Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Petrologi merupakan cabang dari ilmu geologi yang membahas batuan

pembentuk kerak bumi, seperti sebab-sebab atau cara terjadinya (ganesa)

secara pembentukannya, macam-macamnya serta hubungannya dengan

geologi. ( Tim Asisten Praktikum Mineralogi dan Petrologi, 2018)

Aspek pemerian nama antara lain meliputi warna, tekstur, struktur,

komposisi, berat jenis, kekerasan, kesarangan (porositas), kelulusan

(permebilitas) dan klasifikasi atau penamaan batuan. Aspek genesa-

interpretasi mencakup sumber asal (source) hingga proses atau cara

terbentuknya batuan. Batuan didefinisikan sebagai semua bahan yang

menyusun kerak (kulit) bumi dan merupakan suatu agregat (kumpulan)

mineral-mineral yang telah terhablur (mengkristal). Dalam arti sempit, yang

tidak termasuk batuan adalah tanah dan bahan lepas lainnya yang merupakan

hasil pelapukan kimia, fisika maupun biologis, serta proses erosi dari batuan.

Namun dalam arti luas tanah hasil pelapukan dan erosi termasuk batuan.

Batuan sebagai agregat mineral pembentuk kulit bumi secara genesa

dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis batuan, yaitu:

a. Batuan beku (“Igneous Rocks”), adalah kumpulan mineral silikat

sebagai hasil pembekuan daripada magma yang mendingin.


b. Batuan sedimen (“Sedimentary Rocks”), adalah hasil litifikasi bahan

rombakan batuan yang berasal dari proses denudasi atau hasil reaksi

kimia maupun hasil kegiatan organisme.

c. Batuan metamorf atau batuan malihan (“Metamorpic Rocks”), adalah

batuan yang berasal dari suatu batuan yang sudah ada yang mengalami

perubahan tekstur dan komposisi mineral dan fasa padat sebagai

kondisi perubahan fisika (tekanan dan temperatur).

Dalam sejarah pembentukannya ketiga jenis batuan tersebut dapat

mengalam jentera (siklus) batuan seperti pada gambar 1.1.

Gambar 1.1 Jentera batuan (Gillen, 1982). ( Nurdin Akhyar, 2009)


1. 2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud

Maksud dari pembuatan laporan ini agar mahasiswa dapat memahami

apa itu petrologi serta dapat mengidentifikasi jenis-jenis batuan dilapangan.

1.2.2 Tujuan

a. Untuk mengetahui mineral-mineral penyusun batuan;

b. Untuk menentukan nama batuan.

1. 3 Alat dan Bahan

Alat :

a. Pensil

b. Pensil warna (1 set)

c. Mistar (1 set)

d. Busur 3600

e. Kertas HVS

f. Loupe

g. Kamera

Bahan :

