Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MANAJEMEN RESIKO BENCANA

“SUMBER BENCANA PADA DESTINASI WISATA”

Di susun oleh :

1. NI PUTU NATIYA GIYANTI (P07120216051)


2. FENDY ANUGRAH PRATAMA (P07120216052)
3. ANAK AGUNG GDE INDIRA PRASADHA (P07120216053)
4. NI LUH DESI DIARTAMI (P07120216054)
5. PUTU RISMA ARIA PRADNYADEWI (P07120216055)
6. I GUSTI BAGUS KOMANG ALIT WARDANA (P07120216056)
7. NI PUTU SRI WIADNYANI (P07120216057)
8. NI PUTU NITA AYU SANDRA (P07120216058)
9. I GEDE AGUS NARAYANA (P07120216059)
10. NI KETUT RATRI PURWANI (P07120216060)

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

PRODI D-IV

JURUSAN KEPERAWATAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmatNya, penulis dapat menyusun makalah yang berjudul “Sumber Bencana Pada
Destinasi Wisata”.

Penulis menyadari makalah ini masih terdapat kekurangan, namun demikian penulis
berharap makalah ini dapat menjadi bahan rujukan dan semoga dapat menambah
pengetahuan mahasiswa–mahasiswi kelas 3B Prodi D4 Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Denpasar.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penulisan makalah ini.
Dengan segala hormat penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak untuk penyempurnaan makalah ini.

Denpasar, 18 Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................. 3
1.3 Tujuan ................................................................................................................................ 3
BAB II ................................................................................................................................................ 4
PEMBAHASAN ................................................................................................................................ 4
2.1 Pengertian Bencana................................................................................................................. 4
2.2 Dampak Bencana Pada Sektor Pariwisata ........................................................................... 4
2.4 Sumber Bencana Pada Destinasi Pariwisata ........................................................................ 5
BAB III ............................................................................................................................................. 10
PENUTUP ........................................................................................................................................ 10
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................... 10
3.2 Saran................................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki risiko bencana yang tinggi sebagai
akibat dari keadaan alam yang mengakibatkan timbulnya bahaya (high hazard),
kerentanan sosial yang tinggi (high vulnerability), dan juga kapasitas masyarakat
yang belum terlalu memadai (low society capacity). Menurut data WorldRiskIndex
yang dirilis oleh United Nations University Institute for Environment and Human
Security (UNU-EHS), Indonesia menjadi negara ke-36 dari 173 negara yang paling
berisiko bencana, dengan indeks risiko bencana mencapai 10,24%. Menurut data ini,
19,36% penduduk Indonesia terekspos langsung oleh sumber bencana. Sementara itu,
tingkat kerawanan (vulnerability) masyarakat Indonesia memiliki nilai yang tinggi
sebesar 52,87%, bahkan lebih tinggi dari Filipina (50,90%) yang menempati urutan
ke-3 sebagai negara paling berisiko. Hal yang paling perlu diperhatikan adalah
tingginya nilai indeks lack of coping capacities (rendahnya kapasitas penanganan
untuk mengurangi dampak negatif) yang mencapai 79,49%. Negara yang dapat
dijadikan pedoman untuk Indonesia adalah Yunani, karena memiliki indeks exposure
yang kurang lebih sama dengan Indonesia (21,11%) tetapi memiliki indeks
vulnerability yang lebih rendah sebagai hasil dari upaya pengurangan kerentanan
bencana. Hal ini yang perlu diperhatikan dan bahkan ditiru agar indeks risiko bencana
Indonesia dapat diturunkan yang menunjukkan baiknya upaya mitigasi bencana di
Indonesia. Berdasarkan latar belakang tersebut, Indonesia membutuhkan sebuah
metode peningkatan kapasitas bencana yang tepat sasaran dan tepat guna untuk
menurunkan tingkat risiko bencana. Salah satu sektor yang memerlukan upaya
peningkatan kapasitas masyarakat dalam penanganan bencana adalah sector
pariwisata. Pariwisata, sesuai kutipan Uskup Agung Canterbury Robert Runcie dalam
Waugh (2014: 586) yang menyatakan pariwisata sebagai ‘agama penting’orang-
orang dunia saat ini, melibatkan banyak orang di dalamnya. Secara tidak langsung,

1
banyaknya manusia dapat memengaruhi penanganan kerentanan dan kapasitas
bencana. Kepadatan manusia dapat meningkatkan kerentanan tetapi juga di sisi lain
dapat meningkatkan kapasitas apabila setiap orang mengetahui dan sadar tentang
bencana dan risiko bencana.Di Indonesia, obyek wisata berbasis alam menjadi daya
tarik pariwisata yang besar. Namun, di sisi lain, beberapa obyek wisata alam memiliki
risiko bencana yang besar pula, terutama bencana alam. Lokasi obyek wisata alam
pada umumnya memiliki tingkat bahaya/kerawanan (hazard) yang tinggi terhadap
kemungkinan terjadinya fenomena alam penyebab bencana (hazard event). Walaupun
antara bencana alam (natural hazard) dan kejadian bencana (hazard event) adalah hal
yang penekanannya berbeda, keduanya berhubungan erat apabila berkaitan dengan
manusia (Waugh, 2014: 31). Contoh obyek wisata yang rawan bencana alam antara
lain Kawah Sikidang Dieng (bencana gas beracun), Gunung Merapi (bencana
vulkanik), Dieng yang (tanah longsor), dan pantai-pantai yang rawan bencana
tsunami.Upaya peningkatan kapasitas masyarakat, atau dalam hal ini adalah
wisatawan, sangat dibutuhkan untuk mengurangi risiko kerugian terutama korban
jiwa dari wisatawan di tempat wisata. Menurut Nagle, dkk (2011: 296), ketika
masyarakat tidak melakukan sesuatu terhadap kemungkinan bencana, maka implikasi
yang utama adalah bencana akan terjadi dengan dahsyat. Namun ketika masyarakat
berusaha hidup dan menyatu dengan bahaya dan risiko bencana, masyarakat akan
terintegrasi dengan ancaman lingkungan dan kerentanan yang terjadi. Hal ini juga
akan berlaku di sektor pariwisata. Ketika wisatawan tidakmengetahui tentang risiko
kebencanaan di suatu tempat wisata, wisatawan dapat menderita kerugian yang besar,
seperti saat kejadian erupsi Kawah Sileri di Dieng yang melukai 17 pengunjung
(Kompas, 2 Juli 2017).Salah satu cara untuk meningkatkan kapasitas dan menurunkan
kerentanan wisatawan adalah dengan memberikan informasi yang sebaik-baiknya
tentang bencana di tempat wisata. Pemberian upaya manajemen bencana melalui
penguatan nonstruktural menjadi sangat penting bahkan lebih penting daripada upaya
struktural karena lebih efektif dan tepat sasaran (Flanagan, dkk. 2011: 14). Maka dari
itu, penulis mencetuskan ide untuk membuat konsep penyedia informasi berbentuk
portal fisik dan portal maya mengenai kebencanaan di tempat wisata berisiko

2
bencana, bernama Portal IMBA (Informasi Mengenai Bencana di Tempat Wisata).
Konsep ini akan menjadi penyedia informasi kebencanaan bagi para wisatawan yang
akan dan tengah berkunjung di suatu tempat wisata yang memiliki risiko bencana
alam.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis menetapkan beberapa rumusan
masalah, di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian hipotesis?
2. Apa saja syarat-syarat hipotesis?
3. Apa saja ciri-ciri hipotesis?
4. Apa Jenis-jenis hipotesis?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah untuk membahas secara mendalam tentang.
1. Agar mampu mengetahui pengertian hipotesis.
2. Agar mampu mengetahui syarat- syarat hipotesis
3. Agar mampu mengetahui ciri-ciri hipotesis
4. Agar mampu mengetahui jenis-jenis hipotesis.

3
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bencana
Bencana menurut Undang –Undang Nomor 24 Tahun 2007 adalah “peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis”
Rosyidie (2004) lebih lanjut mengungkapkan bahwa bencana dapat terjadi dimana saja,
kapan saja dan pada siapa saja. Frekuensi dan seberapa kuat atau besar bencana tersebut
pun susah untuk diprediksi. Melihat sifat dari bencana tersebut, maka sering kali terjadi
banyak kerugian dan korban meninggal dunia maupun luka-luka.
Berdasarkan definisi bencana menurut para ahli tersebut maka definisi bencana dalam
penelitian ini yaitu gangguan atau ancaman dari keadaan normal hingga menyebabkan
kerugian dari gangguan tersebut yang bersumber dari alam, non alamdan sosial.
Gangguan tersebut tidak dapat diprediksi kapan, dimana dan kepada siapa terjadinya.

2.2 Dampak Bencana Pada Sektor Pariwisata


Dampak pada situs pariwisata akibat bencana yaitu :
1. Kerusakan atau musnahnya bangunan monumental yang sangat berharga sebagai
sumber dan bukti sejarah.
2. Orang-orang yang menjadi korban banyak kehilangan harta benda bahkan nyawa.
3. Trauma tersendiri bagi korban ataupun wisatawan. Mereka cenderung
mengesampingkan kebutuhan untuk pariwisata.

Upaya yang dapat dilakukan pemerintah untuk menaikkan kembali citra Indonesia
dimata dunia sebagai Negara yang aman dengan keindahan alam yang menakjubkan
dapat dilakukan dengan cara :
1. Meningkatkan promosi dan layanan objek wisata. Contohnya membuat iklan yang
ditayangkan di media elektronik dan media cetak.

4
2. Mengundang wartawan asing untuk meliput kawasan wisata.
3. Manambah perwakilan biro perjalanan diluar negeri dengan promo-promo yang
menarik.
4. Mempermudah akses ke daerah tujuan wisata, misalnya memperbaiki jalan dan
membuka penerbangan tersendiri khusus menuju daerah tujuan.

2.3.Pengertian Sumber Bencana


Sumber bencana adalah penyebab yang mengakibatkan kerusakan pada alam,lingkungan
dan manusia sendiri akibat dari rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan/atau
faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.Sumber
bencana pada destinasi wisata secara umum ada 3 : (1) alam(2) non alam (3) lingkungan
sekitar ( social,manusia).

2.4 Sumber Bencana Pada Destinasi Pariwisata


Menurut Permen pariwisata no 29 tahun 2015 sumber bencana pada destinasi pariwisata
sebagai berikut :
Dalam kerangka pengembangan destinasi wisata, terdapat beberapa masalah utama yang
harus dihadapi, yaitu : (1) perubahan iklim dan bencana alam, (2) ketersediaan
konektifitas dan infrastruktur yang belum optimal; (3) kesiapan masyarakat di sekitar
destinasi pariwisata yang belum optimal; (4) kemudahan investasi yang masih belum
optimal.

Sedangkan Menurut PERMENPAR no.29 tahun 2015 sb :


A. Perubahan Iklim dan Bencana Alam di Indonesia
Isu perubahan iklim telah menjadi isu di seluruh dunia. Perubahan iklim ini disebabkan
oleh tindakan merusak yang dilakukan manusia, seperti penebangan pohon secara
sembarangan, pengerukan gunung, dan tidak dirawatnya daerah tepi pantai. Perubahan
iklim ini berdampak kepada berbagai bencana alam yang terjadi di berbagai wilayah,

5
seperti banjir, kebakaran hutan, kemarau panjang, gempa bumi, gunung meletus, dan
sebagainya.Isu perubahan iklim ini juga berdampak kepada pemilihan destinasi wisata
oleh wisatawan dunia. Wisatawan menjadi lebih berhati-hati dalam menentukan tujuan
wisata ke daerah yang sering terkena bencana alam. Dengan berbagai bencana alam yang
sering terjadi di Indonesia, seperti seperti banjir akibat curah hujan yang berlebihan,
gunung meletus, gempa bumi, kebakaran hutan dan sebagainya, membuat wisatawan lebih
berhati-hati dalam menentukan tujuan wisatanya ke Indonesia. Hal ini akan berakibat
kepada jumlah wisman yang datang ke Indonesia menjadi berkurang.Daya tarik wisata di
Indonesia tidak luput dari kerusakan yang diakibatkan oleh perubahan iklim dan bencana
alam. Hal ini juga akan membuat citra Indonesia di mata wisatawan internasional menjadi
kurang baik, serta diperlukan sumber daya lebih untuk memperbaiki kerusakan tersebut.
Maka dari itu, diperlukan langkah-langkah untuk mengantisipasi hal ini, seperti
penyadaran masyarakat terhadap lingkungan, pemberian sanksi bagi perusahaan yang
merusak lingkungan, menyusun strategi tanggap bencana lingkungan pada berbagai objek
wisata, dan pembangunan citra Indonesia sebagai negara yang bebas bencana alam.

B. Ketersediaan dan Konektivitas Infrastruktur yang Belum Optimal


Ketidaknyamanan wisatawan dalam berwisata dan kesulitan dalam mencapai lokasi
destinasi wisata merupakan masalah akibat tidak tersedianya infrastruktur yang baik.
Akibat masalah infrastruktur ini, dapat menimbulkan masalah lain, yaitu ketidaksiapan
sarana dan prasarana destinasi, keamanan, kebersihan, ketertiban destinasi, keterbatasan
aksesibilitas, dan hambatan konektivitas, yang membuat jumlah wisatawan yang datang
ke Indonesia belum optimal. Kenyamanan wisatawan dengan melengkapi sarana,
prasarana, dan fasilitas umum yang aman, bersih, dan tertib merupakan hal dasar yang
perlu disiapkan oleh setiap pengelola objek wisata di daerah destinasi wisata. Citra
destinasi wisata Indonesia pun akan semakin baik. Keterbatasan akses menuju daya tarik
wisata prioritas seperti danau Toba, raja ampat, dan pulau Komodo perlu dikembangkan
dengan menambahkan sarana transportasi yang mudah dijangkau dari daerah asal
wisatawan.

6
C. Kesiapan Masyarakat di Sekitar Destinasi Pariwisata yang Masih Belum Optimal
Banyak daerah yang sudah dikenal wisatawan dan menjadi destinasi wisata Indonesia,
namun tidak diimbangi oleh kesiapan masyakat sekitar. Hal ini akan berakibat pada
kurang terawatnya destinasi wisata, kurang profesionalnya pengelolaan destinasi wisata,
serta eksploitasi berlebihan dari destinasi wisata. Untuk mencegah timbulnya masalah
tersebut, diperlukan pemberdayaan masyarakat di daerah destinasi wisata Indonesia.
Pemberdayaan tersebut dapat dilakukan dengan menanamkan nilai dan tujuan pariwisata
Indonesia dan memberikan pendidikan dan pelatihan keterampilan. Hal ini dilakukan
agar masyarakat dapat mengembangkan sendiri daerahnya sebagai daerah destinasi
Indonesia dengan bertanggung jawab, serta turut memajukan pariwisata Indonesia.

D. Kemudahan Investasi yang Masih Belum Optimal


Indonesia sebagai negara tujuan investasi yang prospektif merupakan nilai tambah penting
yang akan dapat meningkatkan daya saing pariwisata Indonesia, Namun demikian potensi
tersebut menjadi tidak memiliki arti manakala berbagai hambatan iklim usaha masih
terjadi. Keruwetan birokrasi dan proses yang berbelit yang masih terjadi di sejumlah
daerah menjadi catatan tersendiri yang membuat para investor masih enggan untuk
melakukan investasi. Hal ini perlu ditangani dengan berbagai langkah misalnya dengan
membuat kebijakan yang mempermudah proses investasi dengan tetap memperhatikan
daerah destinasi disertai pengawasan kepada proses tersebut.
Sedangkan dari segi non alam atau manusia itu sendiri dapat ditinjau hal yang berpotensi
menimbulkan bencana pariwisata yaitu :
1. Tingkat Pengetahuan bencana terdiri dari :
a. Tingkat Pengetahuan umum yang dimiliki masyarakat pengunjung destinasi wisata
yang berpotensi bencana :
1) Perusahaan memiliki program pelatihan kebencanaan atau yang berhubungan
dengan kebencanaan yang melibatkan semua komponen manajemen dan
terdokumentasi.

7
2) Sudah pernah melakukan/berpartisipasi dalam pelatihan singkat kebencanaan yang
diberikan oleh dinas/instansi yang relevan dan ada tanda bukti sertifikat/surat
keterangan secara individu atau kelembagaan,
3) Jika poin b diatas terpenuhi, apakah sudah disosialisasikan dilingkungan perusahan
.
4) Apakah daftar manajemen atau staff yang telah mengikuti pelatihan kebencanaan
disediakan
5) Tersedia referensi/dokumen tentang kebencanaan dan pengurangan risiko bencana
yang mudah diakses oleh manajemen dan staff.
6) Pernah mendatangkan ahli/konsultan dalam upaya pengurangan risiko bencana
dan peningkatkan kapasitas pengetahuan kebencanaan.
7) Memiliki pengetahuan tentang cuaca, iklim, kualitas udara, gempa bumi dan
tsunami sesuai hazard masing-masing.
8) Mengetahui potensi risiko bencana yang terjadi dilingkungan perusahaanya dan
mengetahui cara penanganannya
9) Tersedia dokumen kajian risiko yang disusun berdasarkan potensi hazard
dilingkungan perusahannya masing-masing
b. Tingkat Partisipatif dalam kegiatan kebencanan
1) Perusahaan pernah mengikuti seminar/lokakarya atau sejenisnya yang
diselenggarakan oleh lembaga profesional kebencanaan seperti BPBD, BMKG,
SAR, PMI, Dinas Kesehatan, BPPT, LIPI, Perguruan Tinggi dll. Dibuktikan
dengan sertifikat/Surat Keterangan.
2) Perusahan pernah mengikuti drill/simulasi yang dilakukan oleh Dinas/Lembaga
yang menangani kebencanaan.
3) Perusahan pernah terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan pengurangan risiko
bencana yang diselenggarakan oleh Dinas/Instansi kebencanaan minimal
dilakukan didaerah sekelilingnya.
4) Pernah terlibat langsung/berpartisipasi dalam kegiatan tanggap darurat bencana.
Sedangkan dari segi factor alam yang menentukan bencana pada destinasi wisata adalah
1) Lokasi wisata

8
Lokasi wisata yang dimaksud adalah bagaimana keadaan dan keamanan lokasi
wisata yang ada, apakah tempat wisata tersebut dekat dengan
air,api,kering,tandus,lembab,rawan longsor,tebing.
2) Jenis tempat wisata
Jenis tempat wisata yang dimaksud adalah apakah tempat wisata itu di
pantai,pegunungan,dataran tinggi atau dataran rendah.
3) Potensial bencana ditempat wisata
Potensial bencana tempat wisata yang dimaksud apakah tempat wisata tersebut
berpotensi mengancam nyawa atau berpotensi timbulnya bencana
tsunami,kebakaran,letusan gunung merapi,longsor,banjir.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa industri pariwisata
merupakan industri yang dikembangkan dan diandalkan sebagai salah satu sektor
pendorong pertumbuhan ekonomi, dikarenakan sektor pariwsiata berpengaruh
signifikan terhadap perekonomian masyarakat. Pariwisata ini merupakan industri yang
rentan terhadap berbagai peristiwa bencana. Ia bisa menjadi “yang terdampak” dari
kemunculan bencana atau memicu kemunculan bencana itu sendiri. Bencana sendiri
merupakan suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat, sehingga
menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia baik dari segi materi,
ekonomi atau lingkungan.
Oleh karena industri pariwisata sangat rentan terhadap berbagai peristiwa bencana,
maka diperlukan suatu manajemen untuk menghadapi resiko dari terjadinya bencana itu
sendiri. Tahapan proses manajemen resiko bencana pariwisata antara lain meliputi
pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, aksi tanggap (response), dan pemulihan.
Pencegahan terhadap bencana dengan menggunakan tahapan tersebut dilakukan dengan
kolaborasi seluruh pihak baik pihak pemerintah, swasta, masyarakat, pemilik industri
pariwisata dan juga BNPB maupun BPBD setempat.
Untuk mendapatkan sertifikasi kesiapsiagaan dalam industri pariwisata, terdapat
beberapa aspek yang akan dinilai. Aspek – aspek tersebut meliputi pengetahuan
mengenai kebencanaan, partisipasi dari pengusaha di bidang pariwisata dalam mengikuti
kegiatan kebencanaan, mitigasi struktural dan non struktural dari perusahaan,
kesiapsiagaan dan kapasitas respon yang dimiliki untuk menghadapi bencana serta
persiapan dan pengorganisasian yang ada.
3.2 Saran
Bencana merupakan suatu peristiwa yang dapat terjadi kapan saja dan dimana saja,
oleh karena itu penulis menyarankan agar para masyarakat pada umumnya dan pemilik
industri pariwisata khususnya agar tetap bersiaga terhadap bahaya bencana untuk

10
mengurangi resiko dampak yang akan ditimbulkan. Kesiapsiagaan dapat dilakukan
dengan cara mengadakan sosialisasi mengenai pendidikan kebencanaan kepada
masyarakat sehingga masyarakat dapat mengetahui langkah-langkah penanggulangan
bencana dan diharapkan dengan pendidikan yang telah di dapat, masyarakat dapat
mengurangi ancaman, mengurangi dampak, menyiapkan diri secara tepat apabila terjadi
bencana, dapat memulihkan diri, dan memperbaiki kerusakan yang terjadi akibat adanya
bencana.

11
DAFTAR PUSTAKA
Comes, Martina, dkk. 2016. WorldRiskReport 2016. Bonn: United Nations University EHS

Nagle, Garrett dan Guinness, Paul. 2011. Geography: Cambridge International A and AS
Level. London: Hodder Education

Waugh, David. 2014. Geography: An Integrated Approach. Oxford: Oxford University Press

Flanagan, dkk. 2011. A Social Vulnerability Index for Disaster Management.

Journal of Homeland Security and Emergency Management, Vol. 8,Issue 1, Article 3, hlm.
1-21

Maharani, Dian. 2017. Kawah Sileri Dieng Meletus, Lokasi Wisata Ditutup(daring).

http://regional.kompas.com/read/2017/07/02/15314031/kawah.sileri.dieng.meletus.lokasi.w
isata.ditutup diakses Sabtu, 25 November 2017, pukul 10.00

Hertanto, Heka. 2011. Manajemen Bencana Berbasis Masyarakat. Jakarta : Media


Indonesia

Martens, T., Garrelts, Grunnenberg, H., and Lange, H. : Taking The Heterogeneity Of
Citizens Into Account: Flood Risk Communication In Coastal Cities – A Case Study Of
Bremen. Natural Hazards and Earth System Sciences.

Sutton, J., and Tierney, K. 2006. Disaster Preparedness: Concepts, Guindance and
Research. Colorado: University of Colorado.

UN-ISDR. 2002. Living with Risk: A Global Review of Disaster Reduction Initiatives.
Preapared as An Inter-Agency Effort Coordinated by the ISDR Secretariat with special
support from the Government of Japan, the World Meteorological Organization and the
Asian Disaster Reduction Center (Kobe, Japan). Geneva: ISDR Secretariat.

12

Anda mungkin juga menyukai