Anda di halaman 1dari 109

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN

KANKER LEHER RAHIM PADA PENDERITA YANG DATANG


BEROBAT DI RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN TAHUN 2008

TESIS

Oleh :

MELVA
047023013/AKK

0000

00000

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Melva : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Kanker Leher Rahim Pada Penderita Yang Datang Berobat Di
RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2008, 2008
USU Repository © 2008
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN
KANKER LEHER RAHIM PADA PENDERITA YANG DATANG
BEROBAT DI RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN TAHUN 2008

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)


dalam Program Magister Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Konsentrasi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh :

MELVA
047023013/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

2
Judul Tesis : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEJADIAN KANKER LEHER RAHIM PADA
PENDERITA YANG DATANG BEROBAT DI RUMAH
SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN
TAHUN 2008
Nama Mahasiswa : Melva
Nomor Pokok : 047023013
Program Magister : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Konsentrasi : Epidemiologi

Menyetujui
Komisi Pembimbing

(Prof.dr.H.M.Nadjib Dahlan Lubis, Sp.PA(K)) (dr. Deri Edianto, Sp.OG(K))


Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Dr.Drs. Surya Utama, MS) (Prof. Dr. Ir.T.Chairun Nisa B, MSc)

Tanggal lulus : 16 Desember 2008

Melva : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Kanker Leher Rahim Pada Penderita Yang Datang Berobat Di
RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2008, 2008
USU Repository © 2008
Telah diuji

Pada tanggal : 16 Desember 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof.dr.H.M. Nadjib Dahlan Lubis Sp.PA(K)

Anggota : 1. dr. Deri Edianto, Sp.OG(K)

2. dr. Rahayu Lubis, M.Kes

3. dr. Ria Masniari, M.Si

4. dr. Jules H. Hutagalung, MPH

Melva : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Kanker Leher Rahim Pada Penderita Yang Datang
Berobat Di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2008, 2008
USU Repository © 2008
PERNYATAAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN


KANKER LEHER RAHIM PADA PENDERITA YANG
DATANG BEROBAT DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN
TAHUN 2008

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi, dan sepanjang sepengatahuan saya juga tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali
yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.

Medan, 16 Desemder 2008

Melva

i
ABSTRAK

Kanker leher rahim (KLR) masih menjadi problema kesehatan bagi


masyarakat Indonesia , karena kanker ini masih merupakan salah satu keganasan
yang paling banyak pada wanita. Di Indonesia terjadi peningkatan penyakit KLR
dan menjadi salah satu penyebab kematian pada usia produktif
Untukmengetahui factor yang mempengaruhi terjadinya KLR telah
dilakukan penelitian dengan rancangan studi Cross Sectional terhadap penderita
KLR sebanyak 60 kasus dan 60 tidak penderita KLR. Sampel diambil pada
penderita yang datang berobat dan rawat inap bulan Februari - Maret 2008 di
Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam MalikMedan. Data primer dikumpulkan
dengan teknik wawancara menggunakan kuestioner. Data dianalisis secara
Univariat, Bivariat, Multivariat
Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara 4 faktor yang menentukan kejadian KLR: usia pertama
hubungan seks (p=0.000), paritas (p=0.034), ganti pasangan (p=0,020), infeksi
kelamin (p=0.000). Hasil analisis Multivariat melalui uji Regresi Logistik Ganda
menunjukkan ada pengaruh usia pertama melakukan hubungan seks
(p=0.005;Rasio Prevalens 2.3), infeksi kelamin (p=0.000; Ratio prevalens 2.5)
Berdasarkan hasil penelitian ini maka petugas kesehatan perlu melakukan
sosialisasi KLR secara terpadu oleh Dinas Kesehatan, Puskesmas, Departemen
Agama, Tokoh Masyarakat, melalui Komunikasi Informasi Edukasi (KIE).
Pelaksanaan Deteksi Dini menjadi suatu Program Penanggulangan KLR, baik di
tingkat daerah maupun tingkat Puskesmas.

Kata kunci : Kanker Leher Rahim

ii
ABSTRACT

Cervical cancer is still a major health problem for Indonesian women , as


the cancer is the first rank incidence of malignancy in Indonesian. The incidence of
cervical cancer is increasing in Indonesian that it becomes one of the causes of death
of women in their productive age
To find out the influencing risk factor of the incidence of the cervical
cancer, it is done a cross sectional study to sixty patiens suffering of cervical
cancer and sixty people not surffering .The sample for this study are those who
came to H.Adam Malik General Hospital Medan in period of February to March
2008.The datas were achieved by enterviewing, fulfilling the questionnaire and
analysed by univariate, bivariate and multivariate analysis.
Chi Square test shows that there were four factors that significantly
determine the incidence of cervical cancer i.e, the age of under twenty year, the
first time committed sexual intercourse (p=0,000), parity of more than three
(p=0,000), Changing of sexual patner (p=0,020), being ever get cervical infection
(p=0,000). Multivariate (logic Regression) analysis showed that the most
determining factor influencing were the first time of commiting sexual
intercourse (p=0.005; ratio prevalence 2,3) cervical infection (p=0,000; ratio
prevalens 2,5).
Based the result it is suggested that health service, personnels, primary
health center, Department of Religious Affairs, prominent community leaders
joinly do an intergrated socialitation of cervical cancer through education
information communication. The implemation of early detection has become a
cervical cancer prevention program either at district or Puskesmas levels.

Key words : Cervical Cancer

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena HidayahNyalah penulis dapat menyelesaikan tesis berjudul : “Faktor-

Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Kanker Leher Rahim pada Penderita

yang Datang Berobat di RSUP. H. Adam Malik Tahun 2008”.

Dalam penulisan tesis ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai

pihak. Maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih

kepada Bapak/ibu : Prof.dr, H.M. Nadjib Dahlan Lubis, Sp.PA(K) sebagai

Ketua Komisi Pembimbing, dr. Deri Edianto, Sp.OG(K) selaku anggota komisi

pembimbing serta dr. Rahayu Lubis, M.Kes. selaku anggota komisi pembimbing

yang telah meluangkan waktu, tenaga dan fikiran untuk membimbing penulis

mulai dari pembuatan proposal hingga selesainya penulisan tesis ini. Tidak lupa

ucapan terimakasih kepada Ibu Ria Masniari, MS,. dr. Jules H. Hutagalung, MPH

dan yang telah menyediakan waktu, menjadi Dosen Pembanding dan tim penguji

tesis ini. Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan rasa terimakasih

kepada Bapak/Ibu :

1. Bapak Prof., Charuddin P. Lubis, DTM&H,SpA(K), selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr, Ir. T.Chairun Nisa B, MSc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

v
3. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, sebagai Ketua Program Studi Administrasi

dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.


4. Bapak Wakil direktur Medis dan Penelitian RSUP. H. Adam Malik Medan
dan staff yang telah memberi izin dan membantu penulis dalam melakukan
penelitian ini.

5. Ibu Prof. Dr.Dra. Ida Yustina, MSi. selaku Sekretaris Program Studi

Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana

Universitas

Sumatera Utara.

6. Seluruh Staff Pengajar dan Staff Administrasi yang telah memberikan

pengajaran, bimbingan dan pengarahan serta bantuan selama pendidikan.

7. Ibu Ir. Zuraidah Nasution, M.Kes. selaku Direktur Poltekkes Depkes Medan

yang telah memberikan izin belajar kepada penulis.


8. Kepada suami tercinta dan anak-anak tersayang serta seluruh keluarga, Bapak,
Kakak dan Adik-adik serta teman-teman di Institusi Prodi D-III & D-IV
Kebidanan Medan yang selalu memberikan dorongan moril maupun materil
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini.

Penulis yakin dalam tesis ini terdapat kekurangan, untuk itu penulis

menerima masukan, kritik dan saran demi perbaikan tesis ini. Semoga Tuhan

Yang Maha Esa membalas kebaikan Bapak/Ibu.

Medan,

Penulis

vi
RIWAYAT HIDUP

Nama : Melva
Tempat/tanggal Lahir : Pematang Siantar, 23April 1961
Pekerjaan : Staf Pengajar Politeknik Kesehatan Jurusan
Kebidanan Medan
Alamat : Jalan Sido Mulyo Dusun VI Pasar IX Tembung

Riwayat Pendidikan
1967 - 1973 : SD TP Mardi Lestari Medan :
1973 - 1976 SMP TP Mardi Lestari Medan :
1976 - 1980 SMA Negeri IV Medan
1980 - 1983 : Fakultas Non Gelar Kesehatan Program D III
Keperawatan Universitas Darma Agung Medan
1999 - 2000 : D IV Perawat Pendidik USU Medan
2004 - 2008 : Sekolah Pascasarjana USU Medan

Riwayat Pekerjaan
1986 - Sekarang : Staf Pengajar Politeknik Kesehatan Medan

vii
DAFTAR ISI

Halaman.
ABSTRAK .......................................................................................................... i
ABSTRACT ........................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ v
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x

BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................ 1


1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah ..................................................................... 6
1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6
1.4. Hipotesis Penelitian ..................................................................... 6
1.5. Manfaat Penelitian ....................................................................... 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 8


2.1. Pengertian Kanker Leher Rahim ................................................. 8
2.2. Epidemiologi Kanker Leher Rahim ............................................ 8
2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Kanker Leher
Rahim .......................................................................................... 11
2.4. Patologi ........................................................................................ 20
2.5. Gambaran Klinis .......................................................................... 21
2.6. Tindakan Pengobatan .................................................................. 25
2.7. Prognosis Kanker Leher Rahim ................................................. 26
2.8. Landasan Teori ............................................................................ 27
2.9. Kerangka Konsep ........................................................................ 28

BAB 3. METODE PENELITIAN .................................................................. 29


3.1. Jenis Penelitian ............................................................................ 29
3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian...................................... 29
3.3. Populasi dan Sampel .................................................................... 30
3.4. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 30
3.5. Variabel dan Definisi Operasional .............................................. 33
3.6. Metode Pengukuran ..................................................................... 35
3.7. Metode Analisis Data .................................................................. 36

viii
BAB 4. HASIL PENELITIAN ......................................................................... 39
4.1. Deskripsi Rumah Sakit Umum Pusat. H.Adam Malik ................ 39
4.2. Hasil Penelitian ............................................................................ 41

BAB 5. PEMBAHASAN ................................................................................. 52


5.1. Usia Pertama Melakukan Hubungan Seks dengan Kejadian
KLR ............................................................................................. 53
5.2. Paritas (Jumlah Anak) dengan Kejadian KLR ............................ 54
5.3. Ganti Pasangan dengan Kejadian KLR ....................................... 55
5.4. Infeksi dengan Kejadian KLR .................................................... 57
5.5. Kontrasepsi Hormonal dengan Kejadian KLR............................ 58
5.6. Merokok dengan Kejadian KLR ................................................. 60

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………… 62


6.1. Kesimpulan .................................................................................. 62
6.2. Saran ............................................................................................ 63

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 65

ix
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman.


2.1 Stadium KLR menurut FIGO tahun 2000………………… ...... 24
3.1 Metode Pengukuran .................................................................... 35

4.1 Distribusi Karakteristik Penderita Kanker Leher Rahim di


RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2008 ................................. 41

4.2 Gambaran Faktor yang mempengaruhi Kejadian KLR di RSUP


H. Adam Malik Medan tahun 2008 ............................................ 43

4.3 Distribusi proporsi penderita KLR berdasarkan variabel


independen, nilai p, RP dengan 95% CI di RSUP H. Adam
Malik Tahun 2008 ....................................................................... 45

4.4 Hasil Analisis Uji regressi logistik ganda untuk identifikasi


variabel yang akan masuk dalam model dengan nilai p ≤ 0.05 .. 51

4.5 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Faktor Yang


Mempengaruhi Kejadian KLR di RSUP H. Adam Malik
Medan tahun 2008 ....................................................................... 51

x
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1 Kerangka Teori......................................................................... 27

2 Kerangka Konsep Penelitian .................................................... 28

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Daftar Pertanyaaan Penelitian .......................................... 70

2. Hasil uji validitas Kuesionerdi Ruang Rindu B RSUP. 75


HAM Medan Tahun 2008 (n.30) ............................

3. Hasil uji Reliabilitas Kuesionerdi Ruang Rindu B RSUP. 76


HAM Medan Tahun 2008.(n.30) .........................

4. Master tabel data penelitian faktor-faktor yang 77


mempengaruhi kejadian kanker leher rahim pada
penderita yang datang berobat di RS. H. Adam Malik
Medan...............................................................................

5. Hasil uji univariat, bivariat, dan multivariat data 79


penelitian ..........................................................................

6. Surat Permintaan Izin dari Program Pasca Sarjana USU 86

7. Pernyataan Setuju Menjadi Responden 87

8. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di RSUP. H. 88


Adam Malik medan

xii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Azis(2001). Muslim(2003) Kanker Leher Rahim (KLR)

merupakan kanker kedua terbanyak ditemukan pada wanita setelah kanker

payudara dan merupakan penyebab kematian utama pada wanita. Diperkirakan

500.000 kasus baru kanker leher rahim terjadi setiap tahunnya di dunia, 80% dari

kasus tersebut terdapat di Negara - Negara yang sedang berkembang.

Menurut data Organisasi Kesehatan Sedunia,( WHO) setiap tahun jumlah

penderita kanker didunia bertambah 6,25 juta orang atau setiap 11 menit ada satu

penduduk meninggal dunia karena kanker dan setiap 3 menit ada satu penderita

kanker baru. Dalam 10 tahun mendatang di perkirakan 9 juta orang akan

meninggal setiap tahun akibat kanker, 2/3 dari penderita kanker tersabut berada

di Negara - Negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia ( Bustan,1997.

Ratna 2004).

Menurut Riono(1999) di Amerika Selatan, Afrika dan beberapa di negara

Asia ditemukan kejadian kanker leher rahim sebanyak 40/100.000 penduduk,

sedangkan di wilayah Australia Barat, tercatat setiap tahunnya sebanyak 85 orang

wanita didiagnosa positif menderita kanker leher rahim.

Menurut Hacker & Moore(2001) di Amerika Serikat pada tahun 1990

KRL menduduki urutan ke 8 diantara kanker pada wanita , dengan angka kejadian

xiii
sebesar 13.500 kasus. Di Asia pada tahun 2000 incidence rate KLR di temukan

sebanyak 510/ 100.000.wanita dengan case fatality rate ( CFR ) sebesar 39,8 %.

Menurut Wiknjosastro, Saefudin, Rachimhadhi (1999) di Asia dijumpai

insiden KLR sebanyak 20-30/100.000 wanita dengan angka kematian 5-

10/100.000.wanita, penderita KLR terutama banyak dijumpai pada usia 45-50

tahun, puncak kejadian pada usia 35-39 tahun dan 60-64 tahun, dengan usia rata-

rata 52 tahun.

Data Departemen Kesehatan di Indonesia saat ini ada sekitar 200.000

kasus KLR setiap tahunnya, atau 100 kasus per 100.000.wanita., 70 % kasus yang

datang kerumah sakit ditemukan dalam stadium lanjut. Di Indonesia penderita

KLR saat ini masih menempati urutan pertama setelah kanker payudara.

Incidence kanker saat ini di perkirakan 100 per 1000.000 ribu pertahun atau

sekitar 180.000 ribu penderita pertahun (Sahil, 2003. Mustari, 2006).

Penyakit kanker merupakan hal yang sangat menakutkan, karena penyakit ini

ganas bahkan kerap diibaratkan sebagai lonceng kematian. Di Indonesia terjadi

peningkatan penyakit kanker dan menjadi salah satu penyebab kematian usia

produktif. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)menunjukkan proporsi

penyebab kematian karena kanker semakin meningkat dari 1,3 % pada tahun

1976, menjadi 3,4 % pada tahun 1980. Pada tahun 1986, meningkat menjadi 4,3 %

dan 4,8 % pada tahun 1992 (Nuranna,1992).

xiv
Di Sumatera Utara diperoleh data dari Dinas Kesehatan Provinsi jumlah

penderita kanker leher rahim pada tahun 1999 tercatat 475 kasus, tahuan 2000

sebanyak 548 kasus dan tahun 2001 sebanyak 683 kasus.

Data RS dr. Pirngadi Medan tahun 2000 menunjukkan bahwa KLR

menempati peringkat teratas dari seluruh kanker pada wanita. Pada tahun 1999

terdapat 57 kasus, tahun 2000 sebanyak 66 kasus, dan tahun 2001 sebanyak 85

kasus, 2002 sebanyak 62 kasus dan tahun 2003 sebanyak 92 kasus, tahun 2004

sebanyak 72 kasus, dan 2005 sebanyak 98 kasus. Data dari RSUP. Haji Adam

Malik Medan penderita KLR tahun 2001 sebanyak 55 kasus,tahun 2002 sebanyak

53 kasus dan tahun 2003 sebanyak 56 kasus, tahun 2004 sebanyak 62 kasus, tahun

2005 (111 kasus) dan tahun 2006 (140 kasus), 2007 (215 kasus).

Kematian karena KLR di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dalam

waktu 5 tahun terakhir sangat tinggi yaitu sebanyak 66,1% dari 327 kasus

kematian kanker ginekologik, disusul oleh Ovarium 22,6%, uterus 2,4%, vulva

0,9% dan vagina 0,6% (Ramli, 2005).

Menurut Edianto (2006) lebih dari 90% penyebabnya KLR saat ini akibat

Human Papilloma Virus (HPV) yang ditularkan melalui hubungan seksual.

Selain HPV, ada beberapa faktor resiko untuk terjadinya KLR yaitu (1)

Insidens lebih tinggi pada yang kawin dari yang tidak kawin, (2) Perempuan

kawin usia muda atau koitus pertama usia < 16 tahun, (3) Insidens meningkat

dengan tingginya paritas, (4) Golongan sosial ekonomi rendah yang berkaitan

dengan pendidikan yang rendah, kawin usia muda, hygiene seksual jelek, paritas

xv
tinggi serta pekerjaan dan penghasilan yang tidak tetap, (6) Aktivitas seksual

sering berganti pasangan (promiskuitas), (7) Hubungan seks dengan lelaki yang

memiliki penderita kanker leher rahim uteri, sering pada wanita yang mengalami

infeksi HPV serta kebiasaan merokok baik pasif maupun aktif.

Menurut Bustan(1997), Wiknjosastro(1999) kanker dapat disembuhkan jika

dideteksi dan ditanggulangi sejak dini, namun dikarenakan minimnya gejala yang

ditimbulkan oleh KLR, maka penanganan terhadap penyakit ini sering kali

terlambat yang menyebabkan kematian.

Penanganan kanker sering terlambat akibat minimnya gejala yang

ditimbulkannya,sehingga terjadi peningkatan kasus dari tahun ketahun bahkan

cenderung mengalami pergeseran kearah usia yang lebih muda(Jonathan, 2000).

Pemeriksaan yang paling utama dalam deteksi dini KLR adalah

pemeriksaan Papaniculou Smear (Papsmear) khususnya perempuan yang sudah

aktif melakukan hubungan seks. (Bastaman,1999.Aziz,2002)

Papsmear merupakan pemeriksaan sitologi , sederhana , cepat dan tidak

sakit dengan tingkat sensitivitas yang cukup baik dan tergolong murah. Papsmear

efektif menurunkan angka kejadian dan kematian yang diakibatkan oleh kanker

leher rahim.

Menurut Heru(2000) tiga puluh persen dari penderita neoplasma, kasus

ditemukan pada saat skrining dengan Papsmear. Melalui papsmaer KLR dapat

disembuhkan bahkan dapat dicegah (preventable disease).Di beberapa negara

maju yang telah cukup lama melakukan program penyaringan (screening), melalui

xvi
papsmear dapat menemukan penyakit pada tingkat pra kanker , dan angka

kematiam turun secara drastis sekitar 50 - 60%.

Di Kanada insidens kanker serviks turun dari 28,4 menjadi 6,9 per 1000

wanita dan angka kematian turun dari 11,4 menjadi 3,3 per 1000 wanita selama 20

tahun program penyarigan.( Scaberg,1985.Sianturi,1996)

Menurut Hacker & Moore (2001) di Amerika Serikat tahun 1990 KLR

menduduki rangking ke delapan diantara penyakit kanker pada wanita. Insidensi

telah banyak berkurang sejak tahun 1930. Sebagian penurunan KLR berhubungan

dengan adanya sediaan apus Papanicolau yang memungkinkan pendeteksian

penyakit sebelum invasif.

Tingginya angka kematian penderita KLR di Indonesia disebabkan

sebagian besar penderita KLR, baru datang berobat setelah stadium lanjut, sekitar

70% penderita datang dalam stadium lanjut , hal ini karena masih kurangnya

kesadaran wanita Indonesia untuk mencegah dan mendeteksi secara dini

kanker leher rahim ( Ratna,2004 ).

Data Rumah Sakit Kanker Dharmais 1993-1997 dari 710 kasus baru,

sebesar 65 % pasien datang pada stadium lanjut ( IIB-IV )dengan angka ketahanan

hidup, dalam dua tahun stadium lanjut berkisar 53,2% dan untuk stadium awal

hampir 90% (Hidayani, 2003).

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian kanker leher rahim pada

penderita rawat inap di RSUP. Haji Adam Malik Medan.

xvii
1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas maka yang menjadi

permasalahan adalah masih tingginya angka kejadian kanker leher rahim, dan

ingin diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian kanker leher rahim,dan

deteksi dini yang dilakukan pada penderita yang datang berobat dan rawat inap di

RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui karakteristik penderita kanker leher rahim (umur, pendidikan,
pekerjaan dan deteksi dini) yang datang berobat dan rawat inap di RSUP
Haji Adam Malik Medan.

2. Menganalisis faktor yang mempengaruhi (usia pertama kali kawin/

melakukan hubungan seks, paritas, ganti pasangan, riwayat pemakaian

kontrasepsi, merokok) dengan kejadian kanker leher rahim pada penderita

yang datang berobat dan rawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.4 Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh usia pertama kali kawin dengan kejadian kanker leher rahim

2. Ada pengaruh paritas dengan kejadian kanker leher rahim

3. Ada pengaruh ganti pasangan dengan kejadian kanker leher rahim

4. Ada pengaruh riwayat pemakaian kontrasepsi dengan kejadian kanker

leher rahim

xviii
5. Ada pengaruh merokok dengan kejadian kanker leher rahim

6. Ada pengaruh penyakit/ infeksi kelamin dengan kejadian kanker leher

rahim

1.5 Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi petugas

kesehatan dalam memahami faktor resiko terjadinya kanker leher rahim.

2. Hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi bahan acuan bagi penelitian

selanjutnya yang berkaitan dengan resiko terjadinya kanker leher rahim.

xix
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kanker Leher Rahim

Menurut Sarjadi (1995) Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada

serviks uteri, suatu daerah pada organ perempuan yang merupakan pintu masuk

kearah rahim yang terletak antar rahim dan liang senggama.

2.2 Epidemiologi kanker leher rahim

2.2.1 Kejadian Kanker Leher Rahim

Kanker leher rahim merupakan penyebab kematian utama kanker pada

wanita di negara berkembang. Setiap tahun diperkirakan terdapat 500.000

kasus KLR baru di seluruh dunia , 77 % berada di Negara sedang berkembang

( Sjamsudin, 2001 ).

Data Insidensi rate KLR (Age standardized cancer incidence rate /

ASR). Di negara Thailand didapatkan bahwa dalam kurun waktu 5 tahun ( 1983 -

1987 ) sebesar 33,2 % , Korea Selatan dalam kurun waktu 2 tahun sebesar 23,2 %

, India dalam kurun waktu 1 tahun ( 1982 ) sebesar 41,7 %, sedangkan Myanmar

dalam kurun waktu 3 tahun ( 1978 - !980 ) sebesar 31,3 % ( Sarjadi,1995 ).

Secara umum di seluruh dunia, baik insiden dan mortalitas KLR berada

pada urutan kedua setelah kanker payudara , sedangkan pada negara berkembang

xx
KLR masih menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian pada wanita

(Sarjadi , 1995 ).

Di Indonesia, KLR menempati urutan kedua setelah kanker payudara.

Diantara tumor ganas ginekologi sebesar 68,90 % , diperkirakan terdapat 200 ribu

kasus baru pertahunnya. Insidens rate penderita kanker di Indonesia berjumlah 100

orang per 100.000 (Ratna, 2004).

Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) proporsi

kematian meningkat dari tahun ke tahun, yaitu 4,8 % tahun 1989 menjadi 5 %

tahun 1992 serta 4,9 % tahun 1995, dan 6,0 % tahun 2001, dimana kanker

merupakan urutan kelima terbanyak penyebab kematian. KLR menempati urutan

pertama dari kejadian kanker secara keseluruhan ataupun dari kejadian kanker

pada wanita ( SKRT 2002 ).

Berdasarkan data dari 13 pusat Patologi di Indonesia tahun 1990. Insiden

KLR menempati urutan pertama dengan persentasi sebanyak 27 % disusul kanker

payudara 11,22 %, Sedangkan data dari beberapa gabungan rumah sakit di

Indonesia proporsi KLR menduduki peringkat tertinggi yaitu 16,0 %, disusul oleh

kanker hati / hepatoma (12,0 %), payudara (10,0%), kanker paru (9,0 %), kanker

kulit (7,5 %), kanker nasofaring (7,0 %0, leukemia (5,0 %), kanker usus besar (4,5

%) dan lain-lain (1,7 %) (Fauzi, 2002.Aziz, 1996).

Data dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dari 1717 kasus kanker

ginekologi dalam kurun waktu 1989 - 1992 (3 tahun) terdapat 76,2 % diantaranya

adalah KLR. Kematian karena KLR di RSCM tahun (1990-1994 ) sangat tinggi

xxi
yaitu sebanyak 66,1 % dari 327 kasus kematian kanker ginekologik , disusul oleh

kanker ovarium 22,6 % ,penyakit trofoblas ganas 7,3 % , kanker uterus 2,4 %

,kanker vulva 0,9 % dan kanker Vagina 0,6 % ( Sahil ,2002 ).

Penelitian lain di Amerika dilakukan oleh Sidibe Kassim (2000)

memperkirakan setiap tahun terjadi 13.000 kasus KLR . 31,54 % diantaranya

berada pada stadium lanjut . Diperkirakan sekitar 10 -15 % displasia ringan

hingga sedang berkembang menjadi kanker invasif .dan membutuhkan waktu 3 -

20 tahun untuk menjadi kanker invasif ( Tambunan ,1996 ).

KLR jarang terjadi sebelum umur 20 tahun, umur rerata dari kejadian ini

47 tahun. Di beberapa daerah geografis , umur rerata dilaporkan 39 tahun dan

yang terbanyak antara 45 - 50 tahun ( Hacker dan Moore, 2001 ).

Periode laten dari fase pra invasif menjadi invasif memakan waktu sekitar

10 tahun, hanya 9 % dari wanita berusia < 35 tahun menunjukkan KLR invasif

pada saat didiagnosis sedangkan 53 % dari Karsinoma insitu terdapat pada wanita

di bawah usia 35 tahun. Hasil penelitian dari beberapa laboratorium Patologi

Anatomi di Indonesia (2000), KLR ditemukan pada wanita yang berusia antara 25

- 34 tahun dengan puncaknya pada usia 45 - 54 tahun. Sedangkan menurut Hatch,

umur rata-rata penderita KLR 52 tahun dengan puncaknya diantara umur 35 - 39

tahun dan 60 - 64 tahun. Sebenarnya pada usia di bawah 15 tahun pun kanker ini

sudah berkembang akan tetapi baru tampak gejala setelah 10 sampai 30 tahun

kemudian. Pada wanita kulit putih dan kulit hitam paling sering terjadi pada usia

25 dan 35 tahun ( Novaks and Jonathan ,1996 . Sahil, 2003 ).

xxii
2.3 Faktor - Faktor Yang mempengaruhi terjadinya Kanker Leher Rahim

Penyebab KLR belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan

predisposisi yang menonjol :

2.3.1 Umur

Kanker leher rahim sering ditemukan antara umur 30 - 60 tahun dimana

insiden terbanyak pada umur 40 - 50 tahun, dan akan menurun drastis sesudah

berumur 60 tahun (Parson). Sedangkan menurut Bendson, penderita KLR rata-rata

dijumpai pada umur 45 tahun serta menurut Davis dan banyak peneliti lainnya

mengemukakan dalam 1000 per 100.000 dari kanker intra epitalia dijumpai pada

wanita 30 - 45 tahun ( Yakub,1993 ).

Periode laten dan fase pra invasif untuk menjadi invasif memakan waktu

sekitar 10 tahun. Hanya 9 % dari wanita berusia < 35 tahun menunjukkan KLR

yang invasif pada saat didiagnosa, sedangkan 35 % dari KLR terdapat pada wanita

di bawah usia 35 tahun. Sedangkan menurut Aziz(1996), umumnya insidens KLR

sangat rendah di bawah umur 20 tahun dan sesudahnya menaik dengan cepat dan

menetap pada usia 50 tahun. Sedangkan KLR mulai naik pada umur lebih awal,

dan puncaknya pada umur 30 - 34 tahun, dan mencapai puncak menetap pada usia

35 - 55 tahun dan terus menurun sesudah usia tersebut.

Menurut Riono(1999), KLR biasanya terjadi pada wanita yang berumur

tetapi bukti statistik menunjukkan bahwa KLR dapat juga menyerang wanita

yang berumur antara 20 - 30 tahun.

xxiii
2.3.2 Pendidikan

Penelitian Harahap 1983 di RSCM antara tingkat pendidikan dengan

kejadian KLR terdapat hubungan yang kuat, dimana KLR cenderung lebih banyak

terjadi pada wanita yang berpendidikan rendah dibanding wanita yang

berpendidikan tinggi(88,9%). Tinggi rendahnya pendidikan berkaitan dengan

tingkat sosio ekonomi, kehidupan seks dan kebersihan. Sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh Surbakti E ( 2004 ) pendidikan mempunyai hubungan bermakna

dengan kejadian KLR OR= 2,012 dengan kata lain penderita KLR yang

berpendidikan rendah merupakan factor resiko yang mempengaruhi terjadinya

KLR .

2.3.3 Pekerjaan

Menurut Teheru(1998) dan Hidayati(1999) terdapat hubungan antara KLR

dengan pekerjaan, dimana wanita pekerja kasar, seperti buruh, petani

memperlihatkan 4 kali lebih mungkin terkena KLR dibandingkan wanita pekerja

ringan atau bekerja di kantor. Dua kejadian yang terpisah memperlihatkan adanya

hubungan antara KLR dengan pekerjaan. Para istri pekerja kasar 4 kali lebih

mungkin terkena KLR dibandingkan para istri pekerja kantor atau pekerja ringan,

kebanyakan dari kelompok yang pertama ini dapat diklasifikasikan ke dalam

kelompok sosial ekonomi rendah, mungkin standard kebersihan yang tidak baik

pada umumnya factor sosial ekonomi rendah cenderung memulai aktifitas seksual

pada usia lebih muda.

xxiv
Wanita dengan sosio ekonomi tinggi dengan wanita dari masyarakat urban

sebagai kelompok resiko rendah, dan wanita dengan status sosial ekonomi yang

rendah dengan wanita dari masyarakat rural sebagai wanita yang beresiko tinggi

terhadap terjadinya KLR, biasanya dikaitkan dengan hygiene, sanitasi dan

pemeliharaan kesehatan masih kurang. Pendidikan rendah, kawin usia muda,

jumlah anak yang tinggi, pekerjaan dan penghasilan tidak tetap, serta faktor gizi

yang kurang akan memudahkan terjadinya infeksi yang menyebabkan daya

imunitas tubuh menurun sehingga menimbulkan resiko terjadinya KLR

(Teheru,1998. Hidayati,1999 ).Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh

Hibridawati ( 2001 ) ditemukan proporsi terbesar penderita KLR adalah pekerjaan

Ibu rumah tangga sebesar 73,7 %.

2.3.4 Deteksi Dini.

Di beberapa Negara maju yang telah cukup lama melakukan program

penyaringan (screening), melalui Papsmear dapat menemukan penyakit pada

tingkat pra kanker, dan angka kematian turun secara dratis 50-60%. Di Kanada

insidenkanker leher rahim turun dari 28,4 menjadi 6,9 sedang mortalitas turun dari

11,4 menjadi 3,3, per 1000 wanita selama 20 tahun program

penyaringan(screening).Di negara maju, seperti Jepang , angka penderita KLR

dapat ditekan dengan adanya kesadaran melakukan deteksi dini.Beberapa peneliti

mengemukakan dari 4467 kasus kanker ,sebesar 1800 kasus ditemukan pada

xxv
stadium lanjut.,dari keseluruhan wanita yang menderita KLR tidak pernah

melakukan Papsmear sebanyak 85 %(Aziz,2000.Evennett 2003 ).

Di negara-negara Skandinavia dengan melakukan deteksi dini sejak

pertengahan tahun enam puluhan selama 20 tahun (1965 - 1978) angka kematian

KLR menurun sebesar 50 - 60 % di Kanada insidens KLR turun dari 28,4%

menjadi 6,9% dan mortalitas turun dari 11,4% menjadi 3,3 per 100.000

wanita.Sedangkan penelitian di Australia pada penderita dengan kanker invasif

sebesar 35 % dimana tidak pernah melakukan deteksi dini, sebesar 19,4 %, tidak

melakukan deteksi dini paling sedikit 4 tahun sebesar 21,5 % (Aziz, 2000).

Di Indonesia , terjadi peningkatan kejadian kanker dalam jangka waktu

10 tahun terlihat bahwa peringkat kanker sebagai penyebab kematian naik dari

peringkat 12 menjadi peringkat 6.Setiap tahun diperkirakan terdapat 190.000

penderita baru dan 1/5 akan meninggal akibat penyakit kanker.Namun angka

kematian akibat kanker ini bisa dikurangi 3 - 35% bila dilakukan tindakan

perventif, screening dan deteksi dini.Misalnya dengan melakukan tes pap smear

bagi mereka yang telah aktif secara seksual dapat menurunkan angka kematian

(Dalimartha, 2004).

Menurut Aziz(2003) tingginya angka kematian penderita KLR di

Indonesia disebabkan karena sebagian besar penderita KLR atau 70 % penderita

KLR ditemukan pada stadium lanjut.

xxvi
Pemeriksaan yang paling utama dan deteksi dini kenker leher rahim

adalah pemeriksaan Papaniculou Smear (Papsmear) khususnya pada perempuan

yang sudah aktif melakukan hubungan seks (Canavan T at.all, 2000).

Data Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (1989 - 1992), penderita KLR

kebanyakan datang pada stadium lanjut (II dan IV )sekitar 80 % dimana,stadium I

19,9 %, stadium II 32,0 %, stadium III 40,7 % dan stadium IV 7,4 % keadaan ini

dapat terjadi karena kurangnya kesadaran wanita Indonesia untuk mencegah dan

mendeteksi secara dini KLR (Hidayati, 2001 ).

Papsmear merupakan pemeriksaan sitologi, sederhana cepat dan tidak

sakit dengan tingkat sensitivitas yang cukup baik dan tergolong relatif

murah,efektif menurunkan angka kejadian dan kematian yang diakibatkan oleh

KLR. Tiga puluh persen dari penderita KLR, kasus ditemukan pada saat skrining

Papsmear. Melalui Papsmear kanker leher Rahim dapat dicegah (preventable

disease) Walaupun hasil test Papsmear telah terbukti bermanfaat bagi penemuan

dini KLR namun penggunaannya secara nasional masih merupakan masalah

besar.(Aziz , 2002 ).

2.3.5 Usia Pertama Kawin/ Melakukan Hubungan Seksual

Kawin muda berpengaruh terhadap terjadinya KLR. Penelitian Sandra

Van Loon di RSHS (1996), wanita penderita KLR kawin pertama kali antara

umur 15 - 19 tahun. Beberapa sarjana melihat adanya hubungan erat antara KLR

xxvii
dengan kawin muda. Wanita yang kawin muda atau pertama kali koitus pada

umur 15- 20 tahun lebih sering terkena KLR (Lussat ).

Umur pertama kali hubungan seksual merupakan salah satu faktor yang

cukup penting. Dimana makin muda seorang perempuan melakukan hubungan

seksual semakin besar resiko yang harus ditanggungnya, karena terjadinya KLR

dengan masa laten KLR memerlukan waktu 30 tahun sejak melakukan hubungan

seksual pertama, sehingga hubungan seksual pertama dianggap awal dari mula

proses munculnya KLR pada wanita (Yakub ,1993 ).

Menurut Riono (1999 ), Edward (2001), Aziz ( 2002) Wanita menikah di

bawah usia 16 tahun biasanya 10 - 12 kali lebih besar kemungkinan terjadi KLR

daripada mereka yang menikah setelah berusia 20 tahun ke atas. Pada usia

tersebut kondisi rahim seorang remaja putri sangat sensitive. Serviks remaja lebih

rentan terhadap stimulus karsinogenik karena terdapat proses metaplasia

skuamosa yang aktif, yang terjadi di dalam zona transformasi selama periode

perkembangan. Metaplasia skuamosa ini biasanya merupakan suatu proses

fisiologi tetapi di bawah pengaruh karsinogen, perubahan sel dapat terjadi

sehingga mengakibatkan suatu zona transformasi yang tidak patologik. Perubahan

yang tidak khas ini menginisiasi suatu proses yang disebut neoplasia intraepitel

serviks (Cervic Intraepithel Neoplasma = CIN) yang merupakan fase prainvasif

dari KLR.

xxviii
2.3.6 Paritas

KLR dijumpai pada wanita yang sering partus atau melahirkan .

Kategori partus sering belum ada keseragaman akan tetapi menurut beberapa

pakar berkisar 3 - 5 kali melahirkan .(Tambunan,1996 .Harjono,1996).

Green menemukan penderita KLR 7,9 % adalah multi para dan 51 % pada

nulli para. Dimana bila persalinan pervaginam banyak maka KLR cenderung akan

timbul (Harahap, 1997).

KLR banyak ditemukan pada paritas tinggi tetapi tidak jelas bagaimana

hubungan jumlah persalinan dengan kejadian KLR, karena pada wanita yang tidak

melahirkan juga dapat terjadi KLR ( Yakub,1993 ).

2.3.7 Ganti pasangan

Telaah pada berbagai penelitian epidemiologi KLR berhubungan kuat

dengan perilaku seksual seperti multiple mitra seks, dan usia saat melakukan

hubungan seks yang pertama. Resiko meningkat lebih dari 10 X bila bermitra seks

6 atau lebih. Juga resiko meningkat bila berhubungan dengan pria beresiko tinggi

pria yang melakukan hubungan seks dengan multiple mitra seks atau yang

mengidap kondiloma akuminatum (Aziz, 2000).

Menurut Aziz (2000) Wanita yang melakukan hubungan seksual pada usia

< 20 tahun atau mempunyai pasangan seksual berganti-ganti lebih beresiko untuk

terjadi KLR. Berganti-ganti pasangan dalam hubungan seksual memperbesar

kemungkinan terinfeksi HPV.

xxix
Penelitian Corscoden ditemukan faktor koitus dengan seringnya berganti

pasangan, merupakan faktor yang berpengaruh untuk terjadinya KLR. Benson

menemukan kasus KLR 4 kali lebih banyak pada wanita yang melakukan prostitusi

( Yakub, 1993).

Menurut Rortkin, pergantian pasangan lebih dua kali akan meningkatkan

resiko terjadinya KLR., resiko meningkat 10 x lipat pada wanita yang mempunyai

mitra seksual enam atau lebih atau bila aktivitas seksual dimulai sebelum 15 tahun

(Evennett, 2003).

2.3.8 Merokok

Tembakau mengandung bahan-bahan karsinogen baik yang dihisap

sebagai rokok atau yang dikunyah. Wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah

serviks 56 x lebih tinggi dibandingkan di dalam serum. Efek langsung bahan

tersebut pada leher rahim akan menurunkan status immun lokal sehingga dapat

menjadi kokarsinogen. Hasil penelitian bila merokok 20 batang setiaphari resiko

untuk terkena kanker adalah 7 kali dibanding orang yang tidak merokok. Atau

bila merokok 40 batang setiap hari, resiko untuk terkena kanker adalah 14 kali

dibanding orang yang tidak perokok.Hasil penelitian menyimpulkan bahwa

semakin banyak dan lama wanita merokok maka semakin tinggi resiko untuk

terkena KLR (Hidayati,2001.Evennett,2003).

xxx
2.3.9 Infeksi

Penyebab utama KLR adalah adalah infeksi virus Human Vapiloma

Virus (HPV) lebih dari 90 kanker serviksjenis skuamosa mengandung DNA

VirusHPV dan 50 % KLR berhubungan dengan HPV tipe 16 . Infeksi virus HPV

telah terbukti menjadi penyebab lesi prakanker, kondiloma akuminatum, dan

kanker. Terdapat lebih dari 200 tipe virus HPV dari tipe tersebut tipe 16 dan 18

mempunyai peranan yang penting melalui sekuensi gen E6 dan E7 dengan

mengkode pembentukan protein - protein yang penting dengan replikasi virus.

Tipe virus resiko tinggi menghasilkan protein yang dikenal dengan protein E6 dan

E7 yang mampu berikatan dan menonaktifkan protein p53 dan pRb epitel seviks ,

p53dan pRb adalh protein penekan tumor yang berperan menghambat

kelangsungan siklus sel, dengan tidak aktifnya p53 dan pRb sel yang bermutasi

akibat infeksi HPV dapat meneruskan siklus tanpa harus memperbaiki kelainan

DNA nya, ikatan E6 dan E7 serta adanya mutasi DNA merupakan dasar utama

terjadinya kanker, dengan mengkode pembentukan protein - protein yang penting

dalam replikasi virus. virus HPV ini menginfeksi membran basalis pada daerah

metaplasia dan zona transformasi serviks, setelah menginfeksi sel epitel sebagai

upaya untuk berkembang biak, virus ini akan meninggalkan sekuensi genomnya

pada sel inang. Genom HPV dijumpai pada CIN dan berintegrasi dengan DNA

inang pada kanker infasif dimana Infeksi terjadi melalui kontak langsung

(Edianto,2006)

xxxi
2.3.1 Kontrasepsi

Pemakaian kontrasepsi oral dalam waktu lama lebih dari 4 atau 5 tahun

dapat meningkatkan resiko terkena KLR sebesar 1,5 -2,5 kali. Beberapa

penelitian menunjukkan bahwa kontrasepsi oral menyebabkan wanita sensitive

terhadap HPV yang dapat menyebabkan adanya peradangan pada genitalia

sehingga berisiko untuk terjadinya KLR (Hidayati, 2001).Pil kontrasepsi oral

diduga akan menyebabkan defisiensi asam folat yang mengurangi metabolisme

mutagen sedangkan estrogen kemungkinan menjadi salah satu kofaktor yang

membuat replikasi DNA HPV

2.4 Patologi

Kanker Leher Rahim timbul dibatas antara epitel yang melapisi

ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis servikalis yang disebut sambungan

skuamo kolumnar (SSK), histologik antara epitel gepeng berlapis (skuamos

komplek) dari porsio dengan epitel kuboid/ silindris pendek selapis bersilia dari

endoserviks, sedangkan pada wanita muda SSK ini berada di luar ostium uteri

eksternum, pada wanita usia lebih dari 35 tahun SSK berada di dalam kanalis

servikalis. Tumor dapat tumbuh : (1) exophitie mulai dari SSK kearah lumen

vagina sebagai masa proliferatif yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis ;

(2) endophititie mulai dari SSK tumbuh kedalam stroma serviks dan cenderung

mengadakan infiltrasi menjadi ulkus ; (3) Ulseratif mulai dari SSK dan cenderung

merusak struktur jaringan serviks dengan melibatkan awal forniks vagina untuk

xxxii
menjadi ulkus yang luas.Serviks yang normal, secara alamiah mengalami proses

metaplasia (erosi) akibat saling desak mendesak kedua jenis epitel yang melapisi.

Dengan masuknya mutagen porsio yang erosif (metaplasia skuamosa) yang

semula faali/ fisiologik dapat berubah menjadi patologik(displasia dikariotik)

melalui NIS-I,II,III dan KIS dan akhirnya menjadi karsinoma invasif. (Hacker &

Moore,2001.Wiknjosastro,1999 ).

2.5 Gambaran Klinis


2.5.1 Keputihan

Pada permulaan penyakit yaitu pada stadium preklinik (Karsinoma insitu

dan mikro invasif) belum dijumpai gejala-gejala yang spesifik bahkan sering

tidak mempunyai gejala. Tetapi awalnya keluaran cairan mucus yang encer,

keputihan seperti krem tidak gatal. Kemudian menjadi merah muda lalu

kecoklatan seperti air kotoran dan sangat berbau bahkan sampai dapat tercium

oleh seisi rumah penderita, bau ini timbul karena ada jaringan nekrosis (Hacker &

Moore, 2001. Wiknjosastro, 2002)

2.5.2 Pendarahan Pervaginam

Awal stadium invasif keluhan yang timbul pada penderita KLR adalah

pendarahan di luar siklus haid, yang dimulai sedikit-sedikit yang makin lama

makin banyak atau pendarahan terjadi di antara 2 masa haid. Pendarahan terjadi

akibat terbukanya pembuluh darah disertai dengan pengeluaran sekret berbau

busuk. Bila pendarahan berlanjut lama dan semakin sering akan menyebabkan

xxxiii
penderita menjadi anemis dan dapat terjadi shock, biasanya dijumpai pada

penderita kanker serviks uteri stadium lanjut (Hacker & Moore, 2001.

Wiknjosastro , 2002)

2.5.3 Pendarahan Kontak.

Keluhan ini sering dijumpai pada penderita kanker serviks uteri pada awal

stadium invasif, biasanya timbul pendarahan setelah bersenggama. Hal ini terjadi

akibat trauma pada permukaan serviks uteri yang telah mengalami lesi (Hacker &

Moore, 2001. Wiknjosastro, 2002)

2.5.4 Nyeri

Nyeri bukanlah suatu gejala dari kanker serviks uteri stadium lanjut dan

tidak selamanya serius ataupun keadaan parah. Rasa nyeri ini dirasakan di bawah

perut di bagian bawah sekitar panggul yang biasanya unilateral yang terasa

menjalar ke paha dan ke seluruh panggul. Nyeri bersifat progresif sering dimulai

dengan Low Back Pain di daerah lumbal, menjalar ke pelvis dan tungkai bawah

(Wiknjosastro, 2002. Tambunan, 1996)

2.5.5 Penyebaran

Pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh darah getah bening

menuju 3 arah yaitu :

1. ke arah fornises dan dinding vagina.

2. ke arah korpus uteri.

xxxiv
3. ke arah parametrium dan dalam tingkatan yang lebih lanjut mengilfritrasi

septum retrovaginal dan kandung kemih.

Melalui pembuluh getah bening dalam parametrium kanan dan kiri sel

tumor dapat menyebar ke kelenjar iliak dalam (hipogastrika). Karsinoma servik

umumnya terbatas pada daerah panggul saja tetapi tergantung dari kondisi

immunologi tubuh penderita, KIS akan berkembang menjadi mikro invasif dengan

menembus membrane basalis. Jika sel tumor sudah berada dalam pembuluh limfa

atau darah maka prosesnya sudah invasif, sesudah tumor menjadi invasif

penyebaran secara perkontinuitatum (menjalar) menuju fornises vagina, korpus

uterus rectum atau kandung kemih yang pada tingkat akhir (terminaltage) dapat

menimbulkan fistula rectum atau kandung kemih.

Penyebaran limfogen ke parametrium akan menuju kelenjar limfa regional

melalui ligamentum latum, kelenjar-kelenjar illiak, obturator, hipogastrika,

parasakral, paraaorta, melalui trunkus limfatikus di kanan dan vena subklavia kiri

mencapai paru, hati, ginjal, tulang dan otak (Jonathan, Neville, Hacker, 2000)

xxxv
2.5.6 Stadium Klinik Kanker Leher Rahim
Tabel.2.1 Stadium KLR menurut FIGO tahun 2000
Stage Description
0 Carcinoma in situ, intraephitelial carcinoma (Cases of stage 0 should
not be included in any therapeutic statistics for invasive carcinoma
I Carcinoma strictly confined to the cervic (Extension to the corpus
should be disregarded)
IA Invasive cancer identified only microscopically. All gross lesion even
with superficial invasion are stage IB cancers. Invasion is limited to
measured stromal invasion with maximum depth of 5,0 mm dan no
wider than 7,00 mm
IA1 Measured invasion of stroma no greater than 3,00 mm in depth and no
wider than 7,00 mm
IA2 Measured invasion of stroma greater than 3,00 mm and no greater
than 5,0 mm and no wider than 7,00 mm
IB Clinical lession confined to the cervix or preclinical lession greater
than stage IA
IB1 Clinical lession no greater than 4,0 cm
IB2 Clinical lession greater than 4,0 cm

II Carcinoma extends beyond the cervix but has not extended onto the
pelvic wall. Carcinoma involves the vagina, but not as far as the lower
third
IIA No obvious parametrial involvement
IIB Obvious parametrial involvement

III Carcinoma has extended to the pelvic wall. On rctal examination,


there is no cancer-free space between the tumor and pelvic wall.
Tumor involves the lower third of the vagina. All cases with
hydronephrosis or a non-functioning kidney are included, uncless they are
known to be due to another cause
Stage Description
IIIA No extension onto the pelvic wall, but involvement of the lower third
of the vagina, with no extension to the pelvic wall
IIIB Extension to the pelvic wall or hydronephrosis or non-functioning
kidney
IV Carcinoma has extended beyond the trues pelvis or has clinically
involved the mucosa or the bladder or rectum
IVA Spread to adjacent organs
IVB Spread to distant organs

xxxvi
2.6 Tindakan Pengobatan

Bila diagnosa hispatologik telah dibuat maka pengobatan harus segera

dilakukan dan pilihan pengobatan tergantung pada beberapa faktor yaitu: letak dan

luas lesi, usia dan jumlah anak serta keinginan menambah jumlah anak, adanya

patologi lain dalam uterus, keadaan sosial ekonomi, fasilitas

Pengobatan KLR tergantung pada tingkatan stadium klinis, secara umum

dapat digolongkan kedalam tiga golongan terapi yaitu:

2.6.1 Operasi

Operasi dilakukan pada stadium klinis I dan II, meliputi histerektomi

radikal, histerektomi ekstrafasial dan limpadenoktomi. Pada stadium klinis Ii

disamping operasi, dilakukan juga terapi radiasi (Riono, 1999. Hacker dan Moore,

2001).

2.6.2 Radioterapi

Terapi radiasi yaitu dengan menggunakan sinar peugion berkekuatan

tinggi yang dapat dilakukan secara internal maupun ekternal. Tetapi radiasi

dilakukan pada stadium klinis Ib. Selain radiasi terkadang diberikan pula

kemoterapi sebagai kombinasi terapi (Riono, 1999. Wiknjosastro, 1999. Hacker

dan Moore, 2001)

xxxvii
2.6.3 Kemoterapi

Kemoterapi dilakukan bila terapi radiasi tidak mungkin diberikan karena

metastase sudah sangat jauh. Umumnya diberikan pada stadium klinis IV B dan

hanya bersifat paliatif (Wiknjosastro, 1999. Hacker dan Moore, 2001).

2.7 Prognosis Kanker Leher Rahim

Faktor-faktor yang menentukan prognosis adalah penderita, keadaan

umum fisik, tingkat klinik, ciri-ciri histologik sel-sel tumor, kemampuan ahli atau

tim yang menangani dan sarana pengobatan yang tersedia. Kemampuan

mempertahankan kelangsungan hidup pasien (survival live) 5 tahun setelah

pengobatan adalah sebagai berikut:

Untuk tingkat klinik I : lebih kurang 85%

Untuk tingkat klinik II : antara 42% dan 70%

Untuk tingkat klinik III : antara 26% dan 42%

Untuk tingkat klinik IV : antara 0% dan 12%

xxxviii
2.8 Landasan Teori

Penyakit kanker leher rahim dapat disebabkan ole banyak faktor seperti

terlihat diwah ini ( Aziz, 1996).

Faktor Etiologi

Faktor resiko
Virus
Perilaku Seksual:
- Kawin usia muda
- Banyak anak
- Multi Partner
- Merokok
- Infeksi mulut
rahim
- Kontrasepsi

Kanker Leher
Rahim

Gambar 1. Kerangka Teori

xxxix
2.9 Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas serta kerangka teori

yang ada,maka penyusun membuat kerangka konsepdalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Faktor yang mempengaruhi :


- Usia pertamakali melakukan Penderita
hubungan seks KLR
- Paritas
- Ganti Pasangan
- Penyakit kelamin/infeksi
- Kontrasepsi hormonal
Tidak
- Merokok
penderita KLR

Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian

xl
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 JenisPenelitian

Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan rancangan

studi penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan crossectional atau

studi potong lintang yang menilai hubungan antara faktor resiko dengan kejadian

penyakit dengan cara memilih kasus (yang mengalami kanker leher rahim) dan

yang tidak menderita kanker leher rahim dimana seluruh variabel diukur pada saat

yang bersamaan ketika penelitian berlangsung.

3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSUP.H.Adam Malik Medan pemilihan

lokasi didasarkan pada pertimbangan bahwa di rumah sakit tersebut

memiliki data rekam medis yang baik dan guna terpenuhinya jumlah sampel

yang nantinya akan mempermudah dalam pengumpulan data yang dibutuhkan

tersedia dengan cukup dan merupakan RS rujukan untuk wilayah regional

Sumatera.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2007 sampai Maret 2008.

xli
3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita kanker leher

rahim dan yang bukan penderita kanker leher rahim yang datang berobat dan

rawat inap di bagian ginekologi RS H Adam Malik Medan dari Februari

sampai Maret 2008 sebanyak 120 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi,yaitu semua penderita

KLR dan tidak penderita KLR yang datang berobat dan rawat inap di bagian

ginekologi RS.H.Adam Malik Medan sebanyak 120 orang serta memenuhi

kriteria inklusi sebagai berikut:

a. kawin

b. Bersedia menjadi responden penelitian

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder :

1 Data primer yaitu data yang diambil dari wawancara langsung dengan

penderita yang dijadikan responden dan berpedoman pada instrumen yang

telah dipersiapkan dengan jawaban tertutup.

2 Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari catatan rekam medik pada

bagian ginekologi RSU H. Adam Malik tahun 2008

xlii
3 Peneliti dibantu oleh empat orang tenaga kesehatan berpendidikan D III

kebidanan yang sudah dilatih dan memahami isi instrumen, cara mengisi

dan tehnik wawancara yang baik

3.4.4 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Uji coba kuesioner penelitian dilaksanakan di RSUP.HAM. Medan pada

tanggal 2 Februari 2008. Adapun pemilihan tempat lokasi uji coba kuesioner

dengan pertimbangan RSUP .HAM. mempunyai karakteristik yang hampir sama

dengan karakteristik sampel sehingga diharapkan kuesioner ini akan memberikan

jawaban sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

Tujuan uji coba kuesioner adalah untuk mengetahui apakah item-item

pertanyaan dapat dimengerti oleh responden dengan mudah tanpa mengalami

kesulitan. Apabila dalam uji coba ini ditemukan kesulitan baik dari redaksi

ataupun bahasa yang menyulitkan akan diadakan revisi kembali. Tujuan lain yang

sangat penting adalah untuk mengetahui validitas dan reliabilitas dari item-item

dalam pertanyaan.

a Uji Validitas

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan uji coba terhadap 30

responden yang bukan penderita KLR, kuesioner penelitian ini dinyatakan valid

karena berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan diketahui bahwa t hitung

lebih tinggi dibanding nilai ttabel. nilai r tabel pada taraf signifikan 5% dengan

xliii
rumus df= N - 2 = 0,361, sedang hasil uji kuesioner didapatkan nilai r hasil > nilai

r tabel

b. Uji Reliabilitas

Berdasarkan hasil uji reliabilitas yang dilakukan, bahwa hasil uji statistik (r-

hitung) lebih tinggi dari pada r-tabel, sehingga kuestioner penelitian ini

dinyatakan reabel pada uji reliabilitas didapatkan bahwa alpha (0.9535) > nilai r

tabel maka uji kuesioner ini dinyatakan memiliki validitas dan reliabilitas dengan

konsistensi baik.

validitas menggunakan rumus Pearson, bila dalam pengujian ternyata ada

pertanyaan/variabel yang tidak valid maka dilakukan analisa kembali dengan

mengeluarkan variabel/pertanyaan yang tidak valid. Setelah semua variabel atau

pertanyaan valid dilanjutkan dengan uji reliabilitas dengan menggunakan Alpha

Cronbach dalam Sugiono (1999), yaitu dengan membandingkan nilai r tabel

dengan r hasil, uji coba hasil analisis didapatkan sebagai berikut pada tabel 3.1.

Menurut Sugiono ( 1999), nilai r tabel pada taraf signifikan 5% dengan rumus df=

N - 2 = 0,361, sedang hasil uji kuesioner didapatkan nilai r hasil > nilai r tabel,

maka suatu kuesioner dinyatakan ujinya valid, namun bila nilai r hasil < nilai r

tabel maka dinyatakan suatu kuesioner ujinya tidak valid. Dari tabel di atas

diketahui bahwa kuesioner no 30 dan 31 tidak valid, maka kedua kuesioner

tersebut dikeluarkan untuk selanjutnya dilakukan uji reliabilitas seperti tabel

terlihat pada tabel di bawah ini.

xliv
Pada uji reliabilitas didapatkan bahwa alpha (0.9535) > nilai r tabel maka uji

kuesioner ini dinyatakan memiliki validitas dan reliabilitas dengan konsistensi

baik.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1 Varibel

Varibel independent (bebas) dalam penelitian ini terdiri dari beberapa

variabel yaitu; karateristik terdiri dari umur, pendidikan, pekerjaan dan deteksi

dini serta faktor yang mempengaruhi terdiri dari usia pertama kali kawin/

melakukan hubungan seks, paritas, ganti pasangan, penyakit kelamin/ infeksi pada

kelamin, kontrasepsi hormonal, merokok. Variabel dependent (terikat) adalah

penderita kanker leher rahim.

3.5.2 Definisi Operasional

Variabel dependent. Kejadian kanker leher rahim adalah kanker yang

diderita oleh pasien yang telah didiagnosa berdasarkan pemeriksaan

histopatologik biopsi jaringan.

Variabel Independent :

1. Umur responden adalah jumlah tahun hidup responden sejak lahir sampai

didiagnosa menderita kanker serviks uteri

2. Pendidikan adalah jenjang pendidikan terakhir yang ditempuh oleh penderita

kanker leher rahim.

xlv
3. Pekerjaan adalah kegiatan rutin yang dilakukan oleh penderita kanker leher

rahim yang menghasilkan uang atau tidak

4. Papsmear adalah pemeriksaan lendir serviks yang pernah dilakukan oleh

penderita kanker leher rahim

5. Usia pertama kali kawin/ melakukan hubungan seks adalah usia penderita

kanker leher rahim ketika melakukan hubungan seks pertama.

6. Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami oleh penderita kanker

leher rahim dengan bayi hidup atau mati

7. Ganti pasangan adalah aktivitas seksual penderita kanker leher rahim

dengan mitra seksual yang berganti-ganti

8. Penyakit kelamin adalah riwayat penyakit kelamin yang pernah diderita oleh

penderita kanker leher rahim.

9. Pemakaian Kontrasepsi adalah penggunaan alat kontrasepsi yang pernah

digunakan oleh penderita kanker leher rahim

10. Merokok adalah kebiasaan merokok sehari-hari yang dilakukan penderita

kanker leher rahim.

xlvi
3.6 Metode Pengukuran

Tabel 3.1 Metode Pengukuran

Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Kanker leher Status 1. Ya Nominal


rahim pasien 2. Tidak
Umur Kuesioner 1. ≥ 40 Tahun 9beresiko) Nominal
2. < 40 Tahun (kurang
beresiko)
Pendidikan Kuesioner 1. < SMA Nominal
2. ≥ SMA
Pekerjaan Kuesioner 1. Tidak bekerja Nominal
2. Bekerja (PNS,
Wiraswasta, Buruh,
Petani)
Papsmear Status 1. Tidak pernah (beresiko) Nominal
pasien 2. Pernah (kurang
beresiko)
Usia pertama Kuesioner 1. < 20 Tahun (beresiko) Nominal
melakukan 2. ≥ 20 Tahun (kurang
hubungan seks beresiko)
1. > 3 (beresiko) Nominal
Paritas Kuesioner
2. < 3 (kurang beresiko)
Ganti pasangan Kuesioner 1. Pernah (beresiko) Nominal
2. Tidak pernah (kurang
beresiko)
Penyakit infeksi Kuesioner 1. Pernah (beresiko) Nominal
pada kelamin 2. Tidak pernah (kurang
beresiko)
Penggunaan Kuesioner 1. Pernah (beresiko) Nominal
kontrasepsi 2. Tidak pernah (kurang
beresiko)
Merokok Kuesioner 1. Pernah (beresiko) Nominal
2. Tidak pernah (kurang
beresiko)

xlvii
3.7 Metode Analisis Data

3.7.1 Pengolahan Data

Data yang telah dikumpul dicek tentang kelengkapan data, dalam

pengumpulkan data tidak dijumpai kekurangan maka tidak dilakukan pendataan

ulang, kemudian di edit dan diberi kode sebelum dimasukkan dalam komputer.

3.7.2 Analisis Data

a Analisis Univariat

Data yang terkumpul diolah dan dianalisis secara univariat untuk

mendapatkan gambaran distribusi frekuensi atau besarnya proporsi dari variabel

yang diteliti baik untuk variabel Independen maupun variabel dependen

b Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua

variabel yaitu variabel independen dan variabel dependent yang dilakukan secara

statistik dengan menggunakan uji t test independent dan test X2 (chi square) pada

tingkat kemaknaan 95% .

Rumus chi square yang digunakan adalah X2 = ∑ (fo - fe)2

Fe

Keterangan :

X2 = Harga Chi kuadrat yang dihitung dan dibandingkan dengan Chi kuadrat

tabel.

xlviii
Fo = Frekuensi yang diselidiki (diobservasi) atau frekuensi empiris.

Fe + Frekuensi yang diharapkanatau frekuensi teoritis.

Hasil perhitungan statistik dapat menunjukkan ada tidaknya hubungan

yang signifikan antara variabel yang diteliti yaitu dengan melihat nilai p. Bila dari

hasil perhitungan statistik nilai p < 0,05 maka hasil perhitungan statistik bermakna

yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara satu variabel dengan

variabel lainnya.

Selain itu dilakukan juga perhitungan ratio prevalens (RP) untuk melihat

estimasi risiko relatif terjadinya outcome, sebagai pengaruh adanya variabel

independen. Yang dimaksud RP adalah suatu perbandingan pajanan diantara

kelompok kasus terhadap pajanan pada kelompok tanpa resiko. Perubahan satu unit

variabel independen akan menyebabkan sebesar nilai RP pada variabel

dependen. Estimasi confidence interval (CI) untuk RP ditetapkan pada tinggkat

kepercayaan 95%. Interprestasinya adalah sebagai berikut:

Bila RP > 1 berarti sebagai faktor risiko menyebabkan terjadinya penyakit.

Bila RP = 1 berarti tidak ada faktor risiko tetapi sebagai faktor proteksi atau

perlindungan.

Bila RP < 1 berarti tidak ada hubungan faktor risiko dengan kejadian.

RP = a/(a+b) : c/(c+d).

xlix
c Analisis Multivariat

Selanjutnya dapat dilakukan analisis multivariat, yaitu untuk melihat

hubungan antara satu variabel dependen dengan seluruh variabel independen,

sehingga dapat diketahui variabel independen yang paling dominan berpengaruh

terhadap kejadian kanker leher rahim dengan menggunakan uji Regressi Logistik

Uji Regressi Logistik Ganda dilakukan melalu beberapa tahapan untuk

mendapatkan nilai p < 0, 05 pada setiap variabel independen yang berpengaruh

terjadinya kanker leher rahim. Analisis secara simultan dari beberapa variabel

faktor terhadap suatu hasil dapat dilakukan dengan metode regressi logistik

Adapun tahapan dalam proses analisis multivariat meliputi :


1. Memasukkan variabel kandidat dalam proses analisa multivariat Regressi
Logistik, dengan cara memilih variabel independen yang memiliki nilai p <
0,25.

2. Melakukan analisis semua variabel independent yang masuk dalam

pemodelan, dengan cara mengeluarkan variabel independen yang memiliki

nilai p terbesar, sehingga didapatkan model awal dengan variabel faktor

penentu yang memiliki nilai p < 0,05.

3. Hasil uji multivariat yang mempunyai nilai p < 0,05 merupakan model akhir

dari penentu faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian kanker leher

rahim.

l
BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik

Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik resmi berdiri pada tanggal 21

Juli 1993 yang terletak di jalan Bungalau no .17 Medan Tuntungan kota Medan

Propinsi sumatera Utara .Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik , adalah

rumah sakit pemerintah dengan kategori Kelas A ( Profil RSUP H.Adam Malik

2007 ).

Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik memiliki luas 10 ha dengan

tenaga seluruhnya sebanyak 1627 orang, dengan jumlah terbesar (35,9 % ) adalah

tenaga para medis , tenaga medis sebesar 24,3% .

Visi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam malik adalah sebagai Pusat

unggulan pelayanan kesehatan dan pendidikan serta pusat rujukan kesehatan

wilayah sumatera bagian utara dan tengah pada tahun 2010 yang bertumpu pada

kemandirian. Adapun yang menjadi Misi RSUP H. Adam Malik adalah : (1)

Memberikan pelayanan kesehatan paripurna , bermutu dan terjangkau oleh

seluruh lapisan masyarakat, ( 2) menyelenggarakan pendidikan dan latihan yang

bermutu untuk menghasilkan sumber daya manusia yang profesional dibidang

kesehatan , ( 3) Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan dibidang

kesehatan dalam meningkatkan mutu pelayanan , (4) Menyelenggarakan

pelayanan yang menunjang peningkatan mutu pelayanan kesehatan.

li
Fungi dari Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik adalah sebagai

berikut : (1) Menyelenggarakan pelayanan medis ,( 2) Menyelenggarakan

pelayanan penunjang medis dan non medis , (3) Menyelenggarakan pelayanan

asuhan keperawatan ,(4) Menyelenggarakan pelayanan rujukan ,(5)

Menyelenggarakan Pendidikan dan Pelatihan,(6) Menyelenggarakan Penelitian dan

Pengembangan ,(7) Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan (Profil

Adam malik Medan 2007 ).

RSUP H. Adam Malik dipimpin oleh seorang direktur rumah sakit yang

bertanggung jawab kepada direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medis RI Pusat

.Direktur membawahi : Wakil direktur pelayanan medik dan pendidikan , wakil

direktur penunjang medik dan penelitian dan wakil direktrur umum dan keungan

deserta sub bagiannya masing - masing.

Jenis pelayanan yang diberikan Rumah Sakit Umum Pusat Ají Adam

Malik meliputi : ( 1) Rawat jalan (2) Rawat inap (3) Pelayan intensif (40

pelayanan gawat darurat (5) farmasi (6)Radiologi (7) Laboratorium (80 Patologi

anatomi ( 9) Gizo (10) IDT (11) Cath lab (12)CVCU ( 13 ) Breast clinic (14) dan

pelayan pendukung lanilla ( Profil RSUP H Adam Malik 2007 )

lii
4.2 Hasil penelitian

4.2.1 Analisa Diskriptif

1 Gambaran Umum Responden

Responden dalam penelitian ini berjumlah 120 yang terdiri dari kelompok yang

menderita 60 dan kelompok bukan penderita 60, distribusinya menurut variabel

yang diteliti disajikan dalam tabel 4.1 seperti di bawah ini.

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik penderita Kanker Leher Rahim di RSUP


H. Adam Malik Medan tahun 2008

No Karakteristik Penderita Bukan penderita


N % N %
1 Umur (tahun)
1. < 40 14 23.3 20 33.3
2. > 40 46 76.7 40 66.7
Jumlah 60 100 60 100
2 Pendidikan
1. < SMP 45 75 40 66.7
2. > SMA 15 25 20 33.3
Jumlah 60 100 60 100
3 Pekerjaan
1. bekerja 8 13.3 13 21.7
2. tidak bekerja 52 86.7 47 78.3
Jumlah 60 100 60 100
4 Papsmear
1. pernah 5 8.3 4 6.7
2. tdk pernah 55 91.7 56 93.3
Jumlah 60 100 60 100

Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 60 penderita KLR proporsi

umur terbesar adalah > 40 tahun (76.7%), dengan umur rata-rata 47 tahun, umur

terendah 30 tahun dan umur tertinggi 73 tahun. Sedangkan dari 60 responden

liii
bukan penderita kanker proporsi terbesar adalah umur ≥ 40 tahun (66,7%) dengan

umur rata-rata 47 tahun dan umur terendah 32 tahun dan umur tertinggi 70 tahun.

Dari 60 penderita KLR proporsi pendidikan terbesar adalah SMP ke

bawah (75%), sedangkan yang bukan penderita KLR dari 60 responden proporsi

terbesar pendidikan SMP ke bawah juga (66.7%). Sementara itu kebanyakan dari

penderita KLR tidak bekerja (86.7%) dan demikian juga pada yang bukan

penderita KLR (78.3%). Sedangkan dari 60 responden dari 60 kasus proporsi

terbesar adalah responden yang tidak pernah melakukan papsmear (91.7%),

demikian juga bukan penderita sebesar (93.3%) tidakpernah melakukan

papsmear.

liv
2 Gambaran hasil faktor yang mempengaruhi

Tabel 4.2 Gambaran Faktor yang mempengaruhi Kejadian KLR di RSUP


H. Adam Malik Medan tahun 2008

Variabel Penderita Bukan penderita


N % N %
Usia pertama hub.seks
< 20 tahun 36 60 11 39.2
> 20 tahun 24 40 49 60.8
Jumlah 60 100 60 100
Paritas
≤ 3 kali 34 56.7 45 75
> 3 kali 26 43.3 15 25
Jumlah 60 100 60 100
Ganti pasangan
Tidak pernah 46 76.7 34 56.7
pernah 14 23.3 26 43.3
Jumlah 60 100 60 100
Infeksi kelamin
Tidak pernah 20 33.3 47 55.8
pernah 40 66.7 13 44.2
Jumlah 60 100 60 100
Kontrasepsi hormonal
Tidak pernah 24 40 21 35
Pernah 36 60 39 65
Jumlah 60 100 60 100
Merokok
Tidak pernah 39 65 36 62.5
Pernah 21 35 24 37.5
Jumlah 60 100 60 100

Dari tabel 4.2. dapat dilihat bahwa kasus KLR proporsi terbesar terjadi

pada kelompok usia pertama melakukan hubungan seks < 20 tahun (60%), dan

pada yang bukan penderita ternyata proporsi terbesar ≥ 20 tahun (60.8). Proporsi

paritas terbesar pada kasus KLR adalah dengan paritas ≤ 3 kali (56.7%) demikian

juga pada bukan penderita KLR (75%). Pada kelompok kasus KLR proporsi

lv
terbesar riwayat ganti pasangan adalah pada yang tidak pernah berganti pasangan

(76.7%) dan begitu juga dengan kelompok bukan penderita KLR (56.7%).

Proporsi terbesar infeksi kelamin kasus KLR adalah pada kelompok yang pernah

mengalami infeksi kelamin (66.7%) dan pada bukan penderita KLR proporsi

terbesar tidak pernah mengalami infeksi kelamin (55.8%). Pada kelompok kasus

KLR proporsi terbesar riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal adalah dengan

kelompok yang pernah ada riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal (60%),

demikian juga pada kelompok yang bukan penderita (65%). Pada kelompok kasus

KLR proporsi terbesar riwayat merokok adalah yang tidak pernah merokok

(65%), dan begitu juga pada kelompok yang bukan penderita KLR (62.5%).

4.2.2 Analisis bivariat

Setelah dilakukan pengumpulan data, diedit dan diolah dengan

menggunakan piranti lunak komputer diperoleh gambaran responden. Untuk

melihat kemaknaan pengaruh antara faktor risiko dengan terjadinya KLR

dilakukan analisis uji Chi Square dengan derajat kepercayaan 95%. Apabila hasil

perhitungan statistik dengan p < 0.05 artinya terdapat pengaruh yang signifikan

antara variabel independent dengan variael dependent.

Responden dalam penelitian ini berjumlah 120 yang terdiri dari kelompok

penderita 60 dan bukan penderita 60, dimana distribusi Ratio Prevalensi (RP)

adalah nilai p, RP dengan 95% CI pada penderita KLR di RS. Adam Malik Medan

2008, disajikan dalam tabel 4.3 seperti di bawah ini.

lvi
Tabel 4.3 Distribusi proporsi penderita KLR berdasarkan variabel
independen, nilai p, RP dengan 95% CI di RSUP H. Adam
Malik Tahun 2008

Faktor- Penderita Bukan X2 P RP CI 95%


Faktor penderita value
N % N %
Usia
pertama
Hub. seks. 36 60 11 18.3 21.860 0.000* 2.330 1.619-3.352
1.<20 thn 24 40 49 81.7
2.≥20 thn

Jumlah 60 100 60 100


Paritas
1.≤ 3 kali 34 56.7 45 75 4.483 0.034* 0.679 0.481-0.957
2.> 3 kali 26 43.3 15 25

Jumlah 60 100 60 100


Ganti
pasangan
1.pernah 14 23.3 26 43.3 5.400 0.020* 1.643 1.035-2.609
2.tdk 46 76.7 34 56.7
pernah
Jumlah 60 100 60 100
Infeksi
penyakit
kelamin
1.pernah 40 66.7 13 21.7 24.635 0.000* 2.528 1.698-3.764
2.tdk 20 33.3 47 78.3
pernah

Jumlah 60 100 60 100

lvii
Lanjutan Tabel 4.3

Faktor- Penderita Bukan X2 P RP CI 95%


Faktor penderita value
N % N %
Riwayat
kontra
sepsi
hormonal
1.pernah 36 60 39 65 0.320 0.572 1.111 0.775-1.594
2.tdk 24 40 21 35
pernah

Jumlah 60 100 60 100


Merokok
1.pernah 21 35 24 40 0.320 0.572 1.114 0.762-1.630
2.tdk 39 65 36 60
pernah

Jumlah 60 100 60 100

Ket * = signifikan

Dari tabel 4.3 di atas dapat diuraikan analisis bivariat yaitu :

a. Usia pertama melakukan hubungan seks dengan kejadian KLR

Proporsi kasus KLR terbesar terjadi kelompok responden yang melakukan

hubungan seks pertama kali pada usia < 20 tahun (60%). Dari hasil uji chi square

diperoleh nilai 0.000 (p< 0.05) artinya bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

antara responden yang melakukan hubungan seks pertama pada kelompok umur <

20 tahun dengan ≤ 20 tahun terhadap kejadian KLR. Nilai RP 2.330 (95% CI

1.619 - 3.352), berarti bahwa usia pertama kali melakukan hubungan seks

lviii
kemungkinan merupakan faktor risiko terjadinya KLR pada tingkat kepercayaan

95%.

b. Paritas dengan kejadian KLR

Proporsi kasus KLR terbesar terjadi kelompok responden yang

mempunyai paritas ≤ 3 kali (56.7%). Dari hasil uji chi square diperoleh nilai 0.034

(p < 0.05) artinya bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara responden

yang mempunyai paritas ≤ 3 terhadap kejadian KLR. Nilai RP 1,473 (95% CI

1.044-2.079), berarti bahwa paritas ≤ 3 kemungkinan merupakan faktor protektif

untuk terjadinya KLR.

KLR dijumpai pada wanita yang sering partus atau melahirkan 3-5 kali

untuk terjadinya KLR ( Harjono ) Sedangkan menurut Green penderita KLR 7.9

% adalah multi para dan 51 % pada nulli para dimana bila persalinan pervaginam

maka KLR cenderung akan timbul ( Harahap ER ) . Menurut Matingly KLR

banyak ditemukan pada paritas tinggi tetapi tidak jelas bagaimana hubungan

jumlah persalinan dengan kejadian KLR , karena pada wanita yang tidak

melahirkan juga terjadi KLR .

Menurut teori pada umumnya KLR paling banyak dijumpai pada wanita yang

sering melahirkan walaupun kategori sering melahirkan belum ada

keseragaman para ahli kanker memberi batasan 3-5 kali melahirkan.

Dari hasil penelitian di RS .Adam Malik Medan didapatkan bahwa

proporsi terbesar terdapat pada paritas ≤ 3 .Hal ini sesuai dengan pendapat Green

lix
bahwa pada Nulli para juga dapat terjadi KLR , tidak hanya pada multi para yang

dapat meninigkatkan resiko terjadinya KLR.

c. Ganti pasangan dengan kejadian KLR

Proporsi kasus KLR terbesar terjadi kelompok responden yang

mempunyai riwayat tidak pernah berganti pasangan (76.7%). Dari hasil uji chi

square diperoleh nilai 0.020 (p < 0.05) artinya bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan antara responden yang mempunyai riwayat berganti pasangan dengan

tidak pernah berganti pasangan terhadap kejadian KLR. Nilai RP 1.643 (95% CI

1.035 -2.609), berarti bahwa berganti pasangan kemungkinan merupakan faktor

risiko untuk terjadinya KLR.

d. Infeksi kelamin dengan kejadian KLR

Proporsi kasus KLR terbesar terjadi kelompok responden yang pernah

menderita infeksi kelamin (66.7%). Dari hasil uji chi square diperoleh nilai 0.000 (p

< 0.05) artinya bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara responden yang

pernah mengalami infeksi kelamin dengan kejadian KLR. Nilai RP 2.528 (95% CI

1.698 - 3.764), berarti bahwa infeksi kelamin kemungkinan merupakan faktor risiko

untuk terjadinya KLR

lx
e. Kontrasepsi hormonal dengan kejadian KLR

Proporsi kasus KLR terbesar terjadi kelompok responden yang pernah

menggunakan kontrasepsi hormonal (60%). Dari hasil uji chi square diperoleh nilai

0.572 (p > 0.05) artinya bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

responden yang mempunyai paritas terhadap kejadian KLR. Nilai RP 0.900 (95% CI

0.627 - 1.291), berarti bahwa kontrsepsi hormonal kemungkinan bukan merupakan

faktor risiko untuk terjadinya KLR.

f. Merokok dengan kejadian KLR

Proporsi kasus KLR terbesar terjadi kelompok responden yang mempunyai

tidak pernah merokok (65%). Dari hasil uji chi square diperoleh nilai 0.572 (p >

0.05) artinya bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara responden

yang mempunyai paritas terhadap kejadian KLR. Nilai RP 0.897 (95% CI 0.613 -

1.313), berarti bahwa merokok kemungkinan bukan merupakan merupakan faktor

risiko untuk terjadinya KLR.

4.2.3 Analisis multivariat

Analisa multivariat dilakukan untuk melihat beberapa variabel yang

berpengaruh dengan kejadian KLR. Dengan menggunakan uji regressi logistik

ganda bertujuan untuk mencari faktor risiko yang paling dominan dengan kejadian

KLR di RS Adam Malik Medan. Adapun tahapan analisis multivariat sebagai

berikut :

lxi
a. Melakukan analisa pada model deskriptif pada setiap variabel dengan tujuan

untuk mengestimasi peranan variabel masing-masing.


b. Melakukan pemilihan variabel yang potensial untuk dimasukkan dalam
model. Variabel yang dipilih atau yang dianggap signifikan yaitu variabel
yang mempunyai nilai p kurang dari 0.25 (p < 0.25).

c. Pembuatan model faktor risiko kejadian KLR, variabel yang akan dimasukkan

di dalam model ini adalah variabel yang mempunyai nilai p kurang dari

0.05

(p < 0.05) (Murti B, 1997).

Dalam penelitian ini ada 10 variabel yang diduga berpengaruh dengan

kejadian KLR yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, usia pertama kali melakukan

hubungan seks, paritas, ganti pasangan, infeksi kelamin, kontrasepsi hormonal,

merokok dan melakukan papsmear. Untuk membuat model multivariat, variabel

tersebut terlebih dahulu dilakukan analisa bivariat dengan kejadian KLR seperti

tabel 4.3.

Dari hasil analisa bivariat antara variabel independen dengan dependen

pada tabel 4.3. ternyata ada 4 variabel yang memiliki nilai p value < 0.25 yaitu

usia pertama melakukan hubungan seks, paritas, ganti pasangan, infeksi kelamin.

Tahap selanjutnya ke 4 variabel ini dimasukkan sebagai kandidat untuk dilakukan

analisa multivariat.

Analisa multivariat bertujuan untuk mendapatkan model yang terbaik

dalam menentukan variabel dominan yang mempengaruhi kejadian KLR. Dalam

pemodelan ini semua kandidat dimasukkan secara bersama kemudian variabel

lxii
yang memiliki nilai p value > 0.25 akan dikeluarkan secara berurutan dimulai dari

nilai p value terbesar (backward selection), dimulai dari variabel pendidikan,

kontrasepsi hormonal, merokok, melakukan papsmear. Hasil dapat dilihat pada

tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil Analisis Uji regressi logistik ganda untuk Identifikasi
variabel yang akan masuk dalam model dengan nilai p ≤ 0.05

Variabel B S.E Wald df Sig Exp(B) 95% C.I.


Lower Upper
Usia Hub Seks Pertama 1.312 .523 6.282 1 .012 3.713 1.331 10.356
Paritas 1.112 .571 3.797 1 .051 3.040 .994 9.300
Ganti Pasangan .361 .509 0.502 1 .479 .697 .257 1.892
Infeksi Kelamin 2.21 .511 18.726 1 .000 9.113 3.350 24.793

Constant -6.789 1.766 14.786 1 .000 .001

*= dikeluarkan bertahap (backward selection)

Setelah dikeluarkan variabel dengan nilai p≥ 0.05 secara bertahap, maka

didapatkan 3 variabel yang akan masuk sebagai kandidat model yaitu jumlah

anak, usia pertama kali melakukan hubungan seks dan infeksi kelamin.Dapat

dilihat pada tabel 4.5

Tabel 4.5 Hasil Analisis Multivariat Regressi Logistik Faktor yang


mempengaruhi kejadian KLR di RSUP H. Adam Malik Medan
tahun 2008
Variabel B S.E Wald df Sig Exp(B) 95% C.I.
Lower Upper
Usia Hub Seks Pertama 1.425 .504 7.981 1 .005 4.157 1.547 11.169
Paritas 1.049 .559 3.524 1 .060 2.855 .955 8.539
Infeksi Kelamin 2.243 .508 19.467 1 .000 9.425 3.479 25.532

Constant -7.526 1.463 26.448 1 .000 .001

Overal percentage 74.2%

lxiii
Maka didapatkan model akhir persamaan regressi logistik untuk menentukan

faktor risiko kejadian KLR, Secara keseluruhan model ini dapat memprediksi

besarnya/tinggi rendahnya pengaruh faktor risiko dalam hubungannya dengan

KLR sebesar 74.2% (overal percentage 74.2%). Jadi dari hasil regressi logistik

tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pada variabel jumlah anak menunjukkan

nilai RP 0.039 artinya jumlah anak > 3 kemungkinan bukanlah merupakan faktor

risiko terjadinya KLR, walaupun pada hasil regressi didapatkan adanya pengaruh.

Sedangkan pada variabel usia pertama melakukan hubungan seks didapatkan nilai

RP 2.330 artinya bahwa kemungkinan usia pertamakali melakukan hubungan

seks < 20 tahun akan mendapatkan risiko terkena KLR 2 kali lipat bila

dibandingkan melakukan hubungan seks diatas usia 20 tahun. Sementara itu pada

variabel infeksi kelamin didapatkan RP 2.528 artinya bahwa kemungkinan orang

yang pernah terkena infeksi kelamin akan mendapatkan risiko KLR 2 kali lipat

bila dibandingkan dengan orang yang tidak pernah mengalami infeksi kelamin.

lxiv
BAB 5

PEMBAHASAN

5.1 Usia pertama melakukan hubungan seks dengan kejadian KLR

Proporsi kasus KLR terbesar terjadi pada kelompok responden yang

melakukan hubungan seks pertamakali pada usia < 20 tahun sebesar (60%). Dari

hasil uji chi square diperoleh nilai 0.000 (p < 0.05) artinya bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara responden yang melakukan hubungan seks

pertama pada kelompok umur < 20 tahun dengan ≥ 20 tahun terhadap kejadian

KLR. Nilai Rp = 2.330 (95% CI 1.619 - 3.352) berarti bahwa usia pertama kali

melakukan hubungan seks merupakan faktor risiko terjadinya KLR pada tingkat

kepercayaan 95%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sandra

wanita kawin muda/melakukan hubungan seks pada saat usia 15 - 19 tahun

cenderung menderita KLR, dari studi epidemiologi kejadian KLR meningkat lebih

sepuluh kali bila melakukan hubungan seks pertama di bawah usia 15 tahun.

Menurut Aziz, wanita menikah di bawah usia 16 tahun, biasanya 10 - 12 kali

lebih besar kemungkinan terjadinya KLR daripada mereka yang menikah setelah

usia di atas 20 tahun, dimana pada usia tersebut kondisi rahim seorang remaja putri

sangat sensitif dan serviks remaja lebih rentan terhadap stimulus

karsinogenik karena terdapat proses metaplasia skuamosa yang aktif.

Menurut Yakub usia pertama melakukan hubungan seksual merupakan salah

satu faktor yang cukup penting, dimana makin muda seorang perempuan semakin

lxv
besar resiko untuk terjadi KLR dengan masa laten 30 tahun sejak melakukan

hubungan seksual pertama. Menurut Rasyidi I, dikutip dari Morrotuatar bahwa

usia pertama melakukan hubungan seks pada usia < 16 tahun relatif 16 x pada usia

16 - 19 hubungan seks pertama. RR 3 x untuk terjadi KLR, sedang bila

melakukan hubungan seks pertama pada usia > 19 tahun kemungkinan resiko

meningkat 1 kali lebih besar untuk terjadinya KLR(RR 1).

5.2 Paritas (jumlah anak) dengan kejadian KLR

Proporsi kasus KLR terbesar terjadi pada kelompok responden yang

mempunyai paritas ≤ 3 kali (56.7%). Dari hasil uji chi square diperoleh nilai 0.034

(p<0.05) artinya bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara responden yang

mempunyai paritas ≤ 3 terhadap kejadian KLR. Nilai RP 1.473 (95% CI 1.44 -

2.079) berarti bahwa paritas ≤ 3 kali merupakan faktor resiko untuk terjadinya

KLR.

KLR dijumpai pada wanita yang sering partus atau melahirkan 3 - 5 kali

untuk terjadinya KLR (Haryono). Sedangkan menurut Green penderita KLR 7.9%

adalah multipara dan 51% pada nullipara dimana bila persalinan pervaginam

banyak maka KLR, cenderung akan timbul (Harahap). Menurut Matingly KLR

banyak ditemukan pada paritas tinggi tetapi tidak jelas bagaimana hubungan

jumlah persalinan dengan kejadian KLR, karena pada wanita yang tidak

melahirkan juga terjadi KLR. Menurut teori pada umumnya KLR paling banyak

lxvi
dijumpai pada wanita yang sering melahirkan walaupun kategori sering belum ada

para ahli kanker memberi batasan 3 - 5 kali melahirkan.

Hasil penelitian di RS H.Adam Malik, didapatkan bahwa proporsi terbesar

pada paritas ≤ 3. Hal ini sesuai dengan pendapat Green bahwa pada nullipara juga

dapat terjadinya KLR tidak hanya pada multipara yang dapat meningkatkan resiko

terjadinya KLR.

5.3 Ganti pasangan dengan kejadian KLR

Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan sering berganti

pasangan merupakan faktor resiko terhadap terjadinya KLR. Hasil penelitian dari

uji chi square diperoleh nilai 0,020 ( p < 0,05 ) artinya bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara responden yang mempunyai minat berganti pasangan

dengan tidak pernah berganti pasangan terhadap kejadian KLR, nilai Rp 0.609( 95

% CI 0.0383-0.967) berarti bahwa berganti pasangan merupakan faktor resiko

untuk terjadinya KLR. Sesuai dengan pendapat beberapa peneliti umumnya.

Menurut Maptha. proporsi terbesar frekuensi perkawinan 1 kali ( 97,2% ) dan

terkecil adalah > 1 kali dan juga ditemukan pada yang tidak pernah kawin ( 61,4

% ). Hal ini sejalan dengan penelitian Elisabeth proporsi terbesar pada pekawinan

1 kali ( 97,8 % ). Penelitian Lilis ( 2002 ) RSU.Sardjito menemukan proporsi

terbesar frekuensi perkawinan penderita 1 kali ( 94,8 % ). Menurut Rasjidi I

dikutip dari Morrow at All jumlah pasangan seks > 4 pasangan resiko relatif 3,6

untuk terjadinya KLR. Menurut Rutkin ID, pergantian pasangan lebih dari 2 kali

lxvii
akan meningkatkan resiko terjadinya KLR. Resiko meningkat 10 kali lipat pada

wanita yang memiliki mitra seksual lebih dari 6 atau lebih bila aktivitas seksual

dimulai sebelum usia 15 tahun. Penelitian Indriyani D, resiko seseorang untuk

terkena KLR dengan perkawinan lebih dari 1 kali adalah 1,48 kali lebih tinggi dari

wanita dengan frekuensi pernikahan 1 kali ( RR = 1,48 ), dan faktor resiko

pernikahan lebih dari 1 kali meningkat 2,55 kali lebih tinggi dibanding dengan

wanita tanpa KLR ( OR,255 ). Benson menemukan kasus KLR 4 kali lebih

banyak pada wanita yang melakukan prostitusi. Dan mengatakan bahwa hubungan

seksual yang terlalu sering atau dengan pasangan yang berbeda-beda akan

meningkatkan resiko.

Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di RS.H.Adam Malik proporsi

tebesar terjadi pada kelompok responden yang mempunyai riwayat tidak pernah

berganti pasangan. Tidak seperti disebutkan beberapa teori dan beberapa hasil

penelitian. Hal ini disebabkan karena masyarakat Indonesia khususnya perempuan

yang sudah berumah tangga, masih memegang norma dan budaya yang tinggi

dimana akan merasa tabu bila mempunyai pasangan lebih dari 1, juga resiko KLR

meningkat bila berhubungan dengan pria beresiko tinggi atau yang mengidap

Kondoloma Akuminatum.

Tetapi hal ini merupakan kelemahan peneliti karena merupakan hal yang

tabu bagi responden untuk menyatakan perilaku suami atau mungkin faktor

ketidaktahuan responden besar tentang suami yang suka berganti-ganti pasangan

lxviii
yang berisiko tinggi menularkan virus papilloma dari pasangan yang menderita

KLR.

5.4 Infeksi dengan Kejadian KLR

Hasil penelitian di RS.Adam Malik Medan proporsi terbesar kasus KLR

terjadi pada kelompok responden yang pernah menderita infeksi kelamin ( 66,7

%). Dari hasil uji chi square diperoleh nilai 0,000 ( p ≤ 0,05 ) artinya bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan antara responden yang pernah mengalami

infeksi kelamin dengan kejadian KLR. Nilai RP 2,528 ( 95 % CI.1,698 - 3,764 )

berarti bahwa infeksi kelamin 2 kali lebih besar bila dibandingkan dengan orang

yang tidak mengalami infeksi, berarti bahwa kemungkinan orang yang pernah

terkena infeksi kelamin akan mendapat resiko KLR 2 kali lebih besar bila

dibandingkan orang yang tidak pernah mengalami infeksi kelamin. Hal ini sejalan

dengan pendapat beberapa ahli, dari beberapa pemeriksaan laboratorium terbukti

90 % penyebab KLR adalah human papiloma virus ( HPV ) dimana HPV terdapat

pada wanita yang secara aktif melakukan hubungan seksual atau melalui penyakit

menular seksual juga hubungan seksual multi pasangan. HPV menyebabkan

peradangan pada genetalia wanita. Beberapa peneliti mengemukakan bahwa

faktor resiko epidemiologi penyumbang terjadinya dan berkembangnya KLR

adalah infeksi yaitu infeksi HPV. Kurangnya pengetahuan deteksi dini dan hygene

serta ganti pasangan dan pada umumnya gejala KLR tidak tampak hanya ada

keluhan seperti keputihan yang lama dan menahun sehingga infeksi merupakan

lxix
faktor resiko untuk terjadinya KLR ( Aziz ) serta proses yang lama 3 - 20 tahun

untuk menjadi kanker invasive ( Hecker & Mur ). Penelitian terkini juga mencatat

hubungan yang kuat antara KLR dengan virus papiloma squamosa. Menurut

Elisabeth T.perilaku seksual dimana resiko meningkat lebih dari 10 kali bila

berhubungan seks dengan pria beresiko tinggi yang mengidap kandiloma

akuminatum, kebersihan diri yang kurang baik sebelum dan sesudah melakukan

hubungan seksual tidak membersihkan alat kelamin sehingga diperkirakan akan

memudahkan terjadinya infeksi disamping kehidupan seks yang kurang sehat atau

melakukan hubungan seks sewaktu menstruasi dimana infeksi terjadi akibat

parasit sejenis tricomonan vaginalis memudahkan timbulnya KLR.

5.5 Kontrasepsi Hormonal dengan Kejadian KLR

Proporsi kasus KLR terbesar terjadi pada kelompok responden yang pernah

menggunakan kontra sepsi hormonal ( 60 % ) .Dari hasil penelitian uji chi square

diperoleh nilai 0.0527 ( p > 0.05 ) artinya bahwa tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara responden ynag menggunakan kontra sepsi hormonal dengan

kejadian KLR .Nilai RP 0.900 ( 95 % CI 0.0627 - 1.291), berarti bahwa

kontrasepsi hormonal kemungkinan bukan merupakan factor risiko untuk

terjadinya KLR di RS H.Adam Malik Medan.

Hal ini tidak sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa pemakaian

kontrasepsi oral lebih dari 4- 5 tahun dapat meningkatkan risiko terkena KLR 1,5

-2,5 kali . Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kontrasepsi oral menyebabkan

lxx
wanita sensitive terhadap Human Papiloma Virus Yang dapat menyebabkan

adanya peradangan pada genitalia yang dapat berisiko untuk terjadinya KLR.

Menurut Evi ( RS Adam Malik 2003 ) proporsi terbesar riwayat

pemakaian kontrasepsi pada umumnya tidak menggunakan kontrasepsi ( 77,9 % )

.Hal ini sejalan dengan penelitian Swando ( 1995 ) di RS Sardjito menyimpulkan

bahwa tidak ada hubungan antara penggunaan kontrasepsi IUD dengan KLR,

Thow (Swando, 1995 ) menyatakan bahwa pada umumnya Devoprovera ( KB

Suntik ) dan IUD menyebabkan perubahan yang tidak spesifik pada epitel vagina

dan servik, namun dalam tanda- tanda peradangan , menunjukkan ada pada wanita

yang menggunakan kontrasepsi oral ( Harjono ).

Pada studi awal mengkaji hubungan pemakaian kontrasepsi oral dengan

risiko kanker menimbulkan kekuatiran terutama pemakaian jangka panjang

.Sebagian besar studi menunjukkan peningkatan sekitar dua kali lipat bagi

pemakai 5 tahun atau lebih. Kontrasepsi pil ataupun suntikan pernah

dikawatirkan kontrasepsi hormeonalmerupakan salah satu factor penyebab

terjadinya KLR. Akan tetapi para pakar peneliti membuktikan bahwa pil

kontrasepsi tidak ada hubungan dengan kejadian neoplasma . Sebaliknya

pemakaian pil kontrasepsi dapat menimbulkan regresi pra karsinoma serviks uteri

Pemakaian kontrasepsi dalam rahim ( IUD ) juga pernah mempunyai hubungan

dengan kejadian KLR .sedangkan penelitian di Indonesia atau Negara maju

menunjukkan bahwa kasus displasia lebih banyak pada akseptor IUD , akan tetapi

tidak ada yang berkembang menjadi karsinoma . ( Hoskin )

lxxi
Pada penelitian ini sebagian besar responden tidak menggunakan

kontrasepsi , dimana lama pemakaian kontrasepsi kurang dari 5 tahun dengan

jenis kontrasepsi hormonal , dari hasil penelitian tidak ada hubungan yang ber

makna antara pemakaian kontrasepsi dengan kajadian KLR di RS .H Adam Malik

Medan ,hal ini masih sesuai dengan beberapa teori tersebut diatas , bahwa dengan

pamakaian kontrasepsi tidak ada yang berkembang menjadi KLR( Hoskin).

5.6 Merokok dengan kejadian KLR

Dari berberapa penelitian dilaporkan bahwa risiko terkena KLR akan

menjadi lebih tinggi pada wanita perokok dibanding yang tidak merokok ( Riyono

J)dan mengisap okok atau meroko dianggap merupakan salah satu factor etiologi

untuk terjadinya KLR dimana wanita perokok berisiko lebih tinggi terkena KLR.

Tetapi hasil penelitian di RS .H.Adam Malik diketahui bahwa proporsi

kasus terbesar KLR terjadi pada kelompok responden yang tidak pernah merokok (

65 %) .Dari uji chi square diperoleh nilai 0.572 ( p > 0.05 ) artinya tidak terdapat

perbedaan yang signifikan antara yang merokok dengan kejadian KLR . Nilai RP

0.897(95% CI 0.613- 1.313), berarti bahwa merokok kemungkinan bukan

merupakan factor risiko untuk terjadinya KLR.Hal ini tidak sesuai dengan

beberapa hasil penelitian terdahulu dimana wanita perokok mempunyai risiko

terkena KLR dari nikotin dibawa aliran darah hingga sampai keservik . Nikotin

yang sampai di servik memudahkan virus masuk kedalam leher rahim .Studi

menunjukkan bahwa kadar nikotin yang didapat dari asap ditemukan pada mucus

lxxii
leher rahim perokok yang mungkin menyebabkan efek genotoxic atau

immunosupresif ( Hoskin ).

Dari beberapa penelitian epidemiologi menyatakan terjadi peningkatan

risiko KLR prainfasif dan infasif pada perokok . Beberapa peneliti melakukan

pengontrolan atas usia saat melakukan hubungan seksual pertama , jumlah

pasangan seksual dan kelas social menyatakan ada keterkaitan kejadian KLR

dengan merokok. Sedangkan sebagian besar studi menyatakan terjadi peningkatan

risiko bagi perokok sekitar dua kali lipat , khususnya bagi perokok jangka

panjang dengan jumlah konsumsi > 10 batang perhari . Hasil penelitian di RS

H.Adam Malik Medan umumnya responden tidak merokok dan diketahui bahwa

masyarakat Indonesia khususnya Sumatera Utara bukan perempuan perokok, Jadi

merokok bukan merupakan factor risiko unutuk terjadinya KLR Merokok pada

wanita selain mengakibatkan penyakit pada paru- paru dan jantung , kandungan

nikotin dalam rokokpun biaanya mengakibatkan KLR, dimana nikotin

mempermudah selaput untuk dilalui zat karsinogen. Hasil penelitian

menyimpulkan bahwa semakin banyak dan lama wanita merokok maka semakin

tinggi risiko untuk terkena KLR ( Hidayati).

lxxiii
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian, maka dapat diambil

kesimpulan mengenai faktor yang mempengaruhi kejadian kanker leher rahim di

RSUP H,Adam Malik Medan

1. Dari 6 variabel yang diteliti merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian

kanker leher rahim setelah dianalisis ada 4 variabel yang berhubungan

secara significant yaitu Usia melakukan hubungan seks < 20 tahun, Paritas,

Ganti Pasangan, Infeksi pada alat kelamin.

2. Setelah dilakukan uji multivariat didapat 3 varibel faktor penentu yang

merupakan model akhir dan secara statistik mempunyai pengaruh yang

sangat dominan dengan kejadian kanker rahim rahim di RSUP H.Adam

Malik Medan yaitu faktor infeksi pada alat kelamin dengan nilai taraf
signifikan (0,000) beta =4,157, faktor usia melakukan hubungan seks
pertama < 20 tahun dengan nilai signifikan (0,0600) beta=2,855
3. Faktor yang tidak berpengaruh secara statistik adalah: faktot riwayat

penggunaan kontrasepsi hormonal, serta merokok.

lxxiv
6.2 Saran

1. Faktor yang mempengaruhi kejadian KLR pada penderita yang berobat

kerumah sakit H Adam Malik Medan , usia melakukan hubungan seks

pertama kali kurang dari 20 tahun,dan berganti pasangan lebih dari 1kali,

infeksi penyakit kelamin mengindikasikan masih kurangnya informasi

tentang KLR kepada masyarakat, oleh karena itu rumah sakit dan unit

pelayanan kesehatan lainnya perlu melakukan sosialisasi KLR dan

pemberian informasi melalui media cetak, elektronik yang dapat menambah

pengetahuan dan merubah perilaku masyarakat .

2. Besarnya proporsi KLR ketika datang berobat kerumah sakit tidak pernah

melakukan deteksi dini (paps smear), perlunya team penanggulangan kanker

secara terpadu paripurna propinsi sumatera utara , yayasan kanker ,

departemen kesehatan, peran serta masyarakat untuk lebih meningkatkan

program penanggulangan KLR.

3. Dengan adanya pelaksanaan deteksi dini kanker berupa Inspeksi Visual

AsamAsetat (IVA), yang efektif mudah dilakukan, disarankan kepada

departemen kesehatan agar menindak lanjuti dan membuat deteksi dini

(IVA) menjadi suatu program penanggulangan KLR tidak hanya ditingkat

propinsi akan tetapi juga di ditingkat daerah dan tingkat puskesmas.

lxxv
4. Memasyarakatkan salah satu program pelaksanaan deteksi sini kanker leher

rahim yaitu IVA yang saat ini sedang berlangsung agar dapat ditindak lanjuti

sampai ketingkat puskesmas dan akan menjadi salah satu program deteksi

dini KLR yang dapat dianggarkan melalui Anggaran Pendapatan Belanja

Daerah (APBD).

5. Puskesmas sebagai sarana kesehatan yang langsung berhadapan dengan

masyarakat agar lebih meningkatkan kegiatan berupa pemberian informasi,

penyuluhan individu, keluarga, maupun kelompok dan masyarakat.

6. Perlunya dukungan dari Departemen Agama, tokoh masyarakat, juga peran

serta masyarakat yang dapat memberikan informasi, motivasi kepada

masyarakat untuk memelihara kesehatan reproduksi, tidak kawin atau

melakukan hubungan seks pada usia muda(kurang dari 20 tahun) ataupun

perilaku seks yang sehat, serta mau melakukan deteksi dini paps smear.

lxxvi
DAFTAR PUSTAKA

Andrijono, 2005 Sinopsis ,Kanker Ginekologi, DIVISI Onkologi Departemen


Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas I ndonesia

Aziz, Farid M, 2002 Deteksi Dini Kanker , Skrining dan Deteksi Dini Kanker
Serviks : ed Ramli Muchils, Umbas Rainy, Panigoro S.Sonar,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta;97-110

Azis MF, 1996 Skrining dan Deteksi Dini Penyakit Kanker FK-UI Jakarta,

Basuki Bastaman, 1999 Aplikasi Metode Kasus Kontrol, Penerbit Bagian Ilmu
Kedokteran Komunitas FK-UI

Budiarto E, 2001 Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat,


Jakarta, EGC, Cetakan I

Bustan, MN, 1997 Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Penerbit Rineka


Cipta;71-80
Chabaud M, Munoz N, coottu C, Coursaget P, Anthonioz P, day N, et al, 1994
Human Papiloma Virus Infection in Women With Cervical Cancer
in: Stanley Ma, ed. Immunology of human papiloma viruses (HPVS).
New York

Dali Marta Setiawan, Deteksi Dini Kanker, Penerbit Swadaya

Edianto Deri, 2008. Kanker Serviks, Buku Acuan Nasional: ed Aziz Farid,
Andrijono, Saifuddin Bari A, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiro
Harjo

Ginting M, Karakteristik Penderita Kanker Serviks Rawat Inap di RSU. Dr.


Pirngadi Medan, Tahun 2002. Skripsi.

Hacker & Moore, 2001 Essential of Obstetri and Gynecology , alih bahasa Edi
Nugroho, Penerbit J.George Hypocrates;637.

Hanifa W, 1998, Pencegahan dan Deteksi Dini Penyakit Kanker, UI Press


Jakarta.

lxxvii
Harahap E. Ruslan, 1997 Neoplasia Intra Epitel (NIS) pada Serviks, UI Press
Jakarta.

Harjono, M, 1996 Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Pustaka Sinar


Harapan Jakarta.

Hidayati W.b, 2001 Kanker Serviks Displasia Dapat Disembuhkan, Medika


No.3 tahun XXVIII;97.
Hoskin J,Willem, Peres,Carlos A, Robert C, Young, 2000 Principle and Practice
of Gynecologic Oncology 3 ed. Philadelphia Lippincot - Raven;12-
18;726-733.

Hugh M.Shingleton, MD, James W,Orr Jr, MD. 1995, Cancer of the Cervik, J.B.
Lippincot Compeny, Philadelphia.

http://www.KesproInfo/Kanker/Bambang, 2003.
Indriyani D, 1991 Faktor-faktor Risiko Yang Berpengaruh Pada Insidens
Karsinoma Seviks Uteri; Study Retrospektif di RS. Dr.Sardjito 1989-
1990, Berita Kedokteran Msyarakat VII (4);234-238.

Irianti E. Karateristik Penderita Kanker Serviks Uteri Rawat Inap di


RSUP.H.Adam Malik tahun 1998-2002, 2003, Skripsi.

Jonathan S.Berek, Neville F.Hacker, 2000, Practical Gynecologic Oncologic


Third Edition Lippincott Wiliam, Philadelphia;349.

Karen Evennett, 2003 Paps Smear Penerbit Arcan

Marjdikoen H.Prastowo, 1990 Pokok-pokok Kebijakan Penanggulangan


Kanker di Indonesia , Ketua Kelompok, Kerja Onkologi FK-
UGM/RS. Sardjito Yogyakarta,Anggota Komite Nasional
Penanggulangan Penyakit Kanker di Indonesia Depkes RI Jakarta,
Berita Kedokteran Msyarakat VI (4);246-260.

Ramli Muchlis.Umbas Rainy.Panirogo S, 2005 Deteksi Dini Kanker Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia

Murhti Bisma, 1995 Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Universitas Gajah
Mada Press.

Mustari . Kanker leher Rahim http://hgBKKBN/artikel/htm, 2004.

lxxviii
Nurranna L, Azis M.Farid, 1992 Upaya Downstaging Sebagai Pilihan Untuk
Skrining Kanker Serviks di Indonesia, Majalah Obstetri Ginekologi
Indonesia.;23-38.

Nuranna Laila, 1992 Tindak Lanjut Tets Pap Abnormal dan Permasalahan
Pelaksanaan di Indonesia, Majalah Obstetri dan Ginekologi di
Indonesia Vol 8, No.1 Januari;47-45.

Noor, 2003 Kanker Mengintai Perempuan.

Noto Atmadjo, S, 2002 Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi Rineke


Cipta Jakarta.

Novakas and Jonathan S, 1996 Gynekology, Twelve, Edition, Williem &


Wilkis.p.1111.

Pradjatmo Heru, 2000 Pengaruh Derajat dan Jenis Hispatologik Karsinoma


Serviks Uteri Terhadap Kemampuan Hidup Penderita, Berkala
Ilmu Kedokteran, vol 32 no 2 juni

Rabe Thomas 2002 Buku Saku Ilmu Kandungan, Alih Bahasa, Ida Bagus Gde
Manuaba at all, ed. Nathasia A.Joy at all. Penerbit Hipokrates,
Jakarta;201-204.

Rahimi, Deteksi Dini Kanker Leher Rahim,


http://www.pikiranrakyat/hikmah/kesehatan.05.htm

Rasjidi I, 2007 Panduan Penatalaksanaan Kanker Genokologi Berdasarkan


Evidence Base, Penerbit EGC, Cetakan I

Ratna, 2004.Apa yang harus Anda Ketahui Tentang Kanker,


http://www.forums/viewtopic.php

Riono Yohanes, 1999 Kanker Leher Rahim, Dept of Sugery Holliwood


Hospital, Australia,;1-4.

RSUD.Dr. Pirngadi Laporan Morbiditas Tahun 2002-2003,Medan,Sumatera


Utara.

Sarjadi, 1995 Patologi Ginekologik, Penerbit Hipokrates Jakarta;44-56.

lxxix
Sastroasmoro Sudigdo,Ismael Sofyan, 2002 Dasar-dasar Metodologi Penilitian
Klinis Edisi 2; Perpustakaan Nasional RI, Katalog Dalam Terbitan,
Jakarta;110-128; 315-323.

Scaraberg, 1985 Karsinoma Serviks Uteri Dalam Onkologi, Penerbit Pustaka


Jakarta.

S.Fauzi, 2002 Deteksi Dini dan Penanggulangan Kanker Leher Rahim,


Makalah disampaikan pada seminar sehari YKI April.

Sianturi M.H.R, 1996 Prakanker Serviks Dalam Kamar Praktek, Balai Penerbit
FKUI Jakarta;4,6,13-15.
Sirait AM, Soetiarto F, Ratih O, 2003 Ketahanan Hidup Penderita Kanker Serviks
di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta, Buletin Penelitian
Kesehatan Vol 31 No1;13-23.

Siregar M., Angka Kejadian dan Karateristik Penderita Kanker Ginekology di


RSUP.H.Adam Malik dan RSUP.Pirngadi Medan 1996-1998,Tesis.

Sofian A., Penafisan Lesi Intra Epitelial Skuamosa Seriviks dengan Test Visual
Apusan Asam Asetat di RSUP. Adam Malik Medan - RSUD Dr.
Pirngadi Medan, 2001.

Sugiono, 1999 Statistik Untuk Penelitian Cetakan II, Bandung, CV. Alvabeta.

Surbakti E., Pendekatan Faktor Resiko Sebagai Rancangan Alternatif Dalam


Penanggulangan Kanker Serviks Uteri di RS Pirngadi Medan, 2004.
Tesis.

Survei Kesehatan Masyarakat RumahTangga Laporan Mortalitas 2001, Pola


Panyakit Kematian di Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan 2002.

Syamsudin S. 1991 Kanker Serviks, Sub Bagian Onkologi Bagian Obstetri dan
Ginekology FK UI Jakarta.
Tara Elizabeth MD, 2001 Kanker pada Wanita, Panduan Lengkap Pencagahan
dan Pengendalian Kanker pada Wanita. Penerbit Ladang Pustaka dan
Intimedia.1,26,30,35,46,76.

lxxx
Tambunan Gani W, 1996 Diagnosis dan Tata Laksana Sepuluh Jenis Kanker
Terbanyak di Indonesia EGC Jakarta;1-2.
Teheru Edi, Setiawan, Tjkraatmadja Joice. Penanggulangan Kanker Terpadu
Paripurna ( PKPT ) Di wilayah DKI Jakarta, Majalah Ilmiah
Fakultas Kedokteran USAKTI V OL 17 NO 2 1998

Wien Jannet, A Cancer Journal for Clinicians Sosial Service and The Cancer
Patient, http://caonline.amcancersoc.org/subscriptions/, 2007.
Wiknjosatro, H, 1999 Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjdo Jakarta d/a. Bagian Obstetri Ginekologi FK UI.;380-
388.

Wim De Jong, 2004 Kanker.Penerbit Arcan

World Health Organization, 1993 Cancer Pain Relief, Penerbit ITB;1-7.

Yakub, MY, 1993 Tinjauan Kasus Penderita Kanker Leher Rahim Yang
Dirawat di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan Periode 1 Januari 191
- 31 Desember 1990. Tesis Bagian Obstetric dan Ginekology Fakultas
Kedokteran USU Rumah Sakit Pirngadi Medan.

Yatim Faisal, 2005 Penyakit Kandungan .Pustaka Populer Obor Jakarta.

lxxxi
Lampiran 1

DAFTAR PERTANYAAN PENELITIAN

Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian kanker leher rahim pada penderita


yang datang berobat di RS.H.Adam Malik Medan .

I.Keterangan pewawancara.
1. No. urut kuesioner :
2. Nama pewawancara :
3. Tanggal wawancara :

II. Identitias responden.


Umur responden :
Pendidikan :
Pekerjaan ibu :
Pekerjaan suami :

I.Kawin.
1. Bila ibu sudah menikah ini adalah perkawinan
a. pertama
b. kedua
c. > 2 x
2.Bila ibu sudah menikah, usia menikah pertama
a. usia < 20 tahun
b. usia 20 - 30 tahun
c. usia > 30 tahun

II. Usia pertama melakukan hubungan seksual.


3.Pada usia berapa ibu pertama sekali melakukan hubungan seksual
a. usia < 15 - 20 tahun
b. usia 21 - 30 tahun
c. usia > 30 tahun

III. Mitra seksual (berganti pasangan).


4.Dalam melakukan hubungan seksual, pernahkah ibu berganti pasangan
a.kadang-kadang (1-2x)
b.sering (>2x)
c.tidak pernah

lxxxii
IV. Infeksi/penyakit kelamin.
5. Sebelum dan sesudah melakukan hubungan seksual apakah ibu membersihkan
alat kelamin
a. tidak pernah
b. kadang-kadang
c. selalu

6. Pernahkah ibu menderita gatal-gatal pada alat kelamin


a. kadang-kadang
b. selalu
c. tidak pernah
7. Rasa gatal-gatal yang ibu alami pada daerah
a. di sekitar kulit dekat paha
b. alat kemaluan bagian luar
c. alat kemaluan bagian dalam

8. Pernahkah ibu mengalami keputihan


a. selalu
b. kadang-kadang
c. tidak pernah

9. Bila pernah, sudah berapa lama ibu mengalami keputihan


a. < 1 tahun
b. 1 - 5 tahun
c. > 5 tahun

10.Apakah keputihan tersebut berbau


a. berbau
b. sedikit berbau
c. tidak berbau

11.Apakah ibu pernah menderita penyakit pada daerah kelamin


a. pernah sekali
b. selalu
c. tidak pernah

12.Bila pernah, sudah berapa lama menderita penyakit tersebut :


a. < 1 tahun
b. 1 - 2 tahun
c. > tahun

lxxxiii
13. Pernahkah ibu melakukan pengobatan terhadap penyakit tersebut
a. tidak pernah
b. kadang-kadang
c. sering

14. Bila pernah pengobatan yang dilakukan


a. tradisional, alternatif
b. dokter/tenaga kesehatan
c. puskesmas/rumah sakit

15. Bila melakukan hubungan seksual apakah ibu merasakan nyeri pada daerah
kemaluan
a. selalu
b. kadang-kadang
c. tidak pernah

16. Bila ya, sudah berapa lama ibu merasakan rasa nyeri tersebut
a. < 1 tahun
b. 1 - 5 tahun
c. > 5 tahun
17. Setelah selesai mengadakan hubungan seksual apakah ada darah yang keluar
a. selalu
b. kadang-kadang
c. tidak pernah

18. Bila ada, sudah berapa lama ibu mengalaminya


a. 1 - 6 bulan
b. 7 bulan - 1 tahun
c. > 1 tahun

19. Jumlah darah yang keluar :


a. satu softek
b. membasahi pakaian dalam
c. berupa flek-flek

20. Pada saat buang air besar ada keluar darah secara spontan
a. pernah satu kali
b. kadang-kadang
c. tidak pernah

lxxxiv
21. Bila ya, sudah berapa lama ibu alami
a. < 1 tahun
b. 1- 2 tahun
c. > 2 tahun

V. Riwayat pemakaian kontrasepsi.


22. Pernahkah ibu menggunakan alat kontrasepsi
a. selalu (> 5 tahun)
b. kadang-kadang (1-5 tahun)
c. tidak pernah

23. Bila pernah jenis kontrasepsi yang ibu gunakan


a. pil
b. KB suntik ( 1 bulan, 3 bulan) atau implan
c. IUD

24. Sewaktu menggunakan alat kontrasepsi tersebut keluhan yang ibu rasakan
a. perdarahan
b. keputihan
c. tidak ada keluhan

VI. Merokok
25. Apakah ibu pernah merokok
a. selalu
b. kadang-kadang
c. tidak pernah

26. Bila ya, sudah berapa lama ibu merokok


a. < 1 tahun
b. 1-5 tahun
c. > 5 tahun

27. Jumlah rokok yang ibu konsumsi perhari


a. < 1 bungkus
b. 1 - 2 bungkus
c. > 2 bungkus

VII. Deteksi dini.


28. Pernahkah ibu mendengar atau mengetahui tentang deteksi dini /Paps smear
a. tidak pernah
b. pernah sekali
c. sering

lxxxv
29. Kalau ya, pada saat kapan ibu melakukan deteksi dini (paps smear)
a. tidak pernah
b. pernah satu kali (kadang-kadang)
c. selalu/rutin (1 setahun, 2 atau 3 sekali

lxxxvi
Lampiran 2

Hasil Uji Validitas Kuesioner di Ruang Rindu B RSUP.HAM Medan tahun 2008
(n.30)

No Pertanyaan r hasil r tabel Keterangan


1 Jumlah perkawinan 0.6218 0.361 Valid
2 Usia menikah 0.8857 0.361 Valid
3 Usia melakukan hubungan seksual 0.8857 0.361 Valid
4 Berganti pasangan 0.6218 0.361 Valid
5 Kebersihan alat kelamin 0.6218 0.361 Valid
6 Gatal-gatal alat kelamin 0.8857 0.361 Valid
7 Daerah yang gatal-gatal pada alat kelamin 0.8857 0.361 Valid
8 Keputihan 0.8857 0.361 Valid
9 Lama mengalami keputihan 0.8857 0.361 Valid
10 Bau keputihan 0.8857 0.361 Valid
11 Penyakit pada daerah kelamin 0.4589 0.361 Valid
12 Lama menderita penyakit kelamin 0.4589 0.361 Valid
13 Pengobatan terhadap penyakit 0.4589 0.361 Valid
14 Pengobatan yang dilakukan 0.4589 0.361 Valid
15 Nyeri pada daerah kemaluan 0.4589 0.361 Valid
16 Lama merasakan nyeri 0.8857 0.361 Valid
17 Hubungan seksual berdarah 0.4947 0.361 Valid
18 Lama terjadi perdarahan 0.8857 0.361 Valid
19 Jumlah darah yang keluar 0.4589 0.361 Valid
20 Darah keluar saat buang air besar 0.4997 0.361 Valid
21 Lama mengalami perdarahan 0.4997 0.361 Valid
22 Alat kontrasepsi 0.4947 0.361 Valid
23 Jenis kontrasepsi 0.4997 0.361 Valid
24 Keluhan penggunaan kontrasepsi 0.4997 0.361 Valid
25 Riwayat merokok 0.6218 0.361 Valid
26 Lama merokok 0.6218 0.361 Valid
27 Jumlah konsumsi rokok 0.6218 0.361 Valid
28 Pengetahuan tentang deteksi dini 0.6218 0.361 Valid
29 Waktu melakukan papsmear 0.6218 0.361 Valid
30 Hasil papsmear 0.1393 0.361 Tidak valid
31 Stadium pada hasil papsmear 0.1393 0.361 Tidak valid

lxxxvii
Lampiran 3

Hasil uji reliabilitas kuesioner di Rindu B RSUP.HAM Medan tahun 2008 (n.30)

No Pertanyaan r hasil r tabel keterangan


1 Jumlah perkawinan 0.6878 0.361 valid
2 Usia menikah 0.9112 0.361 valid
3 Usia melakukan hubungan seksual 0.9112 0.361 valid
4 Berganti pasangan 0.6878 0.361 valid
5 Kebersihan alat kelamin 0.6878 0.361 valid
6 Gatal-gatal alat kelamin 0.9112 0.361 valid
7 Daerah yang gatal-gatal pada alat kelamin 0.9112 0.361 valid
8 Keputihan 0.9112 0.361 valid
9 Lama mengalami keputihan 0.9112 0.361 valid
10 Bau keputihan 0.9112 0.361 valid
11 Penyakit pada daerah kelamin 0.3894 0.361 valid
12 Lama menderita penyakit kelamin 0.3894 0.361 valid
13 Pengobatan terhadap penyakit 0.3894 0.361 valid
14 Pengobatan yang dilakukan 0.3894 0.361 valid
15 Nyeri pada daerah kemaluan 0.3894 0.361 valid
16 Lama merasakan nyeri 0.9112 0.361 valid
17 Hubungan seksual berdarah 0.3894 0.361 valid
18 Lama terjadi perdarahan 0.9112 0.361 valid
19 Jumlah darah yang keluar 0.3894 0.361 valid
20 Darah keluar saat buang air besar 0.3894 0.361 valid
21 Lama mengalami perdarahan 0.3894 0.361 valid
22 Alat kontrasepsi 0.3894 0.361 valid
23 Jenis kontrasepsi 0.3894 0.361 valid
24 Keluhan penggunaan kontrasepsi 0.4947 0.361 valid
25 Riwayat merokok 0.6878 0.361 valid
26 Lama merokok 0.6878 0.361 valid
27 Jumlah konsumsi rokok 0.6878 0.361 valid
28 Pengetahuan tentang deteksi dini 0.6878 0.361 valid
29 Waktu melakukan papsmear 0.6878 0.361 valid

Alpha = 0.9535

lxxxviii
lxxxix
xc
Lampiran 4
Data responden penderita kanker serviks dan bukan penderita.

Jumlah usia hub. riwayat infeksi riwayat riwayat melakukan


No No.reg umur pendidikan pekerjaan anak seks ganti kelamin KB merokok papsmear
pertama pasangan
1 336684 48 2 irt 2 1 2 1 1 2 1
2 346954 50 2 irt 2 1 2 1 1 2 1
3 347909 51 2 irt 1 1 2 1 2 2 1
4 347018 48 1 irt 1 2 2 1 1 1 1
5 347943 35 2 petani 2 2 2 1 2 2 1
6 324321 55 2 petani 2 1 2 1 1 2 1
7 345201 56 1 irt 2 1 2 1 2 2 2
8 347699 50 2 irt 2 2 2 1 1 2 2
9 347943 51 1 irt 2 2 2 1 1 2 1
10 348822 73 1 irt 2 2 2 1 2 1 1
11 349343 23 2 irt 2 1 1 1 1 1 1
12 347699 30 1 irt 2 1 2 1 1 2 1
13 347943 55 2 irt 2 1 2 1 2 2 2
14 349462 50 2 petani 2 2 2 1 1 1 2
15 345487 45 2 irt 2 1 2 1 1 2 2
16 349343 48 2 buruh 2 1 2 1 1 2 1
17 349462 37 1 irt 2 2 2 1 2 2 1
18 345537 48 1 irt 2 2 2 1 2 2 1
19 350021 35 1 irt 1 2 1 1 1 2 1
20 346877 40 2 pns 1 2 2 1 1 2 1
21 347699 40 1 irt 2 1 2 1 2 2 1
22 346119 46 1 irt 2 1 2 1 1 2 1
23 349602 56 1 irt 2 2 2 1 1 2 1
24 346877 57 1 irt 1 1 2 1 2 1 1

xci
25 348822 57 1 irt 2 1 1 1 1 2 1
26 280855 58 1 irt 1 1 1 1 2 2 1
27 347699 60 1 irt 1 2 2 1 2 2 1
28 347943 37 1 irt 1 2 2 1 2 2 1
29 350864 60 1 irt 1 1 2 1 1 1 1
30 323058 47 1 irt 2 1 2 1 1 2 1
31 346509 49 2 irt 2 2 2 1 2 2 1
32 350114 58 1 irt 2 1 1 1 2 2 1
33 347943 58 1 petani 2 1 2 1 2 2 1
34 348822 56 1 irt 1 2 2 1 2 2 1
35 349602 52 1 irt 2 2 1 1 2 2 1
36 349701 38 1 irt 2 2 1 1 2 2 1
37 350114 47 1 irt 2 1 1 1 1 2 1
38 350564 45 1 irt 2 2 2 2 2 2 1
39 322728 46 1 wiraswas 2 2 2 2 2 2 1
40 323058 48 1 irt 2 1 2 2 1 2 1
41 347866 36 1 irt 1 1 2 2 2 2 1
42 347866 48 2 irt 2 2 2 1 1 1 1
43 347943 47 2 irt 2 2 2 2 2 2 1
45 348822 35 1 irt 2 2 2 2 2 1
46 35114 50 1 irt 2 2 2 2 2 2 1
47 351070 50 1 wiraswas 2 2 2 2 2 2 1
48 348822 55 1 irt 2 3 2 2 2 2 1
49 351070 54 1 irt 2 1 2 1 2 2 1
50 351812 37 2 wiraswas 2 2 2 1 2 2 1
51 351070 35 2 irt 2 2 2 1 1 2 1
52 353008 37 2 irt 2 2 2 1 1 2 1
53 320393 39 2 irt 2 2 2 1 1 2 1
54 348822 67 2 pns 2 2 2 1 1 2 1
55 349602 31 1 irt 2 2 2 1 2 2 1
56 349088 58 1 irt 2 2 2 2 2 1 1
57 352356 56 1 petani 2 2 2 2 2 1 1
58 332863 55 1 petani 2 1 2 2 2 1 1

xcii
59 345406 55 1 irt 2 2 2 2 2 1 1
60 345613 30 1 irt 2 2 1 2 2 1 1
61 347430 45 1 irt 2 2 2 2 2 1 2
62 347134 48 1 irt 2 1 2 2 2 1 1
63 343116 58 2 irt 2 2 1 2 2 1 1
64 346598 59 2 wiraswas 2 2 1 2 2 1 2
66 348176 57 1 petani 2 2 2 2 2 1 1
67 348370 60 1 wiraswas 2 2 1 1 2 2 1
68 347258 70 1 irt 2 2 1 1 1 2 2
69 348522 67 2 wiraswas 2 2 1 1 1 2 1
70 347048 30 1 irt 2 2 1 1 1 2 1
71 325501 48 1 petani 2 2 1 2 1 2 1
72 348374 33 1 irt 2 2 1 2 1 2 1
73 324321 48 2 irt 2 1 1 2 1 2 2
74 348176 40 1 irt 2 1 2 2 1 2 1
75 348360 40 1 irt 2 3 2 2 1 2 1
76 347664 45 1 irt 2 1 2 2 1 2 1
77 348322 46 1 irt 2 2 2 2 1 2 1
78 348530 47 2 irt 2 2 2 2 1 2 1
79 348370 48 2 irt 2 2 2 2 1 2 1
80 347048 39 2 irt 2 2 1 2 1 2 1
81 332247 49 1 petani 2 2 1 2 1 1 1
82 345408 32 2 wiraswas 2 2 1 2 1 1 1
83 348580 36 2 irt 2 2 1 2 1 1 1
84 347552 49 1 irt 2 2 1 2 1 1 1
85 347256 48 1 irt 2 2 1 2 1 2 1
86 348786 39 2 irt 2 2 1 2 1 2 1
87 348736 36 1 irt 2 2 1 2 1 2 1
88 348348 48 2 irt 2 2 2 2 2 2 1
89 348580 30 2 irt 2 2 1 2 2 2 1
90 348523 49 1 irt 2 2 1 2 2 2 1
91 348934 60 1 irt 1 1 1 2 1 1 1
92 347900 55 1 irt 1 1 1 2 1 1 1

xciii
93 348786 40 1 irt 1 1 2 2 1 1 1
94 348580 40 1 irt 1 1 2 2 1 1 1
95 347552 56 1 irt 1 1 1 2 1 1 1
96 349152 55 1 pedagang 1 2 1 2 1 1 1
97 348169 54 1 irt 1 2 1 2 1 1 1
98 348948 45 1 irt 1 2 1 2 1 1 1
99 348958 35 1 irt 1 1 1 2 1 1 1
100 349424 39 1 irt 1 1 2 2 1 1 1
101 347900 38 1 irt 1 1 2 2 1 1 1
102 349480 67 1 irt 1 1 2 2 1 1 1
103 349384 56 1 irt 1 1 2 2 1 1 1
104 349485 55 1 irt 1 1 2 2 1 1 1
105 349620 48 1 irt 1 1 2 2 1 1 1
106 347048 49 1 irt 1 1 2 2 1 1 1
107 349146 50 1 irt 1 1 2 2 1 2 1
108 348572 51 1 irt 1 1 2 2 1 2 1
109 349722 42 1 irt 1 1 2 2 1 2 1
110 349061 43 1 irt 1 1 2 2 1 2 1
111 349342 44 1 irt 1 1 2 2 1 1 1
112 349280 35 1 irt 1 1 2 2 1 1 1
113 349687 32 1 irt 1 1 2 1 1 1 1
114 341670 36 1 irt 1 1 2 1 1 1 1
115 349384 37 1 irt 1 1 2 1 1 2 1
116 347900 38 2 irt 1 2 1 2 1 2 1
117 325501 39 2 irt 1 2 1 2 1 2 1
118 348199 36 2 irt 1 2 1 2 1 1 1
119 348948 50 1 irt 1 2 1 2 1 1 1
120 348829 48 1 irt 1 2 1 2 1 1 1

xciv
Lampiran 5. Hasil Uji Univariat, bivariat, dan Multivariat data
Penelitian
pendidikan responden * ca.servix Crosstabulation

Count
ca.servix
tidak
menderita menderita Total
pendidikan <smp 45 40 85
responden >sma 15 20 35
Total 60 60 120

umur responden * ca.servix Crosstabulation

Count
ca.servix
tidak
menderita menderita Total
umur responden >=40 46 40 86
<40 14 20 34
Total 60 60 120

pekerjaan responden * ca.servix Crosstabulation


Count
ca.servix
tidak
menderita menderita Total
pekerjaan responden irt 52 47 99
bekerja 8 13 21
Total 60 60 120

melakukan papsmear * ca.servix Crosstabulation

Count
ca.servix
tidak
menderita menderita Total
melakukan tidakpernah 55 56 111
papsmear pernah 5 4 9
Total 60 60 120

xcvi
usia melakukan hub.seks * ca.servix Crosstabulation

ca.servix
tidak
menderita menderita Total
usia melakukan <20 Count 36 11 47
hub.seks Expected Count 23.5 23.5 47.0
% within usia
76.6% 23.4% 100.0%
melakukan hub.seks
% within ca.servix 60.0% 18.3% 39.2%
% of Total 30.0% 9.2% 39.2%
>=20 Count 24 49 73
Expected Count 36.5 36.5 73.0
% within usia
32.9% 67.1% 100.0%
melakukan hub.seks
% within ca.servix 40.0% 81.7% 60.8%
% of Total 20.0% 40.8% 60.8%
Total Count 60 60 120
Expected Count 60.0 60.0 120.0
% within usia
50.0% 50.0% 100.0%
melakukan hub.seks
% within ca.servix 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 21.860b 1 .000
Continuity Correctiona 20.146 1 .000
Likelihood Ratio 22.746 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
21.677 1 .000
Association
N of Valid Cases 120
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
23.50.

xcvii
Risk Estimate

95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for usia
melakukan hub.seks 6.682 2.904 15.374
(<20 / >=20)
For cohort ca.servix =
2.330 1.619 3.352
menderita
For cohort ca.servix = .349 .203 .599
tidak menderita
N of Valid Cases 120

Crosstabs
jumlah anak * ca.servix Crosstabulation

ca.servix
tidak
menderita menderita Total
jumlah >3 Count 26 15 41
anak Expected Count 20.5 20.5 41.0
% within jumlah anak 63.4% 36.6% 100.0%
% within ca.servix 43.3% 25.0% 34.2%
% of Total 21.7% 12.5% 34.2%
<=3 Count 34 45 79
Expected Count 39.5 39.5 79.0
% within jumlah anak 43.0% 57.0% 100.0%
% within ca.servix 56.7% 75.0% 65.8%
% of Total 28.3% 37.5% 65.8%
Total Count 60 60 120
Expected Count 60.0 60.0 120.0
% within jumlah anak 50.0% 50.0% 100.0%
% within ca.servix 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

xcviii
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 4.483b 1 .034
a
Continuity Correction 3.705 1 .054
Likelihood Ratio 4.524 1 .033
Fisher's Exact Test .054 .027
Linear-by-Linear
4.446 1 .035
Association
N of Valid Cases 120
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
20.50.

Risk Estimate

95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for jumlah
2.294 1.056 4.985
anak (>3 / <=3)
For cohort ca.servix =
1.473 1.044 2.079
menderita
For cohort ca.servix =
.642 .411 1.004
tidak menderita
N of Valid Cases 120

xcix
penyakit kelaminK * ca.servix Crosstabulation

ca.servix
tidak
menderita menderita Total
penyakit kelaminK pernah Count 40 13 53
Expected Count 26.5 26.5 53.0
% within penyakit
75.5% 24.5% 100.0%
kelaminK
% within ca.servix 66.7% 21.7% 44.2%
% of Total 33.3% 10.8% 44.2%
tidak pernah Count 20 47 67
Expected Count 33.5 33.5 67.0
% within penyakit
29.9% 70.1% 100.0%
kelaminK
% within ca.servix 33.3% 78.3% 55.8%
% of Total 16.7% 39.2% 55.8%
Total Count 60 60 120
Expected Count 60.0 60.0 120.0
% within penyakit
50.0% 50.0% 100.0%
kelaminK
% within ca.servix 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 24.635b 1 .000
Continuity Correctiona 22.844 1 .000
Likelihood Ratio 25.618 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
24.430 1 .000
Association
N of Valid Cases 120
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
26.50.

c
Risk Estimate

95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for penyakit
kelaminK (pernah / 7.231 3.198 16.347
tidak pernah)
For cohort ca.servix = 2.528 1.698 3.764
menderita
For cohort ca.servix = .350 .213 .575
tidak menderita
N of Valid Cases 120

lama penggunaan kontrasepsi * ca.servix Crosstabulation

ca.servix
tidak
menderita menderita Total
lama penggunaan pernah Count 36 39 75
kontrasepsi Expected Count 37.5 37.5 75.0
% within lama
48.0% 52.0% 100.0%
penggunaan kontrasepsi
% within ca.servix 60.0% 65.0% 62.5%
% of Total 30.0% 32.5% 62.5%
tidakpernah Count 24 21 45
Expected Count 22.5 22.5 45.0
% within lama
53.3% 46.7% 100.0%
penggunaan kontrasepsi
% within ca.servix 40.0% 35.0% 37.5%
% of Total 20.0% 17.5% 37.5%
Total Count 60 60 120
Expected Count 60.0 60.0 120.0
% within lama
50.0% 50.0% 100.0%
penggunaan kontrasepsi
% within ca.servix 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square .320b 1 .572
Continuity Correctiona .142 1 .706
Likelihood Ratio .320 1 .571
Fisher's Exact Test .706 .353
Linear-by-Linear
.317 1 .573
Association
N of Valid Cases 120
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
22.50.

ci
Risk Estimate

95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for lama
penggunaan kontrasepsi .808 .385 1.694
(pernah / tidakpernah)
For cohort ca.servix = .900 .627 1.291
menderita
For cohort ca.servix = 1.114 .762 1.630
tidak menderita
N of Valid Cases 120

pernah merokok * ca.servix Crosstabulation

ca.servix
tidak
menderita menderita Total
pernah merokok pernah Count 21 24 45
Expected Count 22.5 22.5 45.0
% within pernah merokok 46.7% 53.3% 100.0%
% within ca.servix 35.0% 40.0% 37.5%
% of Total 17.5% 20.0% 37.5%
tidakpernah Count 39 36 75
Expected Count 37.5 37.5 75.0
% within pernah merokok 52.0% 48.0% 100.0%
% within ca.servix 65.0% 60.0% 62.5%
% of Total 32.5% 30.0% 62.5%
Total Count 60 60 120
Expected Count 60.0 60.0 120.0
% within pernah merokok 50.0% 50.0% 100.0%
% within ca.servix 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square .320b 1 .572
Continuity Correctiona .142 1 .706
Likelihood Ratio .320 1 .571
Fisher's Exact Test .706 .353
Linear-by-Linear
.317 1 .573
Association
N of Valid Cases 120
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
22.50.

cii
Risk Estimate

95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for pernah
merokok (pernah / .808 .385 1.694
tidakpernah)
For cohort ca.servix = .897 .613 1.313
menderita
For cohort ca.servix = 1.111 .775 1.594
tidak menderita
N of Valid Cases 120

Uji regressi logistik ganda untuk identifikasi variabel


dengan nilai p < 0.05
Variables not in the Equation

Score df Sig.
Step Variables JMLANAKK 4.483 1 .034
0 GANTIPAK 5.400 1 .020
KELAMINK 24.635 1 .000
HUBSEKSK 21.860 1 .000
Overall Statistics 41.521 4 .000

Variables in the Equation

95.0% C.I.for EXP(B)


B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Step JMLANAKK 1.112 .571 3.797 1 .051 3.040 .994 9.300
a
1 GANTIPAK -.361 .509 .502 1 .479 .697 .257 1.892
KELAMINK 2.210 .511 18.726 1 .000 9.113 3.350 24.793
HUBSEKSK 1.312 .523 6.282 1 .012 3.713 1.331 10.356
Constant -6.789 1.766 14.786 1 .000 .001
a. Variable(s) entered on step 1: JMLANAKK, GANTIPAK, KELAMINK, HUBSEKSK.

Hasil akhir regressi logistik ganda faktor risiko KLR

ciii
Variables not in the Equation

Score df Sig.
Step Variables JMLANAKK 4.483 1 .034
0 KELAMINK 24.635 1 .000
HUBSEKSK 21.860 1 .000
Overall Statistics 41.153 3 .000

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.
Step 1 Step 46.593 3 .000
Block 46.593 3 .000
Model 46.593 3 .000

Variables in the Equation

95.0% C.I.for EXP(B)


B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Step JMLANAKK 1.049 .559 3.524 1 .060 2.855 .955 8.536
a
1 KELAMINK 2.243 .508 19.467 1 .000 9.425 3.479 25.532
HUBSEKSK 1.425 .504 7.981 1 .005 4.157 1.547 11.169
Constant -7.526 1.463 26.448 1 .000 .001
a. Variable(s) entered on step 1: JMLANAKK, KELAMINK, HUBSEKSK.

civ
Lampiran 7

PERNYATAAN SETUJU MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : ………………………………..
Alamat :...................................................

Menyatakan kesediaan untukmenjadi respondendalampenelitian ini yang


berjudul: “Faktor-FaktorYang Mempengaruhi Kejadian Kanker Leher Rahim Di
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.” Saya tidak akan menuntut
terhadap segala kemungkinan yang terjadi dalam penelitian dan bersedia
memberikan jawaban sejujurnya.
Demikian surat persetujuan ini saya sampaikan dengan sadar tanpa
paksaan dari siapapun.

Responden Peneliti

( ) Melva

cv

Anda mungkin juga menyukai