a. Sampel Batuan

b. HCL
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Batuan Sedimen

Sedimen merupakan bahan atau partikel yang terdapat di permukaan

bumi (di daratan ataupun lautan), yang telah mengalami proses pengangkutan

(transportasi) dari satu tempat (kawasan) ke tempat lainnya. Air dan angina

merupakan agen pengangkut yang utama. Sedimen ini apabila mengeras

(membatu) akan menjadi batuan sedimen. Ilmu yang mempelajari batuan

sedimen disebut dengan sedimentologi. ( Djauhari Noor, 2009). Pada

umumnya, sedimen diangkut dan dipindahkan oleh air (proses fluvial), oleh

angin (proses aeolian) dan oleh es (glacier). Endapan pasir pantai dan endapan

pada saluran sungai adalah contoh-contoh dari pengangkutan dan

pengendapan fluvial, meskipun sedimen dapat juga mengendap pada aliran

yang sangat lambat atau pada air yang relatif diam seperti di danau atau di

lautan. Endapan “sand dunes” dan endapan “loess” yang terdapat di gurun

merupakan contoh dari pengangkutan dan pengendapan yang disebabkan oleh

proses angin, sedangkan endapan “moraine” yang terdapat di daerah yang

beriklim dingin merupakan contoh dari pengangkutan dan pengendapan proses

gletser. Sedimen merupakan bahan atau partikel yang terdapat di permukaan

bumi (di daratan ataupun lautan), yang telah mengalami proses pengangkutan

(transportasi) dari satu tempat (kawasan) ke tempat lainnya.( Djauhari Noor

2012).
Faktor-faktor yang mengontrol terbentuknya sedimen adalah iklim,

topografi, vegetasi dan juga susunan yang ada dari batuan. Sedangkan faktor

yang mengontrol pengangkutan sedimen adalah air, angin, dan juga gaya

gravitasi. Sedimen dapat terangkut baik oleh air, angin, dan bahkan

salju/gletser. Mekanisme pengangkutan sedimen oleh air dan angin sangatlah

berbeda. Pertama, karena berat jenis angina relatif lebih kecil dari air maka

angin sangat susah mengangkut sedimen yang ukurannya sangat besar. Besar

maksimum dari ukuran sedimen yang mampu terangkut oleh angin umumnya

sebesar ukuran pasir. Kedua, karena sistem yang ada pada angin bukanlah

sistem yang terbatasi (confined) seperti layaknya channel atau sungai maka

sedimen cenderung tersebar di daerah yang sangat luas bahkan sampai menuju

atmosfer. Sedimen-sedimen yang ada terangkut sampai di suatu tempat yang

disebut cekungan. Di tempat tersebut sedimen sangat besar kemungkinan

terendapkan karena daerah tersebut relatif lebih rendah dari daerah sekitarnya

dan karena bentuknya yang cekung ditambah akibat gaya grafitasi dari

sedimen tersebut maka susah sekali sedimen tersebut akan bergerak melewati

cekungantersebut. Dengan semakin banyaknya sedimen yang diendapkan,

maka cekungan akan mengalami penurunan dan membuat cekungan tersebut

semakin dalam sehingga semakin banyak sedimen yang terendapkan.

Penurunan cekungan sendiri banyak disebabkan oleh penambahan berat dari

sedimen yang ada dan kadang dipengaruhi juga struktur yang terjadi di sekitar

cekungan seperti adanya patahan. Sedimen dapat diangkut dengan tiga cara,

yaitu:
1) Suspension: ini umumnya terjadi pada sedimen-sedimen yang sangat kecil

ukurannya (seperti lempung) sehingga mampu diangkut oleh aliran air atau

angin yang ada.

2) Bed load: ini terjadi pada sedimen yang relatif lebih besar (seperti pasir,

kerikil, kerakal, bongkah) sehingga gaya yang ada pada aliran yang

bergerak dapat berfungsi memindahkan pertikel-partikel yang besar di

dasar. Pergerakan dari butiran pasir dimulai pada saat kekuatan gaya aliran

melebihi kekuatan inersia butiran pasir tersebut pada saat diam. Gerakan-

gerakan sedimen tersebut bisa menggelundung, menggeser, atau bahkan

bisa mendorong sedimen yang satu dengan lainnya.

3) Saltation yang dalam bahasa latin artinya meloncat umumnya terjadi pada

sedimen berukuran pasir dimana aliran fluida yang ada mampu menghisap

dan mengangkut sedimen pasir sampai akhirnya karena gaya grafitasi yang

ada mampu mengembalikan sedimen pasir tersebut ke dasar. Pada saat

kekuatan untuk mengangkut sedimen tidak cukup besar dalam membawa

sedimen-sedimen yang ada maka sedimen tersebut akan jatuh atau

mungkin tertahan akibat gaya grafitasi yang ada. Setelah itu proses

sedimentasi dapat berlangsung sehingga mampu mengubah sedimen-

sedimen tersebut menjadi suatu batuan sedimen. Material yang menyusun

batuan sedimen adalah lumpur, pasir, kelikir, kerakal, dan sebagainya.

Sedimen ini akan menjadi batuan sedimen apabila mengalami proses

pengerasan. Sedimen akan menjadi batuan sedimen melalui proses

pengerasan atau pembatuan (lithifikasi) yang melibatkan proses pemadatan


(compaction), sementasi (cementation) dan diagenesa dan lithifikasi. Ciri-

ciri batuan sedimen adalah: 1). Berlapis (stratification); 2) Umumnya

mengandung fosil; 3) Memiliki struktur sedimen; dan 4). Tersusun dari

fragmen butiran hasil transportasi. Secara umumnya, sedimen atau batuan

sedimen terbentuk dengan dua cara, yaitu:

a. Batuan sedimen yang terbentuk dalam cekungan pengendapan atau

dengan kata lain tidak mengalami proses pengangkutan. Sedimen ini

dikenal sebagai sedimen autochthonous. Yang termasuk dalam

kelompok batuan autochhonous antara lain adalah batuan evaporit

(halit) dan batugamping.

b. Batuan sedimen yang mengalami proses transportasi, atau dengan kata

lain, sedimen yang berasal dari luar cekungan yang ditransport dan

diendapkan di dalam cekungan. Sedimen ini dikenal dengan sedimen

allochthonous. Yang termasuk dalam kelompok sedimen ini adalah

Batupasir, Konglomerat, Breksi, Batuan Epiklastik. (Djauhari Noor,

2012)

2.2 Tekstur Batuan Sedimen

Berdasarkan kejadiannya, batuan sedimen dibedakan menjadi batuan

sediment klastik dan non klastik. Batuan sedimen klastik adalah batuan

sedimen yang terbentuk dari material – material hasil rombakan batuan yang

telah ada sebelumnya. Tekstur adalah suatu kenampakan yang berhubungan

dengan ukuran dan bentuk butir serta susunannya. Butiran tersusun atau terikat
oleh semen dan masih adanya rongga di antara butirnya. Pembentukannya di

kontrol oleh media dan cara transportasinya. Pembahasan tekstur meliputi :

1) Ukuran Butir (Grain Size)

Pemilahan ukuran butir didasarkan pada skala Wenworth, 1922

Tabel 2.1 Klasifikasi Wenworth, 1922

Ukuran Butir Nama Butir Nama Batuan

(mm)

> 256 Bongkah (Boulder) Breksi : jika fragmen

64-256 Berangkal (Couble) berbentuk runcing

Konglomerat : jika
4-64 Kerakal (Pebble)
membulat

fragmen berbentuk
2-4 Kerikil (Gravel)
membulat

Pasir Sangat Kasar (Very


1-2
Coarse Sand)

1/2-1 Pasir Kasar (Coarse Sand)

1/4-1/2 Pasir Sedang (Fine Sand) Batupasir

1/8-1/4 Pasir halus (Medium Sand)

Pasir Sangat Halus


1/16-1/8
( Very Fine Sand)

1/256-1/16 Lanau Batulanau

<1/256 Lempung Batulempung


2) Pemilahan (sorting)

Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun

batuan sedimen, artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya,

maka pemilahan semakin baik. Beberapa istilah yang biasa dipergunakan

dalam pemilahan batuan adalah:

Well sorted : terpilah baik

Medium sorted : terpilah sedang

Poor sorted : terpilah buruk

3) Kebundaran

Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingnya butiran dimana

sifat ini hanya bisa diamati pada batuan sedimen klastik kasar. Kebundaran

dapat dilihat dari bentuk batuan yang terdapat dalam batuan tersebut.

