Di susun oleh :
PRODI D-IV
JURUSAN KEPERAWATAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmatNya, penulis dapat menyusun makalah yang berjudul “Sumber Bencana Pada
Destinasi Wisata”.
Penulis menyadari makalah ini masih terdapat kekurangan, namun demikian penulis
berharap makalah ini dapat menjadi bahan rujukan dan semoga dapat menambah
pengetahuan mahasiswa–mahasiswi kelas 3B Prodi D4 Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Denpasar.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penulisan makalah ini.
Dengan segala hormat penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak untuk penyempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................. 3
1.3 Tujuan ................................................................................................................................ 3
BAB II ................................................................................................................................................ 4
PEMBAHASAN ................................................................................................................................ 4
2.1 Pengertian Bencana................................................................................................................. 4
2.2 Dampak Bencana Pada Sektor Pariwisata ........................................................................... 4
2.4 Sumber Bencana Pada Destinasi Pariwisata ........................................................................ 5
BAB III ............................................................................................................................................. 10
PENUTUP ........................................................................................................................................ 10
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................... 10
3.2 Saran................................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
banyaknya manusia dapat memengaruhi penanganan kerentanan dan kapasitas
bencana. Kepadatan manusia dapat meningkatkan kerentanan tetapi juga di sisi lain
dapat meningkatkan kapasitas apabila setiap orang mengetahui dan sadar tentang
bencana dan risiko bencana.Di Indonesia, obyek wisata berbasis alam menjadi daya
tarik pariwisata yang besar. Namun, di sisi lain, beberapa obyek wisata alam memiliki
risiko bencana yang besar pula, terutama bencana alam. Lokasi obyek wisata alam
pada umumnya memiliki tingkat bahaya/kerawanan (hazard) yang tinggi terhadap
kemungkinan terjadinya fenomena alam penyebab bencana (hazard event). Walaupun
antara bencana alam (natural hazard) dan kejadian bencana (hazard event) adalah hal
yang penekanannya berbeda, keduanya berhubungan erat apabila berkaitan dengan
manusia (Waugh, 2014: 31). Contoh obyek wisata yang rawan bencana alam antara
lain Kawah Sikidang Dieng (bencana gas beracun), Gunung Merapi (bencana
vulkanik), Dieng yang (tanah longsor), dan pantai-pantai yang rawan bencana
tsunami.Upaya peningkatan kapasitas masyarakat, atau dalam hal ini adalah
wisatawan, sangat dibutuhkan untuk mengurangi risiko kerugian terutama korban
jiwa dari wisatawan di tempat wisata. Menurut Nagle, dkk (2011: 296), ketika
masyarakat tidak melakukan sesuatu terhadap kemungkinan bencana, maka implikasi
yang utama adalah bencana akan terjadi dengan dahsyat. Namun ketika masyarakat
berusaha hidup dan menyatu dengan bahaya dan risiko bencana, masyarakat akan
terintegrasi dengan ancaman lingkungan dan kerentanan yang terjadi. Hal ini juga
akan berlaku di sektor pariwisata. Ketika wisatawan tidakmengetahui tentang risiko
kebencanaan di suatu tempat wisata, wisatawan dapat menderita kerugian yang besar,
seperti saat kejadian erupsi Kawah Sileri di Dieng yang melukai 17 pengunjung
(Kompas, 2 Juli 2017).Salah satu cara untuk meningkatkan kapasitas dan menurunkan
kerentanan wisatawan adalah dengan memberikan informasi yang sebaik-baiknya
tentang bencana di tempat wisata. Pemberian upaya manajemen bencana melalui
penguatan nonstruktural menjadi sangat penting bahkan lebih penting daripada upaya
struktural karena lebih efektif dan tepat sasaran (Flanagan, dkk. 2011: 14). Maka dari
itu, penulis mencetuskan ide untuk membuat konsep penyedia informasi berbentuk
portal fisik dan portal maya mengenai kebencanaan di tempat wisata berisiko
2
bencana, bernama Portal IMBA (Informasi Mengenai Bencana di Tempat Wisata).
Konsep ini akan menjadi penyedia informasi kebencanaan bagi para wisatawan yang
akan dan tengah berkunjung di suatu tempat wisata yang memiliki risiko bencana
alam.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis menetapkan beberapa rumusan
masalah, di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian hipotesis?
2. Apa saja syarat-syarat hipotesis?
3. Apa saja ciri-ciri hipotesis?
4. Apa Jenis-jenis hipotesis?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah untuk membahas secara mendalam tentang.
1. Agar mampu mengetahui pengertian hipotesis.
2. Agar mampu mengetahui syarat- syarat hipotesis
3. Agar mampu mengetahui ciri-ciri hipotesis
4. Agar mampu mengetahui jenis-jenis hipotesis.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bencana
Bencana menurut Undang –Undang Nomor 24 Tahun 2007 adalah “peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis”
Rosyidie (2004) lebih lanjut mengungkapkan bahwa bencana dapat terjadi dimana saja,
kapan saja dan pada siapa saja. Frekuensi dan seberapa kuat atau besar bencana tersebut
pun susah untuk diprediksi. Melihat sifat dari bencana tersebut, maka sering kali terjadi
banyak kerugian dan korban meninggal dunia maupun luka-luka.
Berdasarkan definisi bencana menurut para ahli tersebut maka definisi bencana dalam
penelitian ini yaitu gangguan atau ancaman dari keadaan normal hingga menyebabkan
kerugian dari gangguan tersebut yang bersumber dari alam, non alamdan sosial.
Gangguan tersebut tidak dapat diprediksi kapan, dimana dan kepada siapa terjadinya.
Upaya yang dapat dilakukan pemerintah untuk menaikkan kembali citra Indonesia
dimata dunia sebagai Negara yang aman dengan keindahan alam yang menakjubkan
dapat dilakukan dengan cara :
1. Meningkatkan promosi dan layanan objek wisata. Contohnya membuat iklan yang
ditayangkan di media elektronik dan media cetak.
4
2. Mengundang wartawan asing untuk meliput kawasan wisata.
3. Manambah perwakilan biro perjalanan diluar negeri dengan promo-promo yang
menarik.
4. Mempermudah akses ke daerah tujuan wisata, misalnya memperbaiki jalan dan
membuka penerbangan tersendiri khusus menuju daerah tujuan.
5
seperti banjir, kebakaran hutan, kemarau panjang, gempa bumi, gunung meletus, dan
sebagainya.Isu perubahan iklim ini juga berdampak kepada pemilihan destinasi wisata
oleh wisatawan dunia. Wisatawan menjadi lebih berhati-hati dalam menentukan tujuan
wisata ke daerah yang sering terkena bencana alam. Dengan berbagai bencana alam yang
sering terjadi di Indonesia, seperti seperti banjir akibat curah hujan yang berlebihan,
gunung meletus, gempa bumi, kebakaran hutan dan sebagainya, membuat wisatawan lebih
berhati-hati dalam menentukan tujuan wisatanya ke Indonesia. Hal ini akan berakibat
kepada jumlah wisman yang datang ke Indonesia menjadi berkurang.Daya tarik wisata di
Indonesia tidak luput dari kerusakan yang diakibatkan oleh perubahan iklim dan bencana
alam. Hal ini juga akan membuat citra Indonesia di mata wisatawan internasional menjadi
kurang baik, serta diperlukan sumber daya lebih untuk memperbaiki kerusakan tersebut.
Maka dari itu, diperlukan langkah-langkah untuk mengantisipasi hal ini, seperti
penyadaran masyarakat terhadap lingkungan, pemberian sanksi bagi perusahaan yang
merusak lingkungan, menyusun strategi tanggap bencana lingkungan pada berbagai objek
wisata, dan pembangunan citra Indonesia sebagai negara yang bebas bencana alam.
6
C. Kesiapan Masyarakat di Sekitar Destinasi Pariwisata yang Masih Belum Optimal
Banyak daerah yang sudah dikenal wisatawan dan menjadi destinasi wisata Indonesia,
namun tidak diimbangi oleh kesiapan masyakat sekitar. Hal ini akan berakibat pada
kurang terawatnya destinasi wisata, kurang profesionalnya pengelolaan destinasi wisata,
serta eksploitasi berlebihan dari destinasi wisata. Untuk mencegah timbulnya masalah
tersebut, diperlukan pemberdayaan masyarakat di daerah destinasi wisata Indonesia.
Pemberdayaan tersebut dapat dilakukan dengan menanamkan nilai dan tujuan pariwisata
Indonesia dan memberikan pendidikan dan pelatihan keterampilan. Hal ini dilakukan
agar masyarakat dapat mengembangkan sendiri daerahnya sebagai daerah destinasi
Indonesia dengan bertanggung jawab, serta turut memajukan pariwisata Indonesia.
7
2) Sudah pernah melakukan/berpartisipasi dalam pelatihan singkat kebencanaan yang
diberikan oleh dinas/instansi yang relevan dan ada tanda bukti sertifikat/surat
keterangan secara individu atau kelembagaan,
3) Jika poin b diatas terpenuhi, apakah sudah disosialisasikan dilingkungan perusahan
.
4) Apakah daftar manajemen atau staff yang telah mengikuti pelatihan kebencanaan
disediakan
5) Tersedia referensi/dokumen tentang kebencanaan dan pengurangan risiko bencana
yang mudah diakses oleh manajemen dan staff.
6) Pernah mendatangkan ahli/konsultan dalam upaya pengurangan risiko bencana
dan peningkatkan kapasitas pengetahuan kebencanaan.
7) Memiliki pengetahuan tentang cuaca, iklim, kualitas udara, gempa bumi dan
tsunami sesuai hazard masing-masing.
8) Mengetahui potensi risiko bencana yang terjadi dilingkungan perusahaanya dan
mengetahui cara penanganannya
9) Tersedia dokumen kajian risiko yang disusun berdasarkan potensi hazard
dilingkungan perusahannya masing-masing
b. Tingkat Partisipatif dalam kegiatan kebencanan
1) Perusahaan pernah mengikuti seminar/lokakarya atau sejenisnya yang
diselenggarakan oleh lembaga profesional kebencanaan seperti BPBD, BMKG,
SAR, PMI, Dinas Kesehatan, BPPT, LIPI, Perguruan Tinggi dll. Dibuktikan
dengan sertifikat/Surat Keterangan.
2) Perusahan pernah mengikuti drill/simulasi yang dilakukan oleh Dinas/Lembaga
yang menangani kebencanaan.
3) Perusahan pernah terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan pengurangan risiko
bencana yang diselenggarakan oleh Dinas/Instansi kebencanaan minimal
dilakukan didaerah sekelilingnya.
4) Pernah terlibat langsung/berpartisipasi dalam kegiatan tanggap darurat bencana.
Sedangkan dari segi factor alam yang menentukan bencana pada destinasi wisata adalah
1) Lokasi wisata
8
Lokasi wisata yang dimaksud adalah bagaimana keadaan dan keamanan lokasi
wisata yang ada, apakah tempat wisata tersebut dekat dengan
air,api,kering,tandus,lembab,rawan longsor,tebing.
2) Jenis tempat wisata
Jenis tempat wisata yang dimaksud adalah apakah tempat wisata itu di
pantai,pegunungan,dataran tinggi atau dataran rendah.
3) Potensial bencana ditempat wisata
Potensial bencana tempat wisata yang dimaksud apakah tempat wisata tersebut
berpotensi mengancam nyawa atau berpotensi timbulnya bencana
tsunami,kebakaran,letusan gunung merapi,longsor,banjir.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa industri pariwisata
merupakan industri yang dikembangkan dan diandalkan sebagai salah satu sektor
pendorong pertumbuhan ekonomi, dikarenakan sektor pariwsiata berpengaruh
signifikan terhadap perekonomian masyarakat. Pariwisata ini merupakan industri yang
rentan terhadap berbagai peristiwa bencana. Ia bisa menjadi “yang terdampak” dari
kemunculan bencana atau memicu kemunculan bencana itu sendiri. Bencana sendiri
merupakan suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat, sehingga
menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia baik dari segi materi,
ekonomi atau lingkungan.
Oleh karena industri pariwisata sangat rentan terhadap berbagai peristiwa bencana,
maka diperlukan suatu manajemen untuk menghadapi resiko dari terjadinya bencana itu
sendiri. Tahapan proses manajemen resiko bencana pariwisata antara lain meliputi
pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, aksi tanggap (response), dan pemulihan.
Pencegahan terhadap bencana dengan menggunakan tahapan tersebut dilakukan dengan
kolaborasi seluruh pihak baik pihak pemerintah, swasta, masyarakat, pemilik industri
pariwisata dan juga BNPB maupun BPBD setempat.
Untuk mendapatkan sertifikasi kesiapsiagaan dalam industri pariwisata, terdapat
beberapa aspek yang akan dinilai. Aspek – aspek tersebut meliputi pengetahuan
mengenai kebencanaan, partisipasi dari pengusaha di bidang pariwisata dalam mengikuti
kegiatan kebencanaan, mitigasi struktural dan non struktural dari perusahaan,
kesiapsiagaan dan kapasitas respon yang dimiliki untuk menghadapi bencana serta
persiapan dan pengorganisasian yang ada.
3.2 Saran
Bencana merupakan suatu peristiwa yang dapat terjadi kapan saja dan dimana saja,
oleh karena itu penulis menyarankan agar para masyarakat pada umumnya dan pemilik
industri pariwisata khususnya agar tetap bersiaga terhadap bahaya bencana untuk
10
mengurangi resiko dampak yang akan ditimbulkan. Kesiapsiagaan dapat dilakukan
dengan cara mengadakan sosialisasi mengenai pendidikan kebencanaan kepada
masyarakat sehingga masyarakat dapat mengetahui langkah-langkah penanggulangan
bencana dan diharapkan dengan pendidikan yang telah di dapat, masyarakat dapat
mengurangi ancaman, mengurangi dampak, menyiapkan diri secara tepat apabila terjadi
bencana, dapat memulihkan diri, dan memperbaiki kerusakan yang terjadi akibat adanya
bencana.
11
DAFTAR PUSTAKA
Comes, Martina, dkk. 2016. WorldRiskReport 2016. Bonn: United Nations University EHS
Nagle, Garrett dan Guinness, Paul. 2011. Geography: Cambridge International A and AS
Level. London: Hodder Education
Waugh, David. 2014. Geography: An Integrated Approach. Oxford: Oxford University Press
Journal of Homeland Security and Emergency Management, Vol. 8,Issue 1, Article 3, hlm.
1-21
Maharani, Dian. 2017. Kawah Sileri Dieng Meletus, Lokasi Wisata Ditutup(daring).
http://regional.kompas.com/read/2017/07/02/15314031/kawah.sileri.dieng.meletus.lokasi.w
isata.ditutup diakses Sabtu, 25 November 2017, pukul 10.00
Martens, T., Garrelts, Grunnenberg, H., and Lange, H. : Taking The Heterogeneity Of
Citizens Into Account: Flood Risk Communication In Coastal Cities – A Case Study Of
Bremen. Natural Hazards and Earth System Sciences.
Sutton, J., and Tierney, K. 2006. Disaster Preparedness: Concepts, Guindance and
Research. Colorado: University of Colorado.
UN-ISDR. 2002. Living with Risk: A Global Review of Disaster Reduction Initiatives.
Preapared as An Inter-Agency Effort Coordinated by the ISDR Secretariat with special
support from the Government of Japan, the World Meteorological Organization and the
Asian Disaster Reduction Center (Kobe, Japan). Geneva: ISDR Secretariat.
12