UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA JAKARTA 2019 HIRARKI PERBANDINGAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT VS APOTEK
OOK NO 419 TAHUN 1949
UU NO 5 TAHUN 1997 UU NO 36 TAHUN 2009 UU NO 35 TAHUN 2009 UU NO 36 TAHUN 2014 UU NO 44 TAHUN 2009
PP NO 72 TAHUN 1998 PP NO 51 TAHUN 2009
PMK NO 72 TAHUN 2016
PMK NO 9 TAHUN 2017 PMK NO 73 TAHUN 2016 No ASPEK RUMAH SAKIT APOTIK 1 DEFINISI Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau dan/atau tempat yang digunakan untuk tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. dan/atau masyarakat. a. Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan a. Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan promosi kesehatan. kegiatan yang bersifat promosi kesehatan. b. Pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan b. Pelayanan kesehatan preventif adalah suatu pencegahan terhadap suatu masalah kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit. kesehatan/penyakit. c. Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan c. Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu dan/atau serangkaian kegiatan pengobatan yang kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan pengurangan penderitaan akibat penyakit, penyakit, pengurangan penderitaan akibat pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan penyakit, pengendalian penyakit, atau agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal pengendalian kecacatan agar kualitas penderita mungkin. dapat terjaga seoptimal mungkin. d. Pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah kegiatan d. Pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk dan/atau serangkaian kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin kemampuannya. (UU 36/2009) sesuai dengan kemampuannya. (UU 36/2009) Rumah Sakit adalah institusi pelayanan Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. (PP kesehatan perorangan secara paripurna yang 51/2009 Pasal 1 ayat 13) menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat gawat darurat. (UU 44/2009) dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. (PMK Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien 9/2017 Pasal 1 ayat 1) yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan meningkatkan mutu kehidupan pasien. (PP 51/2009 langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang Pasal 1 ayat 4) berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu langsung dan bertanggung jawab kepada pasien kehidupan pasien. (PMK 73/2016 Pasal 1 ayat 3) yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. (PMK 72/2016 Pasal 1 ayat 3) 1. pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, 1. pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan dan Bahan Medis Habis Pakai. Bahan Medis Habis Pakai 2. pelayanan farmasi klinik yang dilakukan 2. pelayanan farmasi klinik meliputi: 3. sumber daya kefarmasian STD YANFAR YG 3. sumber daya kefarmasian 4. sarana/Prasarana 2 DIPAKAI 4. Penelitian dan Pengembangan 5. menjamin ketersediaan Sediaan farmasi, Alat 5. pengorganisasian Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai 6. pengendalian mutu 6. laporan pelayaan kefarmasiaan 7. dukungan lain untuk medis dan kerjasama 7. pembinaan dan pengawasan nakes. (PMK 72/2016) 8. evaluasi mutu. (PMK 73/2016) 3 KEGIATAN/PROSES 1. pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, 1. pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan dan Bahan Medis Habis Pakai. Bahan Medis Habis Pakai a) Pemilihan a. perencanaan b) Perencanaan Kebutuhan b. pengadaan c) Pengadaan c. penerimaan d) Penerimaan d. penyimpanan e) Penyimpanan e. pemusnahan f) Pendistribusian f. pengendalian g) Pemusnahan dan Penarikan Sediaan g. pencatatan dan pelaporan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai 2. pelayanan farmasi klinik h) Pengendalian a) Pengkajian dan Pelayanan Resep; i) Administrasi b) Dispensing; 2. pelayanan farmasi klinik yang dilakukan c) Pelayanan Informasi Obat (PIO); meliputi: d) Konseling; a) pengkajian dan pelayanan Resep; e) Pelayanan Kefarmasian di Rumah (home b) penelusuran riwayat penggunaan Obat; pharmacy care); c) rekonsiliasi Obat; f) Pemantauan Terapi Obat (PTO); d) Pelayanan Informasi Obat (PIO); g) Monitoring Efek Samping Obat (MESO); e) konseling; f) visite; 3. sumber daya kefarmasian g) Pemantauan Terapi Obat (PTO); Pelayanan Kefarmasian di Apotek diselenggarakan h) Monitoring Efek Samping Obat (MESO); oleh Apoteker, dapat dibantu oleh Apoteker i) Evaluasi Penggunaan Obat (EPO); pendamping dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian j) dispensing sediaan steril; dan yang memiliki Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin k) Pemantauan Kadar Obat dalam Darah Praktik Dalam melakukan Pelayanan Kefarmasian (PKOD) Apoteker harus memenuhi kriteria: 3. sumber daya kefarmasian 1. Persyaratan administrasi a) sumber daya manusia a. Memiliki ijazah dari institusi pendidikan Instalasi Farmasi harus memiliki Apoteker farmasi yang terakreditasi dan tenaga teknis kefarmasian yang sesuai b. Memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker dengan beban kerja dan petugas penunjang (STRA) lain agar tercapai sasaran dan tujuan Instalasi c. Memiliki sertifikat kompetensi yang masih Farmasi. Ketersediaan jumlah tenaga berlaku Memiliki Surat Izin Praktik Apoteker Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian di (SIPA) Rumah Sakit dipenuhi sesuai dengan 2. Menggunakan atribut praktik antara lain baju ketentuan klasifikasi dan perizinan Rumah praktik, tanda pengenal. Sakit yang ditetapkan oleh Menteri. 3. Wajib mengikuti pendidikan berkelanjutan / b) sarana dan peralatan Continuing Professional Development (CPD) dan Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit harus didukung oleh sarana mampu memberikan pelatihan yang dan peralatan yang memenuhi ketentuan dan berkesinambungan. perundang-undangan kefarmasian yang 4. Apoteker harus mampu mengidentifikasi berlaku. Lokasi harus menyatu dengan kebutuhan akan pengembangan diri, baik melalui sistem pelayanan Rumah Sakit, dipisahkan pelatihan, seminar, workshop, pendidikan antara fasilitas untuk penyelenggaraan berkelanjutan atau mandiri. manajemen, pelayanan langsung kepada 5. Harus memahami dan melaksanakan serta patuh pasien, peracikan, produksi dan laboratorium terhadap peraturan perundang undangan, sumpah mutu yang dilengkapi penanganan limbah. Apoteker, standar profesi (standar pendidikan, Peralatan yang memerlukan ketepatan standar pelayanan, standar kompetensi dan kode pengukuran harus dilakukan kalibrasi alat etik) yang berlaku. dan peneraan secara berkala oleh balai Dalam melakukan Pelayanan Kefarmasian seorang pengujian kesehatan dan/atau institusi yang apoteker harus menjalankan peran yaitu: Pemberi berwenang. Peralatan harus dilakukan layanan, Pengambil keputusan, komunikator, pemeliharaan, didokumentasi, serta pemimpin, pengelola, Pembelajar seumur hidup, dievaluasi secara berkala dan peneliti. berkesinambungan. c) pendidikan dan pelatihan nakes 4. sarana/Prasarana 4. Penelitian dan Pengembangan Apotek harus mudah diakses oleh masyarakat. Apoteker harus didorong untuk melakukan Sarana dan prasarana Apotek dapat menjamin mutu penelitian mandiri atau berkontribusi dalam tim Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis penelitian mengembangkan praktik Pelayanan Habis Pakai serta kelancaran praktik Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Apoteker yang Kefarmasian. terlibat dalam penelitian harus mentaati prinsip Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk dan prosedur yang ditetapkan dan sesuai dengan menunjang Pelayanan Kefarmasian di Apotek kaidah-kaidah penelitian yang berlaku. meliputi sarana yang memiliki fungsi: ruang Instalasi Farmasi harus melakukan penerimaan resep, Ruang pelayanan Resep dan pengembangan Pelayanan Kefarmasian sesuai peracikan (produksi sediaan secara terbatas), ruang dengan situasi perkembangan kefarmasian penyerahan obat, Ruang konseling, Ruang terkini. penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan 5. pengorganisasian Bahan Medis Habis Pakai, ruang arsip. a) Instalasi farmasi b) Komite/Tim Farmasi dan Terapi 5. menjamin ketersediaan Sediaan farmasi, Alat c) Komite/Tim lain yang terkait Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai 6. pengendalian mutu memiliki kegiatan sebagai 6. laporan pelayaan kefarmasiaan berikut: 7. pembinaan dan pengawasan a) Perencanaan 8. evaluasi mutu b) Pelaksanaan, a. mutu manajerial c) Tindakan hasil monitoring dan evaluasi. b. mutu pelayanan farmasi klinik. (PMK 73/2016) 7. Dukungan lain untuk medis dan kerjasama nakes lain. (PMK 72/2016) 4 KENDALI MUTU 1) Untuk menjamin mutu Pelayanan Kefarmasian Evaluasi mutu di Apotek dilakukan terhadap: di Puskesmas, harus dilakukan pengendalian 1. Mutu Manajerial mutu Pelayananan Kefarmasian meliputi: Metode Evaluasi: Audit, Review, Observasi, a. monitoring kesesuaian proses terhadap standar, efektifitas dan b. evaluasi. efisiensi 2) Pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian 2. Indikator Evaluasi Mutu merupakan kegiatan yang dapat dilakukan Indikator yang digunakan untuk mengevaluasi mutu terhadap kegiatan yang sedang berjalan maupun pelayanan adalah: yang sudah berlalu. Kegiatan ini dapat dilakukan a. Pelayanan farmasi klinik diusahakan zero deffect melalui monitoring dan evaluasi. dari medication error; 3) Tujuan kegiatan ini untuk menjamin Pelayanan b. Standar Prosedur Operasional (SPO): untuk Kefarmasian yang sudah dilaksanakan sesuai menjamin mutu pelayanan sesuai dengan standar dengan rencana dan upaya perbaikan kegiatan yang telah ditetapkan; yang akan datang. c. Lama waktu pelayanan Resep antara 15-30 4) Pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian menit; harus terintegrasi dengan program pengendalian d. Keluaran Pelayanan Kefarmasian secara klinik mutu pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berupa kesembuhan penyakit pasien, dilaksanakan secara berkesinambungan. pengurangan atau hilangnya gejala penyakit, 5) Kegiatan pengendalian mutu Pelayanan pencegahan terhadap penyakit atau gejala, Kefarmasian meliputi: memperlambat perkembangan penyakit. a. Perencanaan, yaitu menyusun rencana kerja dan cara monitoring dan evaluasi Untuk menjamin mutu Pelayanan Kefarmasian di untuk peningkatan mutu sesuai target yang Apotek, harus dilakukan evaluasi mutu Pelayananan ditetapkan. Kefarmasian. b. Pelaksanaan, yaitu: Ketentuan lebih lanjut mengenai evaluasi mutu a) Monitoring dan evaluasi capaian Pelayananan tercantum dalam Lampiran yang pelaksanaan rencana kerja merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan (membandingkan antara capaian Menteri ini. (PMK 73/2016) dengan rencana kerja); b) Memberikan umpan balik terhadap hasil capaian. c. Tindakan hasil monitoring dan evaluasi, yaitu: Melakukan perbaikan kualitas pelayanan sesuai target yang ditetapkan; Meningkatkan kualitas pelayanan jika capaian sudah memuaskan. d. Tahapan program pengendalian mutu: a) Mendefinisikan kualitas Pelayanan Kefarmasian yang diinginkan dalam bentuk kriteria; b) Penilaian kualitas Pelayanan Kefarmasian yang sedang berjalan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan; c) Pendidikan personel dan peningkatan fasilitas pelayanan bila diperlukan; d) Penilaian ulang kualitas Pelayanan Kefarmasian; e) Up date kriteria. Dalam pelaksanaan pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian dilakukan melalui kegiatan monitoring dan evaluasi yang harus dapat dilaksanakan oleh Instalasi Farmasi sendiri atau dilakukan oleh tim audit internal. Menjamin ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau. (PMK 72/2016) 5 KENDALI BIAYA Setiap Tenaga Kefarmasian dalam Setiap Tenaga Kefarmasian dalam melaksanakan melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian wajib Pekerjaan Kefarmasian wajib menyelenggarakan menyelenggarakan program kendali mutu dan program kendali mutu dan kendali biaya. kendali biaya. Pembinaan dan pengawasan terhadap audit Pembinaan dan pengawasan terhadap audit kefarmasian dan upaya lain dalam pengendalian kefarmasian dan upaya lain dalam pengendalian mutu dan pengendalian biaya dilaksanakan oleh mutu dan pengendalian biaya dilaksanakan oleh Menteri. Menteri. Yang dimaksud dengan “kendali mutu” adalah Yang dimaksud dengan “kendali mutu” adalah suatu sistem pemberian Pelayanan Kefarmasian suatu sistem pemberian Pelayanan Kefarmasian yang efektif, efisien, dan berkualitas dalam yang efektif, efisien, dan berkualitas dalam memenuhi kebutuhan Pelayanan Kefarmasian. memenuhi kebutuhan Pelayanan (PP 51/2009) Kefarmasian. (PP 51/2009)
Pengaturan anggaran, pengendalian dan analisa
biaya, pengumpulan informasi keuangan, penyiapan laporan, penggunaan laporan yang berkaitan dengan semua kegiatan Pelayanan Kefarmasian secara rutin atau tidak rutin dalam periode bulanan, triwulanan, semesteran atau tahunan. (PMK 72/2016) Pencatatan : Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan - penerimaan dan penggunaan Sediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi : Habis Pakai sumbangan/dropping/ hibah. 1. pengadaan (surat pesanan, faktur), - perencanaan kebutuhan, 2. penyimpanan (kartu stok), - pengadaan, 3. penyerahan (nota atau struk penjualan) dan 6 PENCATATAN pencatatan lainnya disesuaikan dengan - penerimaan, - pendistribusian, kebutuhan. (PMK 73/2016) - pengendalian persediaan, - pengembalian, pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. (PMK 72/2016) Pelaporan : Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. - Rumah Sakit wajib mengirimkan laporan 1. Pelaporan internal merupakan pelaporan yang Pelayanan Kefarmasian secara berjenjang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek, kepada dinas kesehatan kabupaten/kota, meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya. dinas kesehatan provinsi, dan kementerian 2. Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang kesehatan dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan - Pelaporan dibuat secara periodik yang ketentuan peraturan perundang-undangan, dilakukan Instalasi Farmasi dalam periode meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan waktu tertentu (bulanan, triwulanan, pelaporan lainnya. 7 PELAPORAN semester atau pertahun). Pelaporan : - Pelaporan ESO. (PMK 72/2016) - laporan Pelayanan Kefarmasian secara berjenjang kepada dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi, dan kementerian kesehatan - Laporandisampaikan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun. - Pelaporan NPP - Pelaporan Kebutuhan manajemen Apotek. (PMK 73/2016)