Anda di halaman 1dari 26

DAFTAR ISI

ISI........................................................................................................................................................................... 2
A. Kompetensi Yang Akan Dicapai.................................................................................................................2
B. Skenario.....................................................................................................................................................2
C. Daftar Unclear Term..................................................................................................................................2
D. Daftar Cues................................................................................................................................................2
E. Daftar Learning Objective.........................................................................................................................2
F. Hasil Brainstorming...................................................................................................................................3
G. Hipotesis....................................................................................................................................................8
H. Pembahasan Learning Objective...............................................................................................................8
KEGIATAN Skill’s LABORATORIUM.......................................................................................................................16
A. Waktu Pelaksanaan.................................................................................................................................16
B. Penugasan...............................................................................................................................................16
C. Hasil.........................................................................................................................................................17
D. Hambatan Saat Skill Lab..........................................................................................................................22
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI.....................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................................25
TIM PENYUSUN...................................................................................................................................................27

1
ISI
A. Kompetensi Yang Akan Dicapai
Mahasiswa calon ahli gizi dapat melakukan skrining gizi dengan benar agar proses asuhan gizi
tiap bangsal di Rumah Sakit dapat berjalan dengan optimal.

B. Skenario
“Asuhan Gizi Harus Optimal”
Bu Rina adalah seorang Kepala Instalasi Gizi di RS UB, yang membawahi beberapa orang
Nutrisionis. Rumah sakit tersebut mempunyai banyak ruang rawat yang terdiri dari bagian Ilmu
Penyakit Dalam, Ilmu Kesehatan Anak, Bedah, Obgyn, ICU, dan juga Poli Rawat Jalan. Karena jumlah
nutrisionis masih terbatas jadi tiap bangsal/bagian dikelola oleh 1 nutrisionis. Agar proses asuhan gizi
pada pasien dapat berjalan secara optimal, maka diperlukan proses skrining gizi dalam manajemen
bangsal.

C. Daftar Unclear Term


a. Nutritionis
b. Skrining Gizi
c. ICU
d. Obgyn
e. Asuhan Gizi
f. Manajemen Bangsal
g. Optimal

D. Daftar Cues
Diharapkan ahli gizi dapat melakukan skrining gizi yang benar dan urut agar proses asuhan gizi
di tiap bangsal atau bagian di rumah sakit dapat berjalan optimal.

E. Daftar Learning Objective


a. Learning Objective dari Unclear Term
1) Skrining Gizi
2) ICU
3) Asuhan Gizi
b. Learning Objective dari Problem Identication
1) Apakah tujuan dari skrining gizi?
2) Apakah prinsip dari skrining gizi?
3) Siapakah yang berhak melakukan skrining gzizi?
4) Kapan skrining gizi dilakukan?
5) Apa saja komponen dari skrining gizi?

2
6) Apa saja tahapan skrining gizi secara umum?
7) Apa saja skrining tools yang digunakan?
 Penjelasan setiap skrining toolas (jenis dan sasaran)?

 Kelebihan dan kekurangan dari setiap skrining tools?


8) Apa kelebihan dan kekurangan skrining gizi secara umum?
9) Apakah dampak jika skrining gizi tidak optimal?

F. Hasil Brainstorming
a. Unclear Term
1) Nutritionist
 Ahli gizi
 Ahli dalam masalah gizi
Kesimpulan :
Nutritionist adalah Ahli dalam masalah Gizi
2) Skrining gizi
 pemeriksaan individu guna memisahkan individu yang sehat dari individu yang
mengalami kondiisi patologi yang belum terdiagnosis atau beresiko tinggi.
 skrining gizi juga penting dikarenakan semua kondisi peny. Juga tidak semuanya terlihat
dari luar
Kesimpulan:
Skrining gizi adalah pemeriksaan individu berdasarkan pemeriksaan status gizi guna
memisahkan individu yang sehat dari individu yang mengalami kondiisi patologi yang belum
terdiagnosis atau beresiko tinggi.
3) ICU
 Intensive Care Unit
 Arti indonesianya Unit Perawatan Intensif
Kesimpulan:
ICU adalah Unit perawatan intensif yaitu kegiatan perawatan pasien yang dilakukan secara
intensif atau terus menerus
4) Obgyn
Obstetik ginekologi. Berkaitan dengan kehamilan atau saluran reproduksi perempuan
Kesimpulan:
Obgyn adalah berkaitan dengan kehamilan atau saluran reproduksi perempuan
5) Asuhan gizi:
 Asuhan = pelayanan profesi kesehatan demi kebaikan penderita
 Asuhan gizi adalah pelayanan profesi kesehatan demi kebaikan penderita di bagian gizi.
Kesimpulan :
Asuhan gizi adalah pelayanan profesi kesehatan demi kebaikan penderita di bagian gizi.
6) Manajemen bangsal
 Bangsal adalah bagian

3
 Manajemen dari tiap bagian ruang perawatan di Rumah Sakit
Kesimpulan:
Manajemen bangsal adalah manajemen dari tiap bangsal atau bagian ruang perawatan di
Rumah Sakit.
7) Optimal
 Yang paling baik
 Sempurna
 Menguntungkan
 Maksimal
Kesimpulan :
Optimal artinya yang paling baik, sempurna, maksimal dan menguntungkan.

b. Cues
 Diharapkan ahli gizi dapat melakukan skrining gizi agar proses asuhan gizi di tiap bangsal
atau bagian di rumah sakit dapat berjalan optimal.
 Diharapkan ahli gizi dapat melakukan skrining gizi yang benar dan urut.
Kesimpulan
Diharapkan ahli gizi dapat melakukan skrining gizi yang benar dan urut agar proses asuhan gizi
di tiap bangsal/bagian di rumah sakit dapat berjalan optimal.

c. Problem Identification
1) Apa tujuan dari skrining gizi?
 Untuk mengidentifikasi pasien/klien yang berisiko/tidak berisiko malnutrisi, atau kondisi
khusus
 Untuk mengetahui kondisi awal pasien
 Untuk memilah kondisi pasien yang terdiagnosis dan yang belum terdiagnosis
 Untuk mengetahui kondisi awal pasien yang beresiko dan yang tidak beresiko
Kesimpulan
Tujuan skrining gizi yaitu mengidentifikasi pasien/klien yang berisiko atau tidak berisiko
malnutrisi, atau kondisi khusus.
2) Apa prinsip skrining gizi?
 Sederhana
 Murah
 Cepat
 Reliable : mendapatkan hasil yang sebenarnya dengan menggunakan alat yang benar
pula
 Valid : mendapatkan hasil yang sama dengan menggunakan alat yang sebenarnya pada
waktu yang berbeda atau jika dilakukan secara berulang-ulang.
 tidak menimbulkan resiko pada pasien
 daya terima baik
 sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi.
Kesimpulan
 Sederhana, murah, cepat

4
 Reliable : mendapatkan hasil yang sebenarnya dengan menggunakan alat yang benar
pula
 Valid : mendapatkan hasil yang sama dengan menggunakan alat yang sebenarnya pada
waktu yang berbeda atau jika dilakukan secara berulang-ulang.
 tidak menimbulkan resiko pada pasien dan daya terima baik
 sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi.
3) Siapa yang melakukan skrining gizi?
 Ahli gizi
 perawat
 seluruh tenaga medis.
Kesimpulan
Skrining Gizi dapat dilakukan oleh seluruh tenaga medis
4) Kapan skrining gizi dilakukan?
 Satu kali dalam 24 jam
 Pertama pasien MRS
Kesimpulan :
Skrining gizi dilakukan saat 24 jam pertama pasien masuk rumah sakit
5) Apa saja komponen form pertanyaan dalam skrining gizi?
 Antropometri
 Tanda dan gejala
 Fisik klinis
 Kondisi stabil
Kesimpulan
 Antropometri
 tanda dan gejala
 fisik klinis
 kondisi stabil
6) Bagaimana tahapan skrining gizi secara umum?
 Pasien dating
 Petugas gizi atau tenaga medis lainnya memberikan form data diri
 Untuk anak boleh diisikan oleh wali
 Lansia atau dewasa boleh diisi sendiri atau diisikan oleh keluarganya
 Pengukuran BB dan TB atau dapat menggunakan LILA
 Menanyakan hal-hal yang terdapat di form skrining tools
Kesimpulan :
 Pasien dating
 Petugas gizi atau tenaga medis lainnya memberikan form data diri
 Untuk anak boleh diisikan oleh wali
 Lansia atau dewasa boleh diisi sendiri atau diisikan oleh keluarganya
 Pengukuran BB dan TB atau dapat menggunakan LILA
 Menanyakan hal-hal yang terdapat di form skrining tools
7) Apa saja screening tools yang digunakan?
Screening tools yang digunakan yaitu:
 MUST (Malnutrition Underweight Screening Tools)
 MST
 MAST (Malnutrition Adolescent Sreening Tools)
 Berdasarkan usia
 Untuk anak anak , dewasa , lansia
5
Kesimpulan:
 Berdasarkan usia yaitu anak-anak, dewasa, lansia
 MUST
 MST
 MAST
8) Apa kelebihan dan kekurangan skrining gizi?
Kelebihan:
 Mudah dilakukan
 Murah
 Cepat mengetahui penyakit
 Mengetahui yang beresiko atau yang tidak beresiko malnutrisi
Kekurangan:
 Kurang menggambarkan keseluruhan kondisi pasien
 Dapat terjadi bias
 Perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
Kesimpulan :
Mudah dilakukan, murah dan cepat mengetahui penyakit
Mengetahui yang beresiko atau yang tidak beresiko malnutrisi
Kekurangan:
 Kurang menggambarkan keseluruhan kondisi pasien
 Dapat terjadi bias
 Perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
9) Apa dampak skrining gizi jika kurang atau tidak optimal?
 Terjadinya resiko malnutrisi yang tinggi
 Intervensi gizi yang tidak tepat
 Masa rawat inap yang lebih lama
 Meningkatkan angka kematian
Kesimpulan
 Terjadinya resiko malnutrisi yang tinggi
 Intervensi gizi yang tidak tepat
 Masa rawat inap yang lebih lama
 Meningkatkan angka kematian

G. Hipotesis

6
H. Pembahasan Learning Objective
 Unclear term
1. Skrining gizi : Tahapan pertama saat masuk RS untuk mengidentifikasi beresiko atau potensi
beresiko malnutrisi untuk apakah pasien perlu dilakukan pemeriksaan status Gizi. (BAPEN, 2016 ;
Charney, 2008 dalam Kurniasari, 2015)
2. ICU : Unit perawatan yang intensif dengan staff yang khusus dan perlengkapan khusus
secara intensif atau terus menerus yang ditunjukkan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-
pasien kritis yang menderita penyakit, cedera atau penyakit-penyakit yang mengancam nyawa atau
potensial mengancam nyawa dengan prognosis dubia dengan penatalaksanaan bantuan hidup dan
pengawasan yang intensif (Sari, 2017 ; Kaur 2008 dalam Santoso, 2012)
3. Asuhan gizi : Pemecehan problem gizi yang ditemui dikelompok masyarakat maupun RS baik
pasien rawat inap maupun rawat jalan yang menjadi tanggung jawab dietisien sebagai tenaga
kesehatan professional yang berorientasi kerja dalam bidang pecegahan dan pengobatan penyakit
terutama bidang makanan dan gizi yang dimulai dari langkah assessment, diagnosis, intervesi,
montoring dan evaluasi. (buku diagnosis gizi,2017 ; Kemenkes ,2014; Iwaningsih 2011)
7
 Problem identification
1. Apakah tujuan dari skrining gizi?
a. Skrining digunaan untuk mengidentifikasi pasien yang beresiko, tidak beresiko malnutrisi, atau
dengan kondisi khusus seperti kelainan metabolic hemodialisis, anak geriatric, kanker dengan
kemoterapi, luka bakar, imunitas turun, sakit keritis, dan sebagainya. (permenkes, 2013)
b. Memprediksi kemungkinan dampak baik dan buruk dari pasien untuk interfensi lebih lanjut
(kurniasari, 2015; kondrup, 2002)
2. Apakah prinsip dari skrining gizi?
a. Sederhana
b. Cepat
c. Mudah
d. Reliable : mempunyai atau mendapatkan hasil yang sama pada setiap penggunaan alat yang benar
dan sama di waktu yang berbeda
e. Tidak beresiko terhadap individu yang di skrining
f. Valid (shahih) : mendapatkan hasil yang sesungguhnya/ benar dan relevan
g. sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi
h. Daya terima baik : dapat di terima oleh pasien
Spesifisitas dan sensitifitas tinggi. Sensitifisitas maksudnya dapat membedakan yang berisiko atau
tidak berisiko dan spesitifitas maksudnya spesifik mengetahui yang berisiko atau tidak malnutrisi.
(Chareney dan Marian, 2008 dalam Kurniasari, 2014; susetyowati, 2013)
3. Siapakah yang melakukan skrining gizi?
a. Komunitas oleh D3 atau nutritionis
b. Rumah sakit oleh perawat atau bisa di gantikan dengan semua tenaga kesehatan lain dan di
serahkan pada dietisien untuk di kaji dan tindak lanjuti.(permenkes, 2013)
4. Kapan skrining gizi dilakukan?
a. Acute Care : 24jam MRS
b. Long term Care: 14 hari pertama ke RS
c. Home Care: saat kunjungan tenaga medis (Charney dan Marion, 2008 dalam Kurniasari, 2015)

5. Apa saja komponen dalam skrining gizi?


a. kondisi sekrang : BB,TB, IMT,dan LILA
b. Stabil : penurun BB pada 3 bulan terakhir
c. Kondisi memburuk : asupan makanan, bisa dilihat melalui asupan makanan selamadi rumah sakit
d. Pengaruh penyakit : dapat meningkatkan kebutuhan nutrisi dan riwayat penyakit (Espen,2003;
Rosmusen et al, 2010)
6. Bagaimana tahapan skrining gizi secara umum?
a. Semua pasien baru diukur tinggi badan dan berat badan dilakukan oleh perawat dalam 24 jam
sejak pasien masuk RS
b. Data BB, TB pasien ditulis di Form Pengkajian Keperawatan Awal.
c. Selanjutnya perawat melakukan skrining gizi dengan menggunakan alat skrining yang cocok.
Pertanyaan ini bisa diajukan kepada pasien atau keluarga.
d. Perawat akan menentukan tingkat risiko malnutrisi pasien berdasarkan nilai
skor dari 2 pertanyaan tersebut. tingkat risiko malnutrisi: nilai 0-1 = risiko rendah, nilai 2-3 = risiko
sedang, nilai 4-5 = risiko tinggi
e. Dietisien yang melakukan kunjungan pada pasien baru akan melihat hasil skrining gizi dan status
gizi yang telah dilakukan oleh perawat.
8
f. Bila pasien tidak dapat ditimbang, untuk menentukan status gizi Dietisien akan mengukur Lingkar
Lengan Atas untuk memperkirakan berat badan dan mengukur tinggi lutut untuk memperkirakan
tinggi badan pasien.
g. Selanjutnya Dietisien akan melakukan asesmen/pengkajian gizi pada pasien
dengan kriteria risiko malnutrisi sedang dan tinggi dan pasien dengan diagnosis penyakit Diabetes
Mellitus, Ginjal Kronik, sirosis hati, PPOK, HD, Kanker, Stroke, Pneumonia, Transplantasi Sumsum
tulang, Cedera kepala Berat, Luka Bakar dalam waktu 1x24 jam setelah hasil skrining. (kemenkes,
2014)
7. Nutrition Skrining tools

Nama tools Sasaran Parameter validitas Reliabilitas + -

MST Dewasa Penurunan bb Di banding Di setujui oleh Lebih efisien Hanya dapat di
dengan terakhir dengan SGA 2 ahli gizi, Sederhana gunakan pada
kondisi Penurunan dan reliable pada Bergantung pasien yang
khusus, asupan pengukuran 22 kasus dari pada berkomunikasi
lansia, makanan objektif dari 23 (96%) antropometri dengan baik
pasien assessment Kappa 0,88
rawat jalan gizi, pasien di Di setujui oleh
golongkan dietitian
beresiko &nutrition
tinggi bila assisstant
memiliki pada 27 dari
masa rawat 29 kasus (97%)
inap yang kappa 0,84
lama.

Sensitifitas
93%

spesifisitas
93%

MNA Lansia Intake saat ini Spesifisitas Kappa 0,51 Mudah di Butuh
Kehilangan 100% lakukan pendamping
berat badan
Senstivitas
97,9 %

NRS 2002 Dewasa Penurunan BB Analsis Persetujuan Mengurangi Terbatas nya


akut Penurunan prospektif antara dokter, lama tinggal daftar penyakit
9
intake dan perawat, pasien
Keparahan retrospektif, dietisien, dan
penyakit memperdiksi tenaga
kemungikina kesehatan lain
n outcome memiliki nilai
postif yang kappa = 0,67
tinggi dari
dukungan
gizi dan lama
rawat inap
diantara
pasien yang
diketahui
berisiko
malnutrisi
dengan alat
skrining

MUST Dewasa IMT Dibandingka Sangat baik Baik di Food


akut dan Persen n dengan dengan kappa gunakan intake tidak
masyarakat kehilangan MST dan 0,8-1,0 pada di tanyakan
berat badan MRS komunitas
Mudah di
Penyakit akut memprediksi
gunakan
resiko
kematian
dan
peningkatan
lama rawat
inap

STAMP Pasient Diagnosos Di banding Kesepakatan Hasil bisa Hanya


pediatric klimis dan PYMS ahli gizi 88,8% langsung relevan
usia 2-17 implikasi sensitivitas dengan kappa masuk untuk
tahun terhadap 57,5% 0,752 adime skrining
gizi. anak di
Asupan spesivisitas
rumah
gizi. 77,8%
sakit.
Pengukura
Belum
10
n spesifik di
.antropom klinik
etri
STRONG Anak 1 kondisi Tipe validitas inter-rater sensitifitas butuh
Kids bulan- 16 penyakit prediktif reliability : spesifisota waktu lama
status gizi tidak bisa
tahun yangditerapka s tinggi
diare
objektif deteksi
n oleh staf
vomiting reliabel
defisiensi
penuunan Sensitivitas = perawat kappa
untuk anak
vitamin
intake 69% : 0.61 parameter
mineral
makan kesepakatan banyak
intervensi Spesitifitas =
substansiall
gizi 48.4%
antara
ketidakcuk
NPV = 94.8% perawat dan
upan
penilaian
intake gizi PPV = 10.4%
penurunan medis
BB kappa : 0.65

MNA SF Lansia Perubahan Sensitivity Tidak Di lakukan Tidak dapat


berat badan 74% dilaporkan dalam waktu mengetahui
yang singkat tingkat
IMT Spesifisitas
yaitu 5 menit keparahan
Asupan saat 87% malnutrisi
ini Mudah di
Tidak dapat
kelola
mobilitas digunakan
pada pasien
Ada tidaknnya Di desain
yang
demensia untuk lansia
mendapat
makanan
enteral

SGA Pasien akut. Riwayat medis Tidak Perjanjian Tidak


Pasien Pemeriksaan
diketahui yang sangat efisien
rehabilitasi. fisik
baik antara 2 karna
Komunitas.
dokter dari hanya bisa
Perawatan
2099 dilakukan
lansia.
pasienperawat oleh ahli
an akut gizi

11
Kappa ; 0,88

SNST Dewasa Recent intake Sensitivitas Kappa ahli gizi Paling sesuai
91,18% dengan ahli untuk
Appetite
gizi : 0863 . Indonesia.
Spesificitas
Satiety Kappa antara Tidak
79,78%
ahli gizi dan memerlukan
Taste change
pramusaji : antropometri
Hemoglobin & 0,718 dan dan IMT.
Albumin Kappa ahli gizi Cepat karna
dan perawat : pengisian form
0,653. 3-5 menit.
Menunjukkan Murah dan
realibitas yang sederhana.
baik

Tingkat
reabilitas
interconsisten
si : 0,8 (sangat
reliable)

PYMS Pasien Kondisi saat ini Sensitivitas Inter-rater Dapat Tidak bisa
pediatric (IMT). 59% reability : mengklasifikas mengetahui
umur 1-16 Perubahan Spesifisitas kesepakatan 2 ikan tingkat kondisi kronis
tahun terhadap 92% ahli gizi risiko yang
status gizi. dibandingkan malnutrisi mempengaruh
Perburukan dengan staf i status gizi.
status pasien. keperawatan
kappa : 0.53
Kesepakatan
antara PYMS
dan STAMP
kappa : 0.47

Skrining tools yang paling baik :

 Anak-anak : STAMP
12
 Dewasa : MST
 Lansia : MNA SF
8. Apa saja kelebihan dan kekurangan skrining gizi?
Kelebihan:
a. Cepat, sederhana, dan dapat mengidentifikasi resiko
b. Perencanaan terarah
c. Menurunkan resiko infeksi
d. Mempercepat penyembuhan
e. Mempercepat lama rawat inap
f. Mengurangi biaya
Kekurangan:
a. ada perhitungan tematik untuk terampil
b. Data tidak akurat karena adanya injury infeksi dan trauma
c. Beberapa tools terdapat indicator yag tidak bisa dilakukan .(charmey, 2008 ; depkes. 2013;
susetyowati, 2013)
9. Apa yang akan terjadi bila skrining gizi tidak di lakukan secara optimal?
a. Intervensi tidak tepat
b. Penyembuhan pasien lama karena terapi tidak efektif
c. Imunitas menurun
d. Biaya perawatan tinggi karena waktu rawat inap menjadi lama
e. Morbiditas meningkat
f. Peningkatan terjadinya gizi kurang di Rumah sakit
g. Turunnya status gizi sehingga menyebabkan kekambuhan dalam waktu singkat
h. Mortalitas meningkat . (susetyowati, 2013; herawati, 2013; depkes 2013)

13
KEGIATAN Skill’s LABORATORIUM
A. WAKTU PELAKSANAAN
Pelaksanaan Skill’s Lab Dilakukan Pada:
Hari, Tanggal : Rabu, 30 Agustus 2018
Tempat : GPP Lantai 1 Fakultas Kedokteran UB
Waktu : 09.30-16.00 WIB

B. PENUGASAN
Menentukan dan mengisi form Screening Tools pada kasus berikut:
1. An. AL berusia 22 buln MRS dengankeluhan diare lebih dari 3 hari dan panas, yang kemudian oleh
dokter kemuan didiagnosa gastroenteritis. Saat ini An AL masih diare dan mengeluh mual dan muntah
serta nafsu makan menurun sejak 3 hari yang lalu. Berdasarkan data antropometri diketahui BB 10 kg
dengan PB 82 cm
2. An. D perempuan 9 tahun masuk RS karena mengalami pendarahan gusi, lemas dan pucat serta lebam
di kulit tangan kanan dan kiri. Hasil pemeriksaan lebih lanjut diketahui bahwa An. D mengalami
leukimia dan fibril neutropenia. Sejak 1 minggu yang lalu pasien mengalami penurunan nafsu makan
sehingga hanya makan beberapa sendok. Saat ini BB An. D adalah 20 kg dengan TB 115 cm
3. Ny. S berusia 52 tahun datang ke poli gizi dengan diagnosa diabetes mellitus serat hipertensi. Ny S
menegeluh pusing dan ingin mengatur pola makannya. Saat ini nafsu makan Ny. S menurun dibanding
biasanya. Dari penampilan fisiknya terlihat bahwa pasien gemuk.
4. Ny. G 60 tahun MRS dengan keluhan pendarahan per vagina dan perut membesar. Sejak 2 tahun yang
lalu Ny. G didiagnosa mengalami myoma. Hasil pengukuran LiLA yaitu 18,5 cm. Nafsu makan Ny. G baik
dan tidak ada keluhan penurunan nafsu makan.
5. Tn. K 60 tahun jatuh di kamar mandi sehingga tidak sadar dan dilarikan ke RS. Dokter mendiagnosa
Tn.K mengalami CVA. Tn. K mempunyai riwayat DM dan hipertensi sejak 2 tahun yang lalu. Sejak 1
minggu sebelum masuk rumah sakit, Tn. K mengalami penurunan nafsu makan, yaitu hanya makan
setengah porsi dari biasanya.
6. Tn. S 65 tahun adalah pasien di bangsal bedah dengan diagnosa cholangitis (penyakit peradangan akut
pada dinding saluran empedu) e.c susp Ca caput pancreas post op kolesistektomi. Pasien mengeluh
nyeri ulu hatisejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit, hilang dan timbul, mual (+), muntah(+), badan
terasa lemas, sejak 3 hari SMRS. Tn. S juga mengeluh kuning di seluruh tubuh sejak 2 bulan yang lalu.
Tn. S mengeluh selama +/- 3 bulan terkhir mengalami penurunan nafsu makan karena merasa mual
dan muntah sehingga pasien merasa mengalami penurunan berat badan, dengan BB sekarang 55 kg
dan BB biasanya 60 kg. Data laboratorium menunjukkan nilai albumin2,16g/dl

14
C. HASIL

1. Analisis Screening Tools An. AL


 Screening Tools yang digunakan pada kasus ini adalah STRONG Kids. Alat skrining ini dipilih karena
sesuai dengan umur An.AL yang berada di rentang umur 1 bulan-16 tahun.
 Parameter dari STRONG Kids ini adalah kondisi penyakit, status gizi, diare, vomitting, penurunan
intake makanan, intervensi gizi, dan adanya penurunan Berat Badan (BB). Sehingga, alat skrining ini
sesuai dengan kondisi An. AL

15
 Berdasarkan hasil skrining STRONG Kids yang digunakan, An.AL tidak berisiko mengalami
malnutrisi, dikarenakan skor yang didapatkan dari form STRONG kids tersebut hanya 1, yaitu pada
pertanyaan nomor 3 (terdapat SALAH SATU dari kondisi berikut : Diare Profuse (≥ 5 kali/hari)
dan/atau muntah (>3kali/hari). Sehingga perlu dilakukan rescreening atau dilakukan skrining ulang.
2. Analisis Screening Tools An. D

16
 Screening Tools yang digunakan pada kasus ini adalah PYMS (Paediatrics Yorkhill Malnutrition
Score). Alat skrining ini dipilih karena sesuai dengan umur An. D yaitu berada di rentang umur 1-16
tahun
 Parameter dari PYMS (Paediatrics Yorkhill Malnutrition Score) ini adalah kondisi saat ini (IMT),
perubahan terhadap status gizi, dan perburukan status gizi.

 Berdasarkan hasil skrining PYMS (Paediatrics Yorkhill Malnutrition Score) yang digunakan, An. O
berisiko mengalami malnutrisi dikarenakan skor yang didapatkan dari form PYMS (Paediatrics
Yorkhill Malnutrition Score) yaitu 3 (pada pertanyaan mengenai penurunan BB, Asupan makanan

17
yang berkurang dalam seminggu, dan gizi anak yang dipengaruhi oleh kondisinya selama
seminggu). Sehingga An. C perlu diberikan asuhan gizi lebih lanjut.
3. Analisis Screening Tools Ny. S
 Screening Tools yang digunakan pada pasien Ny. S ini adalah MST (Malnutrition Screening Tools).
Alat skrining ini dipilih karena sesuai dengan sasaran, yaitu kategori orang dewasa akhir.
 Parameter dari MST (Malnutrition Screening Tools) ini adalah adanya penurunan BB dan
penurunan asupan makanan.

18
 Berdasarkan hasil skrining dari MST (Malnutrition Screening Tools), Ny. S tidak berisiko
mengalami malnutrisi, dikarenakan skor yang didapatkan dari form MST (Malnutrition Screening
Tools) tersebut bernilai 1 saja.
 Sehingga perlu dilakukan rescreening (skrining ulang) jika lama rawat inap kurang dari 7 hari.
Namun, jika lama rawat inap lebih dari 7 hari, maka skrining perlu diulang tiap minggu atau
sebanyak yang dibutuhkan.

4. Analisis Screening Tools Ny. G


 Screening Tools yang digunakan pada kasus ini adalah MUST (Malnutrition Universal Screening
Tools). Alat skrining ini dipilih karena sesuai dengan kondisi dari Ny. G yaitu kategori orang
Dewasa (Ny. G berusia 60 tahun).
 Parameter dari MUST (Malnutrition Universal Screening Tools) yaitu IMT , persen kehilangan
berat badan, dan penyakit akut.
 Status Gizi Ny. G berdasarkan deviasi standar LILA termasuk gizi buruk yaitu sebesar 59.6.

No. Pertanyaan Skor

1. IMT pasien (kg/m2) 2 

>20 = skor 0

18,5-20 = skor 1

<18,5 = skor 2

2. Persentase penurunan BB secara tidak sengaja(3-6 bulan yang 0


lalu)

<5% = skor 0

5-10% =skor 1

>10% =skor 2

3. Pasien menderita penyakit berat atau tidak mendapat asupan 0


makanan > 5 hari

Total skor 2

Berdasarkan hasil skrining gizi Ny. G dengan menggunakan MUST didapatkan total skor 2. Parameter
MUST menyatakan bahwa jika total skor o artinya resiko rendah , total skor 1 artinya risiko
sedang, total skor ≥ 2 artinya risiko tinggi. Sehingga Ny. G termasuk dalam kategori beresiko
malnutrisi tinggi.
 Sehingga perlu dilakukan Assessment, diberikan asuhan gizi sesuai kondisi, dan monitoring dan
evaluasi.

19
5. Analisis Screening Tools Tn. K
 Screening Tools yang digunakan pada pasien Tn. K yaitu MST (Malnutrition Screening Tools). Alat
skrining ini dipilih karena sesuai dengan sasaran, yaitu kategori orang dewasa akhir.
 Parameter dari MST (Malnutrition Screening Tools) ini adalah adanya penurunan BB dan
penurunan asupan makanan.

20
 Berdasarkan hasil skrining dari MST (Malnutrition Screening Tools), Tn.K berisiko mengalami
malnutrisi, dikarenakan skor yang didapatkan dari form MST (Malnutrition Screening Tools)
tersebut bernilai 3.
 Sehingga perlu dilakukan intervensi gizi. Hal lain yang perlu dilakukan adalah konsultasi gizi dalam
waktu 24-72 jam .

6. Analisis Screening Tools Tn. S


 Screening Tools yang digunakan pada pasien Tn. S yaitu NRI (Nutritional Risk Indeks). Alat skrining
ini dipilih karena sesuai dengan sasaran, yaitu dalam kategori Lansia, dan dalam kasus ini tidak
terdapat nilai Tinggi Badan (TB).
 Parameter dari NRI (Nutritional Risk Indeks) adalah penyakit akut, penurunan berat badan,
penurunan nafsu makan.
 Berdasarkan hasil skrining dari NRI (Nutritional Risk Indeks), data konversi Albumin dalam kasus ini
menunjukkan bahwa Tn.S berisiko mengalami malnutrisi tinggi, karena hasil perhitungannya adalah
sebagai berikut:

Rumus Konversi Albumin

= {1,519 x serum albumin (g/L)} + {41,7 x BB (Kg)/BB ideal(Kg)}

=(1,519 x 2,16) + 41,7 x 55/60)

Sehingga, diperlukan adanya asuhan gizi lanjutan untuk memperbaiki status gizi pasien
serta mempercepat proses penyembuhan pasien.

D. HAMBATAN SAAT SKILL LAB

1. Masih bingung menentukan jenis skrining tools yang akan digunakan sesuai dengan kasus
2. Kurangnya kelengkapan data pasien pada kasus, sehingga masih ragu dalam menentukan asumsi data
yang akan digunakan dalam mengisi skrining tools yang dipilih

Berdasarkan literature jenis skrining tools yang digunakan sebagian besar berasal dari luar negeri
sehingga jenis skrining tools tersebut mungkin kurang cocok untuk diterapkan di Indonesi

21
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
a. Kesimpulan
1) Skrining gizi bertujuan untuk mengidentifikasi pasien yang tidak berisiko malnutrisi dan kondisi
khusus/kelainan metabolik sedini mungkin sehingga pasien bisa segera dikaji masalah gizinya dan
mendapat intervensi gizi yang tepat dan status gizi nya menjadi lebih baik.
Skrining gizi harus memenuhi prinsip sederhana, cepat, efisien, murah, memiliki spesifisitas,
sensitifitas dan reliabilitas yang tinggi, memiliki risiko yang rendah terhadap pasien yang di skrining.
2) Komponen yang harus ada dalam skrining gizi yaitu
 Kondisi sekarang : Jika memungkinankan menggunakan BB,TB dan jika
tidak memungkinkan ukur dengan LiLA
 Kondisi stabil : Lihat dari penurunan BB (%) biasanya 5%dalam
3bulan.
 Kondisi memburuk : Dari asupan gizi
 Pengaruh penyakit pada status gizi : jika penyakit semakin parah maka membutuhkan
asupan gizi yang meningkat
3) Tahapan skrining gizi:

4) Skrining tools untuk


a. Dewasa : MUST, MST, SGA, NRS 2002
b. Anak-anak : STAMP, STRONG Kids, PYMS
c. Lansia : MNA-SF, MNA
*yang diblok merupakan skrining tools paling efektif yang bisa digunakan tiap kategori

5) Skrining haruslah dilakukan dengan optimal agar bisa mengetahui dan mendeteksi apakah pasien
berisiko malnutri/tidak. Jika skrining gizi tidak optimal maka intervensi gizi yang diberikan tidak

22
akan sesuai, tidak akan berjalan dengan baik, menyebabkan sistem imun melemah sehingga masa
penyembuhan dan masa inap lebih lama yang akan menyebabkan angka mortilitas tinggi.

b. Rekomendasi
Skenario yang telah diberikan pada week 1 dapat dipahami dengan baik oleh mahasiswa, akan
tetapi untuk beberapa assessment atau kajian yang harus dicapai masih terlalu umum dan kurang
spesifik terhadap tujuan skenario sehingga kurang bisa mematok problem identification yang tepat dan
efisien (tidak terlalu banyak problem identification). Rekomendasi dari skenario pada week 1 ini
diharapkan dapat lebih spesifik dalam studi kasus, sehingga memudahkan dalam proses diskusi
sehingga dapat mencapai kompetensi yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA
Andini, Riski dkk. 2017. Studi Komparasi Beberapa Metode Skrining Penilaian Status Gizi pada Pasien
Dewasa Rawat Inap Rumah Sakit. Jurnal Gizi Klinik Indonesia Vol.14 (64-71)
Ansari dkk. 2014. Uji Validitas Skrining Status Gizi NRS 2002 Dengan Asesmen Biokimia Untuk
Mendeteksi Risiko Malnutrisi di RSUP Dr. Sarjito Yogyakarta. Gizi Indon 2014, 37 (1) : 1-2
Banks. 2008. Validated Malnutrition Screening and Assessment Tools : Comparison Guide. NEMO
(Nutrition Education Materials Online).

23
BAPEN. 2016. Screening & 'MUST'. (online) www.bapen.org.uk/screening-and-must/must . diakses
pada tanggal 26 Agustus 2018
Cascio et al. 2017. Evaluating the Effectiveness of Five Screening Tools Used to identify Malnutrition
Risk in Hospitalized Eldery: A systematic review. Geriatric Nursing 39 (2018) 95- 102
Handayani, Dian dkk. 2015. Nutrition Care Process (NCP). Yogyakarta : Graha Ilmu
Herawati, Triwahyu S, Alamsyah A. 2013. Metode Skrining Gizi di Rumah Sakit dengan MST Lebih Efektif
dibandingkan SGA Nutrition. J Kedokt Brawijaya ;28(1):66–9
Herawati dkk. 2014. Metode skrining gizi di rumah sakit dengan MST lebih efektif dibandingkan SGA.
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 28 Suplemen No 1, 2014
Joosten et al. 2014. Nutritional Screening Tools For Hospitalized Children: Methodological
consideration. Clinical Nutrition 33 (2014) 1e5
Kementerian Kesehatan RI. 2012. Pedoman Teknis RUmah Sakit Ruang Perawatan. Jakarta : Kemenkes
Kemenkes.2013. pedoman pelayanan gizi rumah sakit. http://gizi.depkes.go.id/download/Pedoman
%20Gizi/COVER%20PGRS_PGRS%20Final.pdf . diakses pada tanggal 25 Agustus 2018
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Jakarta: Kemenkes
Kozakova, R., Jarosova, D. and Zelenikova, R. (2011) ‘Comparison of three screening tools for nutritional
status assessment of the elderly in their homes’, Biomedical Papers,
Kondrup, J. et al. (2003) ‘ESPEN guidelines for nutrition screening 2002’, Clinical Nutrition
Kurniasari, Fuadiyah Nila dkk. 2015. Nutrition Care Proses. Malang: Graha Ilmu
Mahan and stump. 2008. Krause Nutrition Food & Therapy 12th edition .
Moeeni, Vesal ET AL. 2012. Nutritional Risk Screening Tools in Hospitalised Children. International
Journal of Child Health and Nutrition (39-43)
Neelemaat, Floor et al. 2011. Comparison of Five Malnutrition Screening Tools in one Hospital in
Patient Sample. Journal of Clinical Nursing
Prasetyo, Wahyu Hardi. 2017. Pengaruh Hasil Skrining berdasarkan Metode MNA terhadap Lama Rawat
Inap dan Status Pulang Pasien Lanjut Usia di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
Said, S., Taslim, N. A. and Bahar, B. (2013) Gizi dan Penyembuhan Luka, Indonesia Academic Publishing
Santoso, Budi dkk. 2012. Nursing Errors di Unit Perawatan Intensif. Jurnal Manajemen Pelayanan
Kesehatan Vol.15 (194-197)
Schiesser, Marc et al. 2009. The Correlation of Nutrition risk index, Nutrition Risk Score, and
Bioimpedance Analysis with Postoperative Complications in Patient Undergoing
Gastrointerstinal Surgery
Sulistiyanto dkk. 2017. peran petugas gizi dalam memberikan pelayanan asuhan gizi pada pasien rawat
inap .
https://www.researchgate.net/publication/320104822_PERAN_PETUGAS_GIZI_DALAM_MEMB
ERIKAN_PELAYANAN_ASUHAN_GIZI_PADA_PASIEN_RAWAT_INAP/fulltext/59ce64f9458515017
24
7db7bbb/320104822_PERAN_PETUGAS_GIZI_DALAM_MEMBERIKAN_PELAYANAN_ASUHAN_G
IZI_PADA_PASIEN_RAWAT_INAP.pdf?origin=publication_detail . diakses pada tanggal 26
Agustus 2018
Steenson, J., Vivanti, A. and Isenring, E. (2013) ‘Inter-rater reliability of the Subjective Global
Assessment: A systematic literature review’, Nutrition. Elsevier Inc
Steiber, Alison ET AL. 2007. Multicenter Study of the Validity and Reliability of Subjective Global
Assessment in the Hemodialysis Population Vol.17 Issues 5 (336-342)
Susetyowati dkk. 2012. Pengembangan Metode Skrining untuk Dewasa Rawat Inap. Jurnal Gizi Klinik
Indonesia Vol 8 No.4 April 2012 : 188-194
Tewari, Nilanjana dkk. 2013. The Utilisation of the MUST nutrition Screening Tool on Vascular Surgical
Wards
Wijayanti, Tania. 2013. Studi Kualitatif Proses Asuhan GiziTerstandar di Ruang Rawat Inap RS ST
Elisabeth Semarang. Journal of Nutrition College Vol.2 (170-183)
Wong, S. et al. (2013) ‘Validation of the Screening Tool for the Assessment of Malnutrition in
Paediatrics (STAMP) in patients with spinal cord injuries (SCIs)’, Spinal Cord
Young et al. 2013. Malnutrition Screening Tools : Comparison Against Two Validated Nutrion Assesmen
Methods in Older Medical Inpatients. Nutrition 29 (2013) 101-106

TIM PENYUSUN
a. Ketua
 Ulfah Amirah Fadiyah
b. Sekretaris
 Nafisah Ulfa Hasanah
 Wihda Liuswatin Alfafa
c. Anggota Dan Peran Dalam Kelompok
No Nama Peran Dalam Kelompok
1 Nur Sita Maharani Mengerjakan laporan bagian Skenario dan
Pembahasan Learning Objective
25
2 Tsania Nur Muharrama Mengerjakan laporan bagian Tim Penyusun
3 Imroatus Salamah Mengerjakan laporan bagian Daftar Cues dan
Pembahasan Learning Objective
4 Siti Isfania Kayla Ramandhika Mengerjakan laporan bagian Hasil Brainstorming
5 Ayu Shinta Arizona Mengerjakan laporan bagian Rekomendasi untuk
perbaikan skenario yang telah dibahas
6 Rizza Dwi Intan Pratiwi Mengerjakan laporan bagian Kompetensi yang
akan dicapai dan hasil Brainstorming
7 Felicia Kleantha Setiadi Mengerjakan laporan bagian Pembahasan
Learning Objective
8 Syahvira Kanza Herstyana Putri Mengerjakan laporan bagian Kesimpulan
9 Ulfah Amirah Fadiyah Mengerjakan laporan bagian Daftar Learning
Objective
10 Nafisah Ulfa Hasanah Mengerjakan laporan bagian Hipotesis
11 Wihda Liuswatin Alfafa Mengerjakan laporan bagian Daftar Unclear Term
12 Nadya Cahyani Menyusun laporan diskusi kelompok Meng-edit,
membuat daftar pustaka, membuat daftar isi,
membuat cover dan print hardfile laporan

d. Fasilitator:
 Wahyu Alfyati R
 Khabibah Junaestian
e. Proses Diskusi
Diskusi berjalan lancar walau perlu ditingkatkan keaktifan anggota dan variasi berpendapat.
Kakak fasilitator sudah cukup baik dalam memberi arahan dan bimbingan selama proses diskusi.

26

Anda mungkin juga menyukai