▼
Thursday, December 12, 2013
Apa Inti Analisa Fundamental?
Anda sedang belajar Analisa Fundamental?
Belajar Analisa Fundamental artinya anda sudah mulai membaca laporan keuangan perusahaan.
Artinya anda juga mulai belajar Earning Per Share (EPS) (silahkan baca pos "Arti Istilah Earning
Per Share"), Price-to-Earnings-Ratio (PER) (silahkan baca pos "Arti Istilah Price-to-Earnings-
Ratio"), Price-to-Book Value (PBV), Debt-to-Equity-Ratio, dan indikator-indikator fundamental
lainnya.
Stop!
Sebelum anda mendalami Analisa Fundamental lebih lanjut, sudah tahukah anda apa tujuan
menghitung dan membandingkan indikator-indikator tersebut? Dengan kata lain, apa sebenarnya
inti dari Analisa Fundamental?
Belum tahu?
"Apa gunanya tahu inti dari Analisa Fundamental?" mungkin begitu gumam anda dalam hati.
Apa sebenarnya prinsip dasar dari Analisa Fundamental? Tanpa bertele-tele, inti dari Analisa
Fundamental adalah membeli saham murah.
Lebih tepatnya:
Inti dari Analisa Fundamental adalah membeli saham yang nilainya (relatif) murah.
Yang harus anda camkan di sini adalah bagian kalimat "yang nilainya (relatif) murah."
Mengapa?
Karena saham yang nilainya murah tidak sama dengan saham yang harga Rupiahnya murah.
Dengan kata lain, saham Rp 50 belum tentu lebih murah dari saham seharga Rp 20.000.
Karena murah mahalnya suatu saham tidak tercermin dari harga Rupiah saham tersebut, maka dari
itu anda butuh Analisa Fundamental. Fungsi dari Analisa Fundamental adalah membandingkan
saham berdasarkan indikator tertentu yang sejenis untuk mencari saham yang nilainya lebih
murah.
Nah, dengan tujuan mencari saham yang nilainya murah inilah anda menghitung PER atau PBV
atau Price-to-CashFlow atau Price-to-Sales atau Price-to-Asset atau Debt-Equity-Ratio atau
indikator-indikator lainnya.
Berbekal, misalkan, PER sekelompok saham yang anda perhatikan, anda bisa mulai
membandingkan PER saham tersebut satu dengan yang lain untuk mencari saham yang—secara
PER—nilainya paling murah.
Itu saja.
Tapi prinsip yang sederhana dari Analisa Fundamental ini tidak berarti penerapannya juga
sederhana.
Mencari saham yang "nilainya" murah bukanlah pekerjaan mudah. Anda perlu meneliti dengan
seksama laporan keuangan perusahaan, dan hal ini menyita waktu dan perlu usaha keras. Anda
mungkin perlu juga membandingkan indikator kualitatif yang tidak mudah diterjemahkan menjadi
angka. Lagipula, sesuatu yang murah menurut analisa anda belum tentu murah menurut analis-
analis yang menulis di surat-kabar atau muncul di TV atau radio.
Memang, Peter Lynch (dan juga saya) menyarankan anda untuk tidak langsung percaya analis-
analis saham (Silahkan baca pos "Mau Investasi Saham? Baca Dulu Buku Peter Lynch 'One Up on
Wall Street'"). Tapi kalau anda seorang pemula, seberapa yakin anda bahwa analisa anda lebih
baik dari analisa pengamat saham yang sudah berpengalaman?
Satu hal lagi yang paling penting: Kalaupun anda berhasil menemukan saham yang nilainya
(relatif) murah, tidak berarti saham tersebut pasti memberi anda untung.
Bahwa menerapkan Analisa Fundamental untuk mencari saham "murah" adalah pekerjaan yang
sukar akan saya bahas pada pos tersendiri. Pesan utama pos ini adalah bahwa inti dari Analisa
Fundamental adalah mencari saham yang nilainya (relatif) murah.
Di pos "Saham Yang Layak Dibeli Menurut Analisa Teknikal" saya menulis bahwa ketika anda
"shopping" apa yang anda cari? Anda mencari "good deal"; anda mencari diskon; anda mencari
produk yang sedang promosi beli satu gratis satu. Intinya, ketika berbelanja anda berusaha
mencari produk yang harganya lebih murah dari biasanya. Makin murah makin baik.
Tidak bisa dipungkiri bahwa mendapatkan sesuatu dengan harga semurah mungkin adalah
keinginan semua manusia.
Jadi, tidaklah mengherankan kalau investor saham menerapkan prinsip di atas dalam membeli
saham: cari saham yang (relatif) murah.
Nah, prinsip dasar Analisa Fundamental untuk mencari saham yang murah cocok dengan sifat
manusia yang ingin mendapatkan barang murah. Tidak heran kalau analisa ini adalah analisa yang
paling populer di kalangan investor saham.
(Perlu saya ingatkan bahwa "paling populer" tidak berarti paling cocok untuk anda.)
Anda sudah tahu apa yang dicari Analisa Fundamental. Anda juga sudah tahu mengapa Analisa
Fundamental populer. Nah, segera lanjutkan mendalami Analisa Fundamental!
[Catatan:
Bung Willy, top komentator di blog ini yang nge-blog di Billy the Pip, tidak sepakat dengan
pernyataan saya tentang inti Analisa Fundamental (silahkan baca komentar-komentar di bawah).
Menurut bung Willy:
Inti dari Analisa Fundamental modern adalah membeli saham bagus yang relatif murah.
Definisi bung Willy sangat baik. Tapi, ada beberapa alasan mengapa saya tidak mencantumkan
kata "bagus."
Kedua, bagian kalimat "nilainya (relatif) murah" bermakna bahwa tujuan Analisa Fundamental
bukanlah mencari saham murah semurah-murahnya, tapi saham yang DALAM ASPEK
TERTENTU (ini yang saya maksud dengan "nilai") RELATIF MURAH terhadap saham lain .
Kalau aspek yang anda pakai adalah "bagus," berarti saham yang anda cari adalah saham "bagus"
yang relatif murah. Kalau aspek yang anda pakai adalah "growth" (perkembangan), berarti saham
yang anda cari adalah saham "growth" yang relatif murah.
Kalau anda telusuri dengan teliti, kata kunci pada setiap Analisa Fundamental adalah "murah."
Ketiga, ketika membuat definisi, saya berusaha agar definisi tersebut seglobal mungkin. Definisi
yang saya kemukakan mencakup Analisa Fundamental klasik (kuno) dan Analisa Fundamental
modern.
Inti dari Analisa Fundamental (klasik ataupun modern ataupun lainnya) adalah membeli saham
yang nilainya (relatif) murah.
Terima kasih bung Willy sudah membantu saya memperjelas isi pos ini.]
Analisis fundamental 'modern' lebih dari sekedar mencari saham yang 'sekedar' murah.
Reply
Replies
Saya setuju dengan analogi anda. Mencari yang (hampir) sama tapi lebih murah memang tidak
mudah.
Tapi, pada pos ini saya TIDAK mengatakan bahwa Analisa Fundamental menganjurkan orang
untuk membeli cola murah (vs. Coca-Cola) atau pred chicken (vs. KFC).
Perbandingan "murah mahal"nya suatu produk harus berdasarkan kriteria yang sama. Analogi
yang lebih tepat adalah mencari Coca-Cola atau KFC (barang yang sama) yang dijual dengan
harga lebih murah. Inilah Analisa Fundametal yang saya maksud.
(Harga Coca-Cola di Indomart berbeda dengan harga di Alfa-Mart; berbeda juga dengan harga di
Carrefour. Tugas pembeli handal adalah mencari toko yang menjual Coca-Cola dengan harga
paling murah.)
Masalahnya, kalau anda BELUM PERNAH minum cola atau makan pred chicken, sangat sulit
untuk menentukan mana yang murah tapi enak. Coba bayangkan kesulitan yang dihadapi
PEMULA main saham, yang baru belajar saham, dalam menentukan saham mana yang
fundamental-nya bagus, alias murah tapi tidak murahan.
Saya juga katakan di atas bahwa "Fungsi dari Analisa Fundamental adalah membandingkan saham
berdasarkan indikator tertentu yang sejenis untuk mencari saham yang nilainya lebih murah."
Walaupun analisa fundamental "modern" mempertimbangkan aspek-aspek lain (contoh yang bung
Willy kemukakan: GARP, moats, intangibles), tetap saja ujung-ujungnya aspek-aspek tersebut
harus di-kuantitatif-kan. Tujuannya? Mencari saham yang (relatif) murah secara aspek tersebut
dibanding saham sejenis.
Mencari saham yang murah saja hanyalah satu bagian dari analisis fundamental. Bahkan
sebenarnya fundamentalis sekarang banyak yang tidak terlalu peduli ketika membeli sahamnya
agak mahal, jika saham tersebut memang saham yang 'bagus'.
Atau kalau dari kutipan Buffet langsung, "It's far better to buy a wonderful company at a fair price
than a fair company at a wonderful price." Lebih baik membeli perusahaan bagus pada harga
wajarnya, daripada perusahaan biasa-biasa saja pada harga yang murah. Kutipan Buffet ini
sekaligus menyindir Graham, mentornya sendiri, yang kerajingan mengoleksi saham2 murah
tetapi seringkali saham pilihan Graham termasuk murahan dan tidak tumbuh-tumbuh.
Di sinilah pentingnya aspek kualitatif dalam analisis fundamental. Misalkan ada orang yang
seumur hidup belum pernah mendengar produk Cola. Ketika dia ingin membeli Cola, tentu dia
akan kelabakan ketika di Carrefour menghadapi berjibun pilihan akan produk Cola yang bisa dia
pilih. Nah, kalau orang tersebut yang harus memilih mana yang kira2 produk Cola paling bagus,
dia tentu bisa mulai sedikit berpikir. "Tadi di TV saya rasanya melihat iklan Coca Cola. Di mobil
tadi juga rasanya dari radio ada komersial Coca Cola juga. Lalu rasanya kok dari tadi di kasir
banyak ya ngantri dengan botol Coca Cola ya? Dan kalau tidak salah saya tadi membaca artikel
Belajar Saham dan Billy the Pip membahas Coca Cola terus? Wah, berarti Coca Cola yang paling
banyak diminum orang2 dong ya? Ah beli Coca Cola saja ah."
Contoh di atas tentu sangat disederhanakan. Bisa saja diganti dengan Pepsi atau 7-Up dan
semacamnya.
BTW, walaupun Buffet tidak sependapat dengan analisis fundamental ala Graham yang kelewat
menekankan aspek kuantitatif dan mengabaikan aspek kualitatif, Buffet tetap merekomendasikan
ajaran Graham bagi pemain saham manapun. “No one ever became poor by reading Graham,"
kata beliau. Tidak ada orang yang sampai jatuh miskin dengan mengikuti ajaran Graham.
Oleh karena itu, saya yakin apa yang Bung Iyan sampaikan disini masih bisa bermanfaat bagi
pemain saham yang awam akan analisis fundamental. Saya menunggu kelanjutan artikel ini dan
akan terus memberikan masukan dari segi analisis fundamental yang praktis. :D
Saya sendiri sudah lama tidak mendalami Analisa Fundamental. Jadi, komentar bung Willy (yang
cukup berpengalaman dengan Analisa Fundamental dan bisa disebut pakar) sangat membantu.
Tapi ada 1 hal lagi yang saya mau protes dari contoh bung Willy pada komentar di atas:
"Di sinilah pentingnya aspek kualitatif dalam analisis fundamental. Misalkan ada orang yang
seumur hidup belum pernah mendengar produk Cola. Ketika dia ingin membeli Cola, tentu dia
akan kelabakan ketika di Carrefour menghadapi berjibun pilihan akan produk Cola yang bisa dia
pilih. Nah, kalau orang tersebut yang harus memilih mana yang kira2 produk Cola paling bagus,
dia tentu bisa mulai sedikit berpikir. "Tadi di TV saya rasanya melihat iklan Coca Cola. Di mobil
tadi juga rasanya dari radio ada komersial Coca Cola juga. Lalu rasanya kok dari tadi di kasir
banyak ya ngantri dengan botol Coca Cola ya? Dan kalau tidak salah saya tadi membaca artikel
Belajar Saham dan Billy the Pip membahas Coca Cola terus? Wah, berarti Coca Cola yang paling
banyak diminum orang2 dong ya? Ah beli Coca Cola saja ah.""
Contoh ini, menurut saya, lebih identik dengan Analisa Teknikal. Si Pemula TIDAK mendalami
aspek fundamental dari Coca-Cola; ia membeli karena ia melihat banyak orang yang membeli
Coca-Cola. Membeli sesuatu karena mengekor orang lain lebih identik dengan Analisa Teknikal.
Dari segi analisis fundamental, saya mengacu kepada 'moats', keunggulan kompetitif. Salah satu
aspek moats adalah image branding. Itulah sebabnya saya memberi contoh Coca Cola (image
Coca Cola sebagai produk Cola) dan KFC (image Kentucky sebagai fried chicken).
Pada contoh saya sebelumnya, orang yang bahkan awalnya tidak pernah minum Cola juga
biasanya akan terpengaruh branding, dan memilih Coca Cola pada akhirnya kan? Itulah analisis
fundamental secara kualitatif. Sama seperti kenapa kita otomatis mikir fried chicken itu Kentucky,
burger itu McDonald, motor itu Honda, rokok itu Dji Sam Soe, tablet PC it Ipad, OS itu Microsoft
Windows, dll.
Menurut saya SWOT ini pelengkap yang sangat baik di luar analisis kuantitatif saham. Bung Iyan
terus saja lanjut artikelnya fundamentalnya, aspek kuantitatif juga tetap penting kok untuk analisis
fundamental.
Menganalisa perusahaan dari angka-angka yang absolut saja sudah sulit, apalagi ditambah variabel
kualitatif. Intinya: analisa fundamental itu sulit, bahkan untuk analis berpengalaman sekalipun.
Apalagi untuk analis pemula.
Tapi saya tetap berpendirian teguh: Inti Analisa Fundamental adalah ujung-ujungnya mencari
saham yang (relatif) murah.
Buffet maunya beli saham bagus di harga wajar. Nah, itu saya artikan bahwa ia mau membeli
saham bagus kalau harganya relatif murah dibanding saham bagus lainnya.
Hampir tepat. Bung Iyan hanya lupa menambahkan 'saham bagus', jadi: Inti Analisa Fundamental
adalah ujung-ujungnya mencari saham BAGUS yang (relatif) MURAH.
Tapi karena "bagus" tergantung sudut pandang masing-masing , maka dari itu kata "bagus" tidak
saya masukkan.
Saya sangat berterima-kasih untuk masukan bung Willy. Saya jadi mendapat banyak ide untuk
menulis pos berikutnya. :D
DISLAIMER: Bagi para pembaca, ini bukan saran untuk menjual beli saham2 tertentu. Risiko
silakan tanggung sendiri.
Koreksi sedikit: INCO adalah saham PERTAMA yang saya beli. Saya beli waktu INCO IPO,
kalau tidak salah di tahun 1990.
Saat itu saya belum belajar analisa fundamental, analisa teknikal, atau analisa apapun. Cuma ikut-
ikutan saja. Nanti, kalau luka lamanya sudah bisa saya pendam, akan saya tulis pengalaman
tersebut. :D
Reply
Sudah 6 bulan ini saya masuk ke dunia saham, sebagai perkenalan awal loss masih sering menjadi
posisi mutlak bagi saya. Dan seperti label blog ini, terus belajar adalah poin nya.
Selama ini banyak teori teknikal yang coba saya terapkan untuk menemukan mana yang cocok.
Salah satu referensi pembelajaran saya adalah blog ini.
Dan post kali ini tentang fundamental, menarik sekali. Sebelumnya posting menarik tentang
menulis harga harian secara rutin telah saya terapkan dari awal masuk hingga saat ini. Kali ini
setelah membaca, ada pertanyaan yang ingin saya sharing,
1. "Saya beli waktu INCO IPO, kalau tidak salah di tahun 1990." Membeli saham IPO secara
fundamental, bagaimana menilai nya? Secara umum yang saya baca menilai fundamental diambil
dari 5 tahun LapKeu ke belakang.
2. "...menghitung PER atau PBV atau Price-to-CashFlow atau Price-to-Sales atau Price-to-Asset
atau Debt-Equity-Ratio atau indikator-indikator lainnya."
Contoh kasus, diantara 400an saham di BEI, terbagi2 dalam sektor2. Dan seperti posting ini,
mencari PER atau PBV paling "murah/kecil".
Misal sektor Toys. Ada 3 emiten A,B,dan C. PER paling rendah A, lalu sisi PBV paling kecil B,
dan dari sisi DER paling bagus C. Bagaimana pemilihan-nya?
3. Seputar indikator PER ataupun PBV, manakah yang sebaiknya dijadikan acuan antara PER
actual atau PER Annual. Misal PER saham A di FinanceStatement terbarunya adalah 7x ,pada
harga 100. Bila hari ini harga saham A menjadi 150, maka akan merubah nilai PER hari ini,
katakan menjadi lebih mahal. Apakah itu tanda untuk melepas saham A atau menunggu
FinanceStatemnt Q berikutnya?
Reply
Replies
Tapi dasar nasib, INCO termasuk saham yang TURUN setelah IPO.
Sekarang, saya membeli saham IPO hanya berdasarkan hukum penawaran dan permintaan. Kalau
niat beli tinggi, saya ikut; kalau niat beli rendah, saya tidak ikut.
http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2010/11/cara-main-saham-ipo-untuk-pemula-bagian.html
2. Pertanyaan anda ini sangat baik karena mencerminkan bahwa anda sudah benar-benar berpikir
dan ingin tahu cara MEMILIH yang tepat.
Tapi, saya tidak bisa jawab karena saya sendiri juga tidak tahu.
Saya meninggalkan Analisa Fundamental justru karena saya TIDAK bisa menjawab pertanyaan-
pertanyaan seperti pertanyaan anda. Bisa saja fundamental PER, PBV, DEB dan lain-lain sangat
bagus, tapi harga saham tidak naik malahan turun.
Akhirnya saya berkesimpulan bahwa seberapapun dalam saya belajar Analisa Fundamental, belum
tentu saya bisa mendapat untung. Maka dari itu saya meninggalkan Analisa Fundamental dan
beralih ke Analisa Teknikal.
3. Tentang ini, rencana saya adalah membahasnya di pos lanjutan "Arti Istilah Price-to-Earnings
Ratio."
http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2013/09/arti-price-to-earnings-ratio-per-saham.html
Yang biasanya dijadikan acuan pemain saham adalah Forward PER. Forward PER adalah
PERKIRAAN PER untuk masa depan. (Yang diPERKIRAKAN adalah Earnings Per Share-nya.
Lalu Forward PER dihitung dengan harga saham saat ini.)
Ingat: pemain saham selalu melihat PROSPEK masa depan. Masalahnya, PERKIRAAN adalah
nebak. Dan nebak bisa (sering) salah. Maka dari itu, saya menulis di pos "Valuasi Indeks Saham
Indonesia Terlalu Tinggi?" bahwa semua analisa ujung-ujungnya NEBAK.
http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2013/05/valuasi-indeks-saham-indonesia-tinggi.html
Reply
Reply
Replies
Apakah Anto sudah pernah membuka halama "Istilah Saham" dan "Kurikulum"? (Terletak di
bawah nama blog Terus Belajar: Main Saham, sederet dengan Home, About, Profil) Kedua
halaman tersebut adalah "site map" untuk blog ini.
Reply
Reply
Saya berkeinginan juga menjadi investor saham jangka panjang dengan modal yang terbatas.
Sebagaimana Bang Iyan kemukakan di atas bahwa
menerapkan Analisa Fundamental untuk mencari saham "murah" adalah pekerjaan yang sukar.
Oleh karenanya saya masih berpedoman kepada pendapat para analis-analis saham yang tersebar
di internet.
Reply
Replies
Yang paling penting: Bagaimana hasil investasi anda selama ini dengan metode ini? Apakah
untung atau rugi?
Reply
saya gafar, mau tanya pak, bagaimana menurut bapak mengenai emiten yang fundamental bagus
akan tetapi volumenya kecil atau tidak liquid ???
trims
Reply
Replies
Reply
Pertanyaan dan komentar anda akan saya jawab sesegera mungkin. Maaf, saya tidak menerima
pertanyaan dan komentar anonim/unknown. Promosi, iklan, link, dll, apalagi hal-hal yang tidak
berhubungan dengan main saham TIDAK AKAN ditampilkan.
‹
›
Home
View web version
Powered by Blogger.