Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Lakkang, Pulau Tersembunyi di Makassar
dengan Bungker Berusia Puluhan
Tahun", https://regional.kompas.com/read/2018/04/06/07000061/lakkang-pulau-tersembunyi-di-
makassar-dengan-bungker-berusia-puluhan-tahun?page=all.
Penulis : Kontributor Makassar, Hendra Cipto
Editor : Caroline Damanik
Luas daratannya sekitar 195 hektare dan dihuni oleh sekira 300 kepala
keluarga. Kebanyakan mereka bekerja sebagai petambak dan nelayan.
Sebagian kecil juga menghidupi diri dari sawah yang tidak seberapa luas di
dalam wilayah Lakkang.
Ada tiga jalur akses untuk menuju kampung Lakkang, yaitu melalui dermaga
Kerakera di Kecamatan Tamalanrea, dermaga di tepi Jl Tol Ir Sutami, dan
dermaga yang dinamakan Tekkolo yang letaknya tidak jauh dari dermaga di
tepi Jl Tol Ir Sutami.
Untuk dermaga Kerakera, masyarakat yang ingin berkunjung harus
memasuki kampus Universitas Hasanuddin (Unhas) Tamalanrea melalui
pintu satu.
Untuk satu kali penyeberangan penumpang hanya dikenakan biaya sewa sebesar
Rp2 ribu per orang dan Rp3 ribu untuk motor dengan jarak tempuh sekitar 25 menit.
Untuk dermaga yang berada di tepi Jl Tol Ir Sutami. Biaya penyeberangan hanya
berkisar Rp1.000 per orang dan Rp2 ribu per motor dengan jarak tempuh sekira 5
menit.
Sementara, untuk dermaga Tekkolo bagi yang ingin menyeberangkan sepeda motor
hanya Rp4 ribu.
Sensasi Lakkang, sudah bisa dirasakan sejak dari atas perahu. Pasalnya, jalur
menuju Lakkang sendiri akan menyusuri sungai sambil menyaksikan pemandangan
yang indah dengan pohon-pohon nipah dan mangrove yang berjejer rapi di sepanjang
tepi sungai.
Dahulu, Lakkang merupakan tempat bersembunyi tentara Jepang pada saat Jepang
menguasai Makassar. “Tentara Jepang pernah mendiami kampung dan memberikan
nama Delta Tello. Tentara Jepang memilih kampung Lakkang karena kampung ini
sangat strategis menghalau serangan musuh,” ujar Ruslan.
Di Lakkang sendiri, keseluruhan ada tujuh bunker. Namun, yang masih bisa dilihat
wujudnya tinggal tiga bunker. Sisanya, banyak yang sudah tertimbun tanah.
Sayangnya, tiga bunker yang tersisa, juga tidak mendapat perhatian yang baik dari
pemerintah. Salah satu bunker yang ada, bahkan dijadikan tempat pembungan
sampah oleh masyarakat.
Selain mengunjungi bunker, anda juga bisa berwisata bahari dengan mengelilingi
Lakkang dengan menggunakan perahu pincara sambil menikmati makanan khas
Lakkang yakni pallu unti-unti dan pallu kacci serta bisa menikmati secangkir kopi
diatas perahu.