kuesioner didapatkan nilai r hasil > nilai r tabel,
maka suatu kuesioner dinyatakan ujinya valid, namun bila nilai r hasil < nilai r
tabel maka dinyatakan suatu kuesioner ujinya tidak valid. Dari tabel di atas
xliv
Pada uji reliabilitas didapatkan bahwa alpha (0.9535) > nilai r tabel maka uji
baik.
3.5.1 Varibel
variabel yaitu; karateristik terdiri dari umur, pendidikan, pekerjaan dan deteksi
dini serta faktor yang mempengaruhi terdiri dari usia pertama kali kawin/
melakukan hubungan seks, paritas, ganti pasangan, penyakit kelamin/ infeksi pada
Variabel Independent :
1. Umur responden adalah jumlah tahun hidup responden sejak lahir sampai
xlv
3. Pekerjaan adalah kegiatan rutin yang dilakukan oleh penderita kanker leher
5. Usia pertama kali kawin/ melakukan hubungan seks adalah usia penderita
6. Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami oleh penderita kanker
8. Penyakit kelamin adalah riwayat penyakit kelamin yang pernah diderita oleh
xlvi
3.6 Metode Pengukuran
xlvii
3.7 Metode Analisis Data
ulang, kemudian di edit dan diberi kode sebelum dimasukkan dalam komputer.
a Analisis Univariat
b Analisis Bivariat
variabel yaitu variabel independen dan variabel dependent yang dilakukan secara
statistik dengan menggunakan uji t test independent dan test X2 (chi square) pada
Fe
Keterangan :
X2 = Harga Chi kuadrat yang dihitung dan dibandingkan dengan Chi kuadrat
tabel.
xlviii
Fo = Frekuensi yang diselidiki (diobservasi) atau frekuensi empiris.
yang signifikan antara variabel yang diteliti yaitu dengan melihat nilai p. Bila dari
hasil perhitungan statistik nilai p < 0,05 maka hasil perhitungan statistik bermakna
yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara satu variabel dengan
variabel lainnya.
Selain itu dilakukan juga perhitungan ratio prevalens (RP) untuk melihat
kelompok kasus terhadap pajanan pada kelompok tanpa resiko. Perubahan satu unit
Bila RP = 1 berarti tidak ada faktor risiko tetapi sebagai faktor proteksi atau
perlindungan.
Bila RP < 1 berarti tidak ada hubungan faktor risiko dengan kejadian.
RP = a/(a+b) : c/(c+d).
xlix
c Analisis Multivariat
terhadap kejadian kanker leher rahim dengan menggunakan uji Regressi Logistik
terjadinya kanker leher rahim. Analisis secara simultan dari beberapa variabel
faktor terhadap suatu hasil dapat dilakukan dengan metode regressi logistik
3. Hasil uji multivariat yang mempunyai nilai p < 0,05 merupakan model akhir
dari penentu faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian kanker leher
rahim.
l
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik resmi berdiri pada tanggal 21
Juli 1993 yang terletak di jalan Bungalau no .17 Medan Tuntungan kota Medan
Propinsi sumatera Utara .Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik , adalah
rumah sakit pemerintah dengan kategori Kelas A ( Profil RSUP H.Adam Malik
2007 ).
tenaga seluruhnya sebanyak 1627 orang, dengan jumlah terbesar (35,9 % ) adalah
Visi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam malik adalah sebagai Pusat
wilayah sumatera bagian utara dan tengah pada tahun 2010 yang bertumpu pada
kemandirian. Adapun yang menjadi Misi RSUP H. Adam Malik adalah : (1)
li
Fungi dari Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik adalah sebagai
RSUP H. Adam Malik dipimpin oleh seorang direktur rumah sakit yang
direktur penunjang medik dan penelitian dan wakil direktrur umum dan keungan
Jenis pelayanan yang diberikan Rumah Sakit Umum Pusat Ají Adam
Malik meliputi : ( 1) Rawat jalan (2) Rawat inap (3) Pelayan intensif (40
pelayanan gawat darurat (5) farmasi (6)Radiologi (7) Laboratorium (80 Patologi
anatomi ( 9) Gizo (10) IDT (11) Cath lab (12)CVCU ( 13 ) Breast clinic (14) dan
lii
4.2 Hasil penelitian
Responden dalam penelitian ini berjumlah 120 yang terdiri dari kelompok yang
Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 60 penderita KLR proporsi
umur terbesar adalah > 40 tahun (76.7%), dengan umur rata-rata 47 tahun, umur
liii
bukan penderita kanker proporsi terbesar adalah umur ≥ 40 tahun (66,7%) dengan
umur rata-rata 47 tahun dan umur terendah 32 tahun dan umur tertinggi 70 tahun.
bawah (75%), sedangkan yang bukan penderita KLR dari 60 responden proporsi
terbesar pendidikan SMP ke bawah juga (66.7%). Sementara itu kebanyakan dari
penderita KLR tidak bekerja (86.7%) dan demikian juga pada yang bukan
papsmear.
liv
2 Gambaran hasil faktor yang mempengaruhi
Dari tabel 4.2. dapat dilihat bahwa kasus KLR proporsi terbesar terjadi
pada kelompok usia pertama melakukan hubungan seks < 20 tahun (60%), dan
pada yang bukan penderita ternyata proporsi terbesar ≥ 20 tahun (60.8). Proporsi
paritas terbesar pada kasus KLR adalah dengan paritas ≤ 3 kali (56.7%) demikian
juga pada bukan penderita KLR (75%). Pada kelompok kasus KLR proporsi
lv
terbesar riwayat ganti pasangan adalah pada yang tidak pernah berganti pasangan
(76.7%) dan begitu juga dengan kelompok bukan penderita KLR (56.7%).
