Anda di halaman 1dari 166

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1

KECAMATAN JATIBARANG KABUPATEN BREBES

TAHUN 2007

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

Dian Gunatmaningsih

NIM. 6450403178

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

2007

i
ABSTRAK

Dian Gunatmaningsih, 2007. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan


Kejadian Anemia pada Remaja Putri di SMA Negeri 1 Kecamatan
Jatibarang Kabupaten Brebes Tahun 2007. Skripsi Jurusan Ilmu
Kesehatan Masyarakat , Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri
Semarang. Pembimbing : I. dr. Oktia Woro K.H, M.Kes, II. dr. Mahalul
Azam. M.Kes.

Kata Kunci : Kejadian anemia, Remaja putri SMA Negeri 1 Kecamatan


Jatibarang, Kabupaten Brebes

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah adakah faktor-faktor


yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1
Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja
putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes.
Jenis penelitian ini adalah observasional analitik, dengan rancangan
penelitian cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi
SMA Negeri 1 kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes tahun ajaran 2006/2007
yang berjumlah 255 siswi. Sampel yang diambil sejumlah 70 siswi, yang
diperoleh dengan menggunakan teknik systematic random sampling. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1) uji laboratorium kadar Hb dengan
hemoque, 2) timbangan injak, 3) microtoa, 4) formulir recall 2x24 dan 5)
kuesioner. Data penelitian ini diperoleh dari data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh melalui pemeriksaan kadar Hb, pengukuran antropometri IMT,
recall dan wawancara menggunakan kuesioner. Data sekunder diperoleh melalui
data monografi SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes. Data
yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan uji statistik chi-
square dengan derajat kemaknaan (α =5%) =0,05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan
Jatibarang Kabupaten Brebes adalah tingkat pendapatan keluarga (p=0,035),
tingkat pendidikan ibu (p=0,040), status gizi (p=0.002) dan menstruasi (p=0,015).
Sedangkan variabel yang tidak berhubungan secara signifikan adalah tingkat
pengetahuan tentang anemia (p=0,416) dan tingkat konsumsi zat besi (p=0,592).
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diajukan adalah bagi Dinas
Kesehatan Kabupaten Brebes hendaknya hasil penelitian ini dapat dijadikan salah
satu pertimbangan dalam upaya penanggulangan dan pencegahan anemia pada
remaja putri di kabupaten Brebes. Bagi peneliti selanjutnya agar menambah waktu
recall dan menganalisis zat gizi lainnya. Bagi Jurusan Ilmu Kesehatan
Masyarakat FIK UNNES hendaknya dapat berpartisipasi dalam penanggulangan
dan pencegahan anemia pada remaja putri.

ii
ABSTRACT

Dian Gunatmaningsih, 2007. Factors That Related to Anemia Case of During


Adolescense in SMA Negeri 1 Jatibarang Subdistrict Brebes Regency in
2007. Final Project. The Department of Public Health Science, Sport
Science Faculty, Semarang State University. First Advisor: dr. Oktia Woro
KH, M.Kes, Second Advisor: dr. Mahalul Azam, M.Kes.

Key Words: Anemia Case, during adolescense in SMA Negeri 1 Jatibarang


Subdistrict Brebes Regency.

The problem studying in this research is aimed at factors that related to


anemia case of female students in SMA Negeri 1 Jatibarang subdistrict Brebes
regency. The purpose of this research is to find out the factors that related to
anemia case of during adolescense in SMA Negeri 1 Jatibarang subdistrict Brebes
regency.
This research is analytic observational, with cross sectional approachment.
Population in this research is all the female students in SMAN 1 Jatibarang
subdistrict Brebes regency in the academic in 2007, amount 255 female students.
The taken samples are 70 female students, which is obtained from systematic
random sampling technique. The instrument used in this research are 1) laboratory
test of Hb degree in hemoque, 2) bathroom scale 3) microtoice, 4) recall form
(2x24 hours) and 5) questionnaire. These data obtained from primary and
secondary data. Primary data obtained from test of Hb degree, the measurement of
antropometric IMT, recall and interview using questionnaire. The secondary data
obtained from monograph data of SMA Negeri 1 Jatibarang subdistrict Brebes
regency. The data obtained in this research in analyzed by using chi-square test
statistic with alpha (= 5% ) = 0,05.
The result of the research indicates that is found a sygnificans relation with
anemia case of during adolescense in SMA Negeri 1 Jatibarang subdistrict Brebes
regency are family income levels (p= 0,035), mothers education levels (p= 0,040),
nutrition status (p= 0,002) and menstruation (p= 0,015). Event significans
unreleated variables are knowledge about anemia levels (p= 0,416) and the
consumtion of iron substance levels (p= 0,692).
Based of the result of the research suggestions are proposed for health
department in Brebes regency hoped the result of the research to appoint base to
incinerate and prevent anemia case of during adolescense in Brebes regency. For
the other researchers is expected to increase recall time and to analyze the other
nutrient substance. For the department of public health service sport sciene faculty
Semarang state university hoped that participation to incinerate and prevent
anemia case of during adolescense.

iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :
Ya Allah muliakanlah aku dengan cahaya ilmu dan kecepatan pemahaman,
keluarkanlah aku dari kegelapan, keraguan, bukakanlah untukku pintu-pintu rahmat-
Mu, ajarilah aku rahasia-rahasia hikmah-Mu.
Allah tidak membebani kewajiban kepada seseorang kecuali sesuai dengan
kesanggupannya. Hasil kerjanya yang baik untuknya sendiri, dan yang tidak baik
menjadi tanggungannya sendiri pula. . . . . . “ (QS Al-Baqarah:286)
“ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai (dari sesuatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain”
(QS. Alam Nasyrah: 6-7).

PERSEMBAHAN:
Kupersembahkan karya ini untuk orang-orang yang
selalu mencintai, menyayangi, mendukung dan
memotivasi diriku:
1. Alm. Bapak (Semoga amal ibadah bapak diterima
ALLAH SWT, Dian selalu merindukan Bapak),
Ibu (ibu, doamu sungguh mustajab) “Terima kasih
telah mengajarkan Dian banyak hal, tidak ada
yang pernah menyayangi dan mencintai Dian
seperti kalian dan terima kasih untuk segalanya”.
2. Kakak-kakakku tercinta yang selalu menyayangi,
memotivasi dan mendukungku (Alfatma
Sutrianingsih, Bety Atmani Martrisnoningsih)
terima kasih untuk segalanya.
3. “Seseorang” terbaik yang telah Allah janjikan
untuk menemaniku.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga skripsi yang berjudul “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan

Kejadian Anemia pada Remaja Putri Di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang,

Kabupaten Brebes” dapat terselesaikan.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memperoleh gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat di Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu

Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Keberhasilan penyusunan skripsi ini

juga atas bantuan dari berbagai pihak, dengan rendah hati disampaikan rasa terima

kasih kepada :

1. Pimpinan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang atas

nama Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang Bapak

Drs. Sutardji, M.S dan Pembantu Dekan Bidang akademik Bapak

DR.Khomsin, M.Pd, atas ijin penelitian.

2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan

Universitas Negeri Semarang, Ibu dr. Oktia Woro K.H, M.Kes, atas

persetujuan penelitian.

3. Pembimbing I, dr. Oktia Woro K.H, M.Kes, atas bimbingan, arahan dan

masukan dalam penelitian sampai dengan penyusunan skripsi ini.

4. Pembimbing II, dr. Mahalul Azam, M.Kes, atas bimbingan, arahan dan

masukan dalam penelitian sampai dengan penyusunan skripsi ini.

vi
5. Seluruh dosen Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu

Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, atas bimbingan, arahan selama

perkuliahan.

6. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes,

Bapak Drs. Haroe Sri Sadono, atas ijin yang diberikan untuk melakukan

penelitian ini.

7. Siswi SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes, atas

ketersediaannya untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

8. Keluargaku tercinta atas do’a, motivasi dan semangat dalam penyusunan

skripsi ini.

9. “@’Arya (Ich Liebe Dich)”, K’only shadow, K’afif, K’topik atas perhatian

dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

10. Temen-temenku kos Sederhana 2 (Ana, Yuni, Linda, Mb’Ida, de’Dina) atas

semangat dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

11. Teman-temanku (Jihan, Anggi, Imeh, Eva, Inda, Lyana) dan teman-teman

IKM angkatan 2003, atas motivasi dan bantuannya.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan dalam

penyusunan skripsi ini.

Semoga amal baik dari semua pihak, mendapat imbalan yang berlipat

ganda dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat.

Semarang, Juli 2007

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ................................................................................................ i

Halaman Abstrak ........................................................................................... ii

Halaman Pengesahan ................................................................................... iv

Motto dan Persembahan ................................................................................ v

Kata Pengantar ............................................................................................. vi

Daftar Isi ................................................................................................. viii

Daftar Tabel ................................................................................................ xv

Daftar Gambar ........................................................................................... xvii

Daftar Grafik .............................................................................................xviii

Daftar Lampiran ......................................................................................... xix

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 4

1.2.1 Rumusan Masalah Mayor ............................................................. 4

1.2.2 Rumusan Masalah Minor ............................................................. 4

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 5

1.3.1 Tujuan Mayor ................................................................................ 5

1.3.2 Tujuan Minor ................................................................................. 5

1.4 Manfaat Hasil Penelitian ..................................................................... 6

1.4.1 Bagi Dinas Kesehatan Kab. Brebes ............................................... 6

viii
1.4.2 Bagi Pihak Sekolah ........................................................................ 6

1.4.3 Bagi Masyarakat ............................................................................ 6

1.4.4 Bagi Peneliti .................................................................................. 6

1.5 Keaslian Penelitian ............................................................................... 7

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 8

1.6.1 Ruang Lingkup Tempat ................................................................ 8

1.6.2 Ruang Lingkup Waktu .................................................................. 9

1.6.3 Ruang Lingkup Materi ................................................................. 9

BAB II. LANDASAN TEORI

2.1 Anemia ................................................................................................. 10

2.1.1 Pengertian Anemia ..................................................................... 10

2.1.2 Tanda-tanda Anemia .................................................................. 10

2.1.3 Dampak Anemia ......................................................................... 10

2.1.4 Klasifikasi anemia Gizi .............................................................. 11

2.2 Anemia Gizi Besi ................................................................................. 13

2.2.1 Pengertian Anemia Gizi Besi ....................................................... 13

2.2.2 Standar Penentuan Anemia Gizi Besi ......................................... 13

2.3 Patofisiologi Anemia ........................................................................... 13

2.4 Hemoglobin .......................................................................................... 14

2.4.1 Pegertian Hemoglobin (Hb) .......................................................... 14

2.4.2 Fungsi Hemoglobin ...................................................................... 14

2.4.3 Batas Normal Terendah Nilai Hemoglobin .................................. 15

2.4.4 Prosedur Pemeriksaan Hb ............................................................ 15

ix
2.5 Zat Besi (Fe) ......................................................................................... 18

2.5.1 Pengertian Zat Besi ...................................................................... 18

2.5.2 Zat Besi Dalam Tubuh ................................................................. 19

2.5.3 Metabolisme Zat Besi ................................................................... 20

2.5.4 Fungsi Zat Besi ............................................................................. 21

2.5.5 Angka Kecukupan Besi yang Dianjurkan .................................... 22

2.6 Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia

Pada Remaja Putri ............................................................................. 22

2.6.1 Tingkat Pendapatan Keluarga ...................................................... 22

2.6.2 Tingkat Pengetahuan Tentang anemia ......................................... 22

2.6.3 Tingkat Pendidikan Ibu ................................................................ 23

2.6.4 Pelayanan Kesehatan .................................................................... 23

2..6.5 Asupan Zat Besi .......................................................................... 24

2.6.5.1 Konsumsi Zat Besi ........................................................... 24

2.6.5.2 Status Gizi ........................................................................ 25

2.6.6 Penyerapan Zat Besi ..................................................................... 27

2.6.6.1 Keanekaragaman Makanan .............................................. 28

2.6.6.2 Sindrom Malabsorbsi ....................................................... 39

2.6.7 Kebutuhan Zat Besi ...................................................................... 30

2.6.7.1 Pertumbuhan Fisik ........................................................... 30

2.6.7.2 Aktivitas Fisik .................................................................. 31

2.6.8 Kehilangan Zat Besi ..................................................................... 31

2.6.8.1 Pendarahan ....................................................................... 31

x
2.6.8.2 Menstruasi ........................................................................ 32

2.6.8.3 Cacingan .......................................................................... 32

2.7 Kerangka Teori ................................................................................... 34

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep ................................................................................ 35

3.2 Hipotesis Penelitian ............................................................................ 36

3.2.1 Hippotesis Mayor ........................................................................ 36

3.2.2 Hipotesis Minor ........................................................................... 36

3.3 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel .................... 37

3.4 Jenis dan Rancangan Penelitia .......................................................... 38

3.4.1 Jenis Penelitian ............................................................................ 38

3.4.2 Rancangan Penelitian .................................................................. 39

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... 39

3.5.1 Populasi ....................................................................................... 39

3.5.2 Sampel ......................................................................................... 39

3.5.2.1 Menentukan Kriteria Inklusi dan eksklusi ....................... 39

3.5.2.2 Sistematika Pengambilan Sampel ................................... 41

3.5.2.3 Besar Sampel .................................................................. 41

3.6 Instrumen Penelitian ........................................................................... 42

3.6.1 Validitas dan Reliabilitas Instrumen ....................................... 43

3.6.1.1 Validitas .......................................................................... 43

3.6.1.2 Relliabilitas ..................................................................... 44

3.7 Teknik Pengambilan Data .................................................................. 44

xi
3.7.1 Jenis Pengambilan Data ............................................................... 44

3.7.2 Cara Pengambilan Data ............................................................... 45

3.7.2.1 Data Primer ..................................................................... 45

3.7.2.2 Data Sekunder ................................................................. 45

3.8 Teknik Analisis Data ........................................................................... 45

3.8.1 Pengolahan Data .......................................................................... 45

3.8.2 Analisis Data ............................................................................... 46

3.8.2.1 Analisis Univariat ........................................................... 46

3.8.2.2 Analisis Bivariat .............................................................. 46

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi ................................................................... 48

4.1.1 Keadaan Geografis ...................................................................... 48

4.1.2 Jumlah Siswa ............................................................................... 48

4.1.3 Jumlah Guru ................................................................................ 49

4.2 Gambaran Karakteristik Responden ................................................ 50

4.2.1 Umur Responden ......................................................................... 50

4.2.2 Pekerjaan Orang Tua Responden ................................................ 52

4.3 Hasil Penelitian .................................................................................... 53

4.3.1 Analisis Univariat ...................................................................... 53

4.3.1.1 Distribusi Responden menurut Tingkat Pendapatan

Keluarga .......................................................................... 53

4.3.1.2 Distribusi Responden menurutTingkat Pengetahuan

tentang Anemia ............................................................... 54

xii
4.3.1.3 Distribusi Responden menurut Tingkat pendidikan

Ibu ................................................................................... 55

4.3.1.4 Distribusi Responden menurut Tingkat Konsumsi Zat

Besi ................................................................................. 56

4.3.1.5 Distribusi Responden menurut Status Gizi ..................... 57

4.3.1.6 Distribusi Responden menurut Menstruasi ..................... 58

4.3.1.7 Distribusi Responden menurut Kejadian Anemia ........... 59

4.3.2 Analisii Bivariat ......................................................................... 60

4.3.2.1 Hubungan antara Tingkat Pendapatan Keluarga dengan

Kejadian Anemia ............................................................ 60

4.3.2.2 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan tentang Anemia

dengan Kejadian Anemia ................................................ 61

4.3.2.3 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan

Kejadian Anemia ............................................................ 62

4.3.2.4 Hubungan antara Tingkat Konsumsi Zat Besi dengan

Kejadian Anemia ............................................................ 63

4.3.2.5 Hubungan antara Status Gizi dengan Kejadian

Anemia............................................................................. 63

4.3.2.6 Hubungan antara Menstruasi dengan Kejadian

Anemia............................................................................. 64

4.3.2.7 Analisis Bivariat Keseluruhan ........................................ 65

4.4. Pembahasan ........................................................................................ 66

4.4.1 Variabel yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia ............. 66

xiii
4.4.1.1 Hubungan antara Tingkat Pendapatan keluarga dengan

Kejadian Anemia ............................................................ 66

4.4.1.2 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan

Kejadian Anemia ............................................................ 67

4.4.1.3 Hubungan antara Status Gizi dengan Kejadian

Anemia............................................................................. 68

4.4.1.4 Hubungan antara Menstruasi dengan Kejadian

Anemia............................................................................. 69

4.4.2 Variabel yang Tidak Berhubungan dengan Kejadian

Anemia ......................................................................................... 70

4.4.2.1 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan tentang Anemia

dengan Kejadian Anemia ............................................... 70

4.4.2.2 Hubungan antara Tingkat Konsumsi Zat Besi dengan

Kejadian Anemia ........................................................... 71

4.5 Hambatan dan Kelemahan Penelitian .............................................. 73

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN ......................................................................................... 74

5.2 SARAN ................................................................................................. 75

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Keaslian penelitian .................................................................................. 7

2. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu ............................ 8

3. Standar penentuan anemia gizi besi (WHO) ......................................... 13

4. Batas normal terendah nilai hemoglobin (WHO 1972) ........................ 15

5. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan (per orang perhari) ................ 22

6. Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia ....................................... 26

7. Definisi operasional dan skala pengukuran variabel ............................ 37

8. Distribusi jumlah siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang

Kabupaten Brebes TA. 2006/2007......................................................... 49

9. Distribusi jumlah guru SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang

Kabupaten Brebes TA. 2006/2007 ........................................................ 50

10. Distribusi responden menurut umur ..................................................... 50

11. Distribusi pekerjaan orang tua responden ............................................. 52

12. Distribusi responden menurut tingkat pendapatan keluarga ................. 53

13. Distribusi responden menurut tingkat pengetahuan tentang anemia .... 54

14. Distribusi responden menurut tingkat pendidikan ibu .......................... 55

15. Distribusi responden menurut tingkat konsumsi zat besi ..................... 56

16. Distribusi responden menurut status gizi .............................................. 57

17. Distribusi responden menurut menstruasi ............................................. 58

18. Distribusi responden menurut kejadian anemia .................................... 59

xv
19. Hubungan antara tingkat pendapatan keluarga deangan kejadian

Anemia .................................................................................................. 61

20. Hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kejadian

tentang anemia ...................................................................................... 62

21. Hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian anemia ....... 62

22. Hubungan antara tingkat konsumsi zat besi dengan kejadian anemia... 63

23. Hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia .......................... 64

24. Hubungan antara menstruasi dengan kejadian anemia ......................... 65

25. Analisis bivariat keseluruhan ................................................................ 65

xvi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Metabolisme zat besi ............................................................................ 20

2. Kerangka Teori ..................................................................................... 34

3. Kerangka konsep ................................................................................... 35

xvii
DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

1. Distribusi jumlah siswa SMA N 1 Kecamatan Jatibarang

Kabupaten Brebes TA. 2006/2007 ....................................................... 49

2. Distribusi responden menurut umur ..................................................... 51

3. Distribusi pekerjaan orang tua responden ............................................. 52

4. Distribusi responden menurut tingkat pendapatan keluarga ................. 53

5. Distribusi responden menurut tingkat pengetahuan tentang anemia .... 54

6. Distribusi responden menurut tingkat pendidikan ibu .......................... 55

7. Distribusi responden menurut tingkat konsumsi zat besi ..................... 56

8. Distribusi responden menurut sttus gizi ................................................ 57

9. Distribusi responden menurut menstruasi ............................................. 58

10. Distribusi responden menurut kejadian anemia .................................... 59

xviii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Tugas Pembimbing ...................................................................... 79

2. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas ......................................................... 80

3. Surat Ijin dari Tempat Penelitian .......................................................... 83

4. Kuesioner Penjaring .............................................................................. 87

5. Kuesioner Penelitian .............................................................................. 90

6. Rekap Skoring Uji Coba Kuesioner Pengetahuan tentang anemia...... 101

7. Uji Validitas Kuesioner Pengetahuan tentang anemia......................... 102

8. Uji Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan tentang Anemia................... 103

9. Rekap Data Hasil Penelitian ............................................................... 104

10. Analisa Data Kasar Penelitian ............................................................ 114

11. Surat Tera Timbangan Badan Injak .................................................... 138

12. Surat Tera Microtoa ............................................................................ 140

13. Perhitungan Tingkat Kecukupan Konsumsi Zat Besi.......................... 142

14. Foto Dokumentasi ............................................................................... 143

xix
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Gizi merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam

pembangunan, yang dapat memberikan konstribusi dalam mewujudkan

sumberdaya manusia yang berkualitas sehingga mampu berperan secara optimal

dalam pembangunan (Yayuk Farida, dkk, 2004:4).

Kecukupan gizi sangat diperlukan oleh setiap individu, sejak janin yang

masih dalam kandungan, bayi, anak-anak, remaja, dewasa sampai usia lanjut. Ibu

atau calon ibu merupakan kelompok rawan sehingga harus dijaga status gizi dan

kesehatannya (Depkes RI, 2003:1).

Di Indonesia terdapat empat masalah gizi yang utama yaitu Kurang Kalori

Protein (KKP), Kurang Vitamin A (KVA), gondok endemik dan kretin serta

anemia gizi (Bapelkes Salaman, 2000:161). Anemia gizi merupakan masalah gizi

yang paling utama di Indonesia, yang disebabkan karena kekurangan zat besi.

Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 1995

menunjukkan 57,1% remaja putri; 39,5% wanita usia subur dan 50,9% ibu hamil

menderita anemia (Dinkes propinsi Jawa Timur, 2002:1). Sedangkan berdasarkan

hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2001 menunjukkan

26,5% remaja putri; 40% WUS dan 47% anak usia 0-5 tahun menderita anemia

(Bambang Tri. S, 2007).


2

Anemia pada remaja putri masih menjadi masalah kesehatan masyarakat

bila prevalensinya lebih dari 15% (SKRT, 2001). Dimana berdasarkan hasil

penelitian pada remaja putri di Bogor 57,1%; di Bandung 41% dan di Tangerang

41,7% menunjukkan remaja putri menderita anemia (DKK Tangerang, 2004).

Sedangkan berdasarkan hasil Survei Kesehatan pada 10 Kabupaten daerah proyek

Safe Motherhood Partnership Family Approach (SMPFA) pada tahun 1998/1999

menunjukkan 57,4% remaja putri menderita anemia (Depkes RI, 2003:1).

Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) yang dilaksanakan

oleh Seksi Pembinaan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK)

Brebes terhadap remaja putri (siswi SMP dan SMA) menunjukkan 25,33% (tahun

2003); 20,33% (tahun 2004); 25,55% (tahun 2005) dan 40,13% (tahun 2006)

remaja putri menderita anemia (DKK Brebes : 2006).

Secara umum tingginya prevalensi anemia gizi besi antara lain disebabkan

oleh beberapa faktor yaitu: kehilangan darah secara kronis, asupan zat besi tidak

cukup, penyerapan yang tidak adekuat dan peningkatan kebutuhan akan zat besi

(Arisman, 2004:145).

Remaja putri menderita anemia, hal ini dapat dimaklumi karena masa

remaja adalah masa pertumbuhan yang membutuhkan zat gizi lebih tinggi

termasuk zat besi. Disamping itu remaja putri mengalami menstruasi setiap bulan

sehingga membutuhkan zat besi lebih tinggi, sementara jumlah makanan yang

dikonsumsi lebih rendah daripada pria, karena faktor ingin langsing (Depkes RI,

1998:1). Pantang makanan tertentu dan kebiasaan makan yang salah juga
3

merupakan penyebab terjadinya anemia pada remaja putri (S.A. Nugraheni,

2000:14).

Anemia kekurangan zat besi dapat menimbulkan berbagai dampak pada

remaja putri antara lain menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena

penyakit, menurunnya aktivitas dan prestasi belajar. Disamping itu remaja putri

yang menderita anemia kebugarannya juga akan menurun, sehingga menghambat

prestasi olahraga dan produktivitasnya. Selain itu masa remaja merupakan masa

pertumbuhan yang sangat cepat, kekurangan zat besi pada masa ini akan

mengakibatkan tidak tercapainya tinggi badan optimal (Depkes RI, 1998:1).

Anemia pada remaja putri di Kabupaten Brebes masih merupakan masalah

kesehatan masyarakat, karena prevalensinya lebih dari 15%. Sebagai upaya untuk

menanggulangi masalah tersebut, Pemerintah Kabupaten Brebes menerbitkan

Instruksi Bupati Brebes No.04 Tahun 2000, tentang Penanggulangan Anemia Gizi

Besi pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur.

SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang merupakan satu-satunya SMA

Negeri yang ada di Kecamatan Jatibarang, yang baru 6 tahun berdiri dan belum

pernah dijadikan sebagai tempat penelitian ilmiah tentang kesehatan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti melakukan penelitian

tentang “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada Remaja

Putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes”.


4

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Rumusan Masalah Mayor

Adakah faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada

remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes?

1.2.2 Rumusan Masalah Minor

1. Adakah hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dengan kejadian

anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang,

Kabupaten Brebes?

2. Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan

kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan

Jatibarang, Kabupaten Brebes?

3. Adakah hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian anemia

pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten

Brebes?

4. Adakah hubungan antara tingkat konsumsi zat besi dengan kejadian

anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang,

Kabupaten Brebes?

5. Adakah hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada

remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten

Brebes?

6. Adakah hubungan antara menstruasi dengan kejadian anemia pada

remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten

Brebes?
5

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Mayor

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia

pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes.

1.3.2 Tujuan Minor

1. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dengan

kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan

Jatibarang, Kabupaten Brebes.

2. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia

dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan

Jatibarang, Kabupaten Brebes.

3. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan

kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan

Jatibarang, Kabupaten Brebes.

4. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat konsumsi zat besi dengan

kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan

Jatibarang, Kabupaten Brebes.

5. Untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia

pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten

Brebes.

6. Untuk mengetahui hubungan antara menstruasi dengan kejadian anemia

pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten

Brebes.
6

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

1.4.1 Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes

Sebagai salah satu acuan untuk menentukan langkah-langkah strategis

dalam penanggulangan anemia pada remaja putri.

1.4.2 Bagi Pihak Sekolah

Memberikan gambaran tentang efek kejadian anemia terhadap proses

belajar-mengajar dan prestasi belajar siswinya.

1.4.3 Bagi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Sebagai bahan pustaka dalam rangka menambah informasi tentang ilmu

kesehatan masyarakat khususnya mengenai anemia pada remaja putri.

1.4.4 Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya ibu tentang

pentingnya zat besi bagi pertumbuhan, kecerdasan anak dan pemenuhan zat besi

khususnya pada usia remaja (usia yang rentan).

1.4.5 Bagi Peneliti

Sebagai sarana pembelajaran melakukan penelitian ilmiah sekaligus

mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat selama perkuliahan dan semoga

penelitian ini bermanfaat bagi peneliti selanjutnya.


7

1.5 Keaslian Penelitian

Tabel 1

Keaslian Penelitian
No Judul Nama Tahun dan Rancangan Variabel Hasil Penelitian
Penelitian Peneliti tempat Penelitian Penelitian
Penelitian
1 2 3 4 5 6 7
1 Hubungan Indah 2001, Jakarta Cross- V.terikat Hasil penelitian
Anemia Indriawati sectional - Anemia menunjukan
dengan Herman bahwa kejadian
Kebiasaan V.Bebas anemia gizi
Makan, 1. Kebiasaa remaja putri
Pola Haid, n makan sebesar 42,2%.
Pengetahua 2. Pola haid Ada hubungan
n tentang 3. pengetah bermakna secara
Anemia uan statistik
dan Status tentang (p<0,05) dengan
Gizi anemia kejadian anemia
Remaja 4. Status pada remaja
Putri di gizi putri adalah
SMUN 1 kebiasaan
Cibinong makan, yang
Kabupaten meliputi: diet,
Bogor kebiasaan
makan sumber
protein hewani
dan kebiasaan
minum teh.
2 Hubungan Agustina 2006, Cross- V.terikat Tidak ada
antara Pola Indika Sukoharjo sectional - Kadar Hb hubungan antara
Konsumsi Sari pola konsumsi
Makan V.Bebas makan (Jenis,
dengan - Pola frekuensi
Kadar Hb Konsumsi konsumsi dan
pada Makan tingkat
Remaja (Jenis, konsumsi Besi)
Putri di frekuensi dengan kadar
SMA N 1 konsumsi Hb.
Sukoharjo, dan tingkat
Kabupaten konsumsi
Sukoharjo Besi)
8

Tabel 2

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu


Pembeda Indah Indriawati Agustina Indika.S Dian. G
1 2 3 4
Judul Penelitian Hubungan Anemia Hubungan antara Pola Faktor-faktor yang
dengan Kebiasaan Konsumsi Makan berhubungan
Makan, Pola Haid, dengan Kadar Hb dengan kejadian
Pengetahuan tentang pada Remaja Putri di anemia di SMAN 1
Anemia dan Status SMA N 1 Sukoharjo, Kecamatan
Gizi Remaja Putri di Kabupaten Sukoharjo Jatibarang,
SMUN 1 Cibinong Kabupaten brebes
Kabupaten Bogor Tahun 2007
Tahun 2001

Tahun&tempat 2001, Jakarta 2006, Sukoharjo 2007, Jatibarang,


Kab.Brebes
Rancangan Cross-sectional Cross-sectional Cross-sectional
Variabel Penelitian Kebiasaan makan, Pola konsumsi makan Tingkat pendapatan
pola haid, (Jenis, frekuensi keluarga, tingkat
pengetahuan tentang konsumsi dan tingkat pengetahuan
anemia status gizi dan konsumsi besi) dan tentang anemia,
anemia. kadar Hb. tingkat pendidikan
ibu, tingkat
konsumsi zat besi,
status gizi,
menstruasi dan
kejadian anemia.
Analisis data Analisis univariat dan Analisis bivariat Analisis univariat
bivariat dan bivariat

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa yang membedakan

penelitian ini dengan dua penelitian sebelumnya terletak pada waktu, tempat

penelitian dan variabel penelitian.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

1.6.1 Ruang Lingkup Tempat

Ruang lingkup tempat dalam penelitian faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian anemia pada remaja putri adalah SMA Negeri 1 Kecamatan

Jatibarang, Kabupaten Brebes.


9

1.6.2 Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan maret sampai dengan bulan april

tahun 2007.

1.6.3 Ruang Lingkup Materi

Dalam penelitian ini peneliti membatasi materi pada faktor-faktor yang

mempengaruhi kejadian anemia pada remaja putri.

Bidang ilmu yang diterapkan dalam penelitian adalah ilmu gizi kesehatan

masyarakat.
10

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Anemia

2.1.1 Pengertian Anemia

Anemia adalah keadaan dimana kadar zat merah darah atau hemoglobin

(Hb) lebih rendah dari nilai normal (Mary E. Beck, 2000:196).

Anemia berarti kekurangan sel darah merah, yang dapat disebabkan oleh

hilangnya darah yang terlalu cepat atau karena terlalu lambatnya produksi sel

darah merah (Guyton dan Hall, 1997:538).

2.1.2 Tanda-tanda Anemia:

1. Lesu, lemah, letih, lelah dan lalai (5L)

2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang.

3. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak

tangan menjadi pucat.

2.1.3 Dampak Anemia

2.1.3.1 Pada anak-anak

1. Menurunnya kemampuan dan konsentrasi belajar.

2. Menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan otak.

3. Meningkatkan risiko menderita penyakit infeksi karena daya tahan

tubuh menurun.

2.1.3.2 Pada wanita

1. Menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit.

2. Menurunkan produktivitas kerja.


11

3. Menurunkan kebugaran.

2.1.3.3 Pada remaja putri

1. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.

2. Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai

optimal.

3. Menurunkan kemampuan fisik olahragawati.

4. Mengakibatkan muka pucat.

2.1.3.4 Ibu hamil

1. Menimbulkan pendarahan sebelum atau sesudah persalinan.

2. Meningkatkan risiko melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir

Rendah atau BBLR (<2,5 Kg).

3. Pada anemia berat, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan atau

bayinya (Depkes RI, 1998:16).

2.1.4 Klasifikasi Anemia Gizi

2.1.4.1 Anemia gizi besi

Zat gizi besi (Fe) merupakan inti molekul hemoglobin yang merupakan

unsur utama dalam sel darah merah, maka kekurangan pasokan zat gizi besi

menyebabkan menurunnya produksi hemoglobin. Akibatnya, terjadi pengecilan

ukuran (microcytic), rendahnya kandungan hemoglobin (hypochromic), serta

berkurangnya jumlah sel darah merah.

2.1.4.2 Anemia gizi vitamin E

Anemia defisiensi vitamin E dapat mengakibatkan integritas dinding sel

darah merah menjadi lemah dan tidak normal sehingga sangat sensitif terhadap
12

hemolisis (pecahnya sel darah merah). Karena vitamin E adalah faktor esensial

bagi integritas sel darah merah.

2.1.4.3 Anemia gizi asam folat

Anemia gizi asam folat disebut juga anemia megaloblastik atau

makrositik; dalam hal ini keadaan sel darah merah penderita tidak normal dengan

ciri-ciri bentuknya lebih besar, jumlahnya sedikit dan belum matang.

Penyebabnya adalah kekurangan asam folat dan atau vitamin B12. Padahal kedua

zat itu diperlukan dalam pembentukan nukleoprotein untuk proses pematangan sel

darah merah dalam sumsum tulang.

2.1.4.4 Anemia gizi vitamin B12

Anemia ini disebut juga pernicious, keadaan dan gejalanya mirip dengan

anemia gizi asam folat. Namun, anemia jenis ini disertai gangguan pada sistem

alat pencernaan bagian dalam. Pada jenis yang kronis bisa merusak sel-sel otak

dan asam lemak menjadi tidak normal serta posisinya pada dinding sel jaringan

saraf berubah. Dikhawatirkan, penderita akan mengalami gangguan kejiwaan.

2.1.4.5 Anemia gizi vitamin B6

Anemia ini disebut juga siderotic. Keadaannya mirip dengan anemia gizi

besi, namun bila darahnya diuji secara laboratoris, serum besinya normal.

Kekurangan vitamin B6 akan mengganggu sintesis (pembentukan) hemoglobin.

2.1.4.6 Anemia Pica

Penderita memiliki selera makan yang tidak lazim, seperti makan tanah,

kotoran, adonan semen, serpihan cat, atau minum minyak tanah. Tentu saja
13

perilaku makan ini akan memperburuk penyerapan zat gizi besi oleh tubuh

(Mohamad Harli, 1999:4).

2.2 Anemia Gizi Besi

2.2.1 Pengertian Anemia Gizi Besi

Anemia gizi besi adalah keadaan dimana kadar Hb dalam darah lebih rendah

dari normal, akibat kekurangan zat besi (Mary E. Beck, 2000:196).

2.2.2 Standar Penentuan Anemia Gizi Besi

Tabel 3

Standar Penentuan Anemia Gizi Besi (WHO)


Kelompok Umur Hb daram Darah (g/dl)
1 2
6 Bulan -5 tahun <11
6-18 tahun <12
Wanita dewasa <12
Wanita dewasa Hamil <11
Laki-laki dewasa <13
Sumber: Sukirman (1999/2000) dalam (Yayuk Farida dkk,2004: 22).

2.3 Patofisiologi anemia

Tanda-tanda dari anemia gizi dimulai dengan menipisnya simpanan zat besi

(feritin) dan bertambahnya absorbsi zat besi yang digambarkan dengan

meningkatnya kapasitas pengikatan zat besi. Pada tahap yang lebih lanjut berupa

habisnya simpanan zat besi, berkurangnya kejenuhan transferin, berkurangnya

jumlah protoporpirin yang diubah menjadi heme dan akan diikuti dengan
14

menurunnya kadar feritin serum. Akhirnya terjadi anemia dengan cirinya yang

khas yaitu rendahnya kadar Hb (Arlinda Sari, 2004:6).

2.4 Hemoglobin

2.4.1 Pengertian Hemoglobin (Hb)

Hemoglobin merupakan suatu protein yang kompleks, yang tersusun dari

protein globin dan suatu senyawa bukan protein yang dinamai hem (Mohamad

Sadikin, 2002:17)

Hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas untuk

menetapkan prevalensi anemia. Hb merupakan senyawa pembawa oksigen pada

sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml

darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah.

Kandungan hemoglobin yang rendah dengan demikian mengindikasikan anemia

(I Dewa Nyoman S, 2002:145)

2.4.2 Fungsi Hemoglobin

Dalam sel darah merah hemoglobin berfungsi untuk mengikat oksigen (O2).

Dengan banyaknya oksigen yang dapat diikat dan dibawa oleh darah, dengan

adanya Hb dalam sel darah merah, pasokan oksigen keberbagai tempat di seluruh

tubuh, bahkan yang paling terpencil dan terisolasi sekalipun akan tercapai

(Mohamad Sadikin, 2002:15).


15

2.4.3 Batas normal terendah nilai hemoglobin

Tabel 4

Batas normal terendah nilai hemoglobin (WHO 1972)


Usia Kadar Hb (g/dl)
1 2
Anak usia 6 bulan-5 tahun 11,0
Anak usia 6-18 tahun 12,0
Wanita dewasa 12,0-14,0

Sumber: Arisman (2004:145)

2.4.4 Prosedur Pemeriksaan Hb

2.4.4.1 Metode Sahli

1. Reagen

a. HCl 0,1 N

b. Aquadest

2. Alat

a. Pipet hemoglobin

b. Alat sahli

c. Pipet Pastur

d. Pengaduk

3. Prosedur kerja

a. Masukksan HCl 0,1 N ke dalam tabung Sahli sampai angka 2.

b. Bersihkan ujung jari yang akan diambil darahnya dengan larutan

desinfektan (alkohol 70%, betadin dan sebagainya), kemudian tusuk

dengan lancet.
16

c. Isap dengan pipet hemoglobin sampai melewati batas, bersihkan

ujung pipet, kemudian teteskan darah sampai ke tanda batas dengan

cara menggeserkan ujung pipet ke kertas saring/kertas tisu.

d. Masukkan pipet yang berisi darah ke dalam tabung hemoglobin,

sampai ujung pipet menempel pada dasar tabung, kemudian tiup

pelan-pelan. Usahakan agar tidak timbul gelembung udara. Bilas sisa

darah yang menempel pada dinding pipet dengan cara menghisap HCl

dan meniupnya lagi sebanyak 3-4 kali.

e. Campur sampai rata dan diamkan selama kurang lebih 10 menit

f. Masukkan kedalam alat pembanding, encerkan dengan aquades tetes

demi tetes sampai warna larutan (setelah diaduk sampai homogen)

sama dengan warna gelas dari alat pembanding. Bila sudah sama, baca

kadar hemoglobin pada skala tabung.

2.4.4.2 Metode Cyanmethemoglobin

1. Reagensia

a. Larutan kalium ferrosianida (K3Fe(CN)6 0,6 mmol/l

b. Larutan kalium sianida (KCN) 1,0 mmol/l

2. Alat

a. Pipet darah

b. Tabung cuvet

c. Kolorimeter

3. Prosedur kerja

a. Masukkan campuran reagen sebanyak 5 ml ke dalam cuvet.


17

b. Ambil darah kapiler seperti pada metode sahli sebanyak 0,02 ml

dan masukkan ke dalam cuvet diatas, kocok dan diamkan selama 3

menit.

c. Baca pada kolorimeter pada lambda 546.

4. Perhitungan

a. Kadar Hb = absorpsi x 36,8 gr/dl/100 ml atau

b. Kadar Hb = absorpsi x 22,8 mmol/l

2.4.4.3 Metode Hemoque

1. Alat dan bahan

a. β-Hemoglobin hemoque

b. Microcuvettes

c. Lancet

d. Accu-check

e. Kapas dan alkohol

2. Prosedur Kerja

a. Nyalakan β-Hemoglobin hemoque dengan menekan tombol ON,

sebelum digunakan kalibrasi dahulu β-Hemoglobin hemoque pada

angka 12,1-12,2.

b. Bersihkan ujung jari yang akan diambil darahnya dengan larutan

kapas beralkohol.

c. Masukkan lancet pada accu-check, letakkan ujung lancet pada jari

yang akan ditusuk, kemudian tekan tombol pada ujung accu-check

sehingga darah keluar, bersihkan darah.


18

d. Ambil microcuvet, tempelkan pada jari yang ditusuk, tekan jari

agar darah keluar kembali dan minimal darah memenuhi daerah

lingkaran putih pada microcuvet.

e. Masukkan microcuvet ke tempatnya pada β-Hemoglobin

hemoque.

f. Tunggu 1-2 menit, setelah itu akan keluar hasil pemeriksaan

(kadar Hb) pada monitor.

2.5 Zat Besi (Fe)

2.5.1 Pengertian Zat Besi

Zat besi merupakan microelemen yang esensial bagi tubuh. Zat ini terutama

diperlukan dalam hemopobesis (pembentukan darah), yaitu dalam sintesa

hemoglobin (Hb) (Achmad Djaeni, 2000:179).

Jumlah total besi dalam tubuh rata-rata 4-5 gram, lebih kurang 65

persennya dijumpai dalam bentuk hemoglobin. Sekitar 4 persennya dalam bentuk

mioglobin, 1 persen dalam bentuk macam-macam senyawa heme yang

meningkatkan oksidasi intraseluler, 0,1 persen bergabung dengan protein

transferin dalam plasma darah dan 15-30 persen terutama disimpan dalam sistem

retikuloendotelial dan sel parenkim hati, khususnya dalam bentuk feritin (Guyton

dan Hall,1997:536).

Tubuh sangat efisien dalam penggunaan besi, sebagian besi dalam bentuk

feri direduksi menjadi fero. Hal ini terjadi dalam suasana asam di dalam lambung
19

dengan adanya HCl dan vitamin C yang terdapat dalam makanan (Sunita

Almatsier, 2001:249).

2.5.2 Zat Besi Dalam Tubuh

Zat besi dalam tubuh terdiri dari dua bagian, yaitu yang fungsional dan yang

reserve (simpanan).

Zat besi yang fungsional sebagian besar dalam bentuk hemoglobin (Hb),

sebagian kecil dalam bentuk myoglobin dan jumlah yang sangat kecil tetapi vital

adalah hem enzim dan non hem enzim.

Zat besi yang ada dalam bentuk reserve tidak mempunyai fungsi fisiologi

selain daripada sebagai buffer yaitu menyediakan zat besi kalau dibutuhkan untuk

kompartmen fungsional. Apabila zat besi cukup dalam bentuk simpanan, maka

kebutuhan akan eritropobesis (pembentukan sel darah merah) dalam sumsum

tulang akan selalu terpenuhi. Dalam keadaan normal, jumlah zat besi dalam

bentuk reserve ini adalah kurang lebih seperempat dari total zat besi yang ada

dalam tubuh. Zat besi yang disimpan sebagai reserve ini, berbentuk feritin dan

hemosiderin, terdapat dalam hati, limpa, dan sumsum tulang. Pada keadaan tubuh

memerlukan zat besi dalam jumlah banyak, misalnya pada anak yang sedang

tumbuh (balita), wanita menstruasi dan wanita hamil, jumlah reserve biasanya

rendah. Pada bayi, anak dan remaja yang mengalami masa pertumbuhan, maka

kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan perlu ditambahkan kepada jumlah zat besi

yang dikeluarkan lewat basal.


20

2.5.3 Metabolisme Zat Besi

Untuk menjaga badan supaya tidak anemia, maka keseimbangan zat besi di

dalam tubuh perlu dipertahankan. Keseimbangan disini diartikan bahwa jumlah

zat besi yang dikeluarkan dari badan sama dengan jumlah besi yang diperoleh

tubuh dari makanan. Suatu skema metabolisme zat besi untuk mempertahankan

zat besi di dalam tubuh, dapat dilihat pada skema berikut :

Makanan Usus halus Tinja


10 mg Fe 1 mg 9 mg Fe

Fe dalam Darah Hati


(Turn over 35 mg) Disimpan sebagai
Feritrin, 1 mg

Sumsum tulang Seluruh Jaringan


34 mg
Hemoglobin Sel-sel mati

Hilang bersama menstruasi Dikeluarkan melalui


kulit, sal. Pencernaan
dan air seni 1 mg
Gambar 1

Metabolisme Zat Besi

Setiap hari turn over zat besi ini berjumlah 35 mg, tetapi tidak semuanya

harus didapatkan dari makanan. Sebagian besar yaitu sebanyak 34 mg didapat dari

penghancuran sel-sel darah merah tua, yang kemudian disaring oleh tubuh untuk

dapat dipergunakan lagi oleh sumsum tulang untuk pembentukan sel-sel darah

merah baru. Hanya 1 mg zat besi dari penghancuran sel-sel darah merah tua yang
21

dikeluarkan oleh tubuh melalui kulit, saluran pencernaan dan air kencing. Jumlah

zat besi yang hilang lewat jalur ini disebut sebagai kehilangan basal (iron basal

losses).

2.5.4 Fungsi besi

1. Metabolisme energi

Di dalam tiap sel, besi bekerja sama dengan rantai protein-

pengangkut elektron, yang berperan dalam langkah-langkah akhir

metabolisme energi.

2. Kemampuan belajar

Pollitt pada tahun 1970-an terkenal akan penelitiannya yang

menunjukan perbedaan antara keberhasilan belajar anak-anak yang

menderita anemia gizi besi dan anak-anak yang sehat. Penelitian di

Indonesia oleh Soemantri (1985) dan Almatsier (1989) menunjukan

peningkatan prestasi belajar pada anak-anak sekolah dasar bila diberikan

suplemen besi. Hubungan defisiensi besi dengan fungsi otak dijelaskan

oleh Lozoff dan Youdim pada tahun 1988. Kadar besi dalam darah

meningkat selama pertumbuhan hingga remaja. Kadar besi yang kurang

pada masa pertumbuhan tidak dapat diganti setelah dewasa. Defisiensi

besi berpengaruh negatif terhadap fungsi otak, terutama terhadap fungsi

sistem neurotransmitter (pengantar saraf). Daya konsentrasi, daya ingat

dan kemampuan belajar terganggu, ambang batas rasa sakit meningkat,

fungsi kelenjar tiroid dan kemampuan mengatur suhu tubuh menurun.

3. Sistem kekebalan tubuh

Besi memegang peranan dalam sistem kekebalan tubuh.


22

4. Pelarut obat-obatan

Obat-obatan tidak larut air oleh enzim yang mengandung besi

dapat dilarutkan hingga dapat dikeluarkan dari tubuh.

2.5.5 Angka kecukupan besi yang dianjurkan :

Tabel 5

Angka kecukupan besi rata-rata yang dianjurkan (per orang per hari)
Golongan umur Berat badan (kg) Tinggi Badan Besi (mg)
(wanita) (Cm)
1 2 3 4
13-15 46 153 19
16-19 50 154 25
Sumber: Sunita Almatsier (2001:302)

2.6 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia Pada

Remaja Putri

2.6.1 Tingkat Pendapatan keluarga

Pendapatan keluarga merupakan salah satu peubah ekonomi yang cukup

dominan sebagai determinan konsumsi pangan (Yayuk Farida, dkk, 2004:70).

Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak

karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer

maupun sekunder. Pendapatan/ penghasilan yang kecil tidak dapat memberi cukup

makan pada anggota keluarga, sehingga kebutuhan keluarga tidak tercukupi

(Soetjiningsih, 1995:10).
23

2.6.2 Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa

perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih langgeng dari pada perilaku yang

tidak didasari oleh pengetahuan ( Soekidjo Notoatmodjo, 2003:121).

Hasil penelitian oleh S.A Nugraheni pada remaja putri di kabupaten Kendal

menunjukan pada umumnya yaitu 84% (Kendal) dan 81% (Boja) pengetahuan

responden tentang pengertian, tanda, gejala, penyebab, akibat dan upaya

pencegahan anemia masih kurang (S.A Nugraheni, 2002).

2.6.3 Tingkat Pendidikan Ibu

Pendidikan ibu merupakan modal utama dalam penunjang ekonomi keluarga

juga berperan dalam penyusunan makan keluarga, serta pengasuhan dan

perawatan anak. Bagi keluarga dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih

mudah menerima informasi kesehatan khususnya bidang gizi, sehingga dapat

menambah pengetahuannya dan mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari

(Achmad Djaeni, 1996:35).

2.6.4 Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan merupakan akses atau keterjangkauan anak dan

keluarga terhadap upaya pecegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan seperti

imunisasi, penimbangan anak, penyuluhan kesehatan dan gizi serta sarana

kesehatan yang baik seperti posyandu, puskesmas dan rumah sakit (Arianton

Aritonang, 2003:13).
24

2.6.5 Asupan Zat Besi

Tubuh mendapatkan zat besi melalui makanan. Kandungan zat besi dalam

makanan berbeda-beda, dimana makanan yang kaya akan kandungan zat besi

adalah makanan yang berasal dari hewani (seperti ikan, daging, hati dan ayam).

Makanan nabati (seperti sayuran hijau tua) walaupun kaya akan zat besi, namun

hanya sedikit yang bisa diserap dengan baik oleh usus (Depkes RI, 1998:14).

Rendahnya asupan zat besi ke dalam tubuh yang berasal dari konsumsi zat

besi dari makanan sehari-hari merupakan salah satu penyebab terjadinya anemia

(Mary E. Beck, 2000:197).

Asupan zat besi kedalam tubuh remaja putri dipengaruhi :

2.6.5.1 Konsumsi Zat Besi

Dalam makanan terdapat 2 macam zat besi yaitu besi heme (40%) dan

besi non hem. Besi non hem merupakan sumber utama zat besi dalam makanan.

Terdapat dalam semua jenis sayuran misalnya sayuran hijau, kacang-kacangan,

kentang dan serealia serta beberapa jenis buah-buahan. Sedangkan besi hem

hampir semua terdapat dalam makanan hewani antara lain daging, ikan, ayam,

hati dan organ – organ lain (Sunita Almatsier, 2001:252).

Sebagian besar penduduk di negara yang (belum) sedang berkembang

tidak (belum) mampu menghadirkan bahan kaya Fe di meja makan (Arisman,

2004:146).

Dalam masa remaja, khususnya remaja putri sering sangat sadar akan

bentuk tubuhnya, sehingga banyak yang membatasi konsumsi makanannya.

Bahkan banyak yang berdiit tanpa nasehat atau pengawasan seorang ahli
25

kesehatan dan gizi, sehingga pola konsumsinya sangat menyalahi kaidah-kaidah

ilmu gizi. Banyak pantang atau tabu yang ditentukan sendiri berdasarkan

pendengaran dari kawannya yang tidak kompeten dalam soal gizi dan kesehatan,

sehingga terjadi berbagai gejala dan keluhan yang sebenarnya merupakan gejala

kelainan gizi (Achman Djaeni, 2000:241).

Banyak remaja putri yang sering melewatkan dua kali waktu makan dan

lebih memilih kudapan. Padahal sebagian besar kudapan bukan hanya hampa

kalori, tetapi juga sedikit sekali mengandung zat gizi, selain dapat mengganggu

(menghilangkan) nafsu makan. Selain itu remaja khususnya remaja putri semakin

menggemari junk food yang sangat sedikit (bahkan ada yang tidak ada sama

sekali) kandungan kalsium, besi, riboflavin, asam folat, vitamin A dan vitamin.

2.6.5.2 Status Gizi

2.6.5.2.1 Pengertian Status Gizi

Status gizi merupakan keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel

tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Contoh:

Gondok endemik merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan

pengeluaran yodium dalam tubuh (I Dewa Nyoman S, 2002:18).

Status gizi adalah status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan

antara kebutuhan dan masukan nutrien (Mary E. Beck, 2000:1).

2.6.5.2.2 Pengukuran Status Gizi Secara Antropometri

Antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut

pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam


26

pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan

tingkat gizi (I Dewa Nyoman S, 2001:19)

Pengukuran antropometri dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)

Pengukuran IMT meliputi:

a. Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan indikator umum ukuran tubuh dan panjang tulang

b. Berat Badan

Berat badan merupakan ukuran antropometris yang paling banyak digunakan.

BB(kg )
IMT =
TB 2 (m)

Keterangan :

IMT = Indeks Massa tubuh

BB = Berat badan dalam kg

TB = Tinggi badan dalam meter

Tabel 6

Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia


Kategori IMT
1 2
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0-18,5
Normal > 18,5-25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0-27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0
Sumber : I Dewa Nyoman S, (2001:61)
27

2.6.6. Penyerapan Zat Besi

Banyaknya zat besi yang ada dalam makanan yang kita makan yang dapat

dimanfaatkan oleh tubuh kita tergantung pada tingkat absorbsinya.

Diperkirakan hanya 5-15% besi makanan diabsorbsi oleh orang dewasa

yang berada dalam status besi baik. Dalam keadaan defisiensi besi absorbsi dapat

mencapai 50%.

Penyerapan zat besi di dalam usus yang kurang baik (terganggu) juga

merupakan penyebab terjadinya anemia. (Mary E. Beck, 2000:197).

Zat besi dari pangan hewani lebih mudah diserap, yaitu antara 10-20 persen,

sedangkan dari pangan nabati hanya sekitar 1-5 persen. Oleh karena itu,

mengkonsumsi zat besi dari pangan hewani jauh lebih baik daripada pangan

nabati.

Besi-hem yang merupakan bagian dari hemoglobin dan mioglobin yang

terdapat dalam daging hewan dapat diserap oleh tubuh dua kali lipat daripada

besi-nonhem

Penyerapan zat besi dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu :

1. Kebutuhan tubuh akan besi, tubuh akan menyerap sebanyak yang dibutuhkan.

Bila besi simpanan berkurang, maka penyerapan besi akan meningkat.

2. Rendahnya asam klorida pada lambung (kondisi basa) dapat menurunkan

penyerapan. Asam klorida akan mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+ yang lebih

mudah diserap oleh mukosa usus.

3. Adanya vitamin C gugus SH (sulfidril) dan asam amino sulfur dapat

meningkatkan absorbsi karena dapat mereduksi besi dalam bentuk ferri


28

menjadi ferro. Vitamin C dapat meningkatkan absorbsi besi dari makanan

melalui pembentukan kompleks ferro askorbat. Kombinasi 200 mg asam

askorbat dengan garam besi dapat meningkatkan penyerapan besi sebesar 25 –

50 persen.

4. Kelebihan fosfat di dalam usus dapat menyebabkan terbentuknya kompleks

besi, fosfat yang tidak dapat diserap.

5. Adanya fitat dan oksalat dalam sayuran, serta tanin dalam teh juga akan

menurunkan ketersediaan Fe.

6. Protein hewani dapat meningkatkan penyerapan Fe.

7. Fungsi usus yang terganggu, misalnya diare dapat menurunkan penyerapan

Fe.

8. Penyakit infeksi juga dapat menurunkan penyerapan Fe.

2.6.6.1 Keanekaragaman Makanan

Keanekaragaman makanan dapat dilihat dalam susunan menu makanan

yang dikonsumsi. Keanekaragaman makanan dalam jumlah dan proporsi yang

sesuai dapat dijumpai dalam susunan menu yng seimbang, sehingga memenuhi

kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan

proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan. Kehadiran atau

ketidakhadiran suatu zat gizi esensial dapat mempengaruhi ketersediaan, absorbsi

metabolisme atau kebutuhan zat gizi lain. Adanya saling keterkaitan antar zat-zat

gizi ini menekankan keanekaragaman makanan dalam menu sehari-hari.

Menu yang beranekaragam antara lain terdiri dari makanan pokok, lauk

hewani dan nabati, sayur dan buah-buahan. (Sunita Almatsier, 2001:285).


29

Makan besi-hem dan dan nonhem secara bersamaan dapat meningkatkan

penyerapan besi-nonhem.

Makanan atau minuman tertentu dapat mengganggu penyerapan zat besi

di dalam tubuh. Asam fitat dan faktor lain di dalam serat serealia dan asam oksalat

di dalam sayuran menghambat penyerapan besi. Asam fitat dan asam oksalat yang

terkandung dalam sayuran akan mengikat zat besi, sehingga mengurangi

penyerapan zat besi. Karena hal inilah, bayam meski tinggi kandungan zat besinya

bukan merupakan sumber zat besi yang baik. Oleh karena itu, jika hendak

mengonsumsi bayam dan sayuran lain, sebaiknya disertai dengan mengonsumsi

buah-buahan yang tinggi kandungan vitamin C nya, seperti jambu biji, jeruk dan

nanas. Namun lebih dianjurkan untuk meminumnya dalam bentuk jus. Sebab jika

dalam bentuk buah segar, yang kandungan seratnya masih tinggi, juga akan

menghambat penyerapan zat besi (Etisa Adi. M, 2006: Http://www.suara

merdeka.com).

2.6.6.2 Sindrom Malabsorbsi

2.6.6.2.1 Gastritis

Gastritis berarti peradangan mukosa lambung. Peradangan dari gastritis

dapat hanya superfisial dan oleh karena itu tidak begitu bahaya, atau dapat

menembus secara dalam ke dalam mukosa lambung dan pada kasus-kasus yang

berlangsung lama menyebabkan atrofi mukosa lambung yang hampir lengkap.

Atrofi lambung pada banyak orang dengan gastritis kronis, mukosa

secara bertahap menjadi atrofi sampai sedikit atau tidak ada aktivitas kelenjar

lambung yang tersisa. Juga dianggap bahwa beberapa orang mempunyai


30

autoimunitas terhadap mukosa lambung. Kehilangan sekresi lambung pada atrofi

lambung menimbulkan aklorhidria dan kadang-kadang anemia (Guyton dan Hall,

1997:1052).

2.6.6.2.2 Ulkus Peptikum

Ulkus peptikum adalah suatu daerah ekskoriasi mukosa yang disebabkan

oleh kerja kelenjar pencernaan cairan lambung.

Penyebab umum dari ulserasi peptikum adalah ketidakseimbangan

antara kecepatan sekresi cairan lambung dan derajat perlindungan yang diberikan

oleh sawar mukosa gastroduodenal juga netralisasi asam lambung oleh cairan

duodenum (Guyton dan Hall, 1997:1053).

2.6.6.2.3 Diare

Diare terjadi akibat pergerakan yang cepat dari materi tinja sepanjang

usus besar. Pada diare infeksi umum, infeksi paling luas terjadi pada seluruh usus

besar dan pada ujung distal ileum. Dimanapun infeksi terjadi, mukosa teriritasi

secara luas dan kecepatan sekresinya sangat tinggi (Guyton dan Hall, 1997:1056).

2.6.7 Kebutuhan Zat Besi

Kebutuhan zat besi pada remaja putri dipengaruhi oleh:

2.6.7.1 Pertumbuhan Fisik

Pada usia remaja tumbuh kembang tubuh berlangsung lambat bahkan akan

berhenti menjelang usia 18 tahun, tidak berarti faktor gizi pada usia ini tidak

memerlukan perhatian lagi.

Selain itu keterlambatan tumbuh kembang tubuh pada usia sebelumnya

akan dikejar pada usia ini. Ini berarti pemenuhan kecukupan gizi sangat penting
31

agar tumbuh kembang tubuh berlangsung dengan sempurna (Sjahmien Moeji,

63:2003).

Taraf gizi seseorang, dimana makin tinggi kebutuhan akan zat besi,

misalnya pada masa pertumbuhan, kehamilan dan penderita anemia (Mary E.

Beck, 2000:198).

2.6.7.2 Aktivitas Fisik

Sifat energik pada usia remaja menyebabkan aktivitas tubuh meningkat

sehingga kebutuhan zat gizinya juga meningkat (Sjahmien Moeji, 63:2003).

2.6.8 Kehilangan Zat Besi

Pendarahan atau kehilangan darah dapat menyebabkan anemia (Depkes RI,

1998:14), misalnya pada peristiwa:

2.6.8.1 Pendarahan

Pendarahan atau kehilangan darah dapat menyebabkan anemia (Depkes

RI, 1998:14).

Setelah mengalami pendarahan yang cepat, maka tubuh akan mengganti

cairan plasma dalam waktu 1 sampai 3 hari, namun hal ini akan menyebabkan

konsentrasi sel darah merah menjadi rendah. Bila tidak terjadi pendarahan yang

kedua, maka konsentrasi sel darah merah biasanya kembali normal dalam waktu 3

sampai 6 minggu.

Pada kehilangan darah yang kronis, penderita sering kali tidak dapat

mengabsorbsi cukup besi dari usus halus untuk membentuk hemoglobin secepat

darah yang hilang. Kemudian terbentuk sel darah merah yang mengandung sedikit
32

sekali hemoglobin, sehingga menimbulkan keadaan anemia (Guyton dan Hall,

1997:538).

2.6.8.2 Menstruasi

Menstruasi adalah runtuhnya jaringan epitel endometrium akibat pengaruh

perubahan siklik keseimbangan hormonal reproduksi wanita.

Ciri-ciri menstruasi normal:

1. Lama siklus antara 21-35 hari (28+7 hari)

2. Lama perdarahan 2-7 hari

3. Perdarahan 20-80 cc per siklus (50+30 cc)

4. Tidak disertai rasa nyeri

5. Darah warna merah segar dan tidak bergumpal

(Med. Ali, dkk. http://www.geocities.com).

Pada remaja putri mulai terjadi menarche dan mensis yang disertai

pembuangan sejumlah zat besi (Achmad Djaeni, 2000:241).

2.6.8.3 Cacingan

Kehilangan zat besi dapat pula diakibatkan oleh infestasi parasit seperti

cacing tambang (Ancilostoma dan Necator), Scistosoma dan mungkin Trichuris

trichiura.

Darah yang hilang akibat infestasi cacing tambang bervariasi antara 2-100

cc/hari, tergantung pada beratnya infestasi. Kisaran jumlah darah yang dihisap

oleh Necator americanus ialah 0,031±0,015 cc per ekor. Perkiraan jumlah cacing

pada setiap orang yang terinfestasi rata-rata 350 ekor. Jika jumlah zat besi

dihitung berdasarkan banyaknya telur cacing yang terdapat dalam tinja, jumlah zat
33

besi yang hilang perseribu telur adalah sekitar 0,8 mg (untuk Necator americanus)

sampai 1,2 mg (untuk Ancylostoma duodenale) sehari (Arisman, 2004:146).


34

2.7 Kerangka Teori

Pendapatan
Keluarga Konsumsi Zat besi

Pengetahuan Status Gizi Asupan Zat


Tentang anemia Besi

Keanekaragaman
Pendidikan Makanan
Ibu

Sindrom
Pelayanan Malabsorbsi
Kesehatan (gastritis, ulkus
peptikum) Penyerapan
Zat besi

Diare
KEJADIAN
ANEMIA
Pertumbuhan fisik
Kebutuhan
Zat Besi
Aktivitas Fisik

Pendarahan

Kehilangan
Menstruasi Zat Besi

Cacingan

Gambar 2

Kerangka Teori

(Sumber: Arlinda Sari Wahyuni : 2004, dengan modifikasi)


35

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Variabel Bebas

1. Tingkat Pendapatan
Keluarga Variabel Terikat
2. Tingkat Pengetahuan
Tentang Anemia KEJADIAN
3. Tingkat Pendidikan Ibu ANEMIA

4. Tingkat Konsumsi Zat Besi


5. Status Gizi
6. Menstruasi

Variabel Pengganggu

1. Keanekaragaman Makanan
2. Aktivitas Fisik
3. Sindrom Malabsorbsi
(gastritis, ulkus peptikum)
4. Diare
5. Pertumbuhan Fisik
6. Pendarahan
7. Cacingan

Gambar 3
Kerangka Konsep
Keterangan : Variabel yang diteliti :
Variabel yang tidak diteliti : ...........
36

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yan terkumpul (Suharsimi

Arikunto, 2002;64).

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:

3.2.1 Hipotesis mayor

Ada faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja

putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes.

3.2.2 Hipotesis minor

1. Ada hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dengan kejadian

anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang,

Kabupaten Brebes.

2. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan

kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan

Jatibarang, Kabupaten Brebes.

3. Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian anemia

pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten

Brebes.

4. Ada hubungan antara tingkat konsumsi zat besi dengan kejadian

anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang,

Kabupaten Brebes.

5. Ada hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada remaja

putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes.


37

6. Ada hubungan antara menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja

putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes.

3.3 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel

Tabel 7
Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel
Variabel Definisi Skala Pengukuran Instrumen
Operasional
1 2 3 4
Kejadian Anemia Kejadian anemia pada Nominal Tes pemeriksaan
remaja putri (10-18 1. Anemia (Hb <12 mg) kadar Hb dengan
tahun). Dinilai 2. Tidak anemia (Hb ≥12 mg) hemoque.
dengan
membandingkan
kadar Hb responden
dengan nilai
normalnya.
Tingkat Dinilai berdasarkan Ordinal Kuesioner
Pendapatan besarnya pendapatan 1. Rendah (<Rp 126.250)
keluarga rata-rata setiap bulan 2. Tinggi (≥ Rp. 126.250)
keluarga responden,
kemudian dibagi
jumlah keluarga yang
masih menjadi
tanggungan, lalu
hasilnya
dibandingkan
dengan UMR
Kabupaten Brebes
yang dibagi 4 (UMR
perkapita).
Tingkat Segala hal yang Ordinal Kuesioner
Pengetahuan diketahui remaja putri 1. Kurang (< 60%)
38

Tentang Anemia yang berkaitan 2. cukup ( 60- 80 %)


dengan anemia. 3. Baik ( > 80%)

Tingkat Pendidikan formal Ordinal Kuesioner


Pendidikan Ibu yang telah ditempuh 1. Rendah (< wajar 9 tahun)
ibu responden. 2. Tinggi ( ≥ wajar 9 tahun)

Tingkat Konsumsi Konsumsi bahan Ordinal Recall 2x24 jam


Zat Besi. makanan kaya zat 1. Defisit (< 70% AKG) (Food Procesor)
besi oleh responden. 2. Kurang ( 70-80% AKG)
Dinilai dengan 3. Sedang (>80-99% AKG)
menghitung konsumsi 4. Baik (≥100% AKG)
rata-rata zat besi
responden per hari
yang kemudian
dibandingkan dengan
AKG .
Status Gizi. Keadaan gizi setiap Ordinal Antropometri
responden. 1. Kurus (IMT ≤ 18,5) IMT
2. Normal (IMT > 18,5-25,0)
3. Gemuk (IMT >25,0)

Menstruasi Keadaan responden Nominal Kuesioner


saat pemeriksaan Hb 1. Sedang menstruasi
sedang menstruasi 2. Tidak sedang menstruasi
atau tidak.

3.4 Jenis dan Rancangan Penelitian

3.4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah observasional

analitik yaitu menggambarkan dan menjelaskan hubungan antara variabel bebas

dengan variabel terikat.


39

3.4.2 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dimana

pegukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya satu kali, pada satu saat

(Sudigdo S. dan Sofyan I, 2002:97).

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian

3.5.1 Populasi

Populasi adalah sejumlah besar subyek yang mempunyai karakteristik

tertentu (Sudigdo S. dan Sofyan I, 2002:67).

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi SMA Negeri 1

Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes, yang berjumlah 255 siswi.

3.5.2 Sampel

Sampel adalah bagian (subset) dari populasi yang dipilih dengan cara

tertentu hingga dianggap mewakili populasi. Adapun langkah-langkah dalam

pengambilan sampel adalah sebagai berikut:

3.5.2.1 Menentukan kriteria inklusi dan eksklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian pada

populasi.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1) Umur responden 15-18 tahun.

2) Responden sudah mengalami menstruasi.

3) Responden dalam wilayah pelayanan kesehatan yang sama, dalam satu

wilayah kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes.


40

4) Responden tidak sedang mengalami keluhan berupa nyeri perut sebelah

atas yang disertai rasa mual atau nyeri pada ulu hati yang merupakan

gejala dari gastritis.

5) Responden tidak sedang mengalami keluhan berupa nyeri lambung,

perih, panas, sakit, rasa perut kosong dan lapar yang merupakan gejala

dari ulkus peptikum.

6) Responden tidak sedang mengalami keluhan berupa buang air besar

yang sering (lebih dari 3 kali sehari), faeces cair dan berlendir yang

merupakan gejala dari diare.

7) Responden tidak sedang mengalami pendarahan kronik (kehilangan

darah yang terlalu banyak), misalnya pendarahan akibat trauma

(kecelakaan).

8) Responden tidak sedang mengalami keluhan berupa rasa gatal yang

hebat di anus, kurang tidur (biasanya karena rasa gatal yang timbul

pada malam hari), nafsu makan berkurang, berat badan menurun, rasa

gatal atau iritasi vagina dan kulit di sekitar anus menjadi lecet atau

kasar atau terjadi infeksi akibat penggarukan yang merupakan gejala

dari cacingan.

9) Responden adalah siswi SMA N 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten

Brebes.

Kriteria eksklusi adalah sebagian subyek yang memenuhi kriteria inklusi

tetapi harus dikeluarkan karena suatu hal.

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:


41

1) Responden yang memenuhi kriteria inklusi namun tidak bersedia

berpartisipasi dalam penelitian.

2) Responden adalah atlet olahraga.

3) Responden tidak tinggal bersama orang tua (kos)

3.5.2.2 Sistematika Pengambilan Sampel

Peneliti menentukan sampel yang terdapat dalam populasi yaitu secara

systematic random sampling.

3.5.2.3 Besar Sampel

Peneliti menentukan jumlah sampel minimal yang dapat diambil dalam

penelitian ini, adapun metode statistik yang digunakan untuk menentukan besar

sampel adalah :

Z 12−α / 2 P(1 − P) N
n=
d 2 ( N − 1) + Z 12−α / 2 P(1 − P)

Keterangan :

n = Besar Sampel

N = Besar Populasi

Z 12−α / 2 = Derajat kepercayaan 95% (1,96)

d = Presisi 10% (0,1)

P = Proporsi 50% (0,5)

(Stanley Lemeshow, dkk, 1997:54).

Sehingga didapat jumlah sampel sebagai berikut :

(1,96) 2 0,5(1 − 0,5)255


n=
(0,1) 2 (255 − 1) + (1,96) 2 0,5(1 − 0,5)
42

244,8
=
2,54 + 0,96

244,3
= = 69,9 ≈ 70 Siswi
3,5

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sampel minimal yaitu

sejumlah 70 siswi.

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan

data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji laboratorium

kadar Hb, pengukuran antropometri (IMT), formulir recall 2 x 24 jam dan

kuesioner.

1. Uji laboratorium digunakan untuk mengetahui kadar Hb, yang kemudian di

interprestasikan dengan kejadian anemia pada siswi. Menurut WHO standar

anemia besi dapat menggunakan kadar Hb dalam darah (Yayuk Farida dkk,

2004:22). Uji kadar Hb dalam darah yang digunakan adalah dengan hemoque.

2. Pengukuran IMT digunakan untuk mengetahui status gizi setiap responden.

Alat yang digunakan berupa timbangan injak berat badan (bathromm scale)

untuk menimbang berat badan dan microtoa untuk mengukur tinggi badan.

3. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya

atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 2002:128).


43

Kuisioner digunakan untuk mengetahui informasi tentang tingkat pendapatan

keluarga, tingkat pengetahuan tentang anemia, tingkat pendidikan ibu dan

menstruasi.

4. Formulir Recall 2x24 jam

Recall dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan

yang dikonsumsi (I Dewa Nyoman, 2001:94).

Beberapa penelitian menunjukkan recall dapat dilakukan minimal

2x24 jam tanpa berturut-turut, dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi

lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian

individu (Supariasa, 2002:94).

Formulir recall digunakan untuk mengetahui konsumsi zat besi, hasil

recall dihitung dengan bantuan software komputer food processor dan

kemudian dihitung angka kecukupan gizi (AKG) responden dan tingkat

konsumsi responden terhadap AKG.

3.6.1 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Salah satu instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

Untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel maka kuesioner tersebut harus

diuji validitas dan reliabilitas.

3.6.1.1 Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar

mengukur apa yang diukur. Uji validitas dapat dilakukan dengan menggunakan

product moment. Suatu instrumen dikatakan valid atau sahih apabila korelasi tiap
44

butiran memiliki nilai positif dan nilai r hitung > r tabel (Soekidjo Notoatmodjo,

2002:129).

Hasil uji validitas kuesioner dengan bantuan program komputer

menunjukkan bahwa 9 butir soal pengetahuan tentang anemia yang diuji cobakan

kepada 20 orang, berdasarkan tabel nilai r, dengan α =5%, nilai r tabel adalah

0,444, semua valid karena memiliki r hitung > r tabel.

3.6.1.2 Reliabilitas

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan

sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan

pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan

alat ukur yang sama. Pengukuran reliabilitas menggunakan bantuan software

komputer dengan rumus alpha cronbach. Suatu instrumen dikatakan reliabel

apabila r hitung > r tabel (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:129).

Hasil uji reliabilitas kuesioner kepada 20 responden, diperoleh r hitung

(0,792) > r tabel (0,444), sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner tersebut

reliabel.

3.7 Teknik Pengambilan Data

3.7.1 Jenis Pengambilan Data

Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data

sekunder. Data primer berupa data faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian


45

anemia. Data sekunder berupa data mengenai gambaran lokasi tempat penelitian

dan gambaran umum siswi.

3.7.2 Cara Pengambilan Data

Cara pengambilan data dalam penelitian ini yaitu :

3.7.2.1 Data Primer

Data primer diperoleh dengan cara tes laboratorium kadar Hb siswi,

pengukuran IMT, recall 2x24 jam dan wawancara dengan menggunakan

kuesioner.

3.7.2.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dengan cara mencatat data monografi SMA

Negeri 1 Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes.

3.8 Teknik Analisis Data

3.8.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan manual dan menggunakan software

komputer. Pengolahan data meliputi:

1. Editing

Sebelum data diolah, data tersebut perlu di edit. Hal ini dilakukan

untuk memperbaiki kualitas data.

2. Coding

Mengkode data dengan memberikan kode pada masing-masing

jawaban untuk mempermudah pengolahan data.


46

3. Tabulasi

Membuat tabulasi termasuk dalam kerja memproses data. Membuat

tabulasi tidak lain dari memasukkan data ke dalam tabel.

3.8.2 Analisis Data

3.8.2.1 Analisis univariat

Analisis ini dilakukan pada masing-masing variabel. Hasil ini

berupa distribusi dan prosentase setiap variabel.

3.8.2.2 Analisis bivariat

Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel

bebas dengan variabel terikat.

Dalam penelitian ini uji statistik yang digunakan yaitu uji chi-square

dengan bantuan SPSS 12,0 for windows. Adapun syarat uji chi-square

adalah tidak ada sel yang nilai observed yang bernilai nol, sel yang

mempunyai nilai expected kurang dari 5, maksimal 20% dari jumlah sel.

Jika uji chi-square tidak terpenuhi, maka dipakai uji alternatifnya, alternatif

uji chi-square untuk tabel 2x2 adalah uji fisher, alternatif uji chi-square

untuk tabel 2xk adalah uji kolmogorov-smirnov dan penggabungan sel

adalah langkah alternatif uji chi-square untuk tabel selain 2x2 dan 2xk

(Sopiyudin Dahlan, 2004:18).

Pada studi cross-sectional, estimasi risiko relatif dinyatakan dengan

Rasio Prevalens (RP), yang merupakan perbandingan antara jumlah subyek

dengan penyakit pada satu saat dengan seluruh subyek yang ada. RP

dihitung dengan cara menggunakan tabel 2x2. RP harus disertai dengan


47

interval kepercayaan (confidence interval), interval kepercayaan yang

digunakan adalah 95% atau taraf kesalahan 0, 05%.

Interpretasi hasil:

1. Bila rasio prevalens = 1 berarti variabel yang diduga sebagai faktor

risiko tersebut tidak ada pengaruhnya dalam terjadinya efek, atau

dengan kata lain bersifat netral.

2. Bila rasio prevalens > 1 dan rentang interval kepercayaan tidak

mencakup angka 1, berarti variabel tersebut merupakan faktor risiko

timbulnya penyakit.

3. Apabila rasio prevalens < 1 dan rentang interval kepercayaan tidak

mencakup angka 1, maka variabel yang diteliti justru akan mengurangi

kejadian penyakit, bahkan variabel yang diteliti merupakan faktor

protektif.

4. Bila interval kepercayaan rasio prevalens mencakup angka 1, berarti

pada populasi yang diwakili oleh sampel tersebut mungkin nilai

prevalensnya = 1, sehingga belum dapat disimpulkan bahwa faktor yang

dikaji tersebut merupakan faktor risiko atau faktor protektif ( Sudigdo S

dan Sofyan I, 2002:102).


48

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi

4.1.1 Keadaan Demografis

SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes merupakan satu-

satunya SMA negeri yang ada di Kecamatan Jatibarang, yang beralamat di jalan

Raya Karanglo-Tegalwulung Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes. Adapun

batas wilayah Kecamatan Jatibarang adalah sebagai berikut:

Sebelah utara : Kabupaten Brebes

Sebelah timur : Kota Tegal

Sebelah selatan : Kecamatan Songgom

Sebelah barat : Kecamatan Larangan

4.1.2 Jumlah Siswa

SMA Negeri 1 Kecamatan Brebes mempunyai lokal kelas X sejumlah 5

kelas, kelas XI IPA sebanyak 2 kelas dan XI IPS juga sebanyak 2 kelas dan

untuk kelas XII IPA berjumlah 2 kelas dan XII IPS juga sebanyak 2 kelas.

Jumlah seluruh siswa pada tahun ajaran 2006/2007 sebanyak 499 siswa, dengan

distribusi menurut kelas dan jenis kelamin tercantum pada tabel berikut ini:
49

Tabel 8
Distribusi Jumlah Siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang
Kabupaten Brebes TA. 2006/2007

Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah


1 2 3 4
X 93 95 188
XI 74 81 155
XII 77 79 156
Jumlah 244 255 499
Sumber: Data sekunder

Distribusi Jumlah Siswa SMAN 1 Kecamatan


Jatibarang, Kabupaten Brebes T.A 2006/2007

93 95
100
81 77 79
80 74
Frekuensi

60 Laki-laki
40 Perempuan

20
0
X XI XII
Kelas

Grafik 1
Distribusi Jumlah Siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang
Kabupaten Brebes T.A 2006/2007

4.1.3 Jumlah Guru

Jumlah guru aktif mengajar di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang

sebanyak 32 yang dapat disajikan pada tabel sebagai berikut:


50

Tabel 9
Distribusi Jumlah Guru di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang
Kabupaten Brebes TA. 2006/2007

Jenis Guru Jumlah


1 2
PNS 14
Guru bantu (GT) 5
Guru tidak tetap (GTT) 13
Jumlah 32
Sumber: Data Sekunder

4.2 Gambaran Karakteristik Responden

4.2.1 Umur Responden

Responden dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas X sampai kelas

XII SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang. Berdasarkan data penelitian dapat

diketahui bahwa umur resaponden bervariasi antara 15 tahun sampai dengan 18

tahun. Lebih jelasnya distribusi umur responden dalam penelitian ini dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 10
Distribusi Responden menurut Umur

Umur Frekuensi Prosentase (%)


1 2 3
15 5 7,1
16 20 28,6
17 33 47,1
18 12 17,1
Jumlah 70 100,0
Sumber : Data Penelitian 2007
51

Distribusi Responden menurut Umur

50
47.1

Persentase 40

30 28.6

20
17.1

10
7.1

0
15 16 17 18
Umur

Grafik 2
Distribusi Responden menurut Umur

Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa tingkat umur responden

yang terbanyak adalah 17 tahun sebanyak 33 responden (47,1%), sedangkan

tingkat umur yang paling sedikit adalah 15 tahun sebanyak 5 responden (7,1%).

4.2.2 Pekerjaan Orang Tua Responden

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pekerjaan ayah responden

paling banyak tergolong dalam pekerjaan petani (22,9%), sedangkan untuk

pekerjaan ibu paling banyak tergolong tidak bekerja atau sebagai ibu rumah

tangga (60%). Lebih jelasnya untuk pekerjaan orang tua responden dapat dilihat

pada tabel berikut:


52

Tabel 11
Distribusi Pekerjaan Orang Tua Reponden

Jenis Pekerjaan Pekerjaan Ayah % Pekerjaan Ibu %


1 2 3 4 5
PNS 6 8,5 2 2,9
CPNS 2 2,9 - -
Wiraswasta 15 21,4 15 21,4
Petani 16 22,9 8 11,4
Buruh 9 12,9 3 4,3
Lain-lain 21 30 - -
Tidak bekerja 1 1,4 42 60
Jumlah 70 100 70 100
Sumber : Data Penelitian 2007

Distribusi Pekerjaan Orang Tua Responden

70
60,0
60

50
Persentase (%)

40 Ayah
30,0
30 21,4
Ibu
22,9
21,4
20
11,4 12,9
8,5
10 2,9 2,9 4,3
0 0 1,4
0
rja
uh
ta

in
i
S

an
N

-la
as
PN

ke
ur
et
P

sw

in
B

be
C

La
ira

k
da
W

Ti

Jenis Pekerjaan

Gambar 3
Distribusi Pekerjaan Orang Tua Responden
53

4.3 Hasil Penelitian

4.3.1 Analisis Univariat

4.3.1.1 Distribusi Responden menurut Tingkat Pendapatan Keluarga

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden dalam tingkat pendapatan keluarga yang tinggi yaitu sejumlah 39

responden (55,7%), sedangkan responden dengan tingkat pendapatan keluarga

rendah sebanyak 31 responden (44,3%), lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12

Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendapatan Keluarga

No Pendapatan Keluarga Frekuensi %


1 2 3 4
1 Rendah (<126.250) 31 44,3
2 Tinggi (≥126.250) 39 55,7
Jumlah 70 100,0
Sumber : Data Penelitiam 2007

Distribusi Responden menurut Tingkat


Pendapatan Keluarga

60 55,7

50 44,3
Persentase (%)

40
30
20
10
0
Rendah (<126.250) Tinggi (>= 126.250)
Tingkat Pendapatan

Grafik 4
Distribusi Responden menurut Tingkat Pendapatan Keluarga
54

4.3.1.2 Distribusi Responden menurut Tingkat Pengetahuan tentang Anemia

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 48 responden (68,6%) dalam

tingkat pengetahuan tentang anemia cukup, 18 responden (25,7%) dalam tingkat

kurang dan 4 responden (5,7%) dalam tingkat baik, untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel 13.

Tabel 13

Distribusi Responden menurut Tingkat Pengetahuan tentang Anemia

No Pengetahuan tentang anemia Frekuensi %


1 2 3 4
1 Kurang (<60%) 18 25,7
2 Cukup (60-80%) 48 68,6
3 Baik (>80%) 4 5,7
Jumlah 70 100,0
Sumber : Data Penelitian 2007

Distribusi Responden menurut Tingkat


Pengetahuan tentang Anemia

80 68,6
Persentae (%)

60

40
25,7
20
5,7
0
Kurang (<60%) Cukup (60-80%) Baik (>80%)
Tingkat pengetahuan

Grafik 5

Distribusi Responden menurut Tingkat Pengetahuan tentang anemia


55

4.3.1.3 Distribusi Responden menurut Tingkat Pendidikan Ibu

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu

responden memiliki tingkat pendidikan rendah yaitu sebanyak 42 responden

(60%) dan ibu responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi sebanyak 28

responden (40%) (tabel 14).

Tabel 14
Distribusi Responden menurut Tingkat Pendidikan Ibu

No Pendidikan Ibu Frekuensi %


1 2 3 4
1 Rendah (<wajar 9 tahun) 42 60
2 Tinggi (≥wajar 9 tahun) 28 40
Jumlah 70 100
Sumber: Data Penelitian 2007

Distribusi Responden menurut Tingkat


Pendidikan Ibu

70,0 60,0
Persentase (%)

60,0
50,0 40,0
40,0
30,0
20,0
10,0
0,0
Rendah (< wajar 9 Tinggi (>= wajar 9 tahun)
tahun)
Tingkat Pendidikan Ibu

Grafik 6

Distribusi Responden menurut Tingkat Pendidikan Ibu


56

4.3.1.4 Distribusi Responden menurut Tingkat Konsumsi Zat Besi

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa konsumsi zat besi

responden sebagian besar dalam kategori defisit yaitu sebanyak 56 responden

(80,0), sedang sebanyak 11 responden (15,7%), kurang sebanyak 3 responden

(4,3%) dan tidak ada responden dalam tingkat konsumsi zat besi baik.

Tabel 15

Distribusi Responden Menurut Tingkat Konsumsi Zat Besi

No Tingkat Konsumsi Fe Frekuensi %


1 2 3 4
1 Defisit (<70% AKG) 56 80,0
2 Kurang (70-80% AKG) 3 4,3
3 Sedang (>80-99% AKG) 11 15,7
4 Baik (≥100% AKG) 0 0
Jumlah 70 100
Sumber: Data Penelitian 2007

Distribusi Responden menurut Tingkat


Konsumsi Zat Besi
100,0 80,0
Persentase (%)

80,0
60,0
40,0
15,7
20,0 4,3 0
0,0
Kurang (70-

100%AKG)
(<70%

(>80-99%
Defisit

AKG)

805 AKG)

Sedang

Baik (>=
AKG)

Tingkat Konsumsi Zat Besi

Grafik 7

Distribusi Responden Tingkat menurut Konsumsi Zat Besi


57

4.3.1.5 Distribusi Responden menurut Status Gizi

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden memiliki status gizi normal sebanyak 41 responden (58,6%); 25

responden ( 35,7 %) dalam kategori kurus dan 4 responden (5,7%) dalam kategori

gemuk (tabel 16).

Tabel 16

Distribusi Responden Menurut Status Gizi

No Status Gizi Frekuensi %


1 2 3 4
1 Kurus (IMT ≤18,5) 25 35,7
2 Normal (IMT >18,5-25,0) 41 58,6
3 Gemuk (IMT >25,0) 4 5,7
Jumlah 70 100,0
Sumber : Data Penelitian 2007

Distribusi Responden menurut status


Gizi

70 58,6
Persentase (%)

60
50
35,7
40
30
20
5,7
10
0
Kurus (IMT <= Normal (IMT Gemuk (IMT
18,5) >18,5-25,0) >25,0)
Status Gizi

Grafik 8

Distribusi Responden menurut Status Gizi


58

4.3.1.6 Distribusi Responden menurut Menstruasi

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden

tidak sedang mengalami menstruasi pada saat pemeriksaan Hb yaitu sebanyak 50

responden (71,4%) dan yang sedang mengalami menstruasi sebanyak 20

responden ( 28,6%) (tabel 17).

Tabel 17

Distribusi Responden Menurut Menstruasi

No Menstruasi Frekuensi %
1 2 3 4
1 Sedang Menstruasi 20 28,6
2 Tidak sedang menstruasi 50 71,4
Jumlah 70 100,0
Sumber : Data Penelitian 2007

Distribusi Responden menurut


Menstruasi

80 71,4
Persentase (%)

60

40 28,6

20

0
Sedang menstruasi Tidak sedang menstruasi
Menstruasi

Grafik 9

Distribusi Responden menurut Menstruasi


59

4.3.1.7 Distribusi Responden menurut Kejadian Anemia

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden tidak mengalami anemia yaitu sebanyak 37 responden (52,9%) dan

yang mengalami anemia sebanyak 33 responden (47,1%) (tabel 18).

Tabel 18
Distribusi Responden Menurut Kejadian Anemia

No Kejadian Anemia Frekuensi %


1 2 3 4
1 Anemia 33 47,1
2 Tidak Anemia 37 52,9
Jumlah 70 100
Sumber : Data Penelitian 2007

Distribusi Responden menurut


Kejadian Anemia

54 52,9
Persentase (%)

52
50
48 47,1

46
44
Anemia (Hb<12 mg) Tidak anemia
(Hb>=12mg)
Kejadian anemia

Grafik 10

Distribusi Responden menurut Kejadian Anemia


60

4.3.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dalam penelitian ini ada 3 variabel yang dilakukan

penggabungan sel dalam tabulasi silang, yaitu variabel tingkat pengetahuan

tentang anemia, tingkat konsumsi zat besi dan status gizi. Penggabungan sel

dilakukan supaya 3 variabel tersebut memenuhi syarat untuk uji statistik chi-

square.

Penggabungan tersebut meliputi:

1. Variabel tingkat pengetahuan tentang anemia dari tingkat pengetahuan tentang

anemia kurang, cukup dan baik menjadi tingkat pengetahuan tentang anemia

rendah (kurang) dan tinggi (penggabungan antara cukup dan baik).

2. Variabel tingkat konsumsi zat besi dari tingkat konsumsi zat besi defisit,

kurang, sedang dan baik menjadi tingkat konsumsi zat besi kurang

(penggabungan antara defisit dan kurang) dan tingkat konsumsi zat besi baik

(penggabungan antara kategori sedang dan baik.).

3. Variabel status gizi dari status gizi kurus, normal dan gemuk menjadi status

gizi tidak normal (penggabungan antara status gizi kurus dan gemuk) dan

normal

4.3.2.1 Hubungan antara Tingkat Pendapatan Keluarga dengan Kejadian

Anemia

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa frekuensi responden

dengan tingkat pendapatan keluarga rendah dan menderita anemia berjumlah 19

responden (61,3%), sedangkan yang tidak menderita anemia berjumlah 12

responden (38,7%). Responden dengan tingkat pendapatan keluarga tinggi tetapi


61

menderita anemia berjumlah 14 responden (35,9%), sedangkan yang tidak

menderita anemia berjumlah 25 responden (64,1%).

Hasil uji statistik dengan chi-square antara variabel tingkat pendapatan

keluarga dengan kejadian anemia diperoleh p = 0,035 (p < 0,05) yang artinya ada

hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan keluarga dengan kejadian

anemia.

Tabel 19

Hubungan antara Tingkat Pendapatan keluarga dengan Kejadian Anemia

Pendapatan Kejadian Anemia Total P RP


keluarga Anemia % Tidak % ∑ %
Rendah 19 61,3 12 38,7 31 100,0 0,035 1,707
Tinggi 14 35,9 25 64,1 39 100,0
Sumber : Data penelitian tahun 2007

4.3.2.2 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan tentang anemia dengan

Kejadian Anemia

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan frekuensi responden dengan

tingkat pengetahuan tentang anemia rendah dan menderita anemia berjumlah 7

responden (38,9%), sedangkan yang tidak menderita anemia berjumlah 11

responden (61,1%). Responden dengan tingkat pengetahuan tentang anemia tinggi

tetapi menderita anemia berjumlah 26 responden (50,0%), sedangkan yang

menderita anemia juga berjumlah 26 responden (50,0%).

Berdasarkan hasil uji statistik dengan chi-square antara variabel tingkat

pengetahuan tentang anemia dengan variabel kejadian anemia diperoleh p = 0,416


62

(p > 0,05) yang artinya tidak ada hubungan secara signifikan antara tingkat

pengetahuan tentang anemia dengan kejadian anemia.

Tabel 20

Hubungan antara Tingkat Pengetahuan tentang Anemia dengan Kejadian Anemia

Pengetahu Kejadian Anemia Total P RP


an Anemia % Tidak % ∑ %
Rendah 7 38,9 11 61,1 18 100,0 0,416 0,778
Tinggi 26 50,0 26 50,0 52 100,0
Sumber : Data penelitian tahun 2007

4.3.2.3 Hubungan antara Tingkat Pendidikan ibu dengan Kejadian Anemia

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa frekuensi ibu responden

yang memiliki tingkat pendidikan rendah dan menderita anemia berjumlah 24

responden (57,1%), sedangkan yang tidak menderita anemia berjumlah 18

responden (42,9%). Frekuensi ibu responden yang memiliki tingkat pendidikan

tinggi tetapi menderita anemia berjumlah 9 responden (32,1%), sedangkan yang

tidak menderita anemia berjumlah 19 responden (67,9%).

Hasil uji statistik dengan chi-square antara variabel tingkat pendidikan ibu

dengan kejadian anemia diperoleh p = 0,040 (p <0,05) yang artinya ada hubungan

secara signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian anemia.

Tabel 21
Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kejadian Anemia

Pendidikan Kejadian Anemia Total P RP


Ibu Anemia % Tidak % ∑ %
Rendah 24 57,1 18 42,9 42 100,0 0,040 1,778
Tinggi 9 32,1 19 67,9 28 100,0
Sumber : Data penelitian tahun 2007
63

4.3.2.4 Hubungan antara Tingkat Konsumsi Zat Besi dengan Kejadian

Anemia

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa frekuensi responden

dengan tingkat konsumsi zat besi kurang dan menderita anemia berjumlah 27

responden (45,8%), sedangkan yang tidak menderita anemia berjumlah 32

responden (54,2%). Responden dengan tingkat konsumsi zat besi baik tetapi

menderita anemia berjumlah 6 responden (54,5%), sedangkan yang tidak

menderita anemia berjumlah 5 responden (45,5%).

Uji statistik dengan chi-square antara variabel tingkat konsumsi zat besi

dengan kejadian anemia diperoleh p = 0,592 (p > 0,05) yang artinya tidak ada

hubungan secara signifikan antara tingkat konsumsi zat besi dengan kejadian

anemia.

Tabel 22

Hubungan antara Tingkat Konsumsi Zat Besi dengan Kejadian Anemia

Konsumsi Kejadian Anemia Total P RP


Fe Anemia % Tidak % ∑ %
kurang 27 45,8 32 54,2 59 100,0 0,592 0,839
Baik 6 54,5 5 45,5 11 100,0
Sumber : Data penelitian tahun 2007

4.3.2.5 Hubungan antara Status Gizi dengan Kejadian Anemia

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa frekuensi responden

dengan status gizi tidak normal dan menderita anemia berjumlah 20 responden

(69,0%), sedangkan yang tidak menderita anemia berjumlah 9 responden (31,0%).

Responden dengan status gizi normal tetapi menderita anemia berjumlah 13


64

responden (31,7%), sedangkan yang tidak menderita anemia berjumlah 28

responden (68,3%).

Hasil uji statistik dengan chi-square antara variabel status gizi dengan

kejadian anemia diperoleh p = 0,002 (p < 0,05) yang artinya ada hubungan secara

signifikan antara status gizi dengan kejadian anemia.

Tabel 23

Hubungan antara Status Gizi dengan Kejadian Anemia

Status Gizi Kejadian Anemia Total P RP


Anemia % Tidak % ∑ %
Tidak 20 69,0 9 31,0 29 100,0 0,002 2,175
normal
Normal 13 31,7 28 68,3 41 100,0
Sumber : Data penelitian tahun 2007

4.3.2.6 Hubungan antara Menstruasi dengan Kejadian Anemia

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa frekuensi responden yang

sedang menstruasi dan menderita anemia berjumlah 14 responden (70,0%),

sedangkan yang tidak menderita anemia berjumlah 6 responden (30,0%).

Responden yang tidak sedang menstruasi tetapi menderita anemia berjumlah 19

responden (38,0%), sedangkan yang tidak menderita anemia berjumlah 31

responden 62,0%).

Hasil uji statistik dengan chi-square antara variabel menstruasi dengan

kejadian anemia diperoleh p = 0,015 (p < 0,05) yang artinya ada hubungan secara

signifikan antara menstruasi dengan kejadian anemia.


65

Tabel 24

Hubungan antara Menstruasi dengan Kejadian Anemia

Menstruasi Kejadian Anemia Total P RP


Anemia % Tidak % ∑ %
Sedang 14 70,0 6 30,0 20 100,0 0,015 1,842
Tidak 19 38,0 31 62,0 50 100,0
Sumber : Data penelitian tahun 2007

4.3.2.7 Analisis Bivariat Keseluruhan

Tabel 25

Analisis Bivariat Keseluruhan


No Variabel p value RP CI

1 Pendapatan keluarga 0,035 1,707 1,067-7,495

2 Pengetahuan tentang anemia 0,416 0,778 0,213-1,897

3 Pendidikan ibu 0,040 1,778 1,034-7,661

4 Konsumsi zat besi 0,592 0,839 0,193-2,561

5 Status gizi 0,002 2,175 1,717-13,346

6 Kejadian menstrusi 0,015 1,842 1,250-11,597

Sumber : Data penelitian tahun 2007


66

4.4 Pembahasan

4.4.1 Variabel yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia

4.4.1.1 Hubungan antara Tingkat Pendapatan Keluarga dengan Kejadian

Anemia

Ekonomi keluarga merupakan faktor mendasar yang akan mempengaruhi

segala aspek kehidupan. Tingkat ekonomi terkait langsung dengan daya beli

keluarga, baik daya beli terhadap makanan maupun daya beli terhadap pelayanan

kesehatan yang lebih baik.

Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara tingkat

pendapatan keluarga dengan kejadian anemia di SMA Negeri 1 Kecamatan

Jatibarang, Kabupaten Brebes (p= 0,035 dan RP =1,707). Hal ini menunjukkan

bahwa responden dengan tingkat pendapatan keluarga yang rendah memiliki

risiko 1,707 kali lebih besar untuk mengalami kejadian anemia.

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Yayuk Farida, dkk

(2004:70) yang menyatakan bahwa perubahan pendapatan secara langsung dapat

mempengaruhi perubahan konsumsi pangan keluarga. Meningkatnya pendapatan

berarti memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan

kuantitas yang lebih baik. Sebaliknya, penurunan pendapatan akan menyebabkan

penurunan dalam hal kualitas dan kuantitas pangan yang dibeli, yang dapat

mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan tubuh akan zat gizi, salah satunya

tidak terpenuhinya kebutuhan tubuh akan zat besi, sehingga dapat berdampak

timbulnya kejadian anemia.


67

4.4.1.2 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kejadian Anemia

Tingkat pendidikan keluarga biasanya pendidikan ibu mempengaruhi

status kesehatan keluarga untuk mencapai status kesehatan keluarga sehat secara

optimal (Bapelkes, 2004:70).

Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara tingkat

pendidikan ibu dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1

Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes (p=0.040 dan RP=1,778). Hal ini

menunjukkan bahwa responden yang mempunyai ibu dengan tingkat pendidikan

rendah memiliki risiko 1,778 kali lebih besar untuk mengalami kejadian anemia.

Hasil ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Achmad Djaeni

(1996:35) yang menyatakan bahwa pendidikan ibu merupakan modal utama

dalam menunjang ekonomi keluarga, juga berperan dalam menyusun makanan

keluarga, serta pengasuhan dan perawatan anak. Bagi keluarga dengan tingkat

pendidikan rendah dikhawatirkan akan lebih sulit menerima informasi kesehatan

khususnya bidang gizi, sehingga tidak dapat menambah pengetahuan dan tidak

mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Semakin tinggi tingkat pendidikan formal diharapkan semakin tinggi pula

tingkat pendidikan kesehatannya, karena tingkat pendidikan kesehatan merupakan

bentuk intervensi terutama terhadap faktor perilaku kesehatan. Pendidikan

kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui bagaimana cara

memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau mencegah hal-hal

yang merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang lain, kemana seharusnya

mencari pengobatan bila sakit dan sebagainya (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:9).


68

4.4.1.3 Hubungan antara Status Gizi dengan Kejadian Anemia

Masa remaja adalah masa pertumbuhan yang membutuhkan zat gizi lebih

tinggi termasuk zat besi (Depkes RI, 1998:1).

Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara status

gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan

Jatibarang, Kabupaten Brebes (p= 0,002 dan RP = 2,175). Hal ini menunjukkan

bahwa responden dengan status gizi tidak normal mempunyai risiko 2,175 kali

lebih besar untuk mengalami kejadian anemia.

Status gizi didapat orang dari nutrien yang diberikan kepadanya. Ada tiga

jenis kekurangan gizi, ada yang kurang secara kualitatif dan ada yang kurang

secara kuantitatif, serta kekurangan keduanya. Apabila kuantitas nutrient cukup,

tetapi kualitasnya kurang maka orang dapat menderita berbagai kekurangan

vitamin, mineral, protein dan lain-lainnya (Juli Soemirat, 1999:68). Masalah

status gizi pada remaja di Indonesia meliputi kurang zat gizi makro (karbohidrat,

protein, lemak) dan kurang zat gzi mikro (vitamin, mineral). Kurang zat gizi

makro dan mikro menyebabkan tubuh menjadi kurus, berat badan turun, anemia

dan mudah sakit (Sub Din PKM Kab. Tangerang, www.gizinet.com).

Status gizi merupakan gambaran secara makro akan zat gizi tubuh kita,

termasuk salah satunya adalah zat besi. Dimana bila status gizi tidak normal

dikhawatirkan status zat besi dalam tubuh juga tidak baik. Sehingga dapat

dikatakan bahwa status gizi merupakan salah satu faktor risiko terjadinya anemia.
69

Hasil penelitian ini ternyata bertentangan dengan hasil penelitian oleh

Indah Indriawati yang menyatakan tidak ada hubungan antara status gizi dengan

anemia.

4.4.1.4 Hubungan antara Menstruasi dengan Kejadian Anemia

Remaja wanita membutuhkan zat besi yang digunakan untuk mengganti

zat besi yang hilang bersama darah menstruasi, disamping untuk menopang

pertumbuhan serta pematangan seksual.

Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara menstruasi dengan

kejadaian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang,

Kabupatean Brebes (p= 0,015 dan RP= 1,842). Hal ini menunjukkan bahwa

responden yang sedang mengalami menstruasai mempunyai risiko 1,842 kali lebih

besar untuk mengalami kejadian anemia.

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Arisman (2004:146)

yang menyatakan bahwa remaja putri yang sudah mengalami menarche, jika

darah yang keluar selama menstruasi sangat banyak (banyak yang tidak sadar

kalau darah menstruasinya terlalu banyak) akan terjadi anemia defisiensi zat besi,

karena jumlah darah yang hilang selama satu periode haid berkisar 20-25 cc,

jumlah ini menyiratkan kehilangan zat besi sebesar 12,5-15 mg/bulan, atau kira-

kira sama dengan 0,4-0,5 mg/hari. Jika jumlah tersebut ditambah dengan

kehilangan basal, jumlah total zat besi yang hilang sebesar 1,25 mg/hari.
70

4.4.2 Variabel yang Tidak Berhubungan dengan Kejadian Anemia

4.4.2.1 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan tentang Anemia dengan

Kejadian Anemia

Suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi

didasarkan pada kenyataan bahwa status gizi yang cukup adalah penting bagi

kesehatan dan kesejahteraan; setiap orang hanya akan cukup zat gizi jika makanan

yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk

pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan dan energi; serta ilmu gizi

memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar

menggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi (Suhardjo, 2003:25).

Meningkatkan ketrampilan setiap anggota masyarakat agar mampu

memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri adalah sangat penting.

Hal ini berarti bahwa masing-masing individu di dalam masyarakat seyogianya

mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang baik terhadap cara-cara

pemeliharaan kesehatannya (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:26).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan rata-rata responden memiliki

tingkat pengetahuan tentang anemia yang tinggi yaitu sejumlah 52 responden atau

74,3 % dari total sampel. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan

antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kejadian anemia pada remaja

putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes (p= 0,416).

Hasil penelitian ini ternyata bertentangan dengan teori yang dikemukakan

oleh Suhardjo (2003:25) yang menyatakan penyebab penting dari gangguan gizi
71

adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan

informasi terebut dalam kehidupan sehari-hari.

Tingkat pengetahuan tentang anemia yang tinggi tetapi tidak disertai

dengan perubahan perilaku dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tidak akan

berpengaruh pada keadaan gizi individu tersebut merupakan faktor penyebab tidak

ada hubungannya antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kejadian

anemia di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes.

4.4.2.2 Hubungan antara Tingkat Konsumsi Zat Besi dengan Kejadian

Anemia

Rendahnya intake zat besi kedalam tubuh yang berasal dari konsumsi zat

besi dari makanan sehari-hari merupakan salah satu penyebab terjadinya anemia.

Banyaknya zat besi yang ada dalam makanan yang kita makan yang dapat

dimanfaatkan oleh tubuh kita tergantung pada tingkat absorbsinya (Mery E Beck,

2000:197).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden

memiliki tingkat konsumsi zat besi kurang yaitu sejumlah 59 responden atau

84,3% responden dari total sampel, dengan 27 responden yang menderita anemia,

sedangakan 32 responden tidak menderita anemia. Hasil uji statistik menyatakan

tidak ada hubungan antara tingkat konsumsi zat besi dengan kejadian anemia pada

remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes (p=

0,592).

Konsumsi protein hewani dapat meningkatkan penyerapan zat besi dalam

tubuh. Protein merupakan salah satu zat gizi yang dibutuhkan untuk penyerapan
72

zat besi. Dengan rendahnya konsumsi protein maka dapat menyebabkan

rendahnya penyerapan zat besi oleh tubuh. Keadaan ini dapat mengakibatkan

tubuh kekurangan zat besi dan dapat menyebabkan anemia atau penurunan kadar

Hb. Rendahnya konsumsi zat besi responden antara lain disebabkan karena masih

rendahnya kemampuan keluarga responden untuk menyajikan sumber zat besi

khususnya protein hewani dalam menu makanan sehari-hari. Selain itu konsumsi

makanan responden yang masih monoton, kebiasaan responden mengkonsumsi

mie instan yang hampa zat gizi, kebiasaan responden moci (minum air teh) setelah

makan merupakan beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya konsumsi dan

penyerapan zat besi dalam tubuh responden.

Tidak adanya hubungannya antara tingkat konsumsi zat besi dengan

kejadian anemia dalam penelitian ini antara lain disebabkan oleh masih rendahnya

penyerapan zat besi dalam tubuh (adanya kebiasaan minum teh setelah makan,

masih kurangnya konsumsi protein hewani) responden dan kurangnya waktu

recall konsumsi makanan.

Hasil penelitian yang menyatakan tidak ada hubungan antara tingkat

konsumsi zat besi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1

Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes ini ternyata hampir sama dengan hasil

penelitian Agustina Indika yang menyatakan tidak ada hubungan antara tingkat

konsumsi zat besi dengan kadar Hb.


73

4.5 Kelemahan Penelitian

1. Pengumpulan data recall konsumsi makanan sangat mengandalkan

ingatan responden dan dapat menimbulkan bias karena kadang dapat

dilebih-lebihkan atau bisa juga dikurang-kurangi.

2. Kurangnya waktu recall konsumsi makanan responden.

3. Hasil konsumsi makanan hanya zat besi yang dianalisis, untuk peneliti

selanjutnya diharapkan zat-zat gizi lainnya yang juga berpengaruh

terhadap penyerapan zat besi dan kejadian anemia seperti protein, vitamin

C, vitamin B12, kebiasaan minum teh dan kopi setelah makan dan lainnya

diharapkan ikut dianalisis.


74

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan

Jatibarang, Kabupaten Brebes tahun 2007 dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dengan kejadian

anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan jatibarang,

Kabupaten Brebes.

2. Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan

kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan

jatibarang, Kabupaten Brebes.

3. Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian anemia pada

remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan jatibarang, Kabupaten Brebes.

4. Tidak ada hubungan antara tingkat konsumsi zat besi dengan kejadian

anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang,

Kabupaten Brebes.

5. Ada hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada remaja

putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes.

6. Ada hubungan antara menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja

putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes.


75

5.2 SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diajukan adalah :

5.2.1 Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes

Hendaknya hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu pertimbangan

dalam upaya penanggulangan dan pencegahan anemia pada remaja putri di

Kabupaten Brebes. Supaya lebih luas dalam menyebarkan informasi tentang

anemia pada remaja putri, misalkan dengan melakukan penyuluhan di sekolah

tentang hal-hal yang berkaitan dengan kejadian anemia, yang dilaksanakan secara

berkesinambungan. DKK Brebes dapat bekerja sama dengan UKS untuk

melakukan pemantauan status gizi dengan cara menimbang berat badan dan

mengukur tinggi badan siswi secara rutin.

5.2.2 Bagi Peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya agar menambah waktu recall konsumsi makanan

untuk mengetahui konsumsi zat besi, supaya hasilnya lebih representatif dan

diharapkan juga dapat menganalisis zat-zat gizi selain zat besi yang dapat

mempengaruhi penyerapan zat besi dalam tubuh.

5.2.3 Bagi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat FIK UNNES

Bagi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat FIK UNNES hendaknya dapat

berpartisipasi dalam upaya penanggulangan dan pencegahan anemia pada remaja

putri, misalnya dengan melakukan penyebaran informasi tentang anemia pada

remaja putrid, melalui penyuluhan tentang anemia pada remaja putri.


76

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Djaeni. 2000. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa Profesi Di Indonesia. Jakarta :
Dian Rakyat.

Anie Kurniawan. 2005. Remaja Putri di Kab. Tangerang Menderita Anemia:


http://www.gizi.net.com.

Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Hdup. Jakarta : EGC.

Arlinda Sari. 2004. Anemia Defisiensi Besi Pada Balita: http://www.google.com

Bambang Tri. 2007. Anemia Defisiensi Besi pada Anak Sekolah: http://www.suara
merdeka.com.

Bapelkes Salaman. 2000. Pedoman Praktis Pelaksanaan Kerja di Puskesmas.


Magelang : Podorejo Offset.

Depkes RI. 2003. Program Penanggulangan Anemia Gizi Pada Wanita Usia
Subur (WUS). Jakarta : Ditjen Gizi.

. 1998. Pedoman Penanggulangan Anemia Gizi Untuk Remaja Putri


Wanita Usia Subur dan Calon Pengantin. Jakarta : Depkes RI

. 1998. Pedoman Penanggulangan Anemia Gizi Untuk Remaja Putri dan


Wanita Usia Subur. Jakarta : Depkes RI.

DKK Kab. Brebes. 2006. Hasil Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Pada Remaja
Putri/ WUS. Brebes : DKK Brebes.

Dinkes Propinsi Jawa Timur dan IAKMI Pusat. 2000. Survei Data Dasar
Pengetahuan, sikap dan perilaku WUS tentang Anemia dan TTD Di 10
Lokasi SMPFA di Propinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah. Surabaya :
Dinkes Propinsi Jawa Timur dan IAKMI.

FIK Unnes. 2006. Pedoman Penyusunan Skripsi Mahasiswa Program Strata 1.


Semarang : Unnes.

Guyton dan Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

Etisa Adi. 2006. Anemia Defisiensi Besi, Kekurangan Zat Besi.


http://www.suaramerdeka.com.

I Dewa Nyoman. S. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.


77

Juli Soemirat. 2000. Epidemiologi Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada Press.

Bupati Brebes. 2000. Instruksi Bupati Brebes tentang Penanggulangan Anemia


Gizi Besi pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur. Brebes: Bupati
Brebes.

Mary E. Beck. 2000. Ilmu Gizi dan Diet Hubungan dengan penyakit-penyakit
untuk Perawat dan Dokter. Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica.

Med Ali,dkk. Siklus Menstruasi dan Gangguan Haid. Jakarta : FKUI

Mohamad Harli. 1999. Mengatasi Penyebab Anemia Kurang Besi:


http://www.indomedia.com.

Mohamad Sadikin. 2001. Biokimia Darah. Jakarta : Wydia Medika.

M. Sopiyudin Dahlan. 2004. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta :


PT ARKANS.
S.A Nugraheni, dkk. 2000. Info Anemia Gizi. Semarang: FKM Undip.
Pandji Anoraga. 2001. Psikologi Kerja. Jakarta : Rineka Cipta.

Singgih Santoso. 2004. SPSS Versi 10 Mengolah Data Statistik Secara


Profesional. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Sjahmin Moeji. 2003. Ilmu Gizi Penanggulangan Gizi Buruk. Jakarta : Papas sinar
Sinanti.

Soekidjo Notoatmodjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta Pusat :


Rineka Cipta.

. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta Pusat :


Rineka Cipta

Soetjingsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC

Sudigdo Sastroasmoro. 2002. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klnis. Jakarta :


Sagung Seto.

Suharjdo. 2003. Berbagai Cara Pendidiksn Gizi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Sunita Almatsier. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.

Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta :Rineka Cipta.


78

Sugiyono. 2000. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Ikapi.

Stanley Lemeshow. 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta


: Gajah Mada University Press

Yayuk Farida, dkk. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta : Penebar
Swadaya.
79
80
81
82
83
84
85
86
87

Lampiran 4

KUESIONER PENJARING
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA N 1
KEC. JATIBARANG KAB.BREBES T.A 2006/2007

Kode Responden :
Tanggal Wawancara :
Identitas Responden
1) Nama :
2) Umur :
3) Kelas :
4) Alamat :
Kecamatan :

Petunjuk pengisian kuesioner:


1. Bacalah petunjuk pengisian kuesioner
2. Sebelum menjawab pertanyaan, terlebih dahulu isilah identitas anda dengan
lengkap.
3. Bacalah masing-masing pertanyaan dengan teliti.
4. Jawablah pertanyaan dengan runtut dan jelas.
5. Berilah tanda lingkaran pada jawaban yang paling tepat dan sesuai dengan
keadaan anda sebenarnya.
6. Jawablah semua pertanyaan tanpa ada yang terlewatkan (kecuali ada
pengecualian).
7. Bila kurang jelas tanyakan langsung pada pewawancara.
8. Selamat mengisi dan terima kasih.
88

1. Apakah anda sudah mengalami menstruasi?


a. Sudah
b. Belum
2. Apakah dalam 1 bulan terakhir ini anda pernah mengalami keluhan nyeri perut
sebelah atas yang disertai rasa mual atau nyeri ulu hati?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah dalam 1 bulan terakhir ini anda pernah mengalami keluhan nyeri
lambung, perih, panas dan sakit pada perut serta rasa perut kosong dan lapar?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah dalam 1 bulan terakhir ini anda pernah mengalami keluhan buang air
besar yang sering (lebih dari 3 kali sehari), faeces cair dan berlendir?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah dalam 1 bulan terakhir ini anda pernah mengalami kehilangan darah
yang terlalu banyak (misal akibat trauma atau kecelakaan)?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah dalam 1 bulan terakhir ini anda pernah mengalami keluhan rasa gatal
yang hebat pada anus (biasanya pada malam hari), nafsu makan berkurang dan
berat badan menurun?
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah anda sering demam dan menggigil?
a. Ya
b. Tidak
8. Apakah anda kos?
a. Ya
b. Tidak
9. Apakah anda seorang atlet?
89

a. Ya (Sebutkan....................................)
b. Tidak
90

Lampiran 5

KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA N 1
KEC. JATIBARANG KAB. BREBES T.A 2006/2007

Kode Responden :
Tanggal Wawancara :
Pewawancara :
Jam Wawancara : s.d

Petunjuk pengisian kuesioner:


9. Bacakan petunjuk pengisian kuesioner
10. Sebelum memulai pertanyaan, terlebih dahulu tanyakan dan catat identitas
responden dengan lengkap.
11. Bacakan masing-masing pertanyaan dengan teliti.
12. Jawablah pertanyaan dengan runtut dan jelas.
13. Berilah tanda lingkaran pada jawaban yang paling tepat dan sesuai dengan
keadaan anda sebenarnya.
14. Jawablah semua pertanyaan tanpa ada yang terlewatkan (kecuali ada
pengecualian).
15. Bila kurang jelas tanyakan langsung pada pewawancara.
16. Selamat mengisi dan terima kasih.
A. Identitas Responden
5) Nama :
6) Kelas :
7) Umur (Tanggal lahir) :
8) Alamat :
Kecamatan :
91

B. Karakteristik Orang Tua


5) Pekerjaan ayah
1. PNS 6. Buruh
2. ABRI 7. Pensiunan
3. Pegawai swasta 8. Tidak bekerja
4.Wiraswasta 9. Lain-lain, sebutkan ...................
5. Petani
6) Pekerjaan inu
1. PNS 5. Buruh
2. Pegawai swasta 6. Pensiunan
3. Wiraswasta 7. Tidak bekerja/ IRT
4. Petani 8. Lain-lain, sebutkan ...................
7) Jumlah anggota keluarga/anak yang ditanggung ortu, sebutkan .....................

C. Pendapatan Keluarga
8) Pendapatan keluarga per bulan
Orang tua Pendapatan/bulan (Rp)
Ayah
Ibu

D. Pengetahuan Tentang Anemia


9) Apakah itu anemia?
1. tidak tahu
2. Darah rendah
3. Kurang darah
4. Rendahnya kadar Hb dalam darah dibawah kadar normal
10) Apa salah satu penyebab seseorang dapat menderita anemia?
1. Tidak tahu
2. Kurang makan sayuran hijau
3. Kurang makan
4. Kurang makan makanan kaya zat besi
92

11) Kenapa remaja putri dan ibu hamil sering menderita anemia?
1. tidak tahu
2. Karena haid setiap bulan
3. Kurang mengkonsumsi makanan kaya besi
4. Kebutuhan wanita dan ibu hamil lebih tinggi dari pria
5. Jawaban No. 2-4
12) Apakah tanda-tanda anemia?
1. Tidak tahu
2. Lesu
3. Lemah
4. Letih
5. Lelah
6. Lalai
7. 5L
13) Siapa yang sering menderita anemia?
1. Tidak Tahu
2. Remaja putra
3. Balita
4. Remaja Putri/Wanita Usia subur
5. Ibu Hamil
6. Orang tua
7. No 3-6
14) Bagaimana cara mencegah seseorang agar tidak menderita anemia?
1. Tidak Tahu
2. Banyak mengkonsumsi makanan protein hewani
2.Banyak makan sayuran hijau
3.Minum tablet tambah darah
4.Banyak makan sayuran hijau dan protein hewani
5.Menjawab No 2- 4
15) Apa yang dapat mengganggu penyerapan zat besi dalam tubuh?
1. Tidak tahu
93

2. Vitamin C, air jeruk


3. Teh
4. Kopi
5. Susu
6. Menjawab No 3-5
16) Bahan makanan kaya zat besi yang lebih mudah diserap tubuh?
1. tidak tahu
2. Daging, ikan
3. Kangkung, bayam, tempe, tahu
17) Penyakit apa yang dapat menyebabkan terjadinya anemia?
1. Tidak tahu
2. Demam, hemofilia
3. Malaria, cacingan

E. Pendidikan Ibu
18) Apa pendidikan terakhir ibu anda?
1. Tidak sekolah
2. Tidak tamat SD
3. Tamat SD
4. Tamat SMP
5. Tamat SMA
6. Tamat Akademik (D1. D2, D3)
7. Tamat Perguruan Tinggi (S1, S2, S3)

F. Konsumsi Zat Besi


19) Formulir Recall 2x24 Jam
Petunjuk pengisian:
- Tanyakan dan catat semua makanan, buah, snack yang responden konsumsi
(makan) dan minuman yang diminum pada 2 hari secara berselang-seling,
bila antara hari tersebut responden berpuasa maka tanyakan konsumsi pada
hari sebelum responden berpuasa.
94

- Kemudian tanyakan jenis bahan makanan yang menyusun


masakan/makanan tersebut (contoh: nama masakan sayur sop, bahan
makanan penyusun: wortel, kentang, kubis. Nama minuman teh manis,
bahan penyusun gula pasir dll).
- Tanyakan dan catat seberapa banyak responden mengkonsumsinya dalam
ukuran rumah tangga : sendok, piring, butir, potong, gelas dll (contoh: nasi
sebanyak 1 piring, tempe 1 potong, gula 1 sendok makan).
- Tanyakan secara detail dan lengkap jangan sampai ada yang terlewatkan.

Hari Waktu Nama Masakan jenis bahan Ukuran


Makan & Minuman makanan URT Gram
I. Makan
Pagi

Makanan
selingan
(snack)

Makan
Siang
95

Makanan
selingan
(Snack)

Makan
malam

II. Makan
Pagi

Makanan
selingan
(Snack)
96

Makan
Siang

Makanan
selingan
(Snack)

Makan
Malam
97

G. Kebiasaan Makan (penunjang)


20) Berapa kali frekuensi makan dalam sehari?
1.1 kali sehari
1. 2 kali sehari
2. 3 kali sehari
21) Apakah ada pantangan terhadap makanan tertentu?
1. Ya, (sebutkan........................................................)
2. tidak
22) Apakah anda melakukan diet penurunan berat badan/untuk menjaga
bentuk tubuh agar tetap langsing?
1. Ya, sebutkan caranya..............................................
2. Tidak
23) Apakah anda setiap hari mengkonsumsi buah kaya Vitamin C (jeruk,
nanas dll)?
1. Tidak (Lanjutkan ke pertanyaan No. 25).
2. Ya
24) Apakah anda setiap hari mengkonsumsi sayuran hijau?
1. Tidak
2. Ya
25) Apakah anda setiap hari mengkonsumsi protein hewani?
1. Tidak
2. Ya

H. Status Gizi
26) Hasil pengukuran :
Berat Badan : Kg
Tinggi Badan : Cm = Meter
BB( Kg )
IMT = =
TB (m) 2
1. Kurus : IMT ≤ 18,5
2. Normal : IMT >18,5 – 25,0
98

3. Gemuk : IMT > 25,0

I. Aktivitas Fisik
27) Recall Aktivitas
Petunjuk pengisian :
- Tanyakan dan catat aktivitas sehari-hari responden dari bangun tidur sampai
tidur kembali dan lama aktivitas yang dilakukan responden ( isi daftar
dibawah)
- Bila jenis aktivitas yang tercantum dibawah kurang lengkap, mahon untuk
dilengkapi.
No Waktu Kegiatan Lama
(Jam)
Menit Jam
Bangun tidur
Bantu-bantu di rumah (sebutkan)
Mandi, makan pagi
Berangkat
Jalan kaki
Naik sepeda
i. Motor/ angkutan umum/ mobil
pribadi
Belajar di sekolah
Isrirahat di sekolah
Pulang sekolah
Makan siang
Tidur
Nonton TV
Nyuci baju
Nyuci piring
Menyapu
Kegiatan ekstrakulikuler
99

Les mata pelajaran


Olahraga
Santai di rumah
Mandi
Makan malam
Belajar di rumah
Tidur

J. Menstruasi
28) Apakah ketika dilakukan pemeriksaan Hb anda sedang menstruasi?
1. Tidak
2. Ya
29) Bagaimana frekuensi menstruasi anda?
1.2-3 bulan sekali
2.Sebulan dua kali
3.Sebulan sekali
30) Berapa hari lama menstruasi anda?
1. < 3 hari
2. >7 hari
3. 3-7 hari
100

K. Kejadian Anemia
31) Hasil pemeriksaan Hb: g%
1. Anemia : Hb < 12 g %
2. Tidak anemia : Hb ≥ 12 g %

TERIMA KASIH
101

Lampiran 6

Rekap Skoring Uji Coba Kuesioner Pengetahuan

No P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 TOTAL
R1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 7
R2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 17
R3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18
R4 1 1 2 2 1 2 1 1 1 12
R5 1 1 1 1 0 1 1 1 0 7
R6 1 1 1 1 0 2 1 1 0 8
R7 1 1 1 2 2 2 1 2 0 12
R8 1 1 1 2 2 2 1 2 0 12
R9 1 1 2 2 0 2 1 2 2 13
R10 1 1 1 1 1 2 1 1 1 10
R11 1 1 2 2 2 2 1 2 1 14
R12 1 2 1 2 2 2 1 2 1 14
R13 1 1 2 2 2 2 1 2 2 15
R14 1 1 2 2 1 2 1 2 0 12
R15 1 1 2 0 1 2 2 2 1 12
R16 1 2 1 2 1 2 1 2 0 12
R17 1 1 2 2 1 2 2 2 1 14
R18 1 2 2 2 2 2 2 2 1 16
R19 1 1 2 2 1 1 1 2 0 11
R20 1 1 2 2 2 2 1 1 1 13
102

Lampiran 7

Uji Validitas Kuesioner Pengetahuan tentang Anemia

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 20 100.0
Excluded a 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.

Correlations

Correlations

Total
P1 Pearson Correlation .583**
Sig. (2-tailed) .007
N 20
P2 Pearson Correlation .589**
Sig. (2-tailed) .006
N 20
P3 Pearson Correlation .622**
Sig. (2-tailed) .003
N 20
P4 Pearson Correlation .639**
Sig. (2-tailed) .002
N 20
P5 Pearson Correlation .686**
Sig. (2-tailed) .001
N 20
P6 Pearson Correlation .599**
Sig. (2-tailed) .005
N 20
P7 Pearson Correlation .589**
Sig. (2-tailed) .006
N 20
P8 Pearson Correlation .668**
Sig. (2-tailed) .001
N 20
P9 Pearson Correlation .675**
Sig. (2-tailed) .001
N 20
Total Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed) .
N 20
**. Correlation is significant at the 0.01 level
(2 il d)
103

Lampiran 8

Uji Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan tentang Anemia

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 20 100.0
Excluded a 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
.792 9

Item Statistics

Mean Std. Deviation N


P1 1.10 .308 20
P2 1.25 .444 20
P3 1.60 .503 20
P4 1.65 .671 20
P5 1.30 .733 20
P6 1.85 .366 20
P7 1.25 .444 20
P8 1.70 .470 20
P9 .75 .716 20

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
P1 11.35 7.818 .508 .777
P2 11.20 7.432 .478 .774
P3 10.85 7.187 .500 .770
P4 10.80 6.695 .473 .776
P5 11.15 6.345 .516 .772
P6 10.60 7.621 .510 .773
P7 11.20 7.432 .478 .774
P8 10.75 7.145 .565 .763
P9 11.70 6.432 .507 .773

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


12.45 8.787 2.964 9
104

Lampiran 9

REKAP DATA HASIL PENELITIAN


Pekerjaan Jumlah Perkapita Kab.Brebes
No-R Kelas Umur Pekerjaan Ayah Ibu anak (UMR/4)
1 X.1 15 Wiraswasta IRT 1 126250
2 X.2 16 Wiraswasta wiraswasta 3 126250
3 X.2 15 PNS IRT 3 126250
4 X.2 16 Wiraswasta wiraswasta 5 126250
5 X.2 17 petani wiraswasta 2 126250
6 X.2 16 CPNS wiraswasta 2 126250
7 X.3 16 CPNS IRT 3 126250
8 X.3 16 Wiraswasta wiraswasta 2 126250
9 X.3 15 Lain-lain Petani 3 126250
10 X.3 17 petani Petani 5 126250
11 X.3 17 Lain-lain Buruh 1 126250
12 X.4 16 Petani IRT 2 126250
13 X.4 15 Petani wiraswasta 2 126250
14 X.4 17 Buruh PNS 3 126250
15 X.4 16 Petani IRT 4 126250
16 X.4 17 Lain-lain IRT 2 126250
17 X.4 16 Wiraswasta wiraswasta 5 126250
18 X.5 16 PNS Lain-lain 4 126250
19 X.5 17 PNS IRT 2 126250
20 X.5 16 Wiraswasta IRT 2 126250
21 X.5 15 Tidak bekerja PNS 3 126250
22 XI.A1 17 Lain-lain IRT 6 126250
23 XI.A1 16 Buruh IRT 3 126250
24 XI.A1 17 Lain-lain IRT 4 126250
25 XI.A1 17 Lain-lain IRT 1 126250
26 XI.A1 17 Petani petani 5 126250
27 XI.A2 17 Wiraswasta IRT 1 126250
28 XI.A2 17 Lain-lain wiraswasta 2 126250
29 XI.A2 17 Wiraswasta wiraswasta 3 126250
30 XI.A2 16 Buruh wiraswasta 1 126250
31 XI.S1 17 petani petani 2 126250
32 XI.S1 17 Lain-lain IRT 1 126250
33 XI.S1 18 Lain-lain IRT 2 126250
34 XI.S1 17 PNS IRT 2 126250
35 XI.S1 16 PNS IRT 4 126250
36 XI.S1 17 Lain-lain IRT 2 126250
37 XI.S2 17 petani petani 4 126250
38 XI.S2 18 petani petani 3 126250
39 XI.S2 18 petani IRT 4 126250
40 XI.S2 17 Buruh Lain-lain 2 126250
41 XI.S2 18 petani petani 1 126250
42 XII.A1 17 Lain-lain IRT 3 126250
43 XII.A1 18 Lain-lain IRT 3 126250
105

Pekerjaan Jumlah Perkapita Kab.Brebes


No-R Kelas Umur Pekerjaan Ayah Ibu anak (UMR/4)
44 XII.A1 17 Pedagang IRT 4 126250
45 XII.A1 18 Lain-lain Buruh 3 126250
46 XII.A2 17 Lain-lain IRT 3 126250
47 XII.A2 18 petani wiraswasta 2 126250
48 XII.A2 17 Wiraswasta IRT 1 126250
49 XII.A2 17 petani petani 1 126250
50 XII.A2 18 Wiraswasta IRT 1 126250
51 XII.S1 18 Wiraswasta IRT 3 126250
52 XII.S1 18 Petani IRT 2 126250
53 XII.S1 17 petani IRT 1 126250
54 XII.S1 17 Lain-lain IRT 2 126250
55 XII.S1 18 Lain-lain IRT 4 126250
56 XII.S2 17 Lain-lain IRT 1 126250
57 XII.S2 17 Wiraswasta IRT 2 126250
58 XII.S2 18 Buruh IRT 2 126250
59 XII.S2 17 Lain-lain IRT 3 126250
60 XII.S2 17 petani IRT 3 126250
61 X.1 16 Lain-lain IRT 2 126250
62 X.1 16 Buruh IRT 3 126250
63 X.1 17 Buruh IRT 3 126250
64 X.1 16 Buruh Buruh 1 126250
65 X.1 17 Lain-lain wiraswasta 1 126250
66 X.2 16 wiraswasta wiraswasta 2 126250
67 X.2 16 wiraswasta wiraswasta 2 126250
68 X.2 17 Lain-lain IRT 3 126250
69 X.2 16 Buruh IRT 4 126250
70 X.2 16 Wiraswasta IRT 2 126250

No- Pendapatan Pendapatan Coding Jumlah skor % Coding Coding


106

R keluarga/bln keluarga Pengetahuan Pengetahuan awal pengetahuan


(perkapita) penggab
1 450.000 150.000 1 16 89 2 1
2 1.000.000 200.000 1 15 83 2 1
3 2.000.000 400.000 1 9 50 0 0
4 500.000 71.429 0 12 67 1 1
5 750.000 187.500 1 14 78 1 1
6 1.000.000 250.000 1 12 67 1 1
7 500.000 100.000 0 11 61 1 1
8 750.000 187.500 1 13 72 1 1
9 1.000.000 200.000 1 11 61 1 1
10 650.000 92.857 0 11 61 1 1
11 450.000 150.000 1 12 67 1 1
12 500.000 125.000 0 14 78 1 1
13 800.000 200.000 1 11 61 1 1
14 1.000.000 200.000 1 14 78 1 1
15 500.000 83.333 0 11 61 1 1
16 1.000.000 250.000 1 11 61 1 1
17 525.000 75.000 0 15 83 2 1
18 1.500.000 250.000 1 14 78 1 1
19 1.500.000 375.000 1 12 67 1 1
20 500.000 125.000 0 11 61 1 1
21 1.500.000 300.000 1 12 67 1 1
22 700.000 87.500 0 12 67 1 1
23 300.000 60.000 0 12 67 1 1
24 700.000 116.667 0 11 61 1 1
25 700.000 233.333 1 12 67 1 1
26 530.000 75.714 0 11 61 1 1
27 1.000.000 333.333 1 12 67 1 1
28 450.000 112.500 0 13 72 1 1
29 500.000 100.000 0 12 67 1 1
30 900.000 300.000 1 13 72 1 1
31 400.000 100.000 0 12 67 1 1
32 2.500.000 833.333 1 11 61 1 1
33 700.000 175.000 1 10 56 0 0
34 1.500.000 375.000 1 10 56 0 0
35 1.200.000 200.000 1 10 56 0 0
36 500.000 125.000 0 8 44 0 0
37 600.000 100.000 0 8 44 0 0
38 600.000 120.000 0 7 39 0 0
39 500.000 83.333 0 14 78 1 1
40 750.000 187.500 1 10 56 0 0
41 350.000 116.667 0 14 78 1 1
42 650.000 130.000 1 8 44 0 0
43 800.000 160.000 1 11 61 1 1
44 750.000 125.000 0 13 72 1 1
45 500.000 100.000 0 12 67 1 1
46 1.000.000 200.000 1 10 56 0 0
107

Pendapatan Coding
No- Pendapatan keluarga Jumlah skor % Coding pengetahuan
R keluarga/bln (perkapita) Coding Pengetahuan Pengetahuan awal penggab
47 300.000 75.000 0 9 50 0 0
48 545.000 181.667 1 12 67 1 1
49 600.000 200.000 1 10 56 0 0
50 650.000 216.667 1 12 67 1 1
51 500.000 100.000 0 6 33 0 0
52 450.000 112.500 0 11 61 1 1
53 500.000 166.667 1 7 39 0 0
54 475.000 118.750 0 14 78 1 1
55 1.500.000 250.000 1 12 67 1 1
56 700.000 233.333 1 13 72 1 1
57 1.000.000 250.000 1 15 83 2 1
58 550.000 137.500 1 7 39 0 0
59 400.000 80.000 0 13 72 1 1
60 500.000 100.000 0 8 44 0 0
61 650.000 162.500 1 12 67 1 1
62 650.000 130.000 1 14 78 1 1
63 400.000 80.000 0 11 61 1 1
64 600.000 200.000 1 13 72 1 1
65 400.000 133.333 1 7 39 0 0
66 2.000.000 500.000 1 14 78 1 1
67 300.000 75.000 0 12 67 1 1
68 1.000.000 200.000 1 12 67 1 1
69 500.000 83.333 0 9 50 0 0
70 500.000 125.000 0 11 61 1 1
108

coding Konsumsi
Pendidikan pendidikan Konsumsi Fe rata- BB
No-R Ibu ibu Fe 2 hari rata TB BB ideal AKG
1 SMP 1 7,25 3,63 159,1 44 46 18,17
2 SMP 1 9,26 4,63 159,5 48 50 24,00
3 PT 1 29,60 14,00 159 44 46 18,17
TDK TMT
4 SD 0 35,40 17,70 154,2 44 50 22,00
5 SD 0 6,68 3,34 155 55 50 27,50
6 SMA 1 45,20 22,60 151 54 50 27,00
7 PT 1 40,10 20,05 147,5 49 50 24,50
8 SD 0 15,10 7,55 156,5 52 50 26,00
9 SMP 1 33,60 16,80 154,6 48 46 19,83
TDK
10 SKLH 0 9,17 4,59 154 39 50 19,50
11 SD 0 7,86 3,93 164,4 60 50 30,00
12 SD 0 38,70 19,35 154,8 48 50 24,00
13 PT 1 11,80 5,90 157,5 46 46 19,00
TDK TMT
14 SD 0 6,22 3,11 155,5 47 50 23,50
TDK TMT
15 SD 0 6,75 3,38 160 41 50 20,50
16 SD 0 8,43 4,22 153 41 50 20,50
17 SD 0 4,99 2,50 155 49 50 24,50
18 SMP 1 4,82 2,41 150 41 50 20,50
19 SMP 1 11,50 5,75 155 29,5 50 14,75
20 SD 0 3,00 1,50 153 41 50 20,50
21 PT 1 8,83 4,42 153 47 46 19,41
TDK TMT
22 SD 0 32,50 15,50 153 40 50 20,00
TDK TMT
23 SD 0 35,00 17,50 152 48 50 24,00
24 SMP 1 7,54 3,77 142 39 50 19,50
TDK
25 SKLH 0 2,97 1,49 154,5 50 50 25,00
26 SD 0 9,82 4,91 150 42 50 21,00
27 SMA 1 40,30 20,15 153 50 50 25,00
28 SD 0 6,88 3,44 159,5 46 50 23,00
29 SD 0 7,52 3,76 154,5 49 50 24,50
30 SMP 1 33,90 16,95 145,5 42 50 21,00
31 SD 0 32,90 16,45 147,5 41 50 20,50
32 SD 0 7,00 3,50 157,5 49 50 24,50
33 SMP 1 5,10 2,55 149 58 50 29,00
34 SMP 1 10,80 5,40 151 56 50 28,00
35 SD 0 5,83 2,92 152,5 43 50 21,50
36 SMA 1 11,70 5,85 163 71 50 35,50
TDK
37 SKLH 0 9,38 4,69 157 64 50 32,00
TDK TMT
38 SD 0 5,32 2,66 152,7 37 50 18,50
39 SD 0 5,24 2,62 158,3 52 50 26,00
40 SD 0 5,34 2,67 50 20,00
109

coding Konsumsi
Pendidikan pendidikan Konsumsi Fe rata- TB BB BB
No-R Ibu ibu Fe 2 hari rata (Cm) (Kg) ideal AKG
41 SD 0 7,01 3,51 155,6 42 50 21,00
42 SD 0 8,74 4,37 152,5 55 50 27,50
43 SMP 1 9,18 4,59 150 43 50 21,50
44 SD 0 6,79 3,40 161,5 50 50 25,00
45 SMA 1 7,29 3,65 156,9 45 50 22,50
TDK TMT
46 SD 0 7,12 3,56 156,4 40 50 20,00
47 SMP 1 8,10 4,05 153,9 46 50 23,00
48 SMA 1 31,87 15,94 157,8 39 50 19,50
49 SD 0 7,58 3,79 157 50 50 25,00
50 SD 0 37,00 18,50 154 46 50 23,00
51 SD 0 5,26 2,63 160 52 50 26,00
TDK TMT
52 SD 0 4,97 2,49 163 49 50 24,50
53 SMP 1 6,72 3,36 147 40 50 20,00
54 SD 0 5,01 2,51 144,5 39 50 19,50
55 SD 0 9,15 4,58 152,5 51 50 25,50
56 SMP 1 8,94 4,47 150,2 44 50 22,00
57 SD 0 7,02 3,51 152,5 51 50 25,50
58 SMP 1 6,59 3,30 158 48 50 24,00
59 SMP 1 4,93 2,47 160 50 50 25,00
60 SMP 1 8,73 4,37 155,5 49 50 24,50
61 SMA 1 6,91 3,46 157 49 50 24,50
62 SD 0 7,99 4,00 151 42 50 21,00
63 SMP 1 33,20 16,60 149,5 40 50 20,00
TDK TMT
64 SD 0 7,98 3,99 154,5 48 50 24,00
65 SD 0 6,17 3,09 162,5 47 50 23,50
66 SD 0 8,14 4,07 147 42 50 21,00
67 SD 0 8,84 4,42 155 43 50 21,50
68 SD 0 7,51 3,76 152 46 50 23,00
TDK TMT
69 SD 0 5,36 2,68 158,5 53 50 26,50
70 SMA 1 8,73 4,37 154,2 66 50 33,00
110

Coding % Coding Status Coding


% Tingkat Tingkat Konsumsi Fe gizi Coding status gizi
No-R Konsumsi Fe konsumsi Fe penggab (IMT) status gizi penggab
1 19,95 0 0 17,4 0 0
2 19,29 0 0 18,9 1 1
3 77,03 1 0 17,4 0 0
4 80,45 2 1 18,5 0 0
5 12,15 0 0 22,9 1 1
6 83,70 2 1 23,7 1 1
7 81,84 1 1 22,5 1 1
8 29,04 0 0 21,2 1 1
9 84,74 2 1 20,1 1 1
10 23,51 0 0 16,4 0 0
11 13,10 0 0 22,2 1 1
12 80,63 2 1 20,0 1 1
13 31,05 0 0 18,5 0 0
14 13,23 0 0 19,4 1 1
15 16,46 0 0 16,0 0 0
16 20,56 0 0 17,5 0 0
17 10,18 0 0 20,4 1 1
18 11,76 0 0 18,2 0 0
19 38,98 0 0 12,3 0 0
20 7,32 0 0 17,5 0 0
21 22,74 0 0 20,1 1 1
22 77,50 1 0 17,1 0 0
23 72,92 1 0 20,8 1 1
24 19,33 0 0 19,3 1 1
25 5,94 0 0 20,9 1 1
26 23,38 0 0 18,7 1 1
27 80,60 2 1 21,4 1 1
28 14,96 0 0 18,1 0 0
29 15,35 0 0 20,5 1 1
30 80,71 2 1 19,8 1 1
31 80,24 2 1 18,8 1 1
32 14,29 0 0 19,8 1 1
33 8,79 0 0 26,1 2 0
34 19,29 0 0 24,6 1 1
35 13,56 0 0 18,5 0 0
36 16,48 0 0 26,7 2 0
37 14,66 0 0 26,0 2 0
38 14,38 0 0 15,9 0 0
39 10,08 0 0 20,8 1 1
40 13,35 0 0 17,9 0 0
41 16,69 0 0 17,3 0 0
42 15,89 0 0 23,6 1 1
43 21,35 0 0 19,1 1 1
44 13,58 0 0 19,2 1 1
45 16,20 0 0 18,3 0 0
46 17,80 0 0 16,4 0 0
111

Coding Status Coding


% Konsumsi Coding Konsumsi Fe gizi Coding status gizi
No-R Fe konsumsi Fe penggab (IMT) status gizi penggab
47 17,61 0 0 19,4 1 1
48 81,72 2 1 15,7 0 0
49 15,16 0 0 20,3 1 1
50 80,43 2 1 19,4 1 1
51 10,12 0 0 20,3 1 1
52 10,14 0 0 18,4 0 0
53 16,80 0 0 18,5 0 0
54 12,85 0 0 18,7 1 1
55 17,94 0 0 21,9 1 1
56 20,32 0 0 19,5 1 1
57 13,76 0 0 21,9 1 1
58 13,73 0 0 19,2 1 1
59 9,86 0 0 19,5 1 1
60 17,82 0 0 20,3 1 1
61 14,10 0 0 19,9 1 1
62 19,02 0 0 18,4 0 0
63 83,00 2 1 17,9 0 0
64 16,63 0 0 20,1 1 1
65 13,13 0 0 17,8 0 0
66 19,38 0 0 19,4 1 1
67 20,56 0 0 17,9 0 0
68 16,33 0 0 19,9 1 1
69 10,11 0 0 21,1 1 1
70 13,23 0 0 27,8 2 0
112

Coding kejadian Kejadian Coding kejadian


No-R Kejadianmenstruasi menstruasi anemia (Hb) anemia
1 tdk menstruasi 1 11,8 0
2 mestruasi 0 16,2 1
3 tdk menstruasi 1 11,9 0
4 tdk menstruasi 1 11,7 0
5 tdk menstruasi 1 14,1 1
6 mestruasi 0 16,9 1
7 tdk menstruasi 1 9,5 0
8 tdk menstruasi 1 13,6 1
9 tdk menstruasi 1 15,5 1
10 menstruasi 0 14,3 1
11 tdk menstruasi 1 17,3 1
12 tdk menstruasi 1 13,5 1
13 tdk menstruasi 1 13,7 1
14 menstruasi 0 16,9 1
15 menstruasi 0 9 0
16 menstruasi 0 11,4 0
17 menstruasi 0 10,8 0
18 tdk menstruasi 1 11,5 0
19 tdk menstruasi 1 14,3 1
20 menstruasi 0 8,7 0
21 tdk menstruasi 1 14,4 1
22 menstruasi 0 10,8 0
23 tdk menstruasi 1 11,2 0
24 tdk menstruasi 1 13,9 1
25 tdk menstruasi 1 16,1 1
26 menstruasi 0 11,8 0
27 tdk menstruasi 1 11,6 0
28 menstruasi 0 11 0
29 tdk menstruasi 1 11,5 0
30 menstruasi 0 10,7 0
31 tdk menstruasi 1 13,2 1
32 menstruasi 0 12,6 1
33 tdk menstruasi 1 13,5 1
34 tdk menstruasi 1 13,3 1
35 tdk menstruasi 1 11,8 0
36 tdk menstruasi 1 14,7 1
37 tdk menstruasi 1 14,1 1
38 tdk menstruasi 1 11,5 0
39 menstruasi 0 10,5 0
40 tdk menstruasi 1 15,8 1
41 tdk menstruasi 1 11,2 0
42 tdk menstruasi 1 12,9 1
43 tdk menstruasi 1 12,1 1
44 tdk menstruasi 1 13,3 1
45 tdk menstruasi 1 11,8 0
46 tdk menstruasi 1 11,1 0
113

Coding kejadian Kejadian Coding kejadian


No-R Kejadianmenstruasi menstruasi anemia (Hb) anemia
47 tdk menstruasi 1 13,1 1
48 tdk menstruasi 1 11,1 0
49 tdk menstruasi 1 10,8 0
50 tdk menstruasi 1 11,1 0
51 tidak menstruai 1 16,2 1
52 menstruasi 0 10,4 0
53 tdk menstruasi 1 12 1
54 tdk menstruasi 1 11,1 0
55 tdk menstruasi 1 9,2 0
56 tdk menstruasi 1 13,1 1
57 tdk menstruasi 1 12 1
58 tdk menstruasi 1 15 1
59 tdk menstruasi 1 13,6 1
60 tdk menstruasi 1 13,8 1
61 tdk menstruasi 1 13,4 1
62 tdk menstruasi 1 11,5 0
63 tdk menstruasi 1 14,6 1
64 menstruasi 0 14,8 1
65 menstruasi 0 10 0
66 tdk menstruasi 1 12,7 1
67 menstruasi 0 10,7 0
68 tdk menstruasi 1 13,5 1
69 menstruasi 0 10,9 0
70 menstruasi 0 10,4 0
114

Lampiran 10

Analisis Data Hasil Penelitian


1. Variabel Tingkat Pendapatan Keluarga

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Tingkat pendapatan
70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%
keluargavresponden

Descriptives

Statistic Std. Error


Tingkat pendapatan Mean 177624,99 14181,179
keluargavresponden 95% Confidence Lower Bound 149334,31
Interval for Mean Upper Bound
205915,66

5% Trimmed Mean 162999,79


Median 143750,00
Variance 1,4E+10
Std. Deviation 118648,3
Minimum 60000
Maximum 833333
Range 773333
Interquartile Range 100000
Skewness 2,974 ,287
Kurtosis 13,142 ,566

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Tingkat pendapatan
,197 70 ,000 ,732 70 ,000
keluargavresponden
a. Lilliefors Significance Correction
115

Tingkat pendapatan keluarga responden * Kejadian anemia pada responden

Crosstab

Kejadian anemia pada


responden
Anemia (Hb Tdk anemia
<12 mg) (Hb >=12 mg) Total
Tingkat pendapatarendah(<126.250 Count 19 12 31
keluarga responde Expected Count 14,6 16,4 31,0
% within Tingkat
pendapatan keluarga 61,3% 38,7% 100,0%
responden
% within Kejadian
57,6% 32,4% 44,3%
anemia pada respond
% of Total 27,1% 17,1% 44,3%
Tinggi (>= 126.25 Count 14 25 39
Expected Count 18,4 20,6 39,0
% within Tingkat
pendapatan keluarga 35,9% 64,1% 100,0%
responden
% within Kejadian
42,4% 67,6% 55,7%
anemia pada respond
% of Total 20,0% 35,7% 55,7%
Total Count 33 37 70
Expected Count 33,0 37,0 70,0
% within Tingkat
pendapatan keluarga 47,1% 52,9% 100,0%
responden
% within Kejadian
100,0% 100,0% 100,0%
anemia pada respond
% of Total 47,1% 52,9% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 4,469b 1 ,035
Continuity Correction a 3,508 1 ,061
Likelihood Ratio 4,511 1 ,034
Fisher's Exact Test ,053 ,030
Linear-by-Linear
4,405 1 ,036
Association
N of Valid Cases 70
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
14,61.
116

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.


Nominal by Phi ,253 ,035
Nominal Cramer's V ,253 ,035
Contingency Coefficient ,245 ,035
N of Valid Cases 70
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null
hypothesis.

Risk Estimate

95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Tingkat
pendapatan keluarga
responden 2,827 1,067 7,495
(rendah(<126.250) /
Tinggi (>= 126.250))
For cohort Kejadian
anemia pada responden 1,707 1,031 2,827
= Anemia (Hb <12 mg)
For cohort Kejadian
anemia pada responden
,604 ,366 ,997
= Tdk anemia (Hb >=12
mg)
N of Valid Cases 70

2. Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Tingkat pengetahuan
70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%
tentang anemi responde
117

Descriptives

Statistic Std. Error


Tingkat pengetahuan Mean 63,64 1,455
tentang anemi responden 95% Confidence Lower Bound 60,74
Interval for Mean Upper Bound
66,55

5% Trimmed Mean 63,94


Median 67,00
Variance 148,291
Std. Deviation 12,177
Minimum 33
Maximum 89
Range 56
Interquartile Range 16
Skewness -,496 ,287
Kurtosis -,021 ,566

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Tingkat pengetahuan
,157 70 ,000 ,951 70 ,008
tentang anemi responden
a. Lilliefors Significance Correction
118

‹ Sebelum Penggabungan Sel

Tingkat pengetahuan remaja tentang anemia * Kejadian anemia pada


responden
Crosstab

Kejadian anemia pada


responden
Anemia (Hb Tdk anemia
<12 mg) (Hb >=12 mg) Total
Tingkat pengetahuan Kurang (<60%) Count 7 11 18
remaja tentang Expected Count 8,5 9,5 18,0
anemia % within Tingkat
pengetahuan remaja 38,9% 61,1% 100,0%
tentang anemia
% within Kejadian
21,2% 29,7% 25,7%
anemia pada responden
% of Total 10,0% 15,7% 25,7%
Cukup (60-80%) Count 24 24 48
Expected Count 22,6 25,4 48,0
% within Tingkat
pengetahuan remaja 50,0% 50,0% 100,0%
tentang anemia
% within Kejadian
72,7% 64,9% 68,6%
anemia pada responden
% of Total 34,3% 34,3% 68,6%
Baik (>80%) Count 2 2 4
Expected Count 1,9 2,1 4,0
% within Tingkat
pengetahuan remaja 50,0% 50,0% 100,0%
tentang anemia
% within Kejadian
6,1% 5,4% 5,7%
anemia pada responden
% of Total 2,9% 2,9% 5,7%
Total Count 33 37 70
Expected Count 33,0 37,0 70,0
% within Tingkat
pengetahuan remaja 47,1% 52,9% 100,0%
tentang anemia
% within Kejadian
100,0% 100,0% 100,0%
anemia pada responden
% of Total 47,1% 52,9% 100,0%
119

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square ,662a 2 ,718
Likelihood Ratio ,668 2 ,716
Linear-by-Linear
,527 1 ,468
Association
N of Valid Cases 70
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 1,89.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.


Nominal by Phi ,097 ,718
Nominal Cramer's V ,097 ,718
Contingency Coefficient ,097 ,718
N of Valid Cases 70
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null
hypothesis.

Risk Estimate

Value
Odds Ratio for Tingkat
pengetahuan remaja a
tentang anemia
(Kurang (<60%) /
Cukup (60-80%))
a. Risk Estimate statistics cannot be computed. They
are only computed for a 2*2 table without empty cells.
120

‹ Setelah Penggabungan Sel

Tingkat pengetahuan remaja putri tentang anemia penggab sel * Kejadian


anemia pada responden

gkat pengetahuan remaja putri tentang anemia penggab sel * Kejadian anemia pada responden Crosstabulatio

Kejadian anemia pada


responden
Anemia (Hb Tdk anemia
<12 mg) (Hb >=12 mg) Total
Tingkat pengetahuan Rendah ( kurang <60%) Count 7 11 18
remaja putri tentang Expected Count 8,5 9,5 18,0
anemia penggab sel % within Tingkat
pengetahuan remaja
38,9% 61,1% 100,0%
putri tentang anemia
penggab sel
% within Kejadian
21,2% 29,7% 25,7%
anemia pada responden
% of Total 10,0% 15,7% 25,7%
Tinggi (Cukup+baik Count 26 26 52
>=60%) Expected Count 24,5 27,5 52,0
% within Tingkat
pengetahuan remaja
50,0% 50,0% 100,0%
putri tentang anemia
penggab sel
% within Kejadian
78,8% 70,3% 74,3%
anemia pada responden
% of Total 37,1% 37,1% 74,3%
Total Count 33 37 70
Expected Count 33,0 37,0 70,0
% within Tingkat
pengetahuan remaja
47,1% 52,9% 100,0%
putri tentang anemia
penggab sel
% within Kejadian
100,0% 100,0% 100,0%
anemia pada responden
% of Total 47,1% 52,9% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square ,662b 1 ,416
Continuity Correction a ,292 1 ,589
Likelihood Ratio ,668 1 ,414
Fisher's Exact Test ,585 ,296
Linear-by-Linear
,653 1 ,419
Association
N of Valid Cases 70
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
8,49.
121

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.


Nominal by Phi -,097 ,416
Nominal Cramer's V ,097 ,416
Contingency Coefficient ,097 ,416
N of Valid Cases 70
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null
hypothesis.

Risk Estimate

95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Tingkat
pengetahuan remaja
putri tentang anemia
,636 ,213 1,897
penggab sel (Rendah (
kurang <60%) / Tinggi
(Cukup+baik >=60%))
For cohort Kejadian
anemia pada responden ,778 ,410 1,475
= Anemia (Hb <12 mg)
For cohort Kejadian
anemia pada responden
1,222 ,773 1,932
= Tdk anemia (Hb >=12
mg)
N of Valid Cases 70

3. Tingkat Pendidikan Ibu

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Tingkat pendidikan
70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%
ibu responden_
122

Descriptives

Statistic Std. Error


Tingkat pendidikan Mean 2,3857 ,13845
ibu responden_ 95% Confidence Lower Bound 2,1095
Interval for Mean Upper Bound
2,6619

5% Trimmed Mean 2,3651


Median 2,0000
Variance 1,342
Std. Deviation 1,15837
Minimum ,00
Maximum 5,00
Range 5,00
Interquartile Range 1,00
Skewness ,344 ,287
Kurtosis ,127 ,566

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Tingkat pendidikan
,230 70 ,000 ,917 70 ,000
ibu responden_
a. Lilliefors Significance Correction
123

Tingkat pendidikan ibu responden * Kejadian anemia pada responden


Crosstab

Kejadian anemia pada


responden
Anemia (Hb Tdk anemia
<12 mg) (Hb >=12 mg) Total
Tingkat pendidik Rendah (< wajar 9 tahCount 24 18 42
ibu responden Expected Count 19,8 22,2 42,0
% within Tingkat
pendidikan ibu 57,1% 42,9% 100,0%
responden
% within Kejadian
72,7% 48,6% 60,0%
anemia pada respon
% of Total 34,3% 25,7% 60,0%
Tinggi ( >= Wajar 9 ta Count 9 19 28
Expected Count 13,2 14,8 28,0
% within Tingkat
pendidikan ibu 32,1% 67,9% 100,0%
responden
% within Kejadian
27,3% 51,4% 40,0%
anemia pada respon
% of Total 12,9% 27,1% 40,0%
Total Count 33 37 70
Expected Count 33,0 37,0 70,0
% within Tingkat
pendidikan ibu 47,1% 52,9% 100,0%
responden
% within Kejadian
100,0% 100,0% 100,0%
anemia pada respon
% of Total 47,1% 52,9% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 4,214b 1 ,040
Continuity Correctiona 3,270 1 ,071
Likelihood Ratio 4,283 1 ,038
Fisher's Exact Test ,052 ,035
Linear-by-Linear
4,154 1 ,042
Association
N of Valid Cases 70
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
13,20.
124

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.


Nominal by Phi ,245 ,040
Nominal Cramer's V ,245 ,040
Contingency Coefficient ,238 ,040
N of Valid Cases 70
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null
hypothesis.

Risk Estimate

95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Tingkat
pendidikan ibu
responden (Rendah (< 2,815 1,034 7,661
wajar 9 tahun) / Tinggi (
>= Wajar 9 tahun))
For cohort Kejadian
anemia pada responden 1,778 ,977 3,235
= Anemia (Hb <12 mg)
For cohort Kejadian
anemia pada responden
,632 ,410 ,973
= Tdk anemia (Hb >=12
mg)
N of Valid Cases 70

4. Tingkat Konsumsi Zat Besi

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Tingkat konsumsi
70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%
zat besi responden
125

Descriptives

Statistic Std. Error


Tingkat konsumsi Mean 29,1254 3,14974
zat besi responden 95% Confidence Lower Bound 22,8419
Interval for Mean Upper Bound
35,4090

5% Trimmed Mean 27,2927


Median 16,7450
Variance 694,459
Std. Deviation 26,35258
Minimum 5,94
Maximum 84,74
Range 78,80
Interquartile Range 11,39
Skewness 1,411 ,287
Kurtosis ,190 ,566

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Tingkat konsumsi
,342 70 ,000 ,658 70 ,000
zat besi responden
a. Lilliefors Significance Correction
126

‹ Sebelum Penggabungan Sel

Tingkat konsumsi zat besi responden * Kejadian anemia pada responden


Crosstab

Kejadian anemia pada


responden
Anemia (Hb Tdk anemia
<12 mg) (Hb >=12 mg) Total
Tingkat konsums Defisit (<70% AKG) Count 24 32 56
zat besi responde Expected Count 26,4 29,6 56,0
% within Tingkat
konsumsi zat besi 42,9% 57,1% 100,0%
responden
% within Kejadian
72,7% 86,5% 80,0%
anemia pada respond
% of Total 34,3% 45,7% 80,0%
Kurang (70-80% AKGCount 3 0 3
Expected Count 1,4 1,6 3,0
% within Tingkat
konsumsi zat besi 100,0% ,0% 100,0%
responden
% within Kejadian
9,1% ,0% 4,3%
anemia pada respond
% of Total 4,3% ,0% 4,3%
Sedang (>80-99% AKCount 6 5 11
Expected Count 5,2 5,8 11,0
% within Tingkat
konsumsi zat besi 54,5% 45,5% 100,0%
responden
% within Kejadian
18,2% 13,5% 15,7%
anemia pada respond
% of Total 8,6% 7,1% 15,7%
Total Count 33 37 70
Expected Count 33,0 37,0 70,0
% within Tingkat
konsumsi zat besi 47,1% 52,9% 100,0%
responden
% within Kejadian
100,0% 100,0% 100,0%
anemia pada respond
% of Total 47,1% 52,9% 100,0%
127

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 4,018a 2 ,134
Likelihood Ratio 5,168 2 ,075
Linear-by-Linear
1,073 1 ,300
Association
N of Valid Cases 70
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 1,41.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.


Nominal by Phi ,240 ,134
Nominal Cramer's V ,240 ,134
Contingency Coefficient ,233 ,134
N of Valid Cases 70
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null
hypothesis.

Risk Estimate

Value
Odds Ratio for Tingkat
konsumsi zat besi a
responden (Defisit
(<70% AKG) / Kurang
(70-80% AKG))
a. Risk Estimate statistics cannot be computed. They
are only computed for a 2*2 table without empty cells.
128

‹ Setelah Penggabungan Sel

Tingkat konsumsi zat besi responden penggab sel * Kejadian anemia pada
responden
Crosstab

Kejadian anemia pada


responden
Anemia (Hb Tdk anemia
<12 mg) (Hb >=12 mg) Total
Tingkat konsumsi Kurang (kurang+defisi Count 27 32 59
zat besi responden <= 80% AKG) Expected Count 27,8 31,2 59,0
penggab sel % within Tingkat
konsumsi zat besi 45,8% 54,2% 100,0%
responden penggab se
% within Kejadian
81,8% 86,5% 84,3%
anemia pada responden
% of Total 38,6% 45,7% 84,3%
Baik (sedang+baik> Count 6 5 11
80% AKG) Expected Count 5,2 5,8 11,0
% within Tingkat
konsumsi zat besi 54,5% 45,5% 100,0%
responden penggab se
% within Kejadian
18,2% 13,5% 15,7%
anemia pada responden
% of Total 8,6% 7,1% 15,7%
Total Count 33 37 70
Expected Count 33,0 37,0 70,0
% within Tingkat
konsumsi zat besi 47,1% 52,9% 100,0%
responden penggab se
% within Kejadian
100,0% 100,0% 100,0%
anemia pada responden
% of Total 47,1% 52,9% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square ,287b 1 ,592
Continuity Correction a ,043 1 ,836
Likelihood Ratio ,287 1 ,592
Fisher's Exact Test ,745 ,417
Linear-by-Linear
,283 1 ,595
Association
N of Valid Cases 70
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
5,19.
129

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.


Nominal by Phi -,064 ,592
Nominal Cramer's V ,064 ,592
Contingency Coefficient ,064 ,592
N of Valid Cases 70
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null
hypothesis.

Risk Estimate

95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Tingkat
konsumsi zat besi
responden penggab sel
(Kurang (kurang+defisit ,703 ,193 2,561
<= 80% AKG) / Baik
(sedang+baik> 80%
AKG))
For cohort Kejadian
anemia pada responden ,839 ,457 1,539
= Anemia (Hb <12 mg)
For cohort Kejadian
anemia pada responden
1,193 ,599 2,375
= Tdk anemia (Hb >=12
mg)
N of Valid Cases 70

5. Status Gizi

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Status gizi responden 70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%
130

Descriptives

Statistic Std. Error


Status gizi responden Mean 19,7129 ,31718
95% Confidence Lower Bound 19,0801
Interval for Mean Upper Bound
20,3456

5% Trimmed Mean 19,5937


Median 19,4000
Variance 7,042
Std. Deviation 2,65373
Minimum 12,30
Maximum 27,80
Range 15,50
Interquartile Range 2,63
Skewness ,754 ,287
Kurtosis 1,773 ,566

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Status gizi responde ,127 70 ,007 ,938 70 ,002
a. Lilliefors Significance Correction
131

‹ Sebelum Penggabungan Sel

Status gizi responden * Kejadian anemia pada responden


Crosstab

Kejadian anemia pada


responden
Anemia (Hb Tdk anemia
<12 mg) (Hb >=12 mg) Total
Status gizi Kurus (<=18,5) Count 19 6 25
responden Expected Count 11,8 13,2 25,0
% within Status gizi
76,0% 24,0% 100,0%
responden
% within Kejadian
57,6% 16,2% 35,7%
anemia pada responden
% of Total 27,1% 8,6% 35,7%
Normal (>18,5-25,0) Count 13 28 41
Expected Count 19,3 21,7 41,0
% within Status gizi
31,7% 68,3% 100,0%
responden
% within Kejadian
39,4% 75,7% 58,6%
anemia pada responden
% of Total 18,6% 40,0% 58,6%
Gemuk (>25,0) Count 1 3 4
Expected Count 1,9 2,1 4,0
% within Status gizi
25,0% 75,0% 100,0%
responden
% within Kejadian
3,0% 8,1% 5,7%
anemia pada responden
% of Total 1,4% 4,3% 5,7%
Total Count 33 37 70
Expected Count 33,0 37,0 70,0
% within Status gizi
47,1% 52,9% 100,0%
responden
% within Kejadian
100,0% 100,0% 100,0%
anemia pada responden
% of Total 47,1% 52,9% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 13,062a 2 ,001
Likelihood Ratio 13,538 2 ,001
Linear-by-Linear
11,433 1 ,001
Association
N of Valid Cases 70
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 1,89.
132

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.


Nominal by Phi ,432 ,001
Nominal Cramer's V ,432 ,001
Contingency Coefficient ,397 ,001
N of Valid Cases 70
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null
hypothesis.

Risk Estimate

Value
Odds Ratio for Status
gizi responden (Kurus a
(<=18,5) / Normal
(>18,5-25,0))
a. Risk Estimate statistics cannot be computed. They
are only computed for a 2*2 table without empty cells.

‹ Setelah Penggabungan Sel

Status gizi responden penggab sel * Kejadian anemia pada responden


Crosstab

Kejadian anemia pada


responden
Anemia (Hb Tdk anemia
<12 mg) (Hb >=12 mg) Total
Status gizi Tidak normal Count 20 9 29
responden (Kurus+gemuk IMT Expected Count 13,7 15,3 29,0
penggab <=18,5->25) % within Status gizi
sel 69,0% 31,0% 100,0%
responden penggab sel
% within Kejadian
60,6% 24,3% 41,4%
anemia pada responden
% of Total 28,6% 12,9% 41,4%
Normal (IMT >18,5- 25 Count 13 28 41
Expected Count 19,3 21,7 41,0
% within Status gizi
31,7% 68,3% 100,0%
responden penggab sel
% within Kejadian
39,4% 75,7% 58,6%
anemia pada responden
% of Total 18,6% 40,0% 58,6%
Total Count 33 37 70
Expected Count 33,0 37,0 70,0
% within Status gizi
47,1% 52,9% 100,0%
responden penggab sel
% within Kejadian
100,0% 100,0% 100,0%
anemia pada responden
% of Total 47,1% 52,9% 100,0%
133

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 9,463b 1 ,002
Continuity Correctiona 8,026 1 ,005
Likelihood Ratio 9,667 1 ,002
Fisher's Exact Test ,003 ,002
Linear-by-Linear
9,327 1 ,002
Association
N of Valid Cases 70
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
13,67.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.


Nominal by Phi ,368 ,002
Nominal Cramer's V ,368 ,002
Contingency Coefficient ,345 ,002
N of Valid Cases 70
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null
hypothesis.

Risk Estimate

95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Status
gizi responden penggab
sel (Tidak normal
4,786 1,717 13,346
(Kurus+gemuk IMT
<=18,5->25) / Normal
(IMT >18,5- 25))
For cohort Kejadian
anemia pada responden 2,175 1,304 3,627
= Anemia (Hb <12 mg)
For cohort Kejadian
anemia pada responden
,454 ,254 ,813
= Tdk anemia (Hb >=12
mg)
N of Valid Cases 70
134

6. Menstruasi

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Sedang menstruasi/tida
70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%
saat pemeriksaan Hb

Descriptives

Statistic Std. Error


Sedang menstruasi/tidak Mean ,71 ,054
saat pemeriksaan Hb 95% Confidence Lower Bound ,61
Interval for Mean Upper Bound
,82

5% Trimmed Mean ,74


Median 1,00
Variance ,207
Std. Deviation ,455
Minimum 0
Maximum 1
Range 1
Interquartile Range 1
Skewness -,970 ,287
Kurtosis -1,092 ,566

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Sedang menstruasi/tida
,449 70 ,000 ,566 70 ,000
saat pemeriksaan Hb
a. Lilliefors Significance Correction
135

Menstruasi pada responden saat pmrksn Hb * Kejadian anemia pada


responden
Crosstab

Kejadian anemia pada


responden
Anemia (Hb Tdk anemia
<12 mg) (Hb >=12 mg) Total
Kejadian menstruas sdg menstruasi Count 14 6 20
pada responden sa Expected Count 9,4 10,6 20,0
pmrksn Hb % within Kejadian
menstruasi pada
70,0% 30,0% 100,0%
responden saat pmrks
Hb
% within Kejadian
42,4% 16,2% 28,6%
anemia pada respond
% of Total 20,0% 8,6% 28,6%
tdk sdg menstrua Count 19 31 50
Expected Count 23,6 26,4 50,0
% within Kejadian
menstruasi pada
38,0% 62,0% 100,0%
responden saat pmrks
Hb
% within Kejadian
57,6% 83,8% 71,4%
anemia pada respond
% of Total 27,1% 44,3% 71,4%
Total Count 33 37 70
Expected Count 33,0 37,0 70,0
% within Kejadian
menstruasi pada
47,1% 52,9% 100,0%
responden saat pmrks
Hb
% within Kejadian
100,0% 100,0% 100,0%
anemia pada respond
% of Total 47,1% 52,9% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 5,871b 1 ,015
Continuity Correctiona 4,657 1 ,031
Likelihood Ratio 5,971 1 ,015
Fisher's Exact Test ,019 ,015
Linear-by-Linear
5,787 1 ,016
Association
N of Valid Cases 70
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
9,43.
136

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.


Nominal by Phi ,290 ,015
Nominal Cramer's V ,290 ,015
Contingency Coefficient ,278 ,015
N of Valid Cases 70
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null
hypothesis.

Risk Estimate

95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Kejadian
menstruasi pada
responden saat pmrksn 3,807 1,250 11,597
Hb (sdg menstruasi / tdk
sdg menstruasi)
For cohort Kejadian
anemia pada responden 1,842 1,168 2,906
= Anemia (Hb <12 mg)
For cohort Kejadian
anemia pada responden
,484 ,239 ,978
= Tdk anemia (Hb >=12
mg)
N of Valid Cases 70

7. Kejadian Anemia (Kadar Hb)


Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kejadian anemia (Hb
70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%
pada responden
137

Descriptives

Statistic Std. Error


Kejadian anemia (Hb) Mean 12,6286 ,23962
pada responden 95% Confidence Lower Bound 12,1505
Interval for Mean Upper Bound
13,1066

5% Trimmed Mean 12,5897


Median 12,0500
Variance 4,019
Std. Deviation 2,00479
Minimum 8,70
Maximum 17,30
Range 8,60
Interquartile Range 2,85
Skewness ,395 ,287
Kurtosis -,397 ,566

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kejadian anemia (Hb)
,123 70 ,010 ,970 70 ,091
pada responden
a. Lilliefors Significance Correction
138
139
140
141
142

Lampiran 13

Perhitungan Tingkat Kecukupan Konsumsi Zat Besi

Perhitungan Angka Kecukupan Zat Besi :

BB aktual
AKG = X AKG Zat Besi dalam tabel
BB dalam tabel

Perhitungan Tingkat Kecukupan Zat Besi :

Zat besi hasil recall


TKG = X 100%
AKG Zat Besi

= Hasil tingkat konsumsi zat besi


143

Lampiran 14

Foto Dokumentasi Penelieian

Gambar 1
Siswi SMA 1 Kec. Jatibarang

Gambar 2
Pemeriksaan Kadar Hb oleh petugas
144

Gambar 3
Pemeriksaan kadar Hb oleh petugas

Gambar 4
Pemeriksaan kadar Hb oleh petugas
145

Gambar 5
Wawancara dan pengisian kuesioner oleh petugas

Gambar 6
Pengisian kuesioner oleh pewawancara
146

Gambar 7
Penimbangan berat badan

Gambar 8
Pengukuran tinggi badan
147

Anda mungkin juga menyukai