Anda di halaman 1dari 25

BAB 1

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Batuan adalah benda padat yang terbentuk secara alamiah, merupakan

kumpulan dari mineral baik yang sejenis maupun yang tidak sejenis, dan

mempunyai susunan kimia yang konstan. Di dalam makalah ini kita akan

mempelajari tentang pengertian, cara terbentuknya dan mendeskripsikan

tentang batuan beku, batuan sedimen, batuan piroklastik dan batuan metamorf.

Petrologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan geologi yang

mempelajari batuan-batuan pembentuk kulit bumi, mencakup aspek pemerian

nama (deskripsi) dan aspek genesa-interpretasi. Pengertian luas dari petrologi

adalah mempelajari batuan denagn menggunakan mata telanjang,

optik/mikroskopis, kimia dan radio isotop.

Aspek pemerian nama antara lain meliputi warna, tekstur, struktur,

komposisi, berat jenis, kekerasan, kesarangan (porositas), kelulusan

(permebilitas) dan klasifikasi atau penamaan batuan. Aspek genesa-

interpretasi mencakup sumber asal (source) hingga proses atau cara

terbentuknya batuan. Batuan didefinisikan sebagai semua bahan yang

menyusun kerak (kulit) bumi dan merupakan suatu agregat (kumpulan)

mineral-mineral yang telah terhablur (mengkristal). Dalam arti sempit, yang

tidak termasuk batuan adalah tanah dan bahan lepas lainnya yang merupakan
hasil pelapukan kimia, fisika maupun biologis, serta proses erosi dari batuan.

Namun dalam arti luas tanah hasil pelapukan dan erosi termasuk batuan.

Batuan sebagai agregat mineral pembentuk kulit bumi secara genesa

dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis batuan, yaitu:

a. Batuan beku (“Igneous Rocks”), adalah kumpulan mineral silikat

sebagai hasil pembekuan daripada magma yang mendingin.

b. Batuan sedimen (“Sedimentary Rocks”), adalah hasil litifikasi bahan

rombakan batuan yang berasal dari proses denudasi atau hasil reaksi

kimia maupun hasil kegiatan organisme.

c. Batuan metamorf atau batuan malihan (“Metamorpic Rocks”), adalah

batuan yang berasal dari suatu batuan yang sudah ada yang mengalami

perubahan tekstur dan komposisi mineral dan fasa padat sebagai

kondisi perubahan fisika (tekanan dan temperatur).

Dalam sejarah pembentukannya ketiga jenis batuan tersebut dapat

mengalam jentera (siklus) batuan seperti pada gambar 1.1.

Gambar 1.1 Jentera batuan (Gillen, 1982).


1. 2 Maksud dan Tujuan

Secara umum maksud dan tujuan pembuatan laporan ini adalah

untuk menjelaskan apa itu Petrologi, disertai dengan deskripsi mineral

menurut struktur dan tekstur batuan tersebut berdasarkan jenis batuan

baik Batuan Beku, Batuan Sedimen dan Batuan Metamorf. Selain itu

untuk memberikan pengetahuan bagi kita khususnya sebagai mahasiswa

Geografi tentang berbagai jenis batuan di muka bumi ini, berdasarkan

petrogenesa batuan tersebut, serta struktur dan tekstur yang dimiliki oleh

batuan tersebut, sehingga kita dengan mudah dapat mengenali jenis

batuan di lapangan nantinya.

1. 3 Alat dan Bahan

Alat :

a. Pensil

b. Pensil warna (1 set)

c. Mister (1 set)

d. Busur 3600

e. Kertas HVS

f. Loupe

Bahan :

a. Larutan HCl

b. Batuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Batuan Beku

Batuan beku atau “igneous rocks” (dari Bahasa Latin: ignis

“api”) adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan

mengeras dengan atau tanpa proses kritalisasi baik di bawah permukaan

sebagai batuan instrusif (plutonik) maupun di atas permukaan bumi sebagai

ekstrutif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair

ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun di kerak bumi.

Umumnya proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut:

kenaikan temperatur penurunan tekanan atau perubahan komposisi. Lebih

daari 700 tipe batuan beku telah dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di

bawah permukaan kerak bumi.

2.2 Klasifikasi Bantuan Beku

Klasifikasi batuan beku berdasarkan genetik

Penggolongan ini berdasarkan genesa atau tempat terjadinya dari

batuan beku, pembagian batuan beku ini merupakan pembagian awal sebelum

dilakukan penggolongan batuan lebih lanjut. Pembagian genetik batuan beku

adalah sebagai berikut :

1. Batuan Beku Intrusif

Batuan ini terbentuk dibawah permukaan bumi, sering juga disebut

batuan beku dalam atau batuan beku plutonik. Batuan beku intrusif
mempunyai karakteristik diantaranya, pendinginannya sangat lambat (dapat

sampai jutaan tahun), memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar

dan sempurna bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusif.

Tubuh batuan beku intrusif sendiri mempunyai bentuk dan ukuran yang

beragam, tergantung pada kondisi magma dan batuan di sekitarnya.

Berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang

diterobosnya, struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu

konkordan dan diskordan.

Struktur tubuh batuan beku yang memotong lapisan batuan di sekitarnya

disebut diskordan, yaitu:

a. Batholit, merupakan tubuh batuan beku dalam yang paling besar

dimensinya. Bentuknya tidak beraturan, memotong lapisan-lapisan

batuan yang diterobosnya. Kebanyakan batolit merupakan kumpulan

massa dari sejumlah tubuh-tubuh intrusi yang berkomposisi agak

berbeda. Perbedaan ini mencerminkan bervariasinya magma

pembentuk batholit. Beberapa batholit mencapai lebih dari 1000 km

panjangnya dan 250 km lebarnya. Dari penelitian geofisika dan

penelitian singkapan di lapangan didapatkan bahwa tebal batholit

antara 20-30 km. Batholit tidak terbentuk oleh magma yang menyusup

dalam rekahan, karena tidak ada rekahan yang sebesar dimensi

batholit. Karena besarnya, batholit dapat mendorong batuan yang

diatasnya. Setiap frgamen batuan yang berada dalam tubuh magma

yang sudah membeku dinamakan Xenolith.


b. Stock, seperti batolit, bentuknya tidak beraturan dan dimensinya lebih

kecil dibandingkan dengan batholit, tidak lebih dari 10 km. Stock

merupakan penyerta suatu tubuh batholit atau bagian atas batholit.

c. Dyke, disebut juga gang, merupakan salah satu badan intrusi yang

dibandingkan dengan batholit, berdimensi kecil. Bentuknya tabular,

sebagai lembaran yang kedua sisinya sejajar, memotong struktur

(perlapisan) batuan yang diterobosnya.

d. Jenjang Volkanik, adalah pipa gunung api di bawah kawah yang

mengalirkan magma ke kepundan. Kemudian setelah batuan yang

menutupi di sekitarnya tererosi, maka batuan beku yang bentuknya

kurang lebih silindris dan menonjol dari topografi disekitarnya.

Bentuk-bentuk yang sejajar dengan struktur batuan di sekitarnya

disebut konkordan diantaranya adalah :

a. Sill, adalah intrusi batuan beku yang konkordan atau sejajar terhadap

perlapisan batuan yang diterobosnya. Berbentuk tabular dan sisi-

sisinya sejajar.

b. Lakolit, sejenis dengan sill. Yang membedakan adalah bentuk bagian

atasnya, batuan yang diterobosnya melengkung atau cembung ke atas,

membentuk kubah landai. Sedangkan, bagian bawahnya mirip dengan

Sill. Akibat proses-proses geologi, baik oleh gaya endogen, maupun

gaya eksogen, batuan beku dapt tersingka di permukaan.

c. Lopolit, bentuknya mirip dengan lakolit hanya saja bagian atas dan

bawahnya cekung ke atas.


2. Batuan Beku Ekstrusif

Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya

berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang

memiliki berbagai struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang

terjadi pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini diantaranya:

a. Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan.

b. Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah

poligonal seperti batang pensil.

c. Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-

gumpal. Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan

air.

d. Vesikuler, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada

batuan beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat

pembekuan.

e. Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh

mineral lain seperti kalsit, kuarsa atau zeolit.

f. Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran

mineral pada arah tertentu akibat aliran.


Tabel 1. Contoh Batuan Beku

Batuan Intrusi Batuan Ekstrusi

Granit Riolit

Syenit Trahkit

Diorit Andesit

Tonalit Dasit

Monsonit Latit

Gabro Basal

Dasar pembagian ini biasanya adalah kandungan oksida tertentu dalam

batuan seperti kandungan silika dan kandungan mineral mafik (Thorpe &

Brown, 1985).

Pembagian batuan beku menurut kandungan SiO2 (Silika) pada tabel di bawah

Tabel 2. Pembagian Batuan Beku menurut kandungan Silika

Nama Batuan Kandungan Silika

Batuan Asam Lebih besar 66 %

Batuan Menengah 52 – 66 %

Batuan basa 45 – 52 %

Batuan Ultra basa Lebih kecil 15 %

Penamaan batuan berdasarkan kandungan mineral mafik pada tabel di bawah:

Tabel 3. Penamaan batuan beku berdasarkan kandungan mineral mafik


Nama Batuan Kandungan Silika

Leucocratic 0 – 33 %

Mesocratic 34 – 66 %

Melanocratic 67 – 100 %

Berdasarkan kandungan kuarsa, alkali feldspar dan feldspatoid :

a. Batuan Felsik : Dominan felsik mineral, biasanya berwarna

cerah.

b. Batuan Mafik : Dominan mineral mafik, biasanya berwarna

gelap.

c. Batuan Ultramafik : 90% terdiri dari mineral mafik.

Komposisi kimia dapat pula digunakan untuk mengetahui beberapa

aspek yang sangat erat hubungannya dengan terbentuknya batuan beku, seperti

untuk mengetahui jenis magma, tahapan diferensiasi selama perjalanan

magma ke permukaan dan kedalaman zona Benioff.

Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Mineralogi

Analisis batuan beku pada umumnya memakan waktu, maka sebagian

besar batuan beku didasarkan atas susunan mineral dari batuan itu. Mineral-

mineral yang biasanya dipergunakan adalah mineral kuarsa, plagioklas,

potassium feldspar dan foid untuk mineral felsik. Sedangkan untuk mafik

mineral biasanya mineral amphibol, piroksen dan olovin.

Klasifikasi yang didasarkan atas mineralogi dan tekstur akan dapat

mencrminkan sejarah pembentukan batuan dari pada atas dasar kimia. Tekstur

batuan beku menggambarkan keadaan yang mempengaruhi pembentukan


batuan itu sendiri. Seperti tekstur granular member arti akan keadaan yang

serba sama, sedangkan tekstur porfiritik memberikan arti bahwa terjadi dua

generasi pembentukan mineral. Dan tekstur afanitik menggambarkan

pembekuan yang cepat.

Dalam klasifikasi batuan beku yang dibuat oleh Russel B. Travis,

tekstur batuan beku yang didasarkan pada ukuran butir mineralnya dapat

dibagi menjadi:

a. Batuan Dalam, bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral yang

menyusun batuan tersebut dapat dilihat tanpa bantuan alat

pembesar.

b. Batuan Gang, bertekstur porfiritik dengan massa dasar faneritik.

c. Batuan Lelehan, bertekstur afanitik, dimana individu mineralnya tidak

dapat dibedakan atau tidak dapat dilihat dengan mata biasa.

Menurut Heinrich (1956) batuan beku dapat diklasifikasikan menjadi beberapa

keluarga atau kelompok yaitu :

1. Keluarga granit–riolit: bersifat felsik, mineral utama kuarsa, alkali

felsparnya melebihi plagioklas.

2. Keluarga granodiorit–latit: felsik, mineral utama kuarsa, Na

Plagioklas dalam komposisi yang berimbang atau lebih banyak dari

K Felspar

3. Keluarga syenit–trakhit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau foid

tidak dominant tapi hadir, K-Felspar dominant dan melebihi Na-

Plagioklas, kadang plagioklas juga tidak hadir


4. Keluarga monzonit–latit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau foid

hadir dalam jumlah kecil, Na-Plagioklas seimbang atau melebihi K-

Felspar

5. Keluarga syenit–fonolit foid: felsik, mineral utama felspatoid, K-

Felspar melebihi plagioklas

6. Keluarga tonalit–dasit: felsik hingga intermediet, mineral utama

kuarsa dan plagioklas (asam) sedikit/tidak ada K-Felspar

7. Keluarga diorite–andesit: intermediet, sedikit kuarsa, sedikit K-

Felspar, plagioklas melimpah

8. Keluarga gabbro–basalt: intermediet-mafik, mineral utama

plagioklas (Ca), sedikit Qz dan K-felspar

9. Keluarga gabbro–basalt foid: intermediet hingga mafik, mineral

utama felspatoid (nefelin, leusit, dkk), plagioklas (Ca) bisa

melimpah ataupun tidak hadir

10. Keluarga peridotit: ultramafik, dominan mineral mafik, plagioklas

(Ca) sangat sedikit atau absen.

Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Komposisi Mineral

Berdasarkan mineral penyusunnya batuan beku dapat dibedakan

menjadi 4 yaitu:

1. Kelompok Granit–Riolit, berasal dari magma yang bersifat asam,

terutama tersusun oleh mineral-mineral kuarsa ortoklas, plaglioklas

Na, kadang terdapat hornblende, biotit,muskovit dalam jumlah yang

kecil.
2. Kelompok Diorit–Andesit, berasal dari magma yang bersifat

intermediet, terutama tersusun atas mineral-mineral plaglioklas,

Hornblande, piroksen dan kuarsa biotit,orthoklas dalam jumlah kecil.

3. Kelompok Gabro – Basalt Tersusun dari magma yang bersifat basa

dan terdiri dari mineral-mineral olivine, plaglioklas Ca, piroksen dan

hornblende.

4. Kelompok Ultra Basa, tersusun oleh olivin dan piroksen. Mineral lain

yang mungkin adalah plagliokals Ca dalam jumlah kecil.

2.3 Struktur Batuan Beku

Struktur batuan beku adalah bentuk batuan beku dalam skala yang

besar,sepetti lava bantal yang terbentuk di lingkungan air (laut), seperti

lavabongkah, struktur aliran dan lain-lainnya. Suatu bentuk struktur batuan

sangat erat sekali dengan waktu terbentuknya. Macam-macam sturktur batuan

beku adalah:

a. Masif, apabila tidak menunjukkan fragmen batuan lain yang

tertanam dalam tubuhnya.

b. Pillow lava atau lava bantal, merupakan struktur yang dinyatakan

pada batuan ekstrusi tertentu, yang dicirikan oleh masa berbentuk

bantal dimana ukuran dari bentuk ini adalah umumnya 30-60 cm

dan jaraknya berdekatan, khas pada bulkanik bawah laut.


c. Joint, struktur ditandai oleh kekar-kekar yang tertanam secara

tegak lurus arah aliran. Struktur ini dapat berkembang menjadi

columnar jointing.

