Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN

1. Dasar : Surat Tugas No. 800 / 063 / 124 / 2015


2. Tujuan Pelatihan : Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam menangani pasien
kegawat daruratan / Medis Emergency.

3. Hasil Pelatihan :

A. PENDAHULUAN

Dalam dunia kecelakaan sering kita bertindak tidak benar, sehingga sering untuk
bermaksud menolong korban namun dengan cara menolong yang tidak benar membuat
korban menjadi lebih parah. Maka, dalam menangani pasien diperlukan pengetahuan
dan ketrampilan. Cara yang dilakukan untuk mempertahankan kehidupan pada saat
penderita mengalami keadaan yang mengancam nyawa dikenal sebagai “Bantuan
Hidup” (Life Support). Bantuan Hidup yang dilakukan tanpa memakai cairan Intra
Vena, obat- obatan ataupun kejut listrik maka dikenal sebagai Bantuan Hidup Dasar
(basic Life Support).

BTCLS merupakan pelatihan yang menyediakan suatu metoda yang dapat


dipercaya dalam penanganan kasus trauma dan pengetahuan dasar kepada pesertanya
dengan cara:

a. Menilai kondisi pasien dengan cepat dann tepat.


b. Resusitasi dan stabilisasi pasien menurut prioritas.
c. Menentukan tindakan jika kebutuhann pasien melebihi suatu kemampuan fasilitas.
d. Transfer pasien sesuai dengan kebutuhan.
e. Pastikan penanganan yang diberikan optimal.

Dengan mengikuti pelatihan ini peserta dapat memberikan memberikan pertolongan


pertama pada penderita yang sedang mengalami kegawat daruratan, yaitu
a. Dapat mengenali gangguan jalan napas (Airway), pernapasan (Breathing), dan
sirkulasi (Circulation) pada pasien penderita gawat darurat.
b. Dapat melakukan tehnik tehnik menjaga jalan napas
c. Dapat memberikan bantuan pernapasan
d. Dapat mendemonstrasikan Resusitasi jantung Paru / RJP
e. Dapat melakukan tehnikl menghentikan perdarahan.
f. Dapat melakukan balut luka dan pemasangan bidai.
g. Dapat melakukan Evakuasi.

B. JADWAL

Pelaksanaan pelatihan BTCLS diselenggarakan pada :

Hari, Tanggal : Kamis – Minggu, 7 – 10 Mei 2015

Waktu : 07.30 – 20.00 WIB

Tempat : Kampus Akper YAPPI Sragen

Jl. K.H. Agus Salim No. 50 Mojomulyo Sragen 57212


Hari ke I (Kamis, 7 Mei 2015) : Materi Teori

No WAKTU MATERI/BAHASAN METODA


1 08.30 – 09.00 Pembukaan pelatihan BTCLS Ceremonial:
Panitia, Tim
2 09.00 – 09.30 Pre – test materi Teori Ujian
3 09.30 – 12.30  Pentingnya BTCLS
 Penilaian tanda vital (Inisial
Assesment)
 Pengelolaan Kasus Trauma Capitis
 Pengelolaan Kasus Trauma Thorax
 Pengelolaan kasus Trauma Ceramah / diskusi
Abdomen
 Penanganan strain, sprain dan
fraktur
 Penanganan luka dan perdarahan
4 12.30 – 13.00 --------- ISHOMA ---------
5 13.00 – 16.30  Airway Management dan
kedaruratan pernapasan
 Penanganan keracunan/Poisoning
 Penanganan Gigitan Binatang - Ceramah / diskusi
Animal Bite
 Penanganan Shock dan terapi
Cairan elektrolit
6 16.30 – 17.30 Medico legal tindakan keperawatan gawat
darurat
7 17.30 – 19.00 -------- ISHOMA -----------
8 19.00 - selesai Resusitasi Jantung Paru

Hari ke II (Jum’at, 8 Mei 2015) : Materi Teori

No WAKTU MATERI/BAHASAN METODA


1 07.30 – 12.00 Kedaruratan Jalan Napas dan Paru Ceramah / Diskusi
2 12.00 – 13.00 --------- ISHOMA -------------
3 13.00 – 16.00  Dasar – dasar ElektroKardiografi/ Ceramah / Diskusi
EKG
 Kedaruratan Jantung - ICCU
4 16.00 – 16.30 ----------------- ISHOMA -------------------
5 16.30 – 17.30 Tehnik pembalutan dan pembidaian Ceramah / Diskusi
6 17.30 – 18.00 ---------------- ISHOMA -----------------
7 18.00 – 19.30  Penanganan Luka Bakar Ceramah / Diskusi
 Alat Emergency dan Evakuasi
Korban
Hari ke III ( Sabtu, 9 Mei 2015 ) : Skill Praktikum

No WAKTU MATERI/BAHASAN METODA


1 07.30 – 08.30 Post – Test Teori Ujian
2 08.30 – 09.00 Pembentukan kelompok praktek dan Diskusi / Simulasi
Brefing praktek Triage Bencana
3 09.00 – 09.15 ------- Coffe Break --------------
4 09.15 – 12.00  Skill Station / Praktikum Simulasi
 Resusitasi Jantung Paru / RJP
 Balut Bidai / Fiksasi pada Trauma
 Pemakaian Alat Emergency dan
Evakuasi Korban
5 12.00 – 13.00 --------------- ISHOMA ---------------------
6 13.00 – 16.00  Lanjutan Skill Station Simulasi
 Resusitasi Jantung Paru / RJP
 ElektroKardioGrafi / EKG
 Intubasi – Air Way Management
 Balut Bidai / Fiksasi pada Trauma
 Pemakaian Alat Emergency dan
Evakuasi Korban
7 16.00 – 16.30 --------------- ISHOMA -----------------
8 16.30 – 20.00  Lanjutan Skill Station Simulasi
 ElektroKardioGrafi / EKG
 Intubasi – Air Way Management
9 20.00 – 20.15 Yudisium Post Test

Hari ke IV ( Minggu, 10 Mei 2015 ) : Skill Station Praktikum

No WAKTU MATERI/BAHASAN METODA


1 07.30 - 08.30 Ujian Aplikasi Elektrokardiografi / EKG Ujian
dan Defebrilasi
2 08.30 – 09.30 Praktek Intubasi dengan Probandus Praktek / Simulasi
Kambing AirWay Management ke
kambing
3 09.30 – 10.00 Pembagian Kelompok Ujian Komprehensif
4 10.00 – 12.00 Ujian Komprehensif / Skill Station – One by one
OSCA Examination
1. Resusitasi Jantung Paru / RJP.
2. Tehnik Pembalutan dan
Pembidaian.
3. Pemakaian Alat Emergency dan
Evakuasi Korban.
4. Intubasi / Airway Management
5. Penanganan Medical Emergency

5 12.00 – 13.00 -------------- ISHOMA ---------------


6 13.00 – 14.00 Lanjutan ujian Komprehensif / Skill One by one
Station Examination
7 14.00 – 16.00  Praktek Penanggulangan Korban Action by Scenario
Massal dengan Metode Triage
System
 Aplikasi Skill di Lapangan
 Simulasi Kecelakaan
8 16.00 – 16.30 Penutup / Selesai Ceremonial
C. ISI MATERI
1. BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)

Kerusakan sel otak dimulai 6 – 8 menit setelah berhentinya pernapasan dan


sirkulasi. Setelah 10 menit biasanya sudah terjadi kematian biologis. Apabila BHD
dilakukan cukup cepat, kematian mungkin dapat dihindari. Maka diharapkan kita
dapat memberikan pertolongan pertama terhadap korban adalah pada 10 menit
pertama.

Tindakan untuk memudahkan disngkat dengan DR. Tolong ABC (Danger,


Response, minta Tolong, Airway, Breathing, Circulation).

Indikasi BHD; tenggelam, stroke, benda asing di saluran napas, inhalasi asap,
epiglotitis, overdosis obat, cedera, IMA.

2. RESUSITASI JANTUNG PARU ( RJP )

RJP adalah metoda untuk mengembalikan fungsi pernapasan dan sirkulasi pada
pasien yang mengalami henti napas dan jantung yang tidak diharapkan mati pada
saat itu.

Tujuan :

o Mengembalikan keadaan henti napas dan henti jantung sehingga dapat


mencegah kematian biologis.
o Melindungi otak dari kerusakan.

Indikasi RJP

- Compresi : ventilasi = 30 : 2
- Lakukan Evaluasi dengan melihat, mendengar merasakan: look, listen and feel:
dada mengembang, nadi di carotis +, hembusan napas +.
- Cara menghitung RJP:

I :1234567891–1234567892–1234567891

II : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 – 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 – 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2

III: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 – 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 – 1 2 3 4 5 6 7 8 9 3

IV: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 – 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 – 1 2 3 4 5 6 7 8 9 4

V:1234567891–1234567892–1234567895

Cara melakukan Ventilasi dengan 5 detik tiupan. Tiupan I : 1 seribu (hitung


dalam hati), s.d 24 tiupan : diakhiri dengan hitungan 23 seribu (dihitung dalam
hati), untuk memudahkan jumlah hitungan.
3. Elektrokardiografi / EKG

Kriteria irama Sinus Ritme (SR) attaau EKG normal :

 Irama teratur
 Frekuensi jantung (HR) antara 60 - 100 x/menit atau SA Node
 Gelombang P Normal, setiap Gelombang P diikuti oleh Gelombang QRS dan T
 Interval PR Normal, kurang dari 5 kotak kecil (0,12 – 0,20 detik)
 Gelombang QRS Normal : kurang dari 3 kotak kecil (0,06 – 0,12 detik).

Cara menghitung Frekuensi jantung / HR Dengan rumus :


1. 300 / jumlah kotak besar dari gelombang R ke gel. R
2. 1500 / jumlah kotak kecil dari Gel. R ke Gel R
* Bila irama tidak teratur maka menggunakan rumus :
Jumlah Gel. QRS dalam 30 kotak besar(dlm 6 detik) X 10
Mencari 30 = 6 detik / 0,2 detik kotak kecil = 30

4. INISIAL ASSESMENT
- Rangkaian

Penatalaksanaan pada pasien dengan cara menilai secara cepat, menolong


secara cepat agar pasien tetap hidup.

- Tanda – tanda Hidup


 Nadi teraba
 Respon syaraf ada
 Adanya pergerakan napas

Dalam hal ini O2 lebih dulu diutamakan. Bila ada gangguan jalan napas = bebaskan
jalan napas, bila terdapat lendir di suction. Frekuensi pernapasan Normal dewasa :
16 – 24 x/menit.
Sesak napas : gambaran kompensasi tubuh dengan ditandai peningkatan Frekuensi
napas akibat kekurangan O2 (Hipoxia).
Perdarahan : gangguan sirkulasi darah disertai kerusakan pembuluh darah. Ditandai
keluarnya darah.

Pendarahan : gangguan sirkulasi darah tanpa disertai kerusakan pembuluh darah.


Pembuluh darah masih utuh, tidak ada darah yang keluar.

5. INTUBASI

Untuk upaya mengelola jalan napas. Membuka jalan napas melalui trakea

Indikasi : - Gagal napas : tumor kepala, luka bakar

- Operasi dengan General Anesthesi


- Pasien yang direncanakaan mendapat therapi Oksigen secara mekanik
----- Ventilator
- Resiko Aspirasi (stroke, Koma).
- Hipoksia dengan bantuan therapi kompensional, canul, masker yang
hasinya tidak signnifikan.
Efek samping : edema pita suara, cedera pada bibir, gigi patah, fagal reflek. ETT
yang didorong terlalu dalam, sehingga masuk ke bronkus sebelah kanan dapat
mengkibatkan hipoksia dan heperkarbia. Begitu pula ETTT yang masuk ke dalam
esofagus menyebabkan distensi lambung sampai perforasi.

Persiapan alat intubasi dengan singkatan : “STATIC”


(Scope, Tube, Airway, Tape, Introducer, Conector, Suction)

6. KERACUNAN

Merupakan kejadian dimana terpaparnya zat kimia ke dalam tubuh yang


menyebabkan reaksi tubuh yang dapat mengganggu kesehatan bahkan dapat
meninbulkan kematian.

Seseorang mengalami keracunaan dikarenakan :

- Sengaja bunuh diri / attended suiced


- Diracuni / Homicide
- Tidak sengaja / Accidental Poisoning
- Berlebihan / over dosis
- Sengaja untuk maksud tertentu, tahu ukuran yang mematikan / Poisoning for
kick
Secara umum pada penderita dengan kasus keracunan penanganan tetap
berdasarkan penilaiaan Airway, Breathing dan Circulation (ABC). Jangan tunda
penanggulangannya.

7. GIGITAN BINATANG

Gigitan binatang termasuk dalam kategori racun yang masuk melalui suntikan.
Gigitan binatang atau sengatan serangga dapat meyebabkan nyeri yang hebat dan
pembengkakan.

8. PEMINDAHAN DAN EVAKUASI KORBAN

Dalam memindahkan korban harus dipertimbangkan hal – hal sebagai berikut :

1. Korban tersebut sadar atau tidak.


2. Apakah dapat berjalan atau tidak dapat berjalan.
3. Jumlah penolong yang akan melakukan pemindahaan (sendiri, dua tiga orang).
4. Jalan yang akan dilalui dalam melakukan pemindahan.
5. Penolong mempunyai peralatan untuk melakukan pemindahan atau tidak.
6. Kondisi cedera yang diderita korban.
9. TRAUMA THORAKS
 Gangguan Airway (obstruksi)

Penekanan pada trakea di daerah thoraks dapat terjadi karena fraktur sternum.

 Gangguan Breathing (sesak)

Ada 4 gangguan breathhing :

- Pneumothoraks terbuka / Open Pneumo – thoraks


- Tension Pneumothoraks
- Hemotothoraks
- Flail Chest
 Gangguan Circulation (Syok)
- Fraktur Iga
 Kontusio Paru

10. TRAUMA ABDOMEN

Trauma tajam menerangkan bahwa adanya cedera yang timbul oleh karena transfer
energi dari benda tajam ke jaringan tubuh pada saat benda tersebut menembus dan
melalui jaringaan tubuh. Organ – organ yang sering mengalami cedera baik tajam
maupun tumpul adalah : hati, usus dan pembuluh darah.

11. TRAUMA CAPITIS

Cedera kepala di klasifikasikan menjadi 3 hal, yaitu : mekanisme cedera kepala,


berat ringannya cedera kepala, morfologi cedera kepala.

Secara umum untuk menetapkan berat ringannya cedera kepala digunakaan metode
penilaian Glosgow Coma Scale (GCS).

Respon Buka Mata (Eye)

- Membuka Mata Spontan :4


- Membuka Mata Terhadap suara / perintah :3
- Membuka mata terhadap rangsang nyeri :2
- Tidak ada respon :1

Respon Bicara (Verbal)

- Bicara jelas dan baik :5


- Bicara mengacau (bingung) :4
- Bicara tidak teratur (kacau) :3
- Bicara / suara tidak jelas (mengerang/merintih) :2
- Tidak ada respon :1
Respon Motorik ( Motorik )

- Mengikuti Perintah :6
- Melokalisir nyeri :5
- Fleksi Normal (menarik anggota yang dirangsang) : 4
- Fleksi Abnormal :3
- Ektensi Abnormal :2
- Tidak ada respon :1

D. PENUTUP

Pelatihan BTCLS merupakan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan


ketrampilan dalam melakukan penanggulangan pasien gawat darurat. Pelatihan BTCLS
ini diadakan di Kampus YAPPI, Sragen bekerjasama dengan Jakarta Medical Center
119 Training Division. Pelatihan BTCLS ini sangat bermanfaat untuk bekal dalam
bekerja dan di mana pun kita berada, karena dapat menolong pasien gawat darurat
dengan cepat, tepat dan cermat. Maka sangat diperlukan petugas kesehatan untuk
mengikuti pelatihan BTCLS ini.

Sarana dan prasarana pelayanan kesehatan khususnya pelayanana gawat darurat


harus sesuai dengan standar yang berlaku agar dalam penanganan penderita gawat
darurat dapat dilaksanakan dengan baik dan benar sesuai dengan standar dan prosedur.

Mengetahui Miri, 18 Mei 2015

Kepala UPTD Puskesmas Miri Pelapor

Drg. Budhi Wibowo Tri Lestari Ningsih, AMK

NIP. 19690322 200212 1 003 NIP. 19791104 201001 1 016

Anda mungkin juga menyukai