Anda di halaman 1dari 9

TUGAS

PERUNDANG-UNDANGAN DAN ETIKA PROFESI


“RUMAH SAKIT”

Dosen:
Imam Bagus Sumantri, M.Si., Apt

Disusun oleh:
Azi Rifki Nasution
Sio Kaleb Marganda
Aisyah Mentari
Elfin Kris Angrani Gaurifa
Hery Astuti

UNIVERSITAS TJUT NYAK DHIEN


PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
MEDAN
2018
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Rumah sakit menurut Undang-undang RI No.44 Tahun 2009, Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Rumah sakit menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no.340/Menkes/Per/III/2010 ialah institusi pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan kesehtan perorangan seccara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat
darurat.
Apoteker harus mengelola apotek secara tertib, teratur dan berorientasi bisnis baik Apotek atau intalasi farmasi yang berada pada Rumah
sakit. Tertib artinya disiplin dalam mentaati peraturan perundangan dalam pelayanan obat, membuat laporan narkotika, tidak membeli maupun
menjual obat-obat yang tidak terdaftar, memberikan informasi obat kepada pasien dan sebagainya. Teratur artinya pemasukan dan pengeluaran
uang dan obat dicatat dengan baik untuk evaluasi dan pembuatan laporan keuangan. Berorientasi bisnis artinya tidak lepas dari usaha dagang,
yaitu harus mendapatkan keuntungan supaya usaha apotek bisa terus berkembang.
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal
tersebut di perjelaskan dalam keputusan Menteri Kesehatan nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang standard pelayanan rumah sakit, yang
menyebutkan bahwa pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk
pelayanan farmasi klinik, yang tejangkau bagi semua lapisan masyarakat.
Kesehatan merupakan salah satu unsure kesejahteraan umum yang harus dapat di wujudkan melalui pembangunan yang
berkesenambungan. Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran,
kemauan ddan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Depkes RI, 1992).
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun social yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara social dan ekonomis. Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan, merupakan rujukan pelayanan kesehatan
dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien (Depkes RI, 2004).
No Undang-undang Pasal Ayat Tentang
Undang-undang Rumah Sakit yang terkait dengan farmasi
Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi,
1. Undang-undang No.44 Tahun 2009 Pasal 7 Ayat 1 bangunan, prasarana, sumber daya manusia,
kefarmasian, dan peralatan.
Pasal 12 Ayat 1 Persyaratan sumber daya manusia
Persyaratan tenaga kesehatan tertentu yaitu tenaga
Pasal 13 Ayat 2 perawat, bidan, perawat gigi, apoteker, asisten
apoteker, fisioterapis, refraksionis optisien, terapis
wicara, radiographer, dan okupasi terapis
Pasal 15 Ayat 1 Persyaratan kefarmasian
Ayat 2 Pelayanan sediaan farmasi di Rumah Sakit
Ayat 3 Pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi, dan
bahan habis pakai di Rumah Sakit
Ayat 4 Harga perbekalan farmasi pada instalasi farmasi
Rumah Sakit
Ayat 5 Standart pelayanan kefarmasian
2. Permenkes No.56 Tahun 2014 Pasal 1 Ayat 1 Definisi Rumah sakit
Ayat 2 Definisi Rumah sakit umum
Ayat 3 Definisi Rumah sakit khusus
Ayat 4 Izin Mendirikan Rumah Sakit
Ayat 5 Izin Operasional Rumah Sakit
Pasal 2 Pendirian Rumah Sakit oleh pemerintah, pemerintah
daerah atau swasta
Pasal 3 Ayat 1 Pendirian Rumah sakit pemerintah
Pasal 4 Pendirian rumah sakit oleh pemerintah daerah
Pasal 5 Ayat 1 Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta harus
berbentuk badan hukum
Dikecualikan dari ayat 1 yaitu bagi Rumah Sakit
Ayat 2 publik yang diselenggarakan oleh badan hukum
yang bersifat nirlaba
Ayat 3 Sifat nirlaba dibuktikan dengan laporan keuangan
yang telah diaudit oleh akuntan publik
Pasal 6 Bentuk Rumah sakit
Pasal 7 Definisi rumah sakit menetap
Pasal 8 Ayat 1 Definisi rumah sakit bergerak
Rumah sakit bergerak yang dimaksud dapat
Ayat 2 berbentuk bus, kapal laut, karavan, gerbong kereta
api, atau kontainer.
Pasal 9 Ayat 1 Definisi Rumah sakit lapangan
Rumah sakit lapangan yang dimaksud dapat
Ayat 2 berbentuk tenda di ruang terbuka, kontainer, atau
bangunan permanen yang difungsikan sementara
sebagai Rumah Sakit.
Pasal 10 persyaratan dan tata cara proses perizinan Rumah
Sakit bergerak dan Rumah Sakit lapangan
Pasal 11 Kategori rumah sakit berdasarkan jenis pelayanan
yang diberikan
Pasal 12 Ayat 1 Klasifikasi Rumah sakit umum
Ayat 2 Klasifikasi rumah sakit umum kategori D
Ayat 3 Klasifikasi rumah sakit khusus dalam pasal 11
Pasal 14 Pelayanan rumah sakit umum kelas A
Pasal 21 Ayat 1 SDM rumah sakit umum kelas A
Ayat 3 Persyaratan tenaga kefarmasian
Pasal 25 Pelayanan rumah sakit umum kelas B
Pasal 32 Ayat 1 SDM rumah sakit umum kelas B
Ayat 3 Pelayanan rumah sakit umum kelas B
Pasal 36 Pelayanan rumah sakit umum kelas C
Pasal 43 Ayat 1 SDM rumah sakit umum kelas C
Ayat 3 Pelayanan rumah sakit umum kelas C
Pasal 47 Pelayanan rumah sakit umum kelas D
Pasal 54 Ayat 1 SDM rumah sakit umum kelas D
Ayat 3 Pelayanan rumah sakit umum kelas D
Pasal 61 bagian A no.2 Kualifikasi apoteker dan tenaga kefarmasian
3. Permenkes No.72 Tahun 2016 Pasal 1 Definisi-definisi struktural rumah sakit
Pasal 2 Tujuan pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian
Pasal 3 Ayat 1 Jenis-jenis standar pelayanan kefarmasian
Ayat 2 Pengelolaan sediaan farmasi
Ayat 3 Pelayanan farmasi klinik
Pelayanan farmasi klinik ayat 3 huruf J hanya dapat
Ayat 4 dilakukan oleh Rumah Sakit yang mempunyai
sarana untuk melakukan produksi sediaan steril.
Ayat 5 Ketentuan lebih lanjut mengenai sediaan farmasi
tercantum didalam lampiran
Pasal 4 Ayat 1 Penyelenggaraan Standar Pelayanan Kefarmasian
Ayat 2 Sumber daya kefarmasian
Ayat 3 Pengorganisasian pelayanan kefarmasian
Ayat 4 SOP pelayanan kefarmasian
Ayat 5 Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan
kefarmasian tercantum didalam lampiran
Pasal 5 Ayat 1 Pengendalian mutu pelayanan kefarmasian
Ayat 2 Ketentuan lebih lanjut mengenai pengendalian mutu
pelayanan kefarmasian tercantum didalam lampiran
Pasal 6 Ayat 1 Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian
Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Rumah
Ayat 2 Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
melalui sistem satu pintu.
Ayat 3 Instalasi Farmasi dipimpin oleh seorang Apoteker
penanggung jawab
Ayat 4 Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian bentuk
satelit farmasi
Tenaga kefarmasian wajib mengikuti standar
Pasal 7 Ayat 1 pelayanan kefarmasian yang diatur dalam peraturan
menteri ini

pemilik Rumah Sakit, direktur/pimpinan Rumah


Sakit, dan pemangku kepentingan terkait di bidang
Ayat 2 Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit harus
mendukung penerapan Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit.
Pasal 8 Kewajiban rumah sakit mengenai pelaporan
pelayanan kefarmasian secara berjenjang
Pengawasan selain dilaksanakan oleh Menteri,
kepala dinas kesehatan provinsi dan kepala dinas
Pasal 10 Ayat 1
kesehatan kabupaten/kota, juga dilakukan oleh
kepala BPOM
Kepala BPOM dapat melakukan pemantauan,
pemberian bimbingan, dan pembinaan terhadap
Ayat 2 pengelolaan sediaan farmasi di instansi pemerintah
dan masyarakat di bidang pengawasan sediaan
farmasi
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku,
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah
Sakit (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
Pasal 13 2014 Nomor 1223) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34
Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun 2014 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 1168), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan

Rumah sakit memiliki banyak sekali peran penting dalam kehidupan terutama dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat, oleh
karena itu diperlukan tim farmasi yang didalamnya termasuk apoteker yang memumpuni pada bidangnyadi Rumah sakit untuk mengatasi
masalah kesehatan yang ada pada masyarakat terkait dengan pengadaan obat-obatan, terapi maupun konseling. Dengan demikian resiko kejadian
yang tidak diinginkan dapat diminimalkan, sehingga dapat memberikan pelayanan dan pengobatan yang optimal. Untuk keberhasilan
pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di Rumah sakit maka perlu berpedoman pada undang-undang, peraturan dan keputusan menteri
sehingga pelayanan rumah sakit pada umumnya akan semakin optimal dan khususnya pelayanan farmasi di rumah sakit.

Saran

Untuk meningkatkan kualitas, mutu rumah sakit dan standar pelayanan kefarmasian di Rumah sakit, maka diharapkan untuk mengacu
pada peraturan dan organisasi serta sistem yang ada pada referensi, baik dari dalam maupun luar negri.
DAFTAR PUSTAKA
1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 1999. Nomor : 1333/Menkes/SK/XII/1999. Standard Pelayanan Rumah Sakit
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Nomor : 56 Tahun 2014. Klasifiakasi dan Perizinan Rumah Sakit.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Nomor : 72 Tahun 2016. Standard Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor : 12 Tahun 2011. Hierarki
5. Undang-undang Republik Indonesia Nomor : 44 Tahun 2009. Rumah Sakit

Anda mungkin juga menyukai