d. Vesikuler, merupakn struktur batuan beku ekstrusi yang ditandai

dengan lubang-lubang sebagai akibat pelepasan gas selama

pendinginan.

e. Skoria, adalah struktur batuan yang sangat vesikuler (banyak

lubang gasnya).

f. Amigdaloidal, struktur dimana lubang-lubang keluar gas terisi oleh

mineral-mineral sekunder seperti zeolit, karbonat dan bermacam

silika.

g. Xinolith, struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen

batuan yang masuk atau tertanam ke dalam batuan beku. Struktur

ini terbentuk sebagai akibat peleburan tidak semprna dari suatu

batuan samping di dalm magma yang menerobos.

h. Autobreccia, struktur pada lava yang memperlihatkan fragmen-

fragmen dari lava itu sendiri.

2.4 Tekstur Batuan Beku

Tekstur dalam batuan beku merupakan hubungan antar mineral atau

mineral dengan masa gelas yang membentuk masa yang merata pada batuan.

Selama pembentukan tekstur dipengaruhi oleh kecepatan dan stadia

kristalisasi. Yang kedua tergantung pada suhu, komposisi kandungan gas,


kekentalan magma dan tekanan. Dengan demikian tekstur tersebut merupakan

fungsi dari sejarah pembentukan batuan beku. Dalam hal ini tekstur tersebut

menunjukkan derajat kristalisasi (degree of crystallinity), ukuran butir (grain

size), granularitas dan kemas (fabric), (Wiliams, 1982; Huang, 1962).

a. Derajat kristalisasi

Derajat kristalisasi merupakan keadaan proporsi antara masa kristal

dan masa gelas dalam batuan. Dikenal ada tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:

 Holokristalin : apabila batuan tersusun seluruhnya oleh masa krista.l

 Hipokristalin : apabila batuan tersusun oleh masa kristal dan gelas.

 Holohyalin : apabila batuan seluruhnya tersusun oleh masa gelas.

b. Granularitas

Granularitas merupakan ukuran butir kristal dalam batuan beku, dapat

sangat halus yang tidak dapat dikenal meskipun menggunakan mikroskop,

tetapi dapat pula sangat kasar. Umumnya dikenal dua kelompok ukuran butir,

yaitu afanitik dan fanerik.

 Afanitik, dikatakan afanitik apabila ukuran butir individu kristal sangat

halus, sehingga tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang.

 Fanerik, kristal individu yang termasuk kristal fanerik dapat dibedakan

menjadi ukuran-ukuran:

- Halus, ukuran diameter rata-rata kristal individu < 1 mm

- Sedang, ukuran diameter kristal 1mm – 5 mm

- Kasar, ukuran diameter kristal 5 mm – 30 mm

- Sangat kasar, ukuran diameter kristal > 30 mm


c. Bentuk kristal

Ditinjau dari pandangan dua dimensi, dikenal tiga macam, yaitu:

 Euhedral, apabila bentuk kristal dan butiran mineral mempunyai

bidang kristal yang sempurna.

 Subhedrar, apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh

sebagian bidang kristal yang sempurna.

 Anhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh

sebagian bidang kristal yang sempurna.

Secara tiga dimensi dikenal:

 Equidemensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama

panjang.

 Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu

dimensi lain.

 Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.

d. Relasi

Merupakan hubungan antara kristal satu dengan yang lain dalam suatu

batuan dari ukuran dikenal:

 Granularitas atau equigranular, apabila mineral mempunyai ukuran

butir yang relatif seragam, terdiri dari:

- Panidiomorfik granular, yaitu sebagian besar mineral berukuran

seragam dan euhedral. Bentuk butir euhedral merupakan

penciri mineral-mineral yang tebentuk paling awal, hal ini


dimungkinkan mengingat ruangan yang tersedia masih sangat

luas sehingga mineral-mineral tersebut sampai membentuk

kristal secara sempurna.

- Hipiodiomorfik granular, yaitu sebagian besar mineralnya

berukuran relatif seragam dan subhedral. Bentuk butiran

penyususn subhedral atau kurang sempurna yang merupakan

penciri bahwa pada saat mineral terbentuk, maka rongga atau

membentuk kristal secara sempurna.

- Allotiomorfik granular, yaitu sebagian besar mineralnya

berukuran relatif seragam dan anhedral. Bentuk anhedral atau

tidak beraturan sama sekali merupakan pertanda bahwa pada

saat mineral-mineral penyusun ini terbentuk hanya dapat

mengisi rongga yang tersedia saja. Sehingga dapat ditagsirkan

bahwa mineral-mineral anhedral tersebut terbentuk paling akhir

dari rangkaian proses pembentukan batuan beku.

 Inequigranular, apabila mineralnya mempunya ukuran butir tidak

sama, antara lain terdiri dari:

- Porfiritik, adalah tekstur batuan beku diana kristal besar

(fenokris) tertanam dalam masa dasar kristal yang lebih halus.

- Vitroverik, apabila fenokris tertanam dalam masa dasar berupa

gelas.

2.5 Komposisi Mineral


Menurut Walker T. Huang (1962), komposisi mineral dikelompokkan

menjadi tiga kelompok mineral yaitu:

a. Mineral utama

Minral ini terbentuk langsung dari kristalisasi magma dan kehadirannya

sangat menentukan dalam penamaan batuan.

 Mineral felsik (mineral berwarna terang dengan densitas rata-rata 2,5 –

2,7), yaitu:

- Kuarsa (SiO2)

- Kelompok feldspar, terdiri dari seri feldspar alkali (K, Na)

AlSi3O8. Seri feldspar alkali terdiri dari sanidin, orthoklas,

anorthoklasm adularia dan mikrolin. Seri plagioklas terdiri dari

albit, oligoklas, andesin, labradorit, bitownit dan anortit.

- Kelompok feldspatoid (Na, K Alumina Silika), terdiri dari

nefelin sodalit, leusit.

 Mineral mafik (mineral-mineral feromagnesia dengan warna gelap dan

densitas rata-rata 3,0 – 3,6), yaitu:

- Kelompok olivin, terdiri dari fayalite dan forsterite

- Kelompok piroksen, trdiri dari enstatite, hiperstein, pigeonit,

diopsit.

- Kelompok mika, terdiri dari biotit, muskovit, plogopit.

- Kelompok Amphibole, terdiri dari antofilit, cumingtonit,

hornblende, rieberkit, tremolit, aktinolite, glaukofan, dll.

b. Mineral sekunder
Merupakan mineral-mineral ugahan dari mineral utama,dapat dari hasil

pelapukan, hidrotermal maupun metamorfisma terhadap mineral-

mineral utama. Dengan dimikian mineral-mineral ini tidak ada

hubungannya dengan pembekuan magma (non pirogenetik).

Mineral sekunder terdiri dari:

- Kelompok kalsit (kalsit, dolomit, magnesit, siderit), dapat

terbentuk dari hasil ubahan mineral plagioklas.

- Kelompok serpentin (antigorit dan krisotil), umumnya

terbentuk dari hasil ubahan mineral mafik (terutama kelompok

olivin dan piroksen).

- Kelompok klorit (proktor, penin, talk), umumnya terbentuk dari

hasil ubahan mineral kelompok plagioklas.

- Kelompok serisit sebagai ubahan mineral plagioklas

- Kelompok kaolin (kaolin, hallosit), umumnya ditemukan

sebagai hasil pelapukan batuan beku.

c. Mineral tambahan

Merupakan mineral-mineral yang terbentuk pada kristalisasi magma,

umumnya dalam jumlah sedikit. Termasuk dalam holongan ini antara

lain:

- Hematite, Kromit, Muskovit, Rutile, Magnetit, Zeolit, Apatit

dan lain-lain.