Tentunya terdapat banyak sekali variasi dari bentuk batuan, akan tetapi untuk

mudahnya dipakai perbandingan sebagai berikut:

a. well rounded (membundar baik). Semua permukaan konveks, hampir

equidimensional, dan sferodial

b. rounded (membundar). Pada umumnya permukaan-permukaan bundar,

ujung-ujung dan tepi-tepi butiran bundar.

c. subrounded (membundar tanggung). Permukaan umumnya datar dengan

ujung yang membundar.

d. subangular (menyudut tanggung). Permukaan pada umumnya datar

dengan ujung-ujung yang tajam.


a. angular (menyudut). Permukaan konkaf dengan ujungnya yang tajam

(Staff Asisten Petrografi, 2012)

Gambar 2.1 Klasifikasi Roundness

2.3 Material Sedimen

1) Fragmen (4-256). Fragmen adalah komponen dalam batuan sedimen

yang ukurannya lebih besar dari komponen lainnya.

2) Matriks (4- 1/16). Matriks adalah komponen yang ukurannya relative

lebih kecil daripada fragmen.

3) Semen (1/16- 1/256). Semen adalah unsur yang mengikat fragmen dan

matriks pada batuan sedimen.

Istilah fragmen, matriks, dan semen hanya berlaku pada batuan

sedimen klastik, yaitupada batuan sedimen kasar (rudit), sedangkan pada

batuan sedimen klastik halus sampai sedang (lutit- arenit) dan batuan sedimen

non klastik dipakai komposisi mineral. (Tim Asisten, 2018)

2.4 Penggolongan Batuan Sedimen

Berbagai penggolongan dan penamaan batuan sedimen telah

dikemukakan oleh para ahli, baik berdasarkan genetis maupun deskriptif.


Secara genetis disimpulkan dua golongan , yaitu batuan sedimen klastik dan

batuan sedimen non-klastik.

1) Batuan Sedimen Klastik

Merupakan batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali

detritus atau pecahan batuan asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku,

metamorf, atau batuan sedimen itu sendiri. Batuan sedimen ini diendapkan

dengan proses mekanis, terbagi dalam dua golongan besar dan pembagian ini

berdasarkan ukuran butirnya. Cara terbentuknya batuan tersebut berdasarkan

proses pengendapan baik yang terbentuk di lingkungan darat maupun di

lingkungan air (laut). Batuan berukuran besar seperti breksi dapat terjadi

pengendapan langsung dari ledakan gunung api dan diendapakan di sekitar

gunung tersebut dan dapat juga diendapakan di lingkungan air seperti sungai,

danau, atau laut. Konglomerat biasanya diendapkan di lingkungan sungai dan

Batupasir dapat terjadi di lingkungan laut, sungai, danau, maupun delta.

Semua batuan tersebut di atas termasuk dalam detritus kasar. Sementara itu,

golongan detritus halus terdiri dari Batulanau, serpih, Batulempung, dan napal.

Batuan yang termasuk dalam golongan ini pada umumnya diendapkan di

lingkungan laut dari laut dangkal sampai ke laut dalam.

Fragmentasi batuan asal tersebut dimulai dari pelapukan mekanis

(disintegrasi) maupun secara kimiawi (dekomposisi), kemudian tererosi dan

tertransportasi menuju suatu cekungan pengendapan. Setelah fragmentasi

berlangsung sedimen mengalami diagenesa, yakni proses perubahan-

perubahan yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sedimen,


selama dan sesudah litifikasi. Hal ini merupakan proses merubah sedimen

menjadi batuan keras. Proses diagenesa antara lain:

a. Kompaksi Sedimen, yaitu termampatnya butir sedimen satu terhadap

yang lain akibat tekanan dari berat beban di atasnya. Di sini volume

sedimen berkurang dan hubungan antar butir yang satu dengan yang

lain menjadi rapat.

b. Sementasi, yaitu turunnya material-material di ruang antar butir

sedimen dan secara kimiawi mengikat butir-butir sedimen satu dengan

yang lain. Sedimentasi makin efektif bila derajat kelurusan larutan

(permeabilitas relatif) pada ruang antar butir semakin besar.

c. Rekristalisasi, yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dari suatu

larutan kimia yang berasal dari pelarutan material sedimen selama

diagenesa atau sbelumnya. Rekristalisai sangat umum terjadi pada

pembentukan batuan karbonat.

d. Autigenesis, yaitu terbentuknya mineral baru di lingkungan diagenesa,

sehingga adanya mineral tersebut merupakan partikel batu dalam suatu

sedimen. Mineral autigenik ini yang umum diketahui sebagai berikut:

karbonat, silika, klorit, illite, gipsum, dan lain-lain.

e. Metasomatisme, yaitu penggantian mineral sedimen oleh berbagai

mineral autigenik, tanpa pengurangan volume asal. Contoh: dolomitasi,

dapat merusak bentuk suatu batuan karbonat atau fosil.

2) Batuan Sedimen Non-Klastik


Merupakan batuan yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga

dari hasil kegiatan organism. Reaksi kimia yang dimaksud adalah kristalisasi

langsung atau reaksi organik (penggaraman unsur-unsur laut, pertumbuhan

kristal dari agregat kristal yang terpresipitasi dan replacement). Menurut

Koesoemadinata (1980), batuan sedimen dibedakan menjadi enam golongan

utama, yaitu:

b. Golongan detritus kasar. Batuan sedimen ini diendapkan dengan proses

mekanis. Termasuk dalam golongan ini antara lain breksi,

konglomerat, dan Batupasir. Lingkungan tempat diendapkannya batuan

ini dapat di lingkungan sungai, danau, atau laut.

c. Golongan detritus halus. Batuan yang termasuk golongan ini pada

umumnya diendapkan di lingkungan laut dan laut dangkal sampai laut

dalam. Termasuk golongan ini antara lain Batulanau, serpih,

Batulempung, dan napal.

d. Golongan karbonat. Batuan ini umum sekali terbentuk dari kumpulan

cangkang moluska, algae, foraminifera, atau lainnya yang bercangkang

kapur. Atau oleh proses pengendapan yang merupakan perombakan

dari batu yang sudah terbentuk terlebih dahulu dan diendapkan di suatu

tempat. Proses pengendapan biasanya pada lingkungan laut litoras

sampai neritik, sedangkan proses kedua diendapakan pada laut neritik

sampai batial. Jenis batuan karbonat ini banyak sekali bergantung pada

material penyusun misalnya: Batugamping pada terumbu terbentuk

karena batuan tersebut disusun oleh material terumbu koral.


e. Golongan silica. Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan

antara proses kimiawi dan organik untuk lebih menyempurnakannya.

Termasuk golongan ini adalah rijang (chert), radiolarian, dan tanah

diatome. Batuan golongan ini tersebarnya hanya sedikit dan terbatas

sekali.

f. Golongan evaporit. Proses terjadinya batuan sedimen ini harus ada air

yang memiliki larutan kimia yang cukup pekat. Pada umumnya batuan

ini terbentuk di lingkungan danau atau laut yang tertutup, sehingga

sangat memungkinkan selalu terjadinya pengayaan unsur-unsur

tertentu. Suatu contoh adalah larutan garam yang akan semakin pekat

apabila lingkungan tempat ia itu berupa danau yang tidak ada saluran

pembuangannya. Dan faktor yang penting juga adalah tingginya

penguapan maka akan terbentuk suatu endapan dari lautan tersebut.

Batuan-batuan yang termasuk ke dalam golongan ini adalah gip,

anhidrit, batugaram, dan lain-lain.

g. Golongan batubara. Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur

organic yaitu dari tumbuh-tumbuhan. Di mana sewaktu tumbuhan itu

mati dengan cepat tertimbun oleh suatu lapisan yang tebal di atasnya

sehingga tidak memungkinkan untuk terjadinya pelapukan.

Lingkungan terbentunya batubara adalah khusus sekali, ia harus

memiliki banyak sekali tumbuhan sehingga kalau timbunan itu mati

atau tumbang tertumpuk menjadi satu di tempat tersebut. (Staff Asisten

Petrografi, 2012)
BAB IV
PENUTUP

4. 1 Kesimpulan

4.1.1 Mineral-mineral yang terdapat pada batuan sedimen klastik dan non

klastik :

a. Batuan dengan nomor urut 1 alat peraga 7 merupakan jenis batuan

sedimen non klastik, dengan komposisi mineral CaCo3

b. Batuan dengan nomor urut 2 alat peraga 9 ini merupakan jenis batuan

klastik dengan komposisi kimia mengandung CaCo3 sedangkan

komposisi mineral yang terdiri dari fragmen dengan bentuk rounded

dan matriks angular.

c. Batuan dengan nomor urut 3 alat peraga 55 merupakan jenis batuan

sedimen non klastik dengan komposisi mineralnya yaitu radiolarian.

d. Batuan dengan nomor urut 4 alat peraga 8 merupakan jenis batuan

sedimen non klastik yang memiliki komposisi mineral yaitu karbonat.

e. Batuan dengan nomor urut 5 alat peraga 39 merupakan jenis batuan

sedimen klastik yang memiliki komposisi kimia terdiri dari CaCo3 dan

komposisi mineral yaitu semen lempung 1/16-1/256 sebanyak 100%.

f. Batuan dengan nomor urut 6 alat peraga 41 merupakan jenis batuan

sedimen klastik dengan komposisi mineral banyak terdapat kuarsa

dengan komposisi fragmen berbentuk sub rounded dengan ukuran 1-2

yang jumlahnya 35%, matriks berbentuk rounded dengan ukuran ½- 1


yang jumlahnya 40%, dan semen dengan ukuran 1/8- ¼ yang

jumlahnya 25%.

4.1.2 Nama-nama batuan sedimen klastik dan non klastik :

a. Batuan dengan nomor urut 1 alat peraga 7 merupakan batu gamping

b. Batuan dengan nomor urut 2 alat peraga 9 ini merupakan batu

konglomerat

c. Batuan dengan nomor urut 3 alat peraga 55 merupakan batu rujang

d. Batuan dengan nomor urut 4 alat peraga 8 merupakan batu bara

e. Batuan dengan nomor urut 5 alat peraga 39 merupakan batu lempung

f. Batuan dengan nomor urut 6 alat peraga 41 merupakan batupasir

kuarsa

4. 2 Saran

4.2.1. Saran untuk lab agar memberikan contoh mineral yang dapat di analisi

karena terkadang ada beberapa mineral yang tidak bisa dianalisis di

karenakan dari kondisi sampel yang tidak memungkinkan.

4.2.2. Saran untuk asisten agar lebih membimbing praktikan dalam

menganalisi agar hasil yang sesuai dengan yang diharapkan.


DAFTAR PUSTAKA

Endarto, Danang. 2005. Pengantar Geologi Dasar. Surakarta : LPP dan UPT
UNS Press
Monica & Kevin, 2005. Pocket Nature Rocks and Minerals. Dorling
Kindersley
Nurdin Akhyar, 2009.Tugas Mata Kuliah Mikropaleontologi: Dasar-Dasar
Mikropaleontologi (Batuan,Stratigrafi, Sedimentologi). Purbalingga:
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Sains dan Teknik. Universitas
Jenderal Soedirman.
Pebrianto Faisal. Petrografi Batuan Beku Asam, Batuan Beku Intermediet, dan
Batuan Beku Basa Ultrabasa. Laboratorium Petrografi, Teknik
Geologi: Universitas Hasanuddin.
Sudarmono, dkk. 1978. Mineralogi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Tim Asisten, 2018. Buku Panduan Praktikum : Mineralogi dan Petrologi.
Makassar: Universitas Negeri Makassar.

Staff asisten petrografi 2012. 2012. Buku Panduan Praktikum

Petrografi.Laboratorium Paleontologi, Geologi Foto dan Geologi Optik Program

Studi Teknik Geologi Universitas Diponegoro

DJAUHARI NOOR. 2009. Pengantar Geologi. Program studi


teknik geologi fakultas teknik: universitas pakuan. Bogor. Cv
graha ilmu

Anda mungkin juga menyukai

  • Tgs 1
    Tgs 1
    Dokumen1 halaman
    Tgs 1
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • (Mak Geo Pertanian) Sistem Ladang
    (Mak Geo Pertanian) Sistem Ladang
    Dokumen20 halaman
    (Mak Geo Pertanian) Sistem Ladang
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • BENUAEUROPA
    BENUAEUROPA
    Dokumen22 halaman
    BENUAEUROPA
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Pendahuluan 1
    Pendahuluan 1
    Dokumen17 halaman
    Pendahuluan 1
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Geo Sosial
    Geo Sosial
    Dokumen14 halaman
    Geo Sosial
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Ipi 256767
    Ipi 256767
    Dokumen13 halaman
    Ipi 256767
    Margono Thok
    Belum ada peringkat
  • Fix Petr0 3
    Fix Petr0 3
    Dokumen34 halaman
    Fix Petr0 3
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Anonim
    Anonim
    Dokumen2 halaman
    Anonim
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Genesa
    Genesa
    Dokumen2 halaman
    Genesa
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen16 halaman
    Bab 1
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Djauhari Noor 2011
    Djauhari Noor 2011
    Dokumen46 halaman
    Djauhari Noor 2011
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Sampul
    Sampul
    Dokumen3 halaman
    Sampul
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Djauhari Noor 2009
    Djauhari Noor 2009
    Dokumen13 halaman
    Djauhari Noor 2009
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    0% (1)
  • Pendahuluan 1
    Pendahuluan 1
    Dokumen17 halaman
    Pendahuluan 1
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Gam Ping
    Gam Ping
    Dokumen9 halaman
    Gam Ping
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • SEJARAH TERSEMBUNYI DI MAKASSAR
    SEJARAH TERSEMBUNYI DI MAKASSAR
    Dokumen6 halaman
    SEJARAH TERSEMBUNYI DI MAKASSAR
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Petunjuk Penggunaan Geolistrik
    Petunjuk Penggunaan Geolistrik
    Dokumen5 halaman
    Petunjuk Penggunaan Geolistrik
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Pendahuluan: 1. 1 Latar Belakang
    Bab 1 Pendahuluan: 1. 1 Latar Belakang
    Dokumen23 halaman
    Bab 1 Pendahuluan: 1. 1 Latar Belakang
    NN
    Belum ada peringkat
  • Bab 112
    Bab 112
    Dokumen35 halaman
    Bab 112
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Konsep Suku Ban
    Konsep Suku Ban
    Dokumen11 halaman
    Konsep Suku Ban
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • BAB 1 PENDAHULUAN Fix2
    BAB 1 PENDAHULUAN Fix2
    Dokumen24 halaman
    BAB 1 PENDAHULUAN Fix2
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen17 halaman
    Bab Iii
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Sampul
    Sampul
    Dokumen7 halaman
    Sampul
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Tugas Nurfa
    Tugas Nurfa
    Dokumen26 halaman
    Tugas Nurfa
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen8 halaman
    Bab 3
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Pendahuluan: 1. 1 Latar Belakang
    Bab 1 Pendahuluan: 1. 1 Latar Belakang
    Dokumen23 halaman
    Bab 1 Pendahuluan: 1. 1 Latar Belakang
    NN
    Belum ada peringkat
  • Konsep Suku Ban
    Konsep Suku Ban
    Dokumen11 halaman
    Konsep Suku Ban
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Konsep Suku Ban
    Konsep Suku Ban
    Dokumen11 halaman
    Konsep Suku Ban
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Pendahuluan
    Bab 1 Pendahuluan
    Dokumen25 halaman
    Bab 1 Pendahuluan
    Rezky Nur Fajrialita Musdar
    Belum ada peringkat