Proporsi terbesar infeksi kelamin kasus KLR adalah pada kelompok yang pernah
mengalami infeksi kelamin (66.7%) dan pada bukan penderita KLR proporsi
terbesar tidak pernah mengalami infeksi kelamin (55.8%). Pada kelompok kasus
demikian juga pada kelompok yang bukan penderita (65%). Pada kelompok kasus
KLR proporsi terbesar riwayat merokok adalah yang tidak pernah merokok
(65%), dan begitu juga pada kelompok yang bukan penderita KLR (62.5%).
dilakukan analisis uji Chi Square dengan derajat kepercayaan 95%. Apabila hasil
perhitungan statistik dengan p < 0.05 artinya terdapat pengaruh yang signifikan
Responden dalam penelitian ini berjumlah 120 yang terdiri dari kelompok
penderita 60 dan bukan penderita 60, dimana distribusi Ratio Prevalensi (RP)
adalah nilai p, RP dengan 95% CI pada penderita KLR di RS. Adam Malik Medan
lvi
Tabel 4.3 Distribusi proporsi penderita KLR berdasarkan variabel
independen, nilai p, RP dengan 95% CI di RSUP H. Adam
Malik Tahun 2008
lvii
Lanjutan Tabel 4.3
Ket * = signifikan
hubungan seks pertama kali pada usia < 20 tahun (60%). Dari hasil uji chi square
diperoleh nilai 0.000 (p< 0.05) artinya bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara responden yang melakukan hubungan seks pertama pada kelompok umur <
1.619 - 3.352), berarti bahwa usia pertama kali melakukan hubungan seks
lviii
kemungkinan merupakan faktor risiko terjadinya KLR pada tingkat kepercayaan
95%.
mempunyai paritas ≤ 3 kali (56.7%). Dari hasil uji chi square diperoleh nilai 0.034
(p < 0.05) artinya bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara responden
KLR dijumpai pada wanita yang sering partus atau melahirkan 3-5 kali
untuk terjadinya KLR ( Harjono ) Sedangkan menurut Green penderita KLR 7.9
% adalah multi para dan 51 % pada nulli para dimana bila persalinan pervaginam
banyak ditemukan pada paritas tinggi tetapi tidak jelas bagaimana hubungan
jumlah persalinan dengan kejadian KLR , karena pada wanita yang tidak
Menurut teori pada umumnya KLR paling banyak dijumpai pada wanita yang
proporsi terbesar terdapat pada paritas ≤ 3 .Hal ini sesuai dengan pendapat Green
lix
bahwa pada Nulli para juga dapat terjadi KLR , tidak hanya pada multi para yang
mempunyai riwayat tidak pernah berganti pasangan (76.7%). Dari hasil uji chi
square diperoleh nilai 0.020 (p < 0.05) artinya bahwa terdapat perbedaan yang
tidak pernah berganti pasangan terhadap kejadian KLR. Nilai RP 1.643 (95% CI
menderita infeksi kelamin (66.7%). Dari hasil uji chi square diperoleh nilai 0.000 (p
< 0.05) artinya bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara responden yang
pernah mengalami infeksi kelamin dengan kejadian KLR. Nilai RP 2.528 (95% CI
1.698 - 3.764), berarti bahwa infeksi kelamin kemungkinan merupakan faktor risiko
lx
e. Kontrasepsi hormonal dengan kejadian KLR
menggunakan kontrasepsi hormonal (60%). Dari hasil uji chi square diperoleh nilai
0.572 (p > 0.05) artinya bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
responden yang mempunyai paritas terhadap kejadian KLR. Nilai RP 0.900 (95% CI
tidak pernah merokok (65%). Dari hasil uji chi square diperoleh nilai 0.572 (p >
0.05) artinya bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara responden
yang mempunyai paritas terhadap kejadian KLR. Nilai RP 0.897 (95% CI 0.613 -
ganda bertujuan untuk mencari faktor risiko yang paling dominan dengan kejadian
berikut :
lxi
a. Melakukan analisa pada model deskriptif pada setiap variabel dengan tujuan
c. Pembuatan model faktor risiko kejadian KLR, variabel yang akan dimasukkan
di dalam model ini adalah variabel yang mempunyai nilai p kurang dari
0.05
kejadian KLR yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, usia pertama kali melakukan
tersebut terlebih dahulu dilakukan analisa bivariat dengan kejadian KLR seperti
tabel 4.3.
pada tabel 4.3. ternyata ada 4 variabel yang memiliki nilai p value < 0.25 yaitu
usia pertama melakukan hubungan seks, paritas, ganti pasangan, infeksi kelamin.
analisa multivariat.
lxii
yang memiliki nilai p value > 0.25 akan dikeluarkan secara berurutan dimulai dari
tabel 4.4.
Tabel 4.4 Hasil Analisis Uji regressi logistik ganda untuk Identifikasi
variabel yang akan masuk dalam model dengan nilai p ≤ 0.05
didapatkan 3 variabel yang akan masuk sebagai kandidat model yaitu jumlah
anak, usia pertama kali melakukan hubungan seks dan infeksi kelamin.Dapat
lxiii
Maka didapatkan model akhir persamaan regressi logistik untuk menentukan
faktor risiko kejadian KLR, Secara keseluruhan model ini dapat memprediksi
KLR sebesar 74.2% (overal percentage 74.2%). Jadi dari hasil regressi logistik
tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pada variabel jumlah anak menunjukkan
nilai RP 0.039 artinya jumlah anak > 3 kemungkinan bukanlah merupakan faktor
risiko terjadinya KLR, walaupun pada hasil regressi didapatkan adanya pengaruh.
Sedangkan pada variabel usia pertama melakukan hubungan seks didapatkan nilai
seks < 20 tahun akan mendapatkan risiko terkena KLR 2 kali lipat bila
dibandingkan melakukan hubungan seks diatas usia 20 tahun. Sementara itu pada
yang pernah terkena infeksi kelamin akan mendapatkan risiko KLR 2 kali lipat
bila dibandingkan dengan orang yang tidak pernah mengalami infeksi kelamin.
lxiv
BAB 5
PEMBAHASAN
melakukan hubungan seks pertamakali pada usia < 20 tahun sebesar (60%). Dari
hasil uji chi square diperoleh nilai 0.000 (p < 0.05) artinya bahwa terdapat
pertama pada kelompok umur < 20 tahun dengan ≥ 20 tahun terhadap kejadian
KLR. Nilai Rp = 2.330 (95% CI 1.619 - 3.352) berarti bahwa usia pertama kali
melakukan hubungan seks merupakan faktor risiko terjadinya KLR pada tingkat
kepercayaan 95%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sandra
cenderung menderita KLR, dari studi epidemiologi kejadian KLR meningkat lebih
sepuluh kali bila melakukan hubungan seks pertama di bawah usia 15 tahun.
lebih besar kemungkinan terjadinya KLR daripada mereka yang menikah setelah
usia di atas 20 tahun, dimana pada usia tersebut kondisi rahim seorang remaja putri
satu faktor yang cukup penting, dimana makin muda seorang perempuan semakin
lxv
besar resiko untuk terjadi KLR dengan masa laten 30 tahun sejak melakukan
usia pertama melakukan hubungan seks pada usia < 16 tahun relatif 16 x pada usia
melakukan hubungan seks pertama pada usia > 19 tahun kemungkinan resiko
mempunyai paritas ≤ 3 kali (56.7%). Dari hasil uji chi square diperoleh nilai 0.034
(p<0.05) artinya bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara responden yang
2.079) berarti bahwa paritas ≤ 3 kali merupakan faktor resiko untuk terjadinya
KLR.
KLR dijumpai pada wanita yang sering partus atau melahirkan 3 - 5 kali
untuk terjadinya KLR (Haryono). Sedangkan menurut Green penderita KLR 7.9%
adalah multipara dan 51% pada nullipara dimana bila persalinan pervaginam
banyak maka KLR, cenderung akan timbul (Harahap). Menurut Matingly KLR
banyak ditemukan pada paritas tinggi tetapi tidak jelas bagaimana hubungan
jumlah persalinan dengan kejadian KLR, karena pada wanita yang tidak
melahirkan juga terjadi KLR. Menurut teori pada umumnya KLR paling banyak
lxvi
dijumpai pada wanita yang sering melahirkan walaupun kategori sering belum ada
pada paritas ≤ 3. Hal ini sesuai dengan pendapat Green bahwa pada nullipara juga
dapat terjadinya KLR tidak hanya pada multipara yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya KLR.
pasangan merupakan faktor resiko terhadap terjadinya KLR. Hasil penelitian dari
uji chi square diperoleh nilai 0,020 ( p < 0,05 ) artinya bahwa terdapat perbedaan
dengan tidak pernah berganti pasangan terhadap kejadian KLR, nilai Rp 0.609( 95
terkecil adalah > 1 kali dan juga ditemukan pada yang tidak pernah kawin ( 61,4
% ). Hal ini sejalan dengan penelitian Elisabeth proporsi terbesar pada pekawinan
dikutip dari Morrow at All jumlah pasangan seks > 4 pasangan resiko relatif 3,6
untuk terjadinya KLR. Menurut Rutkin ID, pergantian pasangan lebih dari 2 kali
lxvii
akan meningkatkan resiko terjadinya KLR. Resiko meningkat 10 kali lipat pada
wanita yang memiliki mitra seksual lebih dari 6 atau lebih bila aktivitas seksual
terkena KLR dengan perkawinan lebih dari 1 kali adalah 1,48 kali lebih tinggi dari
pernikahan lebih dari 1 kali meningkat 2,55 kali lebih tinggi dibanding dengan
wanita tanpa KLR ( OR,255 ). Benson menemukan kasus KLR 4 kali lebih
banyak pada wanita yang melakukan prostitusi. Dan mengatakan bahwa hubungan
seksual yang terlalu sering atau dengan pasangan yang berbeda-beda akan
meningkatkan resiko.
tebesar terjadi pada kelompok responden yang mempunyai riwayat tidak pernah
berganti pasangan. Tidak seperti disebutkan beberapa teori dan beberapa hasil
yang sudah berumah tangga, masih memegang norma dan budaya yang tinggi
dimana akan merasa tabu bila mempunyai pasangan lebih dari 1, juga resiko KLR
meningkat bila berhubungan dengan pria beresiko tinggi atau yang mengidap
Kondoloma Akuminatum.
Tetapi hal ini merupakan kelemahan peneliti karena merupakan hal yang
tabu bagi responden untuk menyatakan perilaku suami atau mungkin faktor
lxviii
yang berisiko tinggi menularkan virus papilloma dari pasangan yang menderita
KLR.
terjadi pada kelompok responden yang pernah menderita infeksi kelamin ( 66,7
%). Dari hasil uji chi square diperoleh nilai 0,000 ( p ≤ 0,05 ) artinya bahwa
berarti bahwa infeksi kelamin 2 kali lebih besar bila dibandingkan dengan orang
yang tidak mengalami infeksi, berarti bahwa kemungkinan orang yang pernah
terkena infeksi kelamin akan mendapat resiko KLR 2 kali lebih besar bila
dibandingkan orang yang tidak pernah mengalami infeksi kelamin. Hal ini sejalan
90 % penyebab KLR adalah human papiloma virus ( HPV ) dimana HPV terdapat
pada wanita yang secara aktif melakukan hubungan seksual atau melalui penyakit
adalah infeksi yaitu infeksi HPV. Kurangnya pengetahuan deteksi dini dan hygene
serta ganti pasangan dan pada umumnya gejala KLR tidak tampak hanya ada
keluhan seperti keputihan yang lama dan menahun sehingga infeksi merupakan
lxix
faktor resiko untuk terjadinya KLR ( Aziz ) serta proses yang lama 3 - 20 tahun
untuk menjadi kanker invasive ( Hecker & Mur ). Penelitian terkini juga mencatat
hubungan yang kuat antara KLR dengan virus papiloma squamosa. Menurut
Elisabeth T.perilaku seksual dimana resiko meningkat lebih dari 10 kali bila
akuminatum, kebersihan diri yang kurang baik sebelum dan sesudah melakukan
memudahkan terjadinya infeksi disamping kehidupan seks yang kurang sehat atau
Proporsi kasus KLR terbesar terjadi pada kelompok responden yang pernah
menggunakan kontra sepsi hormonal ( 60 % ) .Dari hasil penelitian uji chi square
diperoleh nilai 0.0527 ( p > 0.05 ) artinya bahwa tidak terdapat perbedaan yang
Hal ini tidak sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa pemakaian
kontrasepsi oral lebih dari 4- 5 tahun dapat meningkatkan risiko terkena KLR 1,5
lxx
wanita sensitive terhadap Human Papiloma Virus Yang dapat menyebabkan
adanya peradangan pada genitalia yang dapat berisiko untuk terjadinya KLR.
bahwa tidak ada hubungan antara penggunaan kontrasepsi IUD dengan KLR,
Suntik ) dan IUD menyebabkan perubahan yang tidak spesifik pada epitel vagina
dan servik, namun dalam tanda- tanda peradangan , menunjukkan ada pada wanita
.Sebagian besar studi menunjukkan peningkatan sekitar dua kali lipat bagi
terjadinya KLR. Akan tetapi para pakar peneliti membuktikan bahwa pil
pemakaian pil kontrasepsi dapat menimbulkan regresi pra karsinoma serviks uteri
menunjukkan bahwa kasus displasia lebih banyak pada akseptor IUD , akan tetapi
lxxi
Pada penelitian ini sebagian besar responden tidak menggunakan
jenis kontrasepsi hormonal , dari hasil penelitian tidak ada hubungan yang ber
Medan ,hal ini masih sesuai dengan beberapa teori tersebut diatas , bahwa dengan
menjadi lebih tinggi pada wanita perokok dibanding yang tidak merokok ( Riyono
J)dan mengisap okok atau meroko dianggap merupakan salah satu factor etiologi
untuk terjadinya KLR dimana wanita perokok berisiko lebih tinggi terkena KLR.
kasus terbesar KLR terjadi pada kelompok responden yang tidak pernah merokok (
65 %) .Dari uji chi square diperoleh nilai 0.572 ( p > 0.05 ) artinya tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara yang merokok dengan kejadian KLR . Nilai RP
merupakan factor risiko untuk terjadinya KLR.Hal ini tidak sesuai dengan
terkena KLR dari nikotin dibawa aliran darah hingga sampai keservik . Nikotin
yang sampai di servik memudahkan virus masuk kedalam leher rahim .Studi
menunjukkan bahwa kadar nikotin yang didapat dari asap ditemukan pada mucus
lxxii
leher rahim perokok yang mungkin menyebabkan efek genotoxic atau
immunosupresif ( Hoskin ).
risiko KLR prainfasif dan infasif pada perokok . Beberapa peneliti melakukan
pasangan seksual dan kelas social menyatakan ada keterkaitan kejadian KLR
risiko bagi perokok sekitar dua kali lipat , khususnya bagi perokok jangka
H.Adam Malik Medan umumnya responden tidak merokok dan diketahui bahwa
merokok bukan merupakan factor risiko unutuk terjadinya KLR Merokok pada
wanita selain mengakibatkan penyakit pada paru- paru dan jantung , kandungan
menyimpulkan bahwa semakin banyak dan lama wanita merokok maka semakin
lxxiii
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
secara significant yaitu Usia melakukan hubungan seks < 20 tahun, Paritas,
Malik Medan yaitu faktor infeksi pada alat kelamin dengan nilai taraf
signifikan (0,000) beta =4,157, faktor usia melakukan hubungan seks
pertama < 20 tahun dengan nilai signifikan (0,0600) beta=2,855
3. Faktor yang tidak berpengaruh secara statistik adalah: faktot riwayat
lxxiv
6.2 Saran
pertama kali kurang dari 20 tahun,dan berganti pasangan lebih dari 1kali,
tentang KLR kepada masyarakat, oleh karena itu rumah sakit dan unit
2. Besarnya proporsi KLR ketika datang berobat kerumah sakit tidak pernah
lxxv
4. Memasyarakatkan salah satu program pelaksanaan deteksi sini kanker leher
rahim yaitu IVA yang saat ini sedang berlangsung agar dapat ditindak lanjuti
sampai ketingkat puskesmas dan akan menjadi salah satu program deteksi
Daerah (APBD).
perilaku seks yang sehat, serta mau melakukan deteksi dini paps smear.
lxxvi
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Farid M, 2002 Deteksi Dini Kanker , Skrining dan Deteksi Dini Kanker
Serviks : ed Ramli Muchils, Umbas Rainy, Panigoro S.Sonar,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta;97-110
Azis MF, 1996 Skrining dan Deteksi Dini Penyakit Kanker FK-UI Jakarta,
Basuki Bastaman, 1999 Aplikasi Metode Kasus Kontrol, Penerbit Bagian Ilmu
Kedokteran Komunitas FK-UI
Edianto Deri, 2008. Kanker Serviks, Buku Acuan Nasional: ed Aziz Farid,
Andrijono, Saifuddin Bari A, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiro
Harjo
Hacker & Moore, 2001 Essential of Obstetri and Gynecology , alih bahasa Edi
Nugroho, Penerbit J.George Hypocrates;637.
lxxvii
Harahap E. Ruslan, 1997 Neoplasia Intra Epitel (NIS) pada Serviks, UI Press
Jakarta.
Hugh M.Shingleton, MD, James W,Orr Jr, MD. 1995, Cancer of the Cervik, J.B.
Lippincot Compeny, Philadelphia.
http://www.KesproInfo/Kanker/Bambang, 2003.
Indriyani D, 1991 Faktor-faktor Risiko Yang Berpengaruh Pada Insidens
Karsinoma Seviks Uteri; Study Retrospektif di RS. Dr.Sardjito 1989-
1990, Berita Kedokteran Msyarakat VII (4);234-238.
Murhti Bisma, 1995 Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Universitas Gajah
Mada Press.
lxxviii
Nurranna L, Azis M.Farid, 1992 Upaya Downstaging Sebagai Pilihan Untuk
Skrining Kanker Serviks di Indonesia, Majalah Obstetri Ginekologi
Indonesia.;23-38.
Nuranna Laila, 1992 Tindak Lanjut Tets Pap Abnormal dan Permasalahan
Pelaksanaan di Indonesia, Majalah Obstetri dan Ginekologi di
Indonesia Vol 8, No.1 Januari;47-45.
Rabe Thomas 2002 Buku Saku Ilmu Kandungan, Alih Bahasa, Ida Bagus Gde
Manuaba at all, ed. Nathasia A.Joy at all. Penerbit Hipokrates,
Jakarta;201-204.
lxxix
Sastroasmoro Sudigdo,Ismael Sofyan, 2002 Dasar-dasar Metodologi Penilitian
Klinis Edisi 2; Perpustakaan Nasional RI, Katalog Dalam Terbitan,
Jakarta;110-128; 315-323.
Sianturi M.H.R, 1996 Prakanker Serviks Dalam Kamar Praktek, Balai Penerbit
FKUI Jakarta;4,6,13-15.
Sirait AM, Soetiarto F, Ratih O, 2003 Ketahanan Hidup Penderita Kanker Serviks
di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta, Buletin Penelitian
Kesehatan Vol 31 No1;13-23.
Sofian A., Penafisan Lesi Intra Epitelial Skuamosa Seriviks dengan Test Visual
Apusan Asam Asetat di RSUP. Adam Malik Medan - RSUD Dr.
Pirngadi Medan, 2001.
Sugiono, 1999 Statistik Untuk Penelitian Cetakan II, Bandung, CV. Alvabeta.
Syamsudin S. 1991 Kanker Serviks, Sub Bagian Onkologi Bagian Obstetri dan
Ginekology FK UI Jakarta.
Tara Elizabeth MD, 2001 Kanker pada Wanita, Panduan Lengkap Pencagahan
dan Pengendalian Kanker pada Wanita. Penerbit Ladang Pustaka dan
Intimedia.1,26,30,35,46,76.
lxxx
Tambunan Gani W, 1996 Diagnosis dan Tata Laksana Sepuluh Jenis Kanker
Terbanyak di Indonesia EGC Jakarta;1-2.
Teheru Edi, Setiawan, Tjkraatmadja Joice. Penanggulangan Kanker Terpadu
Paripurna ( PKPT ) Di wilayah DKI Jakarta, Majalah Ilmiah
Fakultas Kedokteran USAKTI V OL 17 NO 2 1998
Wien Jannet, A Cancer Journal for Clinicians Sosial Service and The Cancer
Patient, http://caonline.amcancersoc.org/subscriptions/, 2007.
Wiknjosatro, H, 1999 Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjdo Jakarta d/a. Bagian Obstetri Ginekologi FK UI.;380-
388.
Yakub, MY, 1993 Tinjauan Kasus Penderita Kanker Leher Rahim Yang
Dirawat di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan Periode 1 Januari 191
- 31 Desember 1990. Tesis Bagian Obstetric dan Ginekology Fakultas
Kedokteran USU Rumah Sakit Pirngadi Medan.
lxxxi
Lampiran 1
I.Keterangan pewawancara.
1. No. urut kuesioner :
2. Nama pewawancara :
3. Tanggal wawancara :
I.Kawin.
1. Bila ibu sudah menikah ini adalah perkawinan
a. pertama
b. kedua
c. > 2 x
2.Bila ibu sudah menikah, usia menikah pertama
a. usia < 20 tahun
b. usia 20 - 30 tahun
c. usia > 30 tahun
lxxxii
IV. Infeksi/penyakit kelamin.
5. Sebelum dan sesudah melakukan hubungan seksual apakah ibu membersihkan
alat kelamin
a. tidak pernah
b. kadang-kadang
c. selalu
lxxxiii
13. Pernahkah ibu melakukan pengobatan terhadap penyakit tersebut
a. tidak pernah
b. kadang-kadang
c. sering
15. Bila melakukan hubungan seksual apakah ibu merasakan nyeri pada daerah
kemaluan
a. selalu
b. kadang-kadang
c. tidak pernah
16. Bila ya, sudah berapa lama ibu merasakan rasa nyeri tersebut
a. < 1 tahun
b. 1 - 5 tahun
c. > 5 tahun
17. Setelah selesai mengadakan hubungan seksual apakah ada darah yang keluar
a. selalu
b. kadang-kadang
c. tidak pernah
20. Pada saat buang air besar ada keluar darah secara spontan
a. pernah satu kali
b. kadang-kadang
c. tidak pernah
lxxxiv
21. Bila ya, sudah berapa lama ibu alami
a. < 1 tahun
b. 1- 2 tahun
c. > 2 tahun
24. Sewaktu menggunakan alat kontrasepsi tersebut keluhan yang ibu rasakan
a. perdarahan
b. keputihan
c. tidak ada keluhan
VI. Merokok
25. Apakah ibu pernah merokok
a. selalu
b. kadang-kadang
c. tidak pernah
lxxxv
29. Kalau ya, pada saat kapan ibu melakukan deteksi dini (paps smear)
a. tidak pernah
b. pernah satu kali (kadang-kadang)
c. selalu/rutin (1 setahun, 2 atau 3 sekali
lxxxvi
Lampiran 2
Hasil Uji Validitas Kuesioner di Ruang Rindu B RSUP.HAM Medan tahun 2008
(n.30)
lxxxvii
Lampiran 3
Hasil uji reliabilitas kuesioner di Rindu B RSUP.HAM Medan tahun 2008 (n.30)
Alpha = 0.9535
lxxxviii
lxxxix
xc
Lampiran 4
Data responden penderita kanker serviks dan bukan penderita.
xci
25 348822 57 1 irt 2 1 1 1 1 2 1
26 280855 58 1 irt 1 1 1 1 2 2 1
27 347699 60 1 irt 1 2 2 1 2 2 1
28 347943 37 1 irt 1 2 2 1 2 2 1
29 350864 60 1 irt 1 1 2 1 1 1 1
30 323058 47 1 irt 2 1 2 1 1 2 1
31 346509 49 2 irt 2 2 2 1 2 2 1
32 350114 58 1 irt 2 1 1 1 2 2 1
33 347943 58 1 petani 2 1 2 1 2 2 1
34 348822 56 1 irt 1 2 2 1 2 2 1
35 349602 52 1 irt 2 2 1 1 2 2 1
36 349701 38 1 irt 2 2 1 1 2 2 1
37 350114 47 1 irt 2 1 1 1 1 2 1
38 350564 45 1 irt 2 2 2 2 2 2 1
39 322728 46 1 wiraswas 2 2 2 2 2 2 1
40 323058 48 1 irt 2 1 2 2 1 2 1
41 347866 36 1 irt 1 1 2 2 2 2 1
42 347866 48 2 irt 2 2 2 1 1 1 1
43 347943 47 2 irt 2 2 2 2 2 2 1
45 348822 35 1 irt 2 2 2 2 2 1
46 35114 50 1 irt 2 2 2 2 2 2 1
47 351070 50 1 wiraswas 2 2 2 2 2 2 1
48 348822 55 1 irt 2 3 2 2 2 2 1
49 351070 54 1 irt 2 1 2 1 2 2 1
50 351812 37 2 wiraswas 2 2 2 1 2 2 1
51 351070 35 2 irt 2 2 2 1 1 2 1
52 353008 37 2 irt 2 2 2 1 1 2 1
53 320393 39 2 irt 2 2 2 1 1 2 1
54 348822 67 2 pns 2 2 2 1 1 2 1
55 349602 31 1 irt 2 2 2 1 2 2 1
56 349088 58 1 irt 2 2 2 2 2 1 1
57 352356 56 1 petani 2 2 2 2 2 1 1
58 332863 55 1 petani 2 1 2 2 2 1 1
xcii
59 345406 55 1 irt 2 2 2 2 2 1 1
60 345613 30 1 irt 2 2 1 2 2 1 1
61 347430 45 1 irt 2 2 2 2 2 1 2
62 347134 48 1 irt 2 1 2 2 2 1 1
63 343116 58 2 irt 2 2 1 2 2 1 1
64 346598 59 2 wiraswas 2 2 1 2 2 1 2
66 348176 57 1 petani 2 2 2 2 2 1 1
67 348370 60 1 wiraswas 2 2 1 1 2 2 1
68 347258 70 1 irt 2 2 1 1 1 2 2
69 348522 67 2 wiraswas 2 2 1 1 1 2 1
70 347048 30 1 irt 2 2 1 1 1 2 1
71 325501 48 1 petani 2 2 1 2 1 2 1
72 348374 33 1 irt 2 2 1 2 1 2 1
73 324321 48 2 irt 2 1 1 2 1 2 2
74 348176 40 1 irt 2 1 2 2 1 2 1
75 348360 40 1 irt 2 3 2 2 1 2 1
76 347664 45 1 irt 2 1 2 2 1 2 1
77 348322 46 1 irt 2 2 2 2 1 2 1
78 348530 47 2 irt 2 2 2 2 1 2 1
79 348370 48 2 irt 2 2 2 2 1 2 1
80 347048 39 2 irt 2 2 1 2 1 2 1
81 332247 49 1 petani 2 2 1 2 1 1 1
82 345408 32 2 wiraswas 2 2 1 2 1 1 1
83 348580 36 2 irt 2 2 1 2 1 1 1
84 347552 49 1 irt 2 2 1 2 1 1 1
85 347256 48 1 irt 2 2 1 2 1 2 1
86 348786 39 2 irt 2 2 1 2 1 2 1
87 348736 36 1 irt 2 2 1 2 1 2 1
88 348348 48 2 irt 2 2 2 2 2 2 1
89 348580 30 2 irt 2 2 1 2 2 2 1
90 348523 49 1 irt 2 2 1 2 2 2 1
91 348934 60 1 irt 1 1 1 2 1 1 1
92 347900 55 1 irt 1 1 1 2 1 1 1
xciii
93 348786 40 1 irt 1 1 2 2 1 1 1
94 348580 40 1 irt 1 1 2 2 1 1 1
95 347552 56 1 irt 1 1 1 2 1 1 1
96 349152 55 1 pedagang 1 2 1 2 1 1 1
97 348169 54 1 irt 1 2 1 2 1 1 1
98 348948 45 1 irt 1 2 1 2 1 1 1
99 348958 35 1 irt 1 1 1 2 1 1 1
100 349424 39 1 irt 1 1 2 2 1 1 1
101 347900 38 1 irt 1 1 2 2 1 1 1
102 349480 67 1 irt 1 1 2 2 1 1 1
103 349384 56 1 irt 1 1 2 2 1 1 1
104 349485 55 1 irt 1 1 2 2 1 1 1
105 349620 48 1 irt 1 1 2 2 1 1 1
106 347048 49 1 irt 1 1 2 2 1 1 1
107 349146 50 1 irt 1 1 2 2 1 2 1
108 348572 51 1 irt 1 1 2 2 1 2 1
109 349722 42 1 irt 1 1 2 2 1 2 1
110 349061 43 1 irt 1 1 2 2 1 2 1
111 349342 44 1 irt 1 1 2 2 1 1 1
112 349280 35 1 irt 1 1 2 2 1 1 1
113 349687 32 1 irt 1 1 2 1 1 1 1
114 341670 36 1 irt 1 1 2 1 1 1 1
115 349384 37 1 irt 1 1 2 1 1 2 1
116 347900 38 2 irt 1 2 1 2 1 2 1
117 325501 39 2 irt 1 2 1 2 1 2 1
118 348199 36 2 irt 1 2 1 2 1 1 1
119 348948 50 1 irt 1 2 1 2 1 1 1
120 348829 48 1 irt 1 2 1 2 1 1 1
xciv
Lampiran 5. Hasil Uji Univariat, bivariat, dan Multivariat data
Penelitian
pendidikan responden * ca.servix Crosstabulation
Count
ca.servix
tidak
menderita menderita Total
pendidikan <smp 45 40 85
responden >sma 15 20 35
Total 60 60 120
Count
ca.servix
tidak
menderita menderita Total
umur responden >=40 46 40 86
<40 14 20 34
Total 60 60 120
Count
ca.servix
tidak
menderita menderita Total
melakukan tidakpernah 55 56 111
papsmear pernah 5 4 9
Total 60 60 120
xcvi
usia melakukan hub.seks * ca.servix Crosstabulation
ca.servix
tidak
menderita menderita Total
usia melakukan <20 Count 36 11 47
hub.seks Expected Count 23.5 23.5 47.0
% within usia
76.6% 23.4% 100.0%
melakukan hub.seks
% within ca.servix 60.0% 18.3% 39.2%
% of Total 30.0% 9.2% 39.2%
>=20 Count 24 49 73
Expected Count 36.5 36.5 73.0
% within usia
32.9% 67.1% 100.0%
melakukan hub.seks
% within ca.servix 40.0% 81.7% 60.8%
% of Total 20.0% 40.8% 60.8%
Total Count 60 60 120
Expected Count 60.0 60.0 120.0
% within usia
50.0% 50.0% 100.0%
melakukan hub.seks
% within ca.servix 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
xcvii
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for usia
melakukan hub.seks 6.682 2.904 15.374
(<20 / >=20)
For cohort ca.servix =
2.330 1.619 3.352
menderita
For cohort ca.servix = .349 .203 .599
tidak menderita
N of Valid Cases 120
Crosstabs
jumlah anak * ca.servix Crosstabulation
ca.servix
tidak
menderita menderita Total
jumlah >3 Count 26 15 41
anak Expected Count 20.5 20.5 41.0
% within jumlah anak 63.4% 36.6% 100.0%
% within ca.servix 43.3% 25.0% 34.2%
% of Total 21.7% 12.5% 34.2%
<=3 Count 34 45 79
Expected Count 39.5 39.5 79.0
% within jumlah anak 43.0% 57.0% 100.0%
% within ca.servix 56.7% 75.0% 65.8%
% of Total 28.3% 37.5% 65.8%
Total Count 60 60 120
Expected Count 60.0 60.0 120.0
% within jumlah anak 50.0% 50.0% 100.0%
% within ca.servix 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
xcviii
Chi-Square Tests
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for jumlah
2.294 1.056 4.985
anak (>3 / <=3)
For cohort ca.servix =
1.473 1.044 2.079
menderita
For cohort ca.servix =
.642 .411 1.004
tidak menderita
N of Valid Cases 120
xcix
penyakit kelaminK * ca.servix Crosstabulation
ca.servix
tidak
menderita menderita Total
penyakit kelaminK pernah Count 40 13 53
Expected Count 26.5 26.5 53.0
% within penyakit
75.5% 24.5% 100.0%
kelaminK
% within ca.servix 66.7% 21.7% 44.2%
% of Total 33.3% 10.8% 44.2%
tidak pernah Count 20 47 67
Expected Count 33.5 33.5 67.0
% within penyakit
29.9% 70.1% 100.0%
kelaminK
% within ca.servix 33.3% 78.3% 55.8%
% of Total 16.7% 39.2% 55.8%
Total Count 60 60 120
Expected Count 60.0 60.0 120.0
% within penyakit
50.0% 50.0% 100.0%
kelaminK
% within ca.servix 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
c
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for penyakit
kelaminK (pernah / 7.231 3.198 16.347
tidak pernah)
For cohort ca.servix = 2.528 1.698 3.764
menderita
For cohort ca.servix = .350 .213 .575
tidak menderita
N of Valid Cases 120
ca.servix
tidak
menderita menderita Total
lama penggunaan pernah Count 36 39 75
kontrasepsi Expected Count 37.5 37.5 75.0
% within lama
48.0% 52.0% 100.0%
penggunaan kontrasepsi
% within ca.servix 60.0% 65.0% 62.5%
% of Total 30.0% 32.5% 62.5%
tidakpernah Count 24 21 45
Expected Count 22.5 22.5 45.0
% within lama
53.3% 46.7% 100.0%
penggunaan kontrasepsi
% within ca.servix 40.0% 35.0% 37.5%
% of Total 20.0% 17.5% 37.5%
Total Count 60 60 120
Expected Count 60.0 60.0 120.0
% within lama
50.0% 50.0% 100.0%
penggunaan kontrasepsi
% within ca.servix 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
ci
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for lama
penggunaan kontrasepsi .808 .385 1.694
(pernah / tidakpernah)
For cohort ca.servix = .900 .627 1.291
menderita
For cohort ca.servix = 1.114 .762 1.630
tidak menderita
N of Valid Cases 120
ca.servix
tidak
menderita menderita Total
pernah merokok pernah Count 21 24 45
Expected Count 22.5 22.5 45.0
% within pernah merokok 46.7% 53.3% 100.0%
% within ca.servix 35.0% 40.0% 37.5%
% of Total 17.5% 20.0% 37.5%
tidakpernah Count 39 36 75
Expected Count 37.5 37.5 75.0
% within pernah merokok 52.0% 48.0% 100.0%
% within ca.servix 65.0% 60.0% 62.5%
% of Total 32.5% 30.0% 62.5%
Total Count 60 60 120
Expected Count 60.0 60.0 120.0
% within pernah merokok 50.0% 50.0% 100.0%
% within ca.servix 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
cii
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for pernah
merokok (pernah / .808 .385 1.694
tidakpernah)
For cohort ca.servix = .897 .613 1.313
menderita
For cohort ca.servix = 1.111 .775 1.594
tidak menderita
N of Valid Cases 120
Score df Sig.
Step Variables JMLANAKK 4.483 1 .034
0 GANTIPAK 5.400 1 .020
KELAMINK 24.635 1 .000
HUBSEKSK 21.860 1 .000
Overall Statistics 41.521 4 .000
ciii
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step Variables JMLANAKK 4.483 1 .034
0 KELAMINK 24.635 1 .000
HUBSEKSK 21.860 1 .000
Overall Statistics 41.153 3 .000
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 46.593 3 .000
Block 46.593 3 .000
Model 46.593 3 .000
civ
Lampiran 7
Responden Peneliti
( ) Melva
cv