Anda di halaman 1dari 18

RANGKUMAN PERBANDINGAN PERUNDANG-UNDANGAN

STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI INSTALASI FARASI RUMAH SAKIT DAN


APOTEK

Kelompok A4

Rizky Fajar 1943700083

Ainun Retnaningsih 1943700075

Nita Anjar Septiani 1943700080

Emilda Pinarsi 1943700078

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
TAHUN 2019
No ASPEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT APOTEK
1 DEFINISI UU No 36 TAHUN 2009 TENTANG UU No 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN
KESEHATAN
Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau
Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
dan/atau tempat yang digunakan untuk pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah,
baik promotif, preventif, kuratif maupun pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. a. Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan
dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan
a. Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat
kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan promosi kesehatan.
pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan b. Pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan
kegiatan yang bersifat promosi kesehatan. pencegahan terhadap suatu masalah
b. Pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kesehatan/penyakit.
kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah c. Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan
kesehatan/penyakit. dan/atau serangkaian kegiatan pengobatan yang
c. Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan
kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit,
pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita
penyakit, pengurangan penderitaan akibat dapat terjaga seoptimal mungkin.
penyakit, pengendalian penyakit, atau d. Pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah kegiatan
pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dan/atau serangkaian kegiatan untuk mengembalikan
dapat terjaga seoptimal mungkin. bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat
d. Pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang
kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal
mengembalikan bekas penderita ke dalam mungkin sesuai dengan kemampuannya.
masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi
sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk
dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin PP No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan
sesuai dengan kemampuannya. Kefarmasian

UU No 44 TAHUN 2009 Pasal 1 ayat 13

Tentang Rumah sakit Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat


dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan PMK No. 9 Tahun 2017 Tentang Apotek
perorangan secara paripurna yang menyediakan
Pasal 1 ayat 1
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat
dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker.
PP NO 72 TAHUN 1998 Tentang Pengamanan
Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan
PMK No. 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan
Penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan Kefarmasian Di Apotek
dalam pelayanan kesehatan adalah dalam rangka
Pasal 1 ayat 3
pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan
masyarakat, sedangkan penggunaan sediaan Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung
farmasi dan alat kesehatan untuk kepentingan ilmu dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan
pengetahuan adalah dalam rangka penelitian dan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil
pengembangan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
itu sendiri, yang pada akhirnya hasilnya dapat
digunakan dalam pelayanan kesehatan

PP No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan


Kefarmasian

Pasal 1 ayat 4

Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan


langsung dan bertanggung jawab kepada pasien
yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien

PMK No. 72 Tahun 2016 Tentang Standar


Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit

Pasal 1 ayat 3

Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan


langsung dan bertanggung jawab kepada pasien
yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien

2 RUANG LINGKUP STANDAR


A. Standart Pelayanan UU No 36 TAHUN 2009 TENTANG UU No 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN
Kefarmasian KESEHATAN
Pasal 23
Pasal 23
1. Tenaga kesehatan berwenang untuk
1. Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelengarakan pelayanan kesehatan
menyelengarakan pelayanan kesehatan 2. Kewenangan untuk menyelenggarakan
2. Kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada
pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan sesuai dengan bidang keahlian
pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan yang dimiliki.
bidang keahlian yang dimiliki. 3. Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan,
3. Dalam menyelenggarakan pelayanan tenaga kesehatan wajib memiliki izin dari
kesehatan, tenaga kesehatan wajib memiliki pemerintah.
izin dari pemerintah. 4. Selama memberikan pelayanan kesehatan
4. Selama memberikan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengutamakan kepentingan yang bernilai materi.
dilarang mengutamakan kepentingan yang 5. Ketentuan mengenai perizinan sebagaimana
bernilai materi. dimaksud pada ayat (3) diatur dalam Peraturan
5. Ketentuan mengenai perizinan sebagaimana PMK No. 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan
dimaksud pada ayat (3) diatur dalam Kefarmasian Di Apotek
Peraturan Menteri.
PMK 72 Tahun 2016, Pasal 3 Pasal 3 Ayat 1:

Ayat 1: Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi


standar:
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
meliputi standar: a. pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai; dan
a. pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, b. pelayanan farmasi klinik.
dan Bahan Medis Habis Pakai; dan Ayat 2:
b. pelayanan farmasi klinik.
Ayat 2: Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan huruf a meliputi:
Bahan Medis Habis Pakai sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a meliputi: a. perencanaan;
b. pengadaan;
a. pemilihan; c. penerimaan;
b. perencanaan kebutuhan; d. penyimpanan;
c. pengadaan; e. pemusnahan;
d. penerimaan; f. pengendalian; dan
e. penyimpanan; g. pencatatan dan pelaporan.
f. pendistribusian; h.
g. pemusnahan dan penarikan; Ayat 3:
h. pengendalian; dan
i. administrasi. Pelayanan farmasi klinik sebagaimana dimaksud pada ayat
Ayat 3: (1) huruf b meliputi:

Pelayanan farmasi klinik sebagaimana dimaksud a. pengkajian Resep;


pada ayat (1) huruf b meliputi: b. dispensing;
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
a. pengkajian dan pelayanan Resep; d. konseling;
b. penelusuran riwayat penggunaan Obat; e. Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy
c. rekonsiliasi Obat; care);
d. Pelayanan Informasi Obat (PIO); f. Pemantauan Terapi Obat (PTO); dan
e. konseling; g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
f. visite;
g. Pemantauan Terapi Obat (PTO);
h. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);
i. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);
j. dispensing sediaan steril; dan Pemantauan Kadar
Obat dalam Darah (PKOD).

B. Standar Kefarmasian PP No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan PP No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan
Kefarmasian Kefarmasian

Pasal 35 Pasal 35

Ayat 1: Ayat 1:

Tenaga kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Tenaga kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal
Pasal 33 harus memiliki keahlian dan kewenangan 33 harus memiliki keahlian dan kewenangan dalam
dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasian. melaksanakan pekerjaan kefarmasian.

Ayat 2: Ayat 2:

Keahlian dan kewenangan sebagaimana dimaksud Keahlian dan kewenangan sebagaimana dimaksud pada
pada ayat (1) harus dilaksanakan dengan ayat (1) harus dilaksanakan dengan menerapkan Standar
menerapkan Standar Profesi. Profesi.

Ayat 3: Ayat 3:

Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud


dimaksud pada ayat (2) harus didasarkan pada pada ayat (2) harus didasarkan pada Standar Kefarmasian,
Standar Kefarmasian, dan Standar Prosedur dan Standar Prosedur Operasional yang berlaku sesuai
Operasional yang berlaku sesuai fasilitas kesehatan fasilitas kesehatan dimana Pekerjaan Kefarmasian
dimana Pekerjaan Kefarmasian dilakukan.
Ayat 4: dilakukan.

Standar Profesi sebagaimana dimaksud pada ayat Ayat 4:


(2) ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan Standar Profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
PMK No. 72 Tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit PMK No. 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian Di Apotek
Pasal 3 Ayat 1:
Pasal 3 Ayat 1:
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
meliputi standar: Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi
standar:
a. pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai; a. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
dan Bahan Medis Habis Pakai; dan
b. pelayanan farmasi klinik. b.Pelayanan farmasi klinik.
Ayat 2: Ayat 2:

Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Bahan Medis Habis Pakai sebagaimana dimaksud Medis Habis Pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pada ayat (1) huruf a meliputi: huruf a meliputi:

a. pemilihan; a. pemilihan;
b. perencanaan kebutuhan; b. perencanaan kebutuhan;
c. pengadaan; c. pengadaan;
d. penerimaan; d. penerimaan;
e. penyimpanan; e. penyimpanan;
f. pendistribusian; f. pendistribusian;
g. pemusnahan dan penarikan; g. pemusnahan dan penarikan;
h. pengendalian; dan h. pengendalian; dan
i. administrasi. i. administrasi.
Ayat 3:
Pelayanan farmasi klinik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b meliputi: Ayat 3:

a. pengkajian dan pelayanan Resep; Pelayanan farmasi klinik sebagaimana dimaksud pada ayat
b. penelusuran riwayat penggunaan Obat; (1) huruf b meliputi:
c. rekonsiliasi Obat;
d. Pelayanan Informasi Obat (PIO); a. pengkajian dan pelayanan Resep;
e. konseling; b. penelusuran riwayat penggunaan Obat;
f. visite; c. rekonsiliasi Obat;
g. Pemantauan Terapi Obat (PTO); d. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
h. Monitoring Efek Samping Obat (MESO); e. konseling;
i. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO); f. visite;
j. dispensing sediaan steril; dan Pemantauan g. Pemantauan Terapi Obat (PTO);
Kadar Obat dalam Darah (PKOD). h. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);
i. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);
j. dispensing sediaan steril; dan Pemantauan Kadar
Obat dalam Darah (PKOD).

C. Standart SPO PP 51 Tahun 2009, Pasal 23 PP 51 Tahun 2009, Pasal 23

Ayat 1: Ayat 1:

Dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian, Dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian, Apoteker


Apoteker sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 harus menetapkan
harus menetapkan Standar Prosedur Operasional. Standar Prosedur Operasional.

Ayat 2: Ayat 2:

Standar Prosedur Operasional harus dibuat secara Standar Prosedur Operasional harus dibuat secara tertulis
tertulis dan diperbaharui secara terus menerus dan diperbaharui secara terus menerus sesuai
sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
teknologi di bidang farmasi dan ketentuan farmasi dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
peraturan perundang-undangan.
PMK 72 Tahun 2016, Pasal 4Ayat 4:

Standar prosedur operasional sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh pimpinan
Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan

PP 72 Tahun 1998, Pasal 2 PP 72 Tahun 1998, Pasal 2

Ayat 1: Ayat 1:

Sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diproduksi Sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diproduksi
dan/atau diedarkan harus memenuhi persyaratan dan/atau diedarkan harus memenuhi persyaratan mutu,
mutu, keamanan, dan kemanfaatan. keamanan, dan kemanfaatan.

Ayat 2: Ayat 2:

a. Persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan e. Persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) untuk: sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) untuk: sediaan
sediaan farmasi yang berupa bahan obat dan obat farmasi yang berupa bahan obat dan obat sesuai dengan
D. Standar Produk sesuai dengan persyaratan dalam buku persyaratan dalam buku Farmakope atau buku standar
Farmakope atau buku standar lainnya yang lainnya yang ditetapkan oleh Menteri;
ditetapkan oleh Menteri; f. sediaan farmasi yang berupa obat tradisional sesuai
b. sediaan farmasi yang berupa obat tradisional dengan persyaratan dalam buku Materia Medika
sesuai dengan persyaratan dalam buku Materia Indonesia yang ditetapkan oleh Menteri;
Medika Indonesia yang ditetapkan oleh Menteri; g. sediaan farmasi yang berupa kosmetika sesuai dengan
c. sediaan farmasi yang berupa kosmetika sesuai persyaratan dalam buku Kodeks Kosmetika Indonesia
dengan persyaratan dalam buku Kodeks yang ditetapkan oleh Menteri;
Kosmetika Indonesia yang ditetapkan oleh h. alat kesehatan sesuai dengan persyaratan yang
Menteri; ditetapkan oleh Menteri.
d. alat kesehatan sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan oleh Menteri.
3 KEGIATAN/ PMK No. 72 tahun 2016 Tentang Standar PMK No.73 tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan
PROSES Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit Kefarmasian Di Apotik

Pasal 3 Ayat 2: Pasal 3 Ayat 2:

Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Bahan Medis Habis Pakai sebagaimana dimaksud Medis Habis Pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pada ayat (1) huruf a meliputi: huruf a meliputi:

a. pemilihan; a. perencanaan;
b. perencanaan kebutuhan; b. pengadaan;
c. pengadaan; c. penerimaan;
d. penerimaan; d. penyimpanan;
e. penyimpanan; e. pemusnahan;
f. pendistribusian; f. pengendalian; dan
g. pemusnahan dan penarikan; g. pencatatan dan pelaporan
h. pengendalian; dan
i. administrasi.

Pasal 3 Ayat 3 Pasal 3 Ayat 3

Pelayanan Farmasi Klinik : Pelayanan Farmasi Klinik :

1. Pengkajian dan pelayanan resep 1. Pengkajian resep


2. Penelusuran riwayat penggunaan obat 2. Dispensing
3. Rekonsiliasi obat 3. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
4. Pelayanan Informasi Obat (PIO) 4. Konseling
5. Konseling 5. Pelayanan Kefarmasian di rumah (Home pharmacy
6. Visite care)
7. Pemantauan Terapi Obat (PTO) 6. Monitoring Efek samping Obat (MESO)
8. Monitoring efek samping obat (MESO)
9. Evaluasi penggunaan Obat (EPO)
10. Dispensing sediaan steril Pemantauan Kadar
Obat dalam darah (PKOD)

PMK No. 72 tahun 2016 Tentang Standar


Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit

BAB VI

Kegiatan pengendalian mutu Pelayanan


Kefarmasian meliputi :

A. Perencanaan
Menyusun rencana kerja dan cara monitoring
dan evaluasi untuk peningkatan mutu sesuai
target yang ditetapkan.
B. Pelaksanaan:
1. Monitoring & evaluasi capaian pelaksanaan
rencana kerja (membandingkan capaian
dengan rencana kerja)
2. Memberikan umpan balik terhadap hasil
capaian
C. Tindakan hasil monitoring dan evaluasi:
1. Melakukan perbaikan ualitas pelayanan
sesua target yang ditetapkan
2. Meningkatkan kualitas pelayanan jika
caaian sudah memuaskan.

4 PENGAWASAN MUTU PMK No. 72 Tahun 16 Tentang Standar PMK No. 73 Tahun 16 Tentang Standar Pelayanan
Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit Kefarmasian Di Apotek

Pasal 5 Pasal 5 ayat 1

1. Untuk menjamin mutu Untuk menjamin mutu


Pelayanan kefarmasian di rumah sakit, harus
dilakukan pengendalian mutu pelayanan Pelayanan kefarmasian di apotek harus dilakukan evaluasi
kefarmasian meliputi; mutu pelayanan kefarmasian.
a. Monitoring
b. Evaluasi
2. Ketentuan lanjut mengenai pengendalian mutu
pelayana kefarmasian sebagaimana dimaksud
oleh ayat (1) tercantum dalam lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisah dari peraturan
menteri ini.

5 KENDALI BIAYA UU No 36 TAHUN 2009 TENTANG UU No 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN


KESEHATAN Pasal 170
Pasal 28  Pembiayaan kesehatan bertujuan untuk penyediaan
 Untuk kepentingan hukum, tenaga pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan
kesehatan wajib melakukan pemeriksaan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi
kesehatan atas permintaan penegak hukum secaraadil, dan termanfaatkan secara berhasil guna
dengan biaya ditanggung oleh negara. dan berdaya guna untuk menjamin
 Pemeriksaan didasarkan pada kompetensi terselenggaranya pembangunan kesehatan agar
dan kewenangan sesuai dengan bidang meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
keilmuan yang dimiliki. setinggi-tingginya.
Pasal 170  Unsur-unsur pembiayaan kesehatan terdiri atas
 Pembiayaan kesehatan bertujuan untuk sumber pembiayaan, alokasi, dan pemanfaatan.
penyediaan pembiayaan kesehatan yang  Sumber pembiayaan kesehatan berasal dari
berkesinambungan dengan jumlah yang Pemerintah, pemerintahdaerah, masyarakat, swasta
mencukupi, teralokasi secaraadil, dan dan sumber lain.
termanfaatkan secara berhasil guna dan
berdaya guna untuk menjamin PMK No.73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan
terselenggaranya pembangunan kesehatan Kefarmasian Di Apotek
agar meningkatkan derajat kesehatan Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan Menteri
masyarakat setinggi-tingginya. ini dapat dikenai sanksi administratif.
 Unsur-unsur pembiayaan kesehatan terdiri Sanksi administratif terdiri atas:
atas sumber pembiayaan, alokasi, dan a. peringatan tertulis;
pemanfaatan. b. penghentian sementara kegiatan; dan/atau
 Sumber pembiayaan kesehatan berasal dari c. pencabutan izin.
Pemerintah, pemerintahdaerah, masyarakat, PMK no tahun 2017 tentang standar pelayan
swasta dan sumber lain. kefarmasian di apotek mengenai kendali biaya
Pasal 171 Pemberian informasi harga eceran tertinggi obat
- Besar anggaran kesehatan Pemerintah Informasi HET pada label berupa nilai nominal
dialokasikan minimal sebesar 5% (lima sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a
persen) dari anggaran pendapatan dan untuk obat selain Obat Generik ditentukan berdasarkan
belanja negara di luar gaji. HNA ditambah biaya pelayanan kefarmasian sebesar 28%
- Besar anggaran kesehatan pemerintah dari HNA. Dalam hal Obat Generik tidak terdapat dalam
daerah provinsi, kabupaten/kota katalog elektronik (e-catalogue), maka informasi HET
dialokasikan minimal 10% (sepuluh persen) pada label berupa nilai nominal yang mengacu pada harga
dari anggaran pendapatan dan belanja yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri. Informasi
daerah di luar gaji. HET berupa formula HET sebagaimana dimaksud dalam
- Besaran anggaran kesehatan diprioritaskan Pasal 3 ayat (2) huruf b yaitu “HET =harga obat katalog
untuk kepentingan pelayanan publik yang elektronik setiap provinsi + biaya pelayanan kefarmasian
besarannya sekurang-kurangnya 2/3 (dua sebesar 28% dari harga katalog elektronik setiap provinsi”.
pertiga) dari anggaran kesehatan dalam
anggaran pendapatan dan belanja negara
dan anggaran pendapatan dan belanja
daerah
Pasal 173
 Alokasi pembiayaan kesehatan yang
bersumber dari swasta melalui system
jaminan sosial nasional dan/atau asuransi
kesehatan komersial.
Ketentuan mengenai tata cara penyelenggaraan
system jaminan sosial nasional dan/atau asuransi
kesehatan komersial yang dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
PMK no 72 TAHUN 2016 tentang standar
pelayanan kefarmasian rumah sakit
Kendali biaya diatur di bab 2
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai harus dilaksanakan
secara multidisiplin, terkoordinir dan menggunakan
proses yang efektif untuk menjamin kendali mutu
dan kendali biaya.
Alat Kesehatan yang dikelola oleh Instalasi Farmasi
sistem satu pintu berupa alat medis habis
pakai/peralatan non elektromedik, antara lain alat
kontrasepsi (IUD), alat pacu jantung, implan, dan
stent.
semua Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai yang beredar di Rumah Sakit
merupakan tanggung jawab Instalasi Farmasi,
sehingga tidak ada pengelolaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di
Rumah Sakit yang dilaksanakan selain oleh
Instalasi Farmasi.
Dengan kebijakan pengelolaan sistem satu pintu,
Instalasi Farmasi sebagai satu-satunya
penyelenggara Pelayanan Kefarmasian, sehingga
Rumah Sakit akan mendapatkan manfaat dalam hal:
-14- 1. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian
penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai; 2. standarisasi Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai; 3. penjaminan mutu Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai; 4.
pengendalian harga Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai; 5.
pemantauan terapi Obat; 6. penurunan risiko
kesalahan terkait penggunaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
(keselamatan pasien); 7. kemudahan akses data
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang akurat; 8. peningkatan mutu
pelayanan Rumah Sakit dan citra Rumah Sakit; dan
9. peningkatan pendapatan Rumah Sakit dan
peningkatan kesejahteraan pegawai. Rumah Sakit
harus menyusun kebijakan terkait manajemen
pengunaan Obat yang efektif. Kebijakan tersebut
harus ditinjau ulang sekurang- kurangnya sekali
setahun. Peninjauan ulang sangat membantu
Rumah Sakit memahami kebutuhan dan prioritas
dari perbaikan sistem mutu dan keselamatan
penggunaan Obat yang berkelanjutan.
6 PENCATATAN DAN PMK No. 72 Tahun 2016 Tentang Standar PMK No. 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan
LAPORAN Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit Kefarmasian Di Apotik

BAB II Bagian B BAB II Bagian G

Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan
pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Bahan Medis Habis Pakai yang meliputi Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur),
perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk
pendistribusian, pengendalian persediaan, penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan
pengembalian, pemusnahan dan penarikan Sediaan kebutuhan. Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis eksternal.
Pakai. Pelaporan dibuat secara periodik yang
dilakukan Instalasi Farmasi dalam periode waktuPelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan
tertentu (bulanan, triwulanan, semester atau untuk kebutuhan manajemen Apotek, meliputi keuangan,
pertahun). barang dan laporan lainnya. Pelaporan eksternal
merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi
Jenis-jenis pelaporan yang dibuat menyesuaikan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
dengan peraturan yang berlaku. Pencatatan undangan, meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan
dilakukan untuk: pelaporan lainnya.

1) Persyaratan Kementerian Kesehatan/BPOM;


2) Dasar akreditasi Rumah Sakit;
3) Dasar audit Rumah Sakit; dan
4) Dokumentasi farmasi.

Pelaporan dilakukan sebagai:

1) Komunikasi antara level manajemen;


2) Penyiapan laporan tahunan yang
komprehensif mengenai kegiatan di Instalasi
Farmasi; dan
3) Laporan tahunan.
BAB III Bagian A

1) Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat


Penelusuran riwayat penggunaan obat
merupakan proses untuk mendapatkan
informasi mengenai seluruh obat/ sediaan
farmasi lain yang pernah dan sedang
digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh
dari wawancara atau data rekam
medik/pencatatan penggunaan obat pasien.
2) Pencatatan Penggunaan Obat
3) Sumbangan/ Dropping/ Hibah Instalasi
Farmasi harus melakukan pencatatan dan
pelaporan terhadap penerimaan dan
penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai.

Anda mungkin juga menyukai