Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Penegakan Diagnosis

Pada kasus ini diagnosis pasien adalah glomerulonefritis akut pasca streptokokus. Untuk
menegakkan diagnosis glomerulonefritis akut pasca streptokokus dilakukan dengan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

4.1.1. Anamnesis

Pasien mengeluh bengkak pada kedua kaki dan tangan serta wajah dirasakan kurang
lebih sudah 3 hari . Awalnya bengkak di tungkai disadari saat pasien bangun tidur di pagi
hari, kemudian tungkai terasa kemeng saat dipakai berjalan dan diikuti bengkak pada
tangan, pipi, dan kelopak mata atas. Hal ini sesuai dengan teori bahwa distribusi edema
bergantung pada 2 faktor, yaitu gaya gravitasi dan tahanan jaringan lokal. Oleh sebab itu,
edema pada palpebra sangat menonjol waktu bangun pagi, karena adanya jaringan
longgar pada daerah tersebut dan menghilang atau berkurang pada siang dan sore hari
atau setelah melakukan kegitan fisik. Hal ini terjadi karena gaya gravitasi Kemudian ibu
membawa pasien periksa ke dr umum dan dilakukan tes darah (tgl 14/7/18). Tgl 16/7/18
ibu membawa anak periksa ke poli Anak RSUD jombang karena bengkak di tungkai
belum berkurang dengan membawa hasil lab. 2 minggu sebelum bengkak pasien
mengeluh gatal pada kaki dan tangan. Gatal disertai bentol-bentol berisi cairan yang
akhirnya ada yg menjadi nanah dan ada yg pecah dengan sendirinya. 1 minggu setelah
gatal2 pasien demam menggigil selama beberapa hari. Bedasarkan teori, GNAPS lebih
sering terjadi pada anak usia 6 sampai 15 tahun dan jarang pada usia di bawah 2 tahun.
GNAPS didahului oleh infeksi GABHS melalui infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)
atau infeksi kulit (piodermi) dengan periode laten 1-2 minggu pada ISPA atau 3 minggu
pada pioderma. 1 minggu ini ibu mengatakan bahwa anak terlihat lemas, tidak aktif
seperti biasanya. Batuk pilek (-), BAB dbn, BAK kuning kecoklatan seperti teh beberapa
hari ini. Suatu penelitian multisenter di Indonesia mendapatkan hematuria makroskopik
berkisar 46-100%, sedangkan hematuria mikroskopik berkisar 84-100%. Urin tampak
coklat kemerah-merahan atau seperti teh pekat, air cucian daging atau berwarna seperti
cola. Hematuria makroskopik biasanya timbul dalam minggu pertama dan berlangsung
beberapa hari, tetapi dapat pula berlangsung sampai beberapa minggu. Sering atau
tidaknya BAK anak dan ibu tidak terlalu memperhatikan. mual muntah (-), nyeri kepala
(-)

4.1.2. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik, ditemukan tanda yang mencolok berupa hipertensi


akibat glomerulonefrtis akut paska streptokokus. Hipertensi terdapat pada 60-70%
anak dengan GNAPS pada hari pertama, kemudian pada akhir minggu pertama menjadi
normal kembali. Hal ini didukung oleh perjalanan penyakit pasien dimana tekanan
darah pada hari perawatan berikutnya menunjukkan perbaikan. Hipertensi terjadi pada
GNAPS diakibatkan oleh adanya ekspansi volume intravaskular dan ekstravaskular
hingga vasospasme oleh faktor hormonal dan neurogenik. Tekanan darah yang tinggi
akan menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah yang menuju otak dan berakibat
pada keluhan yang dirasakan pasien yaitu pusing/sakit kepala hebat. Namun, tidak ada
keluhan sakit kepala pada pasien ini.

4.1.3. Pemeriksaan Penunjang

Kepastian glomerulonefitis akut paska streptokokus juga didukung dari hasil


pemeriksaan penunjang laboratorium darah dan urin. Pada glomerulonefritis akut paska
streptokokus, dapat dijumpai adanya hematuria mikroskopis dengan ditemukannya
sedimen eritrosit dan silinder hialin akibat terjadinya proses hemolisis sel darah merah
dengan pembebasan hemoglobin yang kemudian diubah menjadi hematin pada suasana
urin yang asam yang pada akhirnya membuat warna kencing tampak seperti air teh atau
keruh seperti cucian daging. Dalam hasil lab urin pasien ini didapatkan sedimen eritrosit
meningkat yaitu 12-14/ lpb ( nilai normal : 0-1/ lpb), dan dari anamnesis ibu pasien
mengatakan bahwa urin putrinya bewarna kuning kecoklatan seperti teh.

Selain itu pada glomerulonefritis akut paska streptokokus akan dijumpai


peningkatan ureum dan kreatinin dalam darah serta protein urin karena selama fase akut
glomerulonefritis, terdapat vasokonstriksi arteriola glomerulus yang mengakibatkan
tekanan filtrasi menjadi kurang dan karena hal ini kecepatan filtrasi glomerulus menjadi
kurang. Filtrasi air, garam,ureum dan zat lainnya berkurang, sebagai akibatnya kadar
ureum dan kreatinin darah meningkat. Kemampuan filtrasi ginjal yang buruk
mengakibatkan sejumlah besar protein lolos ke dalam urin tanpa mampu untuk
direabsorpsi kembali, hal ini terjadi pada pasien yg didapatkan hasil protein +2. Namun
pada kasus ini tidak dijumpai peningkatan kadar ureum dan kreatinin yang mungkin
disebabkan perjalanan penyakit masih dini sehingga belum berakibat terhadap
peningkatan kadar ureum kreatinin.

Selain itu, pemeriksaan laboratorium menunjukkan hasil leukosit urin yang


tinggi yaitu 18-20/lpb ( nilai normal : 0-2/lpb) dan bakteri (+), kemungkinan pasien ini
juga mengalami infeksi saluran kemih. Dalam kasus ini diperlukan pemeriksaan
tambahan yaitu pemeriksaan C3 dan ASO oleh karena ada pasien yang didiagnosis
sebagai GNAPS hanya berdasarkan gejala nefritik, ternyata merupakan penyakit
sistemik yang juga memperlihatkan gejala nefritik.

4.1.4. Diagnosis Banding4,5,8

Adapun hal yang dapat menjadi diagnosa banding pada pasien ini adalah :

a.
Sindrom Nefrotik

Pada sindroma nefrotik edema yang terjadi generalisata akibat terjadinya


hipoalbuminemia. Namun pada pemeriksaan laboratorium, tidak dijumpai adanya
hipoalbumin. Selain itu, tidak ada riwayat infeksi streptokokus sebelumnya. Sedangkan
pada pasien terdapat riwayat infeksi streptokokus. Hipertensi jarang ditemukan pada
sindroma nefrotik.

a. Infeksi saluran kemih


Adanya leukositoria dalam urin menuntun kita berpikir kearah infeksi saluran
kemih. Sehingga diagnosis ini belum dapat disingkirkan

4.2. Penatalaksanaan

3.2.1. Suportif

Pengobatan GNAPS bersifat suportif. Pasien disarankan untuk melakukan tirah


baring selama kurang lebih 3-4 minggu selama fase akut. Selain itu, terapi GNAPS yang
penting adalah dengan membatasi asupan air dan natrium dalam diet (diet nefritis).
Adapun tujuan diet ini adalah meringankan kerja ginjal, menurunkan ureum dan kreatinin
darah, dan menurunkan retensi natrium dan air dalam tubuh dan agar pertumbuhan secara
optimal dengan prinsip Rendah Protein Rendah Garam (RPRG). Bentuk makanan lunak
diberikan bila suhu badan panas dan makanan biasa bila suhu badan anak normal
3.2.2. Medikamentosa

Pengobatan GNAPS juga ditujukan untuk mengeradikasi kuman sumber infeksi,


yaitu dengan pemberian antibiotik Viccilin sulbactam 3 x 1,5 mg. Sementara itu
pemberian Captopril dengan dosis 3 x 12,5 mg bertujuan untuk mengurangi jumlah
aldosteron yang sifatnya meretensi natrium dan air. Dengan adanya captopril yang
berperan sebagai ACE inhibitor, pembentukan angiotensin 1 menjadi angiotensin 2 akan
dihambat sehingga angiotensin 2 tidak akan mampu menginduksi pembentukan
aldosteron dari korteks adrenal. Pemberian furosemide berperan sebagai diuretik untuk
membuang kelebihan cairan dari tubuh akibat berkurangnya fungsi filtrasi glomerulus.
BAB V
KESIMPULAN

Telah dilaporkan kasus seorang anak perempuan, 11 tahun, yang didiagnosis


dengan glomerulonefritis akut pasca infeksi streptokokus. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan anamnesis terdapat bengkak pada tungkai, tangan, dan kelopak mata ,
kencing berwarna kuning kecoklatan seperti teh, riwayat demam gatal disertai bentol2
berisi nanah pada kaki dan tangan 2 minggu sebelum MRS. Pemeriksaan fisik
didapatkan penderita dengan hipertensi dan edema pada tungkai dengan pemeriksaan
penunjang laboratorium didapatkan peningkatan sedimen eritrosit, leukosit, dan
proteinuria. Namun, pada pasien ini belum dilakukan pemeriksaan lain untuk
menegakkan diagnosis seperti pemeriksaan ASTO dan C3 sehingga diagnosa pada
pasien ini sebatas tersangka.

Anda mungkin juga menyukai