Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PSIKIATRI

GANGGUAN ANXIETAS CAMPURAN LAINNYA DD GANGGUAN


CEMAS MENYELURUH

Disusun oleh:
Debby Sherly Amanda
1610221109

Pembimbing:

dr. Mardi Susanto, Sp.KJ (K)

dr. Tribowo T Ginting, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA


RUMAH SAKIT UMUM PUSAT PERSAHABATAN
PERIODE 2 JANUARI –3FEBRUARI 2018
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn.D
Usia : 54 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Status : Sudah menikah
Pekerjaan : Wartawan

II. RIWAYAT PSIKIATRI


22 Januari 2018 dilakukan autoanamnesis pada Tn. D pukul 11.00 WIB di
poliklinik Jiwa RSUP Persahabatan Jakarta.

A. Keluhan Utama
Pasien datang sendiri ke Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan Jakarta
dengan keluhan kesulitan tidur, rasa cemas, dan obat habis.

B. Riwayat Gangguan Sekarang


Pasien datang di antar oleh istrinya dengan keluhan sering merasa cemas
berlebihan sejak 1 hari yang lalu. Cemas yang di rasakan timbul ketika obat sudah
habis, cemas sendiri dirasakan sudah selama 1 tahun ini. Saat pasien merasa
cemas, pasien merasakan jantung berdebar, berkeringat dan leher seperti kaku.
Rasa cemas yang pasien rasakan muncul saat pasien teringat oleh
penyakitnya yang di diagnosis TIA oleh dokter. Penyakit TIA yang di derita
sudah berlangsung selama 8 tahun. Ketika mengingat akan penyakitnya, pasien
mulai merasa cemas lalu timbul gejala-gejala seperti berkeringat, jantung
berdegup kencang, leher seperti terasa kaku.

2
Pasien mengaku, rasa cemas yang di rasakan terjadi secara hilang timbul.
Rasa cemas tersebut muncul ketika pasien teringat akan penyakitnya yang belum
kunjung sembuh. Pasien merasa takut akan seperti temannya yang menderita
stroke. Lalu pasien menjadi mencemaskan keluarganya. pasien merasa tidak ingin
kelak nanti akan merepotkan istri dan anaknya. Pasien tidak ingin hal yang terjadi
pada dirinya akan serupa dengan temannya. pasien mengaku rasa cemasnya ini
sangat menganggu aktifitasnya sehingga pasien tidak bekerja selama 2 bulan.
Selain penyakitnya yang menyebabkan rasa cemas, Pasien merasa cemas
dengan penyakit-penyakit yang di derita isterinya. Pasien merasa kasihan dengan
isterinya. Saat cemas itu muncul, pasien merasa berdebar-debar kencang dan
terasa berkeringat.
Namun Saat rasa cemas melanda, pasien tidak menceritakan kepada
keluarga karena khawatir akan menambah beban pikiran keluarga sehingga hal
tersebut menyebabkan pasien tidak punya tempat cerita dan hanya memendam
beban kecemasan sendirian dan hal tersebut membuat pasien menjadi tidak bisa
tidur, saat tidak bisa tidur, pasien meminum obat alprazolam milik istri yang
memiliki gangguan tidur. Dan setelah meminul obat tersebut pasien bisa tidur
dengan nyenyak.
Pasien memiliki riwayat penyakit medik berupa angina pectoris, BPH, HNP,
dan Gastritis. Pasien sering berobat untuk menangani penyakitnya ini ke RSUP
Persahabatan. Saat terkena penyakit TIA, pasien menjadi mencemaskan seluruh
penyakit-penyakit yang dia derita.
Pasien sudah menikah dan memiliki seorang anak dan seorag istri. Anak
pasien kuliah di jurusan DKV seorang anak laki-laki. Dan istri pasien merupakan
seorang wira usaha di bidang kuliner di sekolahan.
Saat di poliklinik Jiwa RSUP Persahabatan, pasien diberikan beberapa
pertanyaan. Ketika di berikan pertanyaan aritmatika, yaitu 100 dikurang 7, pasien
mampu menjawab 93 dengan baik.
Ketika pasien diberikan pertanyaan naik apa saat ke rumah sakit, pasien
dapat menjawab pertanyaan yaitu diantar istri. Hal ini menunjukan daya ingat
jangka pendek pasien baik. Kemudian ketika pasien di berikan pertanyaan
mengenai jenjang pendidikan, pasien mengaku pendidikan terakhir adalah S1. Hal

3
ini menunjukan bahwa daya ingat jangka panjang pasien baik. Kemudian ketika di
berikan pertanyaan untuk mengingat 3 buah benda, pasien mampu menjawab
dengan benar yaitu meja, pulpen, buku. Hal ini menunjukan daya ingat segera
pasien baik.
Saat diberikan pertanyaan mengenai waktu, pasien mampu menjawab
waktu dengan baik. Saat di berikan pertanyaan sedang berda dimana, pasien
mampu menjawab sedang berada di poliklinik jiwa RSUP persahabatan. Hal ini
menunjukan tidak adanya gangguan pada orientasi baik tempat, waktu, maupun
situasi.
Kemudian pasien di ajukan pertanyaan apa arti dari “ karena nila setitik
rusak susu sebelanga” pasien mampu menjawab artinya “karena satu kesalahan
jadi rusak semua” . lalu pasien di ajukan pertanyaan “apabila ada anak kecil
hilang di mall, apa yang harus pasien lakukan” kemudian pasien menjawab “
membawanya ke pusat informasi untuk di carikan ibunya” hal ini menunjukan
daya nilai dan daya abstrak pasien baik.
Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan, pasien mampu
menjawab dengan benar. Hal ini menunjukan pasien memiliki orientasi yang baik,
daya ingat yang baik, pasien mampu berkonsentrasi, dan daya kognitifnya baik.
Sehingga pasien tidak terdapat gangguan fungsi mental organik atau tidak terdapat
gangguan fungsi otak.
Pasien mengaku tidak merokok, pasien juga tidak mengkonsumsi
alkohol, tidak pernah mengkonsumsi NAPZA atau obat-obatan lainnya.
Sehingga hal ini membuktikan bahwa pasien tidak terdapat Gangguan Mental
dan Perilaku Akibat Zat Psikoaktif.
Saat diberikan pertanyaan apakah pasien pernah mengalami rasa gembira
yang berlebihan atau tidak, Pasien mengatakan bahwa rasa gembiranya yang
dialami adalah rasa yang sewajarnya dan tidak berlebihan. Pasien juga diberi
pertanyaan apakah pasien pernah merasakan kesedihan yang mendalam atau
tidak. Lalu pasien menjawab pernah saat berfikir khawatir akan merepotkan
keluarga apabila dia sakit, namun tidak dirasakan terlalu mendalam.
Saat ditanya apakah pasien pernah merasakan kecemasan yang
menyebabkan jantung pasien berdebar-debar, keluar keringat atau sakit kepala,

4
pasien mengakuinya, saat dia teringat dengan penyakit yang di derita maka
pasien langsung merasakan berdebar-debar dan berkeringat.
Pasien datang menggunakan pakaian yang rapih, sopan dan bersih.
Menggunakan aksesoris sewajarnya seperti jam tangan, saat sjak awal di berikan
pertanyaan pasien dapat menjawab dengan cepat dari pertanyaan yang diberikan.
Pasien mampu bersikap kooperatif saat tanya jawab. Tidak menunjukan
sikap dan gerak gerik cemas. Dan mampu bergaya bahasa tubuh yang tidak
berlebihan seperti menggoyang-goyangkan kaki dan tangan.
Saat ditanya apa perasaan pasien saat ini, pasien menjawab merasa biasa
saja. ekspresi wajah yang di rasakan pasien luas. Pasien mengetahui bahwa
dirinya sakit dan tahu penyebab sakitnya. Dapat disimpulkan bahwa derajat tilikan
yang ada pada pasien adalah 6, yaitu pasien mengakui bahwa dirinya sakit dan
tahu bahwa penyebabnya dan memiliki motivasi untuk sembuh. Pasien
mempunyai 3 keinginan, yaitu ingin ingin hidup sehat dan tenang, ingin melihat
anaknya menikah, dan ingin menulis buku.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien tidak ada gangguan psikiatri sebelumnya
2. Riwayat Gangguan Medik
Pasien memiliki riwayat pengapuran tulang namun saat ini sudah sembuh
3. Riwayat Penggunaan NAPZA
Pasien tidak pernah konsumsi NAPZA.
4. Riwayat Gangguan Neuorologi
Pasien tidak ada riwayat gangguan neurologi.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Riwayat prenatal : pasien lahir normal
2. Riwayat masa kanak-kanak awal : tumbuh kembang pasien sesuai usia,
tidak terdapat masalah dalam pertumbuhan maupun perkembangan.
3. Riwayat masa kanak-kanak akhir : pasien tumbuh baik. Tidak ada
masalah serta dapat bersosialisasi dengan baik.

