3) ETIOLOGI
Dibawah ini ada beberapa penyebab CKD menurut Price, dan Wilson (2006)
diantaranya adalah tubula intestinal, penyakit peradangan, penyakit vaskuler
hipertensif, gangguan jaringan ikat, gangguan kongenital dan herediter, penyakit
metabolik, nefropati toksik, nefropati obsruktif. Beberapa contoh dari golongan
penyakit tersebut adalah :
- Penyakit infeksi tubulointerstinal seperti pielo nefritis kronik dan refluks nefropati.
- Penyakit peradangan seperti glomerulonefritis.
- Penyakit vaskular seperti hipertensi, nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, dan stenosis arteria renalis.
- Gangguan jaringan ikat seperti Lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa,
dan seklerosis sistemik progresif.
- Gangguan kongenital dan herediter seperti penyakit ginjal polikistik, dan asidosis
tubulus ginjal.
- Penyakit metabolik seperti diabetes militus, gout, dan hiperparatiroidisme, serta
amiloidosis.
- Nefropati toksik seperti penyalah gunaan analgetik, dan nefropati timah.
Nefropati obstruktif seperti traktus urinarius bagian atas yang terdiri dari batu, neoplasma,
fibrosis retroperitoneal. Traktus urinarius bagian bawah yang terdiri dari hipertropi prostat,
setriktur uretra, anomali kongenital leher vesika urinaria dan uretra
4) MANIFESTASI KLINIS
Karena pada CKD setiap sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien
akan menunjukkan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala tergantung
pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, dan kondisi lain yang mendasari.
Dan manifestasi klinik menurut (Long, 1996 : 369):
a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang,
mudah tersinggung, depresi
b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak
nafas baik waktu ada kegiatan atau tidak, pitting edema, pruritis mungkin tidak ada
tapi mungkin juga sangat parah.
Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain : hipertensi, (akibat retensi
cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin – aldosteron), gagal jantung
kongestif dan edema pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi
pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan,
kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).
Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
a. Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusi perikardiac dan
gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama jantung dan edema.
b. Gangguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental, suara krekels.
c. Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan metabolisme protein
dalam usus, perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut,
nafas bau ammonia.
d. Gangguan muskuloskeletal
Resiles leg syndrome (pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan), burning feet
syndrome (rasa kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak kaki), tremor, miopati (
kelemahan dan hipertropi otot – otot ekstremitas.
e. Gangguan Integumen
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan akibat penimbunan
urokrom, gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.
f. Gangguan endokrin
Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan menstruasi dan
aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan metabolic lemak dan vitamin D.
g. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa
Biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan
dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.
h. System hematologi
Anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritropoetin, sehingga
rangsangan eritropoesis pada sumsum tulang berkurang, hemolisis akibat
berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik, dapat juga terjadi
gangguan fungsi trombosis dan trombositopeni.
i. Psiko sosial seperti terjadinya penurunan tingkat kepercayaan diri sampai pada
harga diri rendah (HDR), ansietas pada penyakit dan kematian.
6) PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Urin
a. Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria), atau urine tidak ada
(anuria).
b. Warna : Secara normal perubahan urine mungkin disebabkan oleh pus /
nanah, bakteri, lemak, partikel koloid, fosfat, sedimen kotor, warna
kecoklatan menunjukkan adanya darah, miglobin, dan porfirin.
c. Berat Jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan
kerusakan ginjal berat).
d. Osmolalitas : Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular,
amrasio urine / ureum sering 1:1.
2) Kliren kreatinin mungkin agak menurun.
3) Natrium : Lebih besar dari 40 Emq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi
natrium.
4) Protein : Derajat tinggi proteinuria ( 3-4+ ), secara kuat menunjukkan kerusakan
glomerulus bila sel darah merah (SDM) dan fregmen juga ada.
5) Darah
a. Kreatinin : Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin10 mg/dL
diduga tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5).
b. Hitung darah lengkap : Hematokrit menurun pada adanya anemia. Hb
biasanya kurang dari 7-8 g/dL.
c. SDM (Sel Darah Merah) : Waktu hidup menurun pada defisiensi
eritropoetin seperti pada azotemia.
d. GDA (Gas Darah Analisa) : pH, penurunan asidosis metabolik (kurang dari
7,2) terjadi karena kehilangan kemampuan ginjal untuk mengeksekresi
hidrogen dan amonia atau hasil akhir katabolisme protein. Bikarbonat
menurun PCO2 menurun.
e. Natrium serum : Mungkin rendah, bila ginjal kehabisan natrium atau normal
(menunjukkan status dilusi hipernatremia).
f. Kalium : Peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai dengan
perpindahan selular (asidosis), atau pengeluaran jaringan (hemolisis SDM).
Pada tahap akhir , perubahan EKG mungkin tidak terjadi sampai kalium 6,5
mEq atau lebih besar.
g. Magnesium terjadi peningkatan fosfat, kalsium menurun.
h. Protein (khuusnya albumin), kadar serum menurun dapat menunjukkan
kehilangan protein melalui urine, perpindahan cairan, penurunan
pemasukan, atau penurunan sintesis karena kurang asam amino esensial.
Osmolalitas serum lebih besar dari 285 mosm/kg, sering sama dengan urine.
b. Pemeriksaan Radiologi
1. Ultrasono grafi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya
masa , kista, obtruksi pada saluran perkemihan bagian atas.
2. Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan
untuk diagnosis histologis.
3. Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.
4. EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam
basa.
5. KUB foto digunakan untuk menunjukkan ukuran ginjal / ureter / kandung kemih
dan adanya obtruksi (batu).
6. Arteriogram ginjal adalah mengkaji sirkulasi ginjal dan megidentifikasi
ekstravaskuler, massa.
7. Pielogram retrograd untuk menunjukkan abormalitas pelvis ginjal.
8. Sistouretrogram adalah berkemih untuk menunjukkan ukuran kandung kemih,
refluk kedalam ureter, dan retensi.
9. Pada pasien CKD pasien mendapat batasan diit yang sangat ketat dengan diit
tinggi kalori dan rendah karbohidrat. Serta dilakukan pembatasan yang sangat
ketat pula pada asupan cairan yaitu antara 500-800 ml/hari.
10. Pielografi intravena
Menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter.
11. Pielografi retrograd
Dilakukan bila dicurigai ada obstruksi yang reversibel.
12. Arteriogram ginjal
Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskular, massa.
13. Sistouretrogram berkemih
Menunjukkan ukuran kandung kemih, refluks kedalam ureter, retensi.
14. Pada terapi medis untuk tingkat awal dapat diberikan terapi obat anti hipertensi,
obat diuretik, dan atrapit yang berguna sebagai pengontol pada penyakit DM,
sampai selanjutnya nanti akan dilakukan dialisis dan transplantasi.
5) Penatalaksanaan Medis
1. Dialisis
Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang serius,
seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang. Perikarditis memperbaiki abnormalitas
biokimia ; menyebabkan caiarn, protein dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas ;
menghilangkan kecendurungan perdarahan ; dan membantu penyembuhan luka.
2. Penanganan hiperkalemia
Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan masalah utama pada gagal ginjal akut;
hiperkalemia merupakan kondisi yang paling mengancam jiwa pada gangguan ini. Oleh
karena itu pasien dipantau akan adanya hiperkalemia melalui serangkaian pemeriksaan
kadar elektrolit serum ( nilai kalium > 5.5 mEq/L ; SI : 5.5 mmol/L), perubahan EKG
(tinggi puncak gelombang T rendah atau sangat tinggi), dan perubahan status klinis.
Pningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan pemberian ion pengganti resin
(Natrium polistriren sulfonat [kayexalatel]), secara oral atau melalui retensi enema.
3. Mempertahankan keseimbangan cairan
Penatalaksanaan keseimbanagan cairan didasarkan pada berat badan harian,
pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang hilang,
tekanan darah dan status klinis pasien. Masukkan dan haluaran oral dan parentral dari
urine, drainase lambung, feses, drainase luka dan perspirasi dihitung dan digunakan
sebagai dasar untuk terapi penggantia cairan.
Penatalaksanaan terhadap gagal ginjal meliputi :
1. Restriksi konsumsi cairan, protein, dan fosfat.
2. Obat-obatan : diuretik untuk meningkatkan urinasi; alumunium hidroksida untuk
terapi hiperfosfatemia; anti hipertensi untuk terapi hipertensi serta diberi obat yang
dapat menstimulasi produksi RBC seperti epoetin alfa bila terjadi anemia.
3. Dialisis
4. Transplantasi ginjal (Reeves, Roux, Lockhart, 2001)
Menurut Suwitra (2006) penatalaksanaan untuk CKD secara umum antara lain adalah
sebagai berikut :
1) Waktu yang tepat dalam penatalaksanaan penyakit dasar CKD adalah sebelum
terjadinya penurunan LFG, sehingga peningkatan fungsi ginjal tidak terjadi. Pada
ukuran ginjal yang masih normal secara ultrasono grafi, biopsi serta pemeriksaan
histopatologi ginjal dapat menentukan indikasi yang tepat terhadap terapi spesifik.
Sebaliknya bila LFG sudah menurun sampai 20–30 % dari normal terapi dari
penyakit dasar sudah tidak bermanfaat.
2) Penting sekali untuk mengikuti dan mencatat kecepatan penurunan LFG pada
pasien penyakit CKD, hal tersebut untuk mengetahui kondisi komorbid yang dapat
memperburuk keadaan pasien. Faktor-faktor komorbid ini antara lain, gangguan
keseimbangan cairan, hipertensi yang tak terkontrol, infeksi traktus urinarius,
obstruksi traktus urinarius, obatobat nefrotoksik, bahan radio kontras, atau
peningkatan aktifitas penyakit dasarnya. Pembatasan cairan dan elektrolit pada
penyakit CKD sangat diperlukan. Hal tersebut diperlukan untuk mencegah
terjadinya edema dan komplikasi kardiovaskuler. Asupan cairan diatur seimbang
antara masukan dan pengeluaran urin serta Insesible Water Loss (IWL). Dengan
asumsi antara 500-800 ml/hari yang sesuai dengan luas tubuh. Elektrolit yang harus
diawasi dalam asupannya adalah natrium dan kalium. Pembatasan kalium dilakukan
karena hiperkalemi dapat mengakibatkan aritmia jantung yang fatal. Oleh karena
itu pembatasan obat dan makanan yang mengandung kalium (sayuran dan buah)
harus dibatasi dalam jumlah 3,5- 5,5 mEg/lt. sedangkan pada natrium dibatasi untuk
menghindari terjadinya hipertensi dan edema. Jumlah garam disetarakan dengan
tekanan darah dan adanya edema.
3) Menghambat perburukan fungsi ginjal. Penyebab turunnya fungsi ginjal adalah
hiperventilasi glomerulus yaitu :
1. Batasan asupan protein, mulai dilakukan pada LFG < 60 ml/mnt, sedangkan
diatas batasan tersebut tidak dianjurkan pembatasan protein. Protein yang
dibatasi antara 0,6-0,8/kg BB/hr, yang 0,35-0,50 gr diantaranya protein nilai
biologis tinggi. Kalori yang diberikan sebesar 30-35 kkal/ kg BB/hr dalam
pemberian diit. Protein perlu dilakukan pembatasan dengan ketat, karena
protein akan dipecah dan diencerkan melalui ginjal, tidak seperti karbohidrat.
Namun saat terjadi malnutrisi masukan protein dapat ditingkatkan sedikit, selain
itu makanan tinggi protein yang mengandung ion hydrogen, fosfor, sulfur, dan
ion anorganik lain yang diekresikan melalui ginjal. Selain itu pembatasan
protein bertujuan untuk membatasi asupan fosfat karena fosfat dan protein
berasal dari sumber yang sama, agar tidak terjadi hiperfosfatemia.
2. Terapi farmakologi untuk mengurangi hipertensi intraglomerulus. Pemakaian
obat anti hipertensi disamping bermanfaat untuk memperkecil resiko
komplikasi pada kardiovaskuler juga penting
untuk memperlambat perburukan kerusakan nefron dengan cara
mengurangi hipertensi intraglomerulus dan hipertrofi glomerulus.
Selain itu pemakaian obat hipertensi seperti penghambat enzim
konverting angiotensin (Angiotensin Converting Enzim / ACE
inhibitor) dapat memperlambat perburukan fungsi ginjal. Hal ini
terjadi akibat mekanisme kerjanya sebagai anti hipertensi dan anti
proteinuri.
4) Pencegahan dan terapi penyakit kardio faskuler merupakan hal yang penting,
karena 40-45 % kematian pada penderita CKD disebabkan oleh penyakit
komplikasinya pada kardiovaskuler. Hal-hal yang termasuk pencegahan dan terapi
penyakit vaskuler adalah pengendalian hipertensi, DM, dislipidemia, anemia,
hiperfosvatemia, dan terapi pada kelebian cairan dan elektrolit. Semua ini terkait
dengan pencegahan dan terapi terhadap komplikasi CKD secara keseluruhan.
5) CKD mengakibatkan berbagai komplikasi yang manifestasinya sesuai dengan
derajat penurunan LFG. Seperti anemia dilakukan penambahan / tranfusi
eritropoitin. Pemberian kalsitrol untuk mengatasi osteodistrasi renal. Namun dalam
pemakaiannya harus dipertimbangkan karena dapat meningkatkan absorsi fosfat.
6) Terapi dialisis dan transplantasi dapat dilakukan pada tahap CKD derajat 4-5.
Terapi ini biasanya disebut dengan terapi pengganti ginjal.
3. RENCANA KEPERAWATAN
N
O DIAGNOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
DX
1. Gangguan NOC NIC
Pertukaran a. Respiratory Status : Airway Management
Gas Gas Exchage Posisikan pasien untuk memaksimalkan
b. Respiratory Status : ventilasi
vantilation Identifikasi pasien perluanya pemasangan alat
c. Vital Sign Status jalan napas buatan
Kriteria Hasil : Pasang mayo bila perlu
Mendemonstrasikan Lakukan fisioterapi dada jika perlu
peningkatan ventilasi Keluarrkan sekret dengan batuk atau suction
dan oksigenasi yang Auskultasi suara nafas, catat adanya suara nafas
adekuat tambahan
Memelihara kebersihan Lakukan suction pada mayo
paru-paru dan bebas dari Berikan bronkodilator bila perlu
tanda- tanda distress Berikan pelembaba udara
perpasan Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
Mendemonstrasikan keseimbangan
batuk efektif dan suara Monitor respirasi dan status O2
napas yang bersih, tidak Respiratory Monitoring
ada sianosis dan dyspneu Monitor rata-rata, kedalaman, irama dan usaha
( mampu mengeluarkan respirasi
sputum, mampu bernafas Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan,
dengan mudah, tidak ada penggunaan otot tambahan, retraksi otot
pursed lips ) supraclavicular dan intercostal
Tanda-tanda vital dalam Monitor suara nafas, seperti dengkur
normal Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
Catat lokasi trakea
Monitor kelelahan otot difragma ( gerakan
paradoksis)
Auskultasi suara nafas, catat area penuruan/
tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
Tentukan kebutuhan suctin dengan
mengauskultasi crakles dan ronki pada jalan
napas utama
Auskultasi suara parusetelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
2. Kelebihan setelah diberikan asuhan NIC Label :
Volume Cairan keperawatan selama .... x 24 Acid Base Management
jam diharpakan : Memepertahankan jalan napas pasien
NOC Label : Pertahankan posisi adekuat untuk ventilasI
Electrolite & Acid Base Monitor intake dan output
Balanc Monitor pengeluaran asam (muntahan,
Denyut jantung output NGT, diare, dan diuresis)
(normal 80 – 100 Fluid Monitoring
x/menit)
Pernapasan (16 – 20 Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake
x/menit) cairan dan eliminasi
sensasi pada Monitor berat badan
ekstremitas Monitor serum dan elektrolit urine
Fluid Balance Monitor serum dan osmilalitas urine
Tekanan darah dalam Monitor BP, Heart Rate, dan Respiration
batas normal (120/80 Rate
mmHg) Monitor tekanan darah
Intake dan Output Catat secara akurat intake dan output
cairan selama 24 jam Monitor adanya distensi leher, odema
seimbang (balance) perifer, ronchi, dan penambahan BB
Berat badan xeMonitor tanda dan gejala dari odema
seimbang Fluid Management
Mukosa bibir lembab Pertahankan catatan intake dan output yang
Tidak terdapat adekuat
edema perifer Monitor status hidrasi (kelembaban
Edema perifer distal membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
darah ortostatik) jika diperlukan
Monitor vital sign
Monitor masukan makanan/cairan dan
hitung intake kalori harian
Kolaborasikan pemberian cairan IV
Monitor status nutrisi
Berikan cairan IV pada suhu ruangan
Dorong masukan oral
Dorong keluarga untuk membantu pasien
makan
Tawarkan snack (jus/buah segar)
Kolaborasikan dengan dokter
Atur kemungkinan tranfusi
Persiapkan untuk tranfusi
3 Kerusakan NOC NIC
Integritas Tissue Intergrtiy : Skin Pressure Management
Kulit and Mucous Membranes Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian
Hemodyalisis akses yang longgar
Kriteria Hasil : Hindari kerutan pada tempat tidur
Integritas kulit yang Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
baik bisa dipertahankan kering
( sensasi, elastisitas, Mobilisasi pasien ( ubah posisi pasien setiap
temperatur, hidrasi, dua jam sekali
Pigmentasi ) Monitor kulit akan danya kemerahan
Tidak ada luka/ lesi Oleskan lotion atau minyak/ baby oil pada
pada kulit daerah yang tertekan
Perusi jaringan baik Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
Menunjukkan Memandikan pasiean dengan sabun dan
pemahaman dalam hangat
proses perbaikan kulit Insision Site Care
dan mencegah Membersihkan, memantau dan meningkatkan
terjadinya cedera proses penyembuhan pada luka yang ditutupi
berulang dengan jahitan, klip atau straples
Mampu melindungi Monitot proses kesembuhan area insisi
kulit dan Monitor tanda dan gejala infeksi pada area
mempertahankan insisi
kelembabapan kulit dan Bersihkan area sekitar jahitan atau staples,
perawatan janin menggunakan lidi kapas steril
Gunakan preparat antisptic, sesuai program
Ganti balutan pada interval waktu yang sesuai
atau biarkan luka tetap terbuka ( tidak dibalut)
sesuai program
4 Retensi Urine NOC NIC
a. Urinary elimination Urinary Retention Care
b. Urinary continuence Lakukan penilaian kemih yang komprehensif
Kriteria Hasil : Memantau intake dan output
Kandung kemih kosong Monitor penggunaan obat antikolinergik
secara penuh Sediakan privacy untuk eliminasi
Tidak ada residu urine > Merangsang reflex kandung kemih dengan
100-200 cc menerapkan kompres dingin pada abdomen
Intake cairan dalam Sediakan waktu yang cukup untuk pengosongan
rentang normal kandung kemih (10 menit)
Bebas dari ISK Gunakan double void teknik
Tidak ada spasme Memantau tingkat distensi kandung kemih
bladder dengan palpasi dan perkusi
Balance cairan Membantu dengan toilet secara berkala
seimbang Kateterisasi jika perlu
5 Ketidakseimb NOC NIC
angan Nutrisi a. Nutritional Status Nutrition Management
Kurang dari b. Nutritional Status : Kaji adanya alergi makanan
Kebutuhan food and fluid intake Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
Tubuh c. Nutritional Status : jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
nutrient intake pasien
d. Weight control Anjurkan pasien untuk meningkatkan Intake Fe
Anjurka pasien untuk meningkatkan protein dan
Kriteria Hasil : vitamin C
Adanya peningkatan Berikan substansi gula
berat badan sesuai Yakiknkan diet yang dimakan mengandung
tujuan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Berat badan ideal sesuai Berikan makanan yang terpilih (sudah
dengan tinggi badan dikonsultasikan dengan ahli gizi
Mampu Ajarkan pasien bagaimana cara membuat
mengidentifikasikan catatan makanan harian
kebutuhan nutrisi Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
Tidak ada tanda-tanda Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
malnutrisi Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
Menunjukkan nutrisi yang dibutuhan
peningkatan fungsi Nutition Monitoring
pengecapan dari BB pasien dalam batas normal
menelan Monitor adanya penurunan berat badan
Tidak terjadi penurunan Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
berat badanyang berarti diakukan
Monitor interaksi anak dan orang tua
selamamakan
Monitor lingkungan selera makan
Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
selama jam makan
Monitor kulit keringdan perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitir kekeringan, rambut kusam, dan mudah
patah
Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin, kadar protein
Lepaskan impaksi tinja secara manual, jika
perlu
Timbang pasien secara teratur
Ajarkan pasien atau keluarga tentang proses
pencarian yang normal
Ajarkan pasien/keluarga tentang kerangka waktu
untuk resolusi sembelit
6 Intoleransi NOC NIC
aktivitas a. Energy conservation Energy Management
b. Activity tolerance 1. Observasi adanya pembatasan klien dalam
c. Self care : ADLs aktivitas
adekuat social
5. EVALUASI
1. Evaluasi Formatif (Merefleksikan observasi perawat dan analisis terhadap klien
terhadap respon langsung pada intervensi keperawatan)
2. Evaluasi Sumatif (Merefleksikan rekapitulasi dan sinopsis observasi dan analisis
mengenai status kesehatan klien terhadap waktu)
(Poer, 2012)
DAFTAR PUSTAKA Denpasar, 09 Desember 2017
Nama Mahasiswa
Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif, Kumala Sari. 2011. Askep Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba
Medika. Desak Made Ari Wahyuni
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3.NIM : P07120216011
Jakarta: Media Aesculapius
Nanda International. 2012. Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. 2012-2014.
Penerbit buku kedokteran.Jakarrta:EGC
Nuratif, A.H.,Kusuma,H. 2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta:Mediaction Publishing.
Potter & Perry. 2010. Fundamental Keperawatan Edisi 4 Volume 2. Jakarta:EGC
Price, Sylvia A. Dkk. 2006.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6
Volume 1. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanna C. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Brunner dan Suddarth
Edisi 8 Volume 2.Jakarta : EGC.
Suddarth,Brunner. 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2. Edisi 8. Jakarta:
ECG.
Sudoyo.2006.Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam.Jakarta : FKUI
Zbare, BG., Smeltzer SC.2010.buku ajar keperawatan medika bedah.Jakarta : EGC
Nama Pembimbing/ CI
Nama Pembimbing/ CT