Anda di halaman 1dari 22

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/308149735

STATISTIKA DESKRIPTIF

Chapter · September 2016

CITATIONS READS
0 1,158

1 author:

Sulisetijono Setijono
State University of Malang
9 PUBLICATIONS   6 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Statistics View project

All content following this page was uploaded by Sulisetijono Setijono on 16 September 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Sulisetijono
Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang
(State University of Malang)
Email: sulisetijono.fmipa@um.ac.id
copyright August 2016
BAB V

STATISTIKA DESKRIPTIF
A. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami serta mengaplikasikan statistika
deskriptif ukuran tendensi sentral dan statistika deskriptif ukuran dispersi (sebaran).

B. Indikator Capaian Pembelajaran


1. Kemampuan menggunakan statistik deskriptif ukuran tendensi sentral: rerata
(mean), median, modus, midrange.
2. Kemampuan menggunakan statistika deskriptif ukuran dispersi (sebaran): selang,
standar deviasi dan varians; koefisien keragaman, kesalahan baku dari rerata
(standard error), estimasi selang kepercayaan rerata.

C. Materi

I. UKURAN GEJALA PUSAT ATAU TENDENSI SENTRAL


Disebut ukuran gejala pusat atau tendensi sentral (central tendency), karena nilai atau harga
ukuran gejala pusat mampu memberi gambaran tentang posisi atau letak pusat data atau nilai-
nilai pengamatan, baik dalam bentuk data terserak, maupun yang sudah dikelompokkan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi. Data yang disajikan dengan ukuran-ukuran gejala pusat lebih
mudah dibaca dibandingkan dengan data yang masih dalam keadaan terserak.
Posisi atau letak pusat data yang ada dapat dilihat dari besarnya harga rata-rata,
modus, median, kuartil, desil, dan persentil.
A. Rata-rata (mean)
Rata-rata (mean) meliputi rata-rata hitung, rata-rata ukur, rata-rata harmonis
dan rata-rata tertimbang.
1. Rata-rata hitung (arithmatic mean)
a. Rata-rata data terserak
Jika Anda memperoleh data dari kegiatan sensus, maka harga rata-rata yang Anda
miliki merupakan rata-rata populasi diberi simbol , apabila Anda memperoleh data dari
penelitian sampling, maka datanya merupakan data statistik sampel. Oleh karena itu jika
Anda cari rata-ratanya, maka rata-rata tersebut meupakan rata-rata sampel atau rata-rata
contoh, dan diberi simbol Y (baca Y bar).
Y1  Y2  Y3  ....  Yn Yi
Rumus rata-rata populasi () adalah sebagai berikut:  
N N
Keterangan:
Yi : data (nilai pengamatan) untuk i = 1,2,3, ... , N
N : banyaknya data/nilai pengamatan (ukuran populasi)
Rumus rata-rata sampel ( Y ): Y= Y1  Y2  Y3  ....  Yn  Yi
Keterangan:
N N
Yi : data (nilai pengamatan) untuk i = 1, 2, 3, ...., N
N : banyaknya data/nilai pengamatan (ukuran sampel)

79
Sulisetijono, Statistika dalam Bidang Biologi ...... 80

Coba Anda perhatikan contoh penelitian sensus berikut ini.


Setelah berhasil dihasilkan 30 ekor biri-biri melalui kegiatan cloning (kopian),
pada usia 1 tahun seluruh biri-biri tersebut didata berat tubuhnya. Ternyata
hasilnya sebagai berikut (dalam kg):
78 89 87 69 69 60 62 72 72 72 60 97 66 66 66
78 81 78 88 68 82 84 91 82 98 89 96 82 83 86
Karena merupakan hasil sensus, berarti rata-rata yang akan dihitung adalah
rata-rata populasi (). Rata-rata populasi dari N data sebanyak 30 sebesar:
78  89  69  ....... 86
=  78,36666667 kg
30
Bagaimana jika penelitian yang dilakukan merupakan penelitian sampling?
Misal 30 ekor biri-biri tersebut merupakan sampel diambil secara acak dari
populasi biri-biri hasil cloning sebanyak 100 ekor, berapa rata-ratanya?
Rata-rata sampel ( Y ) dari n data sebanyak 30 adalah:
78  89  69  ....... 86
Y=  78,36666667 kg
30
b. Rata-rata hitung data yang dikelompokkan
Rumus rata-rata hasil sensus untuk data yang sudah dikelompokkan ke dalam k
kelompok adalah sebagai berikut:
Rata-rata populasi ()
f Y  f 2 Y2  f 3 Y3  ....  f k Yk f i Yi
= 1 1 
f1  f 2  f 3  ....  f k f i
Yi : nilai tengah kelas ke-i untuk i = 1, 2, 3, ...., k
fi : frekuensi kelas ke-I, dan fi + f2 + f3 + .... + fk = n
f iYi  f 2Y2  f 3Y3  ....  f k Yk f Y
Y =  i i
f1  f 2  f 3  ....  f k f i
Perhatikan contoh penelitian sensus di bawah ini.
Hasil pendataan tinggi dari seluruh tanaman lamtoro yang tumbuh di pekarangan
penduduk desa Minapadi adalah seperti pada Tabel 5.1. Karena seluruh pohon
didata, maka rata-rata yang dihitung adalah rata-rata populasi (), yaitu:
6(34,5)  9(44,5)  10(54,5)  13(64,5)  10(74,5)  8(84,5)  (94,5)
=
6  9  10  13  10  8  4
3790
= = 63,16666667 dm
60
Bagaimana jika data di atas adalah data hasil penelitian sampling? Misalkan
60 pohon tersebut merupakan sebagian dari 600 pohon lamtoro yang ada di desa
Minapadi, yang diambil secara acak? Berapakah rata-ratanya?
6(34,5)  9(44,5)  10(54,5)  13(64,5)  10(74,5)  8(84,5)  (94,5)
Y =
6  9  10  13  10  8  4
Bab V Statistika Deskriptif 81

3790
Y = = 63,16666667 dm
60

Tabel 5.1 Hasil Pengukuran Tinggi Tanaman Lamtoro di Pekarangan Penduduk


Desa Minapadi
Kelas (dalam dm) Nilai tengah kelas (tanda kelas) (Y i) Frekuensi absolut (fi)
30 – 39 34,5 6
40 – 49 44,5 9
50 – 59 54,5 10
60 – 69 64,5 13
70 – 79 74,5 10
80 – 89 84,5 8
90 – 99 94,5 4
Jumlah 60

2. Rata-rata ukur (Geometric mean)


Rata-rata ukur (Geometric mean) merupakan rata-rata nilai/harga pengamatan
yang dihitung atas dasar akar banyaknya nilai/harga pengamatan dari hasil perkalian
seluruh data. Sajian rata-rata ukur akan lebih baik dibandingkan rata-rata hitung jika
merupakan data yang menunjukkan urutan perubahan yang tetap atau hampir tetap.
Misalnya, data kenaikan atau penurunan dari sesuatu hal.
a. Rata-rata ukur data terserak
Untuk mencari rata-rata ukur dari data yang masih terserak digunakan
rumus sebagai berikut:
Rata-rata ukur populasi (G) G = N Y1.Y2 .Y3 ...YN
Atau log G = log Y1  log Y2  log Y3  ...  log YN
N
disingkat menjadi: log G =  log Yi
Keterangan: N
Yi : data (nilai pengamatan) untuk i = 1, 2, 3, ....., N
N : banyaknya data/nilai pengamatan ukuran (populasi)
Rata-rata ukur sampel ( Y G ) YG = n Y1.Y2 .Y3 ...Yn
atau
log Y1  log Y2  log Y3  ...  log Yn
log Y G =
n
disingkat menjadi: log Y G =  log Yi
Keterangan: n
Yi : data (nilai pengamatan) untuk i = 1, 2, 3, ..., n
n : banyaknya data/nilai pengamatan (ukuran sampel)
Coba anda perhatikan contoh penelitian sensus di bawah ini.
Hasil sensus berat badan 30 ekor biri-biri usia 1 tahun hasil cloning (kembaran)
menunjukkan kenaikan rata-rata berat triwulan I sebanyak 10 kg, triwulan II sebanyak 15
Sulisetijono, Statistika dalam Bidang Biologi ...... 82

15 kg, triwulan III sebanyak 22,5 kg, dan triwulan IV sebanyak 15 kg. bErap rata-rata
kenaikan badan per triwulan?
Kenaikan triwulan II = 15/10 x triwulan I = 1,50 kali
Kenaikan triwulan III = 22,5/15 x triwulan II = 1,50 kali
Kenaikan triwulan IV = 15/22,5 x triwulan III = 0,67 kali
Jika dihitung dengan menggunakan rumus rata-rata hitung populasi ():
1,50  1,50  0,67
= = 1,22 kali
3
Jika dihitung dengan menggunakan rumus rata-rata ukur populasi (G):
G = 3 (1,50)(1,50)(0,67) = 1,15
atau
log 1,50  log 1,50  log 0,67
log G = = 0,17825732/3 = 0,059419106 kali
3
sehingga G = antilog 0,059419106 = 1,146618929 kali = 1,15 kali
Jika data tersebut merupakan data hasil penelitian sampling, berarti
notasinya tinggal diganti dengan notasi untuk sampel, sedang hasilnya akan tetap
sama.
b. Rata-rata ukur yang dikelompokkan
Untuk mencari rata-rata ukur dari data yang sudah dikelompokkan dapat
digunakan rumus sebagai berikut:
( f i log Yi )
Rata-rata ukur populasi  log G =
Keterangan: f i
Yi : nilai tengah kelas ke-i = 1, 2, 3, ...., k
fi : frekuensi kelas ke-i, dan fi + f2 + f3 + .... + fk = N
( f log Yi )
i
Rata-rata ukur sampel ( Y G )  log Y G =
f i
Keterangan:
Yi : nilai tengah kelas ke-i untuk i = 1, 2, 3, ....., k
fi : frekuensi kelas ke-i dan f1 + f2 + f3 + ..... + fk = n
Untuk penelitian sensus perhatikan contoh di bawah ini.
Hasil pengukuran terhadap pertambahan tinggi 60 tanaman lamtoro yang ada
di pekarangan penduduk Desa Minapadi setelah disusun dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi tampak pada Tabel 5.2.
Jika dihitung dengan menggunakan rata-rata hitung ()
5(34,5)  9(44,5)  11(54,5)  ....  3(94,5) 3780
 = = = 63,0 cm
5  9  11  ....  3 60
Jika dihitung dengan menggunakan rata-rata geometri (G):
log G = 5 log 34,5  9 log 44,5  11 log 54,5  ....  3 log 94,5
5  9  11  ....  3
= = 1,783819018
G = 60,78816275
Bab V Statistika Deskriptif 83

Tabel 5.2 Hasil Pertambahan Tinggi Tanaman Lamtoro Selama 1 Bulan yang
Tumbuh di Pekarangan Penduduk Desa Minapadi

Kelas (dalam cm) Nilai tengah kelas (tanda kelas) (Y i) Frekuensi absolut (fi)
30 – 39 34,5 5
40 – 49 44,5 9
50 – 59 54,5 11
60 – 69 64,5 13
70 – 79 74,5 12
80 – 89 84,5 7
90 – 99 94,5 3
Jumlah 60

3. Rata-rata harmonis (harmonic mean)


Rata-rata harmonis (harmonic mean) adalah rata-rata yang diperoleh dengan cara
mencari kebalikan atau invers dari datanya. Rata-rata harmonis biasa digunakan untuk mencari
rata-rata dari banyak hal yang berbeda kualitasnya.
Rata-rata harmonis populasi (H): N
(H) = 1 1 1 1
   .... 
Y1 Y2 Y3 YN
Keterangan:
Yi : data(nilai pengamatan untuk i = 1, 2, 3, ...., N
N : banyaknya data/nilai pengamatan (ukuran populasi)
Rata-rata harmonis sampel ( Y H ):
YH =

Keterangan :
Yi : data(nilai pengamatan untuk i = 1, 2, 3, ...., N
N : banyaknya data/nilai pengamatan (ukuran populasi)
Coba Anda perhatikan contoh penelitian sensus berikut ini.
Seluruh luas lahan padi di Desa Minapadi 15300 ha. Setelah lahan dibagi menjadi 5
bagian, dan tiap bagian ditanami padi Cisadane, IR-28, VUTW, Rajalele dan Cianjur, hasilnya
seperti pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3 Hasil Produksi Padi Desa Minapadi menurut Kultivarnya

Kultivar padi Luas lahan (ha) Produksi/ha (ton) Produksi total (ton)
Cisadane 3.060 7,4 22.644
IR-26 3.060 6,7 20.502
VUTW 3.060 6,6 20.196
Rajalele 3.060 5,7 17.442
Cianjur 3.060 6,5 19.890

Jika rata-rata produksi padi tiap bagian dicari dengan rata-rata hitung ():
22.644  20.502  20.196  17.442  18.890
 = = = 20.134,8 ton
5
Sulisetijono, Statistika dalam Bidang Biologi ...... 84

7,4  6,7  6,6  5,7  6,5


atau:  = = 6,58 ton/ha
5
Jika dicari dengan rata-rata harmonis (H):
5
H = = 19.995,07 ton
1 1 1 1 1
   
22.644 20.502 20.196 17.442 19.890
atau
5
H =
1 1 1 1 1
   
7,4 6,7 6,6 5,7 6,5
= 6,534 ton

4. Rata-rata tertimbang (weighted mean)


Rata-rata tertimbang (weighted mean) adalah rata-rata yang dicari dengan
mempertimbangkan tingkat pentingnya kelompok-kelompok datanya.
Rata-rata tertimbang populasi (W)
N1Y1  N 2 Y2  N 3 Y3  ....  N k Yk N i Yi
W = 
N1  N 2  N 3  ....  N k N i
Keterangan:
Yi : data (nilai pengamatan) untuk i = 1, 2, 3, ...., k
N : banyaknya data (nilai pengamatan) untuk i = 1, 2, 3, ...., k
Rata-rata tertimbang sampel ( Y W ):
n Y  n 2 Y2  n 3 Y3  ....  n k Yk n i Yi
YW = 1 1 
n 1  n 2  n 3  ....  n k n i
Yi : data (nilai pengamatan) untuk i = 1, 2, 3, ...., k
n : banyaknya data (nilai pengamatan) untuk i = 1, 2, 3, ...., k
Coba Anda perhatikan contoh penelitian sensus ini. Produktivitas tanaman padi
berdasarkan kultivarnya dari seluruh lahan yang ada di Desa Minapadi berdasarkan
kultivarnya dari seluruh lahan yang ada di Desa Minapadi ditampilkan pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4 Hasil Produksi Desa Minapadi menurut Kultivarnya


Jenis padi Luas lahan (ha) Produksi/ha (ton) Produksi total (ton)
Cisadane 1.200 7,4 22.644
IR-26 4.100 6,7 20.502
VUTW 3.300 6,6 20.196
Rajalele 700 5,7 17.442
Cianjur 2.500 6,5 19.890
C-4 3.000 7,0 21.000
Ketan 500 5,6 2.800
Jumlah 15.300 102.170

Kalau dihitung harga rata-rata produksi padi dengan menggunakan rata-rata hitung
():
7,4  6,7  6,6  5,7  6,5  7,0  5,6
= = 6,5 ton/ha
7
Bab V Statistika Deskriptif 85

Jika dihitung dengan menggunakan rata-rata tertimbang (W):

(1.200)(7,4)  (4.100)(6,7)  (3.300)(6,6)  ....  (500)(5,6)


W = = 6,677777778
1.200  4.100  3.300  ....  500
ton/ha

B. Modus
Modus adalah data yang memiliki frekuensi pemunculan terbanyak. Oleh karena
itu, cara mencari modus dapat dilihat dari berapa kali suatu data muncul di antara
seluruh data yang ada.
1. Menentukan modus data terserak
Agar lebih mudah melacaknya, data diurutkan dari yang terkecil ke yang terbesar atau
sebaliknya.
Coba Anda perhatikan contoh penelitian sampling ini. Hasil pengukuran berat 30 ekor
biri-biri yang diambil secara acak dari populasi biri-biri hasil cloning sebanyak 100 ekor, adalah
sebagai berikut (dalam kg):
78 89 87 69 69 60 62 72 72 72 60 97 66 66 66
78 81 78 88 68 82 84 91 82 98 89 96 82 83 86

Agar dapat dicari modusnya, data tersebut harus diurutkan dari yang terbesar ke yang
terkecil. Hasilnya adalah sebagai berikut:
98 97 96 91 89 89 88 87 86 84 83 82 82 82 81
78 78 78 72 72 72 69 69 68 66 66 66 62 60 60
Data sebesar 82,78, 72 dan 66 muncul tiga kali. Dengan demikian, sebaran data di atas
memiliki empat modus yakni 82, 78, 72 dan 66. Dengan kata lain data di atas
merupakan data tetramodal, sehingga termasuk data multimodal.

2. Menentukan modul data yang dikelompokkan


Modus untuk data yang sudah dikelompokkan dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
 s1 
Mo = L  C  
 s1  s 2 
Keterangan:
L : batas bawah (lower class boundary) kelas yang mengandung modus (kelas yang
memiliki frekuensi terbesar).
s1 : selisih frekuensi kelas yang mengandung modus dengan frekuensi kelas
dibawahnya.
s2 : selisih frekuensi kelas yang mengandung modus dengan frekuensi kelas di atasnya.
C : panjang kelas atau selang kelas (selisih harga batas bawah dengan batas atas kelas)
Sebagai contoh perhitungan, perhatikan data penelitian sampling hasil
pengukuran tinggi 60 batang tanaman lamtoro yang ada di pekarangan penduduk
Desa Minapadi seperti pada Tabel 5.5.
Sulisetijono, Statistika dalam Bidang Biologi ...... 86

Tabel 5.5 Hasil Pengukuran Tinggi Tanaman Lamtoro di Desa Minapadi


Kelas Nilai tengah kelas Frekuensi Frekuensi
(dalam dm) (tanda kelas) absolut Kumulatif
30 – 39 34,5 6 6
40 – 49 44,5 6 15
50 – 59 54,5 10 25
60 – 69 64,5 13 38
70 – 79 74,5 10 48
80 – 89 84,5 8 56
90 – 99 94,5 4 60
Coba Anda perhatikan, kelas yang manakah yang mengandung modus? Carilah kelas
yang frekuensinya terbanyak, dan ternyata kelas 60–69. Oleh karena itu cari harga batas
bawah kelasnya (L).
L dari kelas 60 – 69 = 59,5 s1 : 13 – 10 = 3 s2 : 13 – 10 = 3 C: 39,5 – 29,5 = 10
 3 
Mo = 59,5 + 10   = 64,5
3  3

C. Median
Median adalah suatu nilai yang membagi data yang telah diurutkan besarnya dari yang
terbesar sampai yang terkecil atau sebaliknya), menjadi dua kelompok data, yakni dara
kelompok atas dan data kelompok bawah dengan anggota yang sama banyaknya.
1. Menentukan median data terserak
Agar lebih mudah melacak posisi median, data perlu diurutkan dari yang terkecil ke
yang terbesar atau sebaliknya. Kemudian cari posisi atau letak median dengan rumus:
Posisi Me = (N + 1)/2 untuk data sensus
atau Posisi Me = (n + 1)/2 untuk posisi data sampling
Seteah diperoleh posisi median, Anda akan dapat mempeoleh harga mediannya.
Coba perhatikan contoh berikut ini. Dari hasil penelitian sampling berupa pengukuran berat
terhadap 30 ekor biri-biri yang diambil secara acak dari populasi biri-biri hasil cloning sebanyak
100 ekor yang telah dihitung modusnya, sekarang carilah mediannya. Perhatikan datanya.
78 89 87 69 69 60 62 72 72 72 60 97 66 66 66
78 81 78 88 68 82 84 91 82 98 89 96 82 83 86
Setelah diurutkan dari yang terbesar ke yang terkecil terlihat sebagai berikut:
98 97 96 91 89 89 88 87 86 84 83 82 82 82 81
78 78 78 72 72 72 69 69 68 66 66 66 62 60 60
Karena data sampling, berarti banyaknya data (n) = 30.
Berarti posisi median (Me) = (n + 1)/2 = (30+1) = 15,5. Data ke 15 = 81; data ke-16 = 78, berarti Me
= (81+78)/2 = 79,5 kg
2. Menentukan median data yang dikelompokkan
Median untuk data yang sudah dikelompokkan dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:  0,5 n  f kb   f ( ka )  0,5 n 
Me = L  C   , atau Me = U  C  
Keterangan :  fm   fm 
L : batas bawah (lower class boundary) kelas yang mengandung median (kelas
yang mengandung datum ke (n + 1)/2 dari n data)
Bab V Statistika Deskriptif 87

U : batas atas kelas (upper class boundary) yang mengandung median


C : panjang kelas atau selang kelas
n atau N : banyaknya data, n untuk data sampling dan N data sensus.
fkb : frekuensi kumulatif kelas di bawah kelas yang mengandung median.
fka : frekuensi kumulatif kelas di kelas yang mengandung median.
fm : frekuensi absolut kelas yang mengandung median.
Sebagai contoh coba perhatikan hasil penelitian sensus terhadap tinggi tanaman
lamtoro di Desa Morangan yang tersaji pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6 Hasil Sensus Tinggi Tanaman Lamtoro di Desa Morangan

Kelas (dalam Nilai tengah kelas Frekuensi absolut Frekuensi


dm) (tanda kelas) Kumulatif
30 – 39 34,5 16 16
40 – 49 44,5 29 45
50 – 59 54,5 30 75
60 – 69 64,5 53 128
70 – 79 74,5 32 160
80 – 89 84,5 25 185
90 – 99 94,5 15 200

Oleh karena 200 tanaman lamtoro diamati semua berarti merupakan data
sensus, maka banyaknya data (N) = 200. Posisi median sebelum data diurutkan
= (N + 1)/2 = (200 + 1)/2 = 100,5, dengan demikian kelas yang mengandung
median adalah kelas 60-69, sehingga:
L: 59,5 U : 69,5 C : 10 fkb : 75 fka: 128 fm: 53
 0,5 (200 )  75  128  0,5 (200 ) 
Me = 59,5  10   = 64,22 dm atau Me = 69,5  10   = 64,22 dm
 53   53 

D. Kuartil
Kuartil adalah tiga buah nilai yang membagi data yang telah diurutkan besarnya,
menjadi empat kelompok data dengan anggota yang sama banyaknya. Karena kuartil membagi
menjadi 4 kelompok sama banyak, maka harga kuartil kedua akan sama dengan harga median.
1. Menentukan kuartil data yang terserak
Untuk memperoleh harga kuartil I, kuartil II dan kuartil III, data harus diurutkan terlebih
dahulu dari yang terkecil ke yang terbesar. Kemudian dicari lebih dahulu posisi atau letak
masing-masing kuartil, baru dapat diperoleh harganya.
Mula-mula cari kuartil II atau mediannya, misalkan n = 61, maka (n + 1)/2 = 31. Jadi
kuartil II adalah data urutan ke 31. Mengapa? Karena data urutan ke 31 membagi data menjadi
dua kelompok, masing-masing beranggotakan 30 data. Kelompok I beranggotakan data ke 1
sampai data ke 30, dan kelompok II beranggotakan data ke 32 sampai data ke 61. Posisi kuartil I
akan membagi kelompok I menjadi dua kelompok yang anggota sama banyak. Karena anggota
kelompok I sebanyak 30, berarti kuartil I = (n + 1)/2 = (30 + 1)/2 = 15. Jadi kuartil I berada
diantara data urutan ke 15 dan data urutan ke 16. Kuartil III = (n + 1)/2 = (30 + 1)/2 = 15,5, tetapi
urutan data kelompok II dimulai dari urutan ke 32 dan seterusnya sampai urutan ke 61. Karena
data pertama pada posisi urutan ke 32, maka posisi kuartil III pada urutan 15,5 berada diantara
data urutan ke 46 dan data urutan ke 47.
Sulisetijono, Statistika dalam Bidang Biologi ...... 88

2. Menentukan kuartil data yang dikelompokkan


Untuk data yang telah dikelompokkan, harga kuartilnya dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut.  0,25 n  f kb 
Kuartil I atau K1 dicari dengan rumus: K1 = L  C  
 fm 
Kuartil II sama dengan median. Bagaimana dengan kuartil III?
 0,75  f 
Kuartil III atau K3 dicari dengan rumus: K3 = L  C n kb
 
Keterangan:  f m 
L : batas bawah (lower class boundary) kelas yang mengandung kuartil yang
dimaksudkan.
C : panjang kelas atau selang kelas.
n atau N : banyaknya data, n untuk data sampling dan N untuk data sensus.
fkb : frekuensi kumulatif kelas di bawah kelas yang mengandung kuartil yang
dimaksudkan.
fm : frekuensi absolut kelas yang mengandung kuartil yang dimaksudkan.
Sebagai contoh perhitungan, perhatikan kembali data penelitian sampling hasil
pengukuran tinggi 60 batang tanaman lamtoro yang diambil secara acak dari 600 tanaman
lamtoro yang ada di pekarangan penduduk Desa Minapadi yang disajikan pada Tabel 5.6 yang
sudah dihitung harga modusnya. Oleh karena data hasil penelitian sampling, maka banyaknya
data (n) = 60. Oleh ketiga kuartil, data terkelompokkan menjadi 4 kelompok, masing-masing
beranggotakan 15 data.

Kelas (dalam Nilai tengah kelas Frekuensi absolut Frekuensi


dm) (tanda kelas) Kumulatif
30 – 39 34,5 16 16
40 – 49 44,5 29 45
50 – 59 54,5 30 75
60 – 69 64,5 53 128
70 – 79 74,5 32 160
80 – 89 84,5 25 185
90 – 99 94,5 15 200

Mencari harga kuartil I (K1):


Posisi kuartil I di urutan ke 15,5 atau antara datake 15 dan data ke 16. Jadi kelas yang
mengandung kuartil I adalah kelas 50 – 59. Dengan demikian:
L : 49,5 C : 10 fkb : 15 fm : 10
 0,25(60)  15 
K1 = 49,5  10   = 49,5 dm
 10 
Posisi kuartil II di urutan ke 30,5 atau antara data ke 30 dan data ke 31. Jadi kelas yang
mengandung kuartil II adalah kelas 60 – 69. Dengan demikian:
L : 59,5 C : 10 fkb : 25 fm : 13
 0,5(60)  25 
K2 = 59,5  10   = 63,35 dm
 13 
Posisi kuartil III di urutan ke 45,5 atau antara data ke 45 dan data ke 46. Jadi kelas yang
mengandung kuartil III adalah kelas 70 – 79. Dengan demikian:
L : 59,5 C : 10 fkb : 38 fm : 13
 0,75(60)  38 
K3 = 69,5  10   = 74,88 dm
 13 
Bab V Statistika Deskriptif 89

E. Desil
Desil adalah sembilan buah nilai yang membagi data yang telah diurutkan besarnya,
menjadi sepuluh kelompok data dengan anggota yang sama banyaknya. Oleh karena itu, harga
desil kelima (Dv) akan sama dengan harga mediannya. Agar dapat dikelompokkan menjadi 10
kelompok, maka banyaknya data juga harus berkelipatan 10.
a. Menentukan desil data terserak
Mula-mula data dibagi dua untuk mencari desil V atau mediannya. Misal, banyaknya
data 60. Posisi desil V = (n + 1)/2 = (60 + 1)/2 = 30,5. Dengan demikian desil V berada di antara
data urutan ke 30 dan data urutan ke 31. Kemudian kelompok pertama harus dibagi lagi
menjadi lima kelompok, demikian pula kelompok yang kedua. Kelompok pertama yang
beranggotakan 30 data, jika dibagi menjadi lima kelompok, masing-masing akan
beranggotakan enam data. Dengan demikian, desil I (D 1) di urutan 6,5 atau antara data ke 6 dan
ke 7. Desil II (D2) di urutan 12,5 atau antara data ke 12 dan ke 13.
Di mana posisi desil V? Desil V (D5) di urutan 30,5 atau antara data ke 30 dan ke 31.
Demikian pula untuk kelompok kedua, jika dibagi lagi menjadi lima kelompok masing-masing
juga beranggotakan enam data. Oleh karena itu, desil VI (D 6) diurutan 36,5 atau antara data ke
36 danke 37. Di mana posisi desil IX? Desil IX (D 9) di urutan 54,5 atau antara data ke 54 dan ke
60.

b. Menentukan desil data yang dikelompokkan


Desil I atau D1 dicari dengan rumus:
 0,10 n  f kb 
D1 = L  C  
 fm 
Desil II atau D2 dicari dengan rumus:
 0,20 n  f kb 
D2 = L  C  
 fm 
Bagaimana dengan desil IX atau D9? Desil IX dapat dihitung dengan rumus:
 0,90 n  f kb 
D9 = L  C  
 fm 
Keterangan:
L : batas bawah (lower class boundary) kelas yang mengandung desil yang
dimaksudkan.
C : panjang kelas atau selang kelas.
n atau N : banyaknya data, n untuk data sampling dan N untuk data sensus.
fkb : frekuensi kumulatif kelas di bawah kelas yang mengandung desil yang
dimaksudkan.
fm : frekuensi absolut kelas yang mengandung desil yang dimaksudkan.

F. Persentil
Persentil adalah 99 buah nilai yang membagi data yang telah diurutkan besarnya,
menjadi 100 kelompok data dengan anggota yang sama banyaknya. Dengan demikian, harga
persentil ke 50 akan sama dengan harga mediannya. Agar dikelompokkan menjadi 100
kelompok tentunya data harus cukup banyak, yakni merupakan kelipatan 100.
Untuk data yang telah dikelompokkan, besarnya persentil dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
Persentil pertama atau P1 dicari dengan rumus:
Sulisetijono, Statistika dalam Bidang Biologi ...... 90

 0,01n  f kb 
P1 = L  C  
 fm 
Persentil kedua atau P2 dicari dengan rumus:
 0,02 n  f kb 
P2 = L  C  
 fm 
Bagaimana dengan desil IX atau D9? Desil IX dapat dihitung dengan rumus:
 0,99 n  f kb 
D99 = L  C  
 fm 
Keterangan:
L : batas bawah (lower class boundary) kelas yang mengandung persentil
yang dimaksudkan.
C : panjang kelas atau selang kelas.
n atau N : banyaknya data, n untuk data sampling dan N untuk data sensus.
fkb : frekuensi kumulatif kelas di bawah kelas yang mengandung persentil
yang dimaksudkan.
fm : frekuensi absolut kelas yang mengandung persentil yang
dimaksudkan.

LATIHAN
1. Jelaskan mengapa nilai rata-rata, modus dan median mampu menjadi ukuran
gejala pusat!
2. Jelaskan perbedaan nilai rata-rata hitung, rata-rata ukur, rata-rata tertimbang dan
rata-rata harmonis!
3. Jelaskan bagaimana prosedur mencari kuartil untuk data terserak!
4. Data yang bagaimanakah yang dapat dicari harga desil dan persentilnya!

RANGKUMAN
1. Data yang terserak sangat sukar untuk diinterpretasi. Oleh karena itu perlu disajikan secara
terorganisasi.
2. Ukuran gejala pusat mampu memberikan informasi yang lebih komunikatif dalam kita
membaca data daripada masih berwujud data terserak ataupun jika sudah dikelompokkan
ke dalam distribusi frekuensi.
3. Dengan melihat besarnya ukuran gejala pusatnya, kita dapat mengetahui deskripsi atau
gambaran yang utuh dari kondisi populasi atau sampel yang kita teliti, apalagi jika sudah
dilengkapi dengan ukuran penyimpangannya.

II. UKURAN PENYIMPANGAN ATAU VARIABILITAS


Ukuran penyimpangan atau ukuran variabilitas disebut pula ukuran dispersi, karena
merupakan ukuran yang mampu memberi gambaran tentang besar kecilnya data terhadap
rata-ratanya. Ukuran penyimpangan juga menunjukkan keberagaman harga data atau nilai
pengamatan. Semakin besar ukuran penyimpangannya berarti semakin besar tingkat
keberagaman harga data atau nilai pengamatan. Semakin besar ukuran peyimpangannya
berarti semakin besar tingkat keberagaman harga data yang kita miliki. Oleh karena itu, dengan
Bab V Statistika Deskriptif 91

diberikannya ukuran gejala pusat beserta ukuran penyimpangan atau ukuran variabilitas/
dispersinya, akan dapat diperoleh gambaran yang lengkap tentang keadaan data tersebut.
Untuk lebih mudah memperoleh gambarannya, dapat dilihat dari ilustrasi sebagai
berikut: Dua induk ayam sama-sama memiliki 3 anak. Ketiga anak ayam dari induk pertama
masing-masing beratnya 3 ons, 4 ons, dan 5 ons. Anak dari induk kedua masing-masing
beratnya 3,5 ons, 4 ons, dan 4,5 ons. Kalau dicari reratanya, maka rerata (rata-rata) masing-
masing kelompok anak ayam tersebut 4 ons. Namun demikian, jika dilihat berat tiap ekornya,
ketiga anak ayam dari induk pertama kurang seragam dibanding ketiga anak dari induk yang
kedua. Oleh karena itu, kalau informasi yang disampaikan hanya ukuran gejala pusatnya,
dalam hal ini berupa reratanya, belum dapat memberi gambaran sepenuhnya terhadap
keadaan berat anak ayam dari kedua induk tersebut.
Besarnya penyimpangan data dari rata-ratanya dapat dilihat dari harga kisaran atau
rentangan (range), simpangan rata-rata (mean deviation), simpangan baku (standard deviation),
varians/ragam (variance), dan koefisien variasi (coeffisien of variability/coeffisien of variation).

A. RENTANG ATAU KISARAN (RANGE)


Rentang atau kisaran (range) adalah selisih antara nilai pengamatan terkecil
dengan nilai pengamatan terbesar dari suatu data.

Kisaran atau rentang (R) = nilai pengamatan terbesar – nilai pengamatan terkecil

Sebagai contoh, perhatikan data hasil sensus terhadap 30 ekor biri-biri usia 1
tahun hasil cloning (kembaran) yang menunjukkan berat badan sebagai berikut (dalam
kg):
78 89 87 69 69 60 62 72 72 72 60 97 66 66 66
78 81 78 88 68 82 84 91 82 98 89 96 82 83 86
Nilai atau harga data terkecil 60 dan data terbesar 98, maka rentang/kisaran data
(R) = 98 – 60 = 28.

B. SIMPANGAN RATA-RATA ATAU DEVIASI RATA-RATA (mean


deviation)
Simpangan atau deviasi adalah jumlah dari harga mutlak selisih antara setiap data dengan
reratanya. Jika simpangan atau deviasi tersebut dibagi dengan banyaknya data (N untuk
populasi atau n untuk sampel), maka akan diperoleh rerata simpangan (simpangan rata-rata) atau
deviasi rata-rata. Untuk simpangan rata-rata tidak ada notasi khusus.

1. Mencari rerata simpangan dari data terserak


Rumus rerata simpangan atau rerata deviasi populasi adalah sebagai berikut:
 Yi  
Rerata simpangan populasi =
N
Keterangan:
 : rerata populasi
Yi : data (nilai pengamatan) ke-i untuk i = 1, 2, 3, …., N
N : banyaknya data atau ukuran populasi
Rumus simpangan rata-rata atau deviasi rata-rata sampel adalah sebagai berikut:
Simpangan rata-rata sampel =
Keterangan:

Yi  Y
n
Sulisetijono, Statistika dalam Bidang Biologi ...... 92

Y : rata-rata sampel
Yi : data (nilai pengamatan) ke-i untuk i = 1, 2, 3, …., N
N : banyaknya data (nilai pengamatan)
Coba anda perhatikan contoh penghitungan rerata simpangan untuk hasil penelitian
sensus berikut ini. Hasil sensus terhadap 30 ekor biri-biri usia 1 tahun hasil cloning (kembaran)
menunjukkan berat adalah sebagai berikut (dalam kg).

78 89 87 69 69 60 62 72 72 72 60 97 66 66 66
78 81 78 88 68 82 84 91 82 98 89 96 82 83 86
Jika dibuat tabel akan tersaji pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7 Data Sensus Berat Biri-Biri Hasil Cloning Usia Satu Tahun (Dalam kg)

Pengamatan ke Berat biri-biri (kg) Yi Penyimpangan Yi  


1 78 0,36666667
2 89 10,63333333
3 87 8,63333333
4 69 9,36666667
5 69 9,36666667
6 60 18,36666667
7 62 16,36666667
8 72 6,36666667
9 72 6,36666667
10 72 6,36666667
11 60 18,36666667
12 97 18,63333333
13 66 12,36666667
14 66 12,36666667
15 66 12,36666667
16 78 0,36666667
17 81 2,63333333
18 78 0,36666667
19 88 9,63333333
20 68 10,36666667
21 82 3,63333333
22 84 5,63333333
23 91 12,63333333
24 82 3,63333333
25 98 19,63333333
26 89 10,63333333
27 96 17,63333333
28 82 3,63333333
29 83 4,63333333
30 86 7,63333333
Jumlah 2351 279,0
 Yi  Yi  
Bab V Statistika Deskriptif 93

Oleh karena hasil sensus maka harus digunakan rumus untuk populasi, sehingga harga
rerata populasi ():
Yi 2351
 =  = 78,36666667 kg. Sedangkan rerata simpangan atau rerata deviasi
N 30
 Yi   279
populasi: Simpangan rata-rata populasi = = = 9,3 kg
f i 30
2. Mencari rerata simpangan atau rerata deviasi populasi
Rerata simpangan populasi untuk data yang sudah dikelompokkan dapat dicari dengan
menggunakan rumus berikut:
Rerata simpangan populasi = f i Yi  
Keterangan: f i
 : rata-rata populasi
Yi : nilai tengah kelas ke-i untuk I = 1, 2, 3, ….., k
fi : frekuensi kelas ke-i, dan f1 + f2 + f3 + …. + fk = N
N : banyaknya data (ukuran populasi)
Rerata simpangan sampel (RS) f i Yi  Y
Simpangan rata-rata sampel =
Keterangan: f i
Y : rata-rata populasi
Yi : nilai tengah kelas ke-i untuk I = 1, 2, 3, ….., k
fi : frekuensi kelas ke-i, dan f1 + f2 + f3 + …. + fk = n
n : banyaknya data (ukuran sampel)
Tabel 5.8 adalah contoh perhitungan untuk mencari rerata simpangan dari yang sudah
terkelompokkan dari hasil-hasil sensus terhadap seluruh tanaman lamtoro yang tumbuh di
pekarangan penduduk Desa Dadapan yakni sebanyak 60 batang.
Harga rerata populasi () dari N data sebanyak 60 buah dan yang sudah dikelompokkan
menjadi 7 kelas tersebut adalah:
f i Yi 3790
= = = 63,17
f i 60
Besarnya simpangan rata-rata atau deviasi rata-rata populasi:

f i (Yi  ) 853,30
Besarnya rata-rata populasi = = = 14,22
f i 60
Tabel 5.8 Hasil Sensus terhadap Pengukuran Tinggi Tanaman Lamtoro di Pekarangan
Penduduk Desa Dadapan

Kelas Nilai tengah kelas Frekuensi Penyimpangan


fi YI Yi  
(dalam dm) (tanda kelas) Yi absolut fi f i Yi  
30 – 39 34,5 6 207 28,67 172,02
40 – 49 44,5 9 400,5 18,67 168,03
50 – 59 54,5 10 545 8,67 86,70
60 – 69 64,5 13 838,5 1,33 17,29
70 – 79 74,5 10 745 11,33 113,30
80 – 89 84,5 8 676 21,33 170,64
90 – 99 94,5 4 378 31,33 125,32
Jumlah 60 3790 853,30
 fi  fi YI f i Yi  
Sulisetijono, Statistika dalam Bidang Biologi ...... 94

C. Simpangan baku atau deviasi standar (standard deviation)


Disebut simpangan baku atau deviasi standar karena ukuran ini menunjukkan
standar penyimpangan dari rata-ratanya. Dalam menyajikan gambaran penyimpangan
yang terjadi, lebih umum disajikan harga simpangan baku atau standar deviasinya
daripada ukuran simpangan rata-ratanya.
Kalau dalam perhitungan simpangan rata-rata dengan memberikan harga
mutlak untuk menghilangkan harga negatif selisih masing-masing data dengan rata-
ratanya, maka pada perhitungan simpangan baku atau standar deviasi dilakukan
dengan cara mengkuadratkan selisih masing-masing data dengan rata-ratanya.

1. Mencari simpangan baku dari data terserak


Simpangan baku atau deviasi standar populasi yang diberi notasi  (baca sigma)
dapat dihitung menggunakan rumus di bawah ini.
(Yi )2
(Yi  ) 2 Yi2  N
= 
N N
Untuk memahami bagaimana cara mencari simpangan baku populasi coba perhatikan
contoh berikut ini. Hasil sensus terhadap 30 ekor biri-biri usia 1 tahun hasil cloning (kembaran)
menunjukkan berat sebagai berikut (dalam kg):
79 89 87 69 69 60 62 72 72 72 60 97 66 66 66
79 81 78 88 68 82 84 91 82 98 89 96 82 83 86
Jika dibuat tabel akan tersaji pada Tabel 5.9. Hasil perhitungannya seperti berikut.

(Yi  ) 2 3560,0967
=  = 10,894 kg atau :
N 30
(Y )2 ( 2351) 2
Yi2  Ni 187801  30
 =  = 10,895 kg
N 30
Untuk mencari simpangan baku atau deviasi standar sampel, diberi notasi s, dapat
digunakan rumus di bawah ini.

(Yi ) 2
Y 2i 
(Yi  Y) 2 n
S= 
n 1 n 1

Coba perhatikan perhitungan simpangan baku sampel dengan contoh berikut ini.
Misalkan ketigapuluh biri-biri tersebut merupakan sampel yang diambil secara acak dari 100
biri-biri hasil cloning yang sudah berhasil dilaksanakan. Dengan demikian, data yang diperoleh
merupakan data statistik sampel (lihat Tabel 5.9), sehingga:
(Yi  Y ) 2 3560 ,966667
 =√ = 11,0811531
n 1 30  1
2
atau dihitung dengan rumus yang satunya yaitu: Y2i −
Yi
n
s=
s = simpangan baku untuk sampel, pembaginya n-1 n−
Bab V Statistika Deskriptif 95

Tabel 5.9 Data Sensus Bobot Biri-Biri Hasil Cloning Usia Satu Tahun (dalam kg)

Pengamatan Bobot biri-biri


Yi -  (Yi - )2 Yi2
ke Yi
1 78 -0,36666667 0,13444444 6084
2 89 10,63333333 113,06777778 7921
3 87 8,63333333 74,53444444 7569
4 69 -9,36666667 87,73444444 4761
5 69 -9,36666667 87,73444444 4761
6 60 -18,36666667 337,33444444 3600
7 62 -16,36666667 267,86777778 3844
8 72 -6,36666667 40,53444444 5184
9 72 -6,36666667 40,53444444 5184
10 72 -6,36666667 40,53444444 5184
11 60 -18,36666667 337,33444444 3600
12 97 18,63333333 347,20111111 9409
13 66 -12,36666667 152,93444444 4356
14 66 -12,36666667 152,93444444 4356
15 66 -12,36666667 152,93444444 4356
16 78 -0,36666667 0,13444444 6084
17 81 2,63333333 6,93444444 6561
18 78 -0,36666667 0,13444444 6084
19 88 9,63333333 92,80111111 7744
20 68 -10,36666667 107,46777778 4624
21 82 3,63333333 13,20111111 6724
22 84 5,63333333 31,73444444 7056
23 91 12,63333333 159,60111111 8281
24 82 3,63333333 13,20111111 6724
25 98 19,63333333 385,46777778 9604
26 89 10,63333333 113,06777778 7921
27 96 17,63333333 310,93444444 9216
28 82 3,63333333 13,20111111 6724
29 83 4,63333333 21,46777778 6889
30 86 7,63333333 58,26777778 7396
Jumlah 2351 3560,966667 187801
Yi (Yi – )2 Yi 2

Dengan menggunakan kalkulator fx-350MS atau yang sejenisnya, setelah dinyalakan


tombol  tekan 

tekan , di layar kalkulator tampak huruf SD. Data ke-1 bobot biri-biri (Tabel 5.9) 78 lalu

tekan tombol data DT (warna biru) untuk yang ini jadi satu dengan tombol .

Kalkulator yang lain (fx-3600P), tombol data jadi satu dengan tombol
Sulisetijono, Statistika dalam Bidang Biologi ...... 96

Setelah memasukkan data 78 tekan tombol , maka di layar muncul n = 1, artinya


data yang sudah masuk 1 buah. Data dimasukkan lagi sampai data ke-30 yaitu 86, di
layar akan muncul n =30.
= ….?
= ….?
∑x2 ∑x n
tekan  (S-SUM) Di layar akan muncul 1 2 3
tekan 1 muncul angka 187,801 ini artinya = 187801
tekan  muncul angka 2,351 ini artinya ∑Y = 2351
Tekan (S-VAR), di layar akan muncul 𝑥 xn xn-1
1 2 3
tekan muncul angka 78.36666667 ini artinya ̅ = 78,36666667
2
Yi
Y2i − n
Angka-angka yang sudah diperoleh dimasukkan ke rumus s=
n−

(2 )2
− −
s= = √ =√ =√
− −

s = 11,0811531  11,08
Sekarang cobalah tekan tombol (dengan lambang xn-1), di layar
muncul angka berapakah? Sama dengan yang manakah?

2. Mencari simpangan baku dari data yang dikelompokkan


Jika data sudah dikelompokkan, atau data yang diperoleh berupa data sekunder yang
telah dikelompokkan, masih dapat dicari harga simpangan baku atau deviasi standar
populasinya dengan rumus seperti berikut.

f i (Yi  ) 2
 =
N
Untuk simpangan baku atau deviasi standar sampel (s) dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:

f i (Yi  Y) 2
s =
n 1
Sebagai perhitungannya, coba Anda perhatikan contoh berikut ini. Hasil sensus terhadap
seluruh tanaman lamtoro yang tumbuh di pekarangan penduduk desa Jeruk Sawit, yakni
sebanyak 60 batang, seperti pada Tabel 5.10.
Rerata populasi () dari N data di atas sebanyak 60 buah yang telah dikelompokkan
menjadi 7 kelas adalah:
f i Yi 3790
 =   63,17 dm
N 60
f i (Yi  ) 2 17693,334
 =  = 17,172 dm
N 60
Bab V Statistika Deskriptif 97

Tabel 5.10 Data Sensus Tinggi Tanaman Lamtoro di Pekarangan Penduduk Desa Jeruk Sawit

Kelas Nilai tengah kelas Frekuensi Penyimpangan


(fi – Yi) (Yi – )
(dalam dm) (tanda kelas) Yi absolut fi fi (Yi – )2
30 – 39 34,5 6 207 -28,67 4931,8134
40 – 49 44,5 9 400,5 -18,67 3137,1201
50 – 59 54,5 10 545 -8,67 751,8900
60 – 69 64,5 13 838,5 1,33 22,9957
70 – 79 74,5 10 745 11,33 1283,6890
80 – 89 84,5 8 76 21,33 3639,7512
90 – 99 94,5 4 378 31,33 3926,2756
Jumlah 60 3790 17693,3340
N fi Yi fi (Yi – )

Untuk perhitungan penelitian sampling dapat anda perhatikan contoh berikut ini.
Jika data 60 batang lamtoro yang telah diukur diambil secara acak dari 300 pohon yang ada di
desa Jeruk Sawit, maka simpangan baku yang diperoleh merupakan simpangan baku sampel,
dan perhitungannya adalah seperti berikut. Rerata sampel ( Y ):
f iYi 3790 f i (Yi  Y ) 2 17693 ,334
Y =  = 63,17 dm s =  = 17,317 dm
n 60 n 1 60  1
Coba Anda perhatikan besarnya rata-rata dan besarnya simpangan baku antara populasi dan
sampel dengan data apakah yang harganya sama? Manakah yang harganya lebih kecil?

D. VARIANSI ATAU RAGAM (variance)


Varians(i) atau ragam (variance) adalah kuadrat dari simpangan baku. Varians
atau ragam populasi diberi simbol 2. Simpangan baku sampel diberi simbol s. Jika
besarnya simpangan baku populasi () sudah diketahui yaitu 17,172 maka besarnya
varians atau ragam populasi dapat dihitung yaitu sebesar: 2 = 17,1722 = 294,877584 
294,88.
Perhatikan contoh data 30 bobot biri-biri (data Tabel 5.9) dari perhitungan sebelumnya
diperoleh s = 11,0811531 maka besarnya variansi atau ragam sampel: s2 = (11,0811531)2
= 122,791954.

E. KOEFISIEN VARIASI/KOEFISIEN VARIABILITAS ATAU ANGKA BAKU


(coeffisien of variability/coeffisien of variation)
Koefisien variansi atau koefisien variabilitas (koefisien keragaman, KK) adalah
simpangan baku dibagi dengan rata-ratanya dikalikan 100%. Koefisien variasi diberi
simbol CV. Jika besarnya simpangan baku populasi () = 17,172 dan rata-rata populasi
() = 63,17, maka besarnya koefisien variasi sampel (CV):

CV (KK, Koefisien Keragaman) populasi = x 100%
17,172
CV =  100 % = 27,1838%
63,17
Perhatikan contoh data 30 bobot biri-biri (data Tabel 5.9) dari perhitungan sebelumnya
diperoleh s = 11,0811531 dan ̅ = 78,36666667.
CV bobot biri-biri = x 100% = x 100% = 14,14013581%  14,14%
̅
Sulisetijono, Statistika dalam Bidang Biologi ...... 98

Koefisien keragaman (KK, CV) dari kelompok data hasil penelitian yang baik
adalah berkisar antara 3% sampai dengan 20%. Koefisien keragaman data hasil
penelitian tidak diharapkan melebihi 30%, karena variasi datanya terlalu besar. Jika
nanti data dengan KK yang besar melebihi 30% digunakan untuk uji beda, hasilnya
akan menjadi bias.

F. GALAT BAKU RATA-RATA ATAU SIMPANGAN BAKU RATA-RATA


(Simpangan Baku Rerata; STANDARD ERROR)
Galat baku rata-rata (rerata) atau simpangan baku rata-rata (standard error) adalah
simpangan baku dibagi dengan akar banyaknya data, atau akar (varians dibagi banyaknya
data). Galat baku rata-rata atau simpangan baku rata-rata populasi diberi simbol  Y . Besarnya
dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
 2
Y̅ = atau Y̅ = √ Jika besarnya simpangan baku populasi () = 17,172 dan


banyaknya data populasi (N) = 60, maka besarnya galat baku rerata populasi: Y = =
N
17,172
= 2,216895667  2,22
60
Perhatikan contoh data 30 bobot biri-biri (data Tabel 5.9) dari perhitungan sebelumnya
diperoleh s = 11,0811531 dan s2 = 122,791954.
2
̅
Y = atau ̅
Y = √ ̅ biri-biri =
Y = 2,023132505
√n n √

̅ biri-biri =√
atau Y =√ = 2,023132505  2,02

G. CI (CONFINDENT INTERVAL)/SELANG KEPERCAYAAN RERATA


Rumus CI = ̅  ̅
Y
Misalnya rerata data = 41,000 dan standar error 1,200. Banyaknya data n = 10, maka nilai t
diperoleh dari tabel t (kumpulan Tabel no. 04), dengan taraf signifikansi ( ) 5% atau taraf
kepercayaannya 95%. Cara membaca pada nilai t-tabel ( 2 arah, two tail areas) dicari dulu db
(derajat bebas, degree of freedom, degree of variation), yaitu n – 1; 10-1 = 9; maka dengan db = 9 dan
(taraf signifikansi) 5% atau 0,05 diperoleh angka 2,2622. Hasil perhitungan CI adalah:
CI = 41,000  2,2622 x 1,200  41,000  2,71464, dengan demikian selang kepercayaan
rerata 95% dari kelompok data tersebut adalah berkisar antara 38,28536—43,71464.
Perhatikan data 30 bobot biri-biri, diperoleh Y ̅ = 2,023132505 dan ̅ = 78,36666667, n = 30,
maka db = 30 – 1 = 29, nilai t0,05(db = 29) = 2,0452.
CI = 78,36666667  (2,0452 x 2,023132505)  78,36666667  4,137710599, dengan demikian
selang kepercayaan rerata 95% data bobot biri-biri adalah berkisar antara 74,22895607-
82,50437727  74,23 - 82,50.

Untuk memperdalam pemahaman mengenai kegunaan materi statistika deskriptif


ukuran dispersi (sebaran), silakan menjawab latihan berikut ini!
1. Jelaskan enam hal yang mampu menjadi ukuran dispersi dari kelompok suatu data?
2. Jelaskan hubungan antara simpangan baku, galat baku dan ragam!
3. Apa artinya bila data memiliki harga simpangan baku yang sangat besar?
4. Bagaimana Anda dapat memperoleh harga koefisien variasi dari data yang Anda miliki?
Bab V Statistika Deskriptif 99

D. Ringkasan
Ringkasan yang dapat ditarik setelah Anda mempelajari materi yang ada dalam Kegiatan
Belajar variabilitas seperti berikut ini.
1. Untuk menginterpretasikan data, maka data tersebut tidak hanya disajikan dalam bentuk
ukuran pemusatan. Agar dapat diinterpretasikan dengan tepat maka diperlukan informasi
lain yakni berupa ukuran-ukuran penyimpangan/variabilitas.
2. Setiap ukuran penyimpangan/variabilitas memberikan informasi spesifik, seperti range
akan memberikan informasi nilai minimum dan maksimum dari data yang dimiliki;
simpangan baku memberikan informasi besarnya standar penyimpangan data dari nilai
rata-ratanya; simpangan baku rata-rata menggambarkan besarnya nilai standar kekeliruan
dari nilai rata-ratanya, dan seterusnya.
3. Semakin besar nilai penyimpangan/variabilitas dari data yang dimiliki semakin bervariasi/
beragam nilai-nilai dari data tersebut, dan semakin kecil ukuran penyimpangan berarti
semakin seragam nilai-nilai data tersebut.

E. Latihan Soal
01. Mengapakah kita memerlukan ukuran gejala pusat dan penyimpangan?
02. Apakah arti median dan apakah kegunaannya?
03. Apakah arti kuartil, desil, persentil? Apakah kegunannya?
04. Mengapakah kita memerlukan simpangan baku, varians, dan standard error?
05. Apakah manfaat angka baku?
06. Apakah yang dimaksud dengan koefisien keragaman? Apakah manfaatnya?
07. Data berikut merupakan data skor hasil lempar cakram mahasiswa Biologi dalam uji
kemampuan fisik.
22 25 25 21 29 19 20 26 25
20 26 28 15 16 19 22 25 27
24 25 33 30 28 29 20 18 20
24 25 26 30 28 27 25 25 25
20 18 26 25 24 27 27 28 31
a. Buatlah data di atas ke dalam bentuk distribusi kelompok!
b. Buatlah perhitungan-perhitungan berdasarkan data terserak (tunggal):
1) rerata hitung, geometrik, harmonik! 5) varians (ragam)
2) modus dan median! 6) koefisien keragaman
3) rentang 7) selang kepercayaan rerata (CI)
4) simpangan baku

08. Berikut kumpulkan data dari mahasiswa peserta statistika kelas Saudara tentang:
a) umur (dalam bulan); b) massa (bobot) (kg); c) tinggi (m)
( )
d) indeks massa badan: ( )
Buatlah perhitungan-perhitungan berdasarkan data terserak/tunggal.
1) rerata hitung, geometrik, harmonik! 5) varians (ragam)
2) modus dan median! 6) koefisien keragaman
3) rentang 7) selang kepercayaan rerata (CI)
4) simpangan baku

Sulisetijono
Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang
(State University of Malang)
Email: sulisetijono.fmipa@um.ac.id
copyright August 2016

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai