Anda di halaman 1dari 2

F.

Atonia Uteri

1. Pengertian
a. Atonia Uteri adalah suatu kegagalan serabut-serabut otot miometrium uterus untuk
berkontraksi dan memendek (Harsono, T, 2013).
b. Atonia Uteri merupakan perdarahan pasca persalinan yang dapat terjadi karena
terlepasnya sebagian plasenta dari uterus dan sebagian lagi belum terlepas.
c. Atonia Uteri merupakan sebab terpenting perdarahan pasca partum.
d. Atonia Uteri terjadi bilamiometrium tidak berkontraksi. Uterus menjadi lunak dan
pembuluh darah pada bekas perlekatan plasenta terbuka lebar.

2. Etiologi
Beberapa referensi menyebutkan bahwa penyebab atonia uteri, antara lain :
a. Overdistensi uterus, baik absolut maupun relatif. Overdistensi ini dapat disebabkan
karena :
1) Kehamilan ganda.
2) Janin makrosomia.
3) Polihidramnion.
4) Abnormalitas janin (misalnya hidrosefalus).
5) Kelainan struktur uterus.
6) Kegagalan untuk melahirkan plasentan.
7) Distensi akibat akumulasi darah di uterus.
b. Plasenta letak rendah.
c. Toksin bakteri (seperti korioamnionitis, endomiometritis, septikemia).
d. Hipoksia akibat hipoperfusi atau uterus ‘couvelaire’ pada ablasio plasenta.
e. Hipotermia akibat resusitasi masif.
f. Lemahnya kotraksi miometrium merupakan akibat dari kelelahan karena persalinan
lama atau persalinan dengan tenaga besar, terutama bila mendapatkan stimulasi.
g. Dapat juga terjadi sebagai akibat dari inhibisi kontraksi yang disebabkan oleh obat-
obatan, seperti : Agen anestesi terhalogenisasi, nitrat, obat-obatan anti-inflamasi
nosteroid, magnesium sulfat, beta-simpatometik dan nifedipin.

3. Patofisiologi
Perdarahan postpartum bisa dikendalikan melalui kontraksi dan retraksi serat-serat
myometrium. Kontraksi dan retraksi ini menyebabkan terlipatnya pembuluh-
pembuluh darah sehingga aliran darah ke tempat plasenta menjadi terhenti. Kegagalan
mekanisme akibat gangguan fungsi myometrium dinamakan atonia uteri dan keadaan
ini menjadi penyebab utama perdarahan postpartum. Sekalipun pada kasus perdarahan
postpartum kadang-kadang sama sekali tidak disangka atonia uteri sebagai
penyebabnya, namun adanya faktor prediposisi dalam banyak hal harus menimbulkan
kewaspadaan perawat terhadap gangguan tersebut.

4. Diagnosa dan Rencana Tindakan Keperawatan


a. Lakukan masase fundus uteri segera setelah plasenta dilahirkan.
Rasionalisasi :
1)
b. Bersihkan ostium serviks dari selaput ketuban dan gumpalan darah.
c. Mulai lakukan kompresi bimanual interna.
d. Instruksikan keluarga untuk mulai melakukan kompresi bimanual eksterna.
e. Berikan metil ergometrin 0,2 mg intramuskuler.
f. Berikan infus cairan larutan ringer laktat dan oksitosin 20 unit per 500cc.
g. Mulai lagi kompresi bimanual interna.
h. Buat persiapan untuk merujuk segera.
i. Teruskan cairan intravena hingga ibu mencapai tempat rujukan.
5. Penatalaksanaan

Anda mungkin juga menyukai