5
4. Riwayat masa remaja : pasien tumbuh baik dan tidak ada masalah dapat
bersosialisasi dengan baik, mudah bergaul, bisa menyesuaikan diri
dengan lingkungan, dapat mengikuti pelajaran dengan baik saat masih
sekolah.
5. Riwayat pendidikan : pendidikan terakhir pasien adalah S1
6. Riwayat pekerjaan : wartawan
7. Riwayat pernikahan : Pasien sudah menikah dan memiliki 1 orang anak
8. Hubungan dengan keluarga : hubungan pasien dengan keluarga cukup
baik..
9. Riwayat agama : Islam

E. Riwayat Keluarga
Tidak ada yang mengalami hal yang serupa dengan pasien.

F. Riwayat Situasi Sosial Sekarang


Pasien sudah mempunyai rumah sendiri. Pasien memiliki istri dan 1
orang anak. Hubungan pasien dengan tetangga dirumah baik. Hubungan dalam
keluarga cukup baik. Pasien kini sedang mengkhawatirkan penyakitnya. Pasien
merupakan pasien BPJS. Pasien memiliki keinginan untuk sembuh sehingga
datang ke RSUP Persahabatan dan mau minum obat.

G. Persepsi Pasien terhadap Dirinya dan Kehidupannya


Pasien mempunyai beberapa keinginan ingin ingin hidup sehat dan
tenang, ingin melihat anaknya menikah, dan ingin menulis buku.

III. STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Laki-laki, usia 54 tahun, berpenampilan sopan dan bersih,
sesuai dengan usianya. Pasien mengenakan kaos lengan pendek
warna tosca dan celana panjang berwarna cokelat.. Pasien
memiliki kulit berwarna kuning langsat dan postur tubuh yang

6
agak gemuk.
a. Kesadaran : Compos Mentis
b. Kontak Psikis : Dapat dilakukan dengan baik dan dapat
berkomunikasi dengan baik
2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
a. Cara berpakaian : Baik
b. Aktivitas psikomotor : Pasien kooperatif, kontak mata baik,
dapat menjawab pertanyaan dengan baik.
3. Pembicaraan
a. Kuantitas : Baik, pasien dapat menjawab pertanyaan dokter
dan dapat mengungkapkan isi hatinya dengan jelas.
b. Kualitas : Bicara spontan, volume bicara sedang, artikulasi
jelas, pembicaraan terarah kalimat yang diucapkan kohern
dan isi pembicaraan dapat dimengerti.
4. Sikap terhadap pemeriksa : Pasien kooperatif

B. Keadaan Afektif
1. Mood : Biasa Saja
2. Afek : Luas
3. Keserasian : Mood dan afek serasi
4. Empati : Pemeriksa dapat merasakan apa yang dirasakan
pasien

C. Fungsi Intelektual dan Kognitif


1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan
Pendidikan terakhir pasien adalah S1. Tingkat kecerdasan dan
pengetahuan umum, serta kemampuan berhitung pasien baik.
2. Daya konsentrasi
Daya konsentrasi pasien baik. Pasien dapat mengikuti
wawancara dengan baik dari awal sampai akhir. Pasien dapat
menjawab hitung- hitungan 100-7=93. Pasien dapat menjawab
pengetahuan umum dengan baik dan pasien dapat mengulang

7
menyebutkan 3 benda yang disebutkan
3. Orientasi
a. Waktu : Baik, pasien dapat mengetahui waktu berobat siang
hari jam 11.00 WIB.
b. Tempat : Baik, pasien dapat mengetahui sedang berada di
Poliklinik Jiwa RS Persahabatan.
c. Personal : Baik, pasien mengetahui sedang berbicara dengan
dokter.
d. Situasi : Baik, pasien menyadari sedang berkonsultasi
dengan dokter.

4. Daya ingat
a. Daya ingat jangka panjang
Baik, pasien dapat mengingat dengan cukup baik hal-hal
tentang pendidikannya dan kisah-kisah yang sudah di
alaminya.
b. Daya ingat jangka pendek
Baik, pasien dapat mengingat datang dengan di antar oleh
siapa dan kendaraan apa pasien datang berobat.
c. Daya ingat segera
Baik, pasien dapat mengulang menyebutkan 3 benda yang
disebutkan.
5. Pikiran abstrak
Baik, pasien dapat mengerti pribahasa ,”karna nila setitik rusak
susu sebelanga”, pasien menjawabnya dengan benar yaitu, “karna
satu kesalahan jadi rusak semua”.
6. Kemampuan menolong diri sendiri
Baik, pasien mengerjakan segala sesuatunya sendiri dan masih
mampu mengurus dirinya sendiri.

D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi

8
a. Halusinasi Auditorik : Tidak ada
b. Halusinasi Visual : Tidak ada
c. Halusinasi Taktil : Tidak ada
d. Halusinasi Olfaktorik : Tidak ada
e. Halusinasi Gustatorik : Tidak ada
2. Depersonalisasi dan Derealisasi
a. Depersonalisasi : Tidak ada
b. Derealisasi : Tidak ada

E. Proses Pikir
1. Arus Pikir
a. Produktivitas : Baik, pasien dapat menjawab spontan
b. Kontuinitas : Pasien menjawab semua
pertanyaan dengan baik dan kohern.
2. Isi Pikiran
a. Preokupasi : Tidak ada
b. Gangguan pikiran : Tidak ada

F. Pengendalian Impuls
Selama melakukan tanya jawab pasien cukup tenang pasien dapat
melawan perasaannya, tidak cemas, kooperatif, tidak terdapat gerakan
involunter.

G. Daya Nilai
a. Nilai Sosial
Baik, pasien dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.
b. Uji Daya Nilai
Baik, ketika diberikan pertanyaan jika sedang berada di pasar
kehilangan ibunya, apa yang dilakukan, pasien mampu
menjawab membantu anak untuk mencarikan ibunya.
c. Penilaian Realitas

9
Pada saat dilakukan pemeriksaan tidak terdapat gangguan dalam
menilai realitas berupa waham dan halusinasi.

H. Persepsi Pemeriksa terhadap Diri dan Kehidupan Pasien


Pasien menyadari mengalami kesulitan tidur dan pasien ingin
sembuh

I. Tilikan
Tilikan derajat 6 yaitu pasien mengakui bahwa dirinya sakit dan
tahu penyebabnya disertai motivasi untuk mencapai perbaikan.

J. Taraf dapat Dipercaya


Pemeriksa memperoleh kesan secara menyeluruh bahwa jawaban
pasien dapat dipercaya karena pasien menjawab dengan konsisten
terhadap pertanyaan yang diberikan.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


a. Status Generalis
▪ Keadaan Umum/Kesadaran : Baik, compos mentis
▪ Tanda Vital
 TD : 120/80 mmHg
 Nadi : 88 x/menit
 RR : 20 x/menit
 Suhu : 36˚C
▪ Sistem Kardiovaskuler : Tidak ada kelainan
▪ Sistem Muskuloskeletal : Tidak ada kelainan
▪ Sistem Gastrointestinal : Tidak ada kelainan
▪ Sistem Urogenital : Tidak ada kelainan
▪ Gangguan Khusus : Tidak ada kelainan

b. Status Neurologis
▪ Saraf Kranial : Kesan dalam batas normal

10
▪ Saraf Motorik : Kesan dalam batas normal
▪ Sensibilitas : Kesan dalam batas normal
▪ Susunan Saraf Vegetative : Tidak ada kelainan
▪ Fungsi Luhur : Tidak ada kelainan
▪ Gangguan khusus : Tidak ada kelainan

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


a. Pasien usia 54 tahun datang untuk berobat.
b. Pasien mempunyai keluhan kesulitan untuk tidur dan merasakan
kecemasan terhadap penyakitnya
c. Pasien mengeluh merasa terganggu dengan keluhan tersebut.
d. Mood pada pasien biasa saja dan afeknya luas.
e. Tidak ada riwayat trauma kepala. Kesadaran, orientasi, fungsi
kognitif, daya ingat jangka panjang, pendek dan segera baik.
f. Pasien Tidak memiliki riwayat psikiatri.
g. Pasien tidak mempunyai keluarga dengan keluhan serupa.
h. Pasien tidak pernah konsumsi NAPZA dan merokok
i. Pasien tidak mengalami waham dan halusinasi.
j. Tidak ada gangguan makan, sedih dan gembira berlebihan, maupun
niatan untuk bunuh diri.
k. Pasien mampu bergaul dan bersosialisasi.
l. Pasien menempuh pendidikan hingga S1 sehingga tidak terdapat
retardasi mental.
m. Pasien memiliki masalah medik pada tubuhnya seperti angina
pectoris, BPH, HNP, dan Gastritis, dan TIA.
n. Hubungan pasien dengan keluarga cukup baik
o. Pasien tinggal di rumah sendiri bersama anak dan istri.
p. Pasien merupakan pasien BPJS.
q. Pada pasien ini gejala dan disabilitas ringan. Pasien dalam kondisi
baik, dapat melakukan aktivitas sehari-hari sendiri tanpa bantuan
orang lain.

11
VI. FORMULASI DIAGNOSTIK
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan yang telah dilakukan
pada pasien ini terdapat gejala atau perilaku yang secara klinis
ditemukan bermakna sehingga menimbulkan penderitaan (distress)
dan yang berkaitan dengan terganggunya fungsi (disfungsi).
Berdasarkan hasil tersebut, pasien dikatakan menderita Gangguan
Jiwa.

a. Diagnosis Aksis I
▪ Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah
dilakukan tidak terdapat penyakit yang menyebabkan disfungsi
otak. Hal ini dapat dinilai dari tingkat kesadaran, daya ingat atau
daya konsentrasi, fungsi kognitif dan orientasi yang masih baik,
sehingga pasien ini bukan penderita Gangguan Mental
Organik (F.0).
▪ Dari anamnesis tidak didapatkan riwayat penggunaan NAPZA,
rokok, alkohol. Maka dari itu kita dapat simpulkan bahwa pasien
ini bukan penderita Gangguan Mental dan Perilaku Akibat
Zat Psikoaktif atau Alkohol (F.1).
▪ Pada pasien ini tidak ditemukan adanya gangguan dalam menilai
realita berupa waham dan halusinasi maka pasen ini bukan
penderita Gangguan Psikotik (F.2).
▪ Pada pasien ini tidak ditemukan adanya afek depresi atau
kesedihan, kehilangan minat, mudah merasa kelelahan, ataupun
memiliki ide-ide suicide sehingga pasien ini bukan penderita
gangguan depresi. Pada pasien ini juga tidak ditemukan adanya
elevasi afek atau euphoria, aktivitas mental dan psikomotorik
yang berlebihan sehingga dapat disimpulkan pasien ini bukan
penderita gangguan manik. Karena pada pasien ini tidak
ditemukan adanya gangguan manik dan depresi maka pasien ini
bukan penderita gangguan mood (F3).

12
▪ Pada pasien ini ditemukan adanya kecemasan disertai keluhan
berupa sering berdebar, berkeringat, dan juga memiliki
ketegangan otonom berupa kegelisahan ketika mengingat
penyakitya. Dan keluhan cemas mampu membuat pasien tidak
mampu keluar rumah selama 2 bulan. Maka pasien ini
menderita gangguan anxietas campuran lainnya (F41.3)
dengan diagnosis banding Gangguan cemas menyeluruh
(F41.1).

b. Diagnosis Aksis II
▪ Pada masa kanak-kanak hingga dewasa pasien tumbuh dengan
baik dapat berkomunikasi dengan baik dengan sekitarnya.
Pasien dapat berteman dan tidak mempunyai musuh sehingga
pasien tidak menderita gangguan kepribadian. Pendidikan
terakhir pasien adalah S1 fungsi kognitif pasien baik, dan pasien
Pedagang sehingga pada pasien tidak terdapat gangguan
retardasi mental. Karena tidak terdapat gangguan kepribadian
dan tidak terdapat gangguan retardasi mental, maka diagnosi
pada Aksis II adalah tidak ada diagnosis.

c. Diagnosis Aksis III


▪ angina pectoris, BPH, HNP, dan Gastritis, dan TIA.Maka
aksis III angina pectoris, BPH, HNP, dan Gastritis, dan
TIA.

d. Diagnosis Aksis IV
▪ Pasien laki-laki tinggal bersama istri dan anaknya. Pasien
sudah memiliki rumah sendiri. Hubungan pasien dengan
keluarga cukup baik. Kini pasien sangat khawatir akan
merepotkan anak istri karena penyakit yang dia derita. Maka
diagnosis aksis IV pada pasien ini adalah masalah
kesehatan.

13
e. Diagnosis Aksis V
▪ Pada pasien ini didapatkan gejala sementara dan dapat di atasi,
disabilitas ringan dalam sosial. Maka pada aksis V didapatkan
GAF scale 80-71.

VII. EVALUASI MULTIAKSIAL


▪ Aksis I : gangguan anxietas campuran lainnya dengan diagnosis
banding Gangguan cemas menyeluruh.
▪ Aksis II : Tidak ada diagnosis
▪ Aksis III : Angina pectoris, BPH, HNP, dan Gastritis, dan TIA.
▪ Aksis IV : masalah kesehatan
▪ Aksis V : GAF Scale 80-71

VIII. DAFTAR PROBLEM


▪ Organobiologis : angina pectoris, BPH, HNP, dan Gastritis,
dan TIA.
▪ Gangguan perilaku dan fisiologis : sulit untuk memulai tidur
dan merasakan cemas yang terus-menerus
▪ Sosio ekonomi : masalah kesehatan

IX. PROGNOSIS
a. Prognosis ke Arah Baik

 Pasien menyadari situasi tentang dirinya


 Pasien mempunyai keinginan untuk sembuh
 Pasien berobat ke poliklinik dan rutin minum obat
 Respon terhadap pengobatan membaik
b. Prognosis ke Arah Buruk
 Pasien terus menerus memikirkan penyakitnya apabila penyakit
belum sembuh
 Gejala timbul ketika obat habis.

14
Berdasarkan data-data diatas, dapat disimpulkan prognosis pada
pasien ini adalah
▪ Ad Vitam : dubia ad bonam
▪ Ad Functionam : dubia ad bonam
▪ Ad Sanationam : dubia ad malam

X. TERAPI
a. Psikofarmaka :
 Setralin 1x25 mg
 Alprazolam 2 x 0,5 mg

b. Psikoterapi
 Edukasi pentingnya minum obat secara teratur dan kontrol rutin.
 Banyak beribadah dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
 Banyak bercerita ketika ada masalah dengan orang terdekat.
 melakukan hobi yang di suka untuk mengalihkan pikiran agar
tidak memikirkan permasalahan dan cepat untuk memulai tidur.
 Lebih terbuka pada keluarga.
 Menciptakan suasana tidur yang nyaman
 Tidak melakukan aktivitas yang memicu adrenalin.
 Tidak mengkonsumsi zat stimulant.
 Sleep Hygiene.
 relaksasi

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Ajar Psikiatri. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2013

2. Muslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta. 2013

3. Muslim, Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropika. Jakarta. 2014

16

Anda mungkin juga menyukai