Tabel 4. Pengenalan Mineral dan Sifatnya

(Modul praktikum Petrologi UPN)


Nama Bentuk dan

Mineral Warna Perawakan Kristal Belahan Keterangan

Tidak teratur, membutir Tidak


Kilap kaca
Olivin Hijau dan masif sempurna

2 arah Kilap kaca dan


Hijau Prismatik pendek,
saling permukaannya
Piroksen tua - masif, membutir
tegak lurus halus
hitam

2 arah

Prismatik panjang, membentuk


Hitam-
Amphibol menyerat dan membutir sudut Kilap arang
coklat
lancip

Tabular, berlembar
Hitam-
Biotit (memika) 2 arah Kilap kaca
coklat

Merah Prismatik, tabular

Feldspar jambu/ panjang, masif, Kilap


2 arah
Alkali putih/h membutir kaca/lemak

ijau

Prismatik/tabular

Plagioklas Putih panjang. Masif, 3 arah Kilap


susu, membutir kaca/lemak

abu-

abu

Putih Tabular berlembar Kilap

Muskovit transpa (memika) 1 arah kaca/mutiara

ran

Tidak Tidak teratur, membutir Kilap

Kuarsa berwar dan masif 3 arah kaca/lemak

na

Tidak Kilap kaca,


Rombohedral, masif,
berwar berbuih dengan
Kalsit membutir Sempurna
na, HCl

putih

Umumnya

pada batuan

metamorfik
Klorit
Hijau Berlembar, memika Sempurna dan lapukan

batuanbeku
basa

Tidak
Kilap kaca
berwar
Serisit Tabular, berlembar Sempurna berukuran
na,
halus
putih

Putih,

abu-
Menyerat, masa fiber
Asbes abu Tidak ada Kilap lemak
asbestos
kehijau

an

Coklat
Kilap
Garnet merah- Poligonal, membutir Tidak ada
kaca/mutiara
hitam
Tidak

berwar

na,
Halit Kubus, masif , Sebagai garam
putih Sempurna
membutir evaporite
kekuni

ngan,

merah

Tidak Lembar-lembar

berwar Memapan, membutir, tipis terjadi


Gypsum
na, menyerat Sempurna karena

putih evaporasi

Putih,

abu-
Karena
Anhidrit abu, Masif, membutir Sempurna
evaporasi
biru

pucat

Tabel 5. Klasifikasi batuan beku menurut Russel B. Travis


BAB IV
PENUTUP

4. 1 Kesimpulan

Pada praktikum ini terdapat 4 sampel batuan yang memilki

karakteristik atau tekstur yabg berbeda-beda serta mineral penyusun

yang terdiri dari beberapa mineral, ada yang memilki mineral yang sama

ada pula yang memilki atau terdiri dari mineral yang berbeda.

4. 2 Saran

4.2.1.Saran untuk lap agar memberikan contoh mineral yang dapat di

analisi karena terkadang ada beberapa mineral yang tidak bisa

dianalisis di karenakan dari kondisi sampel yang tidak

memungkinkan.

4.2.2.Saran untuk asisten agar lebih membimbing praktikan dalam

menganalisi agar hasil yang sesuai dengan yang diharapkan.


DAFTAR PUSTAKA

Endarto, Danang. 2005. Pengantar Geologi Dasar. Surakarta : LPP dan UPT
UNS Press
Monica & Kevin, 2005. Pocket Nature Rocks and Minerals. Dorling
Kindersley
Nurdin Akhyar, 2009.Tugas Mata Kuliah Mikropaleontologi: Dasar-Dasar
Mikropaleontologi (Batuan,Stratigrafi, Sedimentologi). Purbalingga:
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Sains dan Teknik. Universitas
Jenderal Soedirman.
Pebrianto Faisal. Petrografi Batuan Beku Asam, Batuan Beku Intermediet, dan
Batuan Beku Basa Ultrabasa. Laboratorium Petrografi, Teknik
Geologi: Universitas Hasanuddin.
Sudarmono, dkk. 1978. Mineralogi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Tim Asisten, 2018. Buku Panduan Praktikum : Mineralogi dan Petrologi.
Makassar: Universitas Negeri Makassar.

Anda mungkin juga menyukai

  • Eropa Utara Dan Barat
    Eropa Utara Dan Barat
    Dokumen22 halaman
    Eropa Utara Dan Barat
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Anonim
    Anonim
    Dokumen2 halaman
    Anonim
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Fix Petr0 3
    Fix Petr0 3
    Dokumen34 halaman
    Fix Petr0 3
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Geo Sosial
    Geo Sosial
    Dokumen14 halaman
    Geo Sosial
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Tgs 1
    Tgs 1
    Dokumen1 halaman
    Tgs 1
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • (Mak Geo Pertanian) Sistem Ladang
    (Mak Geo Pertanian) Sistem Ladang
    Dokumen20 halaman
    (Mak Geo Pertanian) Sistem Ladang
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen16 halaman
    Bab 1
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Pendahuluan 1
    Pendahuluan 1
    Dokumen17 halaman
    Pendahuluan 1
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Gam Ping
    Gam Ping
    Dokumen9 halaman
    Gam Ping
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Genesa
    Genesa
    Dokumen2 halaman
    Genesa
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Pendahuluan 1
    Pendahuluan 1
    Dokumen17 halaman
    Pendahuluan 1
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Ipi 256767
    Ipi 256767
    Dokumen13 halaman
    Ipi 256767
    Margono Thok
    Belum ada peringkat
  • Pendahuluan 1
    Pendahuluan 1
    Dokumen17 halaman
    Pendahuluan 1
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Djauhari Noor 2009
    Djauhari Noor 2009
    Dokumen13 halaman
    Djauhari Noor 2009
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    0% (1)
  • Sampul
    Sampul
    Dokumen7 halaman
    Sampul
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Djauhari Noor 2011
    Djauhari Noor 2011
    Dokumen46 halaman
    Djauhari Noor 2011
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Deskripsi Lakkang
    Deskripsi Lakkang
    Dokumen6 halaman
    Deskripsi Lakkang
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Tugas Nurfa
    Tugas Nurfa
    Dokumen26 halaman
    Tugas Nurfa
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen17 halaman
    Bab Iii
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Petunjuk Penggunaan Geolistrik
    Petunjuk Penggunaan Geolistrik
    Dokumen5 halaman
    Petunjuk Penggunaan Geolistrik
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Konsep Suku Ban
    Konsep Suku Ban
    Dokumen11 halaman
    Konsep Suku Ban
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Pendahuluan: 1. 1 Latar Belakang
    Bab 1 Pendahuluan: 1. 1 Latar Belakang
    Dokumen23 halaman
    Bab 1 Pendahuluan: 1. 1 Latar Belakang
    NN
    Belum ada peringkat
  • Bab 112
    Bab 112
    Dokumen35 halaman
    Bab 112
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Sampul
    Sampul
    Dokumen3 halaman
    Sampul
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Pendahuluan: 1. 1 Latar Belakang
    Bab 1 Pendahuluan: 1. 1 Latar Belakang
    Dokumen23 halaman
    Bab 1 Pendahuluan: 1. 1 Latar Belakang
    NN
    Belum ada peringkat
  • Konsep Suku Ban
    Konsep Suku Ban
    Dokumen11 halaman
    Konsep Suku Ban
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • BAB 1 PENDAHULUAN Fix2
    BAB 1 PENDAHULUAN Fix2
    Dokumen24 halaman
    BAB 1 PENDAHULUAN Fix2
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen8 halaman
    Bab 3
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Konsep Suku Ban
    Konsep Suku Ban
    Dokumen11 halaman
    Konsep Suku Ban
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat