dan Kabupaten Jembrana. Uji petik dilakukan dalam rangka mempersiapkan program e-
KTP berskala nasional. Proyek uji petik tersebut dilaksanakan oleh konsorsium Lintas
Peruri Solusi. Namun implementasi uji petik e-KTP menjumpai berbagai permasalahan.
Selain hambatan dalam hal teknis dan non teknis, seperti teknologi yang digunakan
kerap bermasalah dan data kependudukan yang tidak mutakhir, proyek tersebut
bermasalah akibat kasus korupsi yang timbul. Kejaksaan Agung pada juni 2010
menetapkan empat tersangka dalam Penyidikan Perkara Pengadaan Perangkat Keras,
Perangkat Lunak, sistem dan blanko KTP pada Dirjen Administrasi Kependudukan
Departemen Dalam Negeri Tahun Anggaran 2009. Empat orang tersangka tersebut
yaitu, Irman yang ketika itu menjabat sebagai Direktur Pendaftaran Penduduk
Kementerian Dalam Negeri, Ketua Panitia Pengadaan Barang Paket P. 11, Drs. Dwi
Setyantono, M.M, Direktur PT. Karsa Wira Utama, Suhardjijo, dan Direktur Utama PT.
Inzaya Raya, Indra Wijaya. Penyidikan terhadap kasus tersebut dihentikan oleh
Kejaksaan Agung disebabkan buti yang tidak cukup. Surat Perintah Pengehentian
Penyidikan lalu diterbitkan pada tanggal 6 Januari 2012.
Program e-KTP memang telah bermasalah sedari awal. Hal tersebut setidaknya
terlihat dari pemantauan ICW yang menyoroti program tersebut sejak masih berupa uji
coba.Kehadiran program e-KTP seakan mengabaikan program sebelumnya yang telah
dijalankan sejak tahun 2003 hingga 2008, yaitu Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan (SIAK). program e-KTP, baik versi ujicoba dan penerapan berskala
nasional dianggap tidak terintegrasi dengan SIAK. KPK ketika itu memberikan
rekomendasi kepada Kemendagri, diantaranya berupa pengadaan yang harus dilakukan
secara elektronik dan imbauan pengawalan prosesnya oleh LKPP.
Kabupaten Lampung Utara merupakan pencetus lahirnya program kartu tanda
penduduk elektronik di Indonesia.Bupati Lampura Drs. H. Zainal Abidin, M.M.
menjelaskan bahwa pelaksanaan KTP bersidik jari dilakukan dan dipusatkan di kantor
Disdukcapil yang sebelumnya ada di secretariat kabupaten. Namun pelaksanaannya
malah menimbulkan masalah baru. Seperti terjadinya antrean panjang dan penumpukan
Sebagai contoh, misalkan seorang perempuan lahir di Kota Bandung tanggal 17 Agustus
1990 maka NIK-nya adalah : 10 50 24 570890 0001. Apabila ada orang lain
(perempuan) domisili dan tanggal lahir yang sama mendaftar, maka NIK-nya adalah
1050 24 570890 0002”. Dari contoh ini kita dapat menyimpulkan bahwa 6 digit kode
awal tergantung di mana orang tersebut berdomisili pada saat NIK diterbitkan. Pada
contoh tadi perempuan tersebut adalah kode untuk domisili, bagaimana kalau orang
tersebut pindah kota atau provinsi. Hal ini dapat membuat kebingungan dalam
administrasi. Padahal Pemerintah sudah menyatakan NIK tidak berubah meski domisili
berpindah.
Kementerian Dalam Negeri mengusulkan bahwa e-KTP berlaku seumur hidup.
Untuk menilai apakah e-KTP dapat digunakan seumur hidup, mari kita lihat keterangan
yang tertera di dalamnya : nama, tempat tanggal lahir, alamat, status pernikahan, agama,
pekerjaan, keempat data terakhir adalah data yang dapat berubah-ubah terutama alamat
serta pekerjaan. Jika e-KTP berlaku seumur hidup dan proses pembuatanya hanya sekali
pembuatan maka seseorang akan dapat berstatus mahasiswa abadi.
Keempat, ternyata belum ada sinkronisasi database e-KTP dengan jenis
layanan yang lain. Dalam pelaksanannya, penggunaan e-KTP terbukti masih memiliki
kelemahan, Misalnya tidak tampilnya tanda tangan siapa pemilik KTP di permukaan
KTP.
Kasus dugaan mega korup yang merugikan Negara hingga RP 2,3 Triliun
dengan melibatkan banyak pihak harus diselesaikan tuntas oleh Para Penegak Hukum.
Hingga sidang ke delapan kami akan terus mengawal persidangan Kasus yang menyita
perhatian public ini. Hendaknya penyelesaian kasus ini dituntaskan hingga semua pihak
yang mmperkaya diri sendiri dengan uang Negara ini dapat mempertanggungjawabkan
apa yang telah dilakukannya.