Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat
dan karuniaNyalah, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik tepat pada waktunya. Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sistem Pemerintahan
Indonesia, pada semester 2 di tahun ajaran 2012/2013, dengan judul BENTUK NEGARA DAN
PEMERINTAHAN.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami diharapkan mampu memahami tentang Bentuk
Negara dan Pemerintahan. Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan
terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik.

Ereke, 06 Maret 2013


Penyusun

KELOMPOK 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
A. Latar Belekang................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………….....… 1
C. Tujuan Makalah....................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 2
A. Bentuk Negara.................................................................................................. 2
a. Bentuk Negara pada Zaman Yunani Kuno…………………….….... 2
b. Bentuk Negara pada Zaman Pertengahan……………………………..…... 3
c. Bentuk Negara pada Zama Sekarang………………………………..…..… 3
B. Sistem Pemerintahan…………………………………………………………. 4
BAB III PENUTUP...................................................................................................... 8
A. Kesimpulan......................................................................................................8
B. Saran............................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 9
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aktifitas Negara sebagai organisasi kekuasaan menampakkan diri pada sistem

pemerintahan pada Negara yang dikembangkan. Adapun bentuk sistem yang dikembangkan oleh

suatu Negara faktor terpenting yang harus dikedepankan adalah tingkat kepercayaan atau

legitimasi dari sistem tersebut dihadapan rakyat berdasarkan prinsip demokrasi.

Adapun isi batang tubuh Uundan-Udang Dasar 1945 mulai dengan bab 1 yang berjudul “bentuk

dan kedaulatan” terdiri dari satu pasal, dari ayat 1 mengenai “bentuk” dan ayat 2 mengenai

“kedaulatan”. Pasal 1 ayat 1 berbunyi: “Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk

Republik.”

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Negara dan bentuk negara?

2. Apasaja bentuk Negara?

3. Bagaimana susunan Negara?

4. Apa yang dimaksud dengan sistem pemerintahan?

5. Bagaimana sistem pemerintahan disusun dan diimplementasikan?

C. Tujuan

Agar penulis mengetahui apa yang dimaksud Negara dan bentuk-bentuk Negara, serta

penulis juga dapat mengetahui bagai mana susunan Negara dan sistem pemerintahannya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bentuk Negara
Bentuk negara adalah merupakan batas antara peninjauan secara sosiologis dan
peninjauan secara yuridis mengenai negara. Peninjauan secara sosiologis jika negara dilihat
secara keseluruhan tanpa melihat isinya, sedangkan secara yuridis jika Negara peninjauan hanya
dilihat dari isinya atau strukturnya.
Machiavelli dalam bukunya II Prinsipe bahwa bentuk negara (hanya ada dua pilihan) jika
tidak republik tentulah Monarkhi. Selanjutnya menjelaskan negara sebagai bentuk genus
sedangkan Monarkhi dan republik sebagai bentuk speciesnya.
Perbedaan dalam kedua bentuk Monarkhi dan republik (Jellinek, dalam bukunya
Allgemene staatslehre) didasarkan atas perbedaan proses terjadinya pembentukan kemauan
negara itu terdapat dua kemungkinan:

1. Apabila cara terjadinya pembentukan kemauan negara secara psikologis atau secara
alamiah, yang terjadi dalam jiwa/badan seseorang dan nampak sebagai kemauan
seseorang/individu maka bentuk negaranya adalah Monarkhi.
2. Apabila cara proses terjadinya pembentukan negara secara yuridis, secara sengaja dibuat
menurut kemauan orang banyak sehingga kemauan itu nampak sebagai kemauan suatu
dewan maka bentuk negaranya adalah republik.

Bentuk Negara pada Zaman Yunani Kuno


Menurut Plato terdapat lima macam bentuk negara yang sesuai dengan sifat tertentu dan
jiwa
manusia, yaitu sebagai berikut.

1. Aristokrasi yang berada di puncak. Aristokrasi adalah pemerintahan oleh aristokrat


(cendikiawan) sesuai dengan pikiran keadilan. Keburukan mengubah aristokrasi menjadi:
2. Timokrasi, yaitu pemerintahan oleh orang-orang yang ingin mencapai kemasyhuran dan
kehormatan. Timokarsi ini berubah menjadi:
3. Oligarkhi, yaitu pemerintahan oleh para (golongan) hartawan. Keadaan ini melahirkan
milik partikulir maka orang-orang miskin pun bersatulah melawan kaum hartawan dan
lahirlah:
4. Demokrasi, yaitu pemerintahan oleh rakyat miskin (jelata). Oleh karena salah
mempergunakannya maka keadaan ini berakhir dengan kekacauan atau anarkhi.
5. Tirani, yaitu pemerintahan oleh seorang penguasa yang bertindak dengan sewenang-
wenang.

Menurut Aristoteles terdapat tiga macam bentuk negara yang dibaginya menurut bentuk
yang ideal dan bentuk pemerosotan, yaitu sebagai berikut.

1. Bentuk ideal Monarkhi bentuk pemerosatan Tirani/Diktator.


2. Bentuk ideal Aristokrasi bentuk pemrosotanya Oligarkhi/Plutokrasi.
3. Bentuk ideal Politea bentuk pemerosotannya Demokrasi.

Bentuk Negara pada Zaman Pertengahan


Pengertian lain dari bentuk negara dikemukakan oleh beberapa sarjana sejak akhir zaman
pertengahan yang hingga saat ini masih diakui oleh banyak sarjana-sarjana yang berpaham
modern.
Pengertian yang dimaksud adalah bentuk negara kerajaan atau Republik. Pengertian ini
diajarkan oleh Machiavelli yang menyebutkan bahwa negara itu kalau bukan Republik
(Republica), tetapi Kerajaan.
Bentuk Negara pada Zaman Sekarang
Tiga aliran yang didasarkan pada bentuk negara yang sebenarnya, yaitu sebagai berikut.

1. Paham yang menggabungkan persoalan bentuk negara dengan bentuk pemerintahan.


2. Paham yang membahas bentuk negara itu, atas dua golongan, yaitu demokrasi atau
diktaktor.
3. Paham yang mencoba memecahkan bentuk negara dengan ukuran-ukuran/ketentuan yang
sudah ada.

Pendapat yang menggabungkan bentuk negara (staatvorm) dengan bentuk pemerintahan


(regeringvorm) terdiri dari berikut ini.
1. Bentuk pemerintahan di mana terdapat hubungan yang erat antara badan eksekutif dan
badan legislatif.
2. Bentuk pemerintahan di mana terdapat pemisahan yang tegas antara badan eksekutif,
legislatif dan yudikatif.

Bentuk pemerintahan di mana terdapat pengaruh/pengawasan yang langsung dari rakyat terhadap
badan legislatif.
B. Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahan terdiri dari dua suku kata, yaitu “sistem” dan “pemerintahan”. Kata
“sistem” berarti menunjuk pada hubungan antara pelbagai lembaga negara sedemikian rupa
sehingga merupakan suatu kesatuan yang bulat dalam menjalankan mekanisme kenegaraan.
Dalam praktik penyelenggaraan suatu negara jika kita tinjau dari segi pembagian kekuasaan
negara bahwa organisasi pemerintahan negara itu bersusun, bertingkat dan terdiri atas berbagai
macam alat perlengkapan (organ) yang berbeda satu sama lain berdasar tugas dan fungsi masing-
masing (pembagian secara horizontal) maupun dalam satu bagian dibagi menjadi organ yang
lebih tinggi dan rendah (pembagian secara vertikal).
Perbedaan Monarkhi dan Republik lebih jelasnya dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Kerajaan atau Monarkhi, ialah negara yang dikepalai oleh seorang Raja dan bersifat
turun-temurun dan menjabat untuk seumur hidup. Selain Raja, kepala negara suatu
Monarkhi dapat berupa Kaisar atau Syah (kaisar Kerajaan Jepang, Syah Iran dan
sebagainya). (Contoh Monarkhi Inggris, Belanda, Norwegia, Swedia, Muang Thai).
2. Republik: (berasal dari bahasa Latin: Res Publica = kepentingan umum), ialah negara
dengan pemerintahan rakyat yang dikepalai oleh Seorang Presiden sebagai Kepala
Negara yang dipilih dari dan oleh rakyat untuk suatu masa jabatan tertentu (Amerika
Serikat 4 tahun Indonesia 5 tahun). Biasanya Presiden dapat dipilih kembali setelah habis
masa jabatannya.

Beberapa sistem Monarkhi, yaitu sebagai berikut:

1. Monarkhi Mutlak (absolut): Seluruh kekuasaan dan wewenang tidak terbatas (kekuasaan
mutlak). Perintah raja merupakan undang-undang yang harus dilaksanakan. Kehendak
raja adalah kehendak rakyat. Terkenal ucapan Louias ke-XIV dari Prancis: L’Etat cest
moi (Negara adalah saya).
2. Monarkhi konstitusional ialah Monarkhi, di mana kekuasaan raja itu dibatasi oleh suatu
Konstitusi (UUD). Raja tidak boleh berbuat sesuatu yang bertentangan dengan konstitusi
dan segala perbuatannya harus berdasarkan dan sesuai dengan isi konstitusi.
3. Monarkhi parlementer ialah suatu Monarkhi, di mana terdapat suatu Parlemen (DPR),
terhadap dewan di mana para Menteri, baik perseorangan maupun secara keseluruhan
bertanggung jawab sepenuhnya.

Dalam sistem parlementer, raja selaku kepala negara itu merupakan lambang kesatuan
negara, yang tidak dapat diganggu gugat, tidak dapat dipertanggungjawabkan (The King can do
no wrong), yang bertanggung jawab atas kebijaksanaan pemerintah adalah Menteri baik
bersama-sama untuk seluruhnya maupun seseorang untuk bidangnya sendiri (sistem
pertanggungjawaban menteri, tanggung jawab politik, pidana dan keuangan).
Seperti halnya dengan Monarkhi maka Republik itupun mempunyai sistem-sistem:

1. Republik mutlak (absolut),


2. Republik Konstitusional,
3. Republik Parlementer.

Dalam pengertian bentuk pemerintah termasuk juga diktatur. Diktatur adalah negara yang
diperintah oleh seorang diktator dengan kekuasaan mutlak. Diktator memperoleh kekuasaan
yang tak terbatas itu bukan karena hak turun-temurun (raja) melainkan karena revolusi yang
dipimpinnya. Ia memerintah selama ia dapat mempertahankan dirinya.
Inggris yang merupakan Negara Kesatuan (Unitary State) dan juga Kerajaan (United
Kingdom) ini tampak bahwa jabatan Perdana Menteri sangat kuat, sekarang bagaimanakah
kedudukan Parlemen. Parlemen terdiri dari dua kamar (bicameral), yaitu sebagai berikut.

1. House of Commons (diketuai Perdana Menteri).


2. House of Lord (merupakan warisan).
Saat ini partai-partai yang memperebutkan kekuatan di Parlemen adalah Partai
Konservatif dan Partai Buruh (yang berasal dari paham liberalisme kemudian berubah menjadi
paham sosialisme).
Kedudukan Parlemen dikatakan kuat karena selain diisi oleh orang-orang dari partai yang
menang dalam Pemilihan Umum, bukankah PM berasal dari kalangan mereka yang memerintah
selama kekuasaan masih diberikan padanya. Namun, begitu oposisi dibiarkan subur bertambah
hingga demokrasi dapat berjalan lancar. Cara seperti ini banyak dicontoh negara-negara lain
terutama bekas jajahannya. Cara atau sistem pemerintahan yang memperlihatkan bahwa
kedaulatan berada di tangan rakyat (Parliament Sovereignty) ini membuat Inggris dikenal
sebagai Induknya Parlemen (Mother of Parliament).
Dalam hal Pemerintahan Daerah, bukan Inggris yang mencontoh Amerika Serikat, tetapi
Amerika Serikatlah yang meniru Inggris, yaitu sampai pada tingkat tertentu didesentralisasikan,
dengan kekuasaan di tangan Council yang dipilih oleh rakyat di daerah masing-masing. Inggris
adalah negara penjajah nomor satu di dunia, yaitu jauh di atas Portugis, Spanyol, Belanda dan
Perancis. Bahkan separuh dunia ini pernah dijajah oleh Inggris. Mengapa Inggris harus
menjajah? Berbagai alasan penyebabnya, di antaranya karena alasan ekonomi, politik, sosial
budaya.
Dalam proses perjalanan kepartaian di Amerika Serikat sudah menjadi kebiasaan bahwa:

1. Partai yang kalah dalam pemilu harus segera menyusun program lanjutan dan berusaha
mendapatkan dukungan pressure group.
2. Tiap-tiap partai politik meningkatkan kepercayaan masyarakat, atas dasar kepribadian
masing-masing partai.
3. Menanamkan kepercayaan kepada masyarakat bahwa tujuan partai politik adalah untuk
kesejahteraan umum.
4. Meng-sinkronnisasi-kan kepentingan-kepentingan yang bertentangan.
5. Merupakan golongan profesional sebagai pembuat undang-undang.

Dalam pemisahan kekuasaan berusaha untuk betul-betul seperti kehendak Montesquieu,


yaitu dengan tegas dipisahkan antara badan legislatif, eksekutif dan yudikatif. Sehingga menjadi
“check and balance” yang betul-betul sempurna antara lembaga-lembaga kekuasaan tersebut
(cheking power with power).
Legislatif di Amerika Serikat adalah becameral (dua kamar), yaitu sebagai berikut:
1 Senate
Yaitu sama jumlah wakil (senator) dalam setiap negara bagian, yaitu dua orang senator.
2 House of Representative
Yaitu tergantung jumlah penduduk pada negara-negara bagian, 30.000 orang mempunyai 1
wakil, tetapi batas seluruhnya harus 435 orang (peraturan sejak 1910).
Ada dua macam kabinet ekstra parlementer dalam sejarah ketatanegaraan Belanda dan
Indonesia.
1. Zaken kabinet, yaitu suatu kabinet yang mengikat diri untuk menyelenggarakan suatu program
yang terbatas.
2. National Kabinet (Kabinet Nasional), yaitu suatu kabinet yang menteri-menterinya diambil dari
berbagai golongan masyarakat. Kabinet macam ini biasanya dibentuk dalam keadaan krisis di
mana komposisi kabinet diharap mencerminkan persatuan nasional.
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Sistem pemerintahan negara menggambarkan adanya lembaga-lembaga yang bekerja dan
berjalan saling berhubungan satu sama lain menuju tercapainya tujuan penyelenggaraan negara.
Lembaga-lembaga negara dalam suatu sistem politik meliputi empat institusi pokok, yaitu
eksekutif, birokratif, legislatif, dan yudikatif. Selain itu, terdapat lembaga lain atau unsur lain
seperti parlemen, pemilu, dan dewan menteri.Pembagian sistem pemerintahan negara secara
modern terbagi dua, yaitu presidensial dan ministerial (parlemen). Pembagian sistem
pemerintahan presidensial dan parlementer didasarkan pada hubungan antara kekuasaan
eksekutif dan legislatif. Dalam sistem parlementer, badan eksekutif mendapat pengwasan
langsung dari legislatif. Sebaliknya, apabila badan eksekutif berada diluar pengawasan legislatif
maka sistem pemerintahannya adalah presidensial.
Dalam sistem pemerintahan negara republik, lebaga-lembaga negara itu berjalan sesuai
dengan mekanisme demokratis, sedangkan dalam sistem pemerintahan negara monarki, lembaga
itu bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip yang berbeda.
Sistem pemerintahan suatu negara berbeda dengan sistem pemerintahan yang dijalankan di
negara lain. Namun, terdapat juga beberapa persamaan antar sistem pemerintahan negara itu.
Misalnya, dua negara memiliki sistem pemerintahan yang sama.
Perubahan pemerintah di negara terjadi pada masa genting, yaitu saat perpindahan
kekuasaan atau kepemimpinan dalam negara. Perubahan pemerintahan di Indonesia terjadi antara
tahun 1997 sampai 1999. Hal itu bermula dari adanya krisis moneter dan krisis ekonomi.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, makalah ini mempunyai banyak kekurangan dan
jauhnya dari kesempurnaan, oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat lah penulis harapkan terutama dari Bapak Dosen pembimbing dan rekan pembaca
sekalian demi kesempurnaan makalah ini dimasa mendatang, semoga makalah ini bermanfaat
untuk kita semua dan menambah wawasan kita.
DAFTAR PUSTAKA

 C.S.T Kansil dan Christine. (2001). Ilmu Negara. Jakarta: Pradnya Paramita.
 C.S.T. Kansil. (1987). Hukum Antar Tata Pemerintahan (Comparative Government).
Jakarta: Erlangga.
 Ibrahim R.dkk. (1995). Sistem Pemerintahan Parlementer dan Presidesial. Jakarta:
Grafindo Persada.
 Inu Kencana Syafiie. (1994). Ilmu Pemerintahan. Bandung: Mandar Maju.
 Kusnardi dan Bintan Saragih. (1993). Ilmu Negara. Jakarta: Gaya Media Pratama.
 Kranenburg dan B. Sabarroedin. (1981). Ilmu Negara Umum. Jakarta: Pradnya Paramita.
 Miriam Budiardjo. (1977). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai