Anda di halaman 1dari 291

Terus Belajar: Main Saham

Kurikulum
Kalau anda sampai di blog ini, saya asumsikan anda berniat untuk belajar main saham. Karena blog ini saya tujukan untuk
semua tingkat pengalaman bermain saham (pemula, menengah, dan mahir), sangat mungkin pos yang anda baca tidak
sesuai dengan tingkat pengetahuan dan pengalaman anda dalam bermain saham.

Karena alasan di atas saya membuat halaman ini untuk menuntun anda membaca pos-pos yang sesuai dengan kondisi anda.

(N.B.: Memang, sampai saat ini kebanyakan pos-pos di sini ditujukan untuk pemula.

Masalahnya, pemula juga tidak semuanya sama. Ada yang baru tertarik dengan saham, ada yang sudah siap mencoba main
saham, ada yang sudah punya rekening tapi tidak tahu langkah berikutnya. Mungkin ada juga pembaca yang ingin belajar
analisa teknikal. Pembaca lain mungkin mau tahu mekanisme transaksi. Dan sebagainya.)

Semoga membantu.

KURIKULUM

Jika anda ingin tahu arti dari istilah-istilah di dunia saham, silahkan buka halaman "Istilah Saham."

Jika anda baru BERPIKIR/BERENCANA mau mencoba main/investasi saham, silahkan baca pos-pos berikut:

 Main Saham Cepat Kaya? Tujuan pos ini agar anda tidak berekspektasi berlebihan.
 Main Saham Bisa Untung Berapa? Satu lagi pos agar ekspektasi anda tidak berlebihan.
 Target Laba Main Saham Setelah membaca pos ini, anda tahu target profit yang masuk akal.
 Definisi Main Saham di Blog Ini Sebelum anda baca lebih lanjut, anda perlu punya persepsi sama tentang frase
"main saham."
 Stres Main Saham Takkan Pupus Kalau anda masih mau main saham setelah membaca pos ini, berarti anda siap
stress.
 Memulai Main Saham Sangatlah Mudah Gampang memulai tidak berarti gampang mendapat untung.
 Bisakah "Hidup" Hanya Dari Bermain Saham Untuk anda yang berangan-angan pindah profesi menjadi pemain
saham full-time.
 Kapan Kondisi Ideal Untuk Investas Saham? Untuk anda yang menunggu waktu ideal untuk memulai.
 Jawab Pertanyaan Ini Sebelum Investasi Saham Pertanyaan penting sebelum anda memutuskan investasi saham.

Jika anda sudah bertekad-bulat MENCOBA main saham, silahkan baca pos-pos berikut:

 Bagaimana Cara Membeli Saham Indonesia? Kalau mau tahu cara membeli saham, baca pos ini.
 Sekuritas/Broker Saham Mana Yang Bagus? Cukup jelas.
 Berapa Sebaiknya Modal Awal Main Saham? Cukup jelas.
 Investasi Saham atau Trading Saham, Mana Lebih Baik? Agar anda bisa memilih sendiri mana yang cocok untuk
anda.
 Cara/Teknik Menganalisa Saham Menjelaskan cara-cara berbeda untuk menganalisa saham.

Jika anda sudah PUNYA rekening saham dan siap untuk bertransaksi saham, silahkan baca pos-pos berikut:

 Mau Main Saham? Ingat Tiga Hal Maha Penting Ini Pos pertama yang wajib anda baca sebelum anda mulai
bertransaksi saham.
 Saham Turun, Tidak Dijual. Sudah Rugi Atau Belum?
 Cara Cut-Loss Untuk Stop Kerugian Saham Pelajaran pertama bermain saham. Kalau anda menguasai hal ini,
probabilitas anda untuk sukses main saham sudah berlipat ganda. Tidak ada gunanya anda mendalami analisa
fundamental, analisa teknikal, dan tehnik-tehnik rumit lain sebelum anda menguasai tehnik Cut-Loss.
 Keunggulan Cut-Loss Metode Nominal Dibanding Metode Persentase Membandingkan kelebihan-kekurangan
metode cut-loss.
 Istilah "Bid" dan "Offer" Ketika Bermain Saham Sebelum melakukan transaksi, anda harus paham istilah ini.
 Empat Komponen Harga Saham Yang Perlu Anda Ketahui Cukup jelas.
 Cara Membeli Saham Untuk Pemula Setelah membaca pos ini anda mungkin belum tahu "mengapa" membeli
saham "apa." (Perlu waktu bertahun-tahun untuk belajar hal ini.) Tapi anda akan tahu "jumlah berapa" dan di "harga
berapa" anda harus membeli saham.
 Cara Main Saham Untuk Pemula: Setelah Beli Menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan kalau saham naik,
saham turun, atau saham tidak-naik-tidak-turun.
 Cara Menjual Saham Agar Profit Maksimal Teknik memaksimalkan profit dari saham yang uptrend.

Jika anda tertarik untuk INVESTASI JANGKA PANJANG dan mendalami analisa fundamental, silahkan baca pos-pos berikut:

 Mau Investasi Saham? Baca Dulu Buku Peter Lynch "One Up On Wall Street" Bagian Pertama dari buku analisa
fundamental yang paling bagus untuk pemula.
 Investasi Saham Cara Peter Lynch di Buku "One Up On Wall Street" Bagian Kedua dari buku "One Up On Wall
Street."
 Enam Kategori Saham Menurut Peter Lynch Cukup jelas.
 Mengapa Perlu Tahu Earning Per Share? Cukup jelas.

Jika anda ingin belajar Analisa Teknikal, silahkan baca pos-pos berikut:

 Prinsip Mendasar Analisa Teknikal Sebelum mulai belajar analisa teknikal, baca dulu pos ini.
 Saham Naik ke Harga Tertinggi. Saatnya Jual? Agar anda tahu langkah tepat untuk saham yang naik ke harga
tertinggi.
 Saham Yang Layak Dibeli Menurut Analisa Teknikal Agar anda tahu saham yang diincar analisa teknikal.
 Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula Cukup jelas.
 Definisi Uptrend, Downtrend, Sideway

Jika anda mau mencoba main saham IPO, silahkan baca pos-pos berikut:

 Arti Istilah IPO di Bursa Saham Cukup jelas.


 Cara Main Saham IPO Untuk Pemula Pos ini menuntun anda setahap demi setahap dalam memesan dan menjual
saham IPO.
 Main Saham IPO Bisa Untung Berapa Cukup jelas.
 Main Saham IPO Tidak Berarti Pasti Untung Cukup jelas.
 Arti Istilah Book-building Saham IPO di Bursa Efek Indonesia Cukup jelas.
 Beli Saham IPO di Bookbuilding Bisa Rugi Besar Kalau anda pemula, jangan coba-coba beli saham IPO saat
bookbuilding.

Jika anda ingin tahu korelasi saham-saham luar negeri dengan saham-saham Indonesia, silahkan baca pos-pos berikut:

 Makna Dow Jones Bagi Pemain Saham Indonesia Cukup jelas.


 Dow Jones Turun 513 Points Semalam. Tindakan Apa Yang Bisa Anda Lakukan? Cukup jelas.
 Pengaruh Gejolak Dow Jones Pada IHSG Bursa Indonesia Cukup jelas.

Jika anda ingin tahu MEKANISME transaksi saham, silahkan baca pos-pos berikut:

 Arti Istilah "Scriptless Trading" di Bursa Efek Indonesia Saat ini, kalau anda membeli saham, anda TIDAK lagi
mendapat sertifikat/warkat saham.
 Pasar Regular, Tunai, Negosiasi di Bursa Saham Indonesia Agar anda tahu bahwa sebenarnya ada tiga jenis pasar di
BEI.
 Siapa Yang Berhak Mendapat Dividen Saham Cukup jelas.
Jika anda pikir bahwa saham sudah mahal atau sudah murah, silahkan baca pos-pos berikut:

 Apakah Harga Saham Sudah Mahal? Cukup jelas.


 Valuasi Indeks Saham Indonesia Terlalu Tinggi? Jangan langsung percaya pada ramalan analis.

Jika anda ingin membaca tips-tips dari majalah atau sumber-sumber lain, silahkan baca pos-pos berikut:

 Sepuluh Tips Cara Mencegah Petaka Trading Tips menarik dari GFT.
 Bagaimana Mencegah Kegagalan Investasi/Trading Saham Tulisan menarik di Money Morning.

Jika anda ingin membaca ulasan saya tentang buku investasi saham, silahkan baca pos-pos berikut:

 Cara Investasi Saham William O'Neil

==================================================================================================

Istilah Saham
[Terima kasih Novita Andriani untuk sarannya agar saya membuat Halaman khusus untuk istilah-istilah saham. Inilah
halaman tersebut.]

Untuk membaca pos-pos tentang istilah saham, silahkan klik pada judul-judul di bawah ini:

 Arti Istilah Bookbuilding Saham IPO di Bursa Efek Indonesia


 Arti Istilah "Bullish" dan "Bearish" di Bursa Saham
 Arti Istilah "Cum" dan "Ex" Dividen
 Arti Istilah "Dividen" Saham
 Arti Istilah Earning Per Share (EPS)
 Arti Istilah "Lot" dan "Odd Lot" di Bursa Efek Indonesia
 Arti Istilah "IPO" di Bursa Saham
 Arti Istilah Price-to-Earnings Ratio
 Arti Istilah "Right Issue" di Bursa Saham Indonesia
 Arti Istilah Saham "Blue Chip"
 Arti Istilah Saham Trending Trendless
 Arti Istilah "Scriptless Trading" di Bursa Efek Indonesia
 Definisi "Main Saham" di Blog Ini
 Definisi Uptrend, Downtrend, Sideway
 Empat Komponen Harga Saham Yang Perlu Anda Ketahui
 Istilah "Bid" dan "Offer" Ketika Bermain Saham
 Makna "Dow Jones" Bagi Pemain Saham Indonesia
 Pasar Regular, Tunai, Negosiasi di Bursa Saham Indonesia
Arti Istilah Book-Building Saham IPO di Bursa Efek Indonesia
[Pos ini ©2011 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Book-building adalah proses penjamin emisi (underwriter) saham menentukan harga jual dengan melihat minat beli dari
institusi dan investor.

Proses book-building saham IPO di Bursa Efek Indonesia kira-kira begini: Pertama-tama, penjamin emisi mengumumkan
rentang harga book-building saham tersebut, misalnya antara Rp 750 - 1100 untuk saham Garuda Indonesia.

Langkah berikutnya, penjamin emisi mengumpulkan pernyataan minat beli dari semua calon investor. Dalam pernyataan ini
investor menyebut berapa jumlah saham yang dipesan dan di harga berapa. Harga ini harus di dalam rentang harga yang
sudah ditentukan penjamin emisi. Untuk kasus Garuda Indonesia, investor hanya boleh memasukkan harga antara Rp 750 -
1100.

Investor yang sangat berminat mendapatkan jatah saham sebanyak mungkin akan memasukkan minat beli (bid) di harga
batas atas. Kalau banyak investor memasukkan harga bid tinggi, investor yang memasukkan harga rendah kemungkinan tidak
akan mendapat jatah. Inilah sebabnya kebanyakan investor book-building memasukkan bid di harga atas.

Tindakan melakukan bid di harga tinggi beresiko rugi besar kalau si investor tidak tahu besar animo pasar terhadap saham
tersebut. Artinya begini: kalau investor memasukkan bid harga tinggi padahal saham tersebut sepi peminatnya, si investor
akan mendapat banyak jatah saham yang tidak diminati orang lain. Alhasil, harga saham akan turun waktu diperdagangkan
di bursa dan si investor rugi besar. Inilah sebabnya saya menganjurkan pemula main saham untuk TIDAK memesan saham
melalui prosess book-building. Silahkan baca pos "Cara Main Saham IPO Untuk Pemula."

Setelah mengumpulkan semua minat beli, penjamin emisi lalu menentukan harga optimum di mana saham itu akan laku.
Kalau peminat banyak, harga ditentukan di batas atas dan pemesan mendapat jatah sedikit. Kalau peminat sedikit, harga
ditentukan di batas bawah dan pemesan mungkin mendapat jatah banyak.

Harga yang ditentukan ini disebut harga penawaran umum. Semua investor membayar harga penawaran umum ini untuk
jatah saham yang didapat.

Arti “Bullish” dan “Bearish” di Bursa Saham


[Pos ini ©2010 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Mungkin anda pernah mendengar kenalan investor saham mengatakan,"Saham lagi bullish; ikutan investasi yuk," atau
"Bursa saham bearish nih, pusing." Apa sebenarnya arti Bullish dan Bearish?

Bullish adalah kata sifat (adjective), berasal dari kata bull (bahasa Inggris) yang berarti banteng. Bearish berasal dari kata bear
yang berati beruang.

Kamus American Heritage memberi penjelasan sebagai berikut:

Bullish adj. …2a. Causing, expecting, or characterized by rising stock market prices. b. Optimistic or confident

Dalam bahasa Indonesia: a. menyebabkan, mengharapkan, atau terkarakterisasi/terciri oleh naiknya harga saham. b. optimis
atau percaya diri

Bearish adj. …2a. Causing, expecting, or characterized by falling stock market prices. b. Pessimistic.
Dalam bahasa Indonesia: a. menyebabkan, mengharapkan, atau terkarakterisasi/terciri oleh turunnya harga saham. b.
pesimis.
Jadi kalau orang bilang saham sedang bullish, artinya harga saham lagi naik; kalau orang bilang saham lagi bearish, artinya
harga saham sedang turun.

Kenapa memakai istilah bull (banteng) dan bear (beruang)?

Terus terang saya tidak tahu pasti mengapa. Mungkin para pemain saham di Wall Street pada tahun 1800an menyamakan
saham yang sedang naik dengan banteng yang penuh semangat, menerjang sasaran berwarna merah. Sedangkan saham
yang sedang turun mereka umpamakan dengan beruang, yang walaupun kuat tapi di musin dingin bisa tidur berbulan-bulan.

Ada juga yang mengatakan bahwa banteng melambangkan kenaikan harga saham karena banteng menanduk musuhnya dari
bawah ke atas, sedangkan beruang melambangkan penurunan harga karena beruang mencakar musuhnya dari atas ke
bawah. Masuk akal juga.

Apapun alasannya, dari segi komunikasi perumpamaan ini berdampak positif karena membuat kata sifat pesimisme dan
optimisme mudah dikomunikasikan. Contoh: karena banteng mencerminkan optimisme, Merrill Lynch—sekuritas saham
Amerika—memakai banteng sebagai logo untuk mengkomunikasikan optimisme perusahaan.

Ada satu hal yang perlu ketahui: walaupun bear mencerminkan penurunan harga saham, tidak berarti kondisi tersebut tidak
bisa menghasilkan untung. Di bursa-bursa yang bisa melakukan short-selling (menjual saham yang dipinjam), para short-
sellers meraup untung kalau saham turun. (Secara teoritis, kita bisa short-sell di Bursa Efek Indonesia. Tapi kenyataan
lapangan lain: hampir tidak ada sekuritas saham yang mengijinkan nasabah melakukannya.)

Di Wall Street ada pepatah, "Bull makes money, bear makes money, but pig gets slaughtered." Artinya: optimis meraih
untung, pesimis meraih untung, tapi si serakah akan terjagal.

Karena tidak ada kata bahasa Indonesia yang sesingkat dan sepadat bullish dan bearish, tidak heran banyak tulisan (termasuk
blog ini) dan percakapan dalam bahasa Indonesia yang memakai kata-kata bullish dan bearish untuk mendeskripsikan kondisi
bursa saham.

Memang bullish dan bearish tidak ada definisi yang spesifik. Tapi di analisa teknikal, bullish bisa diartikan UPTREND.
Sedangkan bearish bisa diartikan DOWNTREND. Kalau anda mau tahu lebih banyak tentang trend, silahkan baca pos "Arti
Istilah Saham Trending, Trendless" dan dilanjutkan ke pos "Definisi Uptrend, Downtrend, Sideway."

Arti Istilah "Cum" dan "Ex" Dividen


[Pos ini ©2011 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

“JPFA kok langsung turun 300 perak pagi ini?” tanya Riva, seorang dealer di sekuritas saham, bingung karena saham JPFA
turun menjadi Rp 4675 dari harga Rp 4975 hari sebelumnya.

“Hari ini JPFA Ex Dividen Rp 365 ,” jawab Aniza.

Apa sebenarnya maksud Cum dan Ex dividen, atau Cum dan Ex, Cum dan Ex lainnya di pasar saham?

Cum dan Ex adalah istilah yang dipakai pelaku pasar untuk membedakan hari terakhir seorang investor masih mendapat hak
atas sahamnya dan hari berikutnya di mana hak tersebut sudah tidak berlaku. Hak yang dimaksud tersebut bisa dividen,
saham bonus, rights, dan lain-lain.

Cum = hari terakhir bursa di mana pemegang saham masih memiliki hak atas kepemilikan saham.
Ex = satu hari kerja bursa setelah Cum dan merupakan hari pertama di mana hak atas kepemilikan saham sudah
kadaluwarsa.

Mari kita lihat contoh saham JPFA yang membagikan dividen dengan jadwal berikut:

Dividen tunai: Rp 365.

Cum dividen: 30 Juni 2011

Ex dividen: 01 Juli 2011

Tanggal pembayaran: 14 Juli 2011

Dengan mengacu jadwal di atas, investor/pemain saham yang memiliki saham JPFA sampai bursa ditutup pada tanggal 30
Juni 2011 berhak mendapat dividen JPFA sebesar Rp 365. Investor/pemain saham yang membeli JPFA pada tanggal 01 Juli
2011—tanggal Ex dividen—tidak lagi berhak atas dividen tersebut.

Anda perlu memperhatikan bahwa tanggal Ex adalah selalu satu hari kerja bursa setelah hari Cum. Perhatikan pula bahwa
tanggal pembayaran dividen biasanya sekitar 10 hari kerja dari tanggal Ex dividen.

"Jadi sebenarnya berapa lama sih saya harus memegang saham JPFA untuk mendapat dividen?” tanya anda masih kurang
jelas.

Kalau anda membeli JPFA pada hari Cum dan menjual pada hari Ex, anda berhak mendapatkan dividen saham tersebut.
Artinya, walaupun anda hanya memiliki saham tersebut selama satu hari, asalkan anda memegang saham tersebut sampai
bursa tutup pada hari Cum, anda tetap berhak atas dividen.

Tiba-tiba anda mendapat ide cemerlang. “Kalau saya membeli saham pada hari Cum dan menjual pada hari Ex, saya bisa
mendapatkan keuntungan dividen dengan mudah,” begitu pikir anda.

Sayangnya, banyak pelaku pasar lain yang sudah terlebih dulu berpikiran sama dengan anda. Karena itu, yang biasa terjadi
pada hari Ex adalah harga saham tersebut akan turun sejumlah besarnya dividen.

Coba saja perhatikan saham CPIN yang Cum dividen tunai sebesar Rp 39.80 pada tanggal 16 Juni 2011; harga penutupan
pada hari itu adalah Rp 1880. Pada saat ia mulai diperdagangkan pada hari Ex—17 Juni 2011—saham tersebut turun ke 1840,
sebesar dividen yang sudah kadaluwarsa tersebut. Jadi bila anda membeli saham pada hari Cum dengan rencana
mendapatkan dividen dan lalu menjual di hari Ex, belum tentu anda akan mendapat keuntungan.

Ini tidak berarti saham tersebut tidak akan naik lagi pada hari-hari berikutnya. Sering juga terjadi saham yang turun pada hari
Ex dividen, beberapa hari kemudian kembali naik ke harga yang lebih tinggi dari harga Cum.

Coba anda perhatikan kembali saham CPIN. Pada tanggal 22 Juni 2011, tiga hari setelah hari Ex, CPIN ditutup di harga 1930.
Demikian pula JPFA. Lima hari bursa setelah Ex, tanggal 08 Juli 2011 JPFA ditutup di harga 5250.

Memang, kebanyakan saham turun harganya pada hari Ex dividen tapi ada juga saham yang malahan naik. Contohnya Astra
International, ASII. Saya ingat sudah beberapa kali saham ASII turun sedikit pada pembukaan perdagangan hari Ex dividen
lalu langsung naik ke harga yang lebih tinggi dari harga hari sebelumnya. Artinya, investor yang memilik saham ini selain
mendapatkan dividen juga langsung mendapat capital gain kalau ia menjual saham tersebut.

Intinya, tidak ada yang absolut di bursa saham. Kebanyakan saham akan turun pada hari Ex tapi ada juga yang naik. Beberapa
hari setelah Ex, ada yang saham naik lagi tapi ada juga yang terus turun. Tapi saya berharap setelah membaca pos ini anda
setidak-tidaknya tahu arti "Cum" dan "Ex" dan juga tahu alasan mengapa saham-saham Ex dividen langsung anjlok pada saat
pembukaan perdagangan.
Arti Istilah "Dividen" Saham
[Pos ini ©2011 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Dividen adalah bagian dari laba perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. Perhatikan bahwa dividen ini tidak
sama dengan laba perusahaan.

Contoh: Misalkan saja Bank Rakyat Indonesia (BBRI) membukukan laba per saham Rp 500. Ini bukan dividen. Kalau
pemegang saham BBRI memutuskan untuk membayar Rp 200 per saham dari laba tersebut kepada pemegang saham, Rp
200 inilah yang disebut dividen.

Ada perusahaan yang memutuskan tidak membagikan laba kepada pemegang saham karena perusahaan memerlukan dana
tersebut untuk, misalnya, ekspansi bisnis. Perlu anda catat bahwa perusahaaan yang membukukan untung tidak wajib
membagikan dividen. Ada atau tidaknya dividen ditentukan oleh pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS).

Dari contoh di atas anda bisa lihat bahwa dividen tidak harus sebesar laba yang dibukukan perusahaan. Ada perusahaan yang
semua labanya dibagikan sebagai dividen, ada juga perusahaan yang membagikan sebagian kecil labanya sebagai dividen.
Untuk membandingkan dividen saham satu dengan saham yang lain pelaku pasar modal mengenal istilah “Dividend Pay Out
Ratio” yang lebih sering disebut “Pay Out Ratio” saja.

Pay Out Ratio ini adalah perbandingan dividen dengan laba perusahaan saat itu. Dengan memakai contoh di atas, Pay Out
Ratio saham BBRI adalah sebagai berikut:

(Rp 200 / Rp 500) x 100% = 40%

Kalau misalkan United Tractor (UNTR) membukukan laba Rp 1000 per saham dan membagikan seluruh laba ini dalam bentuk
dividen, Pay Out Ratio saham tersebut pada tahun itu adalah:

(Rp 1000 / Rp 1000) x 100% = 100%

Peringatan: bagus tidaknya suatu saham tidak bisa diukur dari besarnya dividen. Perusahaan yang tidak membagikan dividen
bisa saja berkembang sangat pesat, perusahaan yang Peter Lynch sebut Fast Grower, sehingga harga sahamnya menanjak
cepat. Perusahaan yang membagikan dividen besar bisa saja harga sahamnya stagnan atau malah terus turun. Peter Lynch
mengkategorikan perusahaan seperti ini sebagai Slow Grower. Untuk jelasnya, silahkan baca pos "Enam Kategori Saham
Menurut Peter Lynch" dan "Investasi Saham Cara Peter Lynch di Buku “One Up on Wall Street” (Bagian II)."

Arti Istilah Earning Per Share (EPS)


[Pos ini ©2013 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Earning Per Share, biasanya disingkat EPS, artinya adalah Laba (Bersih) Per Saham.

Nah, mengapa anda perlu tahu Laba Per Saham? Andaikan anda tahu bahwa Laba keseluruhan P.T. Ciputra Development
(CTRA), misalnya, Rp 200 milyar, tidakkah informasi tersebut sudah cukup?

Tidak. Tidak cukup.

Untuk memahami mengapa tidak cukup hanya mengetahui Laba Total perusahaan, mari kita lihat ilustrasi berikut:

Ketika sedang mengendari motor menuju rumah, Roseta melihat sebuah truk penuh durian sedang berhenti di pinggir jalan.
Harum sekali aromanya. Sebagai seorang pecinta berat durian, Roseta tidak henti-hentinya menghirup dalam-dalam
semerbak buah berduri tersebut. Ia meminggirkan motornya dan menyapa si bapak pengemudi truk yang sedang duduk
santai mengisap rokok.
"Pak, duriannya dijual gak?" tanya Roseta.

"Iya, neng. Dijual." jawab si bapak.

"Satu harganya berapa, Pak?" tanya Roseta lebih lanjut.

"Satu truk penuh, saya mau jual Rp 5 juta," jawab si bapak.

"Tapi saya gak mau beli satu truk, Pak. Saya cuma mau beli beberapa biji aja," kata Roseta. "Boleh gak?"

"Boleh neng," jawab si bapak. "Tapi saya belum hitung di truk ini ada berapa durennya. Saya hitung dulu ya."

Si bapak mulai komat-kamit menghitung jumlah duriannya.

Durian satu truk tentu tidak mudah menghitungnya. Si bapak harus mengaduk-ngaduk, memindahkan, memisahkan agar
hitungannya tidak salah. Menghitung durian satu truk tersebut juga makan waktu. Tapi Roseta sabar menunggu, namanya
juga penggila durian.

Setelah bermandi keringat selama 30 menit memisahkan dan menghitung jumlah duriannya, si bapak akhirnya selesai.

"Totalnya ada 200 butir duren, neng. Karena satu truk saya mau jual Rp 5 juta, berarti satu butir saya hargai Rp 25.000.
Gimana, neng?"

Roseta, yang sudah menghirup aroma semerbak durian selama setengah jam, tidak sanggup lagi menawar.

"Mau, mau, Pak," jawaba Roseta sambil menahan air liur. "Saya ambil empat butir."

Si bapak menyeka peluh dari dahinya dan mengambilkan Roseta empat butir durian yang ditukar dengan selembar uang
seratus ribu rupiah.

"Makasi ya, Pak," kata Roseta. "Kalau dari awal bapak sudah tahu berapa harga durian per biji--bukan per truk--semuanya
jadi lebih mudah dan cepat."

"Iya sih, neng," jawab si bapak. "Bos tadi cuma bilang bahwa duren satu truk ini harus dijual seharga Rp 5 juta. Saya tidak
dikasitahu harga per biji. Jadi repot ya, neng."

Dari ilustrasi di atas anda melihat bahwa untuk pembeli eceran, informasi harga per biji durian mempermudah dan
mempercepat proses jual-beli dibandingkan informasi harga per truk.

Nah, kalau kita bicara dalam konteks saham, hitungan per biji durian adalah seperti hitungan Laba Per Saham, sedangkan
hitungan per truk adalah seperti hitungan Laba Total.

Sebagai pemain saham, anda tidak membeli perusahaan secara keseluruhan, sama seperti Roseta tidak membeli durian
sejumlah satu truk. Anda membeli hanya dalam hitungan lembar saham, sama seperti Roseta yang membeli hanya beberapa
butir durian.

Kesimpulannya: Laba Total perusahaan tidak ada salahnya anda ketahui; tapi sebagai investor saham, yang lebih penting
untuk anda ketahui adalah Laba Per Saham. Jadi, ketika anda melihat laporan keuangan perusahan, langsung cari informasi
Laba Bersih Per Saham, bukan Laba Bersih Total.

Pertanyaan berikut: bagaimana menghitung Earning Per Share (EPS) suatu perusahaan?
Tidak sulit.

Earning Per Share (EPS) = Total Laba / Jumlah saham

Misalkan Total Laba P.T. Alam Sutera Realty (ASRI) Rp 100 Milyar dan saham ASRI jumlahnya 2 milyar lembar.

Earning Per Share (EPS) ASRI = Rp 100 Milyar / 2 milyar


= Rp 50.

Wah, ngitungnya sih mudah, pikir anda. Tapi repot juga kalau harus mencari informasi jumlah saham setiap perusahaan.

Tidak perlu repot.

Untuk semua perusahaan yang sudah go-public, kita tidak perlu mencari informasi jumlah saham yang diterbitkan
perusahaan untuk menghitung sendiri Earning Per Share. Mengapa? Karena data Earning Per Share sudah dikalkulasikan oleh
perusahaan untuk investor. Jadi, pada setiap laporan keuangan, perusahaan tidak saja mempublikasikan data Laba Total ,
tapi juga data Laba Per Saham.

Sekarang anda sudah tahu apa arti Earning Per Share dan mengapa bagi pemain saham informasi Laba Per Saham lebih
spesifik daripada Laba Total. Tapi masih ada alasan-alasan lain mengapa Earning Per Share (EPS) adalah informasi yang
penting bagi para investor saham. Silahkan lanjut baca ke pos "Mengapa Perlu Tahu Earning Per Share? Bagian I."

Arti Istilah "Lot" dan "Odd Lot" di Bursa Efek Indonesia


[Pos ini ©2011 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Lot adalah istilah pemain saham untuk satuan volume saham. Saat ini, satu lot di Bursa Efek Indonesia (BEI) sama dengan
500 lembar saham.

Di BEI semua order jual dan beli di pasar regular harus dalam besaran lot. Kalau anda mau beli, anda harus beli minimum
satu lot; kalau anda mau jual, anda harus jual minimum satu lot. Pada bid dan offer saham di Order Book, yang biasanya
tertera adalah besaran lot, bukan lembar saham. Jadi kalau volume bid tertera 12800 itu artinya 12800 lot, bukan lembar.

Sekarang anda sudah tahu bahwa satu lot di BEI artinya 500 lembar saham. Nah, apa yang dimaksud dengan “Odd Lot”?

Kalau diterjemahkan secara harafiah “Odd” artinya aneh, jadi “Odd Lot” artinya lot yang aneh. Di mana letak keanehan ini?

Arti sebenarnya dari “Odd Lot” adalah jumlah saham yang tidak genap satu lot, alias tidak sampai 500 lembar. Ini berarti
kalau anda punya saham sejumlah 280 lembar, saham ini dikategorikan “Odd Lot.” Kalaupun anda punya 499 lembar—
kurang satu lembar dari 500—saham ini tetap “Odd Lot.”

Permasalahan dari saham “Odd Lot” adalah anda tidak bisa menjualnya di pasar regular. Mengapa? Karena seperti telah saya
sebut di atas, semua order jual dan beli (bid dan offer) di pasar regular harus dalam besaran minimum satu lot. Jadi kalau
anda hendak mentransaksikan saham “Odd Lot” anda harus melakukannya di pasar non-regular. Kalau anda ingin tahu
prosesnya lebih lanjut, silahkan tanyakan kepada broker anda.

Kalau anda tipe pemikir, anda mungkin bertanya-tanya,”Kalau saya tidak pernah membeli saham dalam jumlah ‘Odd Lot,’
bagaimana mungkin saham saya bisa jadi ‘Odd Lot’?” Pertanyaan yang sangat baik.

Jumlah saham anda bisa menjadi “Odd Lot” biasanya karena aksi korporasi (corporate action) emiten. Aksi korporasi ini
misalnya bonus saham dan right-issue. Misalkan saham BRPT melakukan aksi korporasi memberikan bonus saham dengan
rasio 500 saham lama mendapat 110 saham bonus. Kalau anda memiliki 5000 lembar saham (10 lot) anda akan mendapat
1100 saham bonus (2 lot plus 100 lembar). Seratus lembar saham sisa inilah yang menjadi saham “Odd Lot.”

Perlu anda perhatikan bahwa besaran jumlah saham per lot ini tidak sama pada tiap bursa. Di Amerika Serikat, satu lot sama
dengan 100 lembar saham. Jadi kalau anda bertransaksi di bursa di luar Indonesia, periksa dulu berapa jumlah saham per lot.

Pernah juga satuan lot dibedakan berdasarkan jenis saham. Contohnya: setelah krisis moneter tahun 1997, Bursa Efek
Jakarta pernah membedakan satuan lot untuk saham perbankan dan lot untuk saham-saham lain. Pada saat itu satu lot
saham perbankan = 5000 lembar saham, sedangkan satu lot saham non-perbankan = 500 lembar.

Arti Istilah "IPO" di Bursa Saham


[Pos ini ©2011 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

"IPO" adalah singkatan dari Initial Public Offering, atau dalam bahasa Indonesia, Penawaran Umum Perdana. Dengan kata
lain, "IPO" adalah kali pertama masyarakat umum bisa membeli saham perusahaan tersebut. Sebelum "IPO" ini, saham
belum diperdagangkan di bursa.

Dengan melakukan IPO sebuah perusahaan mendapat dana segar dengan menjual sahamnya kepada publik dan saham
tersebut seterusnya akan diperdagangkan di bursa.

Siapa yang boleh membeli saham "IPO"?

Semua warga negara Indonesia yang punya uang boleh membeli (memesan) saham IPO di Indonesia. Untuk saham yang
ramai peminat, janganlah terlalu berharap akan mendapat jatah sesuai pesanan karena jumlah saham yang anda dapat bisa-
bisa hanya 1% atau kurang dari jumlah yang anda pesan.

Investor bisa memilih membeli saham tersebut pada saat IPO atau membeli setelah saham diperdagangkan di bursa.
Perhatikan bahwa jika anda membeli saham yang telah diperdagangkan di bursa, anda membeli dari investor yang sudah
membeli saham tersebut sebelumnya, yang artinya transaksi anda tersebut tidak masuk ke kas perusahaan.

Kalau dibandingkan dengan membeli mobil, membeli saham IPO adalah ibarat membeli mobil baru langsung dari dealer
mobil baru; membeli saham di bursa adalah ibarat membeli mobil second dari penjual mobil bekas.

Arti Istilah Price-to-Earnings Ratio


[Pos ini ©2013 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Saat anda mulai belajar analisa fundamental saham, istilah pertama yang sering anda jumpai adalah Price-to-Earnings Ratio
(yang biasanya disingkat PE Ratio atau PER). Di pos ini saya mencoba menjelaskan apa makna Price-to-Earnings Ratio,
bagaimana cara menghitung, dan mengapa perlu tahu PE Ratio ini.

Siap?

Ayo kita mulai.

Arti Price-to-Earnings Ratio

Apa arti Price-to-Earnings Ratio?


Price = harga.

Earning = laba

Ratio = perbandingan

Kalau kita terjemahkan Price-to-Earnings Ratio artinya adalah perbandingan harga terhadap laba. Kalau kita tulis dalam
rumus matematika:

Price-to-Earnings Ratio (PER) = Price/Earning

Pertanyaan berikutnya: Harga apa dan laba apa?

Jawaban: Harga saham dan Laba per saham.

Jadi, Price-to-Earnings Ratio atau PE Ratio atau PER adalah perbandingan harga saham terhadap laba per saham.

Price-to-Earnings Ratio (PER) = Harga Saham/Laba Per Saham

(Kalau anda belum tahu detil arti Laba Per Saham/Earning Per Share, silahkan baca pos "Arti Istilah Earning Per Share" dan
pos "Mengapa Perlu Tahu Earning Per Share?")

Cara Menghitung Price-to-Earnings Ratio

Ada baiknya kita pakai contoh.

Misalkan:
Harga saham ANTM = Rp 1000.
Laba Per Saham ANTM = Rp 50.

PE Ratio ANTM = Harga saham / Laba per saham


= Rp 1000 / Rp 50
= 20

Jadi, pada contoh ini PER ANTM adalah 20.

Mengapa Perlu Tahu PE Ratio

Setelah tahu cara menghitung PE Ratio suatu saham, pertanyaan penting berikutnya adalah: kenapa perlu menghabiskan
waktu untuk mencari tahu PER saham?

Apakah ada tujuan dan gunanya? Jangan-jangan PER ini hanya jargon pemain saham untuk membingungkan orang awam?

Tidak begitu. PER adalah salah satu konsep dasar main saham yang harus anda pahami.

Mari kita lihat Tabel 1 di bawah ini.


Tabel 1. Harga Saham dan Laba Per Saham

Mengacu pada data-data di Tabel 1, harga saham perusahaan mana yang paling murah menurut anda kalau kita
membandingkan laba perusahaan-perusahaan tersebut?

Membandingkan saham A dan saham B tidak sulit karena harga kedua saham tersebut sama. Anda mungkin masih ingat dari
pos "Mengapa Perlu Tahu Earning Per Share (Bagian II)" bahwa kalau harga saham sama, saham yang lebih murah
(berdasarkan laba) adalah saham yang Laba Per Sahamnya lebih tinggi.

Nah, karena Laba Per Saham B (Rp 80) lebih tinggi dari Laba Per Saham A (Rp 50) ini berarti saham B lebih murah dari saham
A.

Tapi bagaimana cara membandingkan saham A dan B dengan saham C yang harganya berbeda? Kalau anda membandingkan
langsung Laba Per Saham dari saham-saham yang harganya berbeda, anda ibaratnya membandingkan apel dengan jeruk,
suatu perbandingan yang tidak benar.

So, bagaimana cara yang benar?

Cara membandingkan yang benar adalah dengan membandingkan apel dengan apel dengan apel. Artinya, si jeruk (saham C)
harus anda sulap dulu menjadi apel.

Lho, gimana maksudnya?

Maksudnya, anda harus mengumpamakan saham C harganya sama dengan saham A dan B (Rp 1000) dan mencari tahu
berapa Laba Per Saham C pada harga yang sama tersebut.

Bingung?

Mari kita telusuri perlahan-lahan.

Data di Tabel 1 menyatakan bahwa harga saham C Rp 6000 dan Laba Per Saham C Rp 400. Karena harga saham A dan B
adalah Rp 1000, anda harus menyulap harga saham C menjadi Rp 1000 juga.

Tapi harus anda ingat bahwa dengan merubah harga saham C menjadi Rp 1000 anda harus juga menyesuaikan Laba Per
Saham C dengan perubahan harga sahamnya.

Nah, kalau anda mengumpamakan harga saham C Rp 1000, berapakah Laba Per Sahamnya?

Merubah saham C yang harganya 6000 menjadi 1000 berarti 6000 harus dibagi 6.

6000/6 = 1000

Ini berarti, kalau saham C adalah Rp 1000, Laba Per Saham C harus juga anda sesuaikan dengan dibagi 6.
400/6 = 66.67

Ini berarti kalau saham C harganya Rp 1000, Laba Per Sahamnya adalah Rp. 66.67.

Silahkan lihat Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Harga Saham Disamakan, Laba Per Saham, PE Ratio

Karena harga saham di Tabel 2 ini semuanya sama, anda bisa membandingkan ketiga saham tersebut karena anda
membandingkan apel dengan apel dengan apel.

Oce, oce, saya mulai mengerti, kata anda. Tapi sulit juga ya kalau harus menyamakan harga semua saham-saham yang
hendak kita bandingkan?

Nah di sinilah Price-to-Earnings Ratio akan beraksi.

Coba anda lihat Tabel 3 di bawah ini yang adalah Tabel 1 dengan tambahan baris PE Ratio.

Tabel 3. Harga Saham, Laba Per Saham, PE Ratio

Anda bisa lihat di Tabel 3 bahwa PE Ratio A adalah 20, PE Ratio B 12.5, PE Ratio C 15.

Coba anda bandingkan angka-angka PE Ratio di Tabel 2 dengan PE Ratio di Tabel 3.

Di Tabel 2 PE Ratio A adalah 20, PE Ratio B 12.5, PE Ratio C 15.

Baik di Tabel 2 maupun di Tabel 3 angka-angka PE Ratio sama persis.

Apa artinya?

Artinya, dengan menghitung Price-to-Earnings Ratio anda tidak perlu lagi menyamakan harga saham-saham yang anda
bandingkan untuk membandingkan Laba Per Saham dari saham-saham tersebut. (Perhitungan PE Ratio ini secara tidak
langsung sudah menyulap harga saham menjadi sama.)

Dengan kata lain, anda bisa langsung membandingkan saja PE Ratio dari saham-saham yang hendak anda bandingkan Laba
Per Sahamnya karena perbandingan PE Ratio adalah cermin dari perbandingan Laba Per Saham secara apel dengan apel.

Jadi, kata anda, saya harus menghitung PE Ratio untuk semua saham yang mau saya bandingkan?

Tidak perlu.

Data PE Ratio biasanya sudah dikalkulasikan untuk anda dan bisa anda cari di informasi fundamental perusahaan.

Sekarang anda sudah tahu kegunaan PE Ratio. Tapi bagaimana cara memakai PE Ratio dalam investasi saham? Silahkan
lanjut baca ke pos "Cara Membandingkan PE Ratio Saham." [belum terbit.]

Arti Istilah "Right Issue" di Bursa Saham Indonesia, Bagian I


[Pos ini ©2012 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

"Right issue" adalah aksi korporasi yang dalam bahasa Indonesia disebut Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD). Apa
sebenarnya "right issue" ini , bagaimana ikut serta "right issue" dan apa pengaruhnya bagi pemain saham?

Apa Itu "Right Issue"

Kata "right" pada "right issue" adalah bahasa Inggris yang artinya adalah "hak," bukan "right" yang berarti "kanan" bukan
juga "right," yang artinya "benar, betul." "Issue" artinya "menerbitkan." Jadi kalau diterjemahkan kata per kata dari bahasa
Inggris, "right issue" artinya "menerbitkan hak."

Pertanyaan selanjutnya: siapa yang menerbitkan "right"? Hak apa yang diterbitkan? Siapa yang berhak mendapat "right"?
Mengapa "right issue"? Apa dampaknya?

Siapa Yang Menerbitkan "Right"

"Right" diterbitkan oleh perusahaan setelah mendapat persetujuan dari mayoritas pemegang saham. Artinya, "right issue"
adalah aksi yang dipilih dilakukan oleh pemegang saham mayoritas. Kalau anda adalah pemegang saham jumlah kecil, anda
mau tidak mau harus ikut keputusan mayoritas pemegang saham.

Hak Apa Yang Diterbitkan

Yang diterbitkan adalah hak ("right") memesan saham baru yang akan dijual oleh perusahaan. Yang boleh membeli saham
baru ini adalah orang-orang yang memiliki "right." Tidak punya right, tidak bisa beli saham baru.

Dengan kata lain, yang boleh membeli saham baru (menyetor modal tambahan) adalah pemegang saham lama. Kalau anda
bukan pemegang saham, anda tidak boleh ikut beli saham baru.

Coba anda bandingkan "right issue" dengan "IPO" dengan membaca pos "Arti Istilah 'IPO' di Bursa Saham."

Siapa yang Berhak Mendapat "Right"

Yang mendapat "right" adalah pemegang saham yang memiliki saham sampai hari EX "right issue." (Untuk mengerti istilah
"ex, " silahkan klik dan baca pos "Arti Istilah 'Cum' dan 'Ex' Dividen.") Persentase "right" yang mereka miliki adalah sama
dengan persentase kepemilikan saham mereka pada perusahaan.
Mengapa "Right Issue"

Tujuan "right issue" adalah menambah modal perusahaan. Mengapa perlu menambah modal perusahaan? Mari kita lihat
ilustrasi berikut.

Aletta dan Mirnia pada tahun 2010 masing-masing menyetor modal sebesar Rp 50 juta (total Rp 100 juta) untuk berkongsi
berdagang pakaian wanita di pasar Cengkareng. Dalam dua tahun ini, toko mereka padat dikunjungi pembeli. Sukses toko ini
mendorong Aletta dan Mirnia untuk membuka toko kedua di pasar Bojong.

Masalahnya, untuk membuka toko di Bojong ini mereke butuh modal Rp 100 juta, sedangkan kas perusahaan (dari laba yang
didapat selama dua tahun ini) cuma ada Rp 40 juta. Artinya, mereka butuh suntikan modal Rp 60 juta. Kalau dilakukan di
bursa saham, proses suntikan modal inilah yang disebut "right issue."

Dampak "Right Issue"

"Right Issue" berdampak pada PERSENTASE kepemilikan saham.

Perhatikan: pada tahun 2010 Aletta dan Mirnia masing-masing memiliki 50% saham pada toko mereka. Kepemilikan 50% ini
memberi mereka "hak memesan" 50% saham baru yang akan mereka terbitkan.

Dalam konsep "right issue" besarnya hak memesan saham baru adalah sama dengan PERSENTASE kepemilikan pada saat itu.
Kalau memiliki 50% saham berarti berhak membeli sampai dengan 50% saham baru; kalau memiliki 10% saham berarti
berhak membeli sampai dengan 10% saham baru.

Pada contoh di atas, Aletta dan Mirnia masing-masing berhak memesan sampai dengan 50% saham baru (50% dari Rp 60
juta = @ Rp 30 juta). Kalau mereka masing-masing menyetor Rp 30 juta, kepemilikan saham mereka dalam struktur baru
tetaplah sama.

Satu hal yang sangat penting: Pemegang saham lama mempunyai "hak memesan" saham baru tapi ini adalah hak, bukan
kewajiban. Artinya mereka boleh saja TIDAK menggunakan hak mereka.

Jadi misalnya Mirnia hanya mau menyetor Rp 10 juta dan memberikan hak yang tidak ia gunakan ke Aletta. Ini berarti Aletta
menyetor Rp 30 juta haknya dan Rp 20 juta dari hak yang dialihkan Mirnia, total Rp 50 juta. Ini berarti Mirnia melepaskan
sebagian haknya yang menyebabkan PERSENTASE kepimilikannya mengecil.
Karena tidak menggunakan "hak memesan" sepenuhnya, Mirnia yang semulanya memiliki 50% saham, setelah "right issue"
hanya memiliki 37.5% saham.

Ilustrasi di atas adalah contoh "right issue" ketika pemegang saham hanya dua orang. Di bursa saham, pemegang saham
jumlahnya ribuan atau lebih. Tapi konsepnya sama. Kalau anda menggunakan semua "hak memesan" anda, persentase
kepemilikan saham anda tetap sama. Kalau anda tidak menggunakan semua "hak memesan" anda, persentase kepemilikan
saham anda akan terdilusi/mengecil.

Sekarang anda sudah tahu apa itu "right issue," mengapa "right issue" dilakukan, dan dampaknya bagi pemilik modal. Tapi
bagaimana cara main "right issue" di Bursa Saham Indonesia? Silahkan lanjut baca ke pos "Arti 'Right Issue' di Bursa Saham
Indonesia, Bagian II." [Belum terbit. Mohon berkunjung kembali.

Arti Istilah Saham "Blue-Chip"


[Pos ini ©2011 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Ketika anda membaca ulasan tentang saham, anda mungkin pernah menjumpai istilah saham “blue-chip.” Mungkin anda
bertanya-tanya, “blue-chip” ini sebenarnya perusahaan apa sih. Mari kita bersama-sama menelusuri, perusahaan apakah si
“blue-chip” ini.

Menurut kamus Oxford-American:

Blue-chip = adj. denoting companies or their shares considered to be reliable investment …

Dalam bahasa Indonesia “blue-chip” kira-kira artinya: saham terpercaya atau berkapitalisasi besar yang dianggap sebagai
investasi yang relatif aman.

Anda bisa lihat bahwa definisi ini tidak spesifik. Perusahaan bagaimana yang bisa disebut “terpercaya”? Seberapa besar
“berkapitalisasi besar” suatu perusahaan agar ia dapat dikategorikan “ blue-chip”? Terus terang, tidak ada patokan dan
angka yang jelas untuk ini.

Di Bursa Efek Indonesia, saham-saham yang biasa dikategorikan “blue-chip” adalah perusahaan-perusahaan besar yang
dikenal segenap masyarakat. Beberapa di antaranya:

Astra International (ASII)

Bank Mandiri (BMRI)

Bank BRI (BBRI)

International Nickel (INCO)

Indofood Sukses Makmur (INDF)

Perusahaan Gas Negara (PGAS)

Perusahaan Tambang Batu Bara (PTBA)

Unilever (UNVR)

Kebanyakan perusahaan “blue-chip” di Bursa Efek Indonesia adalah BUMN, tapi tidak semua BUMN masuk kategori “blue-
chip.” Indofarma (INAF), Kimia Farma (KAEF), Kertas Basuki Rahmat (KBRI) adalah BUMN tapi pasar tidak menganggap
perusahaaan-perusahaan tersebut sebagai “blue-chip.”
Bagaimana dengan Bumi Resources (BUMI)? Apakah ia layak dikategorikan “blue-chip”?

Kalau ditelaah dari kapitalisasi pasar, BUMI seharusnya termasuk “blue-chip.” Dilihat dari volume dan aktivitas transaksi
saham tersebut yang cukup ramai, BUMI juga seharusnya dikategorikan “blue-chip.” Tapi saya merasa ada sebagian pemain
saham Indonesia yang tidak setuju dengan pendapat ini. Jadi, saya memutuskan bahwa kategori BUMI adalah “semi blue-
chip.”

Intinya, ketika berbicara tentang saham “blue-chip,” anda harus terlebih dahulu menyamakan persepsi. Yang anda anggap
“blue-chip” belum tentu dianggap “blue-chip” oleh pialang saham anda. Yang disebut “blue-chip” oleh seorang analis saham,
belum tentu dianggap “blue-chip” oleh analis lain.

Arti Istilah Saham Trending Trendless, Bagian I


[Pos ini ©2013 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Anda mungkin pernah mendengar istilah "The trend is your friend" (tren adalah sahabat kamu). Mungkin anda juga pernah
membaca kalimat "Don't fight the trend" (janganlah melawan tren).

Nah, apa sebenarnya si "trend" ini? Mengapa ia begitu hebatnya sehingga anda sebaiknya bersahabat dengan dia dan jangan
sekali-kali coba melawan dia?

Pada pos ini saya akan membahas trend dan artinya dan mengapa anda perlu memahami hal ini.

Ayo kita mulai.

Arti Trend Ketika Bermain Saham

Trend ketika bermain saham bisa kita artikan sebagai pergerakan harga saham. Pergerakan harga saham ini secara garis
besar bisa dibagi lagi menjadi dua:

1. Trending
2. Trendless

Apa artinya Trending dan Trendless ini?

Trending

trending = trend + ing

Dalam bahasa Inggris, kata kerja yang ditambahkan akhiran -ing mengartikan kata kerja tersebut sedang terjadi.

eat = makan
eating = sedang makan

sleep = tidur
sleeping = sedang tidur

trend = cenderung
trending = sedang cenderung

So, trending artinya sedang ada trend-nya, atau dengan kata lain sedang cenderung.
Saham yang trending, yang sedang cenderung bisa kita bagi dua lagi:

a. Sedang cenderung naik. Dalam bahasa Inggris disebut UPTREND.

b. Sedang cenderung turun. Dalam bahasa Inggris disebut DOWNTREND.

Trendless

trendless = trend + less

Dalam bahasa Inggris, kata benda yang ditambahkan akhiran -less mengartikan bahwa benda itu tidak ada, atau tanpa benda
itu.

brand = merek
brandless = tanpa merek

care = hati-hati, perhatian


careless = tidak hati-hati, ceroboh

trend = kecenderungan
trendless = tidak ada kecenderungan

Jadi, trendless artinya TIDAK ADA trend, tidak ada kecenderungan.

Maksudnya gimana nih?

Tidak ada kecenderungan berarti tidak cenderung naik tapi juga tidak cenderung turun. Artinya: tidak ada kecenderungan
yang dominan: saham naik sedikit, lalu turun; atau turun sedikit, lalu naik. Dan hal ini terjadi berulang-ulang. Dalam bahasa
Inggris, kondisi trendless ini biasa disebut sideway yang juga bisa diartikan bergerak dalam kisaran.

OK, sekarang anda sudah tahu arti Trending (uptrend, downtrend) dan Trendless (sideway). Apakah ada gunanya tahu ini?
Apa pentingnya?

Silahkan lanjut baca ke pos "Arti Istilah Saham Trending Trendless, Bagian II."

Arti Istilah "Scriptless Trading" di Bursa Efek Indonesia


[Pos ini ©2012 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

{Terima kasih YP untuk informasinya dan scan contoh warkat saham sehingga saya dapat menulis blog ini.}

Pada tahun 2000, Bursa Efek Jakarta (sebelum berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia) mulai melaksanakan
perdagangan saham tanpa warkat alias "scriptless trading." Sebenarnya apa yang dimaksud dengan "scriptless trading" ini?

Untuk mengerti apa itu "scriptless trading," lebih mudah kalau anda mengetahui terlebih dulu kebalikan dari "scriptless
trading" yaitu "scriptful trading" alias perdagangan dengan warkat.
Perdagangan dengan warkat ("scriptfull trading")

Sebelum tahun 2000, perdagangan saham di Bursa Efek Jakarta dilakukan dengan menggunakan warkat. Apakah warkat itu?

Warkat adalah selembar kertas bukti kepemilikan suatu saham. Kalau saham kita bandingkan dengan rumah, warkat saham
adalah sertifikat rumah. Setelah kita membeli saham, kita akan mendapat warkat--atau sertifikat saham--sebagai bukti
bahwa kita adalah pemilik sah saham tersebut. Warkat ini bisa anda simpan sendiri atau bisa juga disimpan di perusahaan
broker saham di mana anda membeli saham tersebut.

Contoh Warkat/Sertifikat Saham INCO

Ketika perdagangan dengan warkat ("scriptful trading") masih berlangsung, setiap sore setelah pasar tutup, pegawai "back-
office" broker saham harus menyiapkan warkat saham-saham yang dijual oleh pemain saham pada hari itu untuk diserahkan
kepada Kliring Deposit Efek Indonesia (KDEI) beberapa hari kemudian. Pada saat menyerahkan warkat saham yang dijual
pemain saham, sekuritas saham akan menerima warkat saham-saham yang dibeli investor pada hari yang sama.
Contoh Warkat/Sertifikat Saham Rig Tenders

Bisa anda bayangkan betapa ruwetnya proses ini. Dan sangat memakan waktu. Kalau di perusahaan broker ada 100 investor
yang masing-masing membeli satu saham yang berbeda, petugas "back-office" harus menyortir warkat saham-saham ini.
Masalahnya, jumlah lembar saham di setiap warkat tidak selalu sama. Bisa 100 lembar, bisa 500 lembar (satu lot), bisa juga
angka-angka lainnya. Tidak heran kalau pada masa "scriptful trading" karyawan "back-office" perusahaan sekuritas sering
pulang jam 12 malam.

Dengan bertambahnya jumlah pemain saham dan juga bertambahnya saham yang diperdagangkan di bursa, penggunaan
warkat menjadi penghambat kelancaran perdagangan saham. Itulah sebabnya Bursa Efek Jakarta memutuskan untuk
menghapus perdagangan dengan warkat dan menggantinya dengan "scriptless trading" (perdagangan tanpa warkat).
Perdagangan tanpa warkat ("scriptless trading")

Kalau transaksi dengan warkat ("scriptful trading") kita samakan dengan transaksi memakai uang tunai, transaksi tanpa
warkat ("scriptless trading") adalah transaksi melalui transfer bank. Uangnya tetap berpindah-tangan, tetapi pada transaksi
transfer bank, uang tersebut langsung didebit dari rekening pengirim dan dikredit ke rekening penerima secara elektronik.
Tidak ada pertukaran uang tunai dalam proses tersebut.

Dengan dilaksanakannya "scriptless trading," pegawai "back-office" perusahaan broker saham tidak perlu lagi menyortir
warkat-warkat saham yang diperjualbelikan nasabahnya. Saham yang dibeli nasabah akan dikredit dan saham yang dijual
akan didebit oleh Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) secara elektronik ke rekening perusahaan sekuritas. Perusahaan
sekuritas saham kemudian akan mengkredit dan mendebit saham ke sub-rekening investor di perusahaan tersebut. Mudah
dan praktis.

Tapi kemudahan dan kepraktisan ini ada kelemahannya. Apa bukti bagi nasabah/investor saham bahwa mereka adalah
pemilik sah dari saham yang mereka beli dan sudah dibayar? Tanpa warkat, bukti kepimilikan hanya dalam bentuk elektronik
dan hanya bisa diakses perusahaan broker saham. Bisa saja perusahaan broker saham tidak mengkredit kepimilikan saham
kepada pemilik yang sah.

Rekening AKSES (Acuan Kepemilikan Sekuritas)

Untuk menghapus kekhawatiran seperti disebut di atas, setiap pemilik rekening perdagangan saham sekarang diharuskan
juga mempunyai rekening AKSES (Acuan Kepemilikan Sekuritas) di KSEI. Dengan adanya rekening AKSES ini, KSEI akan
langsung mengkredit dan mendebit saham yang diperjualbelikan investor ke rekening AKSESnya, bukan lagi ke rekening atas
nama perusahaan broker saham. Dan investor bisa mengecek sendiri saham-saham yang ia miliki melalui internet.

Dengan adanya AKSES, investor saham dapat berinvestasi dengan tenang di Bursa Efek Indonesia tanpa harus khawatir kalau
saham-sahamnya akan dibawa kabur oleh perusahaan broker nakal.

Saya simpulkan bahwa "Scriptless trading" tidak hanya mengurangi beban pekerjaan "back-office" perusahaan broker, tapi
juga memberi rasa aman kepada investor, dan juga memberi kemudahan dan kepraktisan bagi investor untuk mengetahui
status kepemilikan sahamnya.

Definisi "Main Saham" di Blog Ini


[Pos ini ©2010 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Saya memakai frase main saham untuk mengartikan segala sesuatu yang berhubungan dengan jual-beli saham, termasuk
investasi jangka pendek sampai jangka panjang, termasuk trading harian ataupun trading mingguan (swing trading), juga
termasuk aksi korporasi (IPO, right issue, dll).

Saya pribadi lebih menyukai frase dagang saham atau jual-beli saham karena kata main berkonotasi santai dan menghibur.
Tetapi di dunia bisnis, kata main sering dipakai sebagai euphemisme kata bisnis atau dagang. Pedagang tekstil bilang dia
main tekstil, pebisnis elektronik ngakunya main elektronik. Kalau pebisnis aja lebih memilih kata main untuk menyebut
profesinya, saya rasa pedagang saham tidak keberatan disebut pemain saham.

Ada yang menganjurkan mengganti frase main saham dengan investasi saham. Walaupun maksud mereka baik, tetapi saya
tidak setuju. Investasi memang berkonotasi positif tetapi kata investasi biasanya diartikan investasi jangka panjang
berdasarkan analisa fundamental. Padahal, banyak juga orang main saham cepat (alias trading) dan banyak juga orang yang
membeli saham tanpa analisa apapun (spekulasi murni). Artinya, main saham mencakup investasi saham tetapi investasi
saham tidak mencakup cara main saham yang lain.
Jadi di blog ini, main saham berarti semua jenis jual-beli saham, dari jangka sangat panjang sampai sangat pendek, dengan
atau tanpa analisa.

Definisi Uptrend, Downtrend, Sideway (Bagian I)


[Pos ini ©2013 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Sebelum membaca pos ini sebaiknya anda membaca dulu pos "Arti Istilah Saham Trending Trendless."

Anda masih ingat dong arti istilah Trending (Uptrend, Downtrend) dan Trendless?

Trending = sedang cenderung.


Uptrend = sedang cenderung naik.
Downtrend = sedang cenderung turun.
Trendless/Sideway = tidak ada kecenderungan.

OK, anda sudah tahu arti kata-kata tersebut . Tapi bagi pemain saham, arti-arti tersebut tidak banyak manfaatnya karena
terlalu umum, terlalu luas.

Dalam analisa teknikal, yang kita perlukan bukan hanya arti kata-kata tersebut. Yang kita perlukan adalah definisi yang
spesifik.

Nah, apa sebenarnya definisi istilah Uptrend, Downtrend, Trendless/Sideway dalam analisa teknikal?

Yuk kita cermati satu-per-satu.

Uptrend

Di buku Technical Analysis of the Financial Market, John J. Murphy memberikan definisi berikut:

An uptrend is a series of successively higher peaks and trough.

Uptrend adalah serangkaian puncak yang lebih tinggi (higher peaks) dan lembah yang lebih tinggi (higher trough).

Menurut saya, definisi ini belum cukup spesifik. Serangkaian ini berapa banyak? Tidak jelas.

Maka dari itu, saya mencoba mendefinisikannya sebagai berikut:

Uptrend adalah serangkaian puncak yang lebih tinggi dan lembah yang lebih tinggi dengan MINIMUM dua puncak yang
lebih tinggi DAN MINIMUM dua lembah yang lebih tinggi.
Dengan kata lain, kondisi lebih tinggi (higher) MINIMUM ada EMPAT (DUA puncak lebih tinggi ditambah DUA lembah lebih
tinggi).

Untuk lebih jelas, silahkan lihat Figure 1 di bawah.

Figure 1. Uptrend: Serangkaian Higher Peak dan Higher Trough

Mau tahu definisi Downtrend? Silahkan lanjut baca ke pos "Definisi Uptrend, Downtrend, Sideway (Bagian II)."

Empat Komponen Harga Saham Yang Perlu Anda Ketahui


[Pos ini ©2011 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

“BNII harganya berapa,” tanya Barli kepada pialangnya.

“Bid 3800, Offer 3825, Pak,” jawab si pialang.

“Bid BBNI 3800 sebanyak 200 lot,” perintah Barli.

Begitu kira-kira percakapan pemain saham dengan pialangnya ketika ia melakukan Bid atau Offer suatu saham.

Memang, sebelum memutuskan membeli atau menjual saham, anda harus tahu posisi Bid dan Offer saham tersebut. (Untuk
lebih jelas tentang arti Bid dan Offer, silahkan baca pos “Istilah ‘Bid’ dan ‘Offer’ Ketika BermainSaham.”) Tapi bid dan offer ini
hanyalah satu dari empat komponen harga saham.

Keempat komponen harga saham adalah: OPEN, HIGH, LOW, CLOSE. Mari kita telaah komponen-komponen tersebut.
OPEN

OPEN adalah harga transaksi pertama suatu saham pada hari bersangkutan. Yang dimaksud transaksi adalah jual-beli yang
sudah terjadi, yang bahasa Inggrisnya adalah trade done atau order matched. Kalau pada tanggal 1 Juli 2011 saham INDS
ditransaksikan pertama kali pada harga Rp 4950, harga 4950 inilah yang disebut harga OPEN.

Perhatikan: harga OPEN tidak harus sama dengan harga terakhir (CLOSE/LAST) pada hari sebelumnya. Sebagai contoh: UNTR
pada tanggal 28 Juni 2011 ditutup di harga Rp 23.650, sedangkan pada tanggal 29 Juni UNTR OPEN di harga Rp 23.900.

HIGH

HIGH adalah harga tertinggi yang dicapai suatu saham pada saat/hari itu. Ketika perdagangan saham masih berlangsung,
harga HIGH adalah harga tertinggi pada saat itu. Hanya ketika bursa sudah tutup, harga HIGH adalah harga tertinggi untuk
hari itu.

LOW

LOW adalah harga terendah yang dicapai suatu saham pada saat/hari itu. Ketika transaksi saham masih berjalan, harga LOW
adalah harga terendah pada saat itu. Ketika bursa tutup, harga LOW adalah harga terendah untuk hari itu.

CLOSE/LAST

CLOSE--sering juga disebut LAST-- adalah harga transaksi terakhir suatu saham pada saat/hari itu. Ketika perdagangan saham
masih berlangsung, harga CLOSE adalah harga terakhir yang terjadi sampai saat itu.

Harga CLOSE ini biasanya adalah harga Bid atau harga Offer pada saat itu, tergantung apakah transaksi terakhir terjadi di
harga Bid atau harga Offer. Ketika bursa sudah tutup, harga CLOSE adalah harga transaksi terakhir pada hari itu.

Dari contoh Order Book BBRI 04 Juli 2011 jam 16:00 di samping ini yang saya ambil dari IPOT (Indo Premier Online Trading),
coba perhatikan Prv, Op, Hi, dan Lo.

Prv (Previous) adalah harga CLOSE pada hari sebelumnya, yaitu di 6700.
Op (OPEN) BBRI di 6800, tidak harus di harga Prev 6700.
Hi (HIGH) BBRI pada hari itu adalah 6900.
Lo (LOW) BBRI pada hari itu adalah 6700.
Perhatikan juga bahwa pada tampilan IPOT di atas, tidak ada harga CLOSE/LAST. Tapi anda dapat menyimpulkan dari harga
Bid 6850 dan Offer 6900 bahwa harga CLOSE/LAST adalah salah satu dari kedua harga tersebut.

(Harga CLOSE/LAST bisa dipantau di layar Done by Stock pada IPOT. Saya akan menulis pos tersendiri untuk subjek ini.)
Istilah "Bid" dan "Offer" Ketika Bermain Saham
[Pos ini ©2011 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Bid dan offer adalah istilah harga saham ketika transaksi berlangsung di bursa.

Kalau anda ingin menjual saham dan diberitahu bahwa harga saham BBRI adalah Rp 5000, informasi tersebut tidak spesifik.
Apakah artinya anda bisa jual BBRI di 5000 dan langsung laku atau anda harus mengantri jual (tidak langsung laku)?
Perbedaan ini mungkin tidak penting bagi pendengar atau pembaca berita, tapi perbedaaan ini sangat penting untuk anda
yang hendak melakukan jual-beli saham tersebut.

Maka dari itu, ketika bermain saham anda harus tahu harga spesifik saham yang ingin anda transaksikan. Dan harga spesifik
tersebut selalu terdiri dari dua komponen, harga bid dan harga offer.

Arti bid dan offer, tergantung konteks kalimat, adalah sebagai berikut:

Bid = penawaran beli, minat beli, antri beli.

Offer = penawaran jual, minat jual, antri jual.

Untuk mempermudah diskusi, silahkan lihat contoh tampilan Order Book dari Indo Premier Online Trading (IPOT) untuk
saham Garuda Indonesia (GIAA) berikut ini:

Tampilan harga bid dan offer ini dipisah menjadi dua kolom: biasanya kolom kiri adalah harga bid dan kolom kanan harga
offer. Dari tampilan tersebut anda bisa melihat bahwa harga penawaran beli (bid) tertinggi GIAA adalah Rp 520 sebanyak
23,328 lot sedangkan harga penawaran jual (offer) terendah GIAA adalah Rp 530 sebanyak 9,782 lot.

Perhatikan: harga bid tertinggi dan harga offer terendah selalu berada di baris pertama.

Kalau anda mau menjual GIAA dan langsung laku, anda harus jual di harga bid Rp 520; kalau anda mau membeli GIAA dan
langsung dapat, anda harus beli di harga offer Rp 530.

[Saya tidak turut mendiskusikan jumlah lot bid dan offer dengan detil di sini. Saya berencana menulis blog tersendiri tentang
hal ini.]

Sebenarnya, arti bid adalah semua harga penawaran beli di kolom kiri (dari Rp 520 sampai dengan 460 ) dan arti offer adalah
semua harga penawaran jual di kolom kanan (530 sampai dengan 620). Tapi dalam praktek sehari-hari, pemain saham
memakai istilah bid biasanya untuk harga penawaran beli tertinggi dan offer untuk harga penawaran jual terendah.
Memang, kalau anda melakukan sendiri jual-beli saham melalui online-trading, anda tidak perlu khawatir tentang istilah-
istilah ini. Tapi kalau anda ingin mengungkapkan niat anda kepada orang lain— misalkan kepada pialang— anda harus
menggunakan istilah-istilah ini dengan seksama.

Menggunakan contoh di atas, kalau anda bertanya harga GIAA melalui telepon, pialang anda akan menjawab bid Rp 520,
offer 530. Artinya, kalau anda mau menjual GIAA langsung laku, anda harus jual di Rp 520; kalau anda mau beli GIAA
langsung dapat, anda harus beli di Rp 530.

Misalkan menurut anda harga 520 terlalu mahal dan hanya mau membeli GIAA di harga 500. Nah, anda bisa mengantri beli
di harga 500 dengan berkata seperti ini, “Bid GIAA di (harga) 500 sebanyak 100 lot.” Atau kalau anda mau jual di 550, “Offer
GIAA di 550 100 lot.”

Pada konteks kalimat di atas, kata bid dan offer menjadi kata kerja yang berarti antrikan beli dan antrikan jual.

Intinya, kalau anda bertanya bid/offer saham saat ini, pialang berasumsi anda menanyakan harga minat beli tertinggi dan
harga minat jual terendah saat ini (harga pada baris pertama bid/offer). Setelah anda mendapat informasi itu, anda bisa antri
beli (bid) di harga minat beli tertinggi tersebut ataupun harga lebih rendah; anda juga bisa antri jual (offer) di harga minat
jual terendah tersebut atapun harga lebih tinggi.

Kata bid dan offer dari bahasa Inggris ini kerap dipakai pemain saham Indonesia sebagai istilah umum bermain saham karena
belum adanya padanan kata bahasa Indonesia yang sama singkat dan sama padatnya.

73 komentar:

1.

Saya Bertanya12 November 2012 10.48

Salam Pak Iyan,

Pak, saya sampai sekarang masih bingung dengan istilah bid dan offer di saham., walaupun saya sudah membaca
artikel ini.
Pak saya ingin Bapak menjelaskan sekali lagi dengan acuan pada istilah sell/buy pada bank yang menawarkan mata
uang asing. Untuk istilah sell/buy saya selalu mengibaratkan sebagai sebuah toko yang sedang menjual/membeli
barang. Untuk istilah sell (jual) berarti pihak Bank X menjual mata uang asingnya kepada pembeli (nasabah) dengan
harga sekian. Jadi, kalau bagi pihak kita (nasabah) jika ingin membeli mata uang asing yang dimaksud, berarti kita
"membeli" mata uang asing itu dengan harga sell yang dikeluarkan dari pihak Bank. Dan juga sebaliknya, untuk istilah
buy/beli bagi pihak bank.
Dengan acuan ini, saya harap / minta Pak Iyan untuk menjelaskan istilah bid/offer pada saham, agar saya bisa lebih
jelas. Makhlum lah Pak, saya masih belajar.

Sebelumnya saya sampaikan terimakasih atas wawasanya.

Balas

Balasan

1.

Iyan12 November 2012 11.13

Kalau memakai acuan buy/sell currency di bank, "bid" = buy = bank niat beli, "offer" = sell = bank niat jual.
Pada saham, kan tidak ada bank yang membeli atau menjual, jadi "bank" ini anda ganti dengan
"market/pasar." Kita sebut "pasar" karena pembeli dan penjualnya ada banyak pihak.

"Bid" = pasar niat beli.


"Offer" = pasar niat jual.

Semoga membantu.

Balas

2.

Saya Bertanya13 November 2012 10.30

Terimakasih Pak, atas jawaban yang lalu.


Pak, saya masih ada pertanyaan lagi,

1. Setelah tahu apa itu "bid/offer", saya baru tahu ternyata "bid/offer" sangat penting dalam setiap transaksi saham,
karena selama ini anggapan saya bahwa untuk menjual/membeli saham, harga saham persis seperti apa yang
ditunjukkan di grafik chart pada bursa saat itu. Seperti misal : harga saham Unilever pada detik ini Rp 25.950,
sebelumnya saya menganggap jika ingin membeli/menjual saham itu harganya ya sama, yaitu Rp 25.950. Eh,
ternyata tidak, ternyata selalu ada harga, yaitu offer selalu lebih tinggi dari harga bid (bid saat itu menunjukkan= Rp
25.850, offer= Rp 25.950), selalu ada selisih harga. Dengan kata lain, jika kita membeli saham itu, dan kemudian
menjualnya lagi di saat itu juga, walaupun saat itu harga di bursa sama, pasti kita akan rugi Rp 100 per lembar
saham, belum lagi kena biaya fee jual/beli. Apakah seperti itu, mohon tanggapan Bapak! Kemudian, berkenaan
dengan hal tersebut, bagaimana sebaiknya cara mengatasinya bagi yang berinvestasi saham?

2. Jika selisih harga sell/buy mata uang asing, keuntungannya akan menjadi milik bank. Untuk saham, selisih harga
antara offer-bid, keuntungannya akan menjadi milik siapa, Pak?

Sebelumnya, terimakasih atas semua jawaban dan wawasan dari Bapak.

Balas

Balasan

1.

Iyan13 November 2012 11.11

1. Pengamatan anda sudah benar. Selalu ada spread (selisih) antara jual dan beli; kalau anda beli di "offer"
dan langsung jual di "bid", anda akan rugi sebesar spread ini.

Tidak ada cara khusus untuk mengatasi hal ini. Yang penting, anda beli saham yang prospek kenaikannya
cukup banyak. Kalau naik banyak, spread antara "bid" dan "offer" menjadi tidak signifikan.

2. Selisih harga sell/buy di saham tidak dinikmati satu pihak ("bank") tapi dinikmati pihak-pihak yang
transaksinya terlaksana. Karena, orang yang saham SMCBnya laku di harga Rp3850, belum tentu membeli
lagi di 3825. Demikian pula, orang yang membeli di 3825 belum tentu mau menjual di 3850.

Pihak-pihak inilah yang kita sebut "market" (pasar).

Balas
3.

leo D'caprio30 Desember 2012 12.20

Mas kalau mencari broker dimana?


lalu apa bisa membeli tanpa bantuan broker/pialang?
bagaimana kita mencari informasi harga saham perusahaan2?
Trimakasih.

Balas

Balasan

1.

Iyan31 Desember 2012 12.19

Silahkan baca pos "Sekuritas/Broker Mana Yang Bagus?"

Semua transaksi saham harus melalui perusahaan broker.

Balas

4.

Frizielia29 Januari 2013 15.45

Mas, saya bisa minta emailnya?

Balas

Balasan

1.

Iyan30 Januari 2013 08.56

email saya: terusbelajarsaham@gmail.com.

Balas

5.

Aminullah al aziz19 Maret 2013 12.55

makasih pak atas artikel2 bapak yg menambah banyak pengetahuan bagi saya. tapi saya masih bingung tentang bid
dan offer ini, saya bingung di kalimat "Misalkan menurut anda harga 520 terlalu mahal dan hanya mau membeli
GIAA di harga 500." pada paragraf 'Misalkan menurut anda harga 520 terlalu mahal dan hanya mau membeli GIAA di
harga 500. Nah, anda bisa mengantri beli di harga 500 dengan berkata seperti ini, “Bid GIAA di (harga) 500 sebanyak
100 lot.” Atau kalau anda mau jual di 550, “Offer GIAA di 550 100 lot.”'dan kalimat " Kalau anda mau menjual GIAA
dan langsung laku, anda harus jual di harga bid Rp 520; kalau anda mau membeli GIAA dan langsung dapat, anda
harus beli di harga offer Rp 530." jadi kalau misal saya mau beli GIAA saya belinya di list harga bid atau offer?
Balas

6.

Aminullah al aziz19 Maret 2013 12.56

makasih pak atas artikel2 bapak yg menambah banyak pengetahuan bagi saya. tapi saya masih bingung tentang bid
dan offer ini, saya bingung di kalimat "Misalkan menurut anda harga 520 terlalu mahal dan hanya mau membeli
GIAA di harga 500." pada paragraf 'Misalkan menurut anda harga 520 terlalu mahal dan hanya mau membeli GIAA di
harga 500. Nah, anda bisa mengantri beli di harga 500 dengan berkata seperti ini, “Bid GIAA di (harga) 500 sebanyak
100 lot.” Atau kalau anda mau jual di 550, “Offer GIAA di 550 100 lot.”'dan kalimat " Kalau anda mau menjual GIAA
dan langsung laku, anda harus jual di harga bid Rp 520; kalau anda mau membeli GIAA dan langsung dapat, anda
harus beli di harga offer Rp 530." jadi kalau misal saya mau beli GIAA saya belinya di list harga bid atau offer?

Balas

Balasan

1.

Iyan19 Maret 2013 16.56

Kalau Amin sudah punya rekening transaksi saham (online-trading ataupun full-service), anda akan mengerti
jelas apa arti istilah "Bid" dan "Offer" ini.

Anda boleh ANTRI beli saham di harga apa saja (di BAWAH harga Offer), tapi kalau mau langsung dapat, anda
harus beli di harga Offer.

Anda boleh ANTRI jual saham di harga apa saja (di ATAS harga Bid), tapi kalau mau langsung laku, anda harus
jual di harga Bid.

Balas

7.

Reyther biki21 Maret 2013 09.02

Mohon bantuannya Pak. Saya mhsw yg sedang meneliti tentang saham yaitu mencari nilai bid dan ask melalui yahoo
finance, tapi saya masih bingung menentukan mana yg harus kita ambil untuk nilai bid dan mana untuk ask harian, di
mana data yang disediakan di yahoo yaitu data open, high, low, close, volume, dan ajd close. terima kasih
sebelumnya.

Balas

Balasan

1.

Iyan21 Maret 2013 11.43


Harga bid dan offer biasanya tidak dicantumkan dalam historical data.

Mengapa anda perlu harga bid dan offer untuk penelitian? Yang biasa dipakai adalah harga Close.

Balas

8.

Reyther biki23 Maret 2013 12.45

iya pak, jadi harga close adalah untuk harga nilai bidnya trus... apakah harga high juga digunakan untuk nilai asknya.
makasih pak sebelumnya.

Balas

Balasan

1.

Iyan25 Maret 2013 10.43

Maaf Reyther, saya masi belum mengerti pertanyaan anda. Boleh tolong diperjelas?

Balas

9.

Reyther biki30 Maret 2013 22.58

begini pak kebetulan saya lagi mau meneliti tentang variabel asimetri informasi yg berkaitan dengan bid dan ask
dimana data-data harga sahamnya saya ambil dari yahoo finance. nah kebetulan saya kesulitan dalam menentukan
nilai bid dan asknya karena di yahoo finance untuk data historis yang tersedia hanya data open, high, low, close, vol
dan adj close. nah untuk itu saya ingin tanyakan kepada bapak apakah data high dan close di yahoo finance boleh
saya gunakan dlm penelitian untuk high sebagai nilai ask dan close sebagai nilai bidnya. makasih sebelumnya pak.

Balas

Balasan

1.

Iyan1 April 2013 09.13

Seperti saya tulis di atas, data BID dan OFFER dianggap tidak penting untuk dimasukkan dalam data historis.
Kalaupun data tersebut ada, hanyalah data BID dan OFFER saat penutupan bursa.

Jawaban saya untuk pertanyaan Reyther: High JANGAN diasumsikan sebagai nilai ask. Close bisa nilai bid
atau juga nilai ask, jadi TIDAK TEPAT juga memakai Close sebagai nilai bid.

Kalau Reyther tetap perlu data Bid dan Ask yang akurat, coba kumpulkan sendiri SETIAP SORE ketika market
tutup.
Balas

10.

Hermawan9 April 2013 21.32

Pak,
1. Dari gambar di atas, di kolom offer apakah selalu berwarna hijau semua?
2. Seperti kalimat artikel diatas, jika kita ingin beli saham GIAA dan langsung dapat kita harus di beli di harga offer
Rp.530. Bagaimana/apa yang terjadi kalau saya ingin membeli di harga offer misalnya di harga yang Rp.620 (di
gambar pd posisi paling bawah)?

3. Untuk di kolom bid, ada 3 warna yaitu hijau, kuning, dan merah. Masing-masing warna apakah ada artinya?
4. Kalau kita mau menjual saham GIAA dan langsung laku, kita harus jual di harga bid Rp.520. Bagaimana kalau kita
menjualnya di harga yang Rp.510 (juga warna hijau)?

Sebelumnya terimakasih Pak, atas wawasannya.

Balas

11.

Hermawan9 April 2013 21.42

Pak,

1. Dari gambar di atas, di kolom offer apakah selalu berwarna hijau semua?
2. Seperti kalimat artikel diatas, jika kita ingin beli saham GIAA dan langsung dapat kita harus di beli di harga offer
Rp.530. Bagaimana/apa yang terjadi kalau saya ingin membeli di harga offer misalnya di harga yang Rp.620 (di
gambar pd posisi paling bawah)?

3. Untuk di kolom bid, ada 3 warna yaitu hijau, kuning, dan merah. Masing-masing warna apakah ada artinya?
4. Kalau kita mau menjual saham GIAA dan langsung laku, kita harus jual di harga bid Rp.520. Apakah
bisa/Bagaimana/Apa yang akan terjadi kalau kita menjualnya di harga yang Rp.510 (juga warna hijau)atau di harga
Rp.460 (warna merah)?

Sebelumnya terimakasih Pak, atas wawasannya.

Balas

Balasan

1.

Iyan10 April 2013 08.53

1. Warna hijau artinya harga tersebut DI ATAS harga PRV (Previous Price = close hari sebelumnya).

Warna kuning artinya harga tersebut adalah harga PRV.

Warna merah artinya harga tersebut DI BAWAH harga PRV.

2. Kalau anda masukkan order BUY di 620, padahal Offer paling rendah adalah di 530, order anda akan
MATCH (terjadi) di harga 530, bukan di 620.
3. Sudah dijawab di no.1.

4. Sama seperti jawaban no.2. Kalau anda masukkan order SELL di 510 atau 460, padahal harga BID tertinggi
adalah 520, order anda akan MATCH (terjadi) di harga 520, bukan 510 atau 460.

Balas

12.

Hermawan10 April 2013 20.55

Satu lagi, Pak. Ini hal yang sangat penting buat pemula.

1. Pak, ketika misalnya saya baru melakukan order/transaksi di bid/offer yang saya kehendaki, di harga tertentu dan
kebetulan masuk di/menunggu antrian. Kemudian saya log out dari program/software trading di komputer saya dan
log in lagi besuknya, apakah order saya tersebut tatap terus berjalan sampai harga yang saya kehendaki itu
walaupun saya sudah log out atau order saya otomatis akan tercancel ketika logout, atau seperti apa? Apakah ada
batas waktu? / sampai berapa lama?

Terima kasih ya Pak.

Balas

Balasan

1.

Iyan11 April 2013 08.33

Logout tidak membatalkan order anda. Kalau saham mencapai harga bid/offer anda, saham tersebut akan
MATCH.

Order normal hanya berlaku untuk hari tersebut. Hanya order GTC (Good Till Cancelled) yang akan berlaku
sampai order tersebut match atau sampai anda cancel.

Balas

13.

Hermawan11 April 2013 22.36

1. Pak, selama ini saya kan sudah punya rekening tabungan sekedar untuk uang simpanan, misalnya di Bank Mandiri.
Menurut info, katanya ketika pertama kali membuka rekening saham di sekuritas, kita akan mendapatkan 2
rekening. Apa ini artinya/berarti saya akan punya 3 rekening?

2. Setiap sekuritas biasanya kan mengenakan biaya administrasi bulanan, kalau tidak salah sekitar Rp. 27.500-
Rp.30.000 per bulan. Partanyaan saya, biaya sebesar itu akan didebet di rekening (yang saya sebutkan di pertanyaan
saya yg nomor 1) yang mana Pak?

Terima kasih Pak atas semua penjelasan selama ini.

Balas
Balasan

1.

Iyan12 April 2013 09.46

1.Dua rekening karena yang satu adalah rekening saham, yang satu lagi adalah Rekening Dana Investor (RDI)
untuk pembayaran transaksi anda.

Sebenarnya masih ada satu lagi yaitu Rekening AKSES. Jadi total 3 rekening. Semua ini dilakukan demi
keamanan nasabah.

Kenapa anda permasalahkan punya 3 atau 4 rekening?

Silahkan baca pos "Arti Istilah 'Scriptless Trading' di Bursa Efek Indonesia."

http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2012/04/arti-istilah-scriptless-trading-di.html

2. Biaya akan didebet dari RDI anda. Biaya itu BUKAN untuk administrasi bulanan, tapi untuk data-feed real
time.

Biaya tersebut SANGAT MURAH dibandingkan kalau anda harus langganan data dari data provider (yang
biayanya bisa mencapai jutaan rupiah).

Balas

14.

Hermawan12 April 2013 20.47

Karena selama ini saya belum tahu fungsi masing-masing rekening Pak, kenapa kok diberikan rekening sampai 2 jenis
bahkan 3. Semoga setelah membaca ini saya jadi mengerti.

1. Pak, berarti (dari kalimat yang dapat saya tangkap) untuk rekening RDI yang Bapak maksud itu adalah rekening
untuk menampung dana sebelum dipakai membeli saham (bagi investor yang pertama kali buka rekening) itu ya
Pak?
Dan untuk Rekening Saham adalah rekening untuk menampung saham-saham yang kita beli? Apa seperti itu
penjelasannya? Mohon dikoreksi jika pemahaman saya salah.

2. Apakah masing-masing rekening itu punya nomor rekening yang berbeda? Dan semua rekening dalam bentuk
virtual? (maksud saya: apa tidak diberikan buku rekening layaknya rekening tabungan biasa)? Bagaimana
mengetahui jumlah/isi rekening-rekening tersebut?

3. Pak, untuk rekening AKSES yang Bapak sebutkan, apa akan didapatkan/diberikan/diserahkan kepada investor baru
bersamaan dengan rekening RDI dan rekening saham atau seperti apa Pak?

4. Fungsi dari rekening AKSES sendiri untuk apa Pak? Mohon penjelasannya lebih lanjut.

Terima kasih sebelumnya Pak. Semoga bermanfaat.

Balas

15.
Iyan13 April 2013 08.15

Sebelum menjawab, saya mau tanya: mengapa anda tidak langsung membuka rekening dan melewati semua proses
ini? Proses ini harus anda lalui kalau mau buka rekening. Lagipula semua ini hanya perlu dilakukan pada saat
membuka rekening.

Apa anda takut ditipu broker? Beberapa tahun lalu, RDI dan AKSES belum ada. Otoritas bursa membuat RDI dan
AKSES justru demi keamanan investor.

1. Pemahaman anda kurang lebih sudah benar.

2. Nomor rekening masing-masing (tentu saja) berbeda. Untuk rekening RDI, tidak ada bukunya. Tiap bulan anda
akan menerima rekapitulasi tranksaksi bulanan dari bank.

3. Kalau punya rekening saham, HARUS punya AKSES.

4. Sudah baca pos "Arti Istilah 'Scriptless Trading' di Bursa Efek Indonesia"? Kalau belum, baca dulu.

http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2012/04/arti-istilah-scriptless-trading-di.html

Balas

16.

Hermawan13 April 2013 21.28

Iya Pak. Semua ini untuk persiapan saya dalam membuka rekening dan wawasan yang saya dapatkan (walau masih
sebagian) dapat saya gunakan sebagai bekal nanti ketika membuka rekening di salah satu sekuritas. Selama ini saya
masih menggunakan trading yang free trial selama 1 bulan.

Terima kasih Pak atas semua penjelasan selama ini.

Balas

17.

hearpropheticvoice10 Juni 2013 23.49

Salam Sejahtera,
1. Pa Iyan setelah saya baca dari atas sampai komentar paling bawah, klo memang harga bid (actual time saat itu)
520 dan offer (actual time saat itu) 530. buat apa sih ditampilkan list angka2 dibawahnya di software trading
tersebut...kan malah bikin pusing aja... klo ditampilkan 1 baris saja, kita akan lebih mudah mengerti.
2. Dari Simulasi tabel diatas, saham GIAA yg sdh kita beli, di harga berapa sih pa Iyan? dan berapa lots? sy ingin
kepastian saja, untuk cek pemahaman sy.
Thanks pa Iyan.

Balas

Balasan

1.

Iyan11 Juni 2013 10.20


1. Angka-angka di bawahnya PERLU diketahui pemain saham untuk mengetahui seberapa besar minat beli
dan minat jual di harga-harga tersebut.

2. Dari Bid-Offer contoh di atas, kalau mau beli LANGSUNG DAPAT, anda harus beli di harga 530. Sepertinya
anda masih belum mengerti konsep Bid-Offer; silahkan anda ulang baca perlahan-lahan pos di atas.

Balas

18.

francisca widijanto26 Juli 2013 17.26

Pak, saya buta sama sekali untuk bermain saham. Dimana saya dapat kursus one-on-one jadi bukan hanya dengan
pertanyaan2 on line?

Cisca

Balas

Balasan

1.

Iyan27 Juli 2013 18.33

Setahu saya, Bursa Efek Indonesia menyediakan kelas belajar investasi saham, tapi bukan kursus one-to-one.

Saya sendiri BELUM punya waktu luang untuk mengajar saham di kelas ataupun secara private. Maaf.

Balas

19.

Ping16 Agustus 2013 22.05

Pak, saya orang awam yang buta dalam bermain saham dan saya berniat membeli saham, kira-kira untuk
membelinya dimana ya pak? Apa bapak menulis artikel tentang panduan lengkap bermain saham untuk pemula? Jika
tidak apakah bapak bisa rekomendasikan web/artikel untuk saya? Trims..

Marvin

Balas

Balasan

1.

Iyan17 Agustus 2013 09.04

Silahkan baca halaman "ABOUT" dan "KURIKULUM."

Balas
20.

Pelangi Nusantara5 September 2013 19.55

Pak Iyan, menu "Market Chart & Detail" pada software trading online, disitu ada grafik dan beberapa istilah asing.
Saya masih awam dengan istilah-istilah ini :
Adv = 122
Dec = 108
Unchg = 811
Untrade = 0

Biar jelas, gambar bisa dilihat di :


http://2.bp.blogspot.com/-APiUcts6fr0/Uih7FUrtXEI/AAAAAAAAAKI/8G6-
B4YiFS8/s640/Menu_Market_Chart_&_Detail.jpg

Apa arti dari istilah: Adv, Dec, Unchg, Untrade tersebut Pak ?

Sebelumnya terima kasih atas wawasannya.

Balas

Balasan

1.

Iyan6 September 2013 08.41

Adv adalah singkatan dari ADVANCE (terjemahan: NAIK).


Dec adalah singkatan dari DECLINE (TURUN).
Unchg adalah singkatan dari UNCHANGED (TIDAK BERUBAH).
Untrade artinya TIDAK ADA TRANSAKSI.

Data Adv, Dec, Unch adalah data dari SEMUA saham di Bursa Efek Indonesia.

Adv = 122 artinya ada 122 saham yang harganya NAIK.


Dec = 108 artinya ada 108 saham yang harganya TURUN.
Unchg = 811 artinya ada 811 saham yang harganya TIDAK BERUBAH.

Perbandingan harga naik atau turun ini adalah dibandingkan Previous Price (harga Close hari sebelumnya).

Angka Unchg = 811 rasa-rasanya agak aneh. Setahu saya total emiten di BEI cuma ada sekitar 500an. Kok
UNCHG saja sudah lebih banyak dari jumlah TOTAL emiten.

Balas

21.

Arry Bocil11 September 2013 21.36

Pak Iyan, sungguh materi yang anda sajikan sangat membantu sekali. Saat ini saya sudah punya akun nasabah di
salah satu broker/ sekuritas, software online trading (laptop & HP), RDI (BCA) dan Kartu Akses, pertanyaan saya:
Bagaimana saya memulai aktifitas untuk buy/sell di market ?

Jawaban dari anda akan selalu saya nantikan. Terima kasih !


Balas

22.

Iyan12 September 2013 08.48

Arry,

Anda sudah siap membeli saham. Jadi, silahkan baca pos "Cara Membeli Saham Untuk Pemula."

http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2012/01/cara-membeli-saham-untuk-pemula-bagian.html

Memang di pos ini belum saya berikan petunjuk SPESIFIK saham APA dan MENGAPA membeli suatu saham. Anda
saya persilahkan bereksperimen, tapi dengan jumlah uang sekecil mungkin.

Dalam waktu dekat saya berharap akan menulis pos "Contoh Memilih Saham 'Apa dan Mengapa'." Mohon bersabar.

Balas

23.

Bima Palapa Praja27 September 2013 02.47

Mohon koreksi kalau pemahaman saya salah


1. Harga offer adalah harga yg di bandrol oleh pemilik saham atas saham yang dimilikinya. Harga itulah yang harus
kita bayar bila ingin memiliki saham tersebut. Dengan harga yg berbeda-beda untuk satu produk yg sama, tentu
harga termurah yg akan lebih dulu terjual (laku)
2. Harga BID adalah harga penawaran dari CALON PEMBELI. dan harga paling atas adalah penawaran tertiggi. Harga
itulah yg akan kita terima bila ingin menjual saham pada saat itu.
Apa benar seperti itu pak?

Balas

Balasan

1.

Iyan27 September 2013 08.56

Bima, pemahamam anda 98% benar. :D

Perlu tambahan sedikit: Di harga Offer, harga termurah yang lebih dulu terjual. Tapi di harga Offer yang
sama, ANTRIAN yang lebih depan yang lebih dulu terjual.

Balas

24.

AmouRe29 September 2013 14.34

Pak, saya mau bertanya dan mohon koreksinya


*contoh yang dipakai adalah GIAA pada post diatas*

1. Istilah antrian dalam bid dan offer


pada contoh diatas, tertulisa ada banyak bid dan offer
apakah artinya begini?

Pada Bid 520 terdapat 23.328 Lot


Pada Bid 500 terdapat 64264 Lot

Jika saya ingin menjual saham dengan harga 500, apakah


a) Saham yang saya jual langsung terjual karena terdapat 64.264 permintaan saham dipasar?
b) jika tidak langsung terjual, bagaimana sistem antriannya? apakah menunggu bid 520 terjual habis, kemudian 500?

2. Jika saya ingin membeli saham dengan harga 450, dimana tidak terdapat didalam list Bid. apakah secara otomatis
akan muncul Bid 450?

Terima Kasih atas jawaban yang diberikan

Balas

Balasan

1.

Iyan29 September 2013 18.15

1. Karena ada BID di harga 520 (lebih tinggi dari harga jual anda di 500), kalaupun anda menjual di 500,
saham anda ORDER MATCH (laku) di harga BID tertinggi yaitu 520. Jadi langsung laku di 520.

2. Betul. Kalau anda BID beli di harga 450, order BID anda akan otomatis muncul di harga 450.

(Pada contoh di atas, Order BID di 450 kemungkinan sudah ada, tapi sepertinya IPOT menampilkan hanya 10
harga order Bid dan 10 harga Offer.)

2.

AmouRe1 Oktober 2013 14.08

Menanggapi jawaban nomor 1

Disebutkan jika saya menjual dengan harga 500, maka secara otomatis saham saya akan terjual harga bid
tertinggi, dengan artinya 520

Pertanyaan
1. Dengan demikiran, saya tidak dapat menentukan harga jual.yang saya ingin kan?
2. Apakah saya salah tangkap maksud bapak?

Terima kasih atas jawabannya :)

Balas

25.

Iyan1 Oktober 2013 14.24


1. Pertanyaan saya: kalau anda bisa jual lebih mahal (di 520), kenapa mau jual di harga lebih murah (500)?

ORDER MATCH terjadi hanya di harga yang ada bid dan offer-nya. Jadi kalau anda benar2 maunya cuma jual di 500
(padahal bisa jual di 520), silahkan anda tunggu sampai harganya 500 baru jual.

Atau kalau harga bid 520 tapi anda bersikeras mau jual di 500, silahkan hubungi saya. Dengan senang hati akan saya
beli saham tersebut dari anda. :D

Balas

26.

AmouRe1 Oktober 2013 15.01

Bisa dibilang
Ketika order kita matc
Bid dan offer yang dilihat adalah yang paling atas..
Apakah saya betul??

Balas

Balasan

1.

Iyan1 Oktober 2013 15.54

Betul.

2.

AmouRe1 Oktober 2013 18.23

Terima kasih atas jawabannya :)

Balas

27.

atikah waliyatussyuhada3 Oktober 2013 06.47

Pa saya mau tanya nih.. kalau menurut pengertian bid dan offer, berarti klu kita mau beli yang kita liat offernya ya
pa? trus klu mau jual yang diliat bid nya, bener g pa?
tapi klu kita mau antri dulu,,berarti dibalik ya pa,klu mau jual yg diliat offer, klu mau beli yg diliat bid nya? bener g sih
pa pemahaman saya ini?
Trus klu dari quantity nya, klu bid qty nya tinggi dan offer qty sedikit apa berrti itu saat y bgs buat kita beli?
klu order match itu apa ya?
makasih pa...

Balas

Balasan
1.

Iyan3 Oktober 2013 08.49

1. Pemahaman anda kurang lebih sudah benar. Kalau mau beli langsung dapat, lihat OFFER; kalau maju jual
langsung laku, lihat BID.

2. Yang ini juga kurang lebih benar. Kalau mau antri jual, anda antri di salah satu harga OFFER; kalau mau
antri beli, anda antri di salah satu harga BID.

3. Quantity BID dan OFFER TIDAK SELALU mencerminkan saat bagus atau tidak bagus untuk membeli saham.

4. Order Match artinya Trade Done artinya order anda terlaksana. Dengan kata lain, kalau anda beli, saham
sudah TERBELI; kalau anda jual, saham sudah TERJUAL.

Balas

28.

Luthfiyah Ahmad23 Oktober 2013 19.17

kalo untuk mencari bid ask tahun 2009-2012 caranya gmn y pak?

Balas

Balasan

1.

Iyan24 Oktober 2013 08.36

Untuk apa cari bid/ask lawas?

Balas

29.

Ngangsukawruh25 Oktober 2013 23.35

Salam Bung Iyan...


Klo pingin langsung dapat kita harus beli di harga Offer, yang ingin saya tanyakan:
1. Apa klo kita beli di harga offer, ada antriannya juga?
2. Trus klo kita beli di harga offer, apa ada kemungkinan tidak terjadi order Match?

Balas

Balasan

1.

Iyan26 Oktober 2013 17.54


1. Selama jumlah saham di "Offer" masih ada DAN lebih banyak dari jumlah yang mau anda beli, anda tidak
mengantri. Order akan langsung "match."

2. Bisa saja order tidak "match" kalau ada pihak lain yang lebih dulu (sepersekian detik) memasukkan order
Buy di "Offer" dan jumlah belinya lebih banyak dari "Offer" yang ada. Kalau tidak ada pihak lain yang beli,
order pasti match (selama jumlah pembelian lebih sedikit dari jumlah "Offer.")

Balas

30.

Anmar Rombe26 Oktober 2013 18.18

bang iyan? ada no yg bisa saya hubungi? selain email adakah contak lain? saya mahasiswa dan baru saya mendapat
tugas praktek jual beli saham jangka pendek

Balas

Balasan

1.

Iyan26 Oktober 2013 20.02

Kalau anda baca di halaman "About", anda tentu tahu bahwa saya tidak bisa membimbing pembaca satu-
persatu.

Balas

31.

Anmar Rombe27 Oktober 2013 08.51

hmm maaf bang iyan, tapi gmana dong bang? lewat ini aja deh kalo begitu tpi bang iyan ada saran yg lebih ok? ok, jdi
saya mahasiswa semester 3 ,kmi mendapat tgs kelompok untuk jual beli saham di perusahaan. sejujurnya saya masih
buta tentang saham tapi saya sangat tertarik setelah membaca byk tentang saham. mulai minggu depan praktek
akan dimulai dan diberi waktu hanya 2 bulan . saya sudh membuka rekening di mnc securities dan akan distujui 2
minggu lg. modal kami 500rb (karena mahasiswa) . gmana bang iyan???? saya perlu bljar byk dri bang iyan. bls bang

Balas

Balasan

1.

Iyan27 Oktober 2013 20.10

Kalau tugas kelompok, berarti anda belajar dari kelompok. Atau belajar dari dosen anda. Kan sudah bayar
biaya kuliah mahal?

Maaf sekali lagi, saya tidak bisa membimbing pembaca satu-per-satu.

2.
Anmar Rombe28 Oktober 2013 03.12

okok saya mengerti bang iyan. tapi nanti jika ada yg saya bingungkan. boleh dong bertanya disini? :D

3.

Iyan28 Oktober 2013 08.29

Boleh bertanya asalkan tidak menanyakan saham (spesifik) apa yang harus dibeli atau dijual. Saya tidak
merekomendasi saham spesifik.

4.

Willy28 Oktober 2013 10.17

Saya agak khawatir dengan premisnya. Dikasih waktu dua bulan bermain saham ketika pasar sedang bearish.
Waduh!

Tapi mungkin juga bisa berhasil karena biasanya pas akhir tahun saham akan sedikit menguat.

Balas

32.

Anmar Rombe28 Oktober 2013 18.42

inilah mahasiswa, tugasnya agak repot juga hehe, makanya saya gabung di blog ini. karena dikatakan pemula pun
saya belum. yg pertama saya ingin tanyakan adalah kalo di rupiahkan harga saham atau angka2 (contoh saham AALI
offer di 20.850) nah 20.850 atau sejenisnya itu kalo dirupiahkan berapa?? bingung saya

Balas

Balasan

1.

Iyan29 Oktober 2013 08.28

Kalau begini saja anda masih bingung, anda perlu belajar matematika dulu. Mohon maaf, saya tidak bisa
mengajarkan anda matematika.

20.850 = Rp 20.850.

Balas

33.

Anmar Rombe29 Oktober 2013 11.15

kalo itu saya mengerti bang, yang saya maksudkan kan di jual beli saham ada harga2 nya contoh AALI offer di 20.850.
jika dirupiahkan yg saya tanyakan disini adalah jika seandainya saya rugi ketika membeli di 20.850 dan kemuadian
harganya turun ke 20.800. saya akan rugi 50. berarti total uang saya di rekening yang 500rb hanya berkurang
50rupiah?? bang iyan mengerti maksud saya kan?? atau blum? maaf saya masih betul baru kenal saham
Balas

Balasan

1.

Iyan29 Oktober 2013 11.48

Anda beli saham kan tidak cuma 1 lembar. Kerugian anda adalah (jumlah saham x kerugian per saham).

Kalau saham belum dijual, uang tidak masuk ke rekening anda. Kalau anda punya motor seharga Rp 10
jutabelum dijual, apakah uangnya ada di rekening?

2.

Willy29 Oktober 2013 13.09

Waduh, rekan anmar rasanya kok agak payah dasar pemahaman sahamnya sebagai mahasiswa. Rekan
anmar dapat tugas ini untuk mata kuliah apa, jurusan apa dan universitas apa? Pas kuliah sama dosen apa
tidak dibahas mengenai satuan lot saham di IDX? Hati2 saja, bulan Desember ini satuan lot sepertinya secara
resmi juga akan berubah lagi dari 1 lot = 500 lembar saham jadi 1 lot = 100 lembar saham, jadi jangan
bingung2 sekarang.

Yang di AALI itu 20.850 harga 1 lembar saham saja, tetapi di IDX pasar reguler tidak ada yang menjual 1
lembar saham. Kalau pasar negosiasi mungkin, tetapi bisa jadi anda diketawain broker kalau bilang mau beli
1 lembar saham doang.

Untuk mudahnya, selalu kalikan harga yang ada di platform dengan angka 500. Kembali ke kasus AALI tadi,
jangankan memikirkan untung rugi, dari awal saja uang rekan Anmar dkk jelas sama sekali tidak cukup kalau
mau beli saham AALI sekarang (coba hitung sendiri harga 1 lot saham AALI. Apa cukup dengan uang 500 ribu
rupiah saja?).

Kalau mau lebih jelasnya coba google dulu situs Bursa Efek Indonesia dan baca2 dasarnya disana. Atau
sekalian saja datang ke kelas pelatihan IDX, mestinya masih ada terbuka untuk umum sampai akhir tahun ini.

Rekan Anmar dkk disana mahasiswa kan? Jangan bikin malu dosen dan almamaternya dong, masa
mahasiswa kesannya pengen disuapin saja disini.

3.

Iyan29 Oktober 2013 13.38

Bung Willy, terima kasih untuk bantuan anda memberikan komentar yang tepat sasaran.

Balas

34.

Anmar Rombe29 Oktober 2013 21.03

terimakasih bapak2 ;D. saya mahasiswa baru semster 3, dan ini mata kuliah pasar modal. dan memang kami blum
mendapat teori atau pengajaran secara detail mengenai saham karena MK ini baru berjalan 1 bulan dan langsung
diberikan tugas praktek ini dan december nanti akan ditutup. dan bagi yang berhasil meraup keuntungan 0,01 % saja
akan mendapat nilai plus dan sebaliknya. :) kan sebelumnya saya sudah blg dikatakan pemula pun saya belum. nah
maknya itu agar tidak membuat malu ditambah lagi ketertarikan saya akan dunia saham saya bertanya-tanya disini.
maaf jika merepotkan. dan byk tanya. sebagai org yg baru blajar seperti saya ini lebih aman belih saham di harga bid
atau offer bapak2 ?
terimakasih.

Balas

Balasan

1.

Iyan30 Oktober 2013 08.27

Dosen gak bener.

Murid belum diajarin dasar-dasar saham, langsung disuruh terjun.

Untuk pertanyaan yang sangat dasar, silahkan tanya ke dosen anda. Kan anda sudah membayar uang kuliah
mahal.

Untuk orang yang belum tahu dasar sedasar-dasarnya main saham, saya menganjurkan untuk TIDAK beli di
bid maupun di offer.

Balas

35.

Anmar Rombe29 Oktober 2013 21.09

nah untuk uang yg cuma 500rb saja itu, dosen kami salah satu investor dan memegang jabatan di mnc securitas dan
telah bekerja sama demi kelancaran praktek kami. makanya cuma 2 bulan. setau saya juga membuka rekening
minimal 3-5 juta ada yg 10 juta. :D tapi karena kami mahasiswa dan 500rb itu milik pribadi jadi rasa takut saya
karena blum mengetahui dunia saham ada. untunglah ada blog ini yg sangat membantu setelah saya byk membaca
post2 buatan bang iyan. terimakasih

Balas

Balasan

1.

Willy30 Oktober 2013 14.08

Dosen anda sadis benar ya kasih tugas kelompoknya. Suruh main saham dalam 2 bulan saja dan mesti
untung lagi kalau mau dapat nilai plus.

Bagi pemula seperti anda, silakan baca2 kurikulum rekan Iyan, dan fokus terutama di analisis teknikal
beserta konsep dasar Uptrend, Downtrend, Sideway. Analisis fundamental untuk sekedar 2 bulan main sih
agak maksa kalau menurut saya, kecuali kalau seterusnya rekan Anmar benar2 mau serius investasi saham.

Kalau saya yang disuruh main, saya akan main sebagai Swing Trader dengan konsep Price Action sederhana.
Target 0.01% dalam 2 bulan sepintas sederhana, tetapi tidak rugi bagi pemain saham pemula saja
sebenarnya sudah target yang luar biasa.
Jika ingin berhasil dengan analisis teknikal, camkan ini baik-baik: "Trend is our friend till the end. Trendi
adalah kawan sejati sampai mati."

Balas

36.

Anmar Rombe30 Oktober 2013 11.50

terus bng iyan jual belinya dimna bng.?

Balas

Balasan

1.

Iyan30 Oktober 2013 12.00

Rahasia dong. Masak belum apa-apa udah minta buka-bukaan?

2.

irfan lukman30 Oktober 2013 13.25

hehehe, bisa aja bung iyan jawabnya. tapi emang bener neh dik anmar rombe belum sama sekali mengerti
soal saham. Belajar dulu deh luangkan waktu buat baca blog ini sampai bener-bener paham.

Balas

37.

Anmar Rombe31 Oktober 2013 05.45

saya sudah baca sebagian bapak2, tapi masalahnya minggu depan udah mau praktek sih. yasudahlah. terimakasih
atas sarannya sukses!

Makna "Dow Jones" Bagi Pemain Saham Indonesia (Bagian I)


[Pos ini ©2011 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Kata “Dow Jones” sering terdengar dalam pembicaraan tentang saham.

“Semalam Dow Jones naik berapa poin?” tanya seorang investor saham kepada pialangnya. Atau ”Dow Jones jeblok
semalam,” celetuk seorang pemain saham dengan nada cemas. “Bisa-bisa saham Indonesia anjlok juga nih.”
Apa sebenarnya arti “Dow Jones” dan apa hubungannya dengan pemain saham di Indonesia? Pos ini akan berusaha
menjawab pertanyaan tersebut. (Saya tidak akan menyelami sejarah "Dow Jones" tapi lebih ke arah diskusi "Dow Jones" dari
sudut pandang pemain saham.)
Apa Itu "Dow Jones"

Ketika orang menyebut “Dow Jones,” yang biasa dimaksudnya adalah “Dow Jones Industrial Average” (DJIA). DJIA ini adalah
indeks yang terdiri dari 30 saham perusahaan besar industri di Amerika Serikat. “Industri” yang dimaksud di sini bukan hanya
perusahaan manufaktur tapi juga mencakup industri finansial, perbankan, asuransi, farmasi, pertambangan, retail, teknologi.

Ketigapuluh saham yang tercakup dalam DJIA bisa dikategorikan sebagai perusahaan “blue-chip” Amerika. (Silahkan baca pos
“Arti Istilah Saham ‘Blue-Chip’.”)

Kenapa Dinamakan “Dow Jones”

“Dow Jones” adalah nama penerbit surat kabar The Wall Street Journal. Penerbit inilah yang menyusun indeks saham 30
perusahaan besar industri yang mereka namakan “Dow Jones Industrial Average.”

Perusahaan Dow Jones ini menyusun tidak hanya "Dow Jones Industrial Average" saja, tapi juga indeks "Dow Jones
Transport" dan indeks-indeks yang lain. Tapi indeks-indeks lain tersebut tidak sepopular “Dow Jones Industrial Average.”
Maka dari itu, kalau orang mengatakan “Indeks Dow Jones” yang dimaksudnya kemungkinan besar adalah “Dow Jones
Industrial Average.”

Mengapa “Dow Jones” Terkenal

Charles Dow, salah seorang pendiri Dow Jones, adalah pencetus ide memakai indeks saham sebagai tolok ukur kondisi pasar
saham secara keseluruhan. Sebelum ini, bursa saham Amerika tidak mengenal indeks saham.

Logika Charles Dow kira-kira begini: Naik-turunnya satu saham memang tidak mencerminkan pergerakan pasar saham secara
keseluruhan, tapi rata-rata dari naik-turunnya beberapa saham bisa menjadi cermin pergerakan pasar saham secara
keseluruhan. Karena “Dow Jones Industrial Average” adalah salah satu indeks saham yang paling awal dikenal di bursa saham
Amerika, indeks ini terkenal ke seantero dunia sampai saat ini.

Sekarang anda sudah tahu sedikit tentang apa, kenapa, dan mengapa “Dow Jones Industrial Average.” Tapi apa hubungan
indeks saham di Amerika Serikat dengan saham Indonesia? Silahkan baca pos “Makna ‘Dow Jones’ Bagi Pemain Saham
Indonesia (Bagian II)."

Pasar Regular, Tunai, Negosiasi di Bursa Saham Indonesia, Bagian I


[Pos ini ©2012 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Karena hampir semua transaksi jual-beli saham dilakukan di Pasar Regular, banyak pemain saham—bahkan yang sudah
puluhan tahun berkecimpung di bursa—mengira hanya ada satu jenis pasar di Bursa Efek Indonesia.

Tidak begitu.

Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia dilakukan di dua jenis pasar: Pasar Regular dan Pasar Non-regular. Pasar Non-
regular terbagi lagi menjadi Pasar Tunai dan Pasar Negosiasi.

Pada pos ini saya akan membahas fungsi, tata laksana, dan cara penyelesaian transaksi ("settlement") di Pasar Regular, Pasar
Tunai, dan Pasar Negosiasi dari kaca-mata pemain saham.

Pasar Regular

Pasar Regular adalah pasar utama di mana para pemain saham bertransaksi. Kalau anda bertransaksi dengan online-trading
dan memasukkan order beli ("bid") dan order jual ("offer"), secara "default" order tersebut adalah order di Pasar Regular.
(Kalau anda belum mengerti tentang istilah "Bid" dan "Offer" silahkan baca dulu pos "Istilah 'Bid' dan 'Offer' Ketika Bermain
Saham.")
Pada tampilan Buy Order eTrading di atas yang saya tandai oval merah, anda bisa lihat bahwa "Mkt" (Pasar) secara default
adalah "Regular Board" atau Pasar Regular. Kalau pada sistem online-trading yang anda pakai tidak ada pilihan "Market,"
berarti secara "default" anda hanya bisa bertransaksi di Pasar Regular.

Hal lain yang harus anda ketahui: Order jual dan order beli di Pasar Regular HARUS dalam satuan lot, di mana satu lot (untuk
sekarang ini) sama dengan 500 lembar saham. Order beli atau jual untuk saham kurang dari satu lot—yang biasa disebut
"odd lot—tidak bisa dilakukan di Pasar Regular. Untuk mengetahui arti istilah "lot" dan "odd lot" silahkan baca pos "Arti
Istilah 'Lot' dan 'Odd Lot' di Bursa Efek Indonesia."

Pada tampilan Buy Order eTrading di atas, anda bisa lihat pada harga Bid 440 untuk Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur
(BJTM), "B Vol" (Bid Volume) adalah 58.176 lot, bukan lembar.

Settlement Pasar Regular

Settlement—alias penyelesaian transaksi—Pasar Regular adalah pada hari T+3. Saya tidak tahu pasti "T" ini singkatan dari
apa, tapi terkaan saya "T" ini adalah kependekan dari "Transaksi."

Apa arti T+3 ini?

Artinya, TIGA hari kerja bursa setelah transaksi (T+3) uang pembayaran DAN saham berpindah tangan.

Ada sebagian pemain saham yang salah kaprah, yang mengira bahwa saham langsung didapat pada T+0 sedangkan
pembayaran dilakukan di T+3. Tidak begitu.

Lebih jelasnya, kalau anda membeli saham sejumlah Rp 10 juta pada hari ini (hari T+0), anda harus membayar Rp 10 juta ini
tiga hari kerja bursa kemudian (T+3). Pada hari T+3 tersebut, saham yang anda beli masuk ke rekening anda.

Kalau anda bukannya membeli tetapi menjual saham sejumlah Rp 5 juta pada hari ini (T+0), uang hasil penjualan ini akan
masuk ke rekening anda pada hari T+3. Pada hari T+3 ini juga saham yang anda jual akan didebit dari rekening anda.
Kalau anda membeli dan menjual saham pada hari yang sama, bagaimana penyelesaian transaksinya?

Mau tahu jawabannya? Klik di sini untuk lanjut baca "Pasar Regular, Tunai, Negosiasi Bursa Saham Indonesia, Bagian II."

Jika anda baru BERPIKIR/BERENCANA mau mencoba


main/investasi saham

Main Saham Cepat Kaya?


[Pos ini ©2010 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Anda mungkin pernah melihat judul buku atau iklan pelatihan main saham dengan janji-janji sebagai berikut:

 Kaya dari bermain saham


 Untung 300% hanya dalam 12 hari
 Hanya dengan 10 menit sehari
 Tanpa menggangu pekerjaan anda
 Passive income seumur hidup
 Tidak perlu lagi bekerja kantoran

Kesan yang anda dapat adalah:

1. Main saham sangat mudah


2. Main saham besar untungnya
3. Main saham cepat untungnya
4. Main saham tidak makan waktu banyak

Benarkah begitu?

Pengalaman saya, sayangnya, berbeda 180 derajat: main saham bukan hanya sulit untung, malah bisa rugi banyak dalam
waktu cepat.

Jadi, mungkin anda bertanya, saya tidak bisa kaya dari saham?

Bisa. Tapi probabilitasnya amat sangat kecil. Artinya, kemungkinan anda menderita rugi sangatlah besar, jauh melebihi
kemungkinan meraih untung.

Maksud Iyan, lanjut anda, main saham tidak mungkin mendatangkan untung?

Bukan begitu.

Anda bisa mendapat untung dari main saham tapi tidak dengan mudah dan tidak dalam waktu cepat. Contohnya adalah saya
sendiri. Saya belajar, berjuang, berkorban, dan merugi bertahun-tahun sebelum merasakan keuntungan. Keuntungan itupun
relatif kecil dengan kerugian dan pengorbanan awal tapi, tetap saja, untung yang kecil itu jauh lebih baik daripada rugi.
Keuntungan kecil itu seperti setitik cahaya yang terlihat di ujung lorong kelam, mendorong saya untuk berjuang dan maju ke
arah tersebut.

Kalau begitu, anda kembali bertanya, intinya apa sih?

Begini: misalkan saja anda adalah pemula, mulai bermain saham (investasi atau trading) dengan ekspektasi berlebihan
seperti yang dijanjikan buku atau iklan. Setelah mencoba-coba beberapa bulan, anda bukannya untung tapi malahan
buntung. Modal anda tambahkan tapi ruginya malah membengkak. Akhirnya, dengan sangat kecewa, anda menyerah,
menghujat bursa, dan berikrar tidak mau lagi tahu-menahu urusan saham. Kekecewaan tersebut disebabkan ekspektasi
anda--yang terlalu tinggi--bertolak belakang dengan kenyataan. Karena ekspektasi tersebut, anda menyerah terlalu cepat
karena anda mengharapkan untung besar dalam sekejap.

Sebenarnya, bursa saham bisa menjadi sumber penghasilan, baik tambahan ataupun utama, bila anda mulai dengan
ekspektasi yang masuk akal. Anda harus meluangkan waktu untuk terus belajar dan tidak berharap menjadi kaya dalam
sekejap. Sukses main saham, seperti sukses di semua bidang lain, memerlukan usaha keras dan waktu panjang dan biaya
besar.

Mau tahu target keuntungan yang wajar dari main saham? Silahkan baca pos "Target Laba Main Saham."

Main Saham Bisa Untung Berapa?


[Pos ini ©2011 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Pada pos “Main Saham IPO Bisa Untung Berapa?” saya menulis bahwa rata-rata laba main saham IPO adalah sekitar 1% dari
modal. Itupun kalau untung. Bagaimana dengan main saham pada pasar regular? Untungnya bisa berapa?

Banyak pemula berangan-angan untung besar dari main saham: mereka bermimpi untung 5-10% per bulan, atau 60-120%
per tahun. Sebagai informasi, investor handal seperti Warren Buffet dan trader handal seperti George Soros hanya
mendapat imbal-hasil rata-rata 20-30% per tahun. Kalau investor dan trader handal hanya mendapat untung 20-30% per
tahun, masuk akalkah kalau pemula mengharapkan untung 60-120%?

Kalau begitu, bagaimanakah ekspektasi yang masuk akal?

Pada pos “Target Laba Main Saham (Bagian I)” saya menyarankan anda menentukan target keuntungan berikut:

Pengalaman sampai dengan 2 tahun: Rugi kurang dari 20% per tahun

Pengalaman 2 sampai dengan 6 tahun: Untung 10% per tahun

Pengalaman di atas 6 tahun:Untung minimal 20% per tahun

Dari target di atas, anda bisa lihat bahwa bagi pemula tidak rugi sudah merupakan prestasi yang membanggakan. Mengapa?

Karena siapapun yang punya modal untuk membuka rekening saham dapat langsung bertransaksi saham, tidak peduli
apakah ia bisa atau tidak, mengerti atau tidak. Pemula yang tidak tahu apa-apa tentang saham harus langsung berlomba
dengan pemain saham profesional yang sudah berpengalaman. Kalau saya ibaratkan dengan lomba renang, pemula yang
baru belajar berenang harus berlomba dengan atlet renang nasional. Coba anda pikirkan, kira-kira siapa yang akan menang?

Sebelum anda mulai main saham, sadarlah bahwa di bursa saham berlaku hukum rimba atau bahasa kerennya: Survival of
the Fittest. Atau Smartest, atau Luckiest.

Target Laba Main Saham (Bagian I)


[Pos ini ©2010 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Pada pos "Main Saham Cepat Kaya?" saya menganjurkan pemain saham pemula untuk tidak berekspektasi berlebihan dari
bermain saham. Kalau begitu, bagaimanakah target laba main saham yang wajar?
Target dapat kita tentukan dengan beberapa cara. Kita bisa mulai dengan yang paling sederhana: menentukan target secara
umum. Kita bisa juga menentukan target berdasar bingkai waktu (time frame) investasi, apakah jangka panjang (investasi)
atau jangka pendek (trading).
Untuk setiap kriteria tersebut, kita bisa membagi lagi target berdasarkan pengalaman sang pemain: apakah masih pemula
(pengalaman sampai dengan 2 tahun), menengah (sampai dengan 6 tahun), atau sudah mahir (di atas 6 tahun).
Menuntaskan topik ini, saya melampirkan contoh kasus nyata laba/rugi main saham sebagai bahan perbandingan.

Jadi, untuk mempermudah pembahasan, saya membagi topik ini menjadi empat pos:

1. Target Laba Main Saham (Umum)


2. Target Laba Investasi Saham (Jangka Panjang)
3. Target Laba Trading Saham (Jangka Pendek)
4. Contoh Kasus Laba/Rugi Main Saham

OK, mari kita mulai.

Target Laba Main Saham (Umum)

Bila anda baru mulai main saham, saya anjurkan anda menentukan target sebagai berikut:

Pemula (pengalaman sampai dengan 2 tahun)

Target pemula adalah rugi tidak lebih dari 20% modal per tahun.

Ya, anda tidak salah baca. Target wajar pemula bukan untuk mendapat untung tapi jangan rugi terlalu besar. Pemula yang
hanya merugi sedikit sudah dikategorikan sukses. Mengapa begitu? Mari kita bandingkan dengan proses belajar di bidang
lain.

Misalkan anda membuat kue untuk pertama kali. Apakah anda berharap kue tersebut akan seenak kue yang dijual di toko
kue terkenal? Tentu tidak. Anda sudah senang kalau kue itu layak dimakan.

Misalkan juga anda mengemudi mobil untuk pertama kali. Apakah anda langsung tancap gas seperti pembalap F-1? Tentu
tidak. Anda menginjak pedal gas perlahan-lahan, menjalankan mobil dengan sangat hati-hati, di jalan yang sepi tanpa
kendaraan lain.

Demikian juga seharusnya dengan main saham!

Semua proses pembelajaran butuh waktu dan biaya. Anda tidak bisa menjadi pastry-chef dalam sekejap. Anda juga tidak
mungkin menjadi pembalap F-1 tanpa latihan keras bertahun-tahun yang memakan biaya besar. Kalau begitu, masuk akalkah
jika pemula berharap untung besar dalam waktu cepat?

Mulailah dengan perlahan-lahan. Jangan bermimpi untung besar. Yang paling penting: usahakan rugi anda maksium 20% per
tahun.

Menengah (pengalaman sampai dengan 6 tahun)

Target pemain saham berpengelaman menengah adalah untung 10% per tahun.

Mengapa cuma 10%?

Setelah beberapa tahun bermain saham, anda sudah paham sedikit tentang saham. Bila saya ibaratkan anda sebagai
pengemudi motor, anda sudah pandai mengemudi motor, bahkan dengan kecepatan tinggi. Tapi anda baru jago ngebut di
jalan lurus. Anda belum ahli ngebut di sirkuit yang berliku-liku.

Dengan pemahaman terbatas itu, saya menyarankan target 10%, yang relatif kecil, supaya anda tetap berhati-hati. Bila
target terlampau tinggi, anda mungkin akan menjadi agresif dan melakukan kesalahan fatal dan merugi besar.
Mengapa 6 tahun?

Jangka waktu 6 tahun saya pilih karena adanya siklus ekonomi. Siklus ekonomi--yang rata-rata berlangsung 5-10 tahun--
berpengaruh besar pada bursa saham. Waktu ekonomi baik, saham naik; waktu ekonomi buruk, saham anjlok. Dalam kurun
waktu 6 tahun, anda kemungkinan sudah melewati separuh siklus ekonomi dan pernah merasakan kondisi saham terpuruk.

Mahir (pengalaman di atas 6 tahun)

Target pemain saham mahir adalah untung minimal 20% per tahun.

Ah, akhirnya anda sudah melalui satu siklus ekonomi, sudah sering merugi. Walaupun begitu anda tetap bertahan dan terus
belajar. Anda mulai dapat merasakan denyut pasar. Dengan berjalannya waktu, anda sekarang lebih sering untung daripada
rugi.

Dari pengalaman, anda tahu bahwa pasar tidak berkewajiban memberi anda untung. Tapi bila pasar memberi kesempatan,
anda akan membiarkan keuntungan beranak-pinak. Kebalikannya, bila pasar tidak memberi kesempatan, anda duduk manis
menanti dengan sabar, laksana singa menunggu mangsa.

Selamat, anda sudah lulus dan berhak menyandang gelar Magister Main Saham.

Bermodal gelar tersebut anda siap bekerja keras untuk menghasilkan laba 20% per tahun. Bila kondisi pasar bullish, anda
sangat mungkin mendapat laba lebih besar lagi. Seberapa besar untung yang anda dapatkan hanya tergantung pada usaha
keras dan waktu yang anda luangkan untuk terus belajar.

Siapkah anda untuk belajar dan berusaha keras untuk menjadi Magister Main Saham?

Mau tahu target laba investasi saham (jangka panjang) yang wajar? Lanjut ke "Target Laba Main Saham (Bagian II)."

35 komentar:

1.

Fitri3 September 2010 14.27

Jujur banget tulisannya. Bagus lah, ngga ngasih harapan yang muluk2 buat orang yang baru belajar main saham.
Ditunggu tulisan2 yang lain...

Balas

2.

dwi13 Desember 2010 07.45

Saya baru 1 tahun main saham dan hasilnya....buntung ..modal saya udah tinggal 35 persen, sulit sekali untuk
mengembalikannya....

Balas

3.

Iyan13 Desember 2010 09.21


Dwi, terima kasih atas keberanian anda mengaku rugi main saham. Main saham memang sulit, berbeda 180 derajat
dari yang digembar-gemborkan iklan buku atau pelatihan saham.

Tapi saya merasa Dwi bisa berhasil kalau terus belajar. Mengapa? Karena anda berani mengaku gagal dan sudah
menyadari sulitnya main saham. Hanya setelah kita mengakui kekurangan kita, kita dapat bangkit dari kegagalan
tersebut.

Saran saya: pelajari teknik cut-loss supaya kerugian dari masing-masing saham tidak mendatangkan bencana. Semua
proses belajar perlu waktu; jangan berharap kerugian Dwi kembali seketika. Semoga dalam beberapa tahun lagi Dwi
mulai bisa untung dari main saham.

Teruslah belajar!

Balas

4.

METRO23 Juni 2011 11.24

izin gabung om gan.


sy baru mo bljr saham..., hunting info tentang saham. syukurlah ktemu ma om gan. so, sy follow aja blognya om
gan....
super..., bener2 super....
thanks pencerahan sahamnya....

Balas

5.

Iyan23 Juni 2011 14.45

Terima kasih Bro Metro mau "bergabung." Trims juga sudah memberi komentar. Semoga Bro bisa cepat untung main
saham.

Balas

6.

donkurts2 Juli 2011 03.22

Beuuuh... mantap gan..


ini baru blog bacaan yang sebenarnya...
saya bangga kepada om gan, selama ini saya ingin dan mau bermain apapun resikonya, namun dari itu semua saya
mempunyai keterbatasan untuk bermain saham kemana dan kepada siapa serta dengan siapa saya harus berkiblat.
maklum saya orang awam dari kampung yang selalu dapat celaan serta comoohan dari tetangga sekitar "katanya
ngapain usaha yang gk jelas". walaupun sempat ciut tapi jujur saya mengabaikan semua omongan orang2 itu, Om
gan mohon pencerahannya. terima kasih

Balas

7.
Iyan2 Juli 2011 12.48

Gan Donkurts, terima kasih untuk komentar dan sharingnya.

Ketika saya beralih profesi (dari pegawai kantor dengan pendapatan lumayan) menjadi pemain saham full-time,
hampir semua teman dan saudara tidak setuju. Termasuk Ibu saya. "Kamu meninggalkan kerja yang mapan untuk
sesuatu yang tidak jelas," begitu katanya. Tapi saya tidak menyukai pekerjaan saat itu dan saya tahu saya punya
"passion" dalam dunia saham. Jadi saya jalan terus. Sekarang, Ibu mengakui saya mengambil keputusan tepat.

Intinya: jangan biarkan orang lain menyetir hidup anda karena hanya anda yang tahu apa yang anda mau dan apa
yang anda mampu lakukan. Tapi ingat juga: main saham tidak mudah dan perlu pengorbanan waktu dan uang yang
banyak sebelum anda mulai mengais sukses. Kalau memang pada akhirnya terbukti tidak berhasil, jangan malu untuk
berhenti.

Balas

Balasan

1.

andri anto7 Juni 2013 03.43

hehe kasusnya sama banget dg apa yg saya alami di bbrp minggu terakhir ini, mulai kurang menyukai
pekerjaan yg skrg. Dan kebeneran sedang giat2 nya belajar ttg saham, ditunggu posting selanjutnya bung
Iyan. Thx buat posting2an nya \m/ ^_^ \m/

Balas

8.

Tika Sie17 Februari 2012 15.19

blong yang sangat bermanfaat. saya sangat tertarik bermain saham, karena saya tahu resiko bermain saham sangat
besar maka sblm mulai bermain saya ingin belajar banyak terlebih dalulu. dan menenukan blong ini. sangat
menginspirasi.

Balas

9.

da fiest5 Agustus 2012 12.24

Very,very,very good writer,jujur dan ikhlas beri info...geniusss

Balas

Balasan

1.

Iyan6 Agustus 2012 09.06


Bung da fiest, terima kasih sekali untuk pujiannya. Saya tidak genius (walaupun kadang-kadang saya merasa
pinter, tapi kadang-kadang doank); kalau benar genius seharusnya saya sudah kaya raya dari main saham.

Balas

10.

nindyas8 September 2012 11.13

Bulan Desember 2010 modal saya tinggal 35%, setelah berjuang keras akhirnya saat ini saya bisa balik modal....jadi
setelah 3 tahun lebih saya trading saham baru balik modal...belum untung, semoga ditahun mendatang saya sudah
bisa untung...sungguh perlu pengorbanan yg sangat besar baik waktu tenaga biaya dan fikiran untuk bisa survive di
saham.

Dari pengalaman saya selama ini, salah satu kunci keberhasilan trading saham ternyata keberanian untuk cut loss.

Terimakasih Om Iyan...Anda benar..Cut Loss adalah senjata yang perlu dimiliki dalam trading saham.

Salam
Dwi

Balas

Balasan

1.

Iyan9 September 2012 07.56

Dwi, terima kasih banyak sudah berbagi pengalaman anda.

Banyak pemula yang tidak percaya bahwa main saham sangat sulit dan menyedot banyak tenaga, pikiran,
dan waktu.

Setelah mengalami rugi tapi masih tetap belajar terus, Dwi di masa depan sangat mungkin akan mulai
meraup untung.

Balas

11.

marsellblack28 Oktober 2012 14.40

mantapp ne sya suka penjelasan om yg tidak muluk tentang main saham sya berminat ingin main saham tpi blm twu
cranya om masih awam ne

Balas

12.

@kawaii11 Desember 2012 22.59


Blog nya inspiratif dan informatif
Terima kasih buat sharing nya. Semoga ke depan semakin sukses.

Sy ada bbrp pertanyaan mohon pencerahannya.


1. Sejak kapan bpk bisa memberi "gaji" ke diri sendiri? Kalo boleh tau, pada saat itu berapa kira2 jumlah dana
kelolaannya?

2. Sy ingin main saham, tapi sy juga ingin rutin memberi gaji ke diri sendiri. Kapan seharusnya sy mulai menggaji diri?

Balas

Balasan

1.

Iyan12 Desember 2012 09.22

1. Saya "mampu" membayar gaji saya sendiri setelah tiga tahun main saham full-time.

"Gaji" saya per bulan di saat itu kira-kira 2.5% dari dana kelolaan. Dengan bertambahnya modal, "gaji"
tersebut lambat-laun turun ke sekitar 1% modal.

2. Anda sebaiknya menggaji diri sendiri kalau sudah KONSISTEN mendapatkan laba.

Balas

13.

achmad sihab24 Desember 2012 02.11

blog nyq bqgus om,orang awam seperti saya mudah mengerti


ada beberapa pertanyaan maaf sebelumnya,menurut kriteria yg om iyan jelaskan saya termasuk sebagai investor
saham yg mau saya tanyakan saham apakah yg cocok dan beresikokah klo saya bermain disaham IPO.
mohon pencerahannya.terima kasih

Balas

Balasan

1.

Iyan24 Desember 2012 08.55

Bung Achmad, kalau anda baca halaman "About," saya tulis di sana bahwa saya tidak merekomendasikan
saham spesifik.

Main saham, apapun sahamnya, selalu beresiko rugi.

Balas

14.
Joe Advertising13 Januari 2013 17.02

Salam, Pak Iyan..


Blog yang sangat bermanfaat. Beruntung sekali bisa menemukan pakar ahli yang bersedia sharing..

Saya juga pemain baru.


Awalnya sya tertarik main saham, karena seperti yang Pak Iyan tulis di profil : "Beli di harga murah, jual di harga
tinggi. Apa susahnya?"

Persis seperti itu.


Dari sana saya berangan-angan mendapatkan profit besar dalam waktu singkat.

Tapi seiring waktu terjun langsung, sungguh tragis.


Hahahaha...

Awalnya saya ingin main aman, BHIT yg masuk kategori LQ45.


Tapi, selalu kalah antrian yang jumlahnya puluhan ribu setiap hari.

Tidak ada hasil selama beberapa minggu.

Akhirnya saya -curhat- ke pihak broker yang dulu membantu saya dari awal. Disarankan bermain di saham XXX,
sedang digoreng, dan berpeluang naik hingga 205.

Saat itu, saham yang direkomendasikan sedang naik terus.


Dan saham yang saya beli di 195, close di 198.
Tidak puas dengan profit 3 point dan mengacu pada "bocoran" bisa tembus di 205, esoknya saya tahan sampai yahh
minimal 200.

Tapi apa yang terjadi?


kemarin saya beli 195 dan seharusnya bisa profit 3 point, besoknya harga malah turun terus.
Saya tidak rela cut loss, tetap berharap akan naik lagi.

dalam waktu sekitar 1 bulan, rugi semakin besar, sampai tembus 30%. Semakin panik. Bingung, mau cut loss sebesar
itu, atau tunggu. Saya putuskan tunggu.

Lalu syukurlah naik lagi, tapi berhari-hari harganya main di 170an terus. Sampai akhirnya saya cutloss di rugi 15%.

Anehnya, setelah cut loss 15%, harga meroket lagi sampai 180an. Ga bisa komen.. Hanya merasa saya dianak-tirikan,
merasa memang sudah ada skenario yang untuk menjatuhkan saya.. begitu pikir saya..

Tapi yasudahlah, saya anggap itu pelajaran.


==================================================

Dari cerita saya diatas, yang bisa saya sarankan adalah memang penerapan CUT LOSS itu amat penting.
Lebih baik rugi sedikit, daripada saham itu di hold lalu rugi sampai 35% seperti saya.

Coba bayangkan, kalau cut loss di 5%, misalnya.


kan sisa modal bisa kita belikan saham incaran kita sewaktu lagi turun, lalu jual waktu naik..

Dan lagi, jangan serakah.


Bagi saya yang masih pemula, mengatasi keserakahan agak susah. Perasaannya ga puas cuma profit segini, merasa
bisa naik terus.

Lebih baik untung sedikit, daripada rugi banyak.

========================================================
Terimakasih atas info2 dalam blog ini, saya ingin baca dari awal sampai habis..

Semoga selalu diupdate :D


Thanks~

Balas

Balasan

1.

Iyan14 Januari 2013 10.20

Joe, terima kasih untuk sharingnya yang saya yakin akan membantu pembaca-pembaca yang lain.

Balas

15.

VILLI LUO1 Maret 2013 20.57

om izin copy yah.. saya lagi belajar saham, yah buat nambah" ilmu :)

Balas

Balasan

1.

Iyan3 Maret 2013 08.49

Permission granted. :D

Balas

16.

GAMA INTER STUDI19 Maret 2013 18.19

mksh pak iyan..tulisan yang berbobot..saya mau belajar saham ,sekarang pengalaman nol..tulisan ini yg saya baca
pertama..semoga bisa melangkah lebih jauh. salam kenal.

Balas

17.

Syakira Niam (a kinda shop you meet when surfing)6 April 2013 20.33

meski baru tahap belajar 'wawasan' saham, tapi blognya pak Iyan ini lengkap dan riil banget, dalam arti realita di
lapangan diceritakan..sangat bermanfaat tulisan2nya pak Iyan :)

Balas
18.

ican sugita10 Juli 2013 09.08

Salut buat pa iyan, mau berbagi dengan apa adanya,,tanpa janji2 manis,tp tetap membuat penasaran untuk
mencoba.menurut bapa harapan untuk memperoleh keuntungan meskipun dengan jumlah alakadarnya, atau
bahkan impas saja, bisa diWujudkan untuk pemula, atau memang dengan meminimalkan kerugian sudah cukup
realistis. Dan masukan Bapa untuk pemula seperti saya dalam menetapkan tujuan paling tepat untuk terjun di
bidang ini, sehingga ada pondasi kuat untuk terus mencoba meskipun diawal2 mengalami kerugian, terimakasih
untuk mau membAca dan memberi pencerahan...=)

Balas

Balasan

1.

Iyan10 Juli 2013 09.54

Secara teori, mendapat untung dari main saham TIDAK SULIT. Tapi, prakteknya sulit karena manusia pada
dasarnya enggan mengaku salah.

Ketika bermain saham, anda mengaku salah dengan CUT-LOSS. Kalau anda bisa konsisten CUT-LOSS saham-
saham yang merugi, lambat laun anda akan mendapat untung dari saham.

Tujuan main saham, pada akhirnya, adalah mendapat untung. Tapi sebagai pemula, tidak rugi sudah
merupakan prestasi bagus.

Balas

19.

Cupriadi Ucup20 Oktober 2013 16.23

Sangat realistis,sy mulai main saham disaat Bullish (maret 2013),cari cuan seperti mudah,pergerakan harga relatip
mudah diprediksi.sudah PERNAH balik modal bahkan lebih sedikit.Tapi sekarang modal malah sudah tergerus 25
%,dan sekarang juga sy lagi hold saham yg harga nya lagi turun.Saya pastikan hari senin untuk Cutloss.terima kasih
pak iyan,sy pengikut setia blog pak iyan walau jarang comment

Balas

Balasan

1.

Iyan21 Oktober 2013 08.32

Bung Cupriadi, terima kasih untuk sharingnya.

Kalau anda sudah sadar bahwa main saham tidak mudah, saya percaya setelah itu anda akan perlahan-lahan
bisa untung konsisten.
Balas

20.

Albert Christian21 Oktober 2013 21.01

Blog yang sangat bagus. Saya adalah seorang gold trader, tapi saya mendapat masukan2 dari blog ini. Terima kasih
kepada penulis dan orang2 yang memberi komentar yang membangun.

Balas

Balasan

1.

Iyan22 Oktober 2013 08.34

Bung Albert, terima kasih untuk comment-nya.

Mungkin anda bisa sharing suka-duka trading emas?

Balas

21.

waluya24 Oktober 2013 03.25

Bung Iyan, saya sungguh beruntung menemukan blog ini.....karena setelah mendapat uang pesangon, uang yang ada
saya tempatkan di produk asuransi yang ada investasinya, tapi baru 8 bulan berjalan uang saya berkurang (loss)
sebanyak 30 %, dan sekarang dalam proses penutupan account (sedih sekali memang, di saat kondisi sulit ini). Tapi
saya masih ada semangat dan akan mencoba dengan pure investasi di saham. Saya terobsesi dan terinspirasi dari
pengalaman anda yang berani keluar dari pekerjaan yang bergaji lumayan. Semoga saya dapat belajar dan
pencerahan dari Ilmu Bung Iyan di Blog yang super ini. Salam Sukses bung Iyan.....

Balas

Balasan

1.

Iyan24 Oktober 2013 08.50

Bung Waluya, terima kasih untuk sharing anda.

Awal belajar main saham, jangan masukkan jumlah uang besar. Step-by-step, supaya modal anda tidak
tergerus habis.

Salam Sukses juga. Jangan lengah dan teruslah belajar.

2.
Willy24 Oktober 2013 11.38

Halo kawan Waluya,

kalau main saham dalam 8 bulan sudah panik ketika saham loss 30%, berarti kawan Waluya tidak cocok main
investasi jangka panjang. Asal tahu saja, investor terbaik Indonesia macam Lo Kheng Hong saja pernah
mengakui kalau dia sempat loss sampai 75% lebih ketika krisis 2008, tetapi dia bukan saja tidak berhenti
main saham, tetapi malahan memborong lebih banyak lagi saham ketika 'Indonesian Great Company Sale',
dan akhirnya memang happy ending bagi beliau. Pak Lo Kheng Hong memang layak disebut Warren Buffet-
nya Indonesia. :D

Tapi kalau maksud kawan Waluya uang pesangon itu untuk trading yang spekulatif (beda loh sama
investasi!), jangankan anda, saya dan Pak Iyan juga pasti panik kalau sampai 8 bulan malah turun 30% modal
kita!

PS: Selain saham, Forex juga bisa kawan Waluya pertimbangkan jika fokusnya ingin trading. ;)

Balas

22.

waluya25 Oktober 2013 03.25

Halo juga kawan Willy,


terimakasih atas saran dan infonya. Betul sekali kawan, saya waktu itu memang panik. Masukkan kawan Willy
tentunya akan saya perhatikan dan pertimbangkan.
Uraian, pertanyaan dan jawaban di blog nya bung Iyan semakin mempermudah pemahaman saya tentang saham
dengan segala persoalannya.
Salam sukses kawan Willy........

Balas

23.

FAUZAN2 November 2013 16.21

blog yang jujur dan sangat inspiratif

Definisi "Main Saham" di Blog Ini


[Pos ini ©2010 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Saya memakai frase main saham untuk mengartikan segala sesuatu yang berhubungan dengan jual-beli saham, termasuk
investasi jangka pendek sampai jangka panjang, termasuk trading harian ataupun trading mingguan (swing trading), juga
termasuk aksi korporasi (IPO, right issue, dll).
Saya pribadi lebih menyukai frase dagang saham atau jual-beli saham karena kata main berkonotasi santai dan menghibur.
Tetapi di dunia bisnis, kata main sering dipakai sebagai euphemisme kata bisnis atau dagang. Pedagang tekstil bilang dia
main tekstil, pebisnis elektronik ngakunya main elektronik. Kalau pebisnis aja lebih memilih kata main untuk menyebut
profesinya, saya rasa pedagang saham tidak keberatan disebut pemain saham.

Ada yang menganjurkan mengganti frase main saham dengan investasi saham. Walaupun maksud mereka baik, tetapi saya
tidak setuju. Investasi memang berkonotasi positif tetapi kata investasi biasanya diartikan investasi jangka panjang
berdasarkan analisa fundamental. Padahal, banyak juga orang main saham cepat (alias trading) dan banyak juga orang yang
membeli saham tanpa analisa apapun (spekulasi murni). Artinya, main saham mencakup investasi saham tetapi investasi
saham tidak mencakup cara main saham yang lain.

Jadi di blog ini, main saham berarti semua jenis jual-beli saham, dari jangka sangat panjang sampai sangat pendek, dengan
atau tanpa analisa.

Stress Main Saham Takkan Pupus


[Pos ini ©2010 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Ketika bertemu kenalan baru, setelah basa-basi biasanya mereka bertanya, "Main apa, Pak?" Maksudnya: profesi anda apa.
Saya jawab, main saham.

Mereka biasanya memberi salah satu dari tiga reaksi berikut.

Ada yang bilang: "Wah, enak dong untungnya banyak." (Silahkan baca pos "Main Saham Cepat Kaya?")

Ada juga: "Seru ya, tiap hari berjudi."

Atau, favorit saya: "Oh," sambil menatap saya dengan sorot mata 20% iba 80% sinis, menyiratkan kasihan deh lu nganggur,
lalu ia lekas-lekas mengalihkan pembicaraan agar tidak mempermalukan saya lebih lanjut.

Dari reaksi-reaksi tersebut saya simpulkan bahwa kebanyakan orang menganggap main saham itu mudah, seru, dan tidak
layak disebut profesi. Tidak ada yang berpikir bahwa main saham—baik investasi ataupun trading saham—sebenarnya
adalah pekerjaan yang sulit dengan tingkat stress tinggi. Dan stress itu tidak pupus walaupun anda sudah berpengalaman
bertahun-tahun.

Kok begitu?

Anda mungkin berpikir stress datang karena kita merugi. Pada mulanya memang betul: saya stress kala rugi. Hampir semua
pemula stress karena rugi. Dengan bergulirnya waktu, saya sadar bahwa rugi adalah resiko profesi: tidak mungkin selalu
untung dan tidak pernah rugi. Menyadari hal tersebut, saya menerapkan prinsip cut-loss, mulai bisa menerima kerugian, dan
stress saya berkurang.

Menerapkan prinsip cut-loss memang mengurangi stress tetapi stress tetap ada. Lha, saya bingung. Udah menerima
kenyataan bahwa rugi adalah resiko profesi tapi kenapa stress tidak hilang total? Setelah mencermati hal ini, saya sadar
bahwa stress tidak bisa dipisahkan dari spekulasi, bukan karena selalu ada kemungkinan rugi, tetapi karena saya selalu harus
membuat keputusan: beli, jual, atau pegang (buy, sell, or hold).

Masa sih? tanya anda.

Mari kita pikirkan. Dalam kehidupan sehari-hari kita berusaha sedapat mungkin untuk tidak membuat keputusan baru.
Nyatanya, setiap hari anda berangkat ke kantor melalui rute yang sama. Setiap hari ketika makan di rumah, anda duduk di
kursi yang sama. Setiap malam ketika mau tidur, anda berbaring di sisi ranjang yang sama (bila anda tidur berdua—dengan
pasangan anda—tentunya). Pilih yang rutin, jangan pilih yang berbeda, karena anda tidak mau menerima resiko melakukan
hal yang berbeda.

Kalau anda main saham, anda harus—dan tidak bisa tidak—membuat keputusan. Apalagi pedagang saham full-time seperti
saya: kalau saya tidak mengambil resiko dengan membeli saham, saya tidak akan pernah untung. Dengan membeli, saya
membuka kemungkinan merugi. Setelah membeli, entah saham itu naik atau turun, saya harus memutuskan apakah harus
pegang atau jual. Setelah membuka posisi (dengan membeli) saya tidak bisa menghindar dari keharusan membuat
keputusan.

Mari kita lihat detailnya. Ketika membeli saham, saya langsung menentukan titik cut-loss. Nah, kalau saham naik, semuanya
indah tapi saya tetap harus memutuskan kapan menjual. Kalau saham turun, saya sudah tahu titik cut-loss dan tinggal
memutuskan kapan itu harus dilakukan.

So, masalahnya apa?

Mari kita lihat kasus berikut. Misalnya saya membeli saham BUMI di Rp 4000; saya tentukan titik cut-loss di 3600. Beberapa
saat kemudian BUMI turun ke harga penutupan 3650. Saya siaga untuk menjual BUMI kalau besok ia mencapai 3600. Ketika
pasar buka, BUMI turun ke 3600 dan saya langsung memasang jual BUMI di 3600 tapi tidak laku. Menjelang jam 12 siang
BUMI malah turun ke 3500. Apa yang harus saya lakukan?

Apakah saya harus menjual di 3500 pada saat itu? Atau menunggu sampai sore, berharap BUMI saya di 3600 laku?

Kalau saya jual di 3500 pada siang hari dan sorenya BUMI naik ke 3600, saya akan kecewa dan stress membuat keputusan
salah. Kalau saya tidak jual dan sore hari BUMI turun ke 3400, saya juga akan stress. Jual stress, tidak jual juga stress. (Mau
tahu opsi lain yang bisa dilakukan? Silahkan baca pos "Dow Jones Turun 513 Points Semalam. Tindakan Apa Yang Bisa Anda
Lakukan"; di pos ini saya hanya membicarakan tentang stress main saham.)

Saya harap anda mulai memahami sulitnya main saham: kita diharuskan membuat keputusan terus-menerus dan banyak
dari keputusan itu berasa getir. Kalau anda mau main saham, siapkan diri untuk stress. Tapi kalau anda mau hidup tenang
tanpa stress, lebih baik jangan main saham.

10 komentar:

1.

He5 Desember 2012 11.18

Pak, kalau saya melihat sebagai pemula adalah positif, menurut pandangan saya sebelumnya dan sampai sekarang :)
pemain saham adalah orang yang punya duit atau pengusaha yang punya waktu (makanya orang2 yang nanya
langsung oh...karena kagum kali pak :).
Kalau mengenai memesan jual diharga tertentu apabila saham turun bukan kategori cutloss pak? kok pakai istilah
gak ada yg beli? Terimakasih tanya terus pak gak pa2 kan he he he

Balas

Balasan

1.

Iyan5 Desember 2012 11.37

Saya tidak mengerti pertanyaan anda. "Kalau mengenai memesan jual diharga tertentu apabila saham turun
bukan kategori cutloss pak? kok pakai istilah gak ada yg beli?"
Bisa diperjelas?

Balas

2.

He5 Desember 2012 13.25

Pak Iyan tulis: "Ketika pasar buka, BUMI turun ke 3600 dan saya langsung memasang jual BUMI di 3600 tapi tidak
laku."
Yang saya pahami: Bapak pesan jual diharga tertentu.
Pertanyaan: Apa pesan jual diharga tertentu termasuk cutloss pak, dan apa mungkin sampai tidak laku pak.
Bagaimana kalau cutloss tidak pesan jual, jadi langsung jual diharga bid pada waktu harga bid menunjukkan nilai
penurunan tertentu.
Terimakasih, saya pemula mohon pencerahannya :)

Balas

Balasan

1.

Iyan5 Desember 2012 13.54

Ketika pasar baru buka (untuk saham yang tidak ada pre-opening), "bid" dan "offer" baru terbentuk beberap
detik kemudian(karena semua order masuk dalam waktu bersamaan). Jadi, sulit untuk langsung menjual di
"bid" karena "bid" nya saja kita belum tahu.

Saham yang kemarin tutup di harga 3650, biasanya pada hari berikutnya akan ada "bid" di 3625 atau 3600.
Tapi karena pasar sedang turun, belum tentu ada "bid" di 3600. Kalau tidak ada "bid", tidak akan laku kalau
kita jual di harga tersebut.

Balas

3.

SilverHeart31 Mei 2013 17.26

Pa, hari ini saya lihat saham TLKM turun terus sampai jam 1600 di 11300, kemudian entah bagaimana ketika saham2
running lagi tiba2 tercatat saham tsb ada transaksi di 11050 dgn volum sampai 92000an

Lebih bingung lagi saya di share activity TLKM tidak ada yg menjual & membeli di harga 11050 sampai volume
sebesar itu

Tolong pencerahannya pa apa yg sebenarnya terjadi karena jujur saya shock di balik layar dari yang mengantri di
11200an tau2 skip banyak sampai ke 11050 tanpa ada transaksi di 11100 dan 11150

Balas

Balasan
1.

Iyan1 Juni 2013 15.17

TLKM turun ke 11050 pada saat sesi PRE-CLOSE.

Mulai 01 Januari 2013 Bursa Efek Indonesia melaksanakan sesi Pre-Close dan Post-Close.

Silahkan google Pre-Close dan Post-Close untuk mengetahui tata-laksana sesi-sesi tersebut.

2.

SilverHeart1 Juni 2013 17.48

terima kasih atas balasannya pa

saya barusan baca pre & post closing, apakah pemahaman di bawah ini benar?

jam 15.50 – 16.00 masih ada bid & offer di 11000 - 11300, mayoritas di 11050
jam 16.00 - 16.04 Bursa menetapkan closing price 11050
jam 16.05 – 16.15 masih bisa trading

Kemudian apa yg terjadi dengan bid & offer di 11100 & 11150? apakah berhasil di harga tsb atau jadinya di
11050?

3.

Iyan2 Juni 2013 17.46

Pemahaman anda kurang lebih benar.

Kalau Closing Price di 11050, berarti semua kejadian di 11050. Kalau anda beli/bid di 11150, tetap saja Trade
Done-nya di 11050. Kalau anda jual di 11150, berarti saham anda TIDAK terjual.

Balas

4.

arman budianto18 Oktober 2013 13.12

salam bung iyan

kalau bung iyan punya rencana bikin buku saya siap jadi pembeli pertama seriuuuus nich,,,,,,
bs hub pin bb 2a4adb36

Balas

Balasan

1.
Iyan18 Oktober 2013 14.13

Bung Arman, terima kasih untuk dukungannya.

Memulai Main Saham Sangatlah Mudah


[Pos ini ©2011 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Beberapa tahun belakangan ini—ketika banyak perusahaan sekuritas yang menawarkan internet trading—calon investor di
Bursa Efek Indonesia bisa mulai main saham dengan modal hanya Rp 5 juta. Syarat-syarat administrasi juga sangat mudah:
mengisi formulir lalu melampirkan fotokopi KTP dan NPWP. Selang beberapa hari sang investor sudah bisa mulai jual-beli
saham melalui internet.

Amat sangat mudah. Amat sangat cepat.

Saking mudah dan cepatnya proses untuk memulai main saham ini, banyak orang awam yang berangan-angan untuk
berhenti dari pekerjaannya yang membosankan, mulai berbisnis main saham, dan menjadi kaya dalam beberapa tahun.

Lagi-lagi saya akan membuyarkan mimpi indah ini.

(Saya kadang merasa sangat jahat selalu membuyarkan mimpi indah orang. Tapi saya akan merasa lebih bersalah kalau
membiarkan investor awam menghamburkan dan menghabiskan semua tabungannya di bursa saham karena ia tidak pernah
diperingati bahwa main saham sebenarnya sangat sulit.)

Mudah untuk memulai main saham—istilah kerennya low barrier-of-entry—tidak berarti mudah pula untuk mendapat
UNTUNG dari main saham. Malahan sebaliknya.

Mengapa?

Bisnis apapun yang barrier-of-entry (halangan untuk masuk)-nya rendah berarti siapapun bisa masuk. Kalau siapapun bisa
masuk, berarti persaingan sangatlah ketat. Dengan persaingan ketat ini berarti sangatlah sulit untuk sukses.

Coba anda pikirkan, adakah bisnis atau profesi yang mana dapat dilakukan siapa saja dan yang mana pelakunya sukses
semua. Kalau ada, pasti semua orang sudah masuk ke bisnis atau profesi tersebut dan tidak ada lagi orang melakukan bisnis
dan profesi lain. Secara logika, hal ini tidak mungkin ada.

Logika bahkan mendikte bahwa bisnis dengan low barrier-of-entry harus bersifat high barrier-to-succeed (halangan tinggi
untuk sukses). Artinya, para pelaku bisnis itu akan terseleksi secara alamiah: yang berkemampuan (fisik, mental,
pengetahuan, keahlian, finansial, dan lain-lain) rendah akan tersingkir, yang berkemampuan sedang akan bertahan untuk
hidup layak, dan hanya segelintir yang berkemampuan tinggi akan menggapai sukses.

Cukup banyak orang yang punya suara yang indah, tapi berapa banyak yang sukses jadi penyanyi? Ada banyak orang yang
pandai memasak, tapi berapa banyak yang sukses menjadi wiraswasta restoran? Banyak orang membuka usaha warung, tapi
berapa yang sukses? Ada banyak orang yang punya modal Rp 5 juta untuk mulai main saham, tapi berapa banyak yang bisa
kaya dari saham?

Saya tidak mengatakan bahwa seorang pemula tidak mungkin sukses main saham. Kemungkinan selalu ada. Yang saya
katakan di sini adalah: Jangan menyamakan kemudahan untuk mulai main saham (low barrier-of-entry) dengan kemudahan
untuk menjadi sukses dari main saham (low barrier-to-succeed). Anda malahan harus menyadari kebalikannya:
Low barrier-of-entry means high barrier-to-succeed

Rendahnya halangan untuk masuk berarti tinggi halangan untuk sukses.

Bisakah "Hidup" Hanya Dari Bermain Saham?


[Pos ini ©2011 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Banyak orang yang berangan-angan meninggalkan pekerjaannya yang membosankan dan mencari penghasilan dari bermain
saham.

“Saya sudah muak dengan pekerjaan sekarang,” begitu mungkin gerutu anda dalam hati. “Alangkah asyiknya kalau saya
berhenti bekerja dan bermain saham full-time dan menjadi kaya dalam waktu singkat. Kalaupun tidak kaya, setidak-tidaknya
saya tidak perlu lagi mendengar ocehan Bos yang mengesalkan itu.”

Pertanyaannya: bisakah seseorang mengandalkan penghasilan utama hanya dari bermain saham purna-waktu (full time)?

Sebelum anda bisa menjawab pertanyaan tersebut anda harus terlebih dahulu menjawab dua pertanyaan berikut:

1. Berapa modal yang anda siapkan untuk bermain saham?


2. Berapa lama anda bisa bertahan sampai mulai mendapat untung?

Mari kita telaah kedua pertanyaan di atas dengan detil.

Berapa modal yang anda siapkan untuk bermain saham

Pada pos Target Laba Main Saham (Bagian I) saya menyarankan pemain saham berpengalaman menengah (2-6 tahun) untuk
menetapkan target keuntungan 10% per tahun dari modal. Menggunakan saran ini anda bisa menghitung apakah bermain
saham bisa mencukupi untuk anda hidup layak.

Misalkan anda punya modal awal Rp 50 juta. Penghasilan yang bisa anda harapkan dari bermain saham adalah:

10% x Rp 50 juta = Rp 5 juta per TAHUN

Jadi dengan modal Rp 50 juta, target penghasilan bulanan anda adalah Rp 417.000. Nah, hanya anda yang dapat menjawab
pertanyaan apakah Rp 417.000 cukup untuk memenuhi kebutuhan anda sebulan.

Jadi seandainya anda memutuskan mulai main saham dengan modal Rp 50 juta dan berangan-angan mendapat penghasilan
Rp 10 juta per bulan alias Rp 120 juta per tahun, lekas-lekaslah hapus angan-angan tersebut dari benak anda. Yang jauh lebih
mungkin terjadi adalah anda rugi terus-menerus dan modal Rp 50 juta tersebut hanya tersisa Rp 10 juta atau bahkan habis
total.

Berapa lama anda bisa bertahan sampai mulai mendapat untung

Target laba 10% per tahun dari modal di atas adalah untuk pemain saham berpengalaman menengah (2-6 tahun). Bila anda
belum berpengalaman main saham sama sekali, saya katakan juga pada pos Target Laba Main Saham (Bagian I) bahwa target
anda adalah untuk rugi tidak lebih dari 20% per tahun. Bisa tidak rugi sama sekali pada dua tahun pertama sudah merupakan
prestasi luar biasa bagi pemain yang baru mulai main saham.

Mari kita lihat ilustrasi berikut.


Seandainya anda berhenti dari kerja anda dan mulai bermain saham dengan modal Rp 50 juta. Seandainya pula anda perlu
biaya Rp 2 juta per bulan untuk kehidupan sehari-hari. Dan seandainya pula anda berhasil tidak rugi sama sekali selama dua
tahun. Selama periode tersebut anda tidak mendapat penghasilan sama sekali tetapi harus mengeluarkan biaya:

24 bulan x Rp 2 juta/bulan = Rp 48 juta

Jadi kalau anda tidak rugi sepeserpun, modal Rp 50 juta itu hanya akan tersisa Rp 2 juta setelah anda “berlatih” bermain
saham selama dua tahun.

Dari ilustrasi di atas anda mungkin sadar bahwa sangat sulit untuk bisa “hidup” dari bermain saham bila modal anda hanya
Rp 50 juta. Apalagi kalau kurang dari itu!

Anda mungkin bertanya,"Kalo begitu berapa semestinya modal awal untuk mulai main saham?"

Mau tahu jawabannya? Silahkan baca pos "Berapa Sebaiknya Modal Awal Main Saham?"

Kapan Kondisi Ideal Untuk Investasi Saham?


E.B.White's A Writer Who Waits for Ideal Conditions

[Pos ini ©2012 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Apakah ada kondisi ideal untuk investasi atau trading saham?

E.B.White--penulis asal Amerika Serikat--mengatakan bahwa penulis yang menunggu kondisi ideal untuk mulai bekerja akan
meninggal tanpa menulis sepatah katapun.

Kalau kita terapkan kalimat mutiara tersebut dalam konteks bermain saham, bunyinya kira-kira begini:

Pemain saham yang menunggu kondisi ideal untuk memulai investasi saham akan keburu mampus tanpa membeli saham
apapun.

Artinya?

Tidak ada waktu ideal untuk mulai investasi atau trading saham. Yang penting adalah anda memulainya. Hanya dengan
memulai bermain saham anda akan tahu apakah saham adalah investasi yang cocok untuk anda. Kalau cocok, lanjutkan;
kalau tidak, berhenti.

Dalam belajar apapun, yang harus melangkah untuk memulainya adalah anda. Bukan suami/istri anda, bukan bapak/ibu
anda, bukan anak anda, bukan teman anda. Dan langkah pertama bermain saham adalah dengan membuka rekening
transaksi saham. (Silahkan baca pos "Bagaimana Cara Membeli Saham Indonesia" dan "Sekuritas/Broker Mana Yang
Bagus?")

Banyak orang hanya berkhayal kaya dari saham. Tapi semuanya hanya angan-angan, mimpi di siang bolong. Bagaimana mau
sukses kalau untuk memulai saja tidak mau?

Apakah anda tipe seperti ini?

5 komentar:

1.

Farsa Randitama5 Januari 2013 16.45

Terimakasih postinganya berguna banget

Balas

2.

Pangke Jaya9 Juni 2013 01.37

Bung Iyan,

Ini poin mandatory untuk saya :


Jangan mulai sebelum tahu apa (nama, sector, pemilik) saham.
Jangan mulai sebelum membaca fundamental emitmen.
Jangan mulai sebelum mengerti membaca grafik teknikal.
Jangan mulai sebelum tahu managemen cut loss dan profit taking.
Jangan mulai sebelum membaca Blog terusbelajarsaham minimal 2 kali......
Terima kasih atas tulisannya dengan pesan moral yang meng counter iklan-iklan bombastis tentang main saham.
Wassalam

Balas

Balasan

1.

Iyan9 Juni 2013 10.34

Dari semua poin di atas, poin yang harus dipelajari PERTAMA-TAMA adalah:

CUT-LOSS

Pelajari dulu cara Cut-Loss, yang lain boleh dipelajari menyusul.

Balas

3.

chakepp rassa17 Juli 2013 10.49

Dear Bung Iyan...

Setelah "blusukan" searching artikel bagaimana mempersiapkan diri sebagai investor saham pemula, akhirnya
menemukan juga artikel yang sya perlukan.
Dari sejumlah artikel yang Anda tulis, banyak tips yang saya baca dan pelajari. Sangat menarik dan banyak
memberikan edukasi yang berharga agar dalam investasi saham dapat memberikan hasil optimal khusus pada
investor pemula.

Keinginan untuk berinvestasi saham sudah cukup lama menggoda benak saya, namun masih terbatasnya
pengetahuan dalam hal mekanismenya bermain di pasar modal, niatan yang sudah cukup lama muncul belum
teralisir hingga kini. Mungkin dalam waktu dekat apa yang menjadi obsesi saya bisa terwujud setelah belajar banyak
dari artikel-artikel yang Anda paparkan dalam blog ini.

Semoga blog Anda terus memberikan edukasi dan pencerahan bagi investor saham (pemula),agar dalam berinvestasi
saham dapat mencapai hasil maksimal sesuai harapan.
Terima kasih untuk artikel-artikel Anda yang sangat bermanfaat untuk investor saham.

Salam,
chkp rassa.

Balas

Balasan

1.

Iyan17 Juli 2013 15.03

Bung chakepp, terima kasih untuk komentar anda.

Saya sangat senang kalau tulisan saya bisa membantu pemula untuk menyibak tabir dunia investasi saham
yang terasa misterius.

Semoga Bung chakepp bisa mendapat hasil cakep dari berinvestasi saham.

Jawab Pertanyaan Ini Sebelum Investasi Saham


[Pos ini ©2013 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Anda tertarik untuk memulai investasi saham? Sebelum anda mengambil langkah lebih lanjut, ada baiknya anda jawab dulu
pertanyaan berikut:

Apakah anda sudah punya rumah?

Lho? anda bertanya dalam hati. Gak salah tuh? Saya kan mau investasi saham, bukan properti. Kok malah ditanya sudah
punya rumah atau belum?

Mungkin anda merasa tidak ada hubungan antara investasi saham dengan memiliki rumah/tempat tinggal sendiri. Tapi Peter
Lynch di buku One Up on Wall Street menyatakan bahwa pertanyaan tersebut adalah hal pertama yang harus anda jawab
sebelum anda memutuskan untuk mulai investasi saham. (Silahkan baca pos "Mau Investasi Saham? Baca Dulu Buku Peter
Lynch 'One Up on Wall Street' (Bagian I).")

Mengapa begitu? Apa sebenarnya hubungan memiliki rumah sendiri dengan investasi saham?

Memang tidak ada hubungan langsung. Tapi menjawab pertanyaan di atas akan menuntun anda menentukan prioritas yang
benar.

Artinya?

Artinya: sebelum anda berinvetasi saham, anda harus terlebih dahulu mencukupi kebutuhan primer anda.

Kok gitu?

Mari kita bahasa bersama.

Anda masih ingat 3 kebutuhan primer manusia? Betul: pangan, sandang, papan.

Nah, kalau sampai anda berpikiran mau investasi saham, saya berasumsi bahwa anda sudah makan cukup dan sudah
berpakaian layak. Dengan kata lain, kebutuhan pangan dan sandang anda sudah terpenuhi.

Tapi bagaimana dengan kebutuhan papan alias rumah tinggal? Saya yakin saat ini anda sudah punya tempat tinggal. Tapi
mungkin saja tempat tinggal itu bukan milik anda sendiri. Mungkin anda tinggal di rumah orang tua atau di rumah saudara.
Bisa juga anda tinggal di rumah sewa atau kontrakan atau kos.

Dengan kondisi seperti itu dan kalau anda punya tabungan, mana yang harus didahulukan: beli rumah atau investasi saham?

Menurut saya, jawaban pertanyaan ini sangat jelas: beli rumah.

(Catatan: "beli rumah" yang saya maksud tidak harus berarti membeli rumah secara kontan. "Beli rumah" yang saya maksud
termasuk membeli rumah dengan mencicil atau KPR.)
Mengapa?

Anda butuh rumah untuk berteduh, bersantai, beristirahat, membina keluarga. Dengan memiliki rumah sendiri anda tidak
perlu lagi bayar sewa. Lagipula, harga rumah kemungkinan besar akan naik karena inflasi dan karena makin berkurangnya
lahan.

Coba anda bandingkan dengan saham.

Saham tidak bisa anda pakai untuk berteduh, bersantai, beristirahat, membina keluarga. Saham juga tidak bisa anda gunakan
untuk memenuhi kebutuhan jasmani apapun (secara langsung).

Dengan kata lain, anda tidak perlu investasi saham untuk bisa hidup nyaman tapi anda perlu rumah milik sendiri untuk bisa
hidup nyaman.

Nah, satu-satunya alasan anda investasi saham adalah untuk mencari untung. Laba. Profit. Tapi berapa besar kemungkinan
anda (seorang pemula) mendulang untung dari saham? Kecil, sangat kecil. (Silahkan baca pos "Main Saham Cepat Kaya?")
Malahan, jauh lebih besar kemungkinan anda rugi. Dan kalau rugi, kerugiannya bisa amat sangat besar. Uang Rp 1 Milyar
yang anda belikan saham bisa saja tersisa hanya Rp 10 juta.
Berbeda dengan rumah. Anda membeli rumah untuk tempat tinggal, untuk berteduh, bersantai, istirahat, membina
keluarga. Tapi pada saat yang bersamaan, harga rumah kemungkinan besar akan naik. Kalaupun tidak naik, tidak masalah.
Toh rumah tersebut anda gunakan untuk kebutuhan jasmani anda. Yang tidak kalah penting, rumah yang anda beli seharga
Rp 1 Milyar hampir tidak mungkin harganya turun menjadi Rp 10 juta.

Nah, perlu saya perjelas di sini bahwa saya TIDAK menyarankan anda untuk investasi properti. Saya bukan pakar properti dan
tidak kompeten memberi saran tentang investasi properti. Yang saya sarankan adalah anda memenuhi kebutuhan
primer/utama dulu sebelum berpikir untuk investasi saham. Karena rumah adalah salah satu kebutuhan utama—kalau anda
belum punya SATU rumah milik sendiri—sebaiknya anda dahulukan beli rumah dan tunda niat anda investasi saham.

Tapi, protes anda, saya cuma punya uang Rp 1 juta. Bagaimana bisa beli rumah dengan uang segini? Apakah tidak sebaiknya
saya lipat-ratuskan uang Rp 1 juta tersebut supaya saya bisa bayar down-payment (dp) membeli rumah?

Protes anda masuk akal.

Kalau anda belum punya rumah dan ingin mencoba main saham dengan modal Rp 1 juta, saya rasa tidak ada salahnya anda
coba untuk menghapus rasa penasaran anda.

Ada 3 alasan mengapa saya menyatakan begitu. Pertama, anda benar bahwa uang Rp 1 juta (kemungkinan) tidak cukup
untuk membayar uang-muka/down-payment membeli rumah. Kedua, kalaupun anda rugi Rp 1 juta (alias rugi 100%),
kerugian ini secara Rupiah relatif kecil. Artinya—dengan asumsi Upah Minimum Regional sekitar Rp 2 juta—anda hanya perlu
bekerja setengah bulan untuk mencari ganti kerugian ini. Ketiga, kalau akhirnya anda sadar bahwa tidak mudah
melipatratuskan uang anda dengan main saham, besar kemungkinan anda akan memprioritaskan membeli rumah dulu.

Nah, anjuran beli rumah dulu sebelum investasi saham lebih relevan kepada anda yang sudah menabung bertahun-tahun
untuk membeli rumah. Jadi kalau anda sudah menabung puluhan atau ratusan juta rupiah untuk uang-muka KPR rumah,
jangan berganti haluan dan menggunakan uang tersebut untuk investasi saham.

Ingat: Beli rumah dulu. Kalau sudah punya rumah sendiri, barulah pertimbangkan investasi saham.
Jika anda sudah bertekad-bulat MENCOBA main saham
Bagaimana Cara Membeli Saham Indonesia
[Pos ini ©2013 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Kalau anda ingin membeli saham-saham perusahaan Indonesia yang sudah go-public, bagaimana caranya?

Apakah bisa beli saham tersebut di bank? Atau beli langsung ke perusahaan bersangkutan?

Tidak begitu.

Kalau anda mau membeli saham di Indonesia, anda harus melakukannya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Tapi transaksi ini
TIDAK BISA anda lakukan sendiri walaupun anda datang langsung ke BEI. Semua transaksi di Bursa Efek Indonesia hanya bisa
anda lakukan melalui broker/perantara pedagang saham.

Jadi, langkah pertama untuk membeli saham adalah dengan membuka rekening di perusahaan perantara perdagangan efek
saham. Perusahaan ini biasa disebut sekuritas atau broker. (Perhatikan: broker bisa diartikan perusahaannya ataupun
orangnya.)
Untuk mengetahui perusahaan broker saham yang ada di kota anda atau di kota terdekat, anda bisa lihat di situs di
WWW.IDX.CO.ID di tab: Anggota Bursa: Anggota Bursa di Kota Anda.

Apa saja syarat membuka rekening saham (dokumen yang diperlukan, minimum deposit awal, biaya transaksi, dll) bisa anda
tanyakan langsung ke masing-masing broker. (Mohon jangan tanya saya karena saya bukan broker.)

Pertanyaan berikut anda kemungkinan adalah: Sekuritas/Broker Mana Yang Bagus? Untuk mendapat jawaban pertanyaan
ini, silahkan baca pos "Sekuritas/Broker Mana Yang Bagus?"

Perlu anda ketahui bahwa rekening transaksi saham yang disediakan sekuritas saham secara garis besar ada dua macam: full-
service atau online-trading. Full-service account artinya anda dilayani broker (manusia) via telepon dan anda tidak perlu
memasukkan sendiri order jual atau order beli. Online-trading artinya anda tidak dilayani manusia tetapi anda melakukan
jual-beli saham sendiri langsung melalui internet di situs broker/sekuritas tersebut.

Untuk melakukan jual-beli saham, anda tidak perlu datang ke perusahaan sekuritas. Anda bisa lakukan via telepon (untuk
rekening full-service) atau anda bisa lakukan via internet (untuk rekening online-trading.)

Akhir-akhir ini, rekening saham yang gencar ditawarkan adalah jenis online trading.

Kenapa lebih diarahkan ke online-trading?

Pertama, minimum deposit untuk online-trading biasanya jauh di bawah minimum deposit rekening full-service.Untuk
rekening full-service, minimum deposit biasanya puluhan juta rupiah. Untuk rekening online-trading, ada perusahaan broker
yang menetapkan minimum deposit hanya satu juta rupiah.

Kedua, biaya transaksi online-trading, relatif lebih murah daripada full-service karena perusahaan sekuritas tidak perlu
menyediakan pegawai untuk melayani anda bertransaksi.

Kalau anda serius mau main saham, silahkan buka dulu rekening transaksi saham. Setelah membuka rekening dan siap
membeli saham, silahkan baca pos "Cara Membeli Saham Untuk Pemula."

45 komentar:
1.

Randy Saputra23 Maret 2013 00.09

malam pa, saya baru menemukan blog ini, dan saya merasa informasi yang bapa share sangat berguna bagi saya.
Saya tertarik dengan saham namun sampai saat ini belum pernah melakukan trading.

saya ingin bertanya apakah ada semacam account demo jual beli saham di bursa? bila ada di manakan saya dapat
memperoleh nya?

terima kasih pa.

Balas

Balasan

1.

Iyan23 Maret 2013 09.18

Sepertinya sih ada account "virtual trading" saham, tapi saya sendiri tidak tahu siapa providernya. Maaf.

Kalau anda sudah buka rekening online-trading, anda bisa melihat pergerakan "real" harga saham. Lalu
Randy bisa melakukan "simulasi" sendiri. Cepat atau lambat, anda harus berhubungan dengan "real" market.

Balas

2.

Randy Saputra23 Maret 2013 10.55

pagi pa, kmrn saya sempat memperhatikan saham TKGA, dan saya liat bbrp minggu terakhir ini dia harga nya naik
dari 250 ke 930.

tapi kmrn saya liat untuk saham TKGA ini, hanya ada harga untuk table Bid saja, dan tidak penawaran harga pada
table offer..

apakah ini berarti tidak ada yang berminat untuk membeli saham tersebut setelah harga saham tersebut naik ke
930?

kalo kita memiliki saham TKGA ini, apakah ini berarti "end of the world"? hehe..

sekadar info, biar bapa ga bingung, saya memiliki account virtual tapi hanya bisa memantau harga sajah, tidak bisa
untuk jual beli virtual nya, tapi skrg sudah habis masa pakai nya.. hehe..

Balas

Balasan

1.

Iyan25 Maret 2013 10.39


Kalau ada Bid tapi tidak ada Offer, berarti ada yang mau beli tapi tidak ada yang jual. Situasi ini BULLISH.

Sekedar info, TKGA melakukan aksi korporasi RIGHT ISSUE yang perdagangan Right-nya berakhir pada
tanggal 21 Maret 2013.

Drpd pake virtual account, mending cepat buka rekening sesungguhnya. Bisa mantau harga, bisa jual-beli.

Balas

3.

Hermawan6 April 2013 20.01

Selamat malam, Pak.

Selama ini saya terus belajar tentang saham, dan sedikit demi sedikit ilmu saya bertambah. Tapi sampai saat ini
justru saya masih awam dengan yang namanya Forex dan Index Berjangka.
1. Apa sih perbedaan antara investasi di saham, forex, dan Index Berjangka?
2. Apa kelebihan dan kekurangan dari forex dan Index Berjangka dibandingkan dengan saham?

Terima kasih sebelumnya.

Balas

Balasan

1.

Iyan8 April 2013 09.45

1. Cukup banyak perbedaan investasi saham, forex, dan Indeks Berjangka. Saya sekarang hanya mendalami
saham, jadi saya tidak tahu banyak ttg forex dan Indeks Berjangka.

2. Saya tidak punya pengalaman di forex dan Indeks Berjangka, jadi saya tidak kompeten untuk menjawab.

Balas

4.

NegeriKu7 April 2013 22.52

malam pak iyan saya mau tanya nih tentang cara order saham masih bingung soalnya. jika kita sudah punya rekening
di sekuritas terus nanti kita mau order gmana simulasinya. bedanya akun reguler dan intraday apa ya? kalau kita beli
pas sesi 1 terus saya jual di sesi ke 2 apa itu bisa dilakukan di akun reguler pak? terus apa orderannya secepat itu
begitu beli dan langsung bisa jual atau harus menunggu berhari hari.

satu lagi pak. cara kita menganalisa candlistik/tehnikal saham dmana pak? apa disetiap sekuritas sudah ada platform
seperti di broker forex yang lengkap (metatrader 4)? itu dulu pak terima kasih

Balas

Balasan
1.

Iyan8 April 2013 09.57

Kalau anda sudah buka rekening saham, anda akan tahu dengan mudah jawaban pertanyaan anda.

Akun regular dan intraday, setahu saya, diterapkan karena alasa MARGIN dan hanya ada di broker tertentu.
Silahkan tanya langsung ke broker masing-masing.

Mengenai mekanisme beli dan jual saham, silahkan baca pos "Pasar Regular, Tunai, Negosiasi di Bursa
Saham Indonesia."

http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2012/07/pasar-regular-tunai-negosiasi-bursa.html

Setiap sekuritas menyediakan grafik dengan berbagai macam analisa.

Balas

5.

andreasriardi9021 April 2013 19.53

Malam pak,saya Andreas saya ingin skali belajar main saham, saya mw tanya bisa ga kita main saham dgn kondisi
kita lgi bekerja sesuai dgn jam kerja jam.8pgi - 5 sore,klo bisa caranya gmna manajnya? Klo ga, kira2 apa yg bisa saya
lakukan tuk mengatasinya..

Terima kasih

Balas

Balasan

1.

Iyan22 April 2013 09.26

Andreas,

Kalau anda tidak bisa memantau saham setiap saat, cobalah jadi investor JANGKA PANJANG.

Dengan begini, anda hanya perlu memantau saham sekali dalam beberap hari, atau bahkan beberapa
minggu.

Balas

6.

qodarull24 April 2013 06.40

pagi pak...

waah saya salut dengan bapak, terimakasih sudah membuat blog ini.
Saya tertarik untuk belajar saham, dan tentunya ingin melakukannya juga. Tapi, sejauh ini saya belum mengerti
caranya.

Sepertinya jadi INVESTOR JANGKA PANJANG sesuai dengan saya pak. Mohon petunjuknya pak. :)

Balas

7.

qodarull24 April 2013 06.44

pagi pak...

waah saya salut dengan bapak, terimakasih sudah membuat blog ini.
Saya tertarik untuk belajar saham, dan tentunya ingin melakukannya juga. Tapi, sejauh ini saya belum mengerti
caranya.

Sepertinya jadi INVESTOR JANGKA PANJANG sesuai dengan saya pak. Mohon petunjuknya pak. :)

Balas

Balasan

1.

Iyan24 April 2013 08.27

Silahkan baca halaman About.

Balas

8.

Mufarrihah Shop24 April 2013 13.14

siang pak sy ismail, sy juga tertarik belajar saham kira2 langkah apa dulu pak klw orang baru sprti saya, maksudx spy
saya belajar bertahap, misalnya saya sudah pilih brokerx, trus langkah apalagi sy lakukan, tlong pencerahanya

Balas

Balasan

1.

Iyan24 April 2013 14.01

Silahkan baca halaman About.

Baca semua pos ber-label "Pemula."

Balas
9.

agus tina6 Mei 2013 21.00

jadi tertarik sekali utk ikut investasi jangka panjang.. ..

Balas

10.

Kusumajati22 Juni 2013 16.26

Sore Pak..terima kasih informasi dan ilmu yang bapak sampaikan di dalam blog ini...saya tertarik untuk bermain
saham...memang tahap awal ini saya masih mencari tau sebanyak mungkin informasi mengenai seluk beluk saham,
dari tahap paling awal mencari broker, membuka account, sampai menentukan harus membeli saham seperti apa...

Balas

Balasan

1.

Iyan22 Juni 2013 18.51

Selamat mencoba. Selalu ingat tiga hal yang paling penting: cut-loss, cut-loss, cut-loss.

Balas

11.

Adi Nugroho5 Juli 2013 20.27

Malam pak Iyan. sy mau tanya, misal kita sdh menentukan level cut loss di 700. Hasil pengamatan sesi 1, harga masih
baik baik saja, di atas 700. Di sesi 2 baru sempat mantau lagi, harga sdh di bawah 700, apakah kita langsung jual di
bid berapapun (di bawah 700, krn kl antri di 700 rasanya nggak bakal dapat) atau nunggu besoknya pak?
Makasih,
Adi

Balas

Balasan

1.

Iyan6 Juli 2013 08.28

Titik cut-loss adalah harga "trigger" (pemicu) untuk melakukan cut-loss. Titik cut-loss tidak berarti kita harus
cut-loss di harga tersebut.

Jadi kalau anda menentukan level cut-loss di 700 dan harga saham sekarang sudah di bawah 700, anda
HARUS cut. Tidak peduli harganya berapanya.
Nah, kalau titik cut-loss yang ditentukan adalah 700, tapi harga saham sekarang 500, yang harus
dipermasalahkan, kenapa anda tidak sempat "memantau" harga?

Kalau memang anda tidak bisa terus-menerus memantau harga saham, silahkan pakai sistem online-trading
yang ada fasilitas cut-loss otomatis.

Balas

12.

Adi Nugroho6 Juli 2013 09.19

Oh bgt ya pak. Jadi nggak peduli bhw nnti bisa naik lagi, pokoknya hrs di cutloss di harga itu ya. Krn kita nggak pernah
tau harga akan kembali naik atau turun semakin dalam ya pak. Kalau posisi beli gmn pak? Kl kita sdh set beli di harga
700 tp ternyata opening sdh di atas itu, smp kenaikan berapa % kita (anda) boleh kejar?

Balas

Balasan

1.

Iyan6 Juli 2013 10.08

Kalau titik cut-loss sudah terpicu, pokoke anda harus(nya) cut-loss. Tapi biasanya, pemain saham malah
enggan cut-loss, mau menunggu harga (agak) naik sedikit. Yang terjadi, kemungkinan besar, adalah saham
turun lebih dalam dan ruginya tambah besar.

Kalau beli, apakah harus kita kejar atau tidak, lebih tergantung pada kondisi market apakah Bullish atau
Bearish. Kalau market Bullish, mungkin lebih baik dikejar. Kalau market Bearish, mungkin lebih baik tunggu.

Ingat: dalam bermain saham tidak ada yang absolut. Anda akan makin tahu dengan bertambahnya
pengalaman.

Balas

13.

Adi Nugroho6 Juli 2013 10.15

Ok pak Iyan. Matur nuwun. Ur blog is cool!!!! Love it

Balas

14.

Aprianto utomo4 Agustus 2013 14.00

selamat siang pak, saya tertarik ingin membeli saham ASII kemarin saya pantau ditutup dengan harga 6700 per
lembar,. yang ingin saya tanyakan setelah kita membuka rekening di salah satu tempat misalnya danareksa sekuritas,
langkah apa lagi yang selanjutnya saya ambil? apakah kita tetap menerima dividen jika hanya membeli dibawah 10
lot??
Balas

Balasan

1.

Iyan4 Agustus 2013 17.23

Walaupun anda cuma punya 1 lot (atau bahkan 1 lembar), anda tetap berhak mendapat dividen.

Kalau anda tidak menjual saham tersebut pada Cum Dividen, anda berhak mendapat dividen. Silahkan baca
pos "Arti Istilah 'Cum' dan 'Ex' Dividen."

http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2011/07/arti-istilah-cum-dan-ex-dividen.html

Perusahaan sekuritas akan mengkredit akun anda ketika dividen sudah dibayar oleh emiten.

Balas

15.

hendii8 Agustus 2013 22.31

malam pak, saya pemula dan ingin belajar tentang cara memulai berinvestasi di saham. bisa di pandu untuk memulai
open account yang dipercaya dan mudah? jika bisa, disertakan modal awal untuk berinvestasi. saya baca salah satu
artikel, dikatakan bahwa ada broker yang bisa dimulai hanya dengan modal 1 juta rupiah... mohon pencerahannya.
terimakasih.

Balas

Balasan

1.

Iyan9 Agustus 2013 09.01

Silahkan baca halaman "About."

Balas

16.

Suryoko Keren14 Agustus 2013 09.21

Permisi pak iyan. Saya sebagai orang awam pengen tahu antara transaksi full service dengan online trading resiko
rugi lebih besar mana? Terima kasih

Balas

Balasan
1.

Iyan14 Agustus 2013 10.43

Untung rugi TIDAK tergantung full-service atau online-trading.

Kalau broker (manusia) full-service cukup berpengalaman dan tidak mementingkan komisi, ia bisa
membimbing anda ke arah yang benar. Tapi, kebanyakan broker tidak mengerti banyak main saham. Tujuan
utama mereka adalah "menjual" transaksi dan mendapatkan komisi.

Kalau online-trading, semuanya tergantung anda sendiri. Wong anda tidak berhubungan langsung dengan
manusia.

Balas

17.

rahmat budiman19 Agustus 2013 17.50

kalau online trading apa ada indikatornya terutama MA yang namanya LSMA atau Linear Square Moving Average.
atau hanya bisa jual/beli.

Balas

Balasan

1.

Iyan20 Agustus 2013 08.35

Online-trading menyediakan indikator untuk trading. Tentang tersedia atau tidaknya LSMA, silahkan tanya ke
sekuritas masing-masing.

(Saya sebelumnya tidak tahu ada MA yang namanya LSMA.)

2.

Willy20 Agustus 2013 13.14

Mungkin maksud rekan Rahmat, Least Squares Moving Average.

BTW, indikator yang ada pas trading sebaiknya sesederhana mungkin. Saya saja kalau disuruh pakai MA
hanya akan memakai yang Simple atau Exponential saja. Bukan apa-apa, pengalaman saya menunjukkan
kalau semakin rumit versi MA-nya, semakin banyak noise/sinyal palsu yang diberikan oleh indikator.

Lebih baik kalau rekan rahmat fokus saja dulu ke interpretasi price action dasar seperti yang diajarkan rekan
Iyan di blog ini, ini akan sangat membantu ketika nanti mau membaca dan menafsirkan candlestick chart.

3.

Iyan20 Agustus 2013 13.28


Bung Willy, terima kasih untuk komentar dan penjelasannya.

Sepertinya Least Square Moving Average lebih populer di FOREX trading daripada stock trading.

Balas

18.

Willy20 Agustus 2013 13.40

Sama-sama, Bung Iyan. Percaya atau tidak, saya sudah pernah melihat Forex chart dengan segala indikatornya yang
bahkan bisa lebih abtrak daripada lukisan Picasso.

Saya sudah kapok memakai banyak indikator yang aneh-aneh di Forex karena terus menjerumuskan saya, sekarang
saya hanya mengandalkan 100% candlestick chart dan price action di Forex. Hanya kalau di stock market saya masih
memakai beberapa indikator dasar karena alasan pribadi, yang cepat atau lambat tidak akan lagi saya pakai jika saya
sudah cukup skill dan experience dengan price action saja di Forex.

Balas

Balasan

1.

Iyan20 Agustus 2013 14.24

Semakin banyak indikator yang kita pakai, semakin memusingkan.

Seperti bung Willy, saya juga selalu mencari indikator yang sederhana saja.

Tapi pemain pemula biasanya memakai prinsip: makin rumit makin keren. :D

Balas

19.

zen arip4 September 2013 02.55

Bej alamatnya dmn pak?apa sekuritasnya jg ada di bej?

Balas

Balasan

1.

Iyan4 September 2013 08.32

Anda sudah membaca pos di atas dengan teliti? Bacalah sekali lagi.

Bursa Efek Jakarta (BEJ) sudah berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
2.

Willy4 September 2013 22.01

Halo kawan Zen,

coba daftar ke program pendidikan investasi saham rutin bagi masyarakat awam (tanpa biaya, gratis!) dari
IDX (Indonesian Stock Exchange) setiap minggu. Program ini selalu penuh, jadi daftar tunggunya lumayan
panjang untuk beberapa minggu ke depannya.

Mengenai alamat IDX dan jadwal pelatihan IDX ya silakan google sendiri, mau sukses main saham mesti ada
usaha sendiri juga dong. ;)

Biasanya IDX menunjuk sekuritas tertentu sebagai pembicara hari tersebut, dan sekuritas itu juga melayani
pembukaan rekening saham langsung di tempat dengan deposit awal ratusan ribu rupiah saja. Ok?

3.

Iyan5 September 2013 08.45

Bung Willy, terima kasih saran dan komentarnya.

Balas

20.

Sukses4 Oktober 2013 13.54

mohon maaf pak saya mau tanya


( hal ini sudah lama sekali membuat saya penasaran ) :

1. saya pernah lihat di sebuah film, tentang orang yang membeli saham tapi dia punya wujud fisiknya ( dia
memegang berlembar-lembar surat ). nah jika saya melihat di zaman sekarang. apakah jika kita membeli saham (
yang tidak online trade ) apakah nanti kita memegang surat-surat ASLI lembar-lembar saham seperti itu pak ?

2. dan jika kita simpan hingga misal 10-20 tahun apakah surat saham itu tetap masih berlaku ?

3.apakah bedanya saham dan obligasi dan surat berharga ?

Saya sangat berterima kasih atas jawaban anda

Balas

21.

Iyan4 Oktober 2013 14.23

1 & 2. Silahkan baca pos "Arti Istilah Scriptless Trading di Bursa Efek Indonesia."

http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2012/04/arti-istilah-scriptless-trading-di.html

3. Saham adalah bentuk KEPEMILIKAN pada sebuah perusahaan. Obligasi adalah bentuk PINJAMAN pada sebuah
perusahaan.
Obligasi adalah surat hutang, jadi pembeli obligasi mendapat bunga. Dan pada saat jatuh tempo, pokok hutang akan
dibayar penuh kepada pemegang obligasi.

Balas

22.

kjt4827 Oktober 2013 11.53

blog bagus om, nama saya Krisna


begini, saya siswa kls3 smp yng pngin main saham, krn itu saya pngin tanya:
a. apakah anak seumuran saya bisa/ diperbolehkan transaksi saham?
b. ataukah saya harus menunggu hingga punya KTP?

Balas

Balasan

1.

Iyan27 Oktober 2013 20.14

Setahu saya anda harus punya KTP dan NPWP untuk membuka rekening saham. Tapi, silahkan tanya ke
perusahaan sekuritas masing-masing.

Balas

23.

Sp3 sakti19 November 2013 06.12

kalau kita beli saham terus ga kita jual jual apa kita dapat keuntungan?
atau harus kita jual pas harga naik supaya dapat keuntungan?
mohon penceraan karena baru mau mempelajari, dari pada judi online manding mempelajarin ini hehehe...

Balas

Balasan

1.

Iyan19 November 2013 08.50

Kalau saham tersebut ada dividennya, anda akan mendapat dividen. Silahkan baca pos "Arti Istilah'Dividen'
Saham."

http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2011/05/arti-istilah-dividen-saham.html
ekuritas/Broker Saham Mana Yang Bagus?
[Pos ini ©2012 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Saya sering ditanya,"Perusahaan broker mana yang bagus untuk bermain saham? Bagaimana cara membuka rekening
saham? Berapa besar minimum deposit awal?"

Saya tidak berkompetensi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut karena alasan berikut. Pertama, saya tidak
punya pengalaman dengan SEMUA perusahaan broker saham di Indonesia. Tanpa menyelidiki setiap perusahaan sekuritas
yang ada di Indonesia, saya tidak tahu pasti mana yang bagus, mana yang tidak bagus. Kedua, masing-masing perusahaan
broker punya syarat dan aturan sendiri untuk membuka rekening saham. Perusahaan broker satu dengan yang lain juga
menetapkan minimum deposit yang berbeda.

Kalau anda pikirkan, pertanyaan di atas kurang lebih sama dengan pertanyaan, "Di manakah kolam renang yang bagus untuk
belajar berenang? Bagaimana cara pergi ke kolam renang tersebut? Berapa harga tiket masuknya?"

Jawaban saya: anda yang harus mencari jawaban sendiri.

(Dalam konteks ini, saya bukan pakar kolam renang tetapi lebih sebagai pelatih renang.)

Kalau anda tinggal di Surabaya, apakah relevan kalau saya menyarankan anda belajar berenang di kolam renang di Jakarta?
Lagipula, anda bisa belajar berenang di kolam renang mana saja.
Begitu pula dengan perusahaan sekuritas saham: anda bisa main saham di perusahaan sekuritas apa saja. Perusahaan
sekuritas ini adalah "kolam renang" nya. Apakah nantinya anda bisa berenang atau tidak, itu tergantung usaha anda sendiri,
bukan tergantung kolam renangnya.

Kalau menurut saya pertanyaan yang benar adalah, "Apa kriteria utama ketika memilih perusahaan broker saham?"

Nah, kalau pertanyaan ini saya bisa dan mau jawab. Pilih perusahaan yang bonafide, yang terpercaya. Perusahaan yang
terpercaya bisa karena perusahaannya bernama besar (seperti Mandiri Sekuritas, BNI Sekuritas, Panin Sekuritas, dll) atau
bisa juga karena teman dekat atau saudara anda yang menyarankan. (Saya bukan teman dekat atau saudara anda. Tidak
tepat kalau anda percaya begitu saja dengan saran saya.)

Atau, bisa juga anda bertanya, "Dari pengalaman Bapak,sekuritas apa yang bagus dan layak saya coba?"

Ini juga saya bisa jawab. Saya sudah mencoba Indo Premier Online Trading dan E-Trading. Tampilan layar komputer, eksekusi
trading, dan customer service kedua perusahaan ini cukup bagus.

Itu saja. Lagipula, perusahan sekuritas saham tidak beda banyak satu dengan yang lain.

Memang masih ada kriteria-kriteria lain yang perlu diperhatikan ketika memilih perusahaan broker saham. Tapi semua
kriteria itu tergantung apa yang ANDA inginkan. Artinya, anda harus tahu dulu kondisi yang anda mau lalu anda mencari
perusahaan yang bisa memenuhi kemauan anda. Bukan kebalikannya, yakni mengharapkan perusahaan broker menuruti
semua keinginan anda.

Kalau anda mau belajar berenang, tentukan sendiri di kolam renang mana anda mau belajar. Kriteria apa yang penting
menurut anda? Apakah lokasi kolam renang harus dekat dengan rumah anda? Apakah kebersihan faktor yang penting?
Kolam renang terbuka atau tertutup? Jam buka? Harga tiket masuk? Dan sebagainya. Tentukan pilihan lalu coba. Kalau tidak
cocok, cari kolam renang lain.

Mencari sendiri dan membuka rekening saham adalah saringan pertama untuk membuktikan apakah anda serius mau
belajar main saham. Kalau melakukan ini saja tidak bisa, tidak mau usaha sendiri, sebaiknya anda lupakan niat untuk belajar
main saham.

Kalau anda sudah punya rekening saham dan siap untuk belajar langkah-langkah membeli saham, silahkan baca pos "Cara
Membeli Saham Untuk Pemula."
70 komentar:

1.

ali priyanto28 Agustus 2012 15.33

Yth. Bapak Iyan,


Saat ini saya belum terjun ke saham,saya masih mencoba memperbanyak pengetahuan tentang saham, artikel yang
bapak tulis sangat membantu pemula seperti saya.
saya ada pertanyaan,
Apakah harga saham yang turun, berpengaruh terhadap perusahaan?, semisal saham A terpuruk dari Rp 1000
menjadi Rp 100, padahal kinerja perusahaan itu bagus, masih laba,mohon pencerahanya.
mohon maaf apabila pertanyaan saya mungkin konyol karena saya seorang pemula yang mencoba untuk memahami
sesuatu.
terimakasih pak iyan

Balas

Balasan

1.

Iyan28 Agustus 2012 16.17

Ali pertanyaan anda sama sekali tidak konyol.

Secara teoritis, harga saham tidak mempengaruhi kinerja perusahaan. Justru sebaliknya kinerja
perusahaanlah yang mempengaruhi harga saham.

Jadi, hampir tidak mungkin saham terpuruk dari Rp 1000 ke Rp 100 padahal kinerja perusahaan tetap bagus.
Kalau memang kinerjanya bagus, pasti saham tersebut banyak yang berminat membeli sebelum harganya
mencapai Rp 100.

Kalau saham terpuruk dari Rp 1000 menjadi Rp 100 padahal belum ada berita buruk, kemungkinannya
adalah sudah ada investor yang tahu tentang kondisi buruk yang akan mempengaruhi kinerja perusahaan di
masa datang.

Tapi kalau memang benar tidak ada perubahan kinerja tetapi saham terpuruk, bisa saja karena "bandar"
saham tersebut sedang memainkan saham tersebut.

Balas

2.

ali priyanto29 Agustus 2012 14.07

terimakasih atas pencerahannya,


mohon Bantuannya lagi Pak iyan.
saat ini saya lagi mencoba dengan simulator, saya sering melihat emiten('maaf kalo salah menyebut') yang reli
menanjak dengan cepat, tapi setelah itu jg turun dengan cepat bahkan amblas ,, apakah seperti ini juga permainan
dari bandar ato karena ada sebab lain?
sebelumnya terimakasih,,
Balas

Balasan

1.

Iyan29 Agustus 2012 14.42

Naik cepat lalu amblasnya juga cepat adalah ciri-ciri saham yang digoreng bandar.

Bisa juga karena ada rumor baik tentang saham itu, lalu dibantah oleh emiten. Bisa jadi yang menyebarkan
rumor ini adalah bandar.

2.

Hanafi Kamalludin2 Mei 2013 18.14

Apakah ini menandakan pak, bahwa di permainan saham ini ada "mafia"?
(maaf kalo menyimpang, agar tidak lain pemula bisa paham dengan fakta)

3.

Iyan3 Mei 2013 16.07

Saham-saham tertentu biasanya ada "mafia"nya. Mafia ini yang membuat likuiditas saham tinggi.

Balas

3.

bungsu san2 September 2012 22.29

Yth pak iyan...mohon dijelaskan, prinsip dasar ataw konsep dasar trading saham itu apa y pak iyan...trimakasih atas
jawaban nya

Balas

Balasan

1.

Iyan3 November 2012 13.43

Prinsip dasar trading saham: buy low, sell high.

Silahkan baca dulu pos-pos lain di blog ini. Atau google. Kalau masih tidak mengerti, silahkan bertanya lagi.

Balas

4.
Rizky Ct15 September 2012 14.34

mas ada facebook atau twitter? saya mahasiswa 19 tahun. sudah 2 tahun ini saya main forex. saya pengen belajar
saham dll nya juga sekarang. kalo masalah analisis teknikal, dan istilah2 di forex sperti spread,margin dll , apa juga
sama saja di saham? trims

Balas

Balasan

1.

Iyan17 September 2012 08.55

Rizky, saya belum membuat Facebook atau Twitter untuk blog ini.

Analisa teknikal untuk saham dan forex hampir sama. Istilahnya juga mirip. Tapi prakteknya yang lain.

Balas

5.

INFO18 September 2012 12.20

Trimakasih atas informasinya, saya orang awam yg pengin blajar,info dr bapak sangat membantu. Ditungu artikel2 yg
lain pak. Ajibun

Balas

6.

Deddy Syefria19 September 2012 19.50

Saya pertajam pertanyaanya pak: dari pengalaman bapak, broker mana yang sistem OLT nya cukup reliable dan
tangguh(gak pernah overload, dll) dan yang mana yang fee/komisinya kecil?

Balas

Balasan

1.

Iyan20 September 2012 08.44

Seperti sudah saya tulis di atas, saya sudah mencoba sistem Online Trading (OLT) IPOT dan E-Trading.
Keduanya cukup reliable.

Kala baru belajar trading, fee seharusnya bukan kriteria utama dalam menentukan broker.

Deddy jawab dulu: apakah trading anda lebih dari Rp 1 milyar per bulan? Kalau belum, tidak perlu pusingin
fee. Yang penting belajar tidak rugi dari trading.

Balas
7.

aak23 September 2012 08.19

Sebelumnya saya berterima kasih kepada bapak, saya mau bertanya, buku apa yang bapak rekomendasikan untuk
belajar tentang saham bagi pemula ?

Balas

Balasan

1.

Iyan24 September 2012 08.36

One Up on Wall Street oleh Peter Lynch.

Balas

8.

Reinhard Oktavian29 Oktober 2012 09.52

Pak Iyan, mohon masukan dari Bapak, saya dapat saran dari teman untuk investasi dari link ini:
http://bit.ly/richinvestor

Apa masukan dari Bapak untuk wadah investasi ini?


Terima kasih pak.

Balas

Balasan

1.

Iyan29 Oktober 2012 10.17

Reinhard, maaf saya tidak kompeten berkomentar ttg link yang anda berikan.

Saham-saham di situ (setahu saya) tidak diperdagangkan di bursa terbuka. Pengalaman saya adalah bermain
saham yang ditransaksikan di bursa.

Balas

9.

Anisa Fitriani23 November 2012 22.42

Pak Iyan, sya mhsswi tingkat 1, sya trtrik untk brinvestasi jgka panjang.
Tp mslh.y sya bnar2 awam,
sya ingin tahu, brpa minimal biaya untk membli sham saat awal (tlng olh bpa dbri cnth slh stu prushaan.y)
trimakasih banyak :)

Balas

Balasan

1.

Iyan25 November 2012 08.31

Saya kurang jelas dengan maksud Anisa "brpa minimal biaya untk membli sham saat awal." Tapi saya coba
jelaskan ya.

Utuk membeli saham, anda harus membuka rekening di perusahaan sekuritas saham. Untuk membuka
rekening ada minimum deposit awal (ada yg Rp 5jt, ada juga yg cuma Rp 1jt) yang ditentukan masing-masing
perusahaan. Coba Anisa cari tahu dengan meng-google ETrading, Indo Premier Online Trading (IPOT),
Mandiri Sekuritas, dll.

Setelah anda punya rekening ini, anda bisa membeli saham. Untuk membeli saham di rekening online
trading, tidak ada minimum biaya untuk membeli. Artinya: Anisa boleh saja cuma membeli saham Rp 50
sebanyak satu lot (500 lembar) = Rp.25.000. Tidak ada minimum fee transaksi untk membeli.

Kalau melakukan transaksi melalui full-service account (dilayani manusia langsung via telepon), biasanya ada
minimum fee untk transaksi per hari. Minimum fee ini ditentukan masing-masing perusahaan, biasanya Rp.
25000.

Fee transaksi ditentukan oleh masing-masing perushaan sekuritas, berkisar antara 0.10% - 0.25% untuk beli
dan jual. Untuk jual dikenakan tambahan Pajak Penghasilan 0.10%, jadi fee jual selalu 0.10% lebih tinggi
daripada fee beli.

Misalkan fee yang didapat Anisa adalah 0.20%, dan katakanlah Anisa membeli saham harga Rp. 100
sebanyak satu lot (500 lembar) = Rp. 50.000. Fee beli yang harus Anisa bayar adalah:

0.20% x Rp. 50.000 = Rp. 100.

Jadi total yang harus Anisa bayar adalah 50.000 + 100 = Rp. 50.100.

Balas

10.

Admin30 November 2012 16.31

Pak Saya pemula, maaf kalau terlalu "guoblok" pertanyaannya. Saya dengar setiap saham ada pembagian devidenya.
Bagaimana itu pak? Terimakasih tunggu jawabannya ya pak :>

Balas

Balasan

1.

Iyan2 Desember 2012 07.58


Tidak semua saham ada dividen. Silahkan baca pos "Arti Istilah 'Dividen' Saham."

2.

ozie muchtar13 April 2013 10.01

Mohon link lamannya pak, agak susah klo cari satu2...

3.

Iyan13 April 2013 10.10

Anda seharusnya bisa meng-Google. Atau pergunakan fungsi gadget "Cari Blog Ini." Masak begini aja musti
saya yang ajarin? :D

http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2011/05/arti-istilah-dividen-saham.html

Balas

11.

livermore3 Desember 2012 06.03

Saya lihat di situs BEI, MKBD dari Etrading turun terus dalam bulan2 terakhir. Boleh dijelaskan kenapa bisa turun ya
pak?

Balas

Balasan

1.

Iyan3 Desember 2012 08.59

Saya tidak memonitor MKBD dari ETrading ataupun sekuritas lainnya. Jadi, maaf, saya tidak kompeten untuk
menjawab pertanyaan anda.

Kalau anda khawatir dgn MKBD suatu sekuritas, cari aman saja: tarik uang dan buka rekening di perusahaan
lain.

2.

Ika Agustini17 Januari 2013 18.32

kalau menarik uang dari perusahaan tersebut, apakah deposit awal yang kita setorkan bisa ditarik secara full
100%? kalau tidak full 100%, dari pengalaman bapak brapa yang harus diendapkan di perusahaan lama?

3.

Iyan18 Januari 2013 08.15


Kalau anda mau rekening tersebut tetap aktif, harus ada dana (atau saham) yang diendapkan. Berapa besar
dana yang harus mengendap tergantung perusahaan sekuritas masing-masing. (Ini serupa dengan rekening
bank; harus ada dana minimum di rekening.)

Pengalaman saya, dana minimum yang harus diendapkan adalah Rp. 100.000.

Balas

12.

nahra@shop15 Januari 2013 00.05

Menurut pak iyan course di BEI itu perlu kah?atau kita cukup mencari informasi dari buku2 atau internet saja ,thaks
be4

Balas

Balasan

1.

Iyan15 Januari 2013 08.57

Tidak ada salahnya ikut course di BEI. Daripada ikut seminar-seminar yang ujung-ujungnya menjual kursus,
saya rasa course di BEI lebih objektif.

Balas

13.

Rullya Virgiani19 Maret 2013 20.37

bapak, mau tny sedikit :)


Pemilihan sekuritas berdasarkan analisis laporan keuangan itu secara garis bagaimana sih ? terimakasih.

Balas

Balasan

1.

Iyan20 Maret 2013 09.00

Rullya,

Saya tidak tahu cara memilih sekuritas berdasarkan laporan keuangan. Kenapa harus ruwet begini hanya
untuk memilih broker?

Apa mungkin maksud anda adalah memilih "saham" berdasarkan analisa laporan keuangan?

2.
Rullya Virgiani16 Mei 2013 15.53

iya , pak . bagaimana memilih saham berdasarkan laporan keuangan ?

3.

Rullya Virgiani16 Mei 2013 16.18

oh iya , pak . bagaimana memilih obligasi berdasarkan analisis laporan keuangan ?

4.

Iyan16 Mei 2013 17.17

Memilih saham/obligasi dengan menganalisa laporan keuangan adalah bagian dari analisa fundamental.

Saya kurang kompeten dalam analisa fundamental, tapi banyak situs lain yang mengajarkan analisa
fundamental. Silahkan google.

Balas

14.

SilverHeart20 April 2013 15.47

pa, mau tanya kok bisa saham perusahaan dipermainkan (digoreng) oleh bandar? apakah bandar itu penjamin emisi?
kaya kasus saham centrin suatu perusahaan bisa ambruk dong kalau sahamnya dipermainkan seperti itu investor
pada kabur?

Balas

Balasan

1.

Iyan20 April 2013 16.23

Saham yang digoreng bandar biasanya adalah saham yang tidak liquid, artinya volume perdagangannya
(relatif) tidak banyak.

Saya tidak tahu apakah bandar itu penjamin emisi.

Apa alasan anda menyatakan bahwa perusahaan akan ambruk kalau sahamnya dipermainkan?

2.

SilverHeart21 April 2013 23.58

oh begitu ya
kalau poin kedua maksud saya bertanya pak, begini kan kalau saham perusahaan tertentu digoyang naek
turun ga jelas saya kira investor jadi takut beli saham itu dan cenderung pindah ke saham lain yg lebih pasti?
misal pas turun tajam kan orang pada cut loss?

3.

Iyan22 April 2013 09.42

Bandar saham gorengan tidak khawatir sahamnya tidak ada yang beli. Makin sedikit saham beredar di
masyarakat, makin mudah menggorengnnya.

Balas

15.

taufan riwanto20 April 2013 23.18

Pak Iyan, setelah saya membaca hampir semuanya yg ada di blog anda, saya mengacungi jempol untuk keobjektifan
informasi dan balasan-balasan dari pertanyaan yg kawan-kawan lain ajukan
Setelah membaca blog anda ini, saya berniat untuk buka rekening Pak antara di BNI sekuritas atau Mandiri sekuitas,
mohon doa nya..
Semoga makin sukses dan berjaya slalu dalam permainan sahamnya, Tuhan yg akan membalas kebaikan bapa atas
blog informatif ini.

Oia Pak, jika boleh saya bertanya, ketika anda masih amatir/pemula, berapa kerugian awal anda sehingga akhirnya
anda bisa menjadi seorang profesional di dlm trading? Mungkin sbagai acuan saya untuk memulai trading. hehehe.

Balas

Balasan

1.

Iyan22 April 2013 09.28

Taufan,terima kasih untuk komentarnya. Semoga anda sukses bermain saham di BNI atau Mandiri Sekuritas.

Ketika mulai main saham, hampir semua modal saya (kalau gak salah ingat, sekitar seratus juta lebih) ludes
karena KRISMON tahun 1998. Itu karena saya tidak menerapkan CUT-LOSS.

Setelah jadi pemain saham full-time, ruginya (kalau lagi apes) makin gede aja. Hehehe. Tapi dalam
persentase dari modal, tidak separah waktu masih pemula.

Balas

16.

Abd. Rahman25 April 2013 18.55

mat mlm mas iyan.


sy mau nanya klw ipoT atw e trading itu kan perusahan broker saham, apa di teregulasi di bapepam? atw maaf klw
keliru pertanyaanya, maklum baru cari tahu ttg saham

Balas
Balasan

1.

Iyan26 April 2013 08.42

Semua perusahaan broker yang bisa bertransaksi di Bursa Efek Indonesia diatur (diregulasi) oleh Bapepam
dan Bursa Efek Indonesia.

Balas

17.

Mufarrihah Shop26 April 2013 15.02

sy tambahkan mas pertanyaan abdurrahman, klw di forexkan ada broker bandar yg biasa beda harga dengan di pasar
saham yg benar biasanya broker tersebut tdk teregulasi di negarax , nah apa klw di dunia saham ada juga yah broker
yang bandar, maksud saya dia bisa akses ke pasar saham tp merubah2 harga,maaf klw prtanyaanx keliru.

Balas

Balasan

1.

Iyan26 April 2013 15.14

Bandar saham mempengaruhi harga saham dengan cara MEMBELI atau MENJUAL saham. Kalau tidak ada
transaksi, harga saham tidak berubah.

Kalau di transaksi Forex online, counterparty (pihak yang membeli dari anda atau menjual ke anda) bisa jadi
adalah perusahaan broker anda.

Kalau di saham (dan di Bursa Efek Indonesia) broker penjual dan pembeli bisa kita ketahui dari kode broker
setelah transaksi terjadi (matched).

Balas

18.

Surianto Kaze26 April 2013 22.55

Selamat malam pak Iyan...

Saya seorang mahasiswa, dan saya di beri tugas oleh salah satu dosen untuk memantau dan mencatat
perkembangan suatu saham.
Saya sudah membaca sebagian blog Bapak dan menambah pengetahuan saya.
Bapak boleh berikan saya informasi tentang suatu saham yang sedang naik? dan dimana dan bagaimana cara saya
bisa melihat perkembangannya?

Terima Kasih
Balas

Balasan

1.

Iyan28 April 2013 18.21

Banyak saham BEI yang saat ini sedang naik. Contohnya: BMRI, BBRI, BBNI, TLKM, PGAS,SMGR, INDF, ICBP.

Anda bisa memantau harga saham di koran Kompas, Bisnis Indonesia, Investor, Kontan. Atau bisa juga di
finance.yahoo.com.

Dosen anda menugaskan anda memantau harga saham tapi tidak memberitahu di mana anda mencari harga
saham tersebut? Aneh-aneh aja tuh dosen.

Balas

19.

Surianto Kaze28 April 2013 21.20

Terima kasih atas informasinya pak Iyan...

hahaa...disuruh tanya om Google sama Dosen...ujung2nya saya ketemu Blog Bapak..

Saya tidak mengerti sama sekali singkatan2 saham tersebut pak Iyan...boleh menjelaskan tentang singkatan2
tersebut?

Oh ya finance.yahoo.com mencakup saham Luar negeri + dalam tapi sangat besar jangkauannya dan sulit mengerti
bagi saya orang awam.
Bolehkah bapak memberi website yang hanya membahas BEI dan saham dalam negeri lainnya seperti bank bank
swasta ?

Balas

Balasan

1.

Iyan29 April 2013 08.37

BMRI, BBRI dll adalah kode saham perusahaan.

BMRI = Bank Mandiri


BBRI = Bank BRI

Untuk mengetahui kode-kode lainnya, silahkan anda beli/pinjam/minta koran Bisnis Indonesia bagian bursa
saham.

Selain finance.yahoo (menurut saya, situs ini yang paling OK), anda bisa coba situs BEI.

Balas
20.

Surianto Kaze29 April 2013 14.28

Kalau memantau BMRI dan BBRI dimana donk?

tidak mengerti dengan isi halaman finance.yahoo.com nya pak.^^

Balas

Balasan

1.

Iyan29 April 2013 14.41

Seperti kata dosen anda: silahkan tanya mas Google.

Surianto kan sudah mahasiswa, sudah dewasa. Jangan terus minta disuapin donk.

Usaha dulu. Tunjukkan kamu bisa.

Bagaimana nasib bangsa ini kalau semua minta disuapin? :D

Balas

21.

Surianto Kaze30 April 2013 14.21

haha....oklah pak...terima kasih ya atas informasi2 nya di blog....


Terus Belajar Pak

Balas

22.

pinus labs15 Mei 2013 13.58

Mau tanya Pak Iyan, klo mau main saham itu apakah cuma boleh memiliki 1 broker misalnya cuma di BNI Sekuritas
dan tidak boleh punya lagi akun di broker lain?

Balas

Balasan

1.

Iyan15 Mei 2013 14.55


Tidak ada larangan untuk punya rekening di lebih dari satu broker. Banyak pemain saham yang punya
rekening di beberapa broker.

Balas

23.

giant sugiyanto20 Mei 2013 18.12

Malam pak....sepengetahuan pak iyan, mandiri sekuritas bisa melayani pembelian saham IPO tidak?...trims

Balas

Balasan

1.

Iyan21 Mei 2013 10.06

Sepengetahuan saya, Mandiri Sekuritas melayani pembelian saham IPO. Untuk pastinya, silahkan tanya
langsung ke sana.

Balas

24.

Eva Rosari Samitaria21 Mei 2013 13.00

baapa mau nanya mendingan beli saham ke perusahaan langsung apa melalui broker ??
saat ini saya sudah pny reksadana saham melalui ban commonwelth . itu bedanya apa ya ??
1 lagi pak .
klo kita mau ambil smua uang yg ada di reksadana itu ap bs ??

Balas

Balasan

1.

Iyan21 Mei 2013 13.57

Jual-beli saham HARUS melalui broker. Silahkan baca pos "Cara Membeli Saham Indonesia."

http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2013/03/bagaimana-cara-membeli-menjual-saham.html

Investasi di reksadana saham artinya anda juga investasi di saham. Tapi saham2 dikelola (jual-beli) oleh
pengurus reksadana. Anda tinggal terima hasilnya, bisa untung bisa rugi. Untuk jasa ini, anda membayar
"fee" tahunan yang besarnya beberapa persen dari total dana. Rugi-pun anda harus bayar fee ini.

Mengenai ambil semua uang di reksadana, silahkan tanya langsung ke tempat anda membeli reksadana
tersebut (dalam kasus Eva, di Bank Commonwealth). Biasanya ada klausul berapa lama anda harus
mengendapkan dana sebelum boleh diambil tanpa penalti.
Seharusnya Eva menanyakan hal di atas ke Bank Commonwealth SEBELUM membeli reksadana tersebut.

Balas

25.

taraz the26 Mei 2013 23.24

malam pak... mudah2an pertanyaan saya bisa terjawab semua hehe

saya mau nanya apakah ada perusahaan broker yang sistemnya kita hanya menaruh uang di mereka nanti tiap
bulannya kita dapat keuntungan dari mereka sekian persen.
jadi bukan kita sendiri yg melakukan transaksi jual beli sahamnya pak...

jika ada bagaimana faktor resikonya? Mohon pencerahannya

Terima kasih :)

Balas

Balasan

1.

Iyan27 Mei 2013 08.21

Tidak ada broker yang seperti taraz kemukakan.

Intinya: tidak ada orang lain yang begitu baik hatinya TANPA PAMRIH memberi kita keuntungan setiap bulan.

Kalau anda tidak bisa main saham sendiri, pertimbangkan investasi di reksadana. Tapi reksadana tidak
menjamin untung; kalau rugi, anda yang tanggung. Mereka tetap memungut "fee" tak peduli anda untung
atau rugi.

Balas

26.

Abdul Aziz1 Juni 2013 19.11

Yth, Pak iyan.

mohon infonya utk simulasi utk bermain saham apakah ada software nya atau web nya? jika ada dapat dinfokan ke
saya pak.

terima kasih.

Balas

Balasan
1.

Iyan2 Juni 2013 17.47

Maaf, saya tidak tahu tentang hal ini.

Balas

27.

Zacky Syauqi8 Juni 2013 00.00

Malam Pak Iyan. sekarang saya seorang pemula dan masih banyak belajar tentang Saham. saat ini saya hanya ikut
join dengan teman saya yang bermain saham dan menikmati hasilnya. untuk pengertian Bid-Lot-Offer-Lot Ex.
1 Lot - Bid 17.500 - Offer 17500 - Lot 775. saat ini saya hanya percaya dengan teman saya tanpa paham sedikit
mengenai buy and sell Saham.

terimakasih Pak Iyan. mohon jawabannya :)

Balas

Balasan

1.

Iyan8 Juni 2013 07.50

Saya tidak mengerti pertanyaan Zacky. Apa yang sebenarnya anda tanyakan?

Info: Bid dan Offer tidak mungkin harganya sama di 17.500.

Sarang: jangan serta-merta langsung 100% percaya pada orang lain. Urusan uang sangat sensitif; teman bisa
jadi musuh, saudara-pun belum tentu bisa dipercaya 100%.

Balas

28.

test15 Juli 2013 11.34

salam kenal Pak Iyan,

Saya Chris, tulisan-tulisan bpk sangat membantu dan membuka wawasan saya tentang saham, ada satu hal yang mo
saya tanyakan pak,

apakah saham online bisa kita tahan selama mungkin, maksud saya model investasi'y long time?, klo gak salah di
forex akan dikenakan biaya swap/rollover atau bunga yang harus dibayar jika open posisi dlm 1 hari trading, apakah
ini berlaku juga di trading saham online,

thks........

Balas
Balasan

1.

Iyan15 Juli 2013 11.47

Saham boleh anda tahan (hold) selama waktu yang anda mau. Mau hold selamanya juga boleh. Tidak ada
biaya tambahan untuk melakukan hal ini SEPANJANG anda tidak membeli dengan fasilitas MARGIN
(meminjam uang dari sekuritas).

Dalam transaksi FOREX, anda hampir pasti memakai fasilitas MARGIN. Oleh sebab itu anda harus bayar
bunga kalau posisi anda di-carry over ke hari berikutnya.

2.

Willy15 Juli 2013 14.15

Halo Test,

sebenarnya sedikit lebih rumit ya. Forex kan mainnya selalu currency pair. Ada satu yang long, dan yang
lainnya pasti short. Jika kita long currency yang interest ratenya lebih rendah dari currency pairnya, kita akan
kena biaya swap. Sebaliknya jika kita long currecy yang interest ratenya lebih tinggi dari currency pairnya,
kita malah dibayar oleh broker (yah tidak tepat juga sih, bisa lebih rumit lagi yang terjadi tergantung kita
brokernya dealing desk atau non-dealing desk). Tapi ini tidak usah dipikirkan kalau main saham. :D

3.

Iyan15 Juli 2013 15.47

Terima kasih informasis dan komentarnya Bung Willy.

Saya tidak main Forex, jadi komentar saya kurang tepat.

Balas

29.

wongsorejo15 September 2013 14.03

maturnuwun

Balas

30.

Yasser Mubaraq25 Oktober 2013 14.19

Luar Biasa Pak Iyan informasi informasinya sangat membantu, terima kasih atas impo impo nya,sukses selalu Pak
Iyan, kalau di izinkan saya mau share.......

Balas
Balasan

1.

Iyan25 Oktober 2013 14.42

Bung Yasser, silahkan anda share asalkan mencantumkan jelas sumber tulisan.

Berapa Sebaiknya Modal Awal Main Saham?


[Pos ini ©2011 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Pada pos "Bisakah 'Hidup' Hanya dari Bermain Saham" saya menulis bahwa cukup sulit mengandalkan main saham sebagai
penghasilan utama bila hanya bermodal Rp 50 juta.

Pertanyaannya: Berapa sebaiknya modal awal untuk memulai main saham?

Bila anda hanya bermodal Rp 50 juta (atau kurang), jangan langsung ciut dan menyerah. Baca dan telaah dulu saran saya di
bawah ini karena kalau anda punya Rp 5 milyar sekalipun saya tidak menyarankan anda langsung mulai dengan semua modal
tersebut.

Saran saya: alokasikan 20% dari total modal main saham untuk setiap satu tahun anda belajar main saham. Artinya kalau
anda punya total modal Rp 50 juta, mulailah dengan Rp 10 juta. Kalau anda punya Rp 5 milyar, mulailah dengan Rp 1 milyar.

Sisa dana harus dicadangkan untuk tahun kedua sampai kelima dan TIDAK boleh digunakan untuk main saham sebelum
tibanya tahun berikut. Apapun alasannya! Ingat: anda tidak boleh menambah sepeserpun modal kalau setelah enam bulan
dana anda habis total. Jangan sekali-kali berpikir untuk menutup kerugian anda dengan melipatgandakan modal. Itu sama
saja dengan menuang garam ke laut. Anda harus menunggu dan hanya boleh menginjeksi 20% dari total modal setelah
memasuki tahun kedua.

Untuk jelasnya mari kita lihat ilustrasi berikut.

Misalkan total modal anda Rp 100 juta. Ini berarti modal main saham anda untuk tahun pertama adalah Rp 20 juta. Pakailah
Rp 20 juta ini untuk mencoba main saham--baik investasi jangka panjang atau trading jangka pendek--dan mencari tahu
apakah main saham cocok untuk anda. Jangan berangan-angan untuk langsung mengeruk keuntungan secepat mungkin.

Katakan saja anda tidak beruntung dan setelah satu tahun dana Rp 20 juta ini hanya tersisa Rp 4 juta (alias rugi 80%). Coba
anda introspeksi diri apakah saham cocok untuk anda dan apakah anda masih mau terus belajar. Kalau tidak mau, setidak-
tidaknya anda sudah tahu bahwa main saham tidak semudah yang digembar-gemborkan dan anda hanya merugi Rp 16 juta
(16%) dari total modal Rp 100 juta.

Coba bayangkan bila anda memulai langsung sekaligus dengan seluruh modal anda dan mengalami kerugian 80% seperti di
atas. Kalau anda mulai dengan Rp 1 milyar, uang anda hanya tersisa Rp 200 juta. Kalaupun anda masih tertarik untuk terus
mendalami main saham, modal anda sudah tergerus banyak dan sangat sulit untuk mengembalikan dana anda ke posisi
awal.

Kalau anda memutuskan masih mau lanjut belajar main saham, tambahkan 20% dana tahun kedua ke sisa dana tahun
pertama. Meneruskan contoh di atas berarti anda menambahkan Rp 20 juta ke sisa dana Rp 4 juta dan memulai tahun kedua
dengan modal Rp 24 juta.

Begitu pula yang anda lakukan untuk tahun ketiga, keempat, kelima.
Mengapa harus bertahap seperti ini?

Untuk mendapat untung dari main saham anda harus melalui proses belajar dan proses belajar ini memakan waktu. Hanya
dengan berjalannya waktu secara "real-time" anda dapat menggapai ilmu dan pengalaman. Anggap saja anda membayar
"biaya kuliah" 20% per tahun dan masa kuliah adalah lima tahun.

Dengan cara "injeksi modal bertahap" ini, pada tahun keempat atau kelima ketika anda mulai bisa meraih laba dengan
konsisten, modal tersebut masih tersisa cukup banyak dan besar kemungkinan laba yang anda raup bisa menutup kerugian
di tahun-tahun awal.

11 komentar:

1.

Tika Sie17 Februari 2012 15.49

saya mau tanya pak. saya membaca bbrp buku mengenai saham ada yg mengatakan sebisa mungkin modal minimun
diatas 100 jt karena lebih aman tetapi ada pula yang mengatakan modal 5 jt sudah dapat mulai bermain. yang ingin
saya tanyakan sebaiknya untuk mulai bermain siapkan modal berapa ya? bisa kah dengan hanya modal 5 jt dapat
mulai bermain saham?
dengan asumsi saya apabila memulai dengan modal kecil di awal maka kerugian juga semakin kecil. seperti yang
telah dibahas bahwa tarket keuntungan pemula adalah tidak lebih dr -20%.

Balas

Balasan

1.

Iyan17 Februari 2012 16.27

Menurut saya, pemula sebaiknya mulai dengan modal seKECIL mungkin.

Dulu sebelum menjamurnya online-trading, tidak mungkin buka rekening saham dengan Rp 5juta. Sekarang,
Rp 5juta juga sudah bisa. Jadi, memulai dengan Rp 5juta adalah langkah yang bijaksana karena target pemula
adalah untuk belajar, bukan untuk meraup untung.

Kalau sudah mulai mengerti cara bermain saham dan bisa mengontrol resiko kerugian, barulah Tika
masukkan modal lebih besar. Ingat: yang terpenting pada awal bermain saham adalah untuk tidak rugi
terlalu besar.

Semoga membantu.

Balas

2.

Tika Sie23 Februari 2012 13.56

terima kasih banyak pak atas sarannya.

saya ada 1 pertanyaan lg, apa pak Iyan ada saran tuntuk virtual trading yang memakai data index saham yang real
seperti yang berlaku di bursa saham saat ini?
jadi bisa belajar lebih banyak dulu di virtual trading.
Balas

Balasan

1.

Iyan23 Februari 2012 15.23

Maaf Tika, saya tidak banyak tahu tentang virtual trading.

Perlu saya informasikan: berhasil di virtual trading tidak menjamin berhasil di real trading krn faktor yang
sangat menentukan dalam trading adalah psikologi. Kalau tidak memakai uang, kita akan tenang-tenang saja
ketika saham kita turun. Lain sekali kalau kita main dengan uang betulan dan kerugian itu adalah real. Stress-
nya akan sangat menyiksa dan membuat kita menjual di saat yang salah.

Jadi sebaiknya Tika langsung trading real TAPI dengan modal sekecil mungkin.

Balas

3.

Tika Sie24 Februari 2012 16.26

ouw... begitu yah...

terima kasih banyak ya pak Iyan atas saran nya...

oh ya, ada pertanyaan lagi, (maaf ya, banyak sekali pertanyaanya) modal minimum yg di perbolehkan untuk
membuka rek efek adalah 5 jt kan. sedangkan untuk pemula disarankan memilih saham blue chip, sedangkan setau
saya rata2 saham blue chip itu tinggi harganya, dengan 5 jt belum tentu bisa beli 1 lot, apa bapak ada saran saham
blue chip apa kira2 yang dapat dijangkau dengan modal 5 jt ini?

terima kasih.

Balas

Balasan

1.

Iyan25 Februari 2012 19.58

Pertanyaan Tika sangat baik, jadi jangan segan-segan terus bertanya.

Benar sekali yang Tika katakan: saham-saham blue-chip relatif mahal, harganya ribuan bahkan puluhan ribu
rupiah.

Memang saya selalu menyarankan pemula untuk hanya main saham blue chip, dan saya akui saran ini tidak
selalu bisa dilakukan. Saran yang lebih tepat adalah pemula sebaiknya hanya main saham yang
FLUKTUASInya relatif rendah (fluktuasi blue-chip paling rendah jika dibanding saham non blue-chip, makanya
saya menyarankan blue-chip.)

Mengacu pada pernyataan di atas, pemula boleh juga main saham Rp 500 - Rp 2000an yang gejolaknya
relatif rendah. Lebih bagus lagi kalau perusahaannya cukup terkenal. Contohnya: ANTM (Aneka Tambang),
BJBR (Bank Jabar), GIAA (Garuda Indonesia, KRAS (Krakatau Steel), SMCB (Semen Cibinong), TINS (Tambang
Timah), dll.

2.

Tika Sie27 Februari 2012 13.37

terima kasih banyak pak Iyan atas saran2 nya...


patut dicoba....

Balas

4.

kakbayu9 Juli 2013 16.14

Pak Iyan, saya ingin bertanya, mungkin terlalu nubie. Selama ini saya cuma beli reksadana saham aja, nah saya ada
keinginan untuk membeli saham langsung.
Yang jadi pertanyaan, kalau kita main saham dengan modal 5jt, kemudian saham kita hold dalam waktu 3-5 tahun.
Apakah akan untung mengingat tiap bulan ada biaya layanan kurang lebih sebesar 30rb. Berarti kalau 3tahun kita
membayar biaya layanan aja sampai 1.008.000. Benar begitu pak, mohon penjelasannya. Terimakasih

Balas

Balasan

1.

Iyan9 Juli 2013 16.36

Untung atau tidak tergantung apakah saham yang anda buy-and-hold naik atau tidak.

Sesuai dengan perhitungan anda, cukup sulit menutup biaya Rp 1.008.000 (untuk fee selama 3 tahun) kalau
modal awal cuma Rp 5 juta.

Kalau anda mau main saham dengan modal Rp 5 juta, anggap uang ini sebagai "uang sekolah." Jangan
anggap anda akan langsung meraih untung.

Kalau anda mau buy-and-hold, mungkin reksadana lebih cocok.

Balas

5.

Tri Maya8 Oktober 2013 12.15

pak iyan,saya mau tanya,saya ingin sekali menggeluti di bidang saham karena saya tertarik,namun saya bingung
kemana saya harus menanamkan uang saya,jika bapak bisa memberi saran,itu sangat membantu saya.mohon
bantuannya
bls

Balas

Balasan
1.

Iyan8 Oktober 2013 14.09

Silahkan baca halaman "About" dan " Kurikulum."

Investasi Saham atau Trading Saham, Mana Lebih Baik? (Bagian II)
[Pos ini ©2010 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Pos ini adalah lanjutan dari "Investasi Saham atau Trading Saham, Mana Lebih Baik? (Bagian I)."

Setelah membaca Bagian I, anda mungkin menjadi bingung dan bertanya, "Jadi sebenarnya mana yang lebih baik, investasi
saham atau trading saham?"

Saya tidak bermaksud membingungkan anda tetapi ingin menunjukkan satu prinsip penting yang harus anda pegang jika mau
sukses main saham:

Hanya karena pakar menganjurkannya, tidak berarti hal itu baik untuk anda.

[Prinsip ini harus juga anda terapkan pada semua saran di blog ini: jangan ditelan bulat-bulat; bandingkan dulu dengan
kondisi anda.]

Mengapa?

Karena anjuran pakar sifatnya umum tetapi anda adalah unik. Begini contohnya: pakar kesehatan menganjurkan kita untuk
berolahraga, suatu anjuran yang baik. Tapi "berolahraga" itu tidak spesifik. Apakah artinya kita harus angkat beban atau lari
atau berenang atau main badminton? Apakah kita harus melakukannya setiap hari, dua hari sekali, tiga hari sekali, atau
setiap minggu? Kalau berolahraga melebihi kemampuan fisik, kita malahan bisa sakit atau cedera, bukannya sehat.

Jadi, untuk menentukan apa yang baik untuk kita, kita jangan menerima langsung semua yang dianjurkan pakar, tetapi harus
terlebih dahulu menganalisa diri kita sendiri. Untuk menjawab pertanyaan "Mana yang lebih baik, investasi saham atau
trading saham" anda harus terlebih dahulu menimbang tiga hal berikut:

1. Tingkat kesabaran anda


2. Waktu yang dialokasikan
3. Toleransi terhadap resiko

Tingkat kesabaran

Kalau anda tipe sabar, investasi lebih cocok; kalau tidak sabar, trading lebih cocok.
Saya rasa ini cukup jelas. Jika anda tipe tidak sabar tapi memilih strategi beli-dan-pegang, anda akan tergoda menjual ketika
saham baru naik sedikit. Setelah anda jual, saham mungkin akan naik dan terus naik. Anda kehilangan kesempatan untung
lebih banyak karena ketidaksabaran anda.

Waktu yang dialokasikan

Kalau anda tidak bisa meluangkan banyak waktu, jangan memilih trading. Pilihlah investasi.

Investasi jangka panjang memberi anda kesempatan untuk mengambil keputusan tanpa buru-buru. Strategi ini juga
membebaskan anda dari keharusan memantau harga saham setiap menit.

Lain dengan trading. Kalau anda memilih trading tapi anda sering sibuk dengan kegiatan lain, saham anda mungkin sudah
turun ketika anda sempat memantau harganya.

Toleransi terhadap resiko

Kalau anda punya toleransi tinggi terhadap resiko, pilih investasi; kalau tidak, pilih trading.

Kalimat di atas terdengar kontradiktif, tapi tidak demikian. Investasi jangka panjang berarti kita beli-dan-pegang saham terus
menerus. Artinya, seorang investor harus tahan mental melihat saham yang ia miliki turun dari Rp 5000 ke 4000 ke 3000 ke
2000 ke 1000. Selama kondisi perusahaan memenuhi kriteria yang ia terapkan, si investor tetap memegang saham tersebut.

Tapi perlu juga anda perhatikan bahwa selama anda memegang saham suatu perusahaan, kondisi perusahaan bisa berubah
dari baik menjadi buruk karena hal-hal yang tidak kita perhitungkan.

Ada baiknya saya ilustrasikan dengan contoh. Misalnya kita beli-dan-pegang saham pabrik A di harga Rp 1000. Setelah 1
tahun, saham itu naik menjadi 1200. Anda senang karena, di atas kertas, sudah untung 20%. Tiba-tiba pabrik A hangus
dilalap api. Saham A anjlok dari Rp 1200 menjadi 500. Dalam sekejab, posisi untung 20% berbalik menjadi rugi 50%. Saham A
mungkin saja naik lagi ke 1200, tapi tidak ada jaminan hal itu akan terjadi. Kalaupun terjadi, mungkin memakan waktu lama.

Berbeda dengan trading. Trading berarti kita hanya memegang saham dalam waktu pendek. Kalau saham naik, kita jual;
kalau turun sampai titik cut loss, juga kita jual. Kita tidak terpengaruh oleh resiko perusahaan atau resiko pasar jangka
panjang.

Saya sendiri memilih menjadi trader karena toleransi saya terhadap resiko sangatlah rendah. Saya tidak tahan melihat saham
yang saya miliki turun.

Misalkan saya membeli saham KIJA di 165. Beberapa hari kemudian KIJA turun ke 155. Untuk investor buy-and-hold, posisi
rugi Rp 10 (6%) adalah hal yang tidak perlu dipikirkan. Tapi bagi saya, kerugian 6% ini membuat saya tidak enak makan, tidak
enak tidur. Daripada tidak bisa tidur, lebih baik KIJA tersebut saya jual dan menelan rugi 6%.

Setelah menganalisa tiga hal di atas, anda siap menentukan sendiri mana yang lebih baik untuk anda, investasi saham atau
trading saham.

22 komentar:

1.
Johnny Kee15 Juli 2011 21.16

Pak Iyan, terima kasih atas jawaban dari pertanyaan saya yang sebelumnya. Setelah membaca beberapa tulisan
bapak tentang investasi saham atau trading saham, saya mempunyai pertanyaan yang cukup menggelitik pikiran
saya. Misalkan ada seorang nasabah yang menpunyai target rata2 cuan perhari sebesar 1%. Berarti perbulannya
sebesar 22% (sesuai hari kerja) dan per tahunnya sebesar 240% Nasabah tsb tidak memperdulikan saham apa saja
yang akan dibeli sepanjang si broker merekomendasikannya. Nah, katakanlah dia menginvestasikan dananya sebesar
200 juta per tanggal 1 Agustus. Dari daftar portofolionya per tgl 1 Agustus s/d 12 Agustus (10 hari kerja) nasabah tsb
telah melakukan transaksi jual beli sebesar 870 juta. Dengan saldo akhir sebesar 26 juta. Pertanyaan saya apakah
dalam waktu 10 hari nasabah tsb telah mencapai target yang ditetapkan olehnya? Apa komentar dari Pak Iyang
mengenai simulasi tersebut? Terima Kasih.

Balas

2.

Iyan16 Juli 2011 15.38

Johnny, sebelum menjawab pertanyaan anda saya mau mengklarifikasikan kalimat "Dengan saldo akhir sebesar 26
juta." Mungkin maksud Johnny adalah "Dengan saldo akhir UNTUNG 26 juta"? Saya coba menjawab dengan asumsi
bahwa itulah yang Johnny maksud.

Untung Rp 26 juta dalam 10 hari kerja dengan modal Rp 200 juta memang berarti persentase keuntungan adalah 1%
per hari. Ini hasil yang sangat baik, apalagi kalau si investor adalah pemain baru.

Pertanyaannya: Mungkinkah seorang investor mengalami hal tersebut di atas. Mungkin, sangat mungkin. Tapi
Johnny harus perhatikan: bermain saham adalah berlari marathon, bukan berlari cepat (sprint).

Maksud saya begini. Banyak pemain saham baru yang melipatgandakan modalnya dalam beberapa bulan karena
faktor keberuntungan dan faktor nekad. Saking mudahnya ia mendapat untung, ia menganggap dirinya jenius,
seorang "Super Trader." Karena meremehkan pasar, suatu saat ia akan merugi dan terus-menerus merugi. Semua
keuntungan sebelumnya akan habis, bahkan modalnya pun ikut tergerus. Ia menang dalam lari sprint tapi kalah telak
ketika lari marathon.

Intinya: sangatlah mungkin seorang pemain saham mendapat keuntungan 20-30% per bulan dalam jangka waktu
pendek, bahkan untuk pemain saham pemula sekalipun. Apalagi saat kondisi market bullish seperti sekarang ini. Nah
pertanyaan berikut, mungkinkah seorang investor untung 20% per bulan selama bertahun-tahun?

Kemungkinan selalu ada, tapi amat sangat kecil. George Soros anda Warren Buffet berhasil menjadi investor kelas
kakap dunia dengan return konsisten hanya 20-40% per TAHUN. Jadi kalau ada investor Indonesia yang bisa untung
konsisten 240% per tahun, dalam beberapa tahun niscaya ia akan menjadi orang terkaya di dunia.

Ada satu hal lagi yang perlu Johnny ingat: tidak setiap hari pasar memberi kesempatan mendapat untung. Kalau anda
sudah lama berkecimpung di pasar, anda akan tahu ada hari-hari, minggu-minggu, bulan-bulan di mana pasar begitu
sepinya sampai-sampai anda sudah sangat senang kalau tidak rugi.

Kesimpulannya: target laba 240% per tahun sangat sulit dicapai. Tentukan target yang lebih masuk akal, misalnya
20% per TAHUN.

Tapi kalau Johnny kenal investor yang bisa konsisten untung 240% setiap tahun, tolong infokan ke saya. Saya mau
belajar dari beliau.

Balas

3.
muflihagusahmadi17 November 2011 11.37

mas Iyan, terima kasih ya tulisan2nya sangat mudah dicerna, bermanfaat buat saya yg masih nubie ini.

Saya melihat faktor fee/komisi beli atau jual utk broker belum dimasukkan dlam perhitungan. Walaupun kecil, tapi
jika sering juga lumayan. Mungkin bisa dibuat komparasi, investor vs trader harian vs trader mingguan vs trader
bulanan. :)

Kalau di mix boleh kan. Investor iya, trader iya.

Entah kenapa, ada saham2 yang jika saya denger/baca namanya saja sudah bikin adem di hati. Saham itu lah yg saya
pilih jadi "pendamping hidup" saya.

Ada saham yang "bitchy", menggoda, liar, naik cepat, turun cepat, itu saham yg seru utk dijadikan pacar...
Hahahaha...

Balas

4.

Iyan17 November 2011 13.50

Bang Muflin, trims sudah mampir dan meninggalkan komentar.

Balas

5.

Reinhard Oktavian8 Agustus 2012 10.03

Pak Iyan, pertanyaan saya singkat saja:


1. Untuk tipe investor jangka panjang, apakah tidak perlu menerapkan strategi 'cut loss' untuk investasinya?
2. Untuk sistem IPOT yang Bapak gunakan, apakah ada fee-nya juga apabila kita menggunakan 'cut loss' ? mohon
petunjuknya pak.

Terima kasih atas perhatiannya, blog ini sangat bagus, semoga menjadi berkah buat orang banyak!

Balas

Balasan

1.

Iyan8 Agustus 2012 10.38

1. Menurut saya (karena banyak yang berpendapat lain), trading atau investasi TETAP harus menerapkan 'cut
loss.' Bedanya, kalau trading, mungkin rugi 5% saja sudah harus 'cut loss'; kalau investasi, mungkin rugi 10-
20% baru 'cut loss.'

2. Saya tidak jelas dengan maksud Reinhard ttg fee untuk 'cut loss.' Cut-loss adalah menjual, menjual saham
ada fee-nya.

Kalau maksud Reinhard adalah menggunakan sistem IPOT di mana anda memprogram harga di mana sistem
akan cut-loss otomatis, ini adalah fitur dari IPOT dan tidak dikenakan fee tambahan (tapi tetap harus bayar
fee jual).

Balas

6.

Reinhard Oktavian8 Agustus 2012 16.55

Hi Pak Iyan,

iya maksud saya begitu pak, karena saya sedang ditawarkan sistem sekuritas 'tertentu' (mungkin tidak perlu saya
sebut namanya), program cut loss tersebut akan terkena fee perharinya walaupun harga saham tidak menyentuh
nilai cut loss yang kita program tersebut,

Contoh: kita beli saham di Rp. 1,000, lalu cut loss di Rp. 800, di H + 1 saham menyentuh di angka Rp. 900 (belum
menyentuh nilai cut loss), tapi fee tetap dibebankan ke kita dan cut loss harus diaktifkan kembali setelah 24 jam
(kalau lewat dari 24 jam, maka cut loss nya akan off plus fee dan harus diaktifkan lagi).

Apakah cara bekerja sistem seperti itu adalah sesuatu hal yang normal pak? atau mungkin orang sekuritas nya yang
salah menjelaskan? hehe....

Terima kasih atas perhatiannya.

Balas

Balasan

1.

Iyan9 Agustus 2012 09.03

Kalau saya jadi Reinhard, saya tidak bersedia bayar fee tambahan hanya untuk memasukkan titik cut-loss.
Apalagi fee-nya dibebankan setiap 24 jam. Belum cut-loss aja kita sudah rugi. Tidak masuk akal.

Kalau memang anda tidak sempat memonitor sendiri harga saham, sebaiknya buka rekening broker full-
service (dilayani manusia). Lalu titip pesan ke broker utk menghubungi anda, kalau harga saham mendekati
harga cut-loss.

Saya sendiri belum pernah memakai sistem cut-loss di IPOT, tapi setahu saya, tidak ada fee tambahan untuk
melakukan hal ini. Sistem ini adalah fitur dari perusahaan untuk menarik nasabah, bukan cara untuk
menambah pemasukan.

Balas

7.

eoshi1 November 2012 02.36

Pak Iyan, terima kasih banyak untuk sharingnya mengenai transaksi saham yang menurut saya matetinya telah
tersusun dengan baik, jadi memudahkan kami "newbie" belajar mengenai hal ini.

Saat ini saya ingin melakukan investasi jangka panjang (buy & hold) saham dengan 20-30% asset pribadi karena saya
percaya perusahaan tersebut terus berkembang dan 10% untuk trading, apakah hal ini wajar berdasarkan best
practice yang Bapak lakukan?

Balas

Balasan

1.

Iyan1 November 2012 08.59

Eoshi, terima kasih untuk komentarnya yang positif.

Mengenai alokasi asset Eoshi 20-30% untuk Buy & Hold dan 10% untuk trading, secara sepintas OK. Tapi saya
tidak tahu Eoshi sudah berpengalaman berapa tahun main saham, apakah sudah punya rumah atau belum.

Kalau belum punya rumah, beli dulu. Baru sisanya (kalau ada) untuk main saham. Kalau anda bukan pemain
saham profesional, alokasi asset pribadi terbesar seharusnya adalah pada rumah yang anda tinggali.

Kalau baru mulai main saham sendiri (bukan masuk reksa dana), sebaiknya mulai dengan persentase asset
SEKECIL mungkin. Mengapa? Karena pada tahun-tahun pertama hampir pasti Eoshi akan rugi.

Kalau masuk reksa dana dengan alokasi 20-30% asset (di luar kepemilikan rumah) saya rasa tidak masalah.

Balas

8.

fitra falvo9 November 2012 22.55

menurut mas iyan brapa modal pertama yang harus kita keluar kan supaya kita bisa meninjau itu saham yang bagus
atau saham yang "gorengan" aja

Balas

Balasan

1.

Iyan10 November 2012 14.51

Saya tidak mengerti maksud Fitra.

Saham "gorengan" atau "bagus" tidak tergantung modal yang harus kita keluarkan. Disebut "gorengan"
kalau fluktuasi saham sangat tajam; artinya, naik turun nya sangat cepat dan dalam persentase yang besar.

2.

fitra falvo14 November 2012 18.34

jdi kira kira berapa modal yang harus di kluarkan untung pemula mas iyan
3.

Iyan17 November 2012 09.43

Silahkan baca pos "Berapa Sebaiknya Modal Awal Main Saham."

Balas

9.

Dhafa Frassetia Saputra8 Juni 2013 19.31

Terimakasih pa iyan sebelumnya atas penjelasan dalam blog ini yang sangat bermanfaat bagi pengetahuan saya
terutama tentang pasar modal. Saya mahasiswa tingkat akhir yang sedang menyusun skripsi tentang saham dan
mulai tertarik untuk berinvestasi pada saham namun ilmu saya masih sedikit sehingga mohon dibimbing agar tidak
salah melangkah dalam memulai. Saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan untuk memulai melakukan trading

1. Bagaimana cara bila kita hendak menjual atau membeli saham ?


2. Jangka waktu trading itu satu bulan atau seperti apa ?
3. Apakah jika kita memilih trading kita berhak mendapatkan dividen ?

Mohon dibantu atas pertanyaan saya pak. Terimakasih

Balas

Balasan

1.

Iyan9 Juni 2013 10.31

1. Silahkan baca pos "Bagaimana Cara Membeli Saham Indonesia."

http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2013/03/bagaimana-cara-membeli-menjual-saham.html

2. Tidak ada batas waktu untuk trading. Anda yang menentukan jangka waktu itu sendiri.

3. Dividen tidak ada hubungan dengan trading atau tidak. Silahkan baca pos "Arti Istilah Cum dan Ex
Dividen."

http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2011/07/arti-istilah-cum-dan-ex-dividen.html

Balas

10.

Nur Muchamad Arifin21 September 2013 00.57

Hallo pak Iyan,

Saya berencana untuk membuka rekening di sekuritas, saya masih belum punya pengalaman sama sekali dalam
bermain saham.

Saya tertarik dengan saham PGAS yang naik-turun konsisten di kisaran 5.300-5.400.
Jika misal, saya beli saham tersebut di harga 5.300 lalu menunggu naik hingga 5.350 dan jual, lalu saya tunggu lagi
saham turun ke kisaran 5.300 lalu beli dan jual ketika 5.350 begitu seterusnya,

apakah dengan cara begitu saya bisa mendapatkan untung yang konsisten pak, sekitar 0,93% dipotong fee
jual+beli+pajak = 0,6% jadi sekitar 0,23% ?

Balas

Balasan

1.

Iyan21 September 2013 07.31

Kalau anda bisa KONSISTEN beli di harga bawah dan jual (beberapa poin) di harga atas, tentu saja anda akan
mendapat untung.

Tapi main saham (ataupun instrumen finansial apapun) TIDAK SEMUDAH contoh yang Nur kemukakan.

Katakan anda berhasil melakukan contoh anda 10 kali berturut-turut (kemungkinan yang sangat kecil
terjadi), anda untung 10 x 0.23% = 2.3%.

Tapi pada kali kesebelas, setelah anda beli PGAS (di 5300) lalu PGAS turun ke 4800. Anda rugi Rp 500 atau
sekitar 9.4%.

Sepuluh kali jual-beli cuma untung 2.3%.


Sekali rugi langsung rugi 9.4%.
Total rugi setelah jual-beli 11x: 7.1%.

Ini BUKAN cara main saham yang benar.

Yang harus anda USAHAKAN terjadi adalah kebalikan skenario di atas. Artinya, boleh saja anda RUGI 10X
sebesar 2.3%, tapi kalau lagi UNTUNG sekali saja, usahakan untungnya 9.4%.

Balas

11.

Nur Muchamad Arifin21 September 2013 15.01

Oh ternyata begitu pak,

Tapi susah pak membaca pattern dari saham yang dapat gain besar, saya takut rugi pak karena tidak bisa membaca
pattern history harga sahamnya

Jika misal di harga 4800 saya hold saja pak, walau menunggu beberapa minggu sampai harganya menguat itu
bagaimana pak. Seperti kejadian di minggu ini saham PGAS sempat turun ke 5.250 ternyata keesokan harinya market
bullish pak menguat hingga 5.450.

Saya lihat saham-saham dengan fundamental kuat seperti PGAS ini sangat menarik pak, karena bergerak osilasi
selama beberapa bulan belakangan, naik turun yang sedikit ini berarti potensi untung kan pak ya,patternnya seperti
"sudah terbaca" begitu pak.

Apakah berarti saham-saham trendless seperti ini bisa dibilang menjanjikan keuntungan yang hampir pasti pak,
dibanding saham-saham trending yang walau menjanjikan gain besar tapi juga berisiko rugi besar pak.
Balas

Balasan

1.

Iyan21 September 2013 18.21

Kalau rencana anda adalah untuk mengambil untung kecil terus, sah-sah saja. Silahkan dicoba.

Kalau saham turun, rekomendasi saya cuma satu: CUT-LOSS.

Saya pribadi tidak tertarik pada saham TRENDLESS. Saya selalu berusaha mencari saham yang UPTREND.

Balas

12.

yusak santoso22 September 2013 21.52

Pak Iyan,

kalo saya minat menjadi investor jangka panjang, saya pilih Mandiri Sekuritas dengan MOST.. menurut bpk gmn?

oh ya, kalo resiko yg saya tanggung termasuk resiko menengan, apa saya masih cocok sbg investor jangka panjang ya
pak?
saya terbentur di masalah waktu yg terbatas kalo untuk memantau stand by terus..

thx

Balas

13.

Iyan23 September 2013 08.20

Saya tidak pernah pakai MOST Mandiri Sekuritas, jadi saya tidak tahu bagus tidaknya. Tapi karena Mandiri Sekuritas
adalah perusahaan besar, tidak ada salahnya dicoba.

Bingkai waktu (time frame) investasi harus anda yang tentukan sendiri. Tidak ada salahnya juga anda mencoba
menjadi investor jangka panjang dengan toleransi resiko menengah.

Coba dulu, kalau cocok lanjutkan. Kalau tidak cocok, coba cara lain.

Cara/Teknik Menganalisa Saham


[Pos ini ©2011 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Secara garis besar, ada tiga teknik/cara menganalisa saham:

 Analisa Fundamental
 Analisa Teknikal
 Analisa Lain-lain

Analisa Fundamental

Analisa Fundamental adalah cara menganalisa saham berdasarkan fundamental perusahaan yang biasanya tercermin dari
laporan keuangan. Para analis saham meneliti asset, hutang, penjualan, biaya, laba/rugi, dan berbagai aspek lain perusahaan
untuk menerka harga wajar saham.

Dari laporan keuangan, bagian yang paling harus anda perhatikan adalah laba perusahaan. Mengapa? Karena faktor penentu
utama harga saham adalah laba perusahaan, atau tepatnya laba per saham. Untuk mempermudah perbandingan satu saham
dengan yang lain, laba ini biasanya diungkapkan dalam price-earning-ratio (PER). Silahkan baca pos "Investasi Saham Cara
Peter Lynch di Buku "One Up on Wall Street (Bagian V)."

Perlu anda ingat bahwa analisa fundamental mengharuskan anda memPREDIKSI kondisi keuangan perusahaan—terutama
laba—di masa datang. Memprediksi adalah kata lain dari menebak; ketika menebak, analis terjenius pun bisa salah karena
tidak seorangpun tahu apa yang akan terjadi di masa datang.

Masalah lain analisa fundamental adalah harga saham di bursa bergerak mendahului publikasi laporan tersebut. Artinya,
saham sudah terlebih dahulu naik/turun sebelum laporan keuangan diumumkan. Pada saat laporan keuangan diumumkan ke
publik, biasanya sudah terlambat bagi pemain saham untuk bertindak beli atau jual.

Mengapa?

Orang-orang dalam (insiders) sudah terlebih dulu tahu kondisi keuangan perusahaan, jauh sebelum laporan tersebut
dipublikasikan. Sangat mungkin berita ini bocor ke segelintir pemain (bandar) saham yang memanfaatkan kesempatan ini
untuk menjual atau membeli. Tindakan ini sebenarnya termasuk tindak pidana yang disebut “insider trading.” Tapi hampir
belum pernah terjadi pelaku “insider trading” di Indonesia yang dipidanakan.

Bila anda tertarik pada analisa fundamental yang praktis, silahkan membaca pos "Mau Investasi Saham? Baca Dulu Buku
Peter Lynch 'One Up on Wall Street' (Bagian I)."

Analisa Teknikal

Analisa teknikal adalah cara menganalisa saham dengan memperhatikan pola harga dan volume saham.

Pola harga saham terbagi atas dua: Trending dan Trendless. Trending terbagi dua lagi: uptrend dan downtrend. Untuk
jelasnya, silahkan baca pos "Arti Istilah Saham Trending Trendless" dan pos "Definisi Uptrend, Downtrend, Sideway."

Analisa teknikal juga bersifat PREDIKSI, jadi apapun metode yang anda pakai, anda bisa salah. Lagipula, tidak ada single
analisa teknikal yang bisa berlaku pada semua keadaan.

Untuk mengetahui lebih jelas tentang analisa teknikal, silahkan baca pos "Prinsip Mendasar Analisa Teknikal (Technical
Analysis) Bagian I."

Analisa Lain-lain

Analisa Lain-lain adalah cara menganalisa saham yang tidak termasuk dalam kategori analisa fundamental dan analisa
teknikal. Ada dua contoh yang terbersit di benak saya.

Contoh pertama adalah analisa siklus tahunan seperti yang dikemukakan Jeff Hirsch, penyusun buku Stock Trader’s Almanac.
Jeff merekomendasi agar pemain saham Amerika berinvestasi di saham dari bulan November ke April, lalu mengalihkan
investasi tersebut ke fixed-income (atau deposito) dari bulan May sampai Oktober. Investor yang melakukan ini dapat
meraup keuntungan berlipat-ganda dibanding kalau terus berinvestasi di saham sepanjang tahun.

Contoh kedua adalah cara Warren Buffet menganalisa saham atau perusahaan. Warren Buffet tidak hanya menganalisa
laporan keuangan perusahaan tapi ia juga menganalisa orang-orang (manajer) yang mengelola perusahaan. Ia percaya
bahwa kondisi perusahaan sangat tergantung kehandalan manajemen orang-orang tersebut. Jadi ketika Mr. Buffet membeli
perusahaan, ia membeli perusahaan berikut para pengelola (manajer) perusahaan tersebut.

Coba saja anda bandingkan logika Warren Buffet dengan klub sepak-bola. Kehandalan suatu klub sangat tergantung dari
pemain-pemainnya. Tidak ada gunanya anda membeli klub Manchester United dengan harga mahal kalau semua pemainnya
memutuskan pindah ke klub lain.

Jika anda sudah PUNYA rekening saham dan siap untuk


bertransaksi saham
Mau Main Saham? Ingat Tiga Hal Maha Penting Ini (Bagian I)
[Pos ini ©2010 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Di dunia properti dikatakan bahwa tiga hal paling penting adalah lokasi, lokasi, lokasi. Dalam bermain saham tiga hal
terpenting adalah cut-loss, cut-loss, cut-loss.

Apakah cut-loss itu?

Cut-loss (memotong kerugian), atau kadang disebut stop-loss (stop kerugian), adalah tindakan menjual (menutup posisi)
saham yang rugi. (Saya berasumsi pemain saham di Indonesia membuka posisi dengan membeli dan menutup dengan
menjual karena di Bursa Efek Indonesia sulit untuk short-sell.)

Mengapa cut-loss itu penting?

Cut-loss penting karena tidak ada jaminan bahwa saham yang kita beli tidak akan turun. Kalau sudah turun, saham bisa saja
turun banyak lalu naik sedikit dan lalu turun lebih banyak lagi. Kalaupun akhirnya naik, belum tentu saham itu naik mencapai
harga beli kita.

Nah, cut-loss ini berfungsi seperti sekring yang memutuskan aliran listrik tegangan tinggi yang berpotensi membawa
bencana. Dengan melakukan cut-loss, kita menjual sebelum saham turun ke harga yang mengancam keselamatan financial
kita. Lagipula, tindakan cut-loss kemungkinan besar akan mencegah kita menjual saham di harga rendah ketika saham
tersebut malah sudah akan naik.

Mungkin anda menganggap cut-loss hanya patut dilakukan trader dan tidak penting untuk investor. "Saya kan investor
jangka panjang," protes anda dalam hati. "Saya tidak khawatir kalau saham turun." Oh ya? Mari kita lihat ilustrasi di bawah
ini.

Misalkan investor Karim Keukeh membeli saham ENRG di harga 150. Setelah tiga bulan, ENRG naik ke 200. Karim senang tapi
ia tidak mau menjual. "Kalau ENRG naik ke 250, saya jual deh," begitu pikir si Karim. Ketika saham naik ke 250, ia berubah
pikiran dan masih tidak mau jual. "Kalau 300 baru saya jual."

ENRG naik ke 280 dan mulai turun. Empat bulan kemudian, saham ENRG turun ke 220, Karim berpikir,"Kalau nanti naik ke
260, saya jual." Sayangnya saham itu hanya naik ke 240, lalu kembali turun. Ke 200, ke 170, ke 150, ke 110. Dan ENRG
bertahan di level 100an selama setahun.

"Sungguh sialan si ENRG," kata Karim kepada istrinya. "Kalau dia naik ke 125—rugi Rp 25 alias 20%—saya jual deh." Tiga
bulan kemudian, benar ENRG naik ke 125, dan Karim menjualnya. Setelah memegang ENRG hampir 2 tahun Karim menderita
rugi 20%, padahal ia bisa untung 60%an kalau menjual di 250.

Urusan Karim dengan ENRG masih belum selesai. Bagaimana selanjutnya? Silahkan klik di sini "Mau Main Saham? Ingat Tiga
Hal Maha Penting Ini (Bagian II)."

Mau Main Saham? Ingat Tiga Hal Maha Penting Ini (Bagian II)
[Pos ini ©2010 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Pos ini adalah lanjutan dari "Mau Main Saham? Ingat Tiga Hal Maha Penting Ini (Bagian I)."

Yang lebih mengesalkan Karim adalah, setelah ia jual, ENRG malah mulai bergerak naik. Tiga bulan kemudian, ENRG
bertengger di kisaran 180. "Kalau ENRG turun ke 120, saya beli balik lah," Karim berpikir. Tapi ENRG bukannya turun, tapi
naik ke 250 dan Karim membeli di harga tersebut karena ia yakin ENRG akan naik terus.

Tepat setelah Karim beli, ENRG kembali turun. Siklus di atas terulang kembali, dan lagi-lagi Karim rugi.

Dari ilustrasi di atas, Karim HANYA rugi 20%. Kenyataan di bursa menunjukkan bahwa banyak investor yang enggan cut-loss
waktu rugi sedikit, akhirnya menjual saham ketika rugi sudah membengkak.

Coba anda bayangkan kalau Karim membeli saham di harga Rp 1000 lalu saham tersebut turun ke Rp 100. Ia rugi 90% dan
kondisi ini bisa-bisa mengancam kesehatan finansialnya.

Saya yakin kasus yang menimpa Karim bukan suatu yang langka. Mungkin anda pun pernah mengalaminya. Saya sendiri
mengalami hal tersebut berpuluh-puluh kali ketika saya baru mulai main saham. Kalau saja waktu itu ada yang mengajarkan
saya untuk cut-loss, tentu saya tidak akan rugi 40-70% di 5 tahun pertama saya berkecimpung main saham.

Mungkin anda masih ngeyel dan berkata,"Selama ini saya tidak pernah cut-loss. Kenyataannya saham saya setelah turun
sementara, akhirnya naik ke harga lebih tinggi dari harga beli."

Betul, kalau kondisi pasar lagi bullish, saham setelah turun malah naik lebih tinggi lagi. Tapi kalau anda memakai ini sebagai
acuan investasi atau trading saham, anda akan menderita rugi telak ketika kondisi bullish berubah menjadi bearish. Ingat:
pada kondisi bearish, saham tidak naik ke harga beli anda tapi terus-menerus turun. Saham yang anda beli di Rp 5.000 bisa
turun ke harga 5oo. Kalau anda tidak cut-loss, saham tersebut harus naik 10 kali lipat hanya untuk balik modal. Kenaikan 10
kali lipat ini mungkin saja terjadi tapi kalaupun terjadi tidaklah mungkin dalam waktu singkat. Yang lebih mungkin terjadi
adalah anda menjual saham tersebut sebelum ia mencapai Rp 5.000 lagi.

Memang, berdasarkan pengalaman, cut-loss adalah hal yang sulit dilakukan pemain saham, baik oleh investor ataupun
trader/pedagang. Sampai hari inipun saya masih sering ragu untuk melakukannya. Tapi cut-loss adalah tindakan yang amat-
sangat penting kalau mau selamat di bursa saham. Saya sendiri baru bisa konsisten cut-loss setelah bermain saham lebih dari
5 tahun. Dan hanya setelah konsisten melakukan cut-loss, saya mulai meraih keuntungan konsisten.

Percayalah, sebelum anda belajar teknik main saham yang lain, yakinkan dulu diri anda betapa pentingnya cut-loss. Tidak ada
yang bisa menyelamatkan anda dari kehancuran financial bila anda tidak pernah mau cut-loss.

Mau tahu cara cut-loss? Silahkan baca pos "Cara Cut-Loss Untuk Stop Kerugian Saham."

Saham Turun, Tidak Dijual. Sudah Rugi Atau Belum?


[Pos ini ©2013 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Misalkan anda membeli saham Semen Baturaja (SMBR) di harga Rp 600. Dasar lagi apes, SMBR perlahan-lahan turun.
Sebulan kemudian SMBR bertengger di harga Rp 450.

Posisi anda di atas kertas rugi, tapi anda belum berminat menjual saham ini.
"Selama belum aku jual berarti belum rugi," kata anda dalam hati menghibur diri sendiri.

Justifikasi anda adalah sebagai berikut: kalau belum dijual, saham masih bisa naik lagi. Jadi, sebelum saham dijual, tidak bisa
dibilang sudah rugi.

Benarkah logika tersebut?

Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita lihat skenario berikut.

Katakan saja Dian, putri anda tercinta* yang berusia 10 tahun menderita demam 40° C. Karena demam tak kunjung turun,
anda membawa Dian ke rumah sakit. Dokter ahli langsung memberi obat dan infus dan mengharuskan Dian dirawat-inap.

* (Kalau anda tidak punya putri, coba bayangkan putra anda. Tidak punya juga? Coba bayangkan seseorang yang sangat anda
kasihi, misalkan istri atau suami anda, ibu atau ayah anda, kakak atau adik anda, pacar, anjing atau kucing atau burung
peliharaan anda. Pokoke seseorang atau sesuatu yang sangat anda cintai.)

Pada pagi hari ketiga Dian dirawat-inap, ketika anda sedang membeli secangkir kopi di kantin rumah sakit setelah menunggui
Dian semalam suntuk, telepon genggam anda berdengung.

"Pak, saya suster Melda," kata suara di sisi lain telepon. "Mohon segera datang ke ruangan Dian."

Anda campakkan cangkir kopi di meja dan langsung berlari ke lantai 3 rumah sakit, ke ruangan di mana Dian dirawat.

Hal pertama yang anda lihat adalah istri anda meraung-raung di pinggir kasur Dian. Suster Melda dan suster Hani, juga
dokter Syahrial berdiri diam.

"Ada apa?" kata anda sambil bergantian memandangi Dian, lalu istri anda, lalu dokter Syahrial.

"Segala upaya sudah kami lakukan," kata dokter Syahrial. "Maaf sedalam-dalamnya, Pak. Putri anda...sudah berpulang."

Anda memelototi sosok Dian di tempat tidur. Jantung anda berdetak sepuluh kali per detik, bibir anda kering.

"Berpulang gimana?" tanya anda. Anda tahu artinya "berpulang" tapi tidak mungkin si putri tercinta "berpulang."

"Maaf, Pak," kata suster Melda. "Dian sudah wafat."


"Tidak. Tidak mungkin. Apa buktinya?"

"Denyut jantung Dian sudah berhenti sepuluh menit, Pak," kata dokter Syahrial.

"Tidak. TIDAK," kata anda. "Dian belum mati. Selama ia belum dikubur, berarti ia belum mati. BELUM MATI."

Lah?

Nah, menurut anda masuk akalkah argumen bahwa selama Dian belum dikubur, berarti ia belum mati. Padahal ia sudah
tidak bernafas, padahal jantungnya sudah berhenti berdenyut. Betapapun besar cinta anda pada Dian tidak akan merubah
fakta bahwa ia sudah tidak bernyawa.

Sudah anda pikirkan?

Coba anda bandingkan dengan logika bahwa saham yang sudah turun tapi belum dijual berarti belum rugi.

Hanya karena belum anda kubur, tidak berarti Dian belum mati.

Hanya karena (saham yang turun) belum anda jual, tidak berarti anda belum rugi.

Jual ataupun belum, faktanya adalah harga saham sekarang di bawah harga beli. Apakah anda berniat menjual atau tidak,
tidak merubah fakta bahwa pada saat itu anda rugi.

Reaksi menyatakan belum rugi kalau belum dijual adalah reaksi normal pemain saham, baik pemula ataupun veteran.
Intinya, hampir semua orang tidak mau mengaku salah. Belum jual berarti belum rugi. Belum jual berarti belum salah.

Tapi, kalau belum jual, kata anda, saham masih bisa naik lagi kan.

Betul. Tidak salah.

Tapi saham juga bisa turun lebih dalam lagi. Sudahkan anda memikirkan kemungkinan ini?

Jadi, bagaimana seharusnya anda menyikapi saham yang harganya turun jauh di bawah harga beli?

Anda harus menganggap SUDAH RUGI.

Perhatikan: Saya tidak mengharuskan anda untuk menjual saham yang sudah rugi ini. Silahkan saja kalau anda tetap
bersikeras tidak mau jual. Saya tidak berhak memaksa anda.

Tapi satu hal yang saya haruskan anda lakukan: terimalah fakta, walaupun faktanya pahit. Jangan bersembunyi di dunia
khayal. Kalau harga saham turun, artinya sudah rugi. Tidak peduli apakah sudah dijual atau belum.

Mengapa harus menganggap sudah rugi?

Menganggap SUDAH RUGI berarti anda mengaku salah. Dan hanya dengan mengaku salah anda bisa belajar dari kesalahan
tersebut. Dengan belajar dari kesalahan ini, lambat-laun anda akan makin paham cara main saham yang menguntungkan.

Jadi, tanyakan sekali lagi ke diri anda sendiri: kalau saham yang anda beli turun, tapi belum dijual, apakah sudah rugi atau
belum?

Kalau anda setuju bahwa saham turun berarti sudah rugi, bagaimana langkah selanjutnya untuk saham ini? Silahkan baca pos
"Saham Turun, Sudah Rugi. Harus Bagaimana?" [Belum terbit. Mohon berkunjung kembali.]

25 komentar:

1.

Willy24 Agustus 2013 21.52

Saya semakin yakin kalau diam2 Bung Iyan ada kerja sampingan sebagai penulis skenario sinetron. Hehehehehe.....

Di sisi lain, skenario Bung Iyan sebenarnya terkait langsung dengan stop-loss kan. Kalau platform trading online dari
broker yang Bung Iyan pakai apa bisa pasang stop-loss otomatis? Bung Iyan pakai broker dari Bomar atau Ipot
sekarang?

Kalau broker saya punya (Kiwoom Hero, dulu Dongsuh), tidak bisa. Jadi harus pesan stop-loss ke broker via telepon,
makanya tidak begitu praktis. Beda tapi kalau di Forex, itu saya sesukanya mau pasang stop-loss, take-profit, trailing
stop dan macam2 lagi. Itu juga sebabnya saya kalau trading mainnya di Forex, tapi kalo investasi mainnya di saham.
:D

Kalau Bung Iyan di Bomar atau Ipot bisa pasang stop-loss, take profit, dan trailing stop via online, mungkin saya akan
mempertimbangkan kembali trading di saham.

Balas

Balasan

1.

Iyan25 Agustus 2013 09.57

Aah, bung Willy ngeledek. :D

Bung Willy lagi-lagi betul: pos ini memang tentang cut-loss. Kalau belum merasa RUGI, pemain saham
biasanya tidak mau CUT-LOSS.

Saya aktif trading via broker kecil full-service. Jadi tidak bisa trailing stop otomatis. (Bomar Securities sudah
tutup, kalau tidak salah, sejak awal tahun 2000an.)

Setahu saya IPOT bisa pasang stop-loss, take-profit, trailing stop, dll secara otomatis via IPOT ATM
(Automated Trading Machine). Tapi fee online-trading IPOT termasuk tinggi dan non-negotiable (waktu
terakhir saya tanyakan). Jadi saya tetap tidak aktif memakai IPOT.

Balas

2.

Pelangi Nusantara25 Agustus 2013 22.44

Akhir-akhir ini hampir semua saham turun drastis mengikuti IHSG. Banyak investor yang rugi termasuk saya sendiri
sebagai investor pemula.

1) Jika boleh tahu Mas Iyan dan Mas Willy, sudah loss berapa % dari modal yang ditanamkan, atau justru malah
dapat profit?
2) Saya sendiri sebagai pemain baru, dg modal 5 juta sudah lost sekitar 50%. Ini karena kesalahan besar saya dalam
menggunakan dana margin tidak hati-hati. Sehingga diforcell oleh sekuritas :) Apa yang mas-mas akan lakukan
setelah kejadian seperti ini untuk beberapa hari/minggu ke depan, sehingga jawaban/uraian mas dapat saya jadikan
sebagai masukan/referensi?

Terima kasih sebelumnya.

Balas

Balasan

1.

Iyan26 Agustus 2013 08.58

Saya pemain saham jangka pendek. Saham turun banyak belum tentu saya rugi banyak, tapi saham naik
banyak belum tentu juga saya untung banyak.

Karena konsisten cut-loss, anjloknya IDX beberapa minggu ini membuat saya rugi total 1-2% dari portofolio.
Nah, ini bukan karena saham yg saya miliki turun cuma sedikit. Ini karena sebagian besar posisi saya adalah
CASH.

Ketika trend market adalah turun, jauh lebih baik TIDAK main saham daripada mencoba-coba dan akhirnya
buntung. Kalaupun mencoba, coba dalam jumlah sekecil mungkin.

Saya tidak tahu apa langkah terbaik selanjutnya. Tapi satu hal sudah pasti: CUT-LOSS SECEPAT MUNGKIN.
Jangan biarkan rugi kecil menjadi rugi besar.

Bung Willy, saya tunggu komentarnya.

2.

Willy26 Agustus 2013 13.31

Halo Bung Pelangi, langsung to the point saja ya:

1) Saya seorang swing trading, dan hanya trading di saham kalau IHSG trend jelas naik (pakai simple MA saja
sebenarnya langsung terlihat kok). Ketika MA terlihat cenderung stagnan atau mulai berbalik, saya langsung
bersiap2 sell semua posisi saham ketika ada retracement. Puji Tuhan saya selalu berhasil Cut-loss sekitar 7-
8% saja sesuai ajaran O'Neil. Tapi yah, sebenarnya tidak banyak juga saya trading di saham. Saya lebih
senang trading di Forex karena banyak pair yang liquid dan buka 24 jam setiap hari kecuali pas weekend.
Selebihnya saya lebih banyak main jadi position trading (investasi) di saham, jadi saham ada yang sudah saya
simpan sampai bertahun-tahun... dan profit. Kalau simpan saham bertahun-tahun tapi tetap buntung itu
namanya jadi 'the nyangkuters', dan disinilah gunanya analisis fundamental -mau ala Graham, Buffet, Lynch,
O'Neil, terserah!- supaya kita tidak terjebak menyimpan saham busuk. :D

2) Waduh, sebagai pemula kawan Pelangi berani sekali dari awal langsung main dengan margin?? Ya sudah,
anggap saja margin call ini sebagai pelajaran langsung dari guru yang paling kejam karena anda langsung
dikasih ujian dan baru diajar setelah itu. Saran saya, berhenti dulu pakai margin, setidaknya selama beberapa
bulan ke depan. Atau lebih baik lagi, berhenti sama sekali main saham sampai trend jelas berbalik ke atas.
Ingat apa yang kawan Iyan tulis beberapa saat lalu tentang huruf 'M' dari main saham ala O'Neil. Market jauh
lebih kuat daripada kita, jadi jangan dilawan.

Pas trend sudah kembali pulih naik, kawan Pelangi bisa mulai main saham lagi. Kali ini jangan pakai margin
dulu, main saja dengan dana seadanya. Juga mainnya swing trading pada timeframe Daily ke atas dulu,
lupakan main daytrading di Hourly atau scalping di Minute timeframe karena kawan Pelangi jelas belum siap
skill maupun mental di situ. Kalau sudah dapat feel-nya dan konsisten profit di Daily ke atas, baru boleh coba
daytrading dan scalping lagi. Ok? Remember, trend is our friend till the end. ;)

Balas

3.

dwi ari hamdani27 Agustus 2013 12.28

Betul sekali kata om willy dan om iyan ini, cut loss adalah segalanya, saya berhasil cutt loss di 5%, gak kebayang
ruginya kalo tidak segera cut loss bisa berpuluh2 persen dengan kondisi skrng (IHSG per hari ini turun 3%an)

Balas

Balasan

1.

Iyan27 Agustus 2013 15.53

CUT-LOSS adalah hal terpenting dalam bermain saham. Kalau tidak Cut-Loss, rugi kecil bisa jadi rugi besar.

Sayangnya, kebanyakan pemain saham tidak mau mengaku salah, mengaku kalah dengan melakukan Cut-
Loss ketika rugi masih kecil. Barulah ketika rugi sudah amat sangat besar, mereka TERPAKSA HARUS CUT-
LOSS.

Balas

4.

Willy27 Agustus 2013 14.18

Ayo rekan-rekan Penerus Belajar Saham! Pada saat terjadi kepanikan luar biasa karena beruang ganas akhirnya lepas
di IDX, peluang luar biasa juga telah muncul untuk memborong saham-saham terbaik Indonesia yang diobral gila-
gilaan. Justru pada saat-saat semuanya panik seperti inilah kita-kita yang Intelligent Investor harus setamak-
tamaknya membeli saham! Ayo kita terapkan analisis teknikal dan fundamental kita to the limit! :D

Balas

Balasan

1.

Iyan27 Agustus 2013 16.02

Bung Willy, saya justru TIDAK BERANI beli saham pada saat saham turun gila-gilaan, ketika topan taifun
tornado datang menerjang.

Berlayar ketika topan datang sangatlah berbahaya. Saya memilih menunggu topan reda sebelum
memutuskan untuk berlayar atau tidak.

Ada sebagaian orang yang hobi menerjang badai dan sukses. Tapi lebih banyak yang menerjang badai dan
eh...tewas.
2.

Willy27 Agustus 2013 16.35

Benar Bung Iyan, tetapi perhatikan juga kalau saya TIDAK bilang untuk beli SAAT INI JUGA SEKARANG JUGA.
Yang penting adalah kalimat saya yang terakhir: 'Ayo kita terapkan analisis teknikal dan fundamental kita to
the limit!'

Kan saya juga pengikut O'Neil, masa saya lupa pentingnya huruf 'M'? Dan kalau Bung Iyan punya buku O'Neil
yang 4th edition, pada halaman 418 O'Neil dengan penuh percaya diri menulis: 'Don't Let the Gloom Bugs
Fool You!' Intinya adalah O'Neil mengingatkan semua orang ketika Amerika di tengah krisis 1982 bahwa
peluang besar tetap akan muncul.

Semakin suram semuanya terlihat, semakin cerah sebenarnya peluang kita untuk bangkit setelah beruang
ganas kembali terlelap. Jika Indonesia bisa bertahan pas beruang mengamuk pas 1998 dan 2008, saya
percaya kita pun akan bisa bangkit lagi setelah krisis 2013 berlalu. Semua orang pasti terlihat jenius dan
percaya diri pas banteng melesat, tetapi hanya para Intelligent Investor sejati -mau ala Graham, Buffet,
Lynch, O'Neil, Fisher, Darvas, Kheng Hong, terserah!- yang tidak akan pernah kehilangan harapan atau patah
semangat ketika beruang ganas mengamuk. :D

3.

Iyan27 Agustus 2013 16.42

Nah, begini baru jelas.

Saya khawatir para pemula salah mengerti tentang ajakan bung Willy dan LANGSUNG BORONG saham saat
ini juga. :D

4.

Willy27 Agustus 2013 16.53

Wah gawat kalau LANGSUNG BORONG saham saat ini juga. Walaupun sudah saya dan kawan Iyan ulang
berkali2 sampai2 saya yakin sudah ada yang muak membacanya, mohon para rekan jangan pernah sekalipun
melupakan huruf 'M' - 'Market Direction'. Mau sehebat apa pun analisis fundamental para rekan di 'CAN SLI',
tetap saja kita akan celaka kalau analisis teknikal 'M' bergerak ke arah yang salah. ;)

Walaupun demikian, jangan patah semangat. Pesan utama saya disini tidak berubah: 'Tamaklah ketika
semua orang panik!' :D

5.

Iyan28 Agustus 2013 08.32

SETUJU!

Balas

5.

Pelangi Nusantara28 Agustus 2013 19.08


Thanks atas wawasannya Pak Iyan dan Mas Willy.

Ada yang ingin saya tanyakan lagi :)

1) Mas Willy, apa yang dimaksud dengan "M" itu (dalam bahasa Indonesia yang sesederhana mungkin dan sejelasnya
:) )?
2) Untuk Pak Iyan. Pak, kalau buy/sell pakai full service (langsung sama broker) seperti yang Pak Iyan lakukan selama
ini, apakah juga melalui antrian dulu di bid/offer seperti halnya kita menjalankannya di trading online?
3) Biasanya butuh nunggu berapa lama saham yang kita perintahkan kepada broker untuk sell/buy akan
dieksekusi/dilaksanakan?
4) Bagaimana investor bisa tahu saham yang kita perintahkan untuk sell/buy sudah dijalankan/dieksekusi oleh broker
Pak?

Terimakasih sebelumnya :)

Balas

Balasan

1.

Iyan29 Agustus 2013 08.56

1. "M" adalah huruf M (Market Direction = Arah Pasar) dari CAN SLIM di buku "How To Make Money in
Stocks.

http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2013/08/cara-investasi-saham-canslim-oneil.html

2. Full-service broker atau online-trading tetap harus melalui antrian bid/offer.

3. Eksekusi tergantung anda ngantri atau langsung jual/beli di harga offer/bid. Broker HANYA memasukkan
order sesuai perintah anda.

4. Anda bisa lihat buy/sell order yang sudah terjadi di menu Trade Done by Stock. Order yang belum match
bisa dilihat di menu Order Queue atau Order Tracking.

2.

Willy29 Agustus 2013 10.30

1) Sudah dijawab rekan Iyan. Saya sarankan kawan Pelangi belajar dari awal lagi tentang definisi uptrend,
downtrend, dan sideways oleh rekan Iyan disini:
http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2013/07/definisi-uptrend-downtrend-sideway.html

Jangan memandang enteng konsep2 sederhana seperti ini. Jika kawan Pelangi menganggap konsep Price
Action ini kelewat mendasar, lalu mengapa anda bisa sampai memilih sisi yang salah ketika bermain saham
di dunia nyata sampai kena Margin Call?

Kalau saham uptrend, kita buy (atau istilah kerennya, go LONG). Kalau saham downtrend, kita sell (atau
istilah kerennya, go SHORT). Itu saja teori dasar dari huruf 'M'. Baru kalau yang satu ini sudah benar2 paham,
kita bisa main dengan analisis teknikal yang lebih rumit. Ok? :D

Balas

6.
Pelangi Nusantara29 Agustus 2013 20.45

Pak, terkait jawaban no. 4. Itu berarti, walaupun investor menggunakan full service lansung berhadapan dengan
broker, kita masih tetap install program software tradingnya di komputer seperti trading online ya Pak? Kalau di
software milik saya, saya biasa lihat di sub menu portofolio bagian order.

Mas Willy, itulah kesalahan saya, mungkin karena faktor greed kali :) Perkiraan saya waktu itu, setelah lebaran
tempo hari saham-saham akan mulai naik, begitu beli sebanyak-banyaknya, eh malah turun drastis dan saya biarkan.
Karena penggunakan dana margin ada tenggang waktunya dan kena bunga harian, sehingga ketika jatuh tempo
untuk melunasi pinjaman tidak saya lunasi, ya mau tidak mau pihak sekiritas menjual paksa saham kita yang sudah
turun jauh :).

Saya lihat hari ini, kayaknya IHSG mulai naik/rebound. Selamat berjuang untuk Pak Iyan dan Mas Willy. Semoga
Sukses.

Jangan lupa kita dukung KPK dalam pemberantasan korupsi ya Pak. Mengingat, ternyata sudah bertahun-tahun duit
rakyat dikorupsi oleh pejabat-pejabat negara yang tidak bertanggungjawab dan tidak punya malu selama ini,
sehingga kesengsaraan rakyat tidak kunjung habis. Merdeka !

Balas

Balasan

1.

Iyan30 Agustus 2013 08.46

Walaupun memakai broker full-service, sebaiknya anda punya akses data real-time (dari sistem online-
trading). Dengan akses ini, anda bisa (kadang2) mengecek status dan antrian order. Dengan melakukan ini,
broker tidak berani membohongi anda.

Merdeka!

2.

Willy30 Agustus 2013 09.43

Halo kawan Pelangi,

main saham pakai margin itu sama sekali tidak dianjurkan untuk jangka panjang, karena bunganya itu loh.
Langsung puyeng saya kalau bunga hariannya juga dimasukan.

Saya juga sempat mengulas masalah margin pada pembahasan Intelligent Investor baru2 ini:
http://billythepip.blogspot.com/2013/08/main-saham-ala-intelligent-investor_27.html

Paling efektif memakai margin kalau jadi daytrader supaya tidak kena bunga, tetapi ya saat ini kan rekan
Pelangi belum dapat feel-nya? Apa pun yang terjadi, kita harus terus melindungi diri dari kerugian yang fatal.

Saya pribadi -ini pendapat pribadi saya, jadi jangan dipercaya mentah2 juga karena saya juga bisa salah-
justru belum yakin kalau IHSG mulai berbalik naik, IHSG menurut saya hanya retrace sedikit dalam satu
momentum yang kuat ke bawah (coba baca artikel Bung Iyan tentang downtrend). Sudah banyak trader
pemula yang tanpa ampun terhantam oleh sinyal2 palsu semacam ini, jadi mohon jangan terjebak lagi sama
kesintingan Tuan Pasar.

Selamat berjuang juga untuk para rekan semuanya.


Merdeka!

Balas

7.

Adi Nugroho31 Agustus 2013 07.04

Bung Willy, trading forex pakai sekuritas apa ya. thanks

Balas

Balasan

1.

Willy31 Agustus 2013 16.33

Halo kawan Adi,

kalau mau bahas Forex sebaiknya tulis comment di blog saya saja ya. Saya agak kurang enak sama kawan
Iyan untuk membahas Forex disini karena blog 'Terus Belajar Saham' ini kan fokus untuk main saham, bukan
Forex. :)

Balas

8.

Bobby Hamasaki7 September 2013 22.53

wuih... post ini rame bgt komentarnya... brg bagus kyk BBCA begitu turun 5% aja tanpa ampun lgsung aku cutloss.
Bagaimanapun juga kl enga cutloss kita rugi waktu.. Waktu terbatas, enga bisa kita nyangkut lama-lama.

Balas

Balasan

1.

Iyan8 September 2013 12.57

Setuju!

memang, kalau mau sukses trading harus konsisten cut-loss.

2.

Willy8 September 2013 13.41


Maaf, kali ini saya kurang setuju!

Jika rekan Bobby dari awal sudah tahu dan yakin BBCA saham yang bagus, mengapa justru dicutloss?
Mengapa justru tidak memborong lebih banyak saham BBCA lagi ketika harga BBCA sedang dibanting seperti
sekarang?

Ada bedanya antara cutloss untuk trading yang spekulatif (ini saya setuju kita harus tanpa ampun cutloss
sebelum terlambat) dengan panik menjual saham untuk investasi jangka panjang (jangka panjang kok
langsung dilepas dan diobral lagi harganya, tidak patut dibanggakan itu), apalagi kalau sudah tahu saham
yang dipegang itu 'barang bagus'.

3.

Iyan8 September 2013 15.51

Betul juga. Seharusnya saya tanya dulu ke Bobby, apakah Bobby trading atau investasi.

Saya adalah SPEKULAN, bukan investor, jadi saya harus cepat cut-loss.

Cara Cut-Loss Untuk Stop Kerugian Saham (Bagian I)


[Pos ini ©2010 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Sebelum membaca pos ini, sebaiknya anda baca dulu "Mau Main Saham? Ingat Tiga Hal Maha Penting Ini."

Cut-loss/stop-loss adalah aksi menjual saham kita yang posisinya rugi agar kerugian tidak bertambah besar. Sebenarnya cut-
loss ini adalah bagian dari teknik menjual. Tapi karena begitu pentingnya cut-loss untuk keselamatan finansial anda kala
bermain saham, saya terdorong untuk mendiskusikan cut-loss sebagai topik tersendiri.

Ada berbagai cara melakukan cut-loss/stop-loss. Metode-metode tersebut antara lain berdasarkan:

 Persentase tertentu
 Jumlah nominal tertentu
 Titik support
 Analisa teknikal lain-lain

Apapun metode yang anda pilih, anda harus ingat dua hal berikut:

1. Titik/harga cut-loss harus ditentukan langsung pada saat anda membeli (membuka posisi awal). Jadi begitu anda memiliki
saham, detik itu juga anda sudah harus tahu titik cut-loss saham tersebut. Jangan pakai alasan,"Nanti kalau sudah turun baru
saya tentukan cut-loss di mana." Kalau saham sudah turun, pikiran anda sudah terkontaminasi pergerakan harga saham dan
keputusan anda kemungkinan besar akan salah dan mengakibatkan kerugian jauh lebih besar.

2. Titik cut-loss tidak boleh dirubah ke arah yang berpotensi merugikan lebih besar; titik cut-loss hanya boleh dirubah ke arah
yang potensi ruginya lebih kecil. Maksud saya begini: kalau anda membeli saham di harga Rp 1000 dan menetapkan cut-loss
di 900, ketika saham turun ke harga 950, anda TIDAK BOLEH berubah pikiran dan menurunkan titik cut-loss ke 800. Tetapi
anda boleh—kalau anda punya alasan kuat—untuk menaikkan titik cut loss, misalnya, ke 930. Jadi, titik cut-loss adalah jalan
satu arah, hanya boleh dirubah ke arah yang potensi kerugiannya lebih kecil.

Metode cut-loss berdasarkan titik support dan analisa teknikal relatif rumit karena untuk melakukannya, anda harus sudah
menguasai seluk-beluk analisa teknikal. Kalau anda harus lebih dulu belajar analisa teknikal—yang memerlukan pengorbanan
waktu dan usaha yang besar—saya yakin anda malahan tidak akan menentukan titik cut-loss sama sekali. Karena itu, saya
menganjurkan para pemula untuk memakai metode persentase atau metode jumlah nominal.

Mari kita mulai.

Cut-Loss Berdasarkan Persentase

Dengan metode ini anda menentukan besar persentase penurunan harga saham sebagai acuan untuk cut-loss. Persentase
acuan ini anda terapkan sama rata pada semua saham yang anda beli.

Misalkan anda menetapkan penurunan harga 10% untuk cut-loss. Kalau anda membeli saham TLKM di Rp 8.000, berarti titik
cut-loss adalah:

8.000 – (10% x 8.000) = 7.200

Jadi kalau saham TLKM turun ke Rp 7.200, anda harus langsung jual untuk stop kerugian anda.

Metode persentase ini cukup sederhana jadi tidak ada alasan untuk tidak menentukan titik cut-loss. Hanya saja masih ada
satu hal yang harus ditentukan: berapa besaran persentase cut-loss tersebut, apakah 5%, 10% atau lebih?

Berapa persen cut-loss yang ideal? Sayangnya, tidak ada cut-loss yang ideal. Gerald Loeb di bukunya The Battle for
Investment Survival menganjurkan 10%. William O'Neil di buku How to Make Money in Stocks menganjurkan 7-8%.

Anjuran saya: mulailah dengan 10%. Dengan bertambahnya pengalaman anda mengikuti gejolak harga saham, anda dapat
merubah persentase cut-loss tersebut di kemudian hari agar sesuai dengan kondisi anda.

Mau tahu kelemahan metode ini? Lanjutkan baca dengan klik di sini "Cara Cut-Loss Untuk Stop Kerugian Saham (Bagian II)."

10 komentar:

1.

dadan14 Desember 2010 15.24

Terima kasih mas atas penjelasannya, saya yg nubie ingin trjun ke saham menjadi lebih berhati hati, penjelasan yang
singkat tapi padat membuat saya tidak melambungkan harapan yang terlalu tinggi di saham.

Nice Post.

Balas

2.

Iyan14 Desember 2010 16.07

Mas Dadan, terima kasih telah mampir dan meninggalkan komentar. Semoga dengan berhati-hati, Mas bisa meraih
untung dari main saham.

Balas
3.

asepsa4 Desember 2011 20.23

Mas iyan,kalau yang disebut right issue apa terimakasih atas pencerahanya

Balas

4.

Iyan5 Desember 2011 09.25

Bung Asepsa, saya membahas sedikit mengenai "right issue" pada komentar di pos "Arti Istilah 'Cum' dan 'Ex'
Dividen."

Saya berencana menulis pos tentang right-issue tapi masih belum sempat. Mohon kesabaran anda menunggu.

Balas

5.

Krisna adi wiyana13 Juli 2013 02.39

terimakasih banyak bang iyan atas tulisan2nya yang sangat membantu ini. saya mahasiswa 19th yang berencana dan
bertekad untuk masuk di dunia bursa saham. sebagai langkah awal, setahun kedepan saya berencana
memperbanyak bacaan atau ilmu saham dari artikel2 atau buku tentang saham sebgai langkah awal seblum masuk di
dunia saham. ada hal yang saya tanyakan bang. maaf kalau kelihatan newbi banget :D . Apakah mungkin rekening di
sekuritas kita bisa jadi defisit / minus ??? makash atas perhatianya bang

Balas

Balasan

1.

Iyan13 Juli 2013 18.14

Kalau anda membeli saham HANYA dengan uang anda sendiri, tidak mungkin menjadi defisit. Paling parah ya
cuma jadi NOL.

Tapi kalau anda memakai fasilitas MARGIN(meminjam uang ke perusahaan broker untuk membeli saham
dengan jaminan saham/uang anda), MUNGKIn saja rekening anda menjadi minus.

Jadi, untuk pemula, sebaiknya JANGAN membeli saham dengan MARGIN (meminjam uang).

Balas

6.

cerita mardi1 Agustus 2013 10.31


Pak Iyan...tulisan bapak ini betul-betul sangat berguna..baik yg mau main saham, ataupun hanya ingin tahu
saja...Betul-betul hebat Pak...salut.
Pak mau nanya...Menurut bapak, apakah main saham ini bisa menjadi pendapatan tetap kita..artinya hidup dari
main saham?
Kalau boleh tahu juga..he..he...sudah jadi berapakali lipat modal bapak sejak terjun ke saham ini?
Mungkin saya tertarik utk main saham juga...

salam dan trims


mardi di semarang

Balas

Balasan

1.

Iyan1 Agustus 2013 14.27

Kalau sudah punya skill dan cukup pengalaman, main saham BISA menjadi sumber penghasilan utama. Untuk
jelasnya silahkan baca pos "Bisakah 'Hidup' Hanya Dari Bermain Saham?".

http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2011/05/bisakah-hidup-hanya-dari-bermain-saham.html

Modal saya berkembang lumayan tapi tidak sebaik yang saya mau. Cukuplah untuk beli rumah baru dan
mobil. :D

Balas

7.

mobe4 Agustus 2013 20.45

Pak iyan terima kasih untuk sharingnya. Pak, contoh cut loss TLKM di atas itu kan di harga 7200. Nah 7200 ini harga
close / last price pak ? Karena mungkin bisa saja harga menyentuh 7200 tapi hanya menjadi low saja. Mohon
pencerahannya pak. Terima kasih.

Balas

Balasan

1.

Iyan5 Agustus 2013 10.06

Mungkin saja 7200 adalah Low of the day. Tapi bagaimana kalau bukan?

Titik cut-loss adalah harga di mana aksi cut-loss terpicu. Terpicu, artinya anda harus melakukan cut-loss kalau
harga tersebut TERSENTUH. Tidak peduli apakah 7200 pada akhir perdagangan hari itu adalah Day's Low.

Bisa saja kejadian pada harga 7200 hanya SATU lot. Nah, ini agak membingungkan dan perlu diskusi yang
lebih dalam. Tapi untuk pemula, asalkan harga cut-loss sudah tersentuh, cut-loss sebaiknya langsung
dilaksanakan.
Kalau anda selalu berandai-andai "bagaimana kalau harga cut-loss ini adalah Low?" anda tidak akan pernah
cut-loss.

Keunggulan Cut-Loss Metode Nominal Dibanding Metode Persentase


[Pos ini ©2011 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Sebelum membaca pos ini, anda sebaiknya membaca dulu pos "Mau Main Saham? Ingat Tiga Hal Maha Penting Ini" dan juga
pos "Cara Cut-Loss Untuk Stop Kerugian Saham."

Cut-loss metode nominal lebih ruwet dari metode persentase karena kita mempertimbangkan volatilitas saham. Dengan
mempertimbangkan volatilitas, anda memberi ruang gerak turun sesuai volatilitas saham supaya tidak terkecoh cut-loss
tetapi beberapa saat kemudian saham berbalik naik lagi. Tapi metode ini ada kelebihan lain yang lebih penting.

Mari kita lihat ilustrasi berikut.

Misalkan modal anda Rp 100 juta dan anda memakai cut-loss metode persentase 10% untuk semua saham. Anda lalu
membeli saham TLKM sejumlah Rp 20 juta dan saham BHIT sejumlah Rp 40 juta. Beberapa hari kemudian, TLKM naik 5%
(anda untung Rp 1 juta) tapi sialnya BHIT turun 10% dan anda harus cut-loss (rugi Rp 4 juta). Anda untung 1 kali dan rugi 1
kali; totalnya anda rugi Rp 3 juta.

Misalkan setelah menjual TLKM dan BHIT, lalu anda membeli ASII sejumlah Rp 20 juta, BBRI sejumlah Rp 20 juta, dan JPRS
sejumlah Rp 40 juta. Beberapa hari kemudian, ASII naik 5% (untung Rp 1 juta), BBRI naik 5% (untung Rp 1 juta), tapi JPRS
turun 10% dan anda harus cut-loss (rugi Rp 4 juta). Anda untung 2 kali dan rugi 1 kali, tapi secara total masih rugi Rp 2 juta.

Melihat contoh di atas, dari 5 kali main saham dengan cut-loss metode persentase, anda untung 3 kali, rugi 2 kali tapi dalam
nominal Rupiah anda malah rugi Rp 5 juta.

Kalau anda memakai metode cut-loss nominal yang sudah mempertimbangkan volatilitas, jumlah nominal saham yang boleh
anda beli tergantung volatilitas masing-masing saham. Kalau misalkan anda menentukan volatilitas BHIT (yang anda
klasifikasikan sebagai saham golongan B) adalah 2 kali TLKM (saham golongan A), berarti anda boleh beli BHIT hanya
sebanyak setengah nominal TLKM. Jadi kalau anda beli sejumlah TLKM Rp 40 juta, berarti anda hanya boleh beli BHIT Rp 20
juta.

Misalkan beberapa hari kemudian kasusnya sama seperti di atas: TLKM naik 5% (untung Rp 2 juta) dan BHIT turun 10% (rugi
Rp 2 juta). Anda untung 1 kali dan rugi 1 kali dan total kerugian anda adalah nol.

Misalkan juga setelah menjual TLKM dan BHIT, anda lalu membeli ASII (golongan A) sejumlah Rp 40 juta, BBRI (golongan A)
Rp 40 juta, dan JPRS (golongan B) sejumlah Rp 20 juta. Misalkan juga beberapa hari kemudian kasusnya sama juga seperti di
atas: ASII naik 5% (untung Rp 2 juta), BBRI naik 5% (untung Rp 2 juta), tapi JPRS turun 10% dan anda harus cut-loss (rugi Rp 2
juta). Anda untung 2 kali dan rugi 1 kali; kalau ditotal anda untung Rp 2 juta.

Dari 5 kali main saham dengan metode cut-loss nominal, anda untung 3 kali, rugi 2 kali, dan dalam nominal Rupiah anda
untung Rp 2 juta.

Anda bisa bandingkan sendiri: tanpa mempertimbangkan volatilitas, walaupun anda untung 3 kali dan rugi hanya 2 kali,
dalam nominal Rupiah anda bisa tetap rugi karena ketika anda benar untungnya kecil sedangkan ketika salah ruginya besar.
Dengan mempertimbangkan volatilitas, kalau anda untung 3 kali dan rugi 2 kali, anda tetap mendapat untung karena
keuntungan dari yang benar kira-kira sebanding dengan kerugian dari yang salah.
Memang kalau BHIT yang naik dan TLKM yang turun, dengan metode persentase anda untung lebih besar. Inilah yang kita
namakan volatilitas. Dalam metode nominal, kerugiannya tetap nol. Dengan mempertimbangkan volatilitas, kita mengatur
agar potensial kerugian dari setiap saham kira-kira sama nominalnya.

Ingat: kalau cara yang lebih rumit tidak ada kelebihannya, pakailah cara yang lebih sederhana.

Empat Komponen Harga Saham Yang Perlu Anda Ketahui


[Pos ini ©2011 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

“BNII harganya berapa,” tanya Barli kepada pialangnya.

“Bid 3800, Offer 3825, Pak,” jawab si pialang.

“Bid BBNI 3800 sebanyak 200 lot,” perintah Barli.

Begitu kira-kira percakapan pemain saham dengan pialangnya ketika ia melakukan Bid atau Offer suatu saham.

Memang, sebelum memutuskan membeli atau menjual saham, anda harus tahu posisi Bid dan Offer saham tersebut. (Untuk
lebih jelas tentang arti Bid dan Offer, silahkan baca pos “Istilah ‘Bid’ dan ‘Offer’ Ketika BermainSaham.”) Tapi bid dan offer ini
hanyalah satu dari empat komponen harga saham.

Keempat komponen harga saham adalah: OPEN, HIGH, LOW, CLOSE. Mari kita telaah komponen-komponen tersebut.

OPEN

OPEN adalah harga transaksi pertama suatu saham pada hari bersangkutan. Yang dimaksud transaksi adalah jual-beli yang
sudah terjadi, yang bahasa Inggrisnya adalah trade done atau order matched. Kalau pada tanggal 1 Juli 2011 saham INDS
ditransaksikan pertama kali pada harga Rp 4950, harga 4950 inilah yang disebut harga OPEN.

Perhatikan: harga OPEN tidak harus sama dengan harga terakhir (CLOSE/LAST) pada hari sebelumnya. Sebagai contoh: UNTR
pada tanggal 28 Juni 2011 ditutup di harga Rp 23.650, sedangkan pada tanggal 29 Juni UNTR OPEN di harga Rp 23.900.

HIGH

HIGH adalah harga tertinggi yang dicapai suatu saham pada saat/hari itu. Ketika perdagangan saham masih berlangsung,
harga HIGH adalah harga tertinggi pada saat itu. Hanya ketika bursa sudah tutup, harga HIGH adalah harga tertinggi untuk
hari itu.

LOW

LOW adalah harga terendah yang dicapai suatu saham pada saat/hari itu. Ketika transaksi saham masih berjalan, harga LOW
adalah harga terendah pada saat itu. Ketika bursa tutup, harga LOW adalah harga terendah untuk hari itu.

CLOSE/LAST

CLOSE--sering juga disebut LAST-- adalah harga transaksi terakhir suatu saham pada saat/hari itu. Ketika perdagangan saham
masih berlangsung, harga CLOSE adalah harga terakhir yang terjadi sampai saat itu.

Harga CLOSE ini biasanya adalah harga Bid atau harga Offer pada saat itu, tergantung apakah transaksi terakhir terjadi di
harga Bid atau harga Offer. Ketika bursa sudah tutup, harga CLOSE adalah harga transaksi terakhir pada hari itu.
Dari contoh Order Book BBRI 04 Juli 2011 jam 16:00 di samping ini yang saya ambil dari IPOT (Indo Premier Online Trading),
coba perhatikan Prv, Op, Hi, dan Lo.

Prv (Previous) adalah harga CLOSE pada hari sebelumnya, yaitu di 6700.

Op (OPEN) BBRI di 6800, tidak harus di harga Prev 6700.

Hi (HIGH) BBRI pada hari itu adalah 6900.

Lo (LOW) BBRI pada hari itu adalah 6700.

Perhatikan juga bahwa pada tampilan IPOT di atas, tidak ada harga CLOSE/LAST. Tapi anda dapat menyimpulkan dari harga
Bid 6850 dan Offer 6900 bahwa harga CLOSE/LAST adalah salah satu dari kedua harga tersebut.

(Harga CLOSE/LAST bisa dipantau di layar Done by Stock pada IPOT. Saya akan menulis pos tersendiri untuk subjek ini.)

9 komentar:

1.

Puti Sudarsono Offiial Blog25 Agustus 2012 13.42

pak saya mau tanya, maksudnya value, lot, frequency itu gimana ? kalo saya cek di
http://www.duniainvestasi.com/bei/ ada saham nilai value, lot,dan frequency nya = 0 itu artinya apa ya ? Terus
website yang buat ngecek harga saham BEI itu dimana ? Terimakasih

Balas

Balasan

1.

Iyan26 Agustus 2012 09.50

Value = jumlah saham x harga transaksi.

Lot -- silahkan baca pos "Arti Istilah Lot dan Odd Lot di Bursa Efek Indonesia."
Frequency = berapa kali tranksasi terjadi atau frekuensi transaksi.

Value, lot, frequency = 0 artinya tidak ada transaksi untuk saham tersebut.

Banyak website untuk ngecek harga saham BEI. Silahkan google.

2.

Puti Sudarsono Offiial Blog26 Agustus 2012 23.30

terimakasih pak

Balas

2.

airkid japananlor9 April 2013 17.37

sore pak iya trimakasih email saya sudah di balas


oh iya pak kalau posisi saya masih open sampai jam perdagangan di tutup bagaimana pak, otomatis tertutup atau
tetep terbuka sampai besok ...?
yang ke dua di IPOT apakah ada fasilitas order pending dan tralling stop ?
trimakasih salam suses selalu

Balas

Balasan

1.

Iyan10 April 2013 08.32

1. Kalau order anda BUKAN GTC (Good Till Cancelled), order tersebut hanya berlaku untuk hari tersebut.
Untuk jelasnya, silahkan tanyakan ke IPOT Call Center.

2. Setahu saya IPOT ada fasilitas trailing stop di IPOT ATM. Silahkan tanyakan juga ke IPOT Call Center.

Apa maksud anda dengan fasilitas Order Pending?

Balas

3.

Hermawan10 April 2013 21.01

Pak, saya minta penjelasan lagi dengan kalimat di atas: "Prv (Previous) adalah harga CLOSE pada hari sebelumnya,
yaitu di 6700"

Dalam perdagangan di bursa kan ada 2 sesi, Sesi 1 (pagi-siang) sampai sekitar jam 12.30 WIB. Setelah itu ditutup
sebentar dan dibuka lagi di Sesi 2 (siang-sore) sampai sekitar jam 5.
Pertanyaan saya: untuk di Sesi 2, apakah yang dimaksud Prv/Close diatas tetap untuk Prv/Close di hari sebelumnya,
atau untuk Prv/CLOSE dari penutupan di Sesi 1 ?
Terima kasih sebelumnya.

Balas

Balasan

1.

Iyan11 April 2013 08.34

Prv/Close di sesi 2 adalah tetap harga kemarin, bukan harga penutupan sesi 1.

Balas

4.

joe_haq25 Agustus 2013 21.40

pak saya mau tanya dimana tempat saya bisa melihat data frekuensi transaksi saham pertahun/per bulan, mohon
bantuannya trims.....

Balas

Balasan

1.

Iyan26 Agustus 2013 08.27

Frekuensi tidak penting untuk saya, jadi saya tidak pernah memonitor frekuensi baik harian, bulanan, apalagi
tahunan.

Maaf, tidak bisa membantu.

Cara Membeli Saham Untuk Pemula (Bagian I)


[Pos ini ©2012 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Anda sudah buka rekening di sekuritas saham dan sudah tidak sabar untuk membeli saham. (Kalau anda belum punya
rekening di sekuritas saham, silahkan baca pos "Bagaimana Cara Membeli Saham Indonesia" dan "Sekuritas/Broker Saham
Mana Yang Bagus?") Sebelum membeli saham, apa saja yang harus anda pertimbangkan?

Menurut saya, anda harus melakukan tiga tahap tanya-jawab yaitu:

I. Apa dan Mengapa

II. Jumlah Berapa dan di Harga Berapa

III. Kapan dan Bagaimana


Mari kita telaah satu-persatu.

(Proses ini adalah salah satu bagian dari "Trading Plan" atau Rencana Trading.)

I. Apa dan Mengapa

Sebelum membeli saham, pertanyaan yang pertama harus anda jawab adalah: saham apa dan mengapa. Pemain saham
biasanya tahu “Apa” yang mau ia beli. Tapi “Mengapa” ia membeli, mayoritas pemain saham tidak bisa menjawab. Jadi
sebagai pemula, anda harus membiasakan diri bertanya “Mengapa,” apa alasan anda mempertaruhkan uang hasil kerja
keras anda di saham, misalnya, ASRI (Alam Sutera Realty).

Alasan anda membeli suatu saham harus sespesifik mungkin. Jadi, jangan menjawab, “Karena saya mau mendapat untung.”
Semua orang membeli saham karena mengharapkan untung. Yang harus anda jawab adalah mengapa saham tersebut
berpotensi naik dan memberi anda keuntungan. Apakah karena saham itu murah, atau karena perusahaan sedang
berekspansi, atau karena produknya laku keras. Atau bisa juga karena analisa teknikal Moving Average atau Stochastic atau
MACD memberi sinyal bahwa saham cenderung akan naik. (Silahkan baca pos "Saham yang Layak Dibeli Menurut Analisa
Teknikal.")

Memang, sangat sulit menjawab “Mengapa” suatu saham patut dibeli, apalagi kalau anda masih pemula. Anda perlu
mempelajari cara menganalisa saham, baik dari segi fundamental, teknikal, ataupun analisa-analisa lainnya. (Silahkan baca
pos “Cara/Teknik Menganalisa Saham.”) Diperlukan pengalaman bertahun-tahun bermain saham sebelum anda bisa
menemukan alasan tepat “Mengapa” anda membeli saham.

Karena itu, sebagai pemula, anda sebaiknya mulai dengan mencoba saran orang lain yang lebih berpengalaman dari anda.
Saran ini bisa anda dapat dari membaca (buku, surat kabar, riset analis) atau langsung dari seseorang (broker, teman,
saudara).

“Saya membeli UNVR karena menurut analis harganya murah dan fundamentalnya baik,” begitu misalnya jawaban anda.
Sah-sah saja. Yang harus anda perhatikan adalah bagaimana track-record analis tersebut. Apakah sarannya pada masa silam
cukup akurat? Kalau anda belum tahu track-recordnya, belilah saham yang ia sarankan dalam jumlah kecil. Dengan
berjalannya waktu, coba ukur keakuratan analisanya.

Bisa juga anda mengikuti saran dari buku yang anda baca. “Peter Lynch di buku ‘One Up on Wall Street’ menyarankan
membeli saham yang labanya terus naik. "Karena laba perusahaan A naik terus, saya memutuskan untuk membeli
sahamnya” adalah contoh jawaban yang cukup baik.

Kalau anda mendapat saran dari teman untuk membeli saham UNTR (United Tractor), jangan langsung membeli. Tanyakan
alasan “Mengapa.” Kalau teman anda tidak bisa menjawab dengan memuaskan, jangan beli.

Intinya: anda harus bisa menjawab “Mengapa” anda membeli suatu saham, tidak masalah apakah jawaban itu hasil
pemikiran anda sendiri ataupun hasil pemikiran orang lain. Jangan sekali-kali membeli saham tanpa alasan karena jawaban
pertanyaan “Apa” dan “Mengapa” ini adalah faktor utama penentu apakah anda akan untung atau buntung.

Perhatikan bahwa “Apa” dan “Mengapa” adalah dua pertanyaan yang berhubungan erat dan tidak bisa dipisahkan. Langkah
yang paling umum adalah anda memutuskan “Apa” yang mau dibeli, lalu anda mencari jawaban “Mengapa.” Tapi bisa juga
anda sudah menentukan alasan “Mengapa,” lalu baru anda tentukan “Apa” yang harus dibeli.

Maksud saya begini: bisa saja anda sudah menentukan mau membeli saham Semen Gresik (SMGR). Artinya, anda sudah tahu
“Apa” yang mau anda beli; sekarang anda perlu menjawab “Mengapa.” Bisa juga anda melakukan kebalikannya. Misalkan
anda menentukan hanya akan membeli saham dengan Price Earning Ratio (PER) (Silahkan baca pos "Investasi Saham Cara
Peter Lynch di Buku 'One Up on Wall Street', Bagian V) di bawah 10. Anda sudah tahu “Mengapa”nya, jadi anda tinggal
memilih-milih “Apa” saham yang harus dibeli.

Tapi, protes anda, saya pemula banget dan tidak tahu sama sekali “Apa” yang harus saya beli, apalagi “Mengapa.” Terus
saya harus mulai dari mana?
Kalau anda tidak tahu harus mulai dari mana, saran saya adalah sebagai berikut: Pilihlah 5 sampai 10 saham yang menarik
perhatian anda. Saham-saham pilihan ini adalah "Apa" yang akan anda beli.

Hindari saham-saham “gorengan” alias saham-saham kecil yang fluktuasi harganya sangat besar. Mulailah dengan saham-
saham berkapitalisasi besar—yang masuk kategori “blue chip.” (Silahkan baca pos “Arti Istilah Saham 'BlueChip'”).

Mengapa ?

Kemungkinan anda rugi besar di saham “blue chip” relatif jauh lebih kecil daripada di saham gorengan. Baca baik-baik
kalimat sebelum ini: saya tidak bilang kemungkinan anda rugi relatif kecil, tapi kemungkinan anda rugi BESAR relatif lebih
kecil. Sebagai pemula, yang harus anda control adalah janganlah rugi besar sehingga mengancam keselamatan finansial
anda.

Setelah menetapkan "Apa", pantaulah saham-saham tersebut. Baca berita, pelajari fundamental, ikuti pergerakan harga
saham-saham tersebut. Setelah itu, tentukan apakah anda adalah investor jangka panjang atau trader jangka pendek?
(Silahkan baca pos “Investasi Saham atau Trading Saham, Mana Lebih Baik”). Lalu tentukan analisa saham bagaimana yang
lebih tepat untuk anda, apakah analisa fundamental atau analisa teknikal atau analisa cara lain. (Silahkan baca pos
“Cara/Teknik Menganalisa Saham”).

Ketika anda membeli saham, catat alasan "Mengapa." Kalau hasilnya untung, lanjutkan. Kalau buntung, coba perbaiki alasan
tersebut atau cari alasan yang baru. Pergerakan saham ada polanya. Carilah pola-pola gerak saham yang menghasilkan
untung.

Dengan melalui proses di atas, perlahan-lahan anda akan menemukan jawaban “Mengapa” suatu saham layak dibeli. Suatu
saat, dengan pengalaman yang cukup, anda tidak perlu lagi berpaku pada saran orang lain; anda bisa memformulasikan
jawaban sendiri untuk menjawab “Mengapa” anda membeli suatu saham. Saat itulah anda sudah “naik kelas” dari pemain
saham pemula menjadi pemain saham berpengalaman.

Untuk terus membaca tentang pertanyaan tahap kedua Harga Berapa dan Jumlah Berapa, silahkan klik di sini “Cara Membeli
Saham Untuk Pemula (Bagian II).”

80 komentar:

1.

ningsih2 Februari 2012 12.03

Yth. Bapak Iyan,


Terimaksih atas artikel-artikel yang telah Bapak tulis, saya telah mempelajarinya dan sungguh saya sangat terbantu
dalam memahami aktivitas perdagangan di pasar modal. Sekarang ini saya sedang menulis tesis mengenai pasar
modal di Indonesia. Ada pertanyaan yang belum saya dapatkan jawabannya: bagaimana kita dapat mengidentifikasi
distribusi saham IPO? Berapa persen dari saham tersebut yang didistribusikan ke investor institusi dan berapa yang
didistribusi ke investor perorangan (retail)? Di mana data tersebut saya bisa peroleh? Mohon pencerahan Bapak.
Sebelumnya saya haturkan terimakasih atas perhatiannya.

Salam,
Ningsih, Yogyakarta

Balas

Balasan

1.
Iyan2 Februari 2012 17.49

Ningsih, terima kasih untuk pertanyaannya. Saya sendiri tidak tahu persis komposisi distribusi saham IPO
Indonesia. Yang saya tahu, distribusi ke investor institusi HAMPIR SELALU lebih besar dari ke investor retail.

Investor institusi biasanya mendapat jatah dari underwriter saham yang akan IPO. Sisa saham setelah ini
barulah dijadikan jatah "pooling" untuk investor retail. Jatah "pooling" ini bisa saja hanya 5-10% dari total
saham IPO yang ditawarkan.

Untuk mengetahui persis berapa saham untuk investor institusi dan retail, Ningsih bisa coba baca
PROSPEKTUS saham tersebut.

Semoga jawaban ini membantu.

Balas

2.

ningsih2 Februari 2012 12.09

Terimaksih informasinya Pak Iyan...

Balas

3.

trotzenherz12 Juni 2012 15.24

Nama saya Karina, mahasiswa tingkat 2

Terima kasih Pak Iyan atas tulisan2nya.


Saya baru bermain saham 2 minggu lalu, tetapi sudah rugi hingga 1,3juta (10%).
Sebenarnya ketika itu saya tidak perlu rugi kalau menunggu 1-2bulan lagi karna saya membeli saham di harga yg
murah. tapi saat itu saya jual karna ingin membeli saham lain yg lebih berpotensi naik in short term. saat ini saya
belum memutuskan saham apa yg akan saya beli dari uang penjualan tersebut.
pertanyaan saya,
1. Tepatkah keputusan saya tersebut? (membiarkan rugi sebanyak itu agar bisa membeli saham lain yg dipikir akan
naik). apakah idealnya saya menunggu 1-2 bulan lagi?
2. normalkah seorang trader mengalami kerugian sebanyak itu? bisakah sharing pengalaman Anda?
3. Apakah analisa fundamental diperlukan bagi trader? bukankah analisa fundamental hanya untuk long term
investor?

Balas

Balasan

1.

Iyan12 Juni 2012 16.35

Karina,

Saya bingung. Karina baru main saham 2 minggu tapi yakin tidak akan rugi kalau jualnya menunggu 1-2
bulan. Berarti Karina yakin saham akan naik 6 minggu dari sekarang?
Saya coba jawab pertanyaan Karina:

1. Untuk trader, cut-loss adalah keputusan yang jauh lebih baik daripada tidak melakukan apa-apa. Apalagi
kalau kita menjual saham yang potensinya jelek untuk membeli saham yang potensinya lebih baik.

Yang menjadi masalah: kenapa setelah menjual, Karina tidak langsung membeli saham yang berpotensi lebih
baik itu?

Ingat: kita TIDAK MUNGKIN selalu mengambil keputusan tepat ketika bermain saham. Yang penting adalah
kita belajar dari kesalahan kita.

2. Rugi 10% (Rp. 1,3 juta) dari total modal sejumlah Rp 13 juta, menurut saya, cukup lumrah karena total
modal tersebut relatif kecil.

Kalau total modal main saham semakin besar (misalnya Rp 100 juta atau 1 milyar), seharusnya anda sudah
cut-loss sebelum rugi 10%.

Tugas utama trader adalah mengontrol ketat kerugian agar tidak membahayakan kesehatan finansialnya.

Tahun-tahun pertama main saham, saya pernah ludes, rugi hampir 90% dari total modal. Setelah itu saya
sangat berhati-hati dan tidak rugi terlalu banyak.

Tapi pada tahun 2011, karena dililit masalah pribadi, saya mengalami rugi +- 20%.

Jadi, walaupun sudah sangat berhati-hati tetap saja trader bisa jatuh ke jurang kerugian.

3. Saya sendiri tidak lagi mementingkan analisa fundamental karena saya gagal total ketika berusaha
menerapkan investasi dengan analisa fundamental. Tapi akan jauh lebih baik kalau seorang trader
mengkombinasi analisa teknikal dengan analisa fundamental.

Misalnya begini: walaupun anda melakukan trading dengan analisa teknikal, sebaiknya hindari saham-saham
yang fundamentalnya luar biasa buruk. Atau, Karina bisa menerapkan analisa fundamental untuk
menentukan saham apa yang mau dibeli, lalu membeli saham tersebut dengan memakai analisa teknikal.

Semoga membantu.

Balas

4.

kamra2 September 2012 04.51

Salam,
Nama saya Paulus dan saya ingin mencoba bermain saham secara pribadi lewat internet.
1. Bagaimana cara memulainya ?
2. Berapa modal minimal yg dibutuhkan ?
3. Software apa saja yg diperlukan ?
4. Situs internet apa yg harus saya buka ?
Terima kasih sebelumnya Pak Iyan......

Balas

Balasan

1.
Iyan3 September 2012 08.51

Maaf, saya tidak bisa menuntun anda selangkah demi selangkah. Silahkan google.

Balas

5.

zulkifli1911 November 2012 20.18

sangat informatif, terima kasih

Balas

6.

Abdu Salim28 November 2012 16.15

bertanya pak iyan, lebih baik mana membeli saham hanya di sekitar beberapa perusahaan saja atau hampir semua
saham perusahaan boleh di beli. misalnya saya membeli saham hanya fokus di 3 atau 5 perusahaan aja, atau kah
saya boleh gonta-ganti saham semau saya kalo ada yang harganya turun, memngingat saya seorang pemula, mohon
saran bapak?

Balas

Balasan

1.

Iyan29 November 2012 10.56

Kalau baru belajar main saham, coba fokus dulu 3-5 saham pilihan anda. Kalau terlalu banyak, sulit untuk
memonitornya.

Dengan bertambahnya pengalaman, perlahan-lahan anda bisa menambah jumlah saham fokus tersebut.
menjadi 10 saham, misalnya.

Salah satu kesulitan besar main saham adalah melihat saham-saham yang TIDAK kita miliki naik; yang kita
miliki malah turun. Solusi masalah ini bukanlah dengan membeli semua saham yang ada. Solusi masalah ini
adalah memperbaiki/memodifikasi/merubah alasan MENGAPA anda membeli suatu saham.

Kalau semua saham yang anda beli tidak naik, berarti yang salah adalah alasan MENGAPA ini.

Balas

7.

ari nova24 Desember 2012 23.27

mas iyan mau nanya saya ari nova gimana ya caranya bermain saham.. saya nol gelap ga tau apapun tentang saham

Balas
Balasan

1.

Iyan25 Desember 2012 09.30

Langkah pertama adalah membuka rekening transaksi saham di perusahaan broker saham. Silahkan baca
pos "Sekuritas/Broker Mana Yang Bagus?"

2.

yoga adrianata14 Juni 2013 15.03

pak iyan, saya yoranaya (baru mau memulai invest saham), dari keterangan pak iyan ini saya ada pertanyaan
pak, kalo kita buka rekening transaksi saham di perusahaan sekuritas/broker saham, apakah kita masih bisa
menentukan pilihan saham perusahaan mana yang akan kita beli atau sepenuhnya pilihan pembelian saham
itu hak preprogatif si perusahaan sekuritas/perusahaan broker saham itu? terima kasih sebelumnya

3.

Iyan14 Juni 2013 15.33

Dear Yoga,

Memilih saham untuk dibeli adalah HAK PREROGATIF anda sebagai investor. Broker hanya sebatas
menyarankan.

4.

adrianata yoga14 September 2013 04.04

trims atas info sebelumnya pak, saya ada pertanyaan lagi pak berkaitan dengan rekening AKSES (Acuan
Kepemilikan Sekuritas), pertanyaannya apakah rekening akses tersebut otomatis dibukakan juga
berbarengan dengan RDI (rekening dana investor) oleh perusahaan securitas begitu saya buka rekening
diperusahaan tersebut? atau rekening AKSES tersebut harus saya urus di KSEI (kustodian senter efek
indonesia)? rencananya saya mau buka rekening saham di BNI securitas pak

5.

Iyan14 September 2013 19.01

Kalau anda belum punya rekening AKSES, perusahaan broker akan mengurus pembukaan rekening AKSES ini.

Tapi kalau anda sudah punya rekening saham di perusahaan broker lain, berarti anda juga sudah punya
rekening AKSES sebelumnya. Perusahaan broker hanya akan me-LINK rekening baru anda ke rekening AKSES
yang sama.

Anda TIDAK PERLU mengurus sendiri pembukaan AKSES di KSEI.

RDI juga akan diurus oleh perusahaan broker. Tetapi berbeda dengan AKSES yang hanya perlu satu dan bisa
di-LINK ke semua perusahaan broker, RDI adalah khusus untuk perusahaan broker tersebut. Artinya, masing-
masing rekening saham harus ada RDI tersendiri.

Semoga membantu.

6.

adrianata yoga15 September 2013 20.39

trims infonya pak, sangat bermanfaat

7.

adrianata yoga28 September 2013 00.48

pak iyan, ada satu lagi pertanyaaan tentang jual beli saham, mungkin pertanyaannya agak mendasar, yaitu
apakah jual beli saham itu sama seperti kita berjualan barang dagangan lainnya seperti pakaian atau produk
elektronik dimana jika kita ingin menjual kita tunggu pembelinya dan bila kita ingin beli kita tunggu
penjualnya menawarkan? atau begitu kita jual/beli langsung terjual/terbeli? terima kasih sebelumnya pak

8.

Iyan28 September 2013 18.44

Betul, kira-kira seperti dagang pakaian atau elektronik. Bedanya, kita tidak perlu mencari pembeli. Kita
tinggal menunggu pembeli yang memasukkan order BID (minat beli). Kalau harga cocok, anda bisa langsung
jual.

Kebalikannya kalau anda mau beli, anda tinggal lihat harga OFFER (minat jual). Kalau harga cocok, anda bisa
langsung beli.

Silahkan baca pos "Istilah Bid dan Offer Ketika Bermain Saham."

http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2011/03/istilah-bid-dan-offer-ketika-bermain.html

Untuk saham perusahaan kecil, kadang-kadang BID/OFFER nya terpaut jauh atau volumenya sangat sedikit.
Jadi, sulit untuk menjualnya. Maka dari itu, hindarilah saham-saham kecil kalau anda baru belajar main
saham.

9.

adrianata yoga2 Oktober 2013 23.09

terima kasih sebelumnya pak iyan atas infonya, saya ada pertanyaan lagi pak,setelah saya baca posting
"istilah bid dan offer ketika bermain saham", dari pos itu muncul pertanyaan, jika saya ingin saham yang mau
saya beli langsung terbeli apakah saya harus beli di offer di order book baris paling atas atau di volume lot
terbanyak yang ditawarkan? dan kalo saya ingin jual saham dan langsung terjual maka saya juga harus jual di
bid di order book baris paling atas atau diharga terrendah? terima kasih sebelumnya

10.

Iyan3 Oktober 2013 08.38


1. Kalau mau beli saham langsung dapat, anda harus beli di harga OFFER TERENDAH (baris kanan paling
atas).

2. Kalau mau jual langsung laku, anda paling tidak harus jual di BID TERTINGGI (baris kiri paling atas).

Tapi bisa saja anda memasukkan order jual di harga lebih rendah daripada BID TERTINGGI. Contoh: Kalau
misalkan ada BID TERTINGGI di 520 dan anda memasukkan order jual di 500, saham anda TETAP laku di 520
(selama volume di 520 lebih besar dari volume jual anda).

Balas

8.

freddy megasetiawan6 Maret 2013 09.55

Info yang menarik pak iyan, saya ingin bertanya. Untuk membeli saham , pertama kita harus mendaftarkan diri di
perusahaan sekuritas.pertanyaan saya,menurut anda perusahaan sekuritas yang direkomendasikan apa saja pak
ya?beberapa yg saya ketahui seperti indosurya....mohon info nya,,thanks..freddy

Balas

Balasan

1.

Iyan6 Maret 2013 10.12

Silahkan baca pos "Sekuritas/Broker Mana Yang Bagus."

http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2012/08/sekuritas-broker-saham-mana-bagus.html

Kalau anda sudah punya hubungan dengan Indosurya, silahkan buka rekening di sana. Perusahaan broker
kurang lebih sama, tidak beda banyak.

Balas

9.

Evelyn10 Maret 2013 21.12

pak iyan apakah membeli saham lewat online seperti E-trading juga tetap bisa mendapatkan pembagian deviden
perusahaan?terima kasih

Balas

Balasan

1.

Iyan11 Maret 2013 08.32


Beli saham melalui sekuritas apapun, Evelyn tetap akan mendapat dividen, KALAU perusahaan tersebut
membagikan dividen.

Jadi, beli saham lewat sekuritas online-trading juga tetap akan mendapat dividen (kalau ada).

Balas

10.

Anam25 Maret 2013 02.33

Halo pk Iyan
saya Anam
saya sudah membaca beberapa penjelasan anda
menurut saya penjelasan anda hampir sama dengan
prinsip saya, sudah mulai awal 2011 saya trading saham
tp uang saya menyusut jumlahnya karena rugi di saham
modal saya hanya 10jt, dan sering ketemu rugi awalnya
karena jika membeli berpedoman pada berita, fundamental,
blue chip, laporan keuangan, LQ 45, tp semuanya gak pernah
profit banyak ruginya daripada profitnya. karena mengikuti
saran broker dan juga info dari sekuritas. ternyata saham
tidak bisa dihubungkan dengan semua itu
saham yang naik banyak ternyata bukan blue chip dan LQ 45
saya membeli saham kisaran 100, 200, 300, 400 an yang up trend
karena saya sering dapat untung di saham2 itu
daripada yang dulu2 rugi melulu
dari sinilah saya belajar akhirnya dan tidak mudah
meraih profit kaya' omongan waktu dipresentasi saham
akhirnya saya mencari cara kesana kesini sampai ktm
yg mendekati akurat, dan sekarang saya hanya menggunakan
grafik candlestick, volume penjualan dan pembelian saham
itupun masih ada melesetnya, tapi saya berusaha menjaga
modal saya dengan batasan cut lose. menurut saya ini
merupakan cara baik, tapi saya masih terus belajar untuk itu
saya juga menulis tentang saham di
http://belajartradingsaham.blogspot.com, tapi saya biarkan
kosong karena teman saya tidak setuju jika saya menulisnya.
dari semua yang saya alami ini masih belum ada apa2nya
dan saya ingin pak Iyan berbagi kepada saya mengenai saham
terima kasih

Balas

Balasan

1.

Iyan25 Maret 2013 11.35

Bung Anam, terima kasih untuk sharing-nya.

Setiap orang punya cara berbeda untuk mendapat untung dari bermain saham. Prestasi yang sangat baik
kalau Anam sudah mulai meraih profit konsisten. Kan itu yang diidamkan semua pemain saham.
Sukses selalu.

Balas

11.

Export Import Guide3 April 2013 09.56

Salam kenal Pak Iyan,


Saya Gun gun ( Bandung ) dan saya tertarik sekali untuk mulai mempelajari mengenai jual beli saham ini.
Apakah bapak membuka pelatihan khusus untuk jual beli saham ini seperti yang dilakukan beberapa pihak ? karena
saya ingin mendalami hal ini. Kalau tidak membuka pelatihan, mungkin Bapak bisa merekomendasikan beberapa
tempat pelatihan.

Mohon informasinya dan terima kasih atas tulisan-tulisannya yang bermanfaat.

Salam

Gun gun

Balas

Balasan

1.

Iyan3 April 2013 11.04

Gun gun,

Maaf, saat ini saya tidak membuka kursus pelatihan saham. Maaf juga saya tidak bisa merekomendasi
tempat pelatihan saham.

Kalau anda serius mau belajar, silahkan baca buku-buku yang saya rekomendasikan di widget "My Favorite
Books."

2.

Export Import Guide4 April 2013 14.17

OK, terima kasih Pak Iyan.


Saya akan baca buku-buku yang Bapak rekomendasikan.

Balas

12.

Hermawan3 April 2013 20.05

Selamat malam Pak,

Pak, saya ingin bertanya:


1. Sepengetahuan Bapak, di tahun 2013 ini, perusahaan sekuritas apa yang saja yang sering mengadakan penjualan
saham IPO (urutan sesuai peringkat yang paling banyak dikenal investors atau yang cukup terpercaya dan ngetrend)?

2. Pak, menurut informasi yang kebetulan saya baca, bahwa dengan membeli/memiliki saham perdana (IPO) berarti
turut memiliki suatu perusahaan tersebut. Pertanyaan saya, sepengetahuan Bapak, bagaimana kalau yang pembelian
sahamnya melalui pasar sekunder atau ketika sudah masuk di bursa saham?

3. Dan yang terakhir. Biasanya dengan membeli saham, misalnya saham A, dan mengendapkannya selama 1 tahun
akan mendapatkan deviden. Contoh kasus, misalnya saya berencana membeli saham A untuk selama 1 tahun.
Karena ada suatu hal pergerakan saham yang mengkawatirkan, pada tanggal 10 di bulan ke 10 saya menjual saham A
tersebut. Tapi di hari yang sama pula saya membeli lagi saham A tersebut, dan saya endapkan sampai 2 bulan ke
depan, yaitu sampai bulan ke-12 (agar genap 1 tahun). Pertanyaan saya, Dengan contoh kasus saya itu, apakah saya
juga berhak menerima deviden?

Sebelumnya terimakasih atas wawasan dan ilmunya. (Jawaban diharapkan yang mudah dimengerti bagi investor
pemula / yang masih awam) :)

Balas

Balasan

1.

Iyan4 April 2013 10.58

Hermawan, berikut ini jawaban saya.

1. Saya tidak mengumpulkan data penjamin emisi (underwriter) IPO. Boleh tahu alasan anda menanyakan
hal ini?

2. Membeli saham, di IPO ataupun di pasar sekunder, berarti anda turut memiliki perusahaan tersebut.
Untuk lebih jelas, silahkan baca pos "Arti Istilah 'IPO' di Bursa Saham."

(http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2011/05/arti-istilah-ipo-di-bursa-saham.htm)

3. Kalau anda membeli saham tersebut pada hari CUM Dividen dan menjual keesokan harinya (EX Dividen),
anda berhak atas dividen. Untuk jelasnya, silahkan baca pos "Arti Istilah 'Cum' dan 'Ex' Dividen."

(http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2011/07/arti-istilah-cum-dan-ex-dividen.html)

Balas

13.

Hermawan4 April 2013 20.10

Saya ingin menanyakan hal itu, karena saya penasaran dengan kaitan pertanyaan saya yg no. 2. Lagipula katanya
info, perusahaan sekuritas yang sering mengeluarkan IPO berarti sekuritas itu lebih dipercaya sama perusahaan
emiten dan juga punya dana jauh lebih besar, sehingga kita tidak was-was lagi kalau buka rekening di sekuritas itu.
Oh, gitu ya Pak, berarti walaupun beli saham sekunder itu juga sudah turut memiliki perusahaan tbs.

Pak, satu lagi :


Berapa lama sih rata-rata roses pembukaan rekening di suatu perusahaan sekuritas itu? Dan bagi ivestor pemula,
pertama kali kan harus buka rekening di salah suatu perusahaan sekuritas. Apakah dibolehkan jika uang yang kita
setorkan pertama kali tidak langsung kita belikan saham, dengan pertimbangan untuk menunggu waktu yang tepat
saham turun dulu, misalnya seminggu atau sebulan lagi ?
Terimakasih Pak atas semua jawaban dan wawasannya.

Balas

Balasan

1.

Iyan5 April 2013 09.00

1. Memang betul, sekuritas sekaligus penjamin emisi punya modal lebih besar. Tapi, anda juga tidak perlu
khawatir buka rekening di sekuritas kecil karena dana anda disimpan di Rekening Dana Investor atas nama
anda sendiri.

Dengan sistem yang ada sekarang, sangat kecil celah sekuritas untuk "mencuri" dana nasabah.

2. Proses pembukaan rekening biasanya kurang lebih seminggu.

3. Uang yang anda setor TIDAK harus langsung dibelikan saham. Bakan, kalau anda tidak PERNAH beli saham
pun tidak apa-apa. Tapi (untuk rekening online-trading) anda tetap harus membayar biaya bulanan (untuk
data-feed).

Balas

14.

Mufarrihah Shop26 April 2013 15.32

mat sore pak, klw mas iyan selain masin saham di indonesia apa main juga di luar indonesia,trus u biaya bulanan yg
rekening online trading maksudx apa mas? apa bebeda2 yah biaya2setiap perusahaan.
thanks mas atas waktux u mnjawab prtanyaan2 kami.

Balas

Balasan

1.

Iyan26 April 2013 15.41

Saya main juga saham Amerika, tapi kecil-kecilan

Biaya bulanan online-trading adalah untuk data. Anda perlu data harga bid-offer saham untuk melakukan
transaksi. Perusahaan broker menyediakan ini tapi anda harus bayar.

Balas

15.

protokol4529 April 2013 22.05


Kang.... bisa jelaskan bagaimana cara baca "Chart" atau "Charting" terutama yg berbentuk kurva.

Balas

Balasan

1.

Iyan30 April 2013 08.34

Bentuk kurva seperti apa yang anda maksud?

Kenapa cuma yang bentuk ini yang menarik perhatian anda?

Balas

16.

Galih n gumilar3 Mei 2013 10.16

maksih sob tips'x sangat membantu sekali ...

Balas

17.

YUSUF SIGI6 Mei 2013 07.35

Mas iyan saya sangat ingin memiliki saham tApi sya sedikitpun mengetahui cara memilikinya dan modal awal yg
harus di keluarkan .... Mohon infonya mas

Balas

Balasan

1.

Iyan6 Mei 2013 08.44

Silahkan baca halaman "About."

Balas

18.

Harso Sulistyo24 Agustus 2013 04.24

Mas Iyan ternyata trading saham amerika, sesuai pengalaman Mas Iyan mohon tanya lebih menguntungkan mana
trading saham di Amerika atau di Indonesia

Mas saya adalah pemula, kalo menurut Mas sekitar berapa lama memegang saham sebelum menjualnya, apakah
rata rata sampai 3 hari baru di jual.
Untuk saat ini karena harga turun semua apakah portfolio Mas tetap ada saham yg di pegang atau sudah di jual
semua.
Terima kasih Mas

Balas

Balasan

1.

Iyan24 Agustus 2013 18.10

Mau trading saham Amerika atau saham Indonesia adalah masalah preferensi. Kalau BISA main saham, main
saham di manapun bisa untung. Kalau TIDAK BISA main saham, main saham di manapaun tetap buntung.

Pegang saham berapa lama adalah masalah pilihan juga. Saya tidak bisa menentukan untuk anda. Anda yang
harus menentukan sendiri.

Saya adalah trader jangka pendek. Setelah jual semua, saya coba beli lagi kalau sudah ada indikasi mau naik.

Balas

19.

Ori Pifetoktori18 September 2013 11.43

mas iyan mau tanya berapa dana minimal yg kita keluarkan untuk bermain saham ini..?

terimakasih

Balas

Balasan

1.

Iyan18 September 2013 13.56

Dana yang harus anda keluarkan tergantung berapa banyak saham yang anda beli.

Untuk buka rekening saham, ada setoran awal minimum. Silahkan tanya ke perusahaan broker masing-
masing.

Balas

20.

eoshi19 September 2013 23.52

Sharing dikit ya, mas ... Berbeda dengan saran Mas Iyan untuk menghindari saham-saham gorengan, ternyata cuan
saya hampir 60%-nya malah dari jual beli saham jenis ini lho.
Memang tidak asal beli juga sich, tapi saya juga sejak awal sudah identifikasi bottom price nilai saham A, B, dll,
walaupun memang kadang-kadang estimasi waktu naiknya yang ga pas hehehe

Btw, untuk saham-saham dengan harga murah dengan fundamental bagus, tapi ga naik2 "kata pialang saya, emang
ada Bandar-nya", lebih baik qta ikut koleksi atau dolewatkan saja ya, mas?

Mohon sarannya berdasarkan pengalaman

Balas

Balasan

1.

Iyan20 September 2013 08.54

Eoshi,

Saya sarankan PEMULA untuk menghindari saham gorengan. Saya tidak bilang JANGAN PERNAH main saham
gorengan. Loh, saya aja main kok.

Kalau anda cuan 60% dari saham gorengan, SELAMAT, CONGRATULATION.

Pertanyaan saya: sudah berapa lama anda main saham? Dan, untung 60% ini dengan modal berapa? 60%
dari Rp 10juta sangat berbeda dengan 60% dari Rp 1 Milyar. Artinya, anda mungkin bisa untung 60% dengan
modal relatif kecil, tapi bisakah anda untung dengan modal besar?

Kalau untung anda sudah konsisten 60%, saya rasa saya yang harus belajar dari anda.

Bersediakah anda membagi cara anda meraup untung 60% tersebut?

Balas

21.

Willy20 September 2013 10.56

eoshi: "Btw, untuk saham-saham dengan harga murah dengan fundamental bagus, tapi ga naik2 "kata pialang saya,
emang ada Bandar-nya", lebih baik qta ikut koleksi atau dolewatkan saja ya, mas?"

Kalau untuk investasi, justru kita harus setamak mungkin ketika saham2 fundamental bagus dijual murah! BTW,
murah disini bukan berarti karena harganya cuma kisaran 'gocap' atau 'cepean' saja. Biasanya kita menilai saham
murah atau tidak dari P/E ratio, jadi bisa saja saham seharga puluhan ribu rupiah masih dinilai murah karena P/E
ratio-nya masih di bawah 10 misalnya.

Untuk investasi saham di Indonesia, eoshi harus berani pegang saham tanpa lepas minimal sampai 6 bulan ke depan.
Kenapa? Karena indeks LQ-45 cuma diupdate 6 bulan sekali. Hehehehehe.... :D

Boleh cek di blog saya biar lebih jelas strategi investasi saham ala Intelligent Investor:
http://billythepip.blogspot.com/2013/09/main-saham-ala-intelligent-investor.html

Kalau mau trading yang spekulatif, fundamental biasanya tidak begitu penting selama ada gerakan harga saham yang
jelas ke atas.

Balas
Balasan

1.

Iyan20 September 2013 11.19

Kalau mau belajar fundamental saham, lebih baik belajar dari bung Willy. Saya cuma ngerti dikit-dikit.

Makasi ya bung Willy.

2.

Willy20 September 2013 11.43

Bung Iyan terlalu rendah hati. Kan ada pembahasan fundamental saham sederhana juga dari Bung Iyan
ketika membahas Peter Lynch dan William O'Neil? Saya cuma membahas fundamental saham ala Benjamin
Graham yang memang bisa dibilang 'kitab suci' bagi para Value Investors yang suka rada aneh, tetapi juga
selalu yang tertawa paling akhir karena mereka konsisten selalu menang dalam jangka panjang.

Tantangannya memang mengerti fundamental saham dalam bahasa yang sesederhana mungkin. Bukan hal
yang jelas mudah, kalau tidak tentu tentu semua orang sudah kaya raya dari investasi saham. ;)

3.

Iyan20 September 2013 14.13

Bukan rendah hati sih, bung Willy, tapi memang kenyataan.

Saya sudah lama meninggalkan analisa fundamental. Banyak yang saya sudah lupa atau berusaha
melupakan. Yang masih nyangkut hanya yang sederhana, yang simpel, yang tidak bisa dilupakan.

Kalau saya perlu analisa fundamental, saya baca saja report-report dari broker-broker besar yang dikarang
analis-analis bergelar CFA (Chartered Financial Analyst). :D

Balas

22.

dedy20 September 2013 11.45

klau untuk yang domisilinya di daerah(KABUPATEN) dimana tempat mendaftar dan membeli sahamamnya mas...?

Balas

Balasan

1.

Iyan20 September 2013 14.16


Baca pos "Bagaimana Cara Membeli Saham Indonesia."

http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2013/03/bagaimana-cara-membeli-menjual-saham.html

Silahkan cari perusahaan broker yang punya cabang terdekat dengan kota anda.

2.

Pelangi Nusantara21 September 2013 16.02

Kalau Dedy domisili di Kabupaten/kotamadya, cari sekuritas-sekuritas cabang terdekat, seperti kata Pak Iyan.
Ini saya ada referensi salah satu sekuritas di kabupaten/kotamadya, silahkan baca:
http://pelanginusantaranews.blogspot.com/2013/09/cara-mendaftarmembuka-rekening-dana.html

Balas

23.

~ Thumb Corporation ~20 September 2013 21.14

thanks tulisannya mas. bermanfaat sekali untuk nubi sprti saya

ane mau nanya apakah dalam hal saham juga mengenal selama di hold belum merasakan rugi untung...
apakah ada pinalti tuk hold terlalu lama..
ane nanya seperti ini karena tipikal long term

maaf kalau pertanyaan bodoh :) terima kasih bila berkenan menjawab :D

Balas

Balasan

1.

Iyan21 September 2013 07.13

TIDAK ada penalti untuk hold saham setelah anda beli.

Saham yang anda bayar penuh, boleh anda pegang sepanjang waktu yang anda inginkan.

2.

Pelangi Nusantara21 September 2013 16.10

Sedikit tambahan buat Thumb Corporation. Tidak ada penalti untuk hold saham setelah dibeli, kecuali jika
waktu membeli saham pakai pakai dana margin (dana pinjaman yang disediakan oleh sekuritas) :)

3.

~ Thumb Corporation ~22 September 2013 17.10


terima kasih sekali kalian berkenan menjawab :D

satu lagi nih kalau misal kita cocok dengan harga sahamnya dan beli. apakah dengan yang minat ribuan lot
lebih di dahulukan dibanding satuan lot untuk nubi seperti saya :D apa semua sama yang harga penting
cocok?

Terima kasih sekali lagi :)

4.

Iyan23 September 2013 08.15

Order match (berhasil BELI atau berhasil JUAL) bukan tergantung jumlah lot yang anda pasang, tapi
berdasarkan ANTRIAN.

Kalau anda antri beli lebih awal, anda akan mendapat saham(order match) lebih awal kalau ada yang jual.

Kalau anda antri jual lebih awal, saham anda akan laku (order match) lebih awal kalau ada yang beli.

5.

yusak santoso24 September 2013 23.23

Pak, menyambung dengan pertanyaan diaatas..

misal saya punya saham ABCD yg sangat bearish akibat rumor, fundamental, dll..
tiba saat nya saya menyerah, saya jual saham ABCD tapi kalo tidak ada yg beli ga bisa saya jual ya?

berarti proses transaksi jual beli ini tidak bisa terjadi seketika (sekian detik) itu juga?

saya membandingkannya dengan forex yg 24jam dan banyak terjadi transaksi atau kalo tidak ada match
order mungkin di layani sendiri sama broker (market maker/bandar).

mohon penjelasannya ya pak.


makasi banyak.

6.

Iyan25 September 2013 08.43

Yusak,

Kalau anda mau jual dan langsung laku, anda harus jual di harga BID tertinggi.

Kalau saham sangat bearish, BID tertinggi bisa saja jauh di harga Close sebelumnya. Misalnya harga Close
BBNI hari sebelumnya adalah Rp 4000. Karena ada berita yang sangat bearish, bisa saja pada hari berikutnya
BID tertinggi adalah di 3600.

Nah, kalau anda mau saham BBNI anda langsung laku, anda harus jual di harga BID ini.

Bisa juga harga BID/OFFER terpaut jauh karena sahamnya tidak LIKUID.

Oleh sebab itu, sebaiknya anda main saham Blue-Chip yang notabene (relatif) likuid.

Silahkan baca pos "Istilah Bid dan Offer Ketika Bermain Saham."
http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2011/03/istilah-bid-dan-offer-ketika-bermain.html

Likuiditas saham memang kalah jauh dari likuiditas forex. Dan di saham, broker anda tidak berfungsi sebagai
counterparty seperti yang biasa terjadi di transaksi forex.

Mungkin Bung Willy (yang biasa bertransaksi forex) bisa membantu menjelaskan atau mengkoreksi saya?

7.

Willy25 September 2013 10.33

Halo yusak,

Bung Iyan benar. Jika saham kelewat tidak liquid, akan susah sekali mencari pembelinya. Bisa sampai
berminggu-minggu, atau malah berbulan-bulan jika ingin melepas saham tidak liquid karena tidak ada yang
mau beli. Hati2 saja kalau ingin bermain saham tidur atau saham busuk.

BTW, Forex tidak semuanya ada market-makernya. Broker yang tipe Non Dealing Desk ECN sama sekali tidak
campur tangan atas transaksi yang kita pasang di Forex market. Kalau tidak ada match order ya tidak akan
jalan transaksinya sama sekali.

Di sisi lain, Bung Yusak sepertinya berminat sekali mengincar saham/pair yang tidak liquid. Analisis teknikal
lebih sering ngawurnya loh kalau saham/pair-nya tidak liquid. :(

8.

yusak santoso27 September 2013 12.17

Dear Pak Iyan dan Pak Willy,

Terima penjelasannya.
Saya pingin jadi investor jangka panjang yg bisa sampe 10tahun hold, terus bisa dapet deviden rutin.. :D
tapi kalo perusahaan terindikasi kolaps kan perlu di lepas sahamnya, jadi saya pingin tau apa bisa likuid
seperti forex yg sekian detik bisa transaksi long buy ataupun short sell.

kira2 impian saya jadi investor jangka panjang itu make sense ga ya pak?
oleh karena itu saya rencana pake OLT MOST dari Mandiri Sekuritas yg tanpa biaya bulanan..buat hold
tahunan.

thx..

9.

Iyan27 September 2013 14.15

Menjadi investor jangka panjang sah-sah saja. Tapi saya pribadi adalah trader, spekulan. Jadi sebaiknya anda
belajar investasi jangka panjang dari ahlinya.

Ada baiknya juga anda kunjungi blog bung Willy (billythepip.blogspot.com) untuk membaca cara investasi
jangka panjang ala Intelligent Investor.

10.
Willy27 September 2013 15.03

Saya juga masih banyak belajar dan berlatih kok, Bung Iyan. Saya bercita-cita ingin bisa sesukses investor
besar Indonesia, Lo Kheng Hong. Masih jauh perjalanan saya memang, tetapi kan petualangan 1000 km kan
dimulai dari 1 langkah saja? :D

Kalau investasi jangka panjang tapi tidak mau repot2, berarti saya rasa kawan Yusak lebih tepat menjadi
investor pasif. Boleh baca2 di blog saya tentang strategi main saham ala Intelligent Investor:
http://billythepip.blogspot.com/

Masalah liquid atau tidak suatu saham, itu tergantung dari saham apa yang kawan Yusak beli dari awal. Kalau
saham bluechip atau yang ada di LQ-45 memang selalu liquid jadi tidak masalah mau dijual kapan saja. Tapi
kalau yang dibeli cuma sekedar saham second-liner atau third-liner ya susah kalau mendadak harus dilepas.

Balas

24.

gusnario pranata23 September 2013 22.28

Terima kasih pak iyan atas tulisan2 pak iyan yang bisa (mudah) dipahami oleh saya yg seorang newbie :)

semoga pak iyan sehat selalu agar bisa tetap bisa post pembahasan mengenai saham dengan bahasa yang sangat
"enak" bagi newbie .. amin

Balas

Balasan

1.

Iyan24 September 2013 08.20

Bung Gusnario,

Terima kasih untuk komentar dan doa anda. Sangat membesarkan hati saya.

Balas

25.

bobby jack8 Oktober 2013 17.12

Bapak Iyan Yth, Terima kasih atas artikel yang dimuat oleh bapak. Saya seorang Mahasiswa dan saya tertarik untuk
berinvestasi menggunakan saham. namun, dengan modal Rp 5 juta bisakkah saya memulainya? mohon
penjelasannya.

Balas

Balasan

1.
Iyan9 Oktober 2013 08.29

Silahkan baca halaman "About" dan "Kurikulum."

Balas

26.

alfarizie gibrano18 Oktober 2013 21.31

dear pak iyan, saya izie, siswa kelas 11 (2) sma dibatam, saya tertarik dengan investasi saham sejak kelas 3 smp dan
baru sekarang dapat pencerahan tentang investasi saham. terimakasih pak iyan atas infonya. saya ada pertanyaan,
bagaimana saya memulai investasi saham dengan 'kantong pelajar'. mohon pencerahannya ya pak

Balas

Balasan

1.

Iyan19 Oktober 2013 18.06

Alfarizie,

Saya tidak tahu apa maksud anda dengan "memulai investasi saham dengan 'kantong pelajar'." Kalau
kantong ajaib Doraemon, saya tahu. :D

Pasar saham tidak membedakan pelajar atau bukan, tua atau muda, cantik atau jelek, pintar atau bodoh.
Kalau anda punya uang, anda bisa buka rekening dan mulai beli saham.

Silahkan baca pos "Bagaimana Cara Membeli Saham Indonesia."

http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2013/03/bagaimana-cara-membeli-menjual-saham.html

Setelah itu silahkan baca halaman "Kurikulum" untuk membaca pos yang sesuai dengan kondisi anda.

Balas

27.

dzaka kelana27 Oktober 2013 09.03

Mas Iyan, sebagai Pemula saya mau Tanya ni, :

1. beli saham apa ada batas waktunya ? 1 thn, 2 thn, 3 thn, apa boleh?
2. trus kali hari ini saya beli lantas besok saya jual apa boleh? atau jam 2 saya beli dan jam 3 saya jual apa boleh?

thank's jabannya...

Balas

Balasan
1.

Iyan27 Oktober 2013 20.12

1. Saham tidak ada masa kadaluwarsanya. Kecuali kalau perusahaan bangkrut, atau delisting dari bursa.

2. Setelah anda beli, saham boleh anda jual sedetik kemudian. Tidak harus nunggu 1 atau 2 jam.

2.

dzaka kelana29 Oktober 2013 14.15

1. Jadi artinya kalau saham yang kita beli, kita tunggu sampai 1 thn, 2 thn atau mkn sampai 5 thn, saham kita
tdk hangus alias hilang??

2. trus apa ada keuntungan lain, selain keuntungan kita jual saham (dlm keadaan saham naik alias
beruntung)???

3. kalo' kita beli saham apa ada bukti pembelainnya? saya baca ada 1 lot=500 lbr itu maksudnya apa?? lantas
kalau jual beli saham online gmn tu buktinya??

maaf banyak nanyak mas, soalnya kit emang buta soal saham,. (ntar kalo' saya pinter and jadi Pialang sukses
tak bagiin deh mas iyan) he,..he,...

3.

Iyan29 Oktober 2013 14.29

1. Iya.

2. Kalau saham naik dan sudah untung uang, anda masih mau untung apa lagi? Serakah banget.

3. Anda sudah buka rekening? Silahkan buka rekening dan tanya ke perusahaan sekuritas.

Tentang "lot", silahkan baca pos "Arti Istilah Lot dan Odd Lot di Bursa Efek Indonesia."

http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2011/09/arti-istilah-lot-dan-odd-lot-di-bursa.html

Lain kali, sebelum bertanya silahkan halaman "Kurikulum". Udah gratis masih juga minta disuapin.

4.

dzaka kelana29 Oktober 2013 16.56

He,..He,... Maaf Mas.!! namanya anak bayi belum bisa makan sendiri mas,

5.

Willy29 Oktober 2013 18.34

Jangan lupa masih ada untung dari dividen maksudnya Pak Iyan. Cuma ya dividen itu selalu naik turun
tergantung keputusan RUPS. :D
6.

Iyan30 Oktober 2013 08.23

dzaka,

Kalau belum bisa makan sendiri, tolong cari (dan bayar) baby-sitter untuk suapin anda. :D

Bung Willy, trims untuk tambahan infonya.

7.

dzaka kelana2 November 2013 14.11

* Mas Willy, betul mas, Itu maksud saya.

* Mas iyan, galak amat sih, walaupun ada baby-sitter yang mau dibayar, tetep aja saya gak puas mas, di blog
mas ini ni saya baru puas,. serius mas,. hehee,..he,.. gak muji lho mas, sumpah,..!!

8.

Iyan3 November 2013 14.03

Bung dzaka,

Untuk sekarang ini, saya belum mau jadi baby-sitter walaupun dibayar. Tapi, kalau bayarannya super tinggi,
mungkin saya tergiur juga. Hehehe.....

Cara Main Saham Untuk Pemula: Setelah Beli (Bagian I)


[Pos ini ©2012 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Langkah pertama main saham adalah membeli saham. Saya sudah membahas topik ini di pos "Cara Membeli Saham Untuk
Pemula" Bagian I sampai dengan Bagian III. Kalau anda belum baca pos-pos tersebut, silahkan baca dulu dengan klik di sini
"Cara Membeli Saham Untuk Pemula." Saya tunggu.

Sudah selesai baca pos "Cara Membeli Saham Untuk Pemula"? Mari kita lanjut.

OK, katakanlah anda sudah membeli suatu saham. Apa langkah berikut yang harus anda lakukan?

"Jual," jawab anda. "Kalau naik," cepat-cepat anda tambahkan.

Sangat setuju.

Tapi kalau anda sudah beberapa kali membeli saham, berapa kali saham yang anda beli langsung naik dan tidak pernah turun
ke bawah harga anda beli? Saya bisa dengan yakin menjawab,"Tidak sering. Jauh lebih sering saham yang anda beli malah
langsung turun." Saya yakin anda mengangguk-anggukkan kepala.

Nah, kalau begitu apa langkah berikut setelah membeli saham?

Langkah berikut setelah membeli saham tergantung apa yang terjadi pada saham yang anda beli. Yang mungkin terjadi ada
tiga:
1. Setelah anda beli, saham naik.
2. Setelah anda beli, saham turun.
3. Setelah anda beli, saham (relatif) tidak naik tidak turun.

Mari kita bahas satu per satu.

1. Setelah beli, saham naik

Ini adalah kemungkinan yang diimpikan semua pemain saham. Setelah anda beli, misalnya, saham BMRI di harga Rp 7.900,
keesokan harinya saham tersebut naik ke Rp 8.200. Alangkah indahnya hidup ini.

Tapi seperti saya sebut di atas, hal indah ini tidak sering terjadi. Yang lebih memperburuk keadaan: kalaupun saham yang
anda beli langsung naik, berapa sering tatkala anda sedang asyik menghitung-hitung potensi keuntungan yang bisa anda
dapatkan, beberapa hari kemudian saham TURUN ke bawah harga anda beli? Saya bisa menjawab untuk anda,"Sangat
sering." Lagi-lagi anda mengangguk-anggukkan kepala tanda setuju.

Terus, harus bagaimana?

Lanjut baca ke pos, "Cara Main Saham Untuk Pemula: Setelah Beli (Bagian II)."

Cara Main Saham Untuk Pemula: Setelah Beli (Bagian II)


[Pos ini ©2012 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Pos ini adalah lanjutan dari “Cara Main Saham Untuk Pemula:Setelah Beli (Bagian I).”

Kalau setelah anda beli, saham langsung naik, itu namanya berkah. Beruntung. Hoki.

Tentang hoki ini, saya jadi teringat nasehat oma, “Iyan, kalau kamu mendapat hoki, kamu harus mensyukuri berkah
tersebut.” Nasehat yang baik dan hendak saya turuti. Tapi bagaimana cara mensyukuri berkah dari saham yang naik?

Perlu diingat bahwa saham yang sudah naik belum menjadi berkah nyata kalau belum dijual, kalau anda tidak merealisasikan
profit tersebut. Kenapa? Karena saham tersebut mungkin turun lagi dan berkah itu lenyap tak berbekas. Jadi, satu-satunya
cara mensyukuri berkah dari saham yang naik adalah dengan MENJUAL saham tersebut.

“Kalau aku menjual saham tersebut, lalu saham itu masih naik, bagaimana dong?” anda bertanya.

Memang tidak ada yang tahu apakah saham anda akan terus naik atau berbalik arah turun. Oleh karena itu saya sarankan
anda tidak menjual semua saham tersebut, tapi hanya SEBAGIAN.

Sebagian ini bisa sepertiga, seperempat, seperlima, bahkan sepersepuluh; anda bisa bereksperimen sendiri. Tapi jangan jual
terlalu sedikit, dan jangan juga jual terlalu banyak. Supaya mudah, juallah SETENGAH dari jumlah saham anda.

Dengan menjual setengah dari jumlah saham, anda sudah merealisasi keuntungan. Kalau saham masih terus naik, anda
masih punya setengah. Kalau saham turun ke harga beli dan anda cut-loss, anda sudah mendapat laba, tidak hanya impas.

Inti yang harus anda ingat: bukan cuma beli saham yang boleh bertahap, boleh dicicil (Silahkan baca “Cara Membeli Saham
Untuk Pemula Bagian III"), tapi jual saham juga boleh dicicil.

Tapi, jualnya di harga berapa? Mau tahu jawabannya? Silahkan baca pos "Cara Menjual Saham Agar Profit Maksimal."

2. Setelah beli, saham turun

Skenario ini adalah kemungkinan yang paling sering terjadi ketika anda membeli saham.
Di pos “Cara Membeli Saham Untuk Pemula Bagian III” saya menyarankan anda untuk membeli dulu setengah dari jumlah
yang anda mau beli. Kalau saham turun, beli lagi setengah sisanya.

Tapi bagaimana kalau setelah itu saham masih turun?

Apakah anda harus cut-loss? Tidak melakukan apa-apa alias bengong? Atau beli lagi?

Lanjut baca ke pos "Cara Main Saham Untuk Pemula: Setelah Beli (Bagian III)."

Menurut anda pos ini

11 komentar:

1.

[pepel][pibo][petu][feliciana]17 September 2012 02.00

Kapan mau diposting lanjutannya? :D

Balas

Balasan

1.

Iyan17 September 2012 08.58

Saya menulis pos lanjutan kalau pembacanya banyak. Secepatnya akan saya publikasikan lanjutan pos ini.

Balas

2.

Neni Anggraeni21 September 2012 12.59

Neni Balikpapan: Iya nih mas saya juga tertarik belajar jual beli saham.. ditunggu kelanjtannya ya , thank u ^_^

Balas

Balasan

1.

Iyan21 September 2012 14.23

Sabar ya, Neni. Lagi sibuk main saham; belum sempat menulis lagi.
Balas

3.

Gun Gun18 Oktober 2012 02.08

Ditunggu kelanjutannya nih ^_^

Balas

4.

johan wong17 Januari 2013 03.55

Terima kasih banyak pak atas info" cara investasi yg diberikan di blognya,sangat membantu saya yg pemula ini.

Balas

5.

Hermawan17 April 2013 22.15

Selamat Malam, Pak Iyan,


Pak ketika membaca artikel menarik ini, muncul pertanyaan saya mengenai cara penarikan dana kita dari sekuritas.

Misalnya, ketika pertama kali buka rekening saham di salah satu sekuritas, minimal uang yang kita setor = Rp. 5 juta,
dan otomatis masuk ke RDI (mohon dikoreksi jika salah). Kemudian, dari dana itu saya membeli saham XXX sebanyak
2 lot, dengan harga total Rp. 2 juta. Berarti: dana saya di RDI berkurang dan menjadi Rp. 3 juta (karena berkurang 2
juta). Dan di rekening saham saya = Rp. 2 juta. (mohon dikoreksi jika salah). KEMUDIAN, pada suatu hari, karena ada
kebutuhan mendadak, saya ingin mengambil dana yang ada di sekuritas tersebut sebesar Rp. 2 juta.

Pertanyaan saya :
1. Bagaimana proses pencairannya ya, Pak ? (maksud saya: apakah harus telp ke sekuritasnya dulu, atau seperti
apa?)
2. Kemudian, apakah dana yang saya butuhkan tersebut (sebesar Rp. 2 juta) bisa langsung saya ambil dari RDI
melalui ATM atau seperti apa ?
3. Dalam hal penarikan dana, apakah ada batasan dana minimal atau dana maksimal yang dapat ditarik? atau
masing-masing sekuritas berbeda-beda batas minimal/maksimalnya, atau seperti apa?
4. Biasanya kan investor kena biaya bulanan untuk data feed sebesar Rp. 27.500 - 33.000), dan seperti Pak Iyan
pernah katakan sebelumnya bahwa investor akan dibuatkan 3 rekening oleh sekuritas. Biaya bulanan tersebut akan
otomatis didebet dari rekening yang mana Pak?

Sebelumnya, terimakasih atas wawasan dan jawaban dari Bapak.

Balas

Balasan

1.

Iyan18 April 2013 08.54

Hermawan,
Kalau rekening anda adalah untuk online-trading, saya tidak tahu apakah sekuritas anda menyisakan dana
anda di RDI atau di rekening perusahaan. Anda perlu konfirmasi ke sekuritas anda.

1. Proses pencairan biasany melalui sistem online. Di IPOT atau E-Trading ada menu untuk permohonan
transfer keluar.

2. Dana tidak bisa diambil dari RDI karena anda tidak memegang buku atau kartu ATM RDI. Mengapa?
Karena anda sudah memberi kuasa kepada sekuritas untuk menangani RDI.

Transfer dilakukan ke rekening bank yang anda cantumkan pada saat membuka rekening.

3. Setahu saya tidak ada batas penarikan dana tunai. Tapi semua tergantung sekuritas masing-masing.

4. Dana saya di IPOT ada di rekening IPOT (bukan RDI),jadi biaya data feed didebit dari rekening tersebut.

Saya tidak tahu bagaimana pelaksanaannya di sekuritas lain.

Balas

6.

Hermawan17 April 2013 22.24

Selamat Malam, Pak Iyan,


Pak ketika membaca artikel menarik ini, muncul pertanyaan saya mengenai cara penarikan dana kita dari sekuritas.

Misalnya, ketika pertama kali buka rekening saham di salah satu sekuritas, minimal uang yang kita setor = Rp. 5 juta,
dan otomatis masuk ke RDI (mohon dikoreksi jika salah). Kemudian, dari dana itu saya membeli saham XXX sebanyak
2 lot, dengan harga total Rp. 2 juta. Berarti: dana saya di RDI berkurang dan menjadi Rp. 3 juta (karena berkurang 2
juta). Dan di rekening saham saya = Rp. 2 juta. (mohon dikoreksi jika salah). KEMUDIAN, pada suatu hari, karena ada
kebutuhan mendadak, saya ingin mengambil dana yang ada di sekuritas tersebut sebesar Rp. 2 juta.

Pertanyaan saya :
1. Bagaimana proses pencairannya ya, Pak ? (maksud saya: apakah harus telp ke sekuritasnya dulu, atau seperti
apa?)
2. Kemudian, apakah dana yang saya butuhkan tersebut (sebesar Rp. 2 juta) bisa langsung saya ambil dari RDI
melalui ATM atau seperti apa ?
3. Dalam hal penarikan dana, apakah ada batasan dana minimal atau dana maksimal yang dapat ditarik? atau
masing-masing sekuritas berbeda-beda batas minimal/maksimalnya, atau seperti apa?
4. Biasanya kan investor kena biaya bulanan untuk data feed sebesar Rp. 27.500-33.000) dan biaya fee jual/beli.
Seperti Pak Iyan pernah katakan sebelumnya bahwa investor akan dibuatkan 3 rekening oleh sekuritas. Biaya
bulanan dan biaya fee jual/beli tersebut akan otomatis didebet dari rekening yang mana Pak?

Sebelumnya, terimakasih atas wawasan dan jawaban dari Bapak.

Balas

7.

Hermawan18 April 2013 22.40

1. Kalau boleh saya simpulkan dari jawaban no. 1 dan 2, untuk menerima pencairannya dana yang ditarik kita wajib
punya rekening tabungan harian (tabungan biasa), betul begitu ya Pak? Terimakasih Pak, atas semua jawabannya.
Kayaknya saya semakin siap untuk investasi saham.

2. Pak, kalau boleh tahu, biasanya Bapak mengoperasikan trading saham selama ini, di rumah, di kantor, atau
dimana? (Pertanyaan ini muncul karena kelihatannya Bapak bisa nyaman dan bisa konsentrasi penuh dalam
menjalankannya, dan ini juga sekedar untuk referensi saya)

3. Dan yang terakhir, kali ini saya memberikan masukan tentang blog Bapak yang sangat berguna ini.
Masukan saya yaitu: sebaiknya di blog Bapak ditampilkan widget/menu yang berisi 10 atau 20 komentar terakhir di
sebelah kanan, di bagian bawah "Arsip blog". Karena akan dapat memudahkan pengunjung yang sudah
komentar/bertanya cepat menemukan kembali tema artikel yang sudah dikomentari ataupun mendapat
respon/jawaban. Kalau di blog wordpress, yang saya tahu widget/menu ini sudah disediakan dan tinggal pasang jika
diperlukan. Tapi untuk di blogspot seperti yang Bapak pakai ini, saya belum tahu apakah sudah disediakan dan
tinggal pasang apa belum. Jikalaupun belum ada, Bapak bisa mengambil contoh skripnya dari blogspot milik orang
lain, atau bisa juga bertanya dan copas dari teman Bapak yang punya blogspot. Paling cuma merubah sedikit code
scriptnya, kemudian dipasang, dan langsung jalan.

Kemudian, untuk widget "Pos terpopuler", jika tampilan widget/menu terlalu panjang sampai ke bawah, sebaiknya
tampilan "Pos terpopuler" dihilangkah saya. Sebenarnya kalau dibiarkan tetap dipasang pun juga tidak apa-apa, tapi
kurang ada gunanya. Karena menurut saya artikel-artikel di blog ini semuanya populer dan sangat bermanfaat. Kalau
pos terpoluler tetap ditampilkan, maka artikel-artikel populer semakin populer karena akan selalu tampil dan mudah
diklik, tapi sebaliknya artikel-artikel lain yang bagus malah semakin jarang dibaca pengunjung, bahkan akan sulit
menemukan artikel tersebut, karena pasti tidak akan bisa tampil di pos populer.
Ini semua sekedar masukan saya. Semoga blog Bapak semakin banyak pengunjung dan bermanfaat.

Ditunggu tulisan/artikel baru yang lain. Terima kasih.

Balas

Balasan

1.

Iyan19 April 2013 08.56

1. Betul sekali. Transfer dana keluar harus ke rekening tabungan Hermawan.

2. Saya trading dari home office karena saya lebih suka keheningan. Ini hanya masalah preferensi.

Ada juga orang yang trading di galeri sekuritas karena mereka butuh interaksi dengan broker atau investor
lain.

3. Terima kasih banyak untuk sarannya. Akan coba saya cari widget komentar.

Terima kasih juga saran tentang widget "Pos Terpopuler." Akan saya pertimbangkan.

Saya lebih konsentrasi ke "content" blog ini; masalah tampilan agak diabaikan. Sekali lagi terima kasih.

Cara Menjual Saham Agar Profit Maksimal (Bagian I)


[Pos ini ©2013 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Anda sudah membeli saham dan saham tersebut naik. Apa yang sebaiknya anda lakukan?

Kalau anda sudah membaca pos "Cara Main Saham Untuk Pemula: Setelah Beli (Bagian I)" anda tahu bahwa sebaiknya anda
menjual SEBAGIAN dari saham yang anda miliki. Saran saya di pos itu adalah untuk menjual SETENGAH dari jumlah saham
yang anda miliki.
Itu konsep yang saya kemukakan. Tapi jual setengah ini di harga berapa? Lalu bagaimana dengan setengah yang kedua?

Di pos ini saya akan membahas permasalahan di atas dengan detail.

Untuk memudahkan diskusi, mari kita memulainya dengan contoh rencana trading (trading plan) yang anda siapkan.

Misalkan saja anda membeli saham Waskita Karya (WSKT) di harga Rp 800 sejumlah 100 lot. (Kalau anda tidak tahu arti "lot,"
silahkan baca pos "Arti Istilah 'Lot' dan 'Odd Lot' di Bursa Efek Indonesia.")

Pada saat membeli, anda langsung menentukan harga cut-loss kalau-kalau saham turun. Anda memakai cut-loss sistem
persentase (silahkan baca pos "Cara Cut-Loss Untuk Stop Kerugian Saham"), dan angka yang anda pakai adalah 10%. Artinya,
kalau saham WSKT turun 10%, anda akan langsung jual rugi.

Setelah menetapkan cut-loss 10% dari harga beli, anda juga menentukan batas waktu (deadline) untuk cut-loss. (Silahkan
baca pos "Cara Main Saham Untuk Pemula: Setelah Beli, Bagian IV".) Karena anda memutuskan menjadi swing-trader, batas
waktu yang anda tentukan adalah 20 hari kerja bursa. Artinya, kalau WSKT dalam 20 hari kerja tidak naik, tapi juga tidak
turun sampai titik cut-loss, anda akan jual.
Kondisi awal rencana trading (trading plan) anda:

Beli WSKT 100 lot di Rp.800.


Cut-loss kalau WSKT turun ke 720.
Batas waktu: 20 hari kerja.

Setelah anda beli, WSKT sempat turun ke 750, tapi lalu perlahan-lahan naik.

790, 800, 810, 820, 830, 840.

Pada hari ke-sebelas, WSKT tutup (close) di harga 850. (Untuk menyegarkan ingatan anda tentang Close, silahkan baca pos
"Empat Komponen Harga Saham Yang Perlu Anda Ketahui.")

Anda senang WSKT naik DI ATAS harga beli anda. Di atas kertas, anda sudah untung.

Bung Iyan menyarankan saya menjual SETENGAH dari saham yang sudah naik," gumam anda dalam hati. Tapi dia tidak
bilang jualnya di harga berapa. Gimana nih?

Kebetulan sekali. Si bung Iyan akan memberikan saran tersebut di sini. Saran saya:

Jika saham yang anda beli naik, target harga jual pertama adalah sebesar target anda cut-loss.

Artinya, kalau anda menetapkan cut-loss 5%, target jual pertama adalah ketika saham naik 5%. Kalau anda menetapkan cut-
loss 25%, target jual pertama adalah ketika saham naik 25%.

Nah, karena anda menetapkan cut-loss 10%, target jual pertama anda adalah ketika saham NAIK 10%.

Trading Plan lengkap dengan target harga ke-1:

Harga beli WSKT: 800.


Harga WSKT sekarang: 850.
Jumlah saham: 100 lot.
Cut-loss kalau WSKT turun ke 720.
Jual SETENGAH kalau WSKT naik ke 880.
Namanya juga lagi beruntung, lagi hoki, beberapa hari kemudian, pada hari ke-limabelas setelah anda beli, WSKT benar naik
ke 880. Jadilah anda menjual 50 lot (setengah) saham WSKT milik anda.

Aaah, sungguh senang hatiku, anda bernyanyi-nyanyi kecil. Kalau WSKT naik, saya masih punya 50 lot lagi. Kalau
turun...wah, kalau turun saya juga masih punya 50 lot. Musti diapain nih sisa yang setengah ini?

Pertanyaan yang sangat valid.

Kondisi sekarang:

Harga WSKT: 880.


Jumlah saham: 50 lot.
Cut-loss kalau WSKT turun ke 720.
Keuntungan yang sudah direalisasi: 50 lot x 500 lembar/lot x Rp 80 = Rp 2 juta.

Nah, kalau kondisi di atas tidak anda perbaharui, anda akan menjual HANYA kalau WSKT turun ke 720. Kalau hal ini terjadi,
artinya anda rugi Rp 2 juta (50 lot x 500 lembar/lot x Rp 80).
Alhasil: untung Rp 2 juta yang pertama habis untuk menutupi rugi Rp 2 juta ini, total jenderal tidak ada untung (bahkan
masih rugi sebesar "fee" jual beli yang harus anda bayar ke broker.)

Di Wall Street (bursa saham Amerika Serikat) ada pepatah "Don't Let Your Profit Turn Into a Lost." Terjemahannya: Jangan
biarkan keuntungan berubah menjadi kerugian.

Masalahnya, bagaimana cara terbaik mencegah untung berbalik menjadi rugi?

Bagaimana kalau jual sisa saham di harga target atau di titik resistance yang ditulis oleh analis-analis di surat kabar atau di
riset yang mereka email ke anda?

Jangan.

Kan sudah saya beritahu di pos "Valuasi Indeks Saham Indonesia Terlalu Tinggi?" agar TIDAK serta-merta percaya pada
analis, bahkan yang profesional sekalipun. Ingat: tidak ada seorangpun yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan.

Kalau begitu, apa tidak lebih baik kalau jual SEMUA saja di 880? Kan sudah untung?

Jangan juga.

Menjual SEMUA di 880 memang memastikan anda mendapat untung. Tapi bagaimana kalau WSKT masih naik lagi?

Di Wall Street ada juga pepatah: Let the profit runs. Terjemahannya: biarkan keuntungan berlari. Artinya, jangan terlalu
cepat mengambil keuntungan karena bisa saja keuntungan tersebut menjadi lebih besar.

Lagipula, tidak banyak saham yang anda beli memberikan profit; lebih banyak yang merugi. Ketika saham memberikan
untung, anda harus meraup untung semaksimal mungkin untuk menutup kerugian dari saham-saham yang lain.

Kalau sisa saham tidak langsung dijual, khawatir turun lagi. Kalau sisa saham langsung dijual, khawatir masih naik terus.

Jadi harus gimana sih? ujar anda sambil menggaruk-garuk kepala.

Sabar, sabar. Akan saya jelaskan.

Anda masih ingat pos "Mau Main Saham? Ingat Tiga Hal Maha Penting Ini"? Di pos tersebut saya berusaha meyakinkan anda
betapa pentingnya anda melakukan cut-loss. Begitu pentingnya cut-loss sampai-sampai saya menyatakan (saya kutip dari pos
tersebut):

Tidak ada yang bisa menyelamatkan anda dari kehancuran financial bila anda tidak pernah mau cut-loss.

Di sini saya akan tambahkan satu lagi alasan mengapa konsep cut-loss harus anda kuasai sejak awal anda belajar main
saham:
Konsep cut-loss amat sangat penting bukan hanya karena ia bisa mencegah kehancuran finansial tapi juga karena ia bisa
memaksimalkan keuntungan dari saham yang naik pesat.
Lho, kok bisa?
Iya, bisa.

Karena untuk memaksimalkan keuntungan (profit) dari saham yang sedang naik, anda saya anjurkan menggunakan saudara
dekat dari cut-loss yang namanya TRAILING STOP.
Apa sebenarnya trailing-stop ini? Silahkan lanjut baca ke pos "Cara Menjual Saham Agar Profit Maksimal (Bagian II)."

Cara Menjual Saham Agar Profit Maksimal (Bagian II)


[Pos ini ©2013 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Pos ini adalah lanjutan dari pos "Cara Menjual Saham Agar Profit Maksimal (Bagian I)."

Sebelum kita berdiskusi tentang TRAILING STOP, mari kita menyegarkan ingatan mengenai dua hal penting tentang cut-loss
(yang saya tulis di pos "Cara Cut-Loss Untuk Stop Kerugian Saham"):

1. Titik/harga cut-loss harus ditentukan langsung pada saat anda membeli (membuka posisi awal). Jadi begitu anda memiliki
saham, detik itu juga anda sudah harus tahu titik cut-loss saham tersebut. Jangan pakai alasan,"Nanti kalau sudah turun
baru saya tentukan cut-loss di mana." Kalau saham sudah turun, pikiran anda sudah terkontaminasi pergerakan harga
saham dan keputusan anda kemungkinan besar akan salah dan mengakibatkan kerugian jauh lebih besar.

2. Titik cut-loss tidak boleh dirubah ke arah yang berpotensi merugikan lebih besar; titik cut-loss hanya boleh dirubah ke arah
yang potensi ruginya lebih kecil. Maksud saya begini: kalau anda membeli saham di harga Rp 1000 dan menetapkan cut-loss
di 900, ketika saham turun ke harga 950, anda TIDAK BOLEH berubah pikiran dan menurunkan titik cut-loss ke 800. Tetapi
anda boleh—kalau anda punya alasan kuat—untuk menaikkan titik cut loss, misalnya, ke 930. Jadi, titik cut-loss adalah jalan
satu arah, hanya boleh dirubah ke arah yang potensi kerugiannya lebih kecil.

Nah, poin kedua di atas adalah konsep dasar dari TRAILING STOP.

Sekarang saatnya saya memberikan definisi TRAILING STOP:

Trailing Stop pada posisi long (membeli) adalah titik cut-loss yang dinaikkan dari titik cut-loss sebelumnya.

Mari saya jelaskan secara detil.

Kondisi terakhir:

Harga modal WSKT: 800.


Harga WSKT: 880.
Jumlah saham: 50 lot.
Cut-loss kalau WSKT turun ke 720.
Keuntungan yang sudah direalisasi (Realized Profit): Rp 2 juta.
Menilik dari harga saham WSKT yang sudah naik dari harga modal, anda BOLEH menaikkan titik cut-loss ke titik yang potensi
kerugiannya lebih kecil.

Pertanyaannya, naikin titik cut-loss ke harga berapa?

Saran saya: naikkan titik cut-loss pertama ke harga modal awal.

Karena anda membeli WSKT di harga 800, berarti titik cut-loss dinaikkan dari 720 ke 800.

Trading Plan sekarang:

Harga modal WSKT: 800


Harga WSKT sekarang: 880.
Jumlah sisa saham: 50 lot.
Cut-loss kalau WSKT turun ke 800.
Realized Profit: Rp 2 juta.

Kalau anda berpegang teguh pada Trading Plan ini, posisi anda sudah pasti untung, tidak akan rugi.
Masa iya sih?

Mari kita hitung: kalau-kalau WSKT turun ke 800 dan anda cut-loss sisa saham, berarti anda jual 50 lot WSKT di harga modal.
Hasilnya: impas. (Untuk mempermudah diskusi, saya tidak mempertimbangkan fee broker. Kalau fee broker diperhitungkan,
anda rugi fee broker.)

Tapi anda sudah mendapat keuntungan Rp 2 juta dari penjualan pertama, jadi total jenderal anda masih untung Rp 2 juta.

Pada kondisi ini, anda sudah berada di atas angin. Kalau sudah (hampir) tidak mungkin rugi, tiba saatnya anda berusaha
memaksimalkan keuntungan.

Cara Memaksimalkan Keuntungan Dengan Trailing Stop

Mari kita lihat lagi Trading Plan anda:

Harga modal WSKT: 800


Harga WSKT sekarang: 880.
Jumlah sisa saham: 50 lot.
Cut-loss kalau WSKT turun ke 800.
Realized Profit: Rp 2 juta.

Apakah Trading Plan ini sudah lengkap? Hayo, coba anda pikir-pikir apa yang kurang? Saya tunggu 30 detik; jangan ngintip ke
bawah ya.

Waktu 30 detik sudah lewat, anda sudah tahu apa yang kurang?

Yang kurang: batas waktu alias deadline.

Nah, bagaimana menentukan batas waktu ini?

Ketika anda beli WSKT, anda sudah menentukan batas waktu 20 hari. Anda menjual setengah pada hari ke-limabelas. Pada
hari itu anda menentukan titik cut-loss baru. Apakah ini berarti batas waktu anda untuk menjual sisa saham adalah lima hari
lagi?
Bukan begitu.

Pada saat anda menjual setengah saham anda dan menaikkan titik cut-loss dari 720 ke 800, anda harus menganggap ini
sebagai posisi baru. Batas-waktu yang sebelumnya sudah tidak berlaku dan anda harus memulai batas-waktu yang baru.
Artinya, batas-waktu mulai lagi dari awal.

Trading Plan sekarang:

Harga modal WSKT: 800


Harga WSKT sekarang: 880.
Jumlah sisa saham: 50 lot.
Cut-loss kalau WSKT turun ke 800.
Batas waktu: 20 hari.
Realized Profit: Rp 2 juta.

Nah, Trading Plan anda sudah lengkap.

Belum lengkap, Bung Iyan, protes anda sambil senyum-senyum. Saya kasih waktu 30 detik untuk Bung Iyan pikir-pikir apa
yang masih kurang.

Apa ya yang kurang? saya berpikir sambil menggaruk kepala yang tidak gatal. Gantiin nih sang guru dikerjain si murid.

Karena saya perlu waktu untuk memikirkan apa yang masih kurang pada Trading Plan di atas, saya akan lanjutkan di pos
"Cara Menjual Saham Agar Profit Maksimal (Bagian III)."

Posted by Iyan at 09.55

Labels: analisis teknikal, menengah

Menurut anda pos ini

6 komentar:

1.

Gian e137124 Juni 2013 12.58

Pak Iyan, sy mw bertanya


Td dari cerita di atas, saat bapak menjual setengah lot di 880, lalu bapak menaikan titik cutloss menjadi 800. Dan
ternyata WSKT turun mencapai titik cutloss dan anda menjual setengah lot sisanya tsb.
Pertanyaan saya, bagaimana kalau 800 itu merupakan titik bounce ? maksud saya bagaimana kalu ternyata setelah
anda menjual stngh lot tsb, justru WSKT itu malah naik
Coba bayangkan kalau kita tidak menaikan titik cutloss (di 720), mungkin kita bisa untung.
Trims

Balas

Balasan

1.

Iyan24 Juni 2013 17.08


Anda suka berandai-andai?

OK mari kita berandai-andai. Bagaimana kalau saham turun terus sampai 720? Bukankah profit anda jadi
NOL? Apakah anda memikirkan kemungkinan ini?

Lagipula, dari mana anda tahu 800 adalah titik bounce?

Kalau anda yakin 800 adalah titik bounce, jangankan jual. Mustinya anda beli lagi sebanyak mungkin.

Lagian, kalau anda tahu pasti harga 800 adalah titik bounce, berarti anda adalah pemain kawakan. Anda
tidak perlu mengikuti saran saya karena anda sudah tahu apa yang seharusnya anda lakukan.

Kalau hobi berandai-andai, anda tidak akan pernah jual, apalagi cut-loss.

Balas

2.

Bobby Hamasaki27 Juni 2013 15.32

Bang Iyan, terima kasih sebelumnya. Blog ini terlihat sederhana tapi isinya berbobot, saya rasa buku-buku di
gramedia tentang saham yg ditulis penulis lokal masih kalah jauh ama tulisannya bang Iyan.

Btw, saya uda berhitung secara manual. Untuk teknik cutloss saya setuju. Tapi untuk teknik Trailing stop, yg misalkan
saham naik kita jual dulu setengah dan jika naik lagi baru kita jual semuanya. Kl diitung2 sepertinya lbh
menguntungkan dan lbh aman jika saham naik 5% kita jual smuanya. lalu dgn cash yg kita punya lgsung beli lg dan
jika naik 5% jual lg semuanya. Prinsip bunga berbunga. Jika kita jadi investor misalnya menunggu profit 30% dulu
baru jual, tampaknya masih lbh menguntungkan sistem 5% ini kita ulangi hingga 6x yg mana hasilnya 30% jg tp
karena bunga berbunga lbh menguntungkan cara ini. Yah, selama market memang dalam kondisi bullish..

Lalu Bang tolong nanti dibahas cara menentukan saham ini momentumnya uptrend atau tidak. Memang secara
psikologis jauh lbh menyenangkan membeli saham yg sedang didiskon murah-murahnya daripada membeli yg
trendnya sedang naik.

Balas

Balasan

1.

Iyan27 Juni 2013 17.07

Bobby, pertama-tama terima kasih juga untuk pujian anda.

Saya mengerti keberatan anda tentang teknik TRAILING STOP. Saya yakin anda akan lebih mengerti kalau
tulisan tersebut sudah tuntas. Tapi mari kita bahas pendapat anda berdasarkan tulisan yang ada sampai saat
ini.

Saya kurang mengerti maksud anda "naik 5% kita jual semua lalu dengan cash langsung beli lagi."

Beli lagi di harga berapa?

Anda berasumsi harga saham turun? Bagaimana kalau saham TIDAK turun? Ataupun, kalau turun,
bagaimana kalau anda tidak sempat mendapatkan saham di harga yang anda mau?
Secara teori, profit 30% sekali atau profit 5% enam kali, memang profit 5% enam kali lebih feasible. Tapi
dalam enam kali trading, belum tentu anda selalu profit. Bisa jadi ada yang rugi. Ini yang harus anda
perhitungkan.

Trailing Stop memang tidak cocok untuk semua situasi. Trailing stop cocoknya dilakukan pada saham yang
UPTREND. Bukan saham SIDEWAY.

Kalau saham SIDEWAY, lebih cocok cara yang Bobby kemukakan yaitu kita beli di range bawah dan jual di
range atas. Dengan begini kita bisa untung 5% berkali-kali.

Mengenai saham UPTREND, saya akan bahas di kelanjutan pos "Arti Istilah Saham Trending Trendless." [Saat
ini belum saya lanjutkan.]

http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2013/06/arti-istilah-saham-trending-trendless.html

Balas

3.

Sondang Pakpahan3 September 2013 12.28

Terima kasih Bang Iyan atas blog-nya yang sangat membantu.

Saya ada sedikit pertanyaan, mengenai batas waktu, ini maksudnya, berapapun harga saham itu ketika batas waktu
sudah tercapai kita harus jual? Apakah penerapan batas waktu ini sedisiplin penerapan cut loss?

Terima kasih

Balas

Balasan

1.

Iyan3 September 2013 13.52

Khusus untuk CUT-LOSS, kalau batas waktu sudah sampai, saham harus dijual.

Tapi untuk TRAILING STOP, fungsi batas waktu berbeda dengan cut-loss. Akan saya jelaskan di pos
berikutnya.

Tentang batas waktu CUT-LOSS, silahkan baca pos "Cara Main Saham Untuk Pemula: Setelah Beli," terutama
yang Bagian III, IV, dan V.

http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2012/08/cara-main-saham-pemula-setelah-beli.html
Jika anda tertarik untuk INVESTASI JANGKA PANJANG dan
mendalami analisa fundamental
Mau Investasi Saham? Baca Dulu Buku Peter Lynch “One Up on Wall Street” (Bagian I)
[Pos ini ©2011 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Bila anda bertanya buku apa yang perlu dibaca investor saham, kemungkinan anda disarankan membaca The Intelligent
Investor karya Benjamin Graham, buku yang dipuji Warren Buffet sebagai "buku terbaik tentang investasi yang pernah
ditulis." Tapi menurut saya buku ini, eh…, membosankan, susah dimengerti, dan tidak enak dibaca. Saya saja yang seorang
kutu buku, perlu berjuang keras untuk menyelesaikan buku ini.

Walau saya akui buku itu bagus isinya, saya yakin tidak banyak orang sanggup membacanya sampai selesai. Karena alasan
ini, saya menyarankan peminat investasi saham untuk membaca buku One Up on Wall Street karya Peter Lynch. Buku ini—
buku pertama investasi saham yang saya baca—mudah dimengerti, enak dibaca, dan penuh dengan tips-tips yang sangat
bermanfaat.
Mungkin anda bertanya, siapa itu Peter Lynch?

Peter Lynch adalah manajer investasi (fund manager) Fidelity Magellan, reksa dana dengan asset terbesar di tahun 1990an.
(Fidelity sampai sekarang masih merupakan salah satu raksasa reksa dana di Amerika.) Pada waktu itu, Peter Lynch mungkin
lebih terkenal dari Warren Buffet karena ada ratusan ribu orang menanamkan modal di Fidelity Magellan dan menikmati
imbal-hasil (return) yang spektakuler. Investor yang memasukkan dana US$10,000 pada tahun 1977, tahun pertama Peter
Lynch mengelola Magellan, akan melihat dana tersebut berkembang menjadi US$190,000 sepuluh tahun kemudian.
Sembilan belas kali lipat dalam sepuluh tahun. Ini prestasi yang sangat luar biasa!

Saya kagum dengan Peter Lynch bukan hanya karena imbal-hasil yang luar biasa ini. Saya kagum karena ia—sebagai manajer
investasi yang mengelola dana milyaran dolar—dapat menulis buku yang sarat dengan kiat-kiat investasi saham yang dapat
dilakukan orang awam yang bermodal pas-pasan. Ia tidak memberi tips yang hanya dapat dilakukan manajer investasi
bermodal besar dan didukung analis-analis bergaji tinggi. Ia memberi saran dari kaca mata investor, bukan dari kaca mata
manajer investasi. How to use what you already know to make money in the market, tertera di bawah judul buku tersebut.
Bagaimana menggunakan apa yang sudah anda tahu untuk mendapat untung dari bursa.

Walaupun saran Peter Lynch tidak semuanya cocok untuk saya, saya merasa setiap pemain saham, investor ataupun trader,
di Indonesia, China, Amerika, Eropa, Jepang, di manapun! perlu membaca buku ini. Sayangnya, setahu saya tidak ada edisi
bahasa Indonesia buku ini.
Kalau anda kurang paham bahasa Inggris atau tidak hobi membaca buku, jangan khawatir. Pada pos ini saya akan membahas
intisari One Up on Wall Street yang saya bumbukan komentar supaya mudah dimengerti pembaca, khususnya pembaca
Indonesia.

Peter Lynch membagi bukunya menjadi tiga bagian:

A. Preparing to Invest. Persiapan untuk Berinvestasi.


B. Picking Winners. Memilih Pemenang.
C. The Long-Term View. Pandangan Jangka Panjang.

Sebelum menulis lebih lanjut, Peter Lynch pada Bab Pendahuluan mengatakan bahwa ada satu hal utama yang perlu anda
ketahui: Jangan mengikuti mentah-mentah saran para profesional!

Jangan langsung percaya saran pakar ekonomi, jangan langsung mengikuti saran analis saham, jangan menelan bulat-bulat
saran saya di blog ini, jangan pula langsung membeli saham rekomendasi Peter Lynch. Mengapa?

Setidaknya ada tiga alasan mengapa sebaiknya anda mengabaikan rekomendasi saham dari para pakar:

1. Mereka mungkin salah!


2. Kalaupun mereka benar, anda tidak pernah tahu kapan mereka berubah pikiran dan menjual saham yang
direkomendasi tersebut.
3. Anda punya sumber informasi lebih baik, dan sumber itu ada di sekeliling anda.

Nah, kalau Peter Lynch—yang sudah terbukti sebagai pakar saham—menyarankan anda untuk mengabaikan sarannya,
tidakkah sebaiknya kita juga mengabaikan saran dari "pakar-pakar" saham musiman yang tumbuh subur seperti benalu di
musim hujan?

Banyak orang, dengan bermodal membaca beberapa buku investasi dan baru tiga atau empat tahun berkecimpung di bursa
saham, memproklamirkan diri sebagai pakar saham yang sudah menemukan rahasia menjadi kaya dari saham (atau options,
atau forex, atau commodity). Lalu mereka menulis buku dan mengadakan seminar untuk mengajarkan anda rahasia
tersebut. Masuk akalkah?

Kalau mereka sudah tahu rahasia mendapat untung terus dari saham, tentu mereka sudah terlalu sibuk mendulang uang dari
bursa. Kenapa harus menghabiskan waktu mengais uang dari seminar atau menjual buku? Demi passive-income? Mengapa
mereka begitu serakahnya masih mencari passive-income sekecil kutu kalau sudah bisa mendapat active-income sebesar
gajah? Coba anda pikirkan.

Intinya, anda bisa sukses berinvestasi saham dengan menggunakan apa yang sudah anda ketahui. Saya tidak bilang anda
akan sukses atau pasti sukses, tapi bisa sukses. Dan kemungkinan anda sukses akan lebih besar kalau anda berhenti
mendengarkan hingar-bingar kicauan para ahli dan pakar.

Mari kita mulai.

A. Persiapan untuk Berinvestasi

Sebelum anda mulai investasi saham, anda harus lebih dulu menjawab tiga pertanyaan berikut:

1. Apakah anda sudah punya rumah?


2. Apakah anda memerlukan uang tersebut untuk hal lain?
3. Apakah anda punya kemampuan untuk sukses berinvestasi saham?

1.Apakah anda sudah punya rumah?

Sebelum anda berinvestasi saham, lebih baik anda membeli rumah dulu. Anda perlu rumah untuk tempat tinggal dan
kemungkinan besar rumah tersebut akan naik harganya. Seperti kata peribahasa: sambil menyelam minum air.

Kalaupun harga rumah tidak naik (yang mana kemungkinannya sangat kecil karena bahan bangunan selalu naik karena
inflasi), setidak-tidaknya rumah tersebut telah berfungsi sebagai tempat anda berteduh, bersantai, beristirahat, bertengkar,
bercumbu, membina keluarga.

Beda dengan saham. Saham tidak bisa anda pakai untuk berteduh, bersantai, beristirahat, apalagi bertengkar dan bercumbu.
Satu-satunya alasan kita membeli saham adalah untuk mendapat untung. Masalahnya, saham bisa naik, tapi juga bisa turun.
Dan kalau turun, ia bisa turun sampai 0. Ya benar, nol alias tidak ada harga sama sekali! Jadi bisa saja anda menghabiskan
banyak uang di pasar saham dan yang anda dapat hanyalah stress.

2.Apakah anda memerlukan uang tersebut untuk hal lain?

Jangan main saham, kalau anda memerlukan uang tersebut untuk hal lain.

Misalkan anda punya tabungan sebesar Rp 50 juta untuk biaya kuliah Tamara, putri anda. Kuliahnya kan masih tiga tahun
lagi, anda berpikir. Bagaimana kalau saya investasikan dulu uang ini di saham. Deposito di bank cuma dapat 5% sih. Siapa
tahu dengan main saham uang Rp 50 juta ini bisa jadi Rp 100 juta.

Jangan, jangan. JANGAN!

Lebih besar kemungkinan Rp 50 juta ini habis dan si Tamara tidak jadi kuliah. Bisa-bisa anda harus merelakan Tamara
menikah dengan kakek kaya untuk membayar hutang anda.

Anda sebaiknya main saham hanya kalau anda punya uang lebih. Only invest what you could afford to lose without that loss
having any effect on your daily life in the foreseeable future, demikian kata Peter Lynch. Hanya investasikan uang sesuai
kesanggupan anda di mana kalau anda merugi, kerugian itu tidak mempengaruhi kehidupan sehari-hari anda di kemudian
hari.

Ingat: Jangan bermimpi melipatgandakan uang dalam waktu cepat. Kalau mau lebih jelas, silahkan baca pos "Main Saham
Cepat Kaya?" dan "Target Laba Main Saham."
18 komentar:

1.

Haryo27 Agustus 2011 22.18

nice posting mas/ pak Iyan. Saya baru2 ini sering membaca blog anda, menurut saya sangat menarik. Saya ingin
menanyakan dimanakah saya dapat membeli buku One Up on Wall Street? saya tidak punya credit card, sehingga
susah untuk membeli di amazon. Mungkin bisa memberi referensi tempat belinya?

Salam kenal dan terima kasih

Haryo

Balas

2.

Iyan29 Agustus 2011 09.40

Mas Haryo, terima kasih telah mampir dan meninggalkan komentar.

Kalau Haryo tidak bisa memesan buku "One Up on Wall Street" dari Amazon, anda bisa mencoba mencari di (Jakarta)
toko buku Gramedia, Kinokuniya atau Times. Times malah bisa memesankan buku itu untuk anda kalau stok tidak
ada.

Buku ini terbit di Amerika sekitar 20 puluh tahun lalu, jadi memang agak sulit mendapatkannya di toko buku di
Indonesia. Kalau anda sudah berusaha dan masih saja tidak menemukan buku ini, silahkan hubungi saya lagi.

Balas

3.

belajarbisnis1 Maret 2012 16.17

salam kenal mas iyan,

mas, ada ga sepengetahuan mas iyan buku belajar saham versi bahasa indonesia yang kupasannya seperti "One Up
on Wall Street" ?
saya tertarik untuk belajar main saham mas.

regard,
andi - aceh

Balas

Balasan

1.

Iyan1 Maret 2012 16.37


Andi, setahu saya tidak ada buku bahasa Indonesia yang seperti "One Up on Wall Street."

Tapi Andi bisa coba baca buku (ada terjemahan Indonesia) "How to Make Money in Stocks" karya William
O'Neil. Cara investasi O'Neil berbeda dengan cara Peter Lynch, tapi ide-ide yang dijabarkan sangat bagus.

Semoga membantu.

2.

belajarbisnis2 Maret 2012 15.35

terima kasih mas iyan atas infonya, apa yg telah mas iyan jabarkan sangat menginspirasi saya.
salam sukses utk mas iyan. GBU

Balas

4.

Reinhard Oktavian7 Agustus 2012 11.06

Hi Pak Iyan,

Terima kasih atas rekomendasinya.


Jadi apakah bisa dikatakan tidak ada buku karangan orang 'lokal' yang bagus pak untuk dijadikan referensi?

Salam,
Reinhard

Balas

Balasan

1.

Iyan7 Agustus 2012 14.18

Saya tidak bilang tidak ada karangan orang 'lokal' yang bagus. Nanti banyak yang marah. Tapi sampai saat ini
saya tidak menemukan banyak buku 'lokal' yang bagus untuk dijadikan referensi. Kalaupun ada, biasanya
banyak sekali mengutip dari buku luar. Jadi lebih baik baca buku dalam bahasa aslinya (bahasa Inggris).

Buku trading & investasi terjemahan banyak yang sulit dimengerti. Biasanya karena terjemahannya kurang
tepat.

Tapi ada satu buku 'lokal' yang intinya cukup bagus: "Investor Sibuk." Coba anda cari di Gramedia.

Balas

5.

adekumala14 Desember 2012 21.50


Salam kenal Pak Iyan. Sudah beberapa hari saya belajar dari tulisan-tulisan Bapak di blog ini. Terima kasih untuk
tulisan2nya yang sangat enak dibaca, dg contoh atau ilustrasi yang mudah dimengerti oleh pemula yang buta
tentang dunia 'main saham'.

Setelah membaca posting ini saya jadi tertarik utk membaca buku Peter Lynch. Biasanya saya beli buku2 berbahasa
Inggris online dari BookDepository.co.uk yang gratis ongkirnya ke Indonesia. Ini saya beri link-nya kalau ada teman2
yg berminat:

http://www.bookdepository.co.uk/One-Up-on-Wall-Street-Peter-Lynch/9780743200400

Salam,
Mala.

Balas

Balasan

1.

Iyan15 Desember 2012 21.23

Dear Mala, terima kasih untuk link-nya yang sangat berguna untuk teman-teman yang ingin membeli buku
One Up on Wall Street.

Balas

6.

NancyAnggie13 Maret 2013 14.13

Halo mas Iyan.. menarik sekali blog ini..


saya masih newbie nih dan lagi sibuk belajar heeheh

cuma mau komentar sedikit aja mengenai ini--> Lalu mereka menulis buku dan mengadakan seminar untuk
mengajarkan anda rahasia tersebut. Masuk akalkah?

kadang kepuasan itu bukan hanya datang dari materi.. untuk beberapa orang passion mereka adalah berbagi
kesuksesan mereka.. gak bedalah sama mas Iyan nulis blog begini..

maap agak OOT hihihi

Balas

Balasan

1.

Iyan11 Agustus 2013 20.30

Kalau memang tujuan mereka adalah mengajar orang lain utk sukses, kenapa harus menyelenggarakan
kursus yang biayanya puluhan juta rupiah? Kan sudah kaya, kok maruk banget? Tulis saja blog, atau cetak
buku dan jual dengan harga murah.
Kalau mau berbagi, berbagilah. Kalau mau cari duit,silahkan. Tapi jangan pakai kedok mau berbagi
kesuksesan.

Sampai hari ini saya belum bertemu orang yang benar-benar mau membagi kesuksesannya kepada saya
tanpa pamrih.

Nancy boleh saja berpendapat berbeda. :D

Tujuan saya menulis bukan untuk berbagi kesuksesan.(Saya belum merasa sukses.) Saya menulis untuk
kepuasan diri, untuk mengajar, untuk menggurui, untuk mengevaluasi diri.

Balas

7.

pinus labs21 Mei 2013 09.42

selamat siang pak Iya, setelah beberapa hari membaca blog bpk, saya pikir blog bpk sudah cukup dibuatkan buku
yang isinya kumpulan posting-posting bapak, ditambah dengan info-info kecil di bagian komentar yang sangat
bermanfaat.

untuk buku lokal seperti jawaban bpk di atas, yang judulnya Investor Sibuk, apakah ini maksudnya pak?
http://www.gramedia.com/book/detail/9789792260588

Balas

Balasan

1.

Iyan21 Mei 2013 10.10

Selamat siang juga, Pinus Labs.

Terima kasih untuk saran anda yang membesarkan hati. Semoga niat saya menerbitkan buku bisa terealisasi
secepatnya.

Link anda adalah betul buku Investor Sibuk yang saya maksud.

Balas

8.

Willy11 Agustus 2013 11.13

Bung Iyan,

setelah Lynch dan O'Neil, bagaimana kalau selanjutnya rekan Iyan me-review buku Intelligent Investor karya
Benjamin Graham? Kan sudah pernah rekan Iyan baca, dan juga sekarang sudah ada buku Intelligent Investor versi
Indonesia-nya oleh penerbit Serambi:
http://www.serambi.co.id/katalog/283/the-intelligent-investor#.UgcMgaxYUfQ

Walaupun buku ini mungkin bukan favorit rekan Iyan, rasanya tidak salah jika buku ini masuk ke dalam daftar
referensi bagi para investor yang serius. Bahkan seandainya pun kita tidak sejalan dengan anjuran Graham, minimal
kita jadi bisa mengerti jalan pikiran kawan2 investor yang fokusnya di value investing dan bukan momentum
investing. Lagi pula banyak juga pendapat bijak baik dari Graham dan Zwaig (dari bagian commentary dan footnote)
yang cukup relevan bagi para pemain saham. Saya sendiri malah masih suka membaca Intelligent Investor di waktu
luang karena banyak perumpamaan lucu sampai sindiran halus dari Zwaig yang juga sangat relevan bagi para pemain
saham di Indonesia -*cough* BUMI *cough*-.

Balas

Balasan

1.

Iyan11 Agustus 2013 20.12

Ide yang bagus, bung Willy. Akan saya pertimbangkan. Dari tahun lalu saya berusaha membaca kembali buku
Intelligent Investor, tapi baru mulai baca beberapa halaman, langsung ngantuk. :D

Bagaimana kalau bung Willy saja yang mengulas buku tersebut? Posnya bisa kita publish di blog ini. Tentu
saja saya tulis jelas penulisnya adalah bung Willy. Atau kalau bung Willy ada blog, bisa saya link ke blog bung
Willy.

2.

Willy11 Agustus 2013 22.47

Wah, sepertinya menarik juga idenya Bung Iyan! Saya tidak punya blog dan bahkan tidak punya blog sama
sekali, tetapi saya bisa saja mengirimkan draft ulasan saya akan Intelligent Investor ke email Bung Iyan.
Setelah itu silakan Bung Iyan edit agar sesuai dengan format standar blog ini -tentunya tanpa mengubah
esensi tulisan saya- baru di-publish. Ini tentunya sesuai dengan semangat blog ini untuk Terus Belajar Saham.
Seru juga karena ini berarti blog kawan Iyan ini akan meng-cover buku2 klasik untuk investasi dari Graham,
Lynch, dan O'Neil. Bagi yang serius ingin Belajar Saham, blog ini akan menjadi rekomendasi nomor satu. ;)

Saya peringatkan dulu dari awal karena buku Intelligent Investor sangat tebal (intro + 20 chapters sudah 600
halaman lebih untuk yang versi revised edition 2006!), saya hanya bisa menulis review bab per bab. Tetapi
ini tentu sepadan dengan hasilnya kelak. Saya senang juga kita bisa mulai berkolaborasi secara langsung,
Bung Iyan. :D

3.

Iyan12 Agustus 2013 08.47

SETUJU.

Saya tunggu email ulasan bung Willy.

Dengan begitu, pembaca lain (dan, saya) bisa belajar analisa fundamental.

4.

Willy12 Agustus 2013 12.35


Itu sudah saya kirim ulasan pre-intro untuk Intelligent Investor ke email Bung Iyan. Saya harap itu cukup
bagus untuk tulisan pertama saya di suatu blog. :)

Investasi Saham Cara Peter Lynch di Buku “One Up on Wall Street” (Bagian I)
[Pos ini ©2011 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Pos ini adalah lanjutan dari "Mau Investasi Saham? Baca Dulu Buku Peter Lynch 'One Up on Wall Street' (Bagian II)."

Hendak membaca pos ini dari awal? Silahkan klik di sini "Mau Investasi Saham? Baca Dulu Buku Peter Lynch 'One Up on Wall
Street' (Bagian I)."

B. Memilih Pemenang

Bagian ke dua dari buku "One Up on Wall Street" membahas tentang Picking Winners, Memilih Pemenang.

Pada bagian ini Peter Lynch mendiskusikan cara menemukan saham yang menjanjikan, bagaimana cara mengevaluasi apa
yang layak anda harapkan dari enam kategori saham. Lalu ia menerangkan karakteristik perusahaan yang ia minati,
karakteristik perusahaan yang ia hindari, pentingnya laba bagi suksesnya suatu saham, pertanyaan yang harus diajukan saat
menyelidiki suatu saham, bagaimana memonitor perkembangan suatu saham, dan bagaimana mengevaluasi tolok-ukur
seperti price earning ratio (rasio harga terhadap laba), profit margin (margin keuntungan), book value (nilai buku), dividend,
dan lain-lain.

Mari kita mulai.

I. Mengintai Calon Sepuluhlipat (Tenbagger)

Cara terbaik, menurut Peter Lynch, untuk mencari saham yang dapat naik sepuluh kali lipat—atau tenbagger, istilah favorit
Peter Lynch—adalah dengan melihat sekeliling anda. Anda bisa mulai dari dalam rumah, dalam kantor, atau kala anda jalan-
jalan ke mal.

Misalkan anda mulai memperhatikan rumah anda dan isinya. Di garasi, anda melihat mobil Toyota Avanza. Selama ini anda
puas dengan kualitas Avanza dan juga puas dengan pelayanan purna jualnya. Anda juga melihat bahwa banyak Avanza
bersliweran di jalan, menandakan bahwa mobil tersebut laku di pasaran. Setelah anda menyelidiki lebih lanjut, anda tahu
bahwa Toyota Avanza di Indonesia diproduksi oleh Astra International Tbk, perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di
Bursa Efek Indonesia. Produk Astra International (ASII) laku di pasar; mungkin sahamnya juga layak dibeli?

Selagi memikirkan ASII, anda bersiap-siap untuk mandi sambil menggaruk kepala anda yang gatal penuh ketombe. "Ah,
ketombe sialan," anda marah-marah dalam hati. "Untung ada shampo Clear."

Menuang Clear ke telapak tangan, anda melihat di kemasan bahwa Clear adalah produksi PT Unilever Tbk. "Tbk?" anda
tersentak. "Berarti Unilever adalah juga perusahan Terbuka yang sahamnya dijual di bursa?" Anda suka produk Unilever;
mungkin saham Unilever juga layak dibeli?

Sebelum saya diskusikan lebih lanjut, perlu saya ingatkan bahwa konsep yang dijabarkan Peter Lynch di sini belum tentu bisa
diaplikasikan pada saham-saham di Indonesia. Bukan karena konsep itu salah, tetapi lebih karena tidak banyak saham-saham
di Indonesia berhubungan langsung dengan harkat hidup orang banyak: perusahaan yang menurut anda bagus, belum tentu
sudah menjadi perusahaan terbuka.

Konsep ini lebih cocok untuk berinvestasi di bursa Amerika yang mana banyak perusahaan terbuka di sana yang produk-
produknya berhubungan langsung dengan harkat hidup orang banyak.

Selesai mandi, anda memanggil putri anda, Fitria. "Fitri, sini tolong pijitin papa sebentar."

"Tunggu bentar, Pa," jawab Fitri tanpa menolehkan mata dari iPad di tangannya. "Lagi tanggung nih main gamenya."

Sejak anda belikan iPad, si Fitri yang biasanya tiap sore rajin memijit anda setelah anda pulang kantor, lebih memilih
menghabiskan waktu main game. Udah gitu, tiap minggu ia minta dibelikan game baru di iTunes Store, toko online Apple Inc.
yang menjual piranti lunak untuk iPad. "iPad sialan," anda menggerutu. "Bikin anak gua main game melulu. Ngabisin duit
lagi."

Tiba-tiba anda mendapat ide,"Siapa tahu Apple, produsen iPad, juga adalah perusahaan terbuka?"

Anda menyalakan computer iMac anda dan mencari di Google. Betul, Apple Computer adalah perusahaan terbuka dan
sahamnya dijual di bursa Amerika. Sambil melihat-lihat data Apple, anda juga jadi tahu bahwa Google sudah menjual
sahamnya di Amerika. Mungkin ada baiknya saya beli saham Apple dan Google? begitu pikir anda.

Setelah anda tahu tertarik kepada Astra International, Unilever, Apple Computer, Google yang ternyata adalah perusahaan
terbuka, apakah anda harus langsung membeli saham-saham ini?

Jangan. Bukan begitu caranya.

Anda mencari calon-calon saham yang menjanjikan dengan melihat sekeliling anda, tapi setelah itu anda harus terlebih dulu
melakukan riset sebelum membeli saham perusahaan-perusahaan tersebut. Investing without research is like playing stud
poker and never looking at the cards, begitu kata Peter Lynch. Berinvestasi tanpa riset adalah seperti bermain poker dan
tidak pernah melihat kartu anda. Bagaimana mungkin anda menang main kartu tanpa tahu kartu anda? Demikian juga,
bagaimana mungkin anda untung main saham kalau anda tidak meriset perusahaan yang sahamnya akan anda beli?

II. Enam Kategori Perusahaan

Setelah anda mendapat ide perusahaan yang sahamnya menjanjikan karena anda menyukai produknya, anda harus terlebih
dahulu mencari tahu: seberapa besar pengaruh produk tersebut terhadap potensi keuntungan perusahaan?

Artinya begini. Setelah anda tertarik dengan saham Unilever karena shampo Clear, anda harus menyelidiki seberapa besar
pengaruh produk ini terhadap keuntungan total Unilever. Setelah meluangkan sedikit waktu untuk riset, anda tahu bahwa
Unilever menjual banyak produk. Deterjen Rinso, pasta gigi Pepsodent, shampo Sunsilk, lotion Citra, kosmetik Ponds, kecap
Bango, es krim Walls. Ini semua adalah produk Unilever. Jadi, walaupun anda memakai puluhan botol Clear setiap bulannya,
dan walaupun anda juga yakin banyak orang lain yang memakai shampo tersebut, Clear hanyalah bagian sangat kecil dari
produk Unilever dan tidak berdampak besar pada total keuntungan perusahaan.

Jauh lebih baik adalah untuk membeli saham perusahaan di mana sukses satu produknya berpengaruh besar terhadap
keuntungan perusahaan. Contohnya adalah Apple Inc. Apple menjual jutaan iPad—yang harganya jutaan rupiah—setiap
bulannya dan penjualan ini berkontribusi sangat besar terhadap keuntungan total Apple.
Alasan di atas adalah sebab utama Peter Lynch menganjurkan anda untuk mengkategorikan saham pilihan anda sebelum
anda melakukan tindakan lebih lanjut. Keenam kategori tersebut adalah:

 Slow Growers (Bertumbuh lamban)


 Stalwarts (Bertumbuh menengah)
 Fast Growers (Bertumbuh cepat)
 Cyclicals (Bersiklus)
 Turnarounds (Berubah arah)
 Asset Plays (Aset Terpendam)

Mau tahu perbedaan keenam kategori ini? Silahkan lanjutkan baca di pos "Investasi Saham Cara Peter Lynch di Buku 'One Up
on Wall Street' (Bagian II)."

Posted by Iyan at 15.50

Labels: buku investasi

Menurut anda pos ini

3 komentar:

1.

BTW2527 Mei 2012 19.32

bukunya peter lynch sudah ada yg diterjemahin ga?


One Up on Wall Street, Beating the Street

kalo bukunya benjamin graham kan sudah diterbitkan penerbit serambi

buku apa lagi sih yg bagus? warren buffet, john bogle, ya? ada lg ga yg bagus dan sudah diterjemahin

kalo bisa dibales ya ke email saya

Balas

Balasan

1.

Iyan28 Mei 2012 09.09

BTW tidak meninggalkan email, jadi saya jawab di sini ya.

Setahu saya buku Peter Lynch belum ada terjemahan bahasa Indonesianya. Tapi saya juga tidak pasti.

Banyak buku investasi dan trading bagus, tapi kebanyakan berbahasa Inggris. Yang saya tahu bagus dan ada
terjemahan Indo adalah "How to Make Money in Stocks" oleh William O'Neil, diterbitkan Andipublisher.

Balas

2.

Chrisna Adita23 Juni 2013 09.00


Terima Kasih Pak atas infonya, saya chris pemula di bidang ini, kalau ada masukan yang baru email saya di
adutama@gmail.com

Enam Kategori Saham Menurut Peter Lynch


[Pos ini ©2011 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Menurut Peter Lynch, saham bisa dibagi dalam enam kategori. Dengan memilah saham ke dalam kategori-kategori ini anda
tahu kira-kira apa yang bisa anda harapkan dari mereka.

Slow Growers (Bertumbuh lamban)

Harga saham relatif tidak akan naik tinggi. Anda cuma berharap mendapat dividen.

Stalwarts (Bertumbuh menengah)

Jual saham ini kalau sudah naik 30-50%.

Fast Growers (Bertumbuh cepat)

Ini adalah kategori saham yang diincar Peter Lynch dengan harapan mendapat untung ratusan persen. Jangan
mengharapkan dividen; harapkan harga saham naik kencang. Buy-and-hold (beli-dan-pegang) selama perusahaan masih
berkembang dan harga saham masih naik.

Cyclicals (Bersiklus)

Timing sangat penting untuk kategori saham ini. Belilah ketika harga saham sudah sangat rendah ketika kondisi ekonomi
terpuruk dan juallah ketika harga saham naik kala ekonomi membaik. Saham ini bukan untuk di buy-and-hold selamanya.

Turnarounds (Berubah arah)

Ini adalah perusahaan yang bangkit dari koma. Anda tidak perlu buru-buru membeli saham jenis ini. Jangan beli ketika si
pasien baru melek setelah koma bertahun-tahun. Belilah ketika si pasien siap-siap keluar dari rumah sakit.

Asset Plays (Aset terpendam)

Investor handal biasanya adalah yang pertama menyadari adanya aset terpendam pada suatu perusahaan. Ia akan perlahan-
lahan membeli saham perusahaan tersebut; lambat laun harga saham pun akan terkerek naik. Belilah ketika anda tahu ada
pihak-pihak tertentu yang membeli terus saham ini. Jual ketika aset "terpendam" tersebut sudah diketahui masyarakat luas.
Mengapa Perlu Tahu Earning Per Share? Bagian I
[Pos ini ©2013 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Kalau anda belum tahu arti Earning Per Share, silahkan baca dulu pos "Arti Istilah Earning Per Share (EPS)."

Di pos tersebut saya menjelaskan apa itu Earning Per Share dan alasan pertama mengapa investor saham sebaiknya tahu
Earning Per Share atau Laba Per Saham daripada tahu Laba Total.

Di pos ini saya akan menjelaskan lebih lanjut alasan-alasan penting lain mengapa informasi Earning Per Share penting
diketahui investor saham.

Mari kita mulai dengan melihat Tabel 1.

Tabel 1. Pertumbuhan Laba Total Tahun 2011-2013

Dari Tabel 1 di atas anda bisa lihat bahwa:

 Laba Total perusahaan XYZ tahun 2012 adalah 1.5x lipat dari Laba Total 2011.
 Laba Total tahun 2013 adalah 3x lipat Laba Total 2011.

Wow, kata anda, Laba Total XYZ tumbuh 3x lipat dari tahun 2011 ke tahun 2013.

Bagaimana dengan Laba Per Sahamnya? Apakah tumbuh 3x lipat juga dari tahun 2011 ke 2013?

Sama saja kan? kata anda.

Belum tentu.

Emangnya bisa beda? tanya anda.

Bisa. Bisa berbeda. Malah jauh lebih mungkin beda daripada sama.

Lho?

Pertumbuhan Laba Per Saham akan sama dengan pertumbuhan Laba Total hanya kalau jumlah saham tidak berubah.
Masalahnya, jumlah saham kemungkinan besar berubah.

Kok bisa berubah?

Perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di bursa sering melakukan aksi-aksi korporasi yang mempengaruhi jumlah
saham yang ada. (Mayoritas aksi korporasi hasilnya adalah menambah jumlah saham tapi ada juga aksi yang hasilnya
mengurangi jumlah saham). Contoh-contoh aksi korporasi yang mempengaruhi jumlah saham:

 Right Issue (Silahkan baca pos "Arti Istilah 'Right Issue' di Bursa Saham Indonesia.")
 Stock Split
 Konversi warrant
 Konversi ESOP (Employee Stock Ownership Plan)
 Dan lain-lain

Perubahan jumlah saham karena aksi-aksi korporasi tersebut akan berpengaruh pada kalkulasi Laba Per Saham.

Pengaruhnya apa?

Sudah saya tunggu pertanyaan ini.

Untuk mempermudah diskusi, mari kita lihat Tabel 2.

Tabel 2. Pertumbuhan Laba Total vs. Laba Per Saham Tahun 2011-2013

Data Laba Total di Tabel 2 adalah sama dengan data di Tabel 1. Hanya saja Tabel 2 ada tambahan data Jumlah Saham
(sehingga kita bisa menghitung Laba Per Saham).

Dari Tabel 2 tersebut anda bisa melihat bahwa:

 Laba Total perusahaan XYZ tahun 2012 adalah adalah 1.5x dari Laba Total 2011.
 Laba Per saham tahun 2012 adalah juga 1.5x dari Laba Per Saham 2011. Ini karena jumlah saham pada tahun 2012
sama dengan jumlah saham pada tahun 2011. (Dengan kata lain: selama jumlah saham tidak berbeda, persentase
pertumbuhan Laba Per Saham adalah sama dengan pertumbuhan Laba Total.)
 Laba Total tahun 2013 adalah 3x Laba Total tahun 2011.
 Tapi, Laba Per Saham 2013 hanya 2x dari Laba Per Saham 2011 karena jumlah saham tahun 2013 meningkat menjadi
1.5x jumlah saham 2011.

Dari penjelasan di atas, anda bisa lihat bahwa mungkin saja Laba Total naik 3x tapi Laba Per Saham hanya naik 2x.

Intinya, anda tidak boleh berasumsi bahwa jumlah saham adalah sama. Jumlah saham suatu perusahaan mungkin berubah.
Dan perubahan jumlah saham ini akan mempengaruhi Laba Per Saham.

Sebagai investor saham anda dianjurkan memperhatikan pertumbuhan laba perusahan. Tapi membandingkan Laba Total
belum tentu mencerminkan kondisi sesungguhnya karena data tersebut bisa terdistorsi perubahan jumlah saham. Artinya,
data yang anda bandingkan belum tentu sejenis.

Kata orang bule, untuk melakukan perbandingan dengan benar, anda harus membandingkan apel dengan apel, jangan apel
dengan jeruk (apalagi apel dengan durian!).

Nah, data laba yang sejenis adalah Earning Per Share atau Laba Per Saham. Artinya, ketika membandingkan laba perusahaan
dengan laba tahun-tahun sebelumnya, anda harus SELALU membandingkan data Earning Per Share, bukan Laba Total.

Inilah alasan penting kedua kenapa anda sebaiknya tahu Earning Per Share atau Laba Per Saham daripada Laba Total.

Oh, gitu. Saya ngerti sekarang, kata anda. Jadi saya harus selalu menghitung sendiri Laba Per Saham?
Tidak perlu.

Seperti sudah saya katakan di pos "Arti Istilah Earning Per Share (EPS)," data Laba Per Saham sudah dikalkulasikan untuk
anda dan bisa dilihat di laporang keuangan perusahaan. Jadi, saat anda memolototi laporan keuangan, tidak usah lihat Laba
Total, tapi langsung cari Laba Per Saham.

Nah, setelah membaca pos ini anda tahu bahwa jumlah saham suatu perusahan bisa berubah dengan berjalannya waktu.
Dan perubahan jumlah saham ini mempengaruhi Laba Per Saham perusahaan tersebut.

Masih ada satu alasan lagi mengapa Earning Per Share lebih penting daripada Laba Total. Mau tahu? Silahkan lanjut baca ke
pos "Mengapa Perlu Tahu Earning Per Share? Bagian II."

Mengapa Perlu Tahu Earning Per Share? Bagian II


[Pos ini ©2013 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Pos ini adalah lanjutan dari "Mengapa Perlu Tahu Earning Per Share, Bagian I."

Pada pos sebelumnya anda sudah tahu beberapa alasan mengapa Earning Per Share (Laba Per Saham) lebih penting anda
ketahui daripada Laba Total. Mari kita lihat satu alasan lagi.

Misalkan anda sedang membanding-bandingkan saham yang hendak anda beli. Menilik Tabel 1 di bawah ini, di antara saham
A dan B, kira-kira saham mana yang lebih menarik untuk dibeli?

Tabel 1. Laba Total Sama, Harga Saham Sama

Laba kedua perusahaan tersebut sama, gumam anda dalam hati. Harga sahamnya juga sama. Bukannya sama aja, tidak
beda?

Secara kasat mata, saham A dan B kelihatannya sama saja. Tapi nilai saham A akan sama dengan saham B hanya kalau
jumlah saham kedua perusahaan itu sama. Tapi kenyataan di lapangan adalah jumlah saham A dan jumlah saham B hampir
pasti berbeda.

Jadi, lagi-lagi kita harus mencari tahu Laba Per Saham masing-masing saham sebelum kita bisa melakukan perbandingan
yang sepadan.
Mari kita lihat Tabel 2.

Tabel 2. Laba Total Sama, Harga Saham Sama, Jumlah Saham Berbeda

Pada Tabel 2 anda bisa melihat bahwa jumlah saham A hanya setengah dari jumlah saham A. Alhasil, Laba Per Saham Laba A
adalah dua kali Laba Per Saham B.

Harga saham A dan B sama, tapi Laba Per Saham A dua kali Laba Per Saham B. Apa artinya?

Artinya, secara Laba Per Saham, harga saham A lebih murah daripada B. Karena lebih murah, berarti juga saham A lebih layak
dibeli daripada saham B.

Jadi, inti yang perlu anda serap dari pos ini adalah sebagai berikut: jumlah saham masing-masing perusahaan berbeda satu
dengan yang lain. Karena perbedaan jumlah saham ini, ketika membandingkan perusahaan yang berbeda, anda harus
membandingkan Laba Per Saham--bukan Laba Total--perusahaan-perusahaan tersebut.

Nah, kasus di atas relatif sederhana karena harga saham A dan B sama. Bagaimana kalau harga sahamnya beda? Bagaimana
cara kita menentukan saham mana yang lebih murah?

Untuk membandingkan saham-saham yang harganya berbeda, kita tidak bisa sekedar membandingkan Laba Per Saham. Cara
yang lebih tepat adalah dengan membandingkan Price-Earnings Ratio (PER) dari saham-saham tersebut. Mau tahu arti Price-
Earnings Ratio? Silahkan lanjut baca ke pos "Arti Istilah Price-to-Earnings Ratio."

7 komentar:

1.

Haikal Maulana18 Oktober 2013 12.47

mantap tenan bung iyan, semoga bisa terus berkarya.


blog yang bagus, karena menjelaskan seluk beluk saham dari dasar....
tidak seperti seminar2 yang jualan mimpi, langsung gas pol ke awang2, pdahal baru belajar terbang. Salam sukses...

Balas

Balasan
1.

Iyan18 Oktober 2013 14.08

Bung Haikal, terima kasih untuk komentarnya.

Masalahnya, kebanyakan orang MEMANG maunya membeli mimpi. Karena banyak pembeli, makanya
penjual mimpi berjamuran.

2.

Haikal Maulana18 Oktober 2013 19.25

sorry ni master, gmana nih pendapat anda tentang EBITDA margin sebuah perusahaan? karena menurut WR.
Buffet (masih sodaraan sm WR supratman) EBITDA hanyalah fakta omong kosong, sedangkan dalam rata2
lap keuangan perusahaan di indonesia, lebih banyak mengagungkan EBITDA margin bukan EBIT???

3.

Iyan19 Oktober 2013 17.58

Bung Haikal, saya sudah lama meninggalkan analisa fundamental. Jadi, saya tidak pernah lagi
mempermasalahkan EBITDA, EBIT, ataupun Ebiet G Ade.

Pos di atas adalah untuk menerangkan analisa fundamental yang sangat dasar yang tidak bisa saya lupakan.

Mungkin ada pembaca lain yang mau menyumbang komentar tentang EBIT dan EBITDA?

4.

Willy20 Oktober 2013 17.56

Halo kawan Haikal,

wah saya jadi penasaran dengan quote dari Pak Buffet yang satu ini. Ada linknya tidak? Biar saya bisa baca
sebagai referensi juga?

BTW, analisis fundamental sebenarnya tidak jauh beda dengan analisis teknikal. Semakin sederhana analisis
yang kita lakukan, justru semakin akurat kemampuan kita dalam menganalisis layak tidaknya melakukan
investasi pada suatu perusahaan! Kalau pada analisis teknikal kita harus berusaha agar chart kita sebersih
mungkin dari indikator aneh-aneh agar tidak terjerumus ketika membaca Price Action, maka pada analisis
fundamental kita harus berusaha agar istilah keuangan yang kita pakai sesederhana mungkin agar tidak
terjerumus ketika membaca laporan keuangan suatu perusahaan!

Kebanyakan istilah aneh-aneh dalam analisis fundamental itu memang kenyataannya lebih mengarah
kepada trik Akuntansi belaka supaya perusahaan terdengar lebih 'sehat' daripada kondisi sebenarnya. Jadi
bisa saja investor kelas kakap macam WR. Buffet menganggap EBITDA hanyalah fakta omong kosong.

PS: Kalau setahu saya, yang Buffet jelas-jelas menganggap fakta omong kosong adalah hipotesis akademis
bahwa pasar itu efisien. Buffet benar-benar marah ketika membaca argumen itu, karena kalau pasar benar-
benar efisien, berarti analisis teknikal dan fundamental tidak bisa dipakai untuk bermain saham dan
seharusnya sudah lama beliau jatuh miskin dan menjadi gelandangan belaka! Penolakan Buffet akan
hipotesis pasar yang efisien bisa dibaca di bagian Appendix dari buku 'the Intelligent Investor' karya
Benjamin Graham.

5.

Haikal Maulana22 Oktober 2013 17.40

Thx bwt master2, ya sy jg mikir gitu ; biar seolah2 margin perusahaan terlihat besar, seolah2 lap keuangan
menggoda para investor. Sy lagi cari metode buat FA biar efisien, soalnya variabel2 lap keuangan bejibun,
mana istilahnya aneh2. jadi kesimpulannya di abaikan aja ne????

Bwt master iyan, m sorry heheh maklum sy penasaran bgt, masih newbie =)

link.....
http://en.wikipedia.org/wiki/Earnings_before_interest,_taxes,_depreciation_and_amortization

Warren Buffett famously asked: "Does management think the tooth fairy pays for capital expenditures?"

(Btw WB punya sense of humor jg)... hehehheee

6.

Willy23 Oktober 2013 13.45

Sama seperti analisis teknikal, ada banyak sekali variasi analisis fundamental yang mungkin. Pilih saja yang
kawan Haikal suka mau melihat laporan keuangan dari segi mana, yang penting masuk akal dan tidak
kelewat 'maksa'. Jangan sampai terjebak seperti banyak analis teknikal, saking banyaknya indikator dipasang
di chart, akhirnya bingung sendiri bagaimana mengikuti sinyalnya. Atau dalam analisis fundamental, saking
banyaknya istilah keuangan dimasukkan (padahal mengerti juga biasanya kagak), akhirnya bingung sendiri
bagaimana membaca laporan keuangannya.

Jika anda ingin belajar Analisa Teknikal


Prinsip Mendasar Analisa Teknikal (Technical Analysis) Bagian I
[Pos ini ©2011 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

"Analisa Teknikal?Apa itu?" gumam anda dalam hati. "Kok investasi saham pake analisa teknik. Emangnya saham punya
mesin?"

Nah, untuk menghindari salah pengertian, sebelum kita diskusi tentang prinsip yang mendasari analisa teknikal (technical
analysis), saya jelaskan dulu apa sebenarnya Analisa Teknikal ini.

Analisa Teknikal (Technical Analysis atau disingkat TA) adalah bidang yang memperhatikan gejolak harga (dan volume) saham
dengan tujuan memprediksi harga saham di masa datang. Analisa teknikal biasanya dilakukan dengan menggunakan “chart”
atau grafik.

Ada pemain saham yang menganggap Analisa Teknikal hanyalah chart/grafik harga. Tidak begitu. Semua metode analisa
yang menggunakan harga (dan/atau volume) termasuk dalam Technical Analysis ini, terlepas apakah metode itu dijabarkan
dalam grafik atau tidak.

Saat ini Technical Analysis sudah diterima sebagian pemain saham sebagai alat yang berguna. Tapi tetap saja masih ada yang
menganggap bahwa Technical Analysis tidak bermanfaat sama sekali.
“Analisa Teknikal itu omong kosong,” begitu kata mereka. “Saya hanya percaya pada analisa fundamental.”

Pendapat mereka sah-sah saja. Tapi terlepas dari apakah analisa teknikal berguna atau tidak, tidak ada salahnya anda
mencoba dan menentukan pendapat anda sendiri.

Sebelum anda mendalami Technical Analysis lebih lanjut, anda sebaiknya terlebih dahulu tahu prinsip-prinsip dasar berikut:

 Tidak ada satu pun analisa teknikal yang bisa memprediksi semuanya, yang “works all the time.”

 Analisa Teknikal terbagi menjadi dua metode utama: trend-following dan oscillator.

 Sebelum anda percaya analisa teknikal anda harus terlebih dulu percaya dalil momentum.

 Prediksi yang diberikan analisa teknikal bersifat TIDAK absolut.

 Analisa Teknikal digunakan karena sifatnya yang konsisten dan tanpa prasangka (unbiased).

Mari kita telaah lebih dalam prinsip-prinsip tersebut.

Prinsip Pertama: Tidak ada satu pun analisa teknikal yang bisa memprediksi semuanya.

Kalau anda mendalami TA, anda akan menemukan berbagai rupa metode, dari yang sederhana sampai yang rumit. Tampilan
harga saham bisa dilakukan dengan bar, candlestick, point-and-figure dan lain-lain. Metode perhitungan juga ada puluhan
bahkan ratusan, di antaranya: Average True Range, Bollinger Bands, Chaikin Money Flow, Moving Average Convergence
Divergence (MACD), Moving Average, On Balance Volume, Parabolic SAR, Price Channel, Relative Strenth Index, Stochastic,
Williams’ %R.

Yang harus anda camkan: Dari semua metode ini, tidak ada satupun yang bisa melakukan semua hal, tidak ada satupun yang
“works all the time.” Artinya, setiap metode punya kelebihan tapi juga ada kelemahannya.

Contohnya begini: Bollinger Bands bisa berfungsi dengan baik ketika volatilitas relatif stabil tapi tidak efektif ketika volatilitas
berubah menjadi tinggi. Atau, Moving Average mungkin berfungsi baik ketika saham bergerak dalam trend, tapi tidak banyak
gunanya ketika harga bergerak dalam kisaran (sideways).

Jadi kalau ada orang yang mengklaim bahwa analisa teknikal ciptaannya bisa memprediksi pergerakan semua saham dalam
segala kondisi, wah, sebaiknya anda berhati-hati. Ini sama saja dengan tukang obat yang mengklaim bahwa obatnya bisa
menyembuhkan semua penyakit: darah tinggi, darah rendah, kencing manis, serangan jantung, stroke, gagal ginjal, kanker,
sampai impotensi, mandul, penyakit kulit, penyakit kelamin dan lain sebagainya.

Mungkinkah?

Kemungkinan selalu ada, tapi sangat kecil. Beranikah anda mempertaruhkan kesehatan dan nyawa anda hanya dengan obat
ini? Saya rasa tidak. Jadi sebaiknya juga anda tidak mempertaruhkan seluruh uang investasi anda pada satu analisa teknikal.

Prinsip Kedua: Analisa Teknikal terbagi menjadi dua cabang utama, trend-following dan oscillator.

Prinsip kedua ini adalah kelanjutan dari prinsip pertama. Ada baiknya kita lihat dulu perbedaan trend-following dengan
oscillator.

Indikator trend-following berfungsi memprediksi apakah saham yang sedang bergerak naik (uptrend) atau turun
(downtrend) cenderung akan melanjutkan aksinya atau cenderung berbalik arah. Sedangkan indikator oscillator berfungsi
memprediksi suatu saham yang bergerak dalam kisaran apakah sudah jenuh jual atau jenuh beli.

Indikator trend-following tidak bekerja efektif pada saham yang bergerak dalam kisaran (sideway). Demikian pula, indikator
oscillator tidak berfungsi maksimal pada saham yang sedang bergerak naik atau turun drastis.
Kalau saja pergerakan harga saham selalu sama (yang naik, naik terus; yang sideway, sideway terus; yang turun, turun terus)
tentu tidak ada masalah karena indikator yang sudah berfungsi baik akan tetap berfungsi.

Tapi masalahnya saham tidak terpaku pada pergerakan yang sama: yang sudah naik berkemungkinan berubah menjadi
bergerak sideway. Atau juga saham yang sudah lama bergerak sideway, tiba-tiba keluar dari kisarannya dan memulai trend
turun. Ketika perubahan ini terjadi, analisa teknikal yang berfungsi efektif sebelumnya akan menjadi tidak efektif dan
memberi sinyal yang tidak tepat.

Guru Yosen memberitahu Chin Mi, si Kung Fu Boy, bahwa taktik harus disesuaikan dengan keadaan

Maka dari itu, anda harus membedakan dulu analisa teknikal yang anda gunakan, apakah ia adalah trend-following (misalnya
moving average, MACD) atau oscillator (Relative Strength Index, Stochastic).

Menggunakan indikator trend-following pada saham yang bergerak dalam kisaran sempit akan menuai kerugian. Demikian
pula sebaliknya, menggunakan indikator oscillator pada saham yang sedang trend naik akan membuat kita menjual terlalu
awal.

Lanjut baca ke Prinsip ketiga klik di sini: Prinsip Mendasar Analisa Teknikal (Technical Analysis) Bagian II

7 komentar:

1.

hedra30 Juni 2012 20.35


masukan yang sangat menarik sekali untuk seorang pemula seperti saya yang sedang menabung demi kehidupan
yang lebih baik lagi kedepannya.

berdasarkan cerita dari bapak, seperti jatuh banggun bukanlah masalah untuk anda, sehancur apapun dan serugi
apapun bapak, bapak tetap berjuang dan meyuakin bahwa bapak melangkah di jalan yg benar,,sungguh membuat
saya terharu.... :D semoga bapak terus menceritakan stategy" baru dalam bermain saham...

salam hormat saya kepada trader profesional,


hendra

Balas

Balasan

1.

Iyan2 Juli 2012 09.04

Mas Hedra, terima kasih untuk komentarnya yang sangat positif.

Saya memang terus berjuang untuk belajar main saham. Tapi tidak berarti saya tidak pernah meragukan
pilihan ini. Beberapa kali saya hampir menyerah karena rugi begitu banyak yang membuat saya dihimpit
stress begitu berat. Tapi akhirnya saya tetap main saham lagi. Mungkin saya ini seorang masochist yang suka
menyiksa batin sendiri. :-D

Balas

2.

marden27 Mei 2013 12.52

Selamat siang Pak Iyan,


Saya mau bertanya, mohon pencerahannya.

Sy dulu pernah ikut trading saham sekitar 3 tahun dan hasilnya rugi. Akhirnya berhenti sekitar 3 tahun dan sekarang
ini mau mulai kembali aktifitas trading dgn harapan saya bisa tinggalkan pekerjaan saya sekarang ini dan fulltime di
trading.

Sebelum mulai lagi sy pikir sy harus benar2 prepare secara jauh lebih baik daripada waktu lalu.

Dari beberapa buku yg saya baca, termasuk dari blog Bapak, saya dapatkan adalah waktu terbaik membeli ada saat
trend harga saham sedang naik dan break out resistance (cmiiw).

Namun dari pengamatan saya, dari saham2 yang breakout resistent, kebanyakan keesokan harinya atau 2-3 hari
sesudahnya akan turun kembali walaupun tidak menyentuh support barunya. Misalnya saham ABCD resistant di
2000, tanggal 1 break resistant dan naik jadi 2200, tapi keesokan harinya baik open atau closing di 2100, dan tanggal
3 closing di 2000. Tanggal 4 kembali mantul setelah kena di supportnya dst dst..

Karena saya mengkategorikan diri saya di swing trader, dan tidak setiap waktu di depan monitor, biasanya baru
ketauan ada saham breakout pada malam harinya. Artinya saya harus take action keesokan harinya, cmiiw.

Yang jadi pertanyaan saya, kapan waktu yang tepat kita masuk saat saham breakout?
1. Apakah sebaiknya kita masuk pada tanggal 1 sore2nya (kl kebetulan saya didepan monitor)?
2. Atau beli di tanggal 2 dengan harga 2100 dengan resiko deg2an di tanggal 3 nya?
3. Atau kita tunggu harga di support barunya yaitu 2000 baru kita masuk?
4. Atau beli saja dengan harga berapapun, pasang stop los 10% dibawah 2000 kemudian tutup monitor dan tunggu
naik?

Mohon pencerahan ya Pak Iyan. Dan terima kasih banyak.

Salam,
Marden

Balas

Balasan

1.

Iyan28 Mei 2013 09.59

Tidak ada SATU-SATUNYA cara tepat untuk membeli saham breakout.

Kalau menurut pengamatan Marden saham breakout kebanyakan turun lagi beberapa hari kemudian, itu
artinya lebih baik beli setelah turun lagi.

Tapi bagaimana dengan breakout yang baru turun setelah naik kencang (misalnya 50%)?

Ingat: Technical Analysis, seperti analisis-analisis lainnya, ujung2nya NEBAK.

Apakah anda sudah baca pos "Cara Membeli Saham Untuk Pemula"?

http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2012/01/cara-membeli-saham-untuk-pemula-bagian.html

Sudah saya tulis di pos tersebut untuk membeli saham dalam 2 tahap. Beli dulu setengah; kalau turun beli
lagi.

Menjawab pertanyaan anda satu-per-satu:

1. Kalau anda bisa beli saham KETIKA ia breakout, BELI. Ini dengan asumsi saham tersebut BENAR-BENAR
breakout. Artinya: ada saham yang break resistance satu dua poin tapi lantas langsung melorot turun.

Jangan lupa untuk siap-siap cut-loss kalau saham turun beberapa poin di bawah titik breakout ini yang sudah
berubah menjadi Support.

Ingat: Resistance yang ditembus, langsung berubah menjadi titik Support baru. [Saya akan membahas hal ini
di pos tersendiri.]

2. Kalau hari berikutnya turun dan kemarin belum sempet beli, anjuran saya: BELI. Kalau turun lagi, beli lagi.

3. Boleh saja menunggu beli (bid) di harga support. Tapi bagaimana kalau saham turun TIDAK SAMPAI ke
harga support (menurut contoh anda di Rp 2000), misalkan cuma turun ke 2025, lalu langsung naik lagi ke
2600?

Apakah berusaha menghemat Rp 25 (bid di 2000, tapi tidak dapat) adalah keputusan tepat? Kalau anda beli
di 2025, lalu saham naik ke 2600, anda untung 575.

Kalau anda antri beli di 2000 tapi tidak mendapatkan saham tsb, anda cuma gigit jari sampai berdarah-darah
ketika anda melihat saham A tersebut naik ke 2200, 2300, 2500, 2600.

4. Beli di harga berapapun lalu pasang stop loss 10% di bawah 2000?
Ingat: saham BREAKOUT berarti sinyal BUY menyala. Artinya anda harus buy, harus beli. Nah, beli di harga
berapa menjadi masalahnya.

Artinya, LEBIH BAIK anda beli di harga berapapun lalu pasang stop-loss DARIPADA tidak beli sama sekali.

Kalau ragu, beli setengah dulu. Kalau yakin, langsung beli penuh.

Semoga membantu.

2.

marden28 Mei 2013 10.43

Selamat siang Pak Iyan.


Terima kasih banyak untuk jawaban dan responsenya.

Menyambung jawaban Bapak yang no. 1, bagaimana kita membedakan saham yang BENAR-BENAR break out
dengan yang false breakout?

Salam,
Marden

3.

Iyan28 Mei 2013 10.51

Untuk menjawab pertanyaan ini, perlu pemahaman menyeluruh tentang Support dan Resistance. Saya akan
coba tulis di pos tersendiri tentang hal ini. Mohon bersabar.

4.

marden29 Mei 2013 11.37

Siap Pak Iyan.. Sabar menanti.. :)


Terima kasih banyak..

Salam,
Marden

Prinsip Mendasar Analisa Teknikal (Technical Analysis) Bagian II


[Pos ini ©2011 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Pos ini adalah lanjutan dari "Prinsip Mendasar Analisa Teknikal (Technical Analysis) Bagian I."

Prinsip ketiga: Sebelum anda percaya pada analisa teknikal, anda harus terlebih dulu percaya pada dalil momentum.

Dalil momentum mengatakan bahwa sesuatu yang bergerak maju akan cenderung tetap bergerak maju; yang bergerak
turun, cenderung tetap turun; yang tidak bergerak, cenderung tetap tidak bergerak.

Kalau anda ingin membuktikan dalil ini, coba anda mendorong mainan mobil-mobilan. Mobil itu akan meluncur, lalu
kecepatannya melambat sebelum berhenti. Mobil tersebut tidak berhenti mendadak, apalagi langsung berubah dari maju
menjadi mundur. Coba anda pikirkan, adakah benda yang sedang bergerak maju cepat lalu tiba-tiba berbalik arah tanpa
terlebih dahulu memperlambat majunya?

Dalil momentum yang merupakan hukum fisika juga berlaku dalam pergerakan harga saham. Saham yang sedang dalam
trend naik biasanya tidak langsung anjlok lagi ke harga semula. (Kalau saham mencoba naik tapi langsung turun ke harga
semula, ini berarti saham tersebut belum bermomentum naik.) Saham yang sedang dalam trend turun tidak langsung
berubah arah dan naik dengan kencang. Saham yang bergerak sideway kemungkinan akan tetap sideway sampai ada aksi
beli atau jual signifikan yang meretas gerakan sideway ini. (Kalau anda tidak tahu arti istilah trend dan sideway, silahkan baca
pos "Arti Istilah Saham Trending Trendless.")

Kalau anda masih kurang yakin dengan dalil momentum ini, saya sarankan anda memperhatikan gerak harga beberapa
saham selama beberapa bulan. Coba anda lihat sendiri apakah benar saham yang sedang turun lebih cenderung turun,
saham yang sedang naik lebih cenderung naik, saham yang bergerak sideway lebih cenderung sideway.

Kalau setelah beberapa bulan menelaah gerakan harga saham anda masih tidak percaya dalil momentum, artinya anda tidak
akan percaya pada analisa teknikal apapun dan sebaiknya anda menghindari menggunakan analisa ini.

Prinsip Keempat: Prediksi dari analisa teknikal bersifat TIDAK absolut.

Tidak absolut? Kok begitu?

Artinya, hanya karena analisa teknikal memberi sinyal bahwa saham akan naik, tidak berarti saham tersebut harus naik.
Analisa teknikal (seperti juga analisa fundamental dan analisa-analisa lainnya) bersifat prediksi atau, dengan kata lain yang
lebih gamblang, nebak. Intinya, ketika kita menebak, tebakan kita bisa salah.

Karena kemungkinan salah ini, anda harus selalu siap untuk cut-loss, apapun metode Technical Analysis yang anda gunakan.

Misalkan saja metode analisa teknikal yang anda pakai menyatakan bahwa saham ELTY akan naik. Tapi setelah anda beli,
kenyataanya ELTY malah turun. Perbedaan sinyal dengan kenyataan ini berarti ada yang salah. Kesalahan ini bisa saja karena
analisa teknikal yang anda gunakan tidak berfungsi baik pada situasi tersebut atau bisa juga karena anda salah
menginterpretasi sinyal tersebut.

Apapun sebabnya, kenyataan yang bertolak belakang dengan harapan/prediksi mengharuskan anda untuk mengambil sikap:
menyalahkan analisa teknikal atau menyalahkan pasar. Karena pasar tidak pernah salah, berarti yang salah adalah metode
analisa yang anda gunakan. Kesimpulannya: kalau salah, anda harus cut-loss. Jangan berargumentasi dengan pasar. Untuk
lebih tahu tentang cara cut-loss/stop-loss, silahkan baca pos “Cara Cut-Loss Untuk Stop Kerugian Saham.”

Mungkin anda protes, “Kalau analisa teknikal tidak menghasilkan prediksi yang absolut, ngapain gue pake?”

Jawaban ini akan anda temukan pada prinsip kelima.

Prinsip Kelima: Analisa Teknikal digunakan karena bersifat konsisten dan unbiased (tidak memihak).

Memang analisa teknikal sering menelurkan prediksi salah. Tapi pemain saham tetap memakai analisa teknikal karena
sifatnya yang konsisten dan unbiased. Apa maksudnya?

Salah satu sebab utama pemain saham rugi adalah karena ia tidak konsisten ketika mengambil keputusan beli atau jual. Ia
memutuskan membeli dan menjual hanya berdasarkan “feeling,” cara yang saya namakan metode “semau udel.”

“Feeling gua saham BBRI mau naik nih. Jadi gua beli lah,” begitu kira-kira argumentasi yang diberikan. Tidak ada penjelasan
lebih lanjut, tidak ada sebab-akibat, tidak ada perhitungan matematis, tidak ada analisa spesifik.

Masalahnya, “feeling” tidak bisa diukur dan tidak bisa dikalkulasi dengan jelas. Lagipula “feeling” anda tergantung apakah
anda senang, sedih, siaga, ngantuk, lapar, kenyang, jatuh cinta, patah hati. Karena sifat “feeling” yang tidak konsisten ini,
anda bisa melakukan kesalahan terus-menerus karena anda tidak menggunakan patokan jelas untuk memutuskan beli atau
jual saham.
Berbeda dengan analisa teknikal.

Analisa teknikal dikalkulasi dengan menggunakan data otentik harga (dan volume) saham. Harga dan volume ini adalah fakta,
tetap sama, dan tidak tergantung kondisi anda. Juga tidak tergantung hari yang cerah, mendung, panas, dingin, hujan.
Perhitungan matematis analisa teknikal bersifat konsisten dan tidak memihak, sifat yang sangat penting ketika anda
berhadapan dengan pasar dan diri anda yang kondisinya berubah-rubah.

Demikian prinsip-prinsip dasar analisa teknikal. Cerna dan cermati. Hanya setelah anda setuju dengan prinsip-prinsip ini,
barulah anda siap mempelajari analisa teknikal secara mendalam.

Silahkan lanjut baca ke pos "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula."

3 komentar:

1.

Tika Sie27 Februari 2012 14.59

Pak Iyan, saya ada pertanyaan lagi,


sebagai pemula, untuk mempelajari analisa teknikal tentunya cukup sulit bukan, sejauh ini yg saya paham hanya
moving average saja, sedangkan yg lain2 saya belum paham.
kalau begini bagaimana saya bisa menentukan saham apa dan di harga berapa saya harus beli?
nah, sebagai pemula apakah lebih aman apabila mengukuti saran dari miss: broker atau semacamnya, biasanya
mereka mengirimkan daftar2 saham yang layak dibeli hari itu beserta target dan titik cut loss.
akan tetapi tentunya kita tidak bisa percaya begitu saja bukan?
kalau begitu bagaimana cara menentukan saran mana yang dapat kita ambil sebagai acuan dalam membeli saham?
bagaimana menurut pak Iyan?

Balas

Balasan

1.

Iyan27 Februari 2012 16.40

Tika, analisa teknikal ada yang rumit dan ada juga yang sederhana. Moving Average termasuk yang
sederhana tapi juga termasuk yang reliable.

Seperti yang saya sarankan di pos "Cara Membeli Saham Untuk Pemula Bagian I," sebaiknya Tika memilih
beberapa saham yang menarik perhatian Tika. Lalu, kalau Tika memang lebih memilih memakai Analisa
Teknikal, ikuti pergerakan saham-saham tersebut dengan Moving Average (MA) yang sudah Tika pahami.
Coba cari kondisi MA yang kelihatannya menghasilkan untung.

Menganalisa saham dengan cara apapun memang tidak mudah. Tapi menganalisa sendiri suatu saham jauh
lebih baik daripada menelan bulat-bulat rekomendasi orang lain (yang seperti kata Tika, tidak boleh
dipercaya begitu saja). Memang, Tika akan membuat banyak kesalahan. Belajarlah dari kesalahan ini.
Lambat-laun Tika akan bisa membuat keputusan yang menguntungkan.

Kalau memang Tika merasa terlalu sulit untuk menganalisa sendiri, silahkan ikuti rekomendasi dari broker.
Jangan langsung membeli saham yang direkomendasi. Telaah bagaimana hasil rekomendasi tersebut,
apakah banyak yang benar. Kalau memang banyak yang benar, cobalah beli. Apakah menguntungkan? Kalau
iya, lanjutkan. Kalau tidak, cari rekomendasi pihak lain.
Belajar main saham harus melalui proses trial-and-error. Tak bisa dielakkan akan banyak error pada awalnya.

Semoga membantu

Saham Naik ke Harga Tertinggi, Saatnya Jual?


[Pos ini ©2010 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Sejak Juli 2010, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) terus-menerus naik mengukir rekor
tertinggi baru. Karena kenaikan ini beberapa pengamat saham menganjurkan investor untuk ambil untung. Benarkah anjuran
ini?

Ada baiknya saya ilustrasikan dengan contoh. Misal saja petinju Ali Otot baru mengukir rekor baru menang 30 kali
pertandingan dengan 20 kali memukul KO lawannya, tanpa pernah kalah, tanpa pernah seri.

Pada pertandingan ke 31, Ali Otot akan bertarung melawan Bima Prima. Apabila anda diminta memilih siapa yang akan
menang, apakah anda serta-merta menjagokan Bima Prima karena Ali Otot sudah berkali-kali mengukir rekor baru? "Ah, Ali
Otot baru mengukir rekor baru, jadi tidak mungkin ia kembali membuat rekor baru. Jadi lebih baik saya menjagokan
lawannya," begitu kira-kira logikanya.

"Hanya orang tolol saja yang memakai logika itu," maki anda. "Karena Ali Otot baru saja membuat rekor baru, seyogyanya
kita menjagokan dia untuk memenangkan pertandingan berikutnya. Bukannya malah menganggap dia akan gagal."

Tepat sekali!

Demikian pula seharusnya logika dalam dunia saham. Karena IHSG mengukir rekor tertinggi baru, jauh lebih mungkin IHSG
naik lagi daripada langsung terpuruk.

Tapi, tanya anda, dengan kenaikan tersebut, bukankah saham-saham tersebut sudah mahal?

Terus terang saya tidak tahu apakah saham-saham BEI sudah mahal. Yang saya tahu adalah kenyataan bahwa IHSG
menembus rekor karena banyak saham-saham komponen indeks yang membuat rekor tertinggi sepanjang masa (all-time
high) baru.

Mengapa saham mencapai rekor tertinggi baru?

Untuk memahami hal ini kita perlu menilik hukum ekonomi supply-and-demand, pasokan-dan-permintaan. Hukum ini
menyatakan bahwa kala pasokan banyak dan permintaan sedikit, harga turun. Tapi kala pasokan sedikit dan permintaan
banyak, harga naik.

Mari kita jabarkan proses kenaikan harga tersebut.

(Untuk memudahkan diskusi, mari kita anggap total pasokan saham adalah tetap. Sebenarnya pasokan saham bisa
bertambah kalau perusahaan melakukan aksi korporasi right-issue, dan bisa juga berkurang kalau perusahaan melakukan
buy-back).

Saham naik karena ada aksi beli. Bila aksi beli itu dilakukan pihak dengan strategi beli-dan-pegang, pasokan saham di pasar
akan berkurang karena saham yang mereka beli tidak mereka jual dalam waktu dekat. Kala pasokan berkurang tapi pihak
tadi tetap terus membeli, saham akan naik dan terus naik hingga mencapai rekor tertinggi terbaru.

Bisa kita simpulkan bahwa saham mencapai rekor tertinggi baru kalau ada pihak-pihak yang terus-menerus membeli dan
memegang saham tersebut.
Siapakah mereka dan mengapa mereka terus membeli?

Dorongan beli besar—yang mengakibatkan saham naik tajam—biasanya datang dari fund manager (manajer investasi)
bermodal besar yang sanggup memegang saham untuk jangka waktu lama. Selain bermodal besar, mereka juga didukung
analis berpengalaman. Mereka membeli saham kalau analisa mereka menyatakan saham akan naik lebih tinggi di masa
datang.

Mungkinkah fund manager tersebut salah?

Mungkin saja. Tapi sangatlah tidak bijaksana kalau kita bertaruh melawan mereka. Mereka bermodal lebih besar dari kita,
lebih sabar dari kita, lebih berpengalaman dari kita. Lebih tepat kalau kita mengikuti jejak mereka.

Saran saya: bila saham anda baru saja mencetak rekor harga tertinggi baru, jangan langsung dijual. Kemungkinan saham itu
akan naik lebih tinggi lagi sebelum pada akhirnya ia turun. Jual saham itu bila ia turun mencapai titik jual yang sudah anda
tentukan, bukannya ketika ia menembus rekor harga tertinggi.

N.B. (24 Mei 2013):

Saya menulis pos ini di bulan Oktober 2010. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia pada tanggal 22
Oktober 2010 ditutup di angka 3598. Bandingkan dengan IHSG pada 30 Juli 2010 yang tutup di angka 3069. Dalam tiga
bulan, IHSG sudah naik 17%, masa sih masi naik terus? pikir anda.

Coba bandingkan lebih lanjut dengan IHSG di bulan Mei 2013, kira-kira tiga tahun kemudian. Apakah turun seperti ramalan
para pengamat saham profesional?

TIDAK.

IHSG di bulan Mei 2013 bertengger di angka 5000-an.

Ini adalah contoh satu lagi untuk tidak serta-merta percaya pada analis saham, sekalipun yang profesional.

Saham yang Layak Dibeli Menurut Analisa Teknikal


[Pos ini ©2012 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Ketika anda "shopping" apa yang anda cari? Anda mencari "good deal"; anda mencari diskon; anda mencari produk yang
sedang promosi beli satu gratis satu. Intinya, ketika berbelanja anda berusaha mencari produk yang harganya lebih murah
dari biasanya. Makin murah makin baik.

Tidak heran kalau mayoritas pemain saham melakukan hal yang sama ketika membeli saham: mereka mencari saham yang
"murah," saham yang memberi diskon dari harga normal. Dengan kata lain, mereka hanya tertarik membeli saham yang
harganya turun. Makin dalam turunnya, makin murah. Makin murah, makin menarik untuk dibeli.

Tapi membeli saham yang murah, yang anjlok dalam, bertolak belakang dengan Prinsip Ketiga analisa teknikal yang bunyinya
"Sebelum anda percaya analisa teknikal, anda harus terlebih dulu percaya pada dalil momentum." [Untuk jelasnya, silahkan
baca pos "Prinsip Mendasar Analisa Teknikal (Technical Analysis) Bagian I & II".]

Mengapa?

Dalil momentum menyatakan bahwa apa yang sedang turun cenderung melanjutkan momentum turunnya; apa yang sudah
murah biasanya menjadi lebih murah lagi.
Coba anda cerna. Satu-satunya tujuan anda membeli saham adalah untuk mendapat untung. Artinya anda berharap untuk
menjual saham tersebut di harga lebih tinggi. Tapi menurut dalil momentum, saham yang sudah "murah" cenderung akan
tambah "murah." Kalau yang murah bertambah murah, harapan menuai untung dari membeli saham "murah" biasanya
malah berakhir buntung.

Kalau saham yang sudah "murah" jangan dibeli, saham bagaimana yang layak dibeli?

Menurut analisa teknikal, saham yang layak dibeli adalah saham yang harganya sedang NAIK.

"Nah lho? Gak salah tuh?" sergah anda.

Sama sekali tidak salah. Saya ulangi sekali lagi:

Menurut analisa teknikal, saham yang layak dibeli adalah saham yang harganya sedang NAIK.

Apakah ini berarti anda akan untung setiap kali membeli saham yang sedang naik?

Tidak semudah itu. Teorinya sederhana. Prakteknya rumit.

Perlu anda ingat bahwa saham bergerak naik-turun. Selalu. Tidak ada saham yang naik terus tanpa turun. Tidak ada juga
saham yang turun terus tanpa naik.

Sering terjadi setelah anda membeli saham yang sedang naik, saham tersebut berbalik arah turun. Tidakkah hal ini
menganulir teori untuk membeli saham yang sedang naik?

Sama sekali tidak.

Dalil momentum tidak menyatakan bahwa saham yang naik akan terus naik tanpa turun. Dalil momentum menyatakan
bahwa saham yang sedang naik CENDERUNG akan tetap naik. (Mau tahu definisi saham yang sedang cenderung naik?
Silahkan baca pos "Definisi Uptrend, Downtrend, Sideway.")

Praktek yang sulit adalah menentukan saham mana yang CENDERUNG naik. Itulah sebabnya berbagai ragam analisa teknikal
diciptakan untuk menjawab pertanyaan ini. Tapi intinya tetap satu: Analisa Teknikal merekomendasi beli saham yang sedang
naik. Bukan saham yang "murah."

Memang, membeli saham yang naik, apalagi yang sudah naik tinggi, sangat bertentangan dengan sifat manusia yang ingin
mendapat diskon. Saya sendiripun pada awalnya tidak percaya. Tapi dari pengalaman main saham belasan tahun, saya lebih
sering mendapat laba dari saham yang sedang naik, bukan dari saham yang sudah "murah."

Apakah ini berarti saham "murah" tidak layak dibeli?

Tidak begitu. Memang, analisa teknikal tidak memasukkan saham "murah" dalam daftar layak beli, tapi ada analisa cara lain
yang tujuannya mencari saham "murah." Silahkan baca pos "Saham yang Layak Dibeli Menurut Analisa Fundamental."
[belum dipublikasikan; silahkan berkunjung lagi di kemudian hari.]

23 komentar:

1.

DoniLaksmana22 Juni 2012 15.58

Mas Iyan, saya nubie banget dalam bermain saham. Blog ini berguna sekali bagi saya. Apakah mas Iyan juga
membuat buku tentang "Belajar Main Saham" ? Kalo iya, dimana saya bisa mendapatkannya ?. Terima kasih atas
sharing ilmunya. Sangat bermanfaat. Sukses selalu. GBU.

Balas
Balasan

1.

Iyan22 Juni 2012 16.07

Mas Doni, terima kasih untuk komentarnya.

Sampai saat ini saya belum "berhasil" menulis buku tentang belajar main saham. Ada niat, tapi belum ada
usaha keras untuk memulai menulis buku tersebut. Jadi tulisan saya cuma dipublikasikan di blog ini.

Kalau ada pertanyaan, silahkan meninggalkan pesan di blog ini. Terima kasih dan GBU juga.

2.

RizQi Blog's11 Oktober 2012 10.52

saya juga berterima kasih atas saran yag ada Mas Iyan, saya masih blajar...
moohon d isi lbih bnyak informasi...! :D

Balas

2.

Akatsuki1 Oktober 2012 14.48

thks bngt mas iyan yg udh mau berbagi ilmu,sangat bermanfaat tuk newbie seperti saya.

Balas

3.

ali priyanto10 Oktober 2012 10.07

salam pak iyan,


pak iyan perkenankan saya bertanya dan meminta saran,,kan kita beli pada saat tren naik,,
1.trus cara kita mengetahui kalo itu belum ato sudah overbought bagaimana,,?
2.semisal menurut analisa teknikal yg kita gunakan itu signal beli,,dari analisa itu kita yakin kalo saham ini bakal naik,
tapi kondisi pasar asing, regional, mengalami tekanan (bearish,CMIIW), itu menurut bapak iyan bagaimana ya,,
mohon pencerahannya
terima kasih

Balas

Balasan

1.

Iyan10 Oktober 2012 10.56


1. Tidak ada cara yang 100% efektif untuk tahu apakah suatu saham sudah overbought atau belum. Banyak
analisa teknikal (oscillators) yang BISA membantu, tapi tetap saja tidak selalu benar. Ujung-ujungnya kita
harus NEBAK.

2. Kalau signal buy, berarti anda harus buy. Tidak harus langsung beli semua; beli setengah dulu. Kondisi
market regional yang turun malah memungkinkan anda membeli di harga lebih murah.

Balas

4.

Berfy Supriadi5 Desember 2012 02.42

salam kenal Bpk iyan.


setelah saya baca artikel bpk saya mulai mencobanya aka tetapi dalam prakteknya berbanding terbalik. misalnya
saat itu saya beli saham INCO yg sedang naik dngn offer price Rp.2150 tapi yang muncul di portfolio saya status
saham INCO dngn hrga Rp.2350. apa yang saya mesti lakukan???

Balas

Balasan

1.

Iyan5 Desember 2012 08.40

Berfy, saya tidak mengerti pertanyaan anda. Bisa diperjelas?

Kalau anda beli di 2150, lalu harga INCO di portofolio anda 2350, itu berarti anda untung Rp 200?

Balas

5.

airkid japananlor7 April 2013 19.55

Sukses selalu pk Iyan.

Balas

6.

tri suliani10 April 2013 14.07

pak iyan, saya mau tanya nih ya, saya msh nubie, saya sdh beli saham dan ingin jual karena harga semakin menurun,
tetapi harganya masih berada diatas harga beli namun hanya beda sedikit. Apa saya bisa rugi secara finansial saya,
sebab kan ada fee untuk sekuritas dan brokernya? sya tunggu jawabannya pak.

Balas

Balasan
1.

Iyan10 April 2013 14.22

Berapa besar fee jual-beli di broker anda?

Fee jual biasanya 0.25% + 0.10% PPh (total 0.35%). Kalau harga jual anda lebih tinggi daripada fee ini, anda
masih untung.

Balas

7.

Luthfiamer24 Mei 2013 16.14

pak iyan, saya mau minta saran nih.


kira" dimana aja ya yang menyediakan analisis saham yg online?
terimakasih sebelumnya :)

Balas

Balasan

1.

Iyan24 Mei 2013 16.19

Maaf, saya tidak tahu. Silahkan google.

Balas

8.

Bobby Hamasaki1 Juli 2013 23.06

Bang Iyan, Saya sedang mencari topik bahasan yg sesuai pertanyaan saya, sepertinya di posting ini, pertanyaan saya
cukup sesuai. Sebagai pemula yg baru 1-2 bulan mengamati bursa saham, saya rasa kita di Indonesia cukup
beruntung karena apapun yg trend yg sedang terjadi di Amerika, bursa regional Asia termasuk Indonesia nyaris selalu
mengikuti trend bursa Amerika.

Jadi jika saya berpatokan pada Dow, misalkan malam ini jam 9-10 malam saya melihat Dow hijau, bisa dipastikan
besok IHSG pun akan hijau. Memang IHSG ini hanya sekedar indeks, pergerakan setiap saham pastinya akan
berbeda. Tapi biasanya jika indeks hijau, mayoritas saham pun memang akan naik. Selama pengamatan saya yg baru
1-2 bulan seperti ini, tentu Dow ini contekan bagi kita utk membuat strategi perang besok paginya. Bagaimana
menurut Bang Iyan, apa Dow ini cukup handal utk dijadikan patokan?

Balas

Balasan
1.

Iyan2 Juli 2013 08.52

IHSG TIDAK SELALU harus berbanding lurus dengan Dow Jones Industrial Average (DJIA). DJIA bisa dijadikan
indikasi pergerakan IHSG untuk keesokan hari, tapi ini hanyalah indikasi.

Untuk lebih jelas, silahkan baca pos "Makna Dow Jones Bagi Pemain Saham Indonesia."

http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2011/06/makna-dow-jones-bagi-pemain-saham.html

Balas

9.

alexander siagian26 Oktober 2013 18.29

Maaf bang, saya lexi baru mau main saham...saya buta sama sekali saya takut rugi....saya mau tanya...saya 0
pengetahuan tentang saham tapi saya mau main....kalau saya beli...tiba tiba harganya turun....tapi kalau saya sabar
menunggu sampai naik setelah melebihi harga saya beli....baru saya jual....apakah untuk permulaan boleh hanya
mengandalkan kesabaran?

Balas

Balasan

1.

Iyan26 Oktober 2013 20.10

Bang Alexander, kalau anda mencoba dengan modal sekecil mungkin, silahkan anda coba apakah kesabaran
anda cukup tinggi. Tapi mohon jangan memakai modal besar. Saham yang turun, BELUM TENTU akan naik
lagi. Untuk saham seperti ini, seberapapun sabarnya anda, anda tetap rugi.

Modal utama main saham adalah pengetahuan (knowledge). Dan pengetahuan ini bisa berupa pengetahuan
fundamental, pengetahuan teknikal, ataupun pengetahuan lain yang relevan dengan saham.

Kalau menurut saya, kesabaran saja tidak cukup untuk sukses main saham. Kalau anda takut rugi, sebaiknya
anda pertimbangkan lagi niat anda main saham.

Balas

10.

albert sumendap27 Oktober 2013 15.22

makasih maju terus

Balas

11.
kuliah fisika30 Oktober 2013 13.01

Selamat siang bung iyan, sebelumnya saya ucapkan terimakasih untuk blog nya yang sangat bermanfaat.
selanjutnya ada beberapa pertanyaan yang mengganggu fikiran saya tentang analisa teknikal ini.
1. Bagaimana menentukan TF untuk menyimpulkan tren harga suatu saham.
ex. Saham SDRA, pada pertengahan agustus harganya 680, dan saat ini 850
jika kita hanya mengambil rentang waktu tersebut berarti trendnya sedang uptrend.
apakah saham model ini layak dibeli?
2. Berkaitan dengan volume, apakah nilai volume pada chart bisa menunjukan trend suatu saham?
karena untuk saham SDRA volume transaksinya dari pertengahan bulan ini sampai akhir bulan cenderung menurun,
apakah berarti saham SDRA ini sudah menuju ke downtrend?
terimakasih mas untuk jawabannya. salam hangat.

Balas

Balasan

1.

Iyan30 Oktober 2013 13.45

Apa yang anda maksud dengan TF? Mohon tidak memakai singkatan dalam bertanya.

1. Menentukan trend sangat dipengaruhi jangka waktu analisa. Dengan contoh SDRA yang anda kemukakan,
dari September sampai akhir Oktober 2013 memang sedang uptrend.

Memprediksi trend sudah sulit. Tapi yang lebih sulit lagi adalah menentukan apakah trend tersebut
CENDERUNG berlanjut.

2. Volume tidak bisa dijadikan acuan trend harga. Hanya, ketika trend harga naik, volume yang juga naik
adalah konfirmasi trend harga yang kuat. Kalau trend harga niak tapi volume menurun, trend harga naik
tersebut tidak begitu kuat.

2.

Willy30 Oktober 2013 13.52

Sepertinya maksud rekan kuliah fisika itu Timeframe. Istilah TF itu lebih sering dipakai di Forex. :D

Kalau mainnya Agustus sampai Oktober ya pakai TF yang Monthly atau Weekly sudah cukup jelas. Kalau
Daily terlalu panjang rentangnya untuk sampai 3 bulan.

Selanjutnya sudah cukup jelas jawaban dari rekan Iyan.

Balas

12.

kuliah fisika30 Oktober 2013 14.17

Terimakasih bung atas responya, TF = time frame pada chart analysis, yang saya pahami jika saya menggunakan TF
day maka satu candle stick mewakili informasi transaksi saham tersebut dalam satu hari. begitu juga untuk TF week
dan yang lainya mohon dikoreksi jika salah.
Melanjutkan pertanyaan diatas,
1. Jadi idealnya rentang waktu berapa lama yang bisa digunakan untuk mengambil kesimpulan kondisi trend suatu
harga saham?

selanjutnya,

2. indikator apa saja yang bisa kita jadikan acuan bahwa trend tersebut cenderung berlanjut sehingga kita bisa
mendapatkan momentum yang tepat dalam mengambil keputusan?
terimakasih bung untuk jawabanya, salam hangat.

Balas

Balasan

1.

Iyan30 Oktober 2013 14.33

Bung Willy, trims untuk penjelasannya, TF = Time Frame = bingkai waktu.

1. Time frame analisa trend yang anda pakai HARUS sesuai dengan time-frame trading/investasi anda. Kalau
anda main saham jangka panjang, pakailah bingkai waktu yang panjang. Kalau anda main saham jangka
pendek, pakai bingkai waktu yang pendek.

Pilihan bingkai waktu adalah KEWAJIBAN anda sendiri. Saya tidak bisa menentukan untuk anda.

2. Indikator Analisa Teknikal untuk trend cukup banyak. Coba anda mulai dengan mempelajari Trendline dan
Moving Average.

Saya berencana menulis tentang Trendline dan Moving Average dalam waktu dekat. Tapi kalau anda tidak
sabar menunggu, silahkan pelajari dari buku analisa teknikal.

Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 1


[Pos ini ©2013 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Anda sudah mulai bermain saham dan ingin belajar analisa teknikal.

Bagaimana memulainya?

Banyak pemain saham pemula yang langsung menyelami indikator analisa-analisa teknikal yang (relatif) rumit: Moving
Average, Bollinger Band, MACD, Stochastic, Elliot Wave Theory, Angka Fibonacci, dan sebagainya.

Cara ini tidak tepat karena hal ini sama saja dengan anda bersikeras mengemudikan pesawat terbang pada hari pertama
masuk sekolah pilot. Menurut anda kira-kira apa yang akan terjadi? (Saya sih tidak mau naik pesawat tersebut.)

Saran saya: Belajar analisa teknikal--seperti belajar ilmu apapun--harus dimulai dari dasar. Nah, apa sebenarnya dasar dari
analisa teknikal?

Dasar utama dari analisa teknikal adalah HARGA saham. Dan harga saham biasanya dibagi menjadi empat komponen:

A. OPEN (Buka)
B. HIGH (Tinggi)
C. LOW (Rendah)
D. CLOSE/LAST (Tutup)

(Kalau anda belum tahu arti Open, High, Low, Close, silahkan baca dulu pos "Empat Komponen Harga Saham Yang Perlu
Anda Ketahui.")

Jadi, kalau anda benar serius mau belajar analisa teknikal, langkah pertama adalah dengan mencermati harga Open, High,
Low, Close dari saham yang anda pantau. Setiap hari.

Mengapa harus setiap hari?

Karena harga Open, High, Low, Close pada satu hari TIDAK layak dijadikan indikasi untuk transaksi saham.

Mengapa begitu, tanya anda.

Mengacu pada ilmu statistik, satu data tidak sepatutnya digunakan untuk mengambil kesimpulan. Kita perlu data lebih dari
satu.

Berapa banyak, tanya anda lagi.

Makin banyak, makin baik.

Lah, kalau terlalu banyak, sanggah anda, saya jadi super bingung.

Bukan cuma anda yang bingung; saya juga. Memang sulit mencermati data dalam bentuk angka kalau datanya banyak. Maka
dari itu data harga saham berhari-hari tersebut--agar mudah dibaca--ditampilkan dalam bentuk grafik. Tampilan grafik harga
saham yang umum adalah Bar Chart dan Candlestick Chart.

Komponen Open, High, Low, Close Harga Saham Dalam Bar/Candlestick Chart

[Sumber: Technical Analysis of the Financial Market hal. 298]

Jadi, grafik saham yang biasa anda lihat adalah kumpulan harga Open, High, Low, Close berhari-hari dari saham tersebut.

Perhatikan:

1. High adalah selalu titik paling tinggi.


2. Low adalah selalu titik paling rendah.
3. Kalau Close di atas Open, artinya harga saham naik pada hari itu.
4. Kalau Close di bawah Open, artinya harga saham turun pada hari itu.
5. Open pada hari ini BELUM TENTU sama dengan Close pada hari sebelumnya. (Silahkan teliti lagi pos "Empat
Komponen Harga Saham Yang Perlu Anda Ketahui.")
6. Kalau Close di atas Close Kemarin (Prv Price), artinya harga saham naik dibanding kemarin.
7. Kalau Close di bawah Close Kemarin (Prv Price), artinya harga saham turun dibanding kemarin.

Input Data Open, High, Low, Close Secara Manual

Anda sudah tahu bahwa grafik bersumber dari data Open, High, Low, Close. Nah, sebelum mendalami grafik, saya anjurkan
anda untuk meng-input secara manual data Open, High, Low, Close pada program spreadsheet (seperti Microsoft Excel, dan
sejenisnya) seperti contoh di bawah ini:

Data Harga Open High Low Close ASII November 2008

Prev Price = Close hari sebelumnya.


+/- = Close - Prev Price
+/-% = (+/-)/Prev Price

Lakukan ini setiap hari untuk semua saham yang anda pantau.

Kok perlu meng-input data Open, High, Low, Close ini secara manual? protes anda. Kan sudah ada grafiknya?

Belajar menulis huruf tidak bisa dilakukan hanya dengan memelototi huruf a, b, c, d, e; belajar menulis dilakukan dengan
melihat contoh huruf dan MENULIS huruf tersebut.

Demikian pula dengan analisa teknikal: anda harus meresapi angka Open, High, Low, Close dan cara meresapinya adalah
dengan menulis atau mengetik ulang angka-angka tersebut. Hanya dengan begini anda bisa mulai menguasai analisa teknikal
dengan baik. Ingat: memeloti angka tersebut selama berjam-jam kalah faedahnya dibandingkan menulis kembali angka-
angka tersebut. (Anda seharusnya bersyukur dan merasa beruntung karena tidak perlu menggambar sendiri grafik tersebut
karena sudah dilakukan oleh komputer).

Jangan khawatir; anda tidak perlu meng-input data secara manual untuk selamanya. Tapi coba lakukan hal ini MINIMUM tiga
bulan supaya otak anda mulai bisa mengkorelasi harga Open, High, Low, Close dalam tampilan grafik. Kalau anda melakukan
hal ini dengan sungguh-sungguh, saya yakin ketika melihat grafik Candlestick, anda mulai bisa menterjemahkan grafik
tersebut dalam angka-angka.

Ingat: grafik bersumber dari angka. Hanya dengan memahami angka-angka yang membuat grafik tersebut, perlahan-lahan
anda akan memahami grafik tersebut.

Nah, sekarang anda sudah tahu fondasi analisa teknikal. Apa langkah selanjutnya yang perlu anda perhatikan dari Open,
High, Low, Close ini? Silahkan lanjut baca ke pos "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula Bagian 2."

17 komentar:

1.

Julianto Putra Kanggeyan6 Februari 2013 09.10

Pagi pak iyan,saya tertarik untuk bermain saham,apakah ada saran untuk membeli buku atau gmn
Dan kl main saham itu yg online securities apa yg biasa di pakai dan apakah cuma bisa beli saham dari 1 perusahaan
atau bisa lebih?
Terima kasih

Balas

Balasan

1.

Iyan6 Februari 2013 09.34

Silahkan baca pos "Mau Investasi Saham? Baca Dulu Buku Peter Lynch 'One Up on Wall Street'" dan pos
"Sekuritas/Broker Saham Mana Yang Bagus."

Balas

2.

Petarung saham27 Februari 2013 21.31

Im a big fan of ur blog.. Penyampaiannya simple dan sangat bisa dimengerti

Balas

Balasan

1.

Iyan28 Februari 2013 11.24

Terima kasih sekali untuk sanjungan anda. Sangat membesarkan hati. :D


Balas

3.

yudha dwi bhakti1 Maret 2013 17.46

sore pak iyan , saya ini masih pemula . setelah saya mengerti tentang bid dan offer , lalu saya membuka situs IDX ,
setelah saya lihat mengapa bid dan offer saham itu berbeda jauh dan membingungkan . misalnya saham AISA per
tanggal 1 maret 2013 , prev 1300 , last 1260 , bid 1.260 , dan offer nya 323.500 ,, apakah memang seperti itu ?

Balas

Balasan

1.

Iyan3 Maret 2013 09.29

Seharusnya TIDAK seperti itu.

Memang di situs IDX, data AISA 01 Maret 2013 bid 1260, offer 323.500. Menurut saya data offer tersebut
SALAH. Kalau bid di 1260, kemungkinan besar offer-nya ada di 1270.

Saya menduga 323.500 adalah Volume (lembar saham) di Harga Offer; tidak mungkin harga Offer-nya
berbeda begitu jauhnya.

Anda bisa coba lihat data Bid dan Offer di finance.yahoo.com dengan mengetik nama saham +jk. Jadi, kalau
mau lihat data AISA, ketik AISA.JK.

Balas

4.

pinus labs21 Mei 2013 10.35

Pak Iyan, mendapatkan data-data Open High Close Low suatu saham darimana ya? apakah cukup dari chart yang
disediakan oleh software sekuritas? dan di ambil satu-satu?

Balas

Balasan

1.

Iyan21 Mei 2013 11.02

Data-data Open, High, Low, Close betul bisa anda dapatkan dari chart yang disediakan sekuritas. Bisa juga
anda ambil dari finance.yahoo.com.

Kalau mau secara off-line, anda bisa dapatkan dari koran Bisnis Indonesia atau Investor Daily di bagian harga
saham. Data di koran adalah untuk perdagangan hari sebelumnya.
2.

pinus labs21 Mei 2013 12.14

wah terima kasih pak Iyan, ternyata lebih mudah di finance.yahoo.com. disediakan download to spreadsheet
pula.
tadinya saya lihat di chart dan saya input satu-satu (yang menyita cukup banyak waktu) hehe

3.

Iyan21 Mei 2013 13.45

Finance.yahoo.com termasuk situs nirbayar terbaik untuk data saham seluruh dunia.

Balas

5.

rummartani29 Mei 2013 15.14

Pak Iyan, dari excel ke grafik, kita pilih tampilan grafik apa yah? sudah ada di program excel, atau harus download
program grafik lain? kalo harus download bisa download dari mana? thanks

Balas

Balasan

1.

Iyan29 Mei 2013 15.58

Anda sudah punya rekening saham? Kalau sudah punya, grafik sudah disediakan.

Excel tidak cocok untuk grafik saham. Ada program khusus seperti Metastock dll.

Kalau tidak ada alasan spesifik untuk bikin grafik sendiri, pakai saja grafik yang disediakan broker.

Balas

6.

Reinhard Oktavian14 Juli 2013 16.43

Halo pak Iyan,

Saya ada beberapa pertanyaan yang cukup banyak, mohon dapat diberikan pencerahan yah...

1. Selain konsep dasar di atas, apakah secara pribadi Pak Iyan juga menggunakan Indicator lain dalam ber trading?
apa indicator favorit Pak Iyan? mungkin bisa di share :)

2. Apakah Bapak tidak bermain dalam instrumen lain seperti forex, index, option dll?
3. Apakah Pak Iyan menggunakan tools grafik seperti Chart Nexus atau yang berbayar seperti AMIbroker atau
Metastock? Apakah Bapak merekomendasikan program tools seperti ini untuk para trader saham?

4. Saat ini marak yang mempromosikan workshop / pelatihan berbayar (belasan hingga puluhan juta rupiah) dimana
pada workshop tersebut termasuk sistem yang terlihat "sangat canggih" karena bisa memberikan rekomendasi yang
"akurat", bagaimana menurut pendapat Pak Iyan dengan promosi-promosi semacam ini apakah bisa diandalkan pak?

Sementara itu dulu pertanyaan saya pak, terima kasih atas perhatiannya, sukses selalu!

Balas

Balasan

1.

Iyan14 Juli 2013 17.53

1. Konsep dasar perlu dimengerti pemula sebelum mendalami indikator yang lain. Saya memakai beberapa
indikator, seperti Moving Average, Stochastic, MACD, RSI, dll. Indikator-indikator ini akan saya bahas di
kemudian hari.

2. Saya tidak main forex atau index. Saya tertarik main options saham tetapi sekarang ini belum ada di Bursa
Efek Indonesia.

3. Saya tidak memakai Chart Nexus, AmiBroker, atau MetaStock. Memakai tools sepert ini adalah masalah
preferensi pribadi. Kalau cocok untuk anda, silahkan dipakai.

4. Kalau rekomendasi mereka sudah pasti akurat, seharusnya mereka sudah AMAT SANGAT KAYA RAYA dari
trading. Untuk apa mencari duit kecil(puluhan juta rupiah) dari seminar.

Semoga membantu.

Balas

7.

Adi Nugroho14 Juli 2013 19.25

Bung Iyan. Sy masih blm mengerti, utk apa menuliskan kembali harga harga tsb ke excel? (Msh belum mengerti juga)
apa bedanya dgn melihat chart?

Balas

Balasan

1.

Iyan15 Juli 2013 10.29

Adi, di pos saya sudah memberikan contoh. Tapi rupa-rupanya masih kurang jelas.

Misalkan anda mau belajar menggambar, bisakah hanya dengan MEMANDANGI contoh gambar? Tanpa
menggerakkan pensil di atas kertas, mencoba menggambar mengikuti contoh? Kalau bisa, berarti anda
jenius. Atau bisa juga anda sudah sering menggambar (bukan pemula).

Chart sumbernya dari harga. Kalau anda tidak tahu apa pengaruh harga pada chart, pemahaman analisa
teknikal anda lemah.

Dengan menulis kembali harga-harga setiap hari, anda MENGIKUTI PERKEMBANGAN HARGA SETIAP HARI
(Real time). Dengan cara ini juga anda bisa mulai belajar menebak kira-kira apa yang akan terjadi besok.

Saya tambahkan contoh lagi. Misalkan Adi mau belajar main gitar. Anda sudah beli buku lagu-lagu gitar
dengan tulisan not-not balok.

Bagaimana cara anda belajar? Apakah hanya dengan memandangi not-not balok tersebut? Lalu tiba-tiba
anda bisa memainkan lagu tersebut? Tentu tidak.

Anda HARUS memainkan not balok tersebut satu-per-satu dengan perlahan-lahan. Setelah latihan ratusan
kali, barulah anda bisa memainkan lagu tersebut dengan lancar.

Nah, menuliskan kembali harga-harga saham SETIAP HARI adalah seperti anda latihan memainkan not lagu
satu-per-satu. Setelah lancar, barulah anda akan mengerti dengan jelas apa yang direpresentasikan grafik.

Menuliskan kembali Open, High, Low, Close adalah SARAN saya bagi pemula yang serius mau belajar analisa
teknikal. Dengan melakukan ini, fondasi analisa teknikal anda akan terbentuk. Apakah anda mau
melakukannya atau tidak, itu hak anda.

Kalau anda sudah mengerti membaca chart, berarti anda bukan pemula, berarti juga pos ini tidak cocok
untuk anda. Target pembaca pos ini adalah PEMULA.

Balas

8.

Adi Nugroho15 Juli 2013 10.35

Oh bgt. wah keren bung caranya. cara utk menjelaskan bagaimana pembentukan chart

Balas

Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 2


[Pos ini ©2013 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Pos ini adalah lanjutan dari pos "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 1."

Anda sudah mulai meng-input data harga Open, High, Low, Close saham. Apa saja yang perlu anda perhatikan dari data-data
ini? Mari kita telaah satu persatu.

A. Open (Buka)

Yang perlu anda perhatikan dari Open adalah apakah harga Open ini di Prv Price (harga penutupan kemarin), di atas Prv
Price, atau di bawah Prv Price.

Kalau harga saham Open di Prv Price, hal ini tidak berindikasi apa-apa. (Open di Prv Price yang saya maksud ini tidak selalu
harus TEPAT di titik Prv Price; satu poin di atas atau pun satu poin di bawah bisa juga termasuk kategori ini.)
Kalau harga saham Open di atas Prv Price, saham tersebut relatif Bullish. Semakin tinggi Open di atas Prv Price, semakin
Bullish.

Kalau harga saham Open di bawah Prv Price, saham tersebut relatif Bearish. Semakin rendah Open di bawah Prv Price,
semakin Bearish.

(Kalau anda belum mengerti arti kata Bullish dan Bearsih, silahkan baca dulu pos "Arti 'Bullish' dan 'Bearish' di Bursa
Saham.")

Perlu anda perhatikan bahwa harga saham pada umumnya Open di harga Prv Price (harga penutupan kemarin). Karena
sifatnya yang umum, kondisi ini tidak mencerminkan apa-apa.

Lain halnya dengan saham yang harga Open-nya di atas ataupun di bawah harga Prv Price.

Mengapa?

Mari kita pikirkan bersama.

Kalau harga saham dibuka di atas Prv Price, penyebabnya adalah dorongan beli yang kuat. Pembeli saham yakin bahwa
saham tersebut masih murah walaupun ia membeli di harga jauh lebih tinggi dari Prv Price. Aksi beli inilah yang membuat
saham tersebut (relatif) Bullish.

Di tabel 1 anda bisa melihat pada tanggal 27 Februari 2013 TLKM Open > Prv Price. Pada sore hari tersebut TLKM ditutup
naik 3.05%.

Tabel 1. Telkom Open Di Atas Prv Price Pada Tanggal 27 Feb 2013

Kebalikannya, kalau harga saham dibuka di bawah Prv Price, penyebabnya adalah dorongan jual yang besar. Penjual saham
yakin bahwa saham ini layak diobral jauh di bawah harga Prv Price. Aksi jual ini membuat saham tersebut (relatif) Bearish.

Di tabel 2 anda bisa lihat pada tanggal 12 Desember 2012 UNVR Open < Prv Price. Pada hari itu UNVR ditutup turun 10.79%.

Tabel 2. UNVR Open Di Bawah Prv Price Pada Tanggal 22 Des 2012

Kalau gitu, anda berpikir, saya beli saja saham yang Open di atas Prv Price. Kalo bullish kan berarti saham masih akan naik?
Dengan mudah bisa saya jual saham tersebut di harga lebih tinggi.

Nah, itu teorinya. Prakteknya tidak semudah itu. Karena itu, ada baiknya saya beri peringatan terlebih dulu.

PERINGATAN! WARNING:
Jangan langsung melakukan aksi jual-beli saham berdasarkan apa yang anda baca di pos ini dan lanjutannya. Analisa teknikal
yang anda pelajari di sini masih terlalu minim untuk dipakai sebagai dasar jual-beli saham. Lagipula, anda perlu lebih dari
satu data untuk membuat keputusan terpelajar.
OK. Mari kita lanjut.
Perhatikan saya memakai kata relatif di depan kata Bullish (dan Bearish). Artinya, tingkat Bullish suatu saham tidaklah sama.
Tingkat/level Bullish ini tergantung pada banyak hal (seberapa tinggi di atas Prv Price, seberapa lama daya tahannya,
pergerakan naik turun harga, dll).

Bahkan ada juga kondisi saham Open di atas Prv Price yang tidak termasuk Bullish. Misalkan Prv Price saham IDKM adalah Rp
1500. Di pagi hari, IDKM Open di 1550 tapi beberapa menit kemudian IDKM turun lagi menjadi 1500.

Mengapa hal seperti ini terjadi?

Salah satu kemungkinan adalah karena kesalahan order. Artinya: sebenarnya Yesico mau JUAL IDKM di harga 1550 tapi dia
malah memasukkan order BELI di 1550. Ketika Yesico masih shock memandangi monitor komputer, pemain-pemain saham
yang dari hari sebelumnya ingin menjual di harga 1510, 1520, 1530, 1540, 1550 langsung menggunakan kesempatan ini
untuk menjual. Tidak heran beberapa menit kemudian harga saham turun ke harga Prv Price di 1500.

Nah, kondisi seperti di atas tidak termasuk kondisi Bullish karena harga Open di atas Prv Price hanya bertahan dalam waktu
singkat.

Tapi secara umum, harga saham Open di atas Prv Price mengindikasikan kondisi Bullish. Semakin lama harga bertahan di atas
Prv Price, semakin tinggi tingkat Bullish-nya. Semakin tinggi Open di atas Prv Price, juga semakin Bullish.

Kebalikannnya, harga saham Open di bawah Prv Price mengindikasikan kondisi Bearish. Semakin lama harga bertahan di
bawah Prv Price, semakin tinggi tingkat Bearish-nya. Semakin rendah Open di Prv Price, juga semakin Bearish.

(Saya akan menulis tingkatan Bullish dan Bearish ini di pos tersendiri.)

Data berikut yang akan kita analisa adalah High and Low. Silahkan lanjut baca ke pos "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula,
Bagian 3."

12 komentar:

1.

Petarung saham27 Februari 2013 21.34

Sebelumnya terimakasih atas informasi yang sangat sistematis penyampaiannya, apakah bapak mengadakan kursus
analisa teknikal? Saya sangat tertarik untuk mengikutinya

Balas

2.

Iyan28 Februari 2013 10.01

Petarung Saham, terima kasih untuk komentarnya.


Pada saat ini--karena keterbatasan waktu--saya belum terpikir untuk mengadakan kursus analisa teknikal. Kalau anda
ada pertanyaan, saya akan coba jawab sebisa saya.

Balas

3.

Muhammad Ikhsan Burhanuddin3 Maret 2013 15.14

siang pak iyan, akhir-akhir ini saya tertarik baca blog bapak terutama yg buat pemula, pertanyaan saya bisakah bapak
membahas metode teknikalnya seperti bar, moving average, candle stick? karena sy yakin bapak bisa menjelaskan
dengan sesederhana mungkin

Balas

Balasan

1.

Iyan4 Maret 2013 08.48

Saya berencana akan membahas analisa teknikal lainnya setelah selesai membahas dasar terdasar dari
analisa teknikal, yaitu HARGA (Open, High, Low, Close).

Bar dan Candlestick charts hanyalah tampilan HARGA dalam bentuk grafik. Kalau anda mengerti makna
HARGA, anda akan mengerti Bar dan Candlestick charts.

Balas

4.

Unknown3 Maret 2013 21.36

Pak Iyan terima kasih banyak mau berbagi ilmu .. Bagi saya pribadi Tulisan di Blog bapak sangat bermanfaat dan
memberikan pencerahan mengingat saya saat ini dalam proses belajar saham. Saya ingin tahu bagaimana pendapat
pak Iyan dengan "Trading for Living ?" Apakah kondisi pasar saham di Indonesia bisa memberikan hal itu ?
Mohon sharingnya berkaitan hal diatas. terima kasih

Balas

Balasan

1.

Iyan4 Maret 2013 14.19

Silahkan baca pos "Bisakah 'Hidup' Hanya dari Bermain Saham?"

http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2011/05/bisakah-hidup-hanya-dari-bermain-saham.html

Sumber penghasilan saya hanyalah dari bermain saham. Jadi, kalau ditanya bisa atau tidak "Trading for a
Living" di Bursa Efek Indonesia, jawaban saya: bisa.
Tapi, "bisa" ini tergantung beberapa hal, terutama modal dan pengalaman/skill. Cukup sulit untuk "Trading
for a Living" kalau modal anda kurang dari Rp 100 juta.

Saran saya: kalau anda bisa memilih (karir lain), sebaiknya jangan pilih "Trading for a Living." Jadikan trading
atau investasi sebagai "hobi" atau "sampingan" yang menghasilkan uang.

Balas

5.

Reinhard Oktavian14 Juli 2013 16.56

Halo pak Iyan,

Sebagai seorang pemula, ada otak saya yang kurang sampai nih pak dengan contoh penjelasan Bapak di atas, mohon
dibantu yah pak...hehe.

Kan disebutkan pada contoh di atas seperti ini:


"Salah satu kemungkinan adalah karena kesalahan order. Artinya: sebenarnya Yesico mau JUAL IDKM di harga 1550
tapi dia malah memasukkan order BELI di 1550."

Pertanyaannya adalah:
Kenapa contoh di atas Bapak katakan termasuk dalam "kesalahan order"? sementara prv price nya adalah 1500
sementara IDKM open di angka 1550 yang artinya Open > prv price, bukankah tindakan "BELI" itu artinya sudah
benar karena ada indikasi (relatif) bullish pak?

Mohon dibantu yah pak, terima kasih.

Balas

Balasan

1.

Iyan14 Juli 2013 17.59

Kalau Yesico maunya JUAL, tapi malah dimasukan order BELI, bukankah itu kesalahan order?

Kalau memang Yesico benar serius mau beli di 1550, ketika dalam sekejab saham turun ke harga 1500 lagi,
seharusnya Yesico BELI lagi lebih banyak.

Nah, kalaupun dia beli terus tapi tetap saja banyak yang mau jual di 1500, itu membuktikan saham tidak
Bullish karena lebih banyak yang mau jual daripada beli.

Jadi Open > Prv Price juga tergantung pada berapa lama harga Open tersebut bertengger di ATAS Prv Price.

Semoga jelas.

Balas

6.

atikah waliyatussyuhada3 Oktober 2013 07.50


Pagi pa...
pa klu open ada kaitanya sama bid dan offer ga?
lalu kalau ada, apakah kaitan open, bid dan offer ini bisa dijadikan analisa saat mau membeli atau menjual saham?
kalau bisa mohon penjelasan analisanya ya pa...
makasih banyak... :)

Balas

Balasan

1.

Iyan3 Oktober 2013 08.53

Open adalah ORDER MATCH pertama pada hari tersebut. ORDER MATCH selalu ada hubungannya dengan
Bid dan Offer.

Saya tidak menganalisa Open dengan Bid dan Offer. Silahkan anda analisa sendiri.

Balas

7.

Riansiyahu Yussyuf2 November 2013 20.05

malam pak, saya ingin bertanya..


dari data harian emiten, bagaimana caranya menghitung Indeks Harga Saham Individual pak?? soalnya saya bingung
dengan data-datanya.
saya tahunya rumus IHSI itu harga pasar/harga perdana x 100% ..
bagaimana solusinya pak??

Balas

Balasan

1.

Iyan3 November 2013 14.16

Indeks Harga Saham Individual? Maaf, saya tidak mengerti maksud anda. Mungkin maksud anda Indeks
Harga Saham Gabungan?

Definisi Uptrend, Downtrend, Sideway (Bagian I)


[Pos ini ©2013 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Sebelum membaca pos ini sebaiknya anda membaca dulu pos "Arti Istilah Saham Trending Trendless."

Anda masih ingat dong arti istilah Trending (Uptrend, Downtrend) dan Trendless?
Trending = sedang cenderung.
Uptrend = sedang cenderung naik.
Downtrend = sedang cenderung turun.
Trendless/Sideway = tidak ada kecenderungan.

OK, anda sudah tahu arti kata-kata tersebut . Tapi bagi pemain saham, arti-arti tersebut tidak banyak manfaatnya karena
terlalu umum, terlalu luas.

Dalam analisa teknikal, yang kita perlukan bukan hanya arti kata-kata tersebut. Yang kita perlukan adalah definisi yang
spesifik.

Nah, apa sebenarnya definisi istilah Uptrend, Downtrend, Trendless/Sideway dalam analisa teknikal?

Yuk kita cermati satu-per-satu.

Uptrend

Di buku Technical Analysis of the Financial Market, John J. Murphy memberikan definisi berikut:

An uptrend is a series of successively higher peaks and trough.

Uptrend adalah serangkaian puncak yang lebih tinggi (higher peaks) dan lembah yang lebih tinggi (higher trough).

Menurut saya, definisi ini belum cukup spesifik. Serangkaian ini berapa banyak? Tidak jelas.

Maka dari itu, saya mencoba mendefinisikannya sebagai berikut:

Uptrend adalah serangkaian puncak yang lebih tinggi dan lembah yang lebih tinggi dengan MINIMUM dua puncak yang
lebih tinggi DAN MINIMUM dua lembah yang lebih tinggi.

Dengan kata lain, kondisi lebih tinggi (higher) MINIMUM ada EMPAT (DUA puncak lebih tinggi ditambah DUA lembah lebih
tinggi).

Untuk lebih jelas, silahkan lihat Figure 1 di bawah.


Figure 1. Uptrend: Serangkaian Higher Peak dan Higher Trough

Mau tahu definisi Downtrend? Silahkan lanjut baca ke pos "Definisi Uptrend, Downtrend, Sideway (Bagian II)."

Definisi Uptrend, Downtrend, Sideway (Bagian II)


[Pos ini ©2013 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Pos ini adalah lanjutan dari "Definisi Uptrend, Downtrend, Sideway (Bagian I)."

Setelah tahu definisi Uptrend, sekarang saatnya kita mendefinisikan Downtrend.

Downtrend

Apa definisi downtrend? Mengutip John J. Murphy:

A downtrend is a series of declining peaks and troughs.

Downtrend adalah serangkaian puncak yang lebih rendah (lower peaks) dan lembah yang lebih rendah (lower trough).

Lagi-lagi saya kurang puas dengan definisi ini karena kurang spesifik. Menurut saya:

Downtrend adalah serangkaian puncak yang lebih rendah dan lembah yang lebih rendah dengan MINIMUM dua puncak
yang lebih rendah DAN MINIMUM dua lembah yang lebih rendah.

Dengan kata lain, kondisi lebih rendah (lower) MINIMUM ada EMPAT (DUA puncak lebih rendah ditambah DUA lembah lebih
rendah).

Agar lebih jelas, silahkan lihat Figure 2 di bawah.


Figure 2. Downtrend: Serangkaian Lower Peak dan Lower Trough

Setelah mendefinisikan Uptrend dan Downtrend, sekarang tiba saatnya untuk mendefinisikan Trendless/Sideway.

Trendless/Sideway

Trendless/Sideway mudah diidentifikasi di grafik tapi relatif lebih sulit didefinisikan daripada Uptrend dan Downtrend.

Ini layaknya lebih mudah mengidentifikasi gadis cantik dan juga gadis jelek tapi sulit mendefinisikan gadis yang "biasa-biasa
saja." Yang "biasa-biasa saja" menurut anda, bisa saja cantik menurut saya. Yang "biasa-biasa saja" menurut saya, bisa saja
jelek menurut anda.

Mau tahu definisi Trendless/Sideway? Silahkan lanjut baca dengan klik di sini "Definisi Uptrend, Downtrend, Sideway (Bagian
III)."

Definisi Uptrend, Downtrend, Sideway (Bagian III)


[Pos ini ©2013 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Pos ini adalah lanjutan dari "Definisi Uptrend, Downtrend, Sideway (Bagian II)."

Pada pos "Definisi Uptrend, Downtrend, Sideway (Bagian II)" saya menulis bahwa mendefinisikan Trendless/Sideway (relatif)
lebih sulit daripada mendefinisikan Uptrend dan Downtrend.

Jadi, bagaimana sebaiknya definisi saham yang Sideway/Trendless?

Menurut John J. Murphy di buku Technical Analysis of the Financial Market:


Horizontal peaks and troughs would identify a sideway price trend.

Puncak dan lembah yang horizontal adalah ciri-ciri trend harga yang bergerak sideway.

Lho, cuma gitu doang? Saya sama sekali tidak puas dengan definisi ini.

Horizontal gimana? Kan saham selalu bergerak naik turun. Kalau horizontal kan artinya saham hanya terjadi di satu harga,
terus menerus. Hal ini sangat jarang terjadi.

Berdasarkan definisi di atas, banyak juga yang berkesimpulan bahwa semua puncak harus sama tingginya dan semua lembah
sama rendahnya.

Bahkan contoh grafik yang diberikan John J. Murphy di buku Technical Analysis of the Financial Market menggambarkan
puncak yang sama tinggi dan lembah yang sama rendah. Silahkan lihat Figure 3.

Figure 3. Sideway/Trendless Menurut John J. Murphy [Source: Technical Analysis of The Financial Market, p. 50]

Tapi kenyataan di lapangan tidak begitu. Jarang terjadi kondisi puncak sama-tinggi berturut-turut. Jarang juga terjadi lembah
sama-rendah berturut-turut. Lebih jarang terjadi lagi puncak sama-tinggi DAN lembah sama-rendah berturut-turut.

Lebih-lebih lagi, banyak kondisi di mana puncak lebih tinggi dan lembah juga lebih tinggi, ataupun puncak lebih rendah dan
lembah juga lebih rendah, tapi tetap dikategorikan trendless/sideway.

Jadi menurut saya harus ada definisi trendless/sideway yang lebih spesifik. Menurut saya:

Trendless/Sideway adalah di mana kondisi lebih-tinggi (higher) ataupun kondisi lebih-rendah (lower), baik puncak
maupun lembah, hanya terjadi MAKSIMUM tiga kali berturut-turut.

Dengan kata lain, kalau kondisi lebih-tinggi ada TIGA kali berturut-turut, kondisi berikutnya HARUS lebih-rendah (Higher
Peak, Higher Trough, Higher Peak, berikutnya harus LOWER Trough).

Kebalikannya, kalau kondisi lebih-rendah ada TIGA kali berturut-turut, kondisi berikutnya HARUS lebih-tinggi (Lower Peak,
Lower Trough, Lower Peak, berikutnya harus HIGHER Trough).

Trendless/Sideway akan lebih jelas terlihat kalau kondisi lebih-tinggi (higher) ataupun kondisi lebih-rendah (lower) hanya
terjadi DUA kali berturut-turut.

Di Figure 4 anda bisa melihat kondisi Higher Trough, Higher Peak (dua kali Higher), disusul Lower Trough, Lower Peak (dua
kali Lower), disusul lagi Higher Trough, Lower Peak, Lower Trough.
Figure 4. Trendless/Sideway Menurut Iyan TerusBelajar Saham

Demikian definisi Uptrend, Downtrend, Sideway menurut Iyan Terusbelajarsaham. Kalau anda membaca buku-buku analisa
teknikal, sangat mungkin definisi yang diberikan tidak sespesifik dengan definisi di atas. Anda bebas memilih definisi mana
yang akan anda pakai. Tapi, di blog ini, definisi kata Uptrend, Downtrend, atau Sideway, adalah seperti yang saya tulis di pos
ini.

6 komentar:

1.

Willy2 Agustus 2013 18.55

Menarik juga definisi yang diajukan Bung Iyan. Sebagai tambahan, definisi Bung Iyan ini lebih sering disebut dengan
market yang choppy. Market yang choppy memang menjengkelkan baik bagi pemain awam maupun yang sudah
veteran.

Di sisi lain, definisi trendless/whipsaw/sideway yang peak sama through-nya horizontal menurut saya benar2 terlalu
textbook dan nyaris tidak pernah terjadi di dunia nyata. Kita2 yang orang lapangan sendiri sampai bingung karena
kalau begitu definisinya praktis tidak pernah ada market yang sideway jika kita mengacu kepada definisi textbook
tersebut!

Balas

Balasan

1.

Iyan3 Agustus 2013 10.03


Bung Willy, terima kasih banyak inputnya.

Memang di hampir semua textbook, definisi trendless/whipsaw/sideway tidak jelas. Basically, menurut
mereka trendless adalah BUKAN Uptrend dan BUKAN Downtrend.

Lho?

Ini sama saja dengan pernyataan BUKAN Lelaki, BUKAN Perempuan. Jadi bisa macam-macam dong ya?
Bukan cuma waria. Bisa juga orang yang melakukan operasi perubahan kelamin. Bisa juga anjing, kucing. Bisa
juga pohon mangga, durian. Dan lain-lain, selama BUKAN Lelaki Bukan Perempuan. :D

Balas

2.

Pelangi Nusantara14 Agustus 2013 21.48

Pak, saya sering dengar istilah support dan ressist.


Seperti kalimat seperti ini "Saham XXXX support di .... (angka) atau ressist di ....(angka)"
1) Apa yang dimaksud istilah tersebut Pak? (dalam bahasa yang sangat sederhana dan mudah dimengerti). Maklum
saya masih pemula.

2) Bagaimana untuk mengetahui saham tersebut support di angka tertentu atau ressist di angka tertentu ? Apakah
menggunakan hitungan-hitungan tertentu? Hitungannya seperti apa ?

Terimakasih sebelumnya.

Balas

Balasan

1.

Iyan15 Agustus 2013 08.40

Support dan resistance belum saya bahas. Suatu hari akan saya tulis pos tersendiri. Mohon bersabar.

Balas

3.

Puteri Alpita Agustina20 Agustus 2013 13.55

mas iyan, saya mengambil penerapan dari teknikal analysis ini kedalam thesis dengan studi kasus nilai dari total
tweet yang ada didalam trending topic world wide twitter.
jadi dari nilai Open Close High Low pada diagram candlestick yang dihasilkan nanti yang dihitung pergerakan nilai
trend-nya. sehingga dengan visual yang hasilkan diagram itulah yang di analisis kecenderungan pergerakan nilainya.
saya sebenarnya masih pesimis, tapi semoga metode teknikal analisis yang saya pilih ini tidak salah penerapan studi
kasus nya :')

Balas

Balasan
1.

Iyan20 Agustus 2013 14.29

Dear Puteri, terus terang saya tidak mengerti maksud anda. Terlalu rumit untuk otak saya. :D

Tapi terima kasih untuk sharing anda. Saya juga berharap metode anda tidak salah.

Jika anda mau mencoba main saham IPO


Arti Istilah "IPO" di Bursa Saham
[Pos ini ©2011 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

"IPO" adalah singkatan dari Initial Public Offering, atau dalam bahasa Indonesia, Penawaran Umum Perdana. Dengan kata
lain, "IPO" adalah kali pertama masyarakat umum bisa membeli saham perusahaan tersebut. Sebelum "IPO" ini, saham
belum diperdagangkan di bursa.

Dengan melakukan IPO sebuah perusahaan mendapat dana segar dengan menjual sahamnya kepada publik dan saham
tersebut seterusnya akan diperdagangkan di bursa.

Siapa yang boleh membeli saham "IPO"?

Semua warga negara Indonesia yang punya uang boleh membeli (memesan) saham IPO di Indonesia. Untuk saham yang
ramai peminat, janganlah terlalu berharap akan mendapat jatah sesuai pesanan karena jumlah saham yang anda dapat bisa-
bisa hanya 1% atau kurang dari jumlah yang anda pesan.

Investor bisa memilih membeli saham tersebut pada saat IPO atau membeli setelah saham diperdagangkan di bursa.
Perhatikan bahwa jika anda membeli saham yang telah diperdagangkan di bursa, anda membeli dari investor yang sudah
membeli saham tersebut sebelumnya, yang artinya transaksi anda tersebut tidak masuk ke kas perusahaan.
Kalau dibandingkan dengan membeli mobil, membeli saham IPO adalah ibarat membeli mobil baru langsung dari dealer
mobil baru; membeli saham di bursa adalah ibarat membeli mobil second dari penjual mobil bekas.

4 komentar:

1.

Hermawan4 April 2013 20.28

Terima kasih Pak, atas artikelnya.

Pak, Ketika saham yang dijual saat IPO jumlah lembar sahamnya kan sudah ditentukan, misalnya saham yang akan
dijual saat IPO sebanyak 1 juta lembar saham. Apakah saham-saham itu pasti laku semua? Bagaimana dengan
lembar-lembar saham yang tidak laku, akan dikemanakan?

Balas

Balasan

1.

Iyan5 April 2013 10.02

Saham yang tidak laku, akan dibeli penjamin emisi (underwriter). Itu tugas penjamin emisi.

Balas

2.

Aziz Way18 November 2013 15.24

Salam kenal Pak Iyan, terima kasih sudah mau berbagi.

Saya mau tanya Pak, tetapi maaf kalau pertanyaan saya sangat dasar, karena saya memang masih awam tentang
saham.

1. Pak, bagaimana perhitungan harga saham bisa terbentuk dibursa?


2. Kata Pak Iyan, jika kita beli saham dibursa, transaksi kita tidak masuk ke kas perusahaan. Apa ini berarti modal
kerja perusahaan tidak ikut berfluktuatif seperti harga sahamnya?

Sekali lagi terima kasih Pak Iyan

Balas

Balasan

1.

Iyan18 November 2013 16.23


1. Harga saham di bursa tergantung pihak penjual dan pembeli. Harga bukan terbentuk dengan hitung-
menghitung.

Ini sama dengan anda beli sepatu di kaki lima. Harga yang anda bayar adalah hasil negosiasi anda dengan
penjual.

2. Betul.

Cara Main Saham IPO untuk Pemula (Bagian I)


[Pos ini ©2010 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Bursa Efek Indonesia yang bullish sejak tahun 2009 mendorong banyak perusahaan untuk menjual sahamnya melalui Initial
Public Offering (IPO) alias, dalam bahasa Indonesia, Penawaran Umum Perdana. Mungkin anda melihat TV dan koran yang
memberitakan ribuan orang mengantri membeli saham dan anda tertarik untuk mencoba. Pos ini menjelaskan kelebihan dan
kekurangan main saham IPO dan bertujuan menjawab pertanyaan,"Bagaimana cara main saham IPO?"

Kelebihan (Advantage) Saham IPO

Untuk anda yang belum pernah main saham, ada baiknya anda mulai main saham-saham IPO karena alasan berikut:

1. IPO biasanya marak dilakukan pada kondisi pasar bullish. Akibatnya, harga saham IPO mungkin akan naik pada waktu
ditransaksikan di bursa.

2. Anda tidak perlu menganalisa mendalam saham tersebut; anda hanya perlu tahu berapa besar animo pasar
terhadapnya. Kalau minat beli saham tinggi, anda ikut IPO. Kalau minat beli rendah, jangan ikut.
3. Anda tidak perlu menentukan harga beli karena harga sudah ditentukan penjamin emisi. (Berbeda dengan transaksi
di bursa di mana anda harus menentukan sendiri di harga berapa anda mau beli.)
4. Anda tidak perlu memilih kapan harus membeli karena tanggal penawaran IPO sudah ditentukan. (Di bursa, anda
yang harus menentukan kapan anda mau beli.) Silahkan baca pos "Stress Main Saham Takkan Pupus."

Kekurangan (Disadvantage) Saham IPO

Saham IPO ada kelebihannya tapi juga ada kekurangannya, antara lain:

1. Anda mendapat saham sesuai jatah yang ditentukan penerbit saham, bukan jumlah yang anda pesan. Artinya: anda
memesan 100 lot, tapi mungkin anda cuma mendapat jatah 1 lot.

2. Anda harus merelakan uang anda tertahan sekitar 1 minggu sejak tanggal pemesanan sampai dengan tanggal
pengembalian dana (refund).

Membandingkan kelebihan dan kekurangan di atas, saya pikir ada baiknya pemula mulai belajar main saham dari saham IPO.
Walau kemungkinan untung banyak sangatlah kecil, tapi sebaliknya, sangat kecil pula kemungkinan rugi banyak. Lagipula,
ada baiknya anda mengikuti proses lahirnya saham di bursa.

Ikut IPO Yang Mana?

Ini adalah pertanyaan pertama yang harus kita jawab. Saya sebut di atas bahwa sebaiknya anda ikut IPO saham yang banyak
peminatnya dan tidak perlu menganalisa saham secara mendalam. Ada 2 alasan saya menganjurkan ini. Pertama, anda tidak
bisa menganalisa teknikal (pergerakan harga) karena saham belum ditransaksikan. Kedua, anda tidak perlu menganalisa
fundamental (kondisi keuangan) karena--selain sulit--sudah tersirat dari minat beli investor kakap dan berpengalaman:
mereka hanya akan beli kalau fundamental perusahaan baik.

Pertanyaan berikut: Dari mana kita tahu minat beli pasar? Jawaban: Dari hasil book-building.

Book-building
(Untuk lebih jelasnya, silahkan baca pos "Arti Istilah Book-Building Saham IPO di Bursa Efek Indonesia.")

Book-building adalah proses penjamin emisi menentukan harga jual dengan melihat minat beli dari institusi dan investor
besar. Sebelum harga ditentukan, penjamin emisi memberi rentang harga penawaran saham tersebut, misalnya antara Rp
800 - 1150 untuk saham Krakatau Steel.

Setelah mengumpulkan semua minat beli, penjamin emisi menentukan harga optimum di mana saham itu akan laku. Kalau
peminat banyak, harga ditentukan di batas atas dan pemesan mendapat jatah sedikit. Kalau peminat sedikit, harga
ditentukan di batas bawah dan pemesan mungkin mendapat jatah banyak.

Mungkin terbersit dalam benak anda untuk ikut book-building. Saya anjurkan anda—pemula main saham—untuk TIDAK ikut
book-building karena alasan berikut:

1. Book-building lebih diperuntukkan investor besar. Pemula dengan modal kecil sulit untuk ikut proses ini.

2. Memesan di book-building beresiko rugi. Kalau anda memesan saham yang sepi peminat, anda bisa mendapat jatah
100% dan saham tersebut sangat mungkin akan turun pada saat ditransaksikan di bursa mengakibatkan anda rugi
besar. Kalau saham yang anda pesan banyak peminatnya, anda hanya dapat jatah sangat kecil atau tidak sama sekali
dan anda cuma untung sangat kecil. Kesimpulannya: kalau anda benar, anda hanya untung sedikit. Tapi kebalikannya
kalau anda salah, anda bisa rugi sangat besar.

Dari mana bisa tahu jatah book-building?

Anda bisa bertanya kepada pialang (broker) anda. Kalau saham banyak peminatnya, jatah book-building biasanya kurang dari
1%. Makin kecil jatah berarti makin besar minat pasar. Saya sarankan anda hanya ikut IPO yang jatah book-buildingnya
kurang dari 5%.

Mau tahu cara membeli saham IPO? Lanjut baca ke pos "Cara Main Saham IPO untuk Pemula (Bagian II)."

4 komentar:

1.

Abd. Rahman25 April 2013 19.14

mat malam mas iyan sy tanya lagi nih, trus trng sy baru2 aja cari tahu ttg saham, karena sy ditawari saham sama
teman tetapi saham yg pra IPO, yg belum listing di pasar saham, dan mengagendakan listing di pasar saham cina,
perusahaan ini bukan di indonesia, tetapi dari data2 yg sy dapatkan baik di google maupun orang2 yg prnh ke
perusahaanx katanya perusahaan ini sudah berdiri 18 tahun yg lalu, dan bgrgek di 3 jenis usaha, mas yg sy mau
sharingkan apa syarat prusahaan itu bisa go publik atw mnjadi saham IPO di pasar saham? kan harga saham Pra IPOx
ini trmasuk sgt murah. tlong pncerahanx mas.

Balas

Balasan
1.

Iyan26 April 2013 08.48

Saya tidak tahu ada saham pra-IPO. Apalagi kalau listingnya di luar negeri.

Barang bagus tidak ada yang murah. Kalau murah, hampir pasti tidak bagus. Kalau murah tapi bagus,
kemungkinan tidak legal. Kalau murah dan bagus dan legal, hampir pasti sudah habis direbut orang-orang
lain.

Saya hanya tertarik pada saham yang BENAR akan listing di bursa saham.

Banyak kasus saham pra-IPO yang bodong. Hati-hati.

Balas

2.

Syaefullah Kamal9 September 2013 14.09

mau tanya mas, cara main saham online gimana? web nya apa? dan yang harus disiapkan apa saja? saya pemula.
thks

Balas

Balasan

1.

Iyan9 September 2013 14.53

Silahkan baca halaman "About" dan "Kurikulum."

Cara Main Saham IPO untuk Pemula (Bagian II)

[Pos ini ©2010 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Pos ini adalah lanjutan dari "Cara Main Saham IPO untuk Pemula (Bagian I)."

Cara Membeli Saham

Untuk membeli saham IPO, anda tidak harus mengantri dan berdesak-desakkan seperti yang anda lihat di TV atau koran;
anda hanya perlu memesan ke pialang (broker) anda. Belum buka rekening di pialang saham/sekuritas? Saat untuk
melakukannya sekarang. (Kalaupun anda tidak beli lewat pialang, anda tetap harus punya rekening di sekuritas untuk
menjual saham yang anda dapat.)

Sebelum membuka rekening, pastikan bahwa sekuritas pilihan anda menerima pesanan IPO karena tidak semua sekuritas
melakukannya. Sebaiknya juga anda memilih sekuritas yang punya sistem on-line trading. [Saya akan menulis pos cara
memilih pialang saham di kemudian hari. Mohon kembali berkunjung.]

Setelah punya rekening saham, langkah selanjutnya adalah memantau tanggal penawaran IPO tersebut. Pada saat
penawaran, yang berlangsung 2-3 hari kerja, anda harus menyetor uang sejumlah saham yang anda pesan. Proses
pemesanan saham seperti ini biasa disebut pooling. Untuk detil proses pemesanan, silahkan hubungi pialang anda.

Mohon diperhatikan bahwa pesanan harus dalam kelipatan 500 lembar karena saham ditransaksikan dalam kelipatan lot dan
1 lot = 500 lembar. Contoh: anda memesan saham Krakatau Steel seharga Rp 850 sejumlah 200 lot. Jumlah yang harus anda
setor adalah: 200 lot x (500 lembar/lot) x (Rp 850/lembar) = Rp 85.000.000.

Setelah memesan, anda lalu menunggu konfirmasi penjatahan.

Penjatahan

Penjatahan saham diumumkan 1-2 hari sebelum hari listing (pencatatan di bursa). Siapkan mental dan jangan berharap
banyak karena semakin besar minat pasar, semakin kecil jatah yang anda dapat.

Mohon diingat: anda saya sarankan hanya ikut IPO yang jatah book-buildingnya kurang dari 5%. Kalau jatah book-building
kecil, jatah pooling kemungkinan juga kecil tapi tidak sekecil book-building. Dari pengalaman, saya pernah mendapat jatah
dari 0,1% sampai dengan 10%. Contoh: pemesan saham Indofood CBP (ICBP) mendapat sekitar 8% dari jumlah yang dipesan.

Setelah anda tahu jumlah saham yang didapat, sebelum hari listing, anda harus membuat rencana transaksi (trading plan)
saham.

Trading Plan

Kalau mau untung main saham, anda mutlak harus menyiapkan trading plan. Demikian pula dengan IPO, anda harus
merencanakan apa yang akan anda lakukan dengan saham yang didapat. Anda bisa memilih langsung menjual saham sesaat
setelah listing atau memilih beli-dan-pegang (buy-and-hold). Intinya: anda harus menentukan ini sebelum listing dan, yang
lebih penting, jangan plin-plan. (Ada baiknya anda membaca dulu pos "Investasi Saham atau Trading Saham, Mana Lebih
Baik?")

Misalnya anda memilih trading, tapi saham naik kencang lalu anda memutuskan untuk berubah haluan menjadi buy-and-
hold. Jangan. Atau anda memilih buy-and-hold, tapi saham turun lalu anda memutuskan menjual. Jangan.

Kalau anda tidak tahu mau pilih yang mana, saya anjurkan anda untuk menjual saham sesaat setelah listing. Satu hal yang
harus anda ketahui: anda tidak mungkin bisa konsisten menjual saham di harga tertinggi, jadi singkirkan harapan itu dari
benak anda. Dan kalau anda memutuskan untuk jual, juallah saham anda di harga bid supaya langsung laku. Jangan
menunggu.

Jauh lebih penting: anda harus memikirkan skenario seandainya saham turun. Apa yang akan anda lakukan? Apakah anda
tetap memegang saham sampai ia naik, atau anda jual rugi? Sekali lagi, anda harus memikirkan ini matang-matang sebelum
hari listing, bukan pada saat saham sudah ditransaksikan. Saran saya: jual saham kalau kerugian mencapai 10%.

Sebagai informasi: waktu saya pertama kali membeli saham IPO, saya rugi besar. Di tahun 1990 saya ikut IPO saham INCO di
harga Rp 9000 dan setahun kemudian saya jual di Rp 4000. Ini adalah luka lama yang tidak akan saya lupakan. Untuk
lengkapnya, silahkan baca profil saya.

Dengan bertambahnya pengalaman, anda bisa meracik trading plan yang memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan
kerugian. Tapi sebagai pemula, mendapat untung dari main saham sudah merupakan prestasi yang membanggakan.
(Silahkan baca pos "Target Laba Main Saham.")

Anda sudah siap dengan trading plan. Apa langkah selanjutnya? Lanjutkan baca ke "Cara Main Saham IPO untuk Pemula
(Bagian III)."
2 komentar:

1.

henry tresno19 Juli 2013 11.34

Pak Iyan, thanks atas ilmunya.

Btw saya ingin tanya apa yg memotivasi anda untuk memulai lagi main saham? Padahal di awal main, anda pernah
rugi besar.

Saya lihat byk dari mereka rugi akhirnya memustuskan untuk berhenti.

Salam,
Henry

Balas

Balasan

1.

Iyan19 Juli 2013 14.37

Sepengetahuan saya, HAMPIR SEMUA pemula main saham akhirnya RUGI BESAR (walau, mungkin awalnya
untung karena hoki) dan akhirnya berhenti.

Itulah sebabnya, saya BERULANG-ULANG KALI mengingatkan pemula untuk CUT-LOSS.

Kenapa saya mulai lagi walaupun awalnya gagal?

Nah, ini pertanyaan yang unik. Jawabnya pakai contoh saja ya.

Misalkan Adam pada pandangan pertama pada seorang gadis, langsung yakin bahwa gadis tersebut adalah
gadis yang suatu hari akan menjadi istrinya.

Ketika melakukan pendekatan pertama, sang gadis--bernama Hawa--menolak. Adam kecewa. Tapi ia masih
yakin bahwa Hawa suatu hari akan jadi istrinya.

Adam mencari semua informasi tentang Hawa. Apa yang Hawa suka, apa yang Hawa tidak suka, apa yang
membuatnya marah, gembira, sedih, kecewa.

Perlahan-lahan, Hawa mulai juga suka pada Adam. Singkat cerita, akhirnya Hawa mau dipersunting Adam.

Nah, balik ke pertanyaan anda.

Kalau dari awal anda sudah yakin bahwa "sesuatu" adalah jalan terbaik untuk anda, anda akan terus
mengejarnya sampai dapat.

Kalau anda tidak yakin, jangan dipaksa. Banyak jalan lain untuk mencari uang.

Semoga membantu.
Cara Main Saham IPO untuk Pemula (Bagian III)
[Pos ini ©2010 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Pos ini adalah lanjutan dari "Cara Main Saham IPO untuk Pemula (Bagian II)."

Persiapan Sebelum Listing

Setelah trading plan, masih ada hal-hal lain yang harus disiapkan. Kalau anda memakai pialang via telepon, perkenalkan diri
anda ke sang pialang. Minta nomor telepon direct dan HPnya; ungkapkan niat anda mau menjual saham IPO. Ingat: pialang
manusia hanya punya dua telinga berarti hanya bisa on-line 2 telepon. Kalau anda tidak dikenal, apalagi saat saham IPO
ramai ditransaksikan, si pialang mungkin tidak mau menerima telepon anda.

Alasan di atas adalah sebab utama saya menganjurkan anda membuka rekening on-line (internet) dan tidak perlu tergantung
pialang manusia untuk bertransaksi. Kalau anda punya rekening on-line, pelajari dulu cara melihat harga saham dan cara
memasukkan order jual. Lakukan ini sebelum listing supaya anda sudah tahu benar apa yang harus dikerjakan saat listing.

Hal berikut yang perlu anda tahu adalah kode saham tersebut. Semua saham di Bursa Efek Indonesia punya kode 4 huruf,
misalnya KRAS untuk Krakatau Steel. Tanyakan kode saham IPO tersebut ke pialang anda.

Listing (Pencatatan di bursa atau hari transaksi pertama)

Kalau proses book-building, pemesanan, dan penjatahan ibarat kehamilan, hari listing adalah hari kelahiran si bayi. Jantung
anda berdegup cepat, menanti keluarnya sang bayi.

Bursa akan dibuka jam 09:30 tapi jam 09:08 anda sudah siap di depan komputer, sudah on-line dengan server sekuritas
anda. Anda sudah membuka layar Order Book dan layar Done by Stock saham anda. Detik demi detik anda hitung. Tik-tok-tik-
tok.

Jam 09:30 saham mulai ditransaksikan; saham naik-turun, naik lagi terus turun lagi. Naik-turunnya harga saham
membingungkan anda tapi untunglah anda sudah menyiapkan trading plan. Laksanakan rencana tersebut dengan konsisten.
Kalau trading plan anda adalah jual, jual. Kalau setelah anda jual saham masih naik, jangan berkecil hati. Pemain saham
berpengalaman pun sering menjual di harga rendah.

Kalau saham turun, anda juga harus konsisten dengan trading plan. Cut-loss secepat mungkin, jangan takut rugi. Kerugian ini
akan tertutup oleh keuntungan dari IPO-IPO yang lain.

Jangan berbesar kepala kalau untung, jangan berkecil hati kalau rugi. Petualangan anda di dunia saham baru dimulai.
Teruslah belajar.

Main Saham IPO Bisa Untung Berapa?


[Pos ini ©2010 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Hingar-bingar IPO (Initial Public Offering) Krakatau Steel—yang katanya terlalu murah—membuat banyak orang (mungkin
termasuk anda) menjadi tertarik main saham. Apalagi pada hari pertama transaksi, saham Krakatau Steel—yang harga
IPOnya Rp 850—naik ke Rp 1270.

"Kalau saya beli di IPO," anda berandai-andai, "dan jual di 1200 aja, saya dapat untung 41%. Kalau saya beli IPO Krakatau
Steel sejumlah Rp 100 juta, berarti untungnya Rp 41 juta. Wah, asyik banget nih."

Sebelum anda terlena dalam mimpi terlalu lama, saya akan menjelaskan di pos ini bahwa laba main saham IPO biasanya
hanya sekitar 1%, dan hampir tidak mungkin mencapai 40an%.

Mengapa hanya 1%, bukan 40% sebesar kenaikan harga saham?


Saham IPO yang naik kencang setelah listing (ditransaksikan di bursa) adalah saham yang banyak diminati pemain saham.
Karena banyak peminatnya, saham IPO dijatah sesuai total pesanan. Misalkan jumlah saham IPO adalah 1.000 lot tetapi total
pesanan adalah 10.000 lot, setiap pemesan 10 lot akan mendapatkan jatah 1 lot alias 10% dari total yang dipesan. Ingat,
semakin banyak peminat semakin kecil jatah yang didapat.

Contoh: pada IPO Krakatau Steel, pemesan di book-building mendapat jatah di bawah 0.5%, bahkan banyak yang tidak
mendapat jatah sama sekali. Pemesan di saat pooling mendapat jatah lebih banyak, yaitu sekitar 3.6%.

Kalau kita menggunakan jatah pooling untuk menghitung laba, laba yang didapat adalah:

3.6% (jatah pooling) x 41% (kenaikan harga saham) = 1.44%

Artinya: kalau anda pesan saham Krakatau Steel (KRAS) sebanyak Rp 100 juta di waktu pooling dan menjualnya di harga Rp
1200, anda akan mendapat untung Rp 1.440.000.

Itu kalau anda jual di harga 1200. Kalau anda jual di harga lebih tinggi, tentu laba anda lebih tinggi. Tapi kalaupun anda jual
KRAS di harga 1500 (hampir mendekati harga tertinggi Rp 1520 pada hari listing ke dua), total laba anda hanya 2.7% dari
modal, sangat jauh dari 40an%.

Perlu anda ketahui bahwa KRAS termasuk saham IPO yang naik kencang. Saham-saham IPO lain pada umumnya tidak naik
setinggi KRAS.

Contoh: pemesan saham Indofood CBP waktu pooling mendapat jatah sekitar 8% di harga Rp 5395. Pada hari pertama ICBP
ditransaksikan antara Rp 5700 – 6200. Andai kata anda menjual ICBP di harga 6000 berarti keuntungan dari kenaikan harga
adalah:

(6000 – 5395) / 5395 = 11.2%

Keuntungan dari seluruh modal adalah:

8% (jatah pooling) x 11.2% (kenaikan harga saham) = 0.9%

Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa main saham IPO bisa menguntungkan, tapi untungnya hanya sekitar 1%. Cara
menghitung keuntungan yang benar adalah mengalikan persentase jatah yang kita dapat dengan kenaikan harga, bukannya
semata-mata menghitung kenaikan harga saham.

Masih tertarik main saham IPO walau--kalaupun untung--untungnya cuma sekitar 1%?
10 komentar:

1.

jasapaypal.com20 September 2012 10.17

Mantepppz info na, bs byk bljr disni

Balas

2.

Puti K Sudarsono20 Desember 2012 11.18


pak, saya mau tanya. Kan harga IPO KRAS awalnya 850 , kemudian kata bapak tadi ditutup pada 1270, pas saya cek
sekarang ternyata hanya turun sampai sekitar 640, kira kira penyebabnya apa ya pak bisa naik turun sejauh itu ?
Terimakasih

Balas

Balasan

1.

Iyan20 Desember 2012 11.26

Maaf, saya tidak tahu sebab kenapa KRAS bisa turun ke 640. Tapi saham memang seperti itu, bisa naik
kencang bisa anjlok drastis.

Balas

3.

SilverHeart22 April 2013 00.33

pak, untuk kasus ipo modal yg kita setorkan adalah sebesar jatah yang kita dapat atau yg kita pesan?

Balas

Balasan

1.

Iyan22 April 2013 09.47

Harus setor sesuai jumlah pesanan. Kalau dapatnya tidak sebanyak pesanan, sisa uang akan di-refund.

Balas

4.

Abd. Rahman25 April 2013 16.26

terimah kasih pak iyan infox, dan sngat ilmiah skali sehingga teman2 harus realistis menilai keuntungan main saham,
sy trus ikuti pak info2x.

Balas

5.

Hendra Tanoto10 Mei 2013 23.05

pak..saya ingin bertanya..book building merupakan PROSES penentuan harga sedangkan pooling itu merupakan
pemesanan sahamm..kemudian :
1. beda jatah book building sama jatah pooling apa y secara jelasnya?
2. duluan book building apa pooling?
trims

Balas

Balasan

1.

Iyan11 Mei 2013 15.44

Bookbuilding adalah proses penentuan harga SEKALIGUS pemesanan.

1. Jatah bookbuilding tidak sama dengan jatah pooling (karena alokasi saham untuk bookbuilding dan
pooling tidak sama). Tapi kalau bookbuilding dapat jatah banyak (secara persentase), jatah pooling juga
biasanya banyak (secara persentase), tapi tidak (harus) sama.

2. Lebih dulu bookbuilding.

Balas

6.

kamilahshop21 Agustus 2013 01.14

maaf pak...klo yg online web nya mana maksudnya g pake broker manusia manage sendiri gitu....thanks

Balas

Balasan

1.

Iyan21 Agustus 2013 08.32

Online-trading ataupun full-service (dilayani manusia) SAMA harus manage sendiri.

Cuma, kalau full-service yang input order adalah broker anda. Anda cukup menelepon si broker.

Online-trading berarti anda harus input order sendiri. Berarti anda harus selalu punya akses internet.

Main Saham IPO Tidak Berarti Pasti Untung


[Pos ini ©2010 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Pada pos "Main Saham IPO Bisa Untung Berapa?" saya mengatakan bahwa keuntungan main saham IPO biasanya sekitar 1%
dari modal kalau saham tersebut naik kencang. Anda jangan salah menyimpulkan bahwa main saham IPO pasti untung. Tidak
begitu. Seperti investasi atau spekulasi yang lain, main saham IPO bisa untung tapi bisa juga rugi. Mari kita lihat contoh
terkini: IPO Wintermar Offshore (WINS).
Data IPO WINS adalah sebagai berikut:

Harga Penawaran: Rp 380.


Jatah book-building: sekitar 2.5%
Jatah pooling: 3.5%
Tanggal listing: 26 November 2010
Harga pada hari pertama: Tertinggi (Hi) 500, terendah (Lo) 350

Mari kita menghitung potensial untung rugi saham WINS.

Pada hari pertama transaksi, kejadian di harga 420 – 500 relatif sedikit dan hanya terjadi dalam waktu singkat, jadi kalaupun
anda langsung menjual kemungkinan terjual di harga 405.

Untung dari kenaikan harga: (405 – 380) / 380 = 6.6%

Total untung = 3.5% (jatah pooling) x 6.6% (kenaikan harga) = 0.23%

Jadi kalau anda ikut pooling Rp 100juta, anda mendapat untung cuma Rp 230.000.

Itu kalau anda cepat menjual di pagi hari. Kalau anda menjual di sore hari di harga 350, anda akan merugi.

Rugi dari penurunan harga: (380-350) /380 = 7.9%

Total rugi = 3.5% (jatah pooling) x 7.9% (penurunan harga) = 0.28%

Jadi kalau anda ikut pooling Rp 100juta, anda menderita rugi Rp 280.000.

(Kerugian yang relatif kecil dari main IPO membuat saya menganjurkan di pos "Cara Main Saham IPO untuk Pemula" bahwa
ada baiknya pemula belajar main saham dimulai dari saham IPO.)

Ketika berspekulasi, kita tidak mungkin menghilangkan sama sekali resiko rugi. Itulah sebabnya saya menekankan bahwa
anda harus menentukan titik cut-loss (jual rugi) sebelum saham mulai ditransaksikan. Bila saham turun, anda harus menjual
di harga cut-loss/stop-loss yang sudah anda tentukan untuk menghentikan kerugian lebih lanjut.

Ingat: main saham IPO tidak berarti pasti untung; ada kalanya juga anda akan rugi.

Arti Istilah Book-Building Saham IPO di Bursa Efek Indonesia


[Pos ini ©2011 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Book-building adalah proses penjamin emisi (underwriter) saham menentukan harga jual dengan melihat minat beli dari
institusi dan investor.

Proses book-building saham IPO di Bursa Efek Indonesia kira-kira begini: Pertama-tama, penjamin emisi mengumumkan
rentang harga book-building saham tersebut, misalnya antara Rp 750 - 1100 untuk saham Garuda Indonesia.

Langkah berikutnya, penjamin emisi mengumpulkan pernyataan minat beli dari semua calon investor. Dalam pernyataan ini
investor menyebut berapa jumlah saham yang dipesan dan di harga berapa. Harga ini harus di dalam rentang harga yang
sudah ditentukan penjamin emisi. Untuk kasus Garuda Indonesia, investor hanya boleh memasukkan harga antara Rp 750 -
1100.

Investor yang sangat berminat mendapatkan jatah saham sebanyak mungkin akan memasukkan minat beli (bid) di harga
batas atas. Kalau banyak investor memasukkan harga bid tinggi, investor yang memasukkan harga rendah kemungkinan tidak
akan mendapat jatah. Inilah sebabnya kebanyakan investor book-building memasukkan bid di harga atas.
Tindakan melakukan bid di harga tinggi beresiko rugi besar kalau si investor tidak tahu besar animo pasar terhadap saham
tersebut. Artinya begini: kalau investor memasukkan bid harga tinggi padahal saham tersebut sepi peminatnya, si investor
akan mendapat banyak jatah saham yang tidak diminati orang lain. Alhasil, harga saham akan turun waktu diperdagangkan
di bursa dan si investor rugi besar. Inilah sebabnya saya menganjurkan pemula main saham untuk TIDAK memesan saham
melalui prosess book-building. Silahkan baca pos "Cara Main Saham IPO Untuk Pemula."

Setelah mengumpulkan semua minat beli, penjamin emisi lalu menentukan harga optimum di mana saham itu akan laku.
Kalau peminat banyak, harga ditentukan di batas atas dan pemesan mendapat jatah sedikit. Kalau peminat sedikit, harga
ditentukan di batas bawah dan pemesan mungkin mendapat jatah banyak.

Harga yang ditentukan ini disebut harga penawaran umum. Semua investor membayar harga penawaran umum ini untuk
jatah saham yang didapat.

4 komentar:

1.

Saham2 Februari 2011 01.08

apa keuntungan investor yang ikut book building?

bila semua investor beli di harga penawaran umum, apa kerugian investor yang memasukan minat beli harga atas?

Balas

2.

Iyan2 Februari 2011 08.59

Silahkan baca pos "Cara Main Saham IPO Untuk Pemula" dan temukan jawaban pertanyaan anda di sana.

Balas

3.

Noni1 Maret 2011 14.13

mau tanya yha, kapan book building di perbolehkan di pasar saham indonesia?

Balas

4.

Iyan1 Maret 2011 14.42

Maaf Noni, saya tidak mengerti pertanyaan anda. Kalau maksud Noni kapan book-building IPO dilakukan pertama
kali di Indonesia, saya tidak tahu.

Tapi kalau maksud Noni kapan book-building dilakukan pada proses IPO, jawabannya adalah sebelum pooling.
Silahkan baca pos "Cara Main Saham IPO untuk Pemula."

Balas
Beli Saham IPO di Book-Building Bisa Rugi Besar
[Pos ini ©2011 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Pada pos "Cara Main Saham IPO untuk Pemula" saya menganjurkan anda untuk tidak ikut book-building dan hanya ikut
pooling IPO yang jatah book-buildingnya kurang dari 5%. Apa resikonya kalau anda tidak mematuhi kaidah ini?

Kalau anda ikut book-building tanpa mengetahui prospek emiten, anda bisa rugi relatif besar, seperti yang terjadi kalau anda
membeli saham IPO Megapolitan Developments (EMDE). Mari kita telusuri bersama.

Data IPO EMDE adalah sebagai berikut:

Rentang Harga Book-Building: Rp 150 - 250

Harga Penawaran: Rp 250


Jatah book-building: di atas 50%
Jatah pooling: sekitar 7%
Tanggal listing: 12 Januari 201
Harga pada hari pertama: Tertinggi (Hi) 265, terendah (Lo) 195

Mari kita menghitung potensi kerugian saham EMDE.

Pada hari pertama transaksi, kejadian di harga 255 – 265 relatif sedikit dan hanya terjadi dalam waktu singkat, jadi kalaupun
anda langsung menjual kemungkinan terjual di harga 250.

Jadi kalau anda langsung menjual saat saham diperdagangkan, kemungkinana besar anda impas dan masih rugi biaya
transaksi.

Itu kalau anda cepat menjual di pagi hari. Kalau anda menjual di sore hari di harga 210, anda akan merugi.

Rugi dari penurunan harga: (250-210) /250 = 16%


Kalau anda ikut book-building:

Total rugi = 50% (jatah book-building) x 16% (penurunan harga) = 8%

Kalau anda ikut pooling:

Total rugi = 7% (jatah pooling) x 16% (penurunan harga) = 1.12%

Jadi kalau anda ikut book-building Rp 100 juta, anda rugi Rp 8 juta; kalau anda ikut pooling Rp 100juta, anda rugi Rp
1.120.000.

Anda bisa lihat sendiri bahwa ikut book-building beresiko besar. Ketika anda mendapat jatah banyak, harga saham
kemungkinan besar akan turun pada hari listing. Itulah sebabnya saya menganjurkan pemain saham untuk TIDAK membeli
saham IPO pada waktu book-building. Ikutilah cara yang aman: ikut pooling IPO kalau jatah book-building kurang dari 5%.
Memang, potensi keuntungan kecil, tapi potensi rugi juga kecil.

Walau anda sudah mengikuti kaidah membeli IPO yang benar pun, kemungkinan rugi selalu ada. Maka dari itu, selalu
tentukan titik cut-loss sebelum perdagangan saham dimulai.
6 komentar:

1.

mononoke12 Januari 2011 21.39

Terima kasih atas infonya, sangat berharga sekali. namun yang saya ingin tanyakan adalah bagaimana mengetahui
hasil penjatahan book building suatu IPO jika underwriter IPO perusahaan tsb bukan broker kita? saya pernah coba
tanya ke broker underwriter IPO bersangkutan dan tidak diberi info.

thx

Balas

2.

Iyan13 Januari 2011 09.02

Mononoke, terima kasih untuk pertanyaannya.

Informasi yang tepat di bursa memang sulit didapat. Maklumlah, insan di bursa ("teman" sekalipun)pelit informasi.
Kalaupun anda diberi info, bisa saja informasi tersebut hanya gosip alias tidak benar.

Menjawab pertanyaan Mononoke:

Kalau broker anda tidak tahu jatah book-building IPO, minta tolong ia untuk menanyakan ke teman-teman sesama
broker. Anda juga perlu berusaha mencari informasi yang beredar. Dan jangan percaya hanya pada satu sumber
informasi kalau anda belum tahu kredibilitas sumber tersebut.

Kalau Mononoke sudah berusaha tapi tetap tidak berhasil, silahkan kirim email ke saya. Kalau saya tahu, saya akan
jawab.

Balas

3.

Anonim28 Januari 2011 16.46

Sore, Bung Iyan.

Saya mau menanyakan klo misalnya penjatahan yang keluar jauh lebih besar dari yang kita perkirakan. apakah kita
bisa meng-cancel pemesanan kita? Kalau misalnya ternyata kita tidak memiliki dana sebesar penjatahan yang kita
terima, apakah book building tersebut gugur?

Maaf pertanyaan nya agak melenceng, karena saya awam sekali dan ingin tau tiap kemungkinan yang ada. thanks.

Balas

4.

Iyan28 Januari 2011 18.02


Anomim, penjatahan yang anda maksud adalah penjatahan book-building? Jatah book-building yang anda dapat
bersifat mengikat dan anda berkewajiban untuk membayar penuh. Jangan sekali-kali memesan lebih dari
kemampuan anda.

Pertama-tama saya ingatkan lagi untuk pemula main saham untuk TIDAK ikut book-building saham IPO. Silahkan
baca pos "Cara Main Saham IPO untuk Pemula."

Kalau anda memesan di book-building tanpa menyetor uang terlebih dahulu lalu anda tidak membayar jatah yang
anda dapat, berarti anda melanggar janji. Saya tidak tahu kebijakan sekuritas tempat anda memesan. Bisa saja
mereka menganggap batal dan hanya mem-blacklist anda. Atau bisa juga mereka mengambil tindakan hukum
terhadap anda untuk memaksa anda membayar kewajiban anda.

Intinya begini: jangan memesan lebih dari kemampuan anda. Bisnis finansial adalah bisnis berbasis kepercayaan.
Kalau anda mau serius di bidang ini, anda harus memenuhi komitmen anda kepada pihak lain, tidak peduli apakah
komitmen itu menguntungkan atau merugikan. Kalau sudah komit, harus dilakukan.

Coba anda bayangkan, kalau anda membeli saham dan saham itu naik. Lalu sekuritas anda memberitahu bahwa
saham itu bukan milik anda. Saya yakin anda akan marah.

Demikian pula sebaliknya. Kalau anda membeli saham lalu harga saham turun tapi anda tidak mau bayar. Tentu saja
pihak sekuritas akan marah dan menuntut anda untuk membayar kewajiban anda.

Balas

5.

Anonim6 Februari 2011 11.40

Maaf Bung, bukankah masih bisa dibatalkan sebelum tanggal efektif IPO. Ini karena sahamnya saja belum ada (exist).

Bahkan dari info yang saya terima di http://en.wikipedia.org/wiki/Book_building


dinyatakan bahwa "underwriter" yang menanggung resiko.

Balas

6.

Iyan7 Februari 2011 11.47

Bung Anonim dikasih tahu kok ngeyel ya? Kalau Bung mau tahu kepastiannya, silahkan tanya ke broker anda.

Saham sudah ada (exist) tapi belum diperdagangkan di bursa. Jangan salah mengerti. Setiap perusahaan pada waktu
didirikan saja sudah ada sahamnya.

Bayangkan kalau Bung penjual nasi goreng dan saya memesan sepiring. Ketika Bung sedang memasak, saya
membatalkan pesanan. Apakah tindakan itu benar hanya karena nasi gorengnya belum exist? Bung marah atau tidak
kalau diperlakukan seperti itu?

Underwriter menanggung resiko kalau tidak ada pembeli. Kalau pemesan tidak bayar, perusahaan sekuritas yang
menerima order yang menanggung akibatnya. Sekuritas akan memutuskan apa yang akan dilakukan terhadap
pemesan yang tidak mau bayar ini.

Setelah kisruh banyak pemesan book-building Garuda yang tidak mau bayar,untuk masa akan datang kemungkinan
sekuritas mengharuskan pemesan di book-building untuk menyetor uang.

Sekali lagi saya ingatkan: jangan pesan apapun kalau anda tidak sanggup bayar. Saya juga sudah berkali-kali
mengingatkan pemula untuk tidak pesan saham IPO di book-building. Kalau membandel, berarti anda sudah siap
menanggung semua resikonya.

Jika anda ingin tahu korelasi saham-saham luar negeri dengan


saham-saham Indonesia
Makna "Dow Jones" Bagi Pemain Saham Indonesia (Bagian I)
[Pos ini ©2011 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Kata “Dow Jones” sering terdengar dalam pembicaraan tentang saham.

“Semalam Dow Jones naik berapa poin?” tanya seorang investor saham kepada pialangnya. Atau ”Dow Jones jeblok
semalam,” celetuk seorang pemain saham dengan nada cemas. “Bisa-bisa saham Indonesia anjlok juga nih.”
Apa sebenarnya arti “Dow Jones” dan apa hubungannya dengan pemain saham di Indonesia? Pos ini akan berusaha
menjawab pertanyaan tersebut. (Saya tidak akan menyelami sejarah "Dow Jones" tapi lebih ke arah diskusi "Dow Jones" dari
sudut pandang pemain saham.)

Apa Itu "Dow Jones"

Ketika orang menyebut “Dow Jones,” yang biasa dimaksudnya adalah “Dow Jones Industrial Average” (DJIA). DJIA ini adalah
indeks yang terdiri dari 30 saham perusahaan besar industri di Amerika Serikat. “Industri” yang dimaksud di sini bukan hanya
perusahaan manufaktur tapi juga mencakup industri finansial, perbankan, asuransi, farmasi, pertambangan, retail, teknologi.

Ketigapuluh saham yang tercakup dalam DJIA bisa dikategorikan sebagai perusahaan “blue-chip” Amerika. (Silahkan baca pos
“Arti Istilah Saham ‘Blue-Chip’.”)
Kenapa Dinamakan “Dow Jones”

“Dow Jones” adalah nama penerbit surat kabar The Wall Street Journal. Penerbit inilah yang menyusun indeks saham 30
perusahaan besar industri yang mereka namakan “Dow Jones Industrial Average.”

Perusahaan Dow Jones ini menyusun tidak hanya "Dow Jones Industrial Average" saja, tapi juga indeks "Dow Jones
Transport" dan indeks-indeks yang lain. Tapi indeks-indeks lain tersebut tidak sepopular “Dow Jones Industrial Average.”
Maka dari itu, kalau orang mengatakan “Indeks Dow Jones” yang dimaksudnya kemungkinan besar adalah “Dow Jones
Industrial Average.”

Mengapa “Dow Jones” Terkenal

Charles Dow, salah seorang pendiri Dow Jones, adalah pencetus ide memakai indeks saham sebagai tolok ukur kondisi pasar
saham secara keseluruhan. Sebelum ini, bursa saham Amerika tidak mengenal indeks saham.

Logika Charles Dow kira-kira begini: Naik-turunnya satu saham memang tidak mencerminkan pergerakan pasar saham secara
keseluruhan, tapi rata-rata dari naik-turunnya beberapa saham bisa menjadi cermin pergerakan pasar saham secara
keseluruhan. Karena “Dow Jones Industrial Average” adalah salah satu indeks saham yang paling awal dikenal di bursa saham
Amerika, indeks ini terkenal ke seantero dunia sampai saat ini.

Sekarang anda sudah tahu sedikit tentang apa, kenapa, dan mengapa “Dow Jones Industrial Average.” Tapi apa hubungan
indeks saham di Amerika Serikat dengan saham Indonesia? Silahkan baca pos “Makna ‘Dow Jones’ Bagi Pemain Saham
Indonesia (Bagian II)."

2 komentar:

1.

Reinhard Oktavian14 Juli 2013 10.24

Pak, apakah Dow Jones ini sama dengan IHSG cuma versi Amerika?

Balas

Balasan

1.

Iyan14 Juli 2013 10.45

Mirip tapi tidak sama.

IHSG adalah Indeks Harga Saham Gabungan. Yang tercakup adalah SEMUA saham yang diperdagangkan di
Bursa Efek Indonesia.

Dow Jones Industrial Average adalah indeks dari 30 (tiga puluh) saham blue-chip di Amerika Serikat.
Makna "Dow Jones" Bagi Pemain Saham Indonesia (Bagian II)
[Pos ini ©2011 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Pos “Makna ‘Dow Jones’ Bagi Pemain Saham Indonesia (BagianI)” menjelaskan apa itu Dow Jones Industrial Average. Nah,
setelah anda tahu apa itu Dow Jones Industrial Average (DJIA), kini saatnya anda memahami makna dan hubungan DJIA bagi
pemain saham Indonesia.

Anda sudah tahu dari pos sebelumnya bahwa DJIA adalah indeks saham-saham di Amerika Serikat—yang merupakan pusat
keuangan dunia, setidaknya sampai saat ini. Karena perekonomian Amerika Serikat begitu mendominasi perekonomian
negara-negara lain, pergerakan harga saham-saham di sana juga mempengaruhi pergerakan saham di negara-negara lain.
Kalau DJIA naik, saham di negara-negara lain biasanya ikut naik; kalau DJIA turun, saham di negara-negara lain biasanya ikut
juga turun.

Kata kunci kalimat di atas adalah “biasanya.” Artinya, hal itu yang biasa terjadi tapi tidak selalu harus begitu.

Sering juga terjadi DJIA naik pada malam hari Waktu Indonesia Barat (WIB) tapi keesokan paginya Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia tidak naik atau malah bergerak turun. Kebalikannya, kadang DJIA turun tapi esok pagi
IHSG Indonesia tidak turun, malahan naik.

Mengapa bisa begini?

DJIA memang mempengaruhi bursa-bursa saham lain di dunia termasuk Bursa Efek Indonesia (BEI). Tapi walaupun IHSG
Indonesia terpengaruh pergerakan DJIA, IHSG lebih condong mengikuti pergerakan bursa-bursa saham Asia pada hari yang
sama, terutama bursa saham Singapura yang tercermin dari Strait Times Index (STI). Perhatikan juga bahwa BEI buka pada
jam 09:30 WIB*, setelah bursa-bursa saham Asia lain (Jepang jam 07:00 WIB, Singapura jam 08:00 WIB, Hongkong 08:30
WIB, China 08:30 WIB) buka. Daripada mengikuti DJIA di Amerika Serikat, bisa dikatakan IHSG lebih condong “mengekor”
bursa-bursa regional Asia.

[* NB: Mulai 02 Januari 2013, BEI buka pada jam 09:00 WIB.]

Artinya, anda jangan serta-merta menyimpulkan karena DJIA semalam naik maka IHSG pagi hari ini pasti naik. Itu yang
“biasanya” terjadi, tapi tidak ada kepastian. Perhatikan dahulu pergerakan indeks-indeks saham regional Asia yang sudah
buka pada pagi itu seperti Nikkei (Jepang), Strait Times (Singapura), Hang Seng (Hongkong), Shanghai Composite (China).
Kalau DJIA naik dan Nikkei, Strait Times, Hang Seng, Shanghai naik, kemungkinan besar IHSG akan naik.

Tapi ada satu informasi lebih penting lain yang bisa anda dapat dengan memperhatikan pergerakan DJIA vs. IHSG: anda bisa
membandingkan level bullish (atau bearish) indeks yang satu (DJIA) relatif terhadap yang lain (IHSG).

Maksud saya begini, kalau DJIA naik 1% tetapi IHSG naik 2% berarti saham-saham Indonesia lebih diminati investor daripada
saham-saham Amerika; IHSG lebih bullish daripada DJIA. Kalau DJIA naik 1% tapi IHSG cuma naik 0.2% berarti saham-saham
Indonesia kurang diminati; IHSG kurang bullish dibanding DJIA. Lebih-lebih lagi kalau DJIA naik 1% tapi IHSG turun 1%, ini
berarti saham-saham Indonesia tidak diminati oleh investor; IHSG bearish padahal DJIA bullish.

Bagaimana menginterpretasikan level bullish IHSG relatif terhadap DJIA? Silahkan lanjut baca ke pos "Pengaruh Gejolak Dow
Jones Pada IHSG Bursa Indonesia."

Dow Jones Turun 513 Points Semalam. Tindakan Apa Yang Bisa Anda Lakukan? (Bagian I)
[Pos ini ©2011 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]
Jumat, 05 Agustus pukul 03:00 WIB (Kamis, 04 Agustus jam 16:00 waktu New York) , bursa saham Amerika ditutup turun
drastis. Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 513 points (4.3%), S&P 500 turun 60.3 points (4.8%), Nasdaq Composite
anjlok 136.7 points (5.1%).

Dini hari tersebut bursa-bursa Asia hancur lebur mengikuti jejak Amerika. Nikkei 225 Jepang, Strait Times Singapura, Hang
Seng Hong Kong, Shanghai Composite Index langsung anjlok 3% pada pembukaan perdagangan.

Pada pukul 08:45 WIB, melihat kondisi bursa Amerika dan Asia yang hancur lebur anda yakin saham-saham Indonesia juga
akan anjlok. Nah, kalau anda punya saham Indonesia, apa saja pilihan yang bisa anda lakukan pada saat Bursa Efek Indonesia
(BEI) buka pada puku 09:30 pagi itu?

Semuanya tergantung apakah anda investor jangka panjang atau trader jangka pendek dan juga tergantung pengalaman
anda (pemula, menengah, mahir). Tapi secara umum ada tiga opsi/pilihan yang bisa anda lakukan:

1. Tidak melakukan apa-apa


2. Jual (cut-loss/stop-loss) saham yang anda miliki
3. Beli lagi saham anda yang turun drastis

Mari kita telaah ketiga pilihan tersebut.

1. Tidak Melakukan Apa-apa

Ini yang umumnya dilakukan para pemain saham karena tidak melakukan apa-apa adalah pilihan termudah. Tapi yang
termudah biasanya bukanlah yang terbaik. Lagipula, pilihan ini biasanya tidak dipilih tetapi lebih karena si pemain saham
terkesiap melihat saham yang dimilikinya turun drastis dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Saya masih ingat kala pertama kali mengalami saham turun drastis pada saat pasar dibuka. Saya hanya menatap monitor
dengan mulut ternganga, otak saya membeku, kalut memikirkan kerugian yang saya derita, tapi tak tahu apa yang harus saya
lakukan.

Kalau anda adalah investor jangka panjang tindakan tidak melakukan apa-apa bisa jadi adalah pilihan yang tepat. Menjual
ketika pasar sedang panik biasanya berarti anda menjual di harga rendah. Memang, sangat mungkin saham-saham akan
turun lebih rendah lagi. Tapi karena anda sudah memegang saham tersebut dalam jangka waktu lama ada baiknya anda
menunggu beberapa hari sampai panik mereda sebelum memutuskan tindakan yang harus anda lakukan:jual atau tetap
memegang saham tersebut.

Tapi kalau anda adalah trader/pedagang jangka pendek, tidak melakukan apa-apa adalah tindakan salah. Sebagai trader
anda seharusnya sudah menentukan titik cut-loss saham anda pada saat anda membeli saham tersebut. Karena pasar turun
drastis, kemungkinan saham anda sudah melampaui titik cut-loss yang anda tentukan tersebut. Jadi seyogyanya anda harus
mencoba untuk menjual (cut-loss) saham-saham tersebut.

2. Jual (cut-loss/stop-loss) saham yang anda miliki

Misalkan anda punya saham BBRI dan titik cut-loss sudah ditentukan pada harga Rp 6850. Melihat DJIA, S&P500, Nasdaq dan
indeks-indeks bursa Asia berguguran, anda memutuskan untuk menjual saham tersebut pada saat pasar dibuka.

Katakanlah anda memasukkan order jual BBRI pada harga Rp 6850 pada sesi pre-opening, padahal BBRI tutup pada harga Rp
7100 pada tanggal 04 Agustus 2011. Masalahnya pastikah saham tersebut laku terjual pada harga cut-loss anda?

Pada kondisi normal, kalaupun anda memasukkan order jual saham di pre-opening dengan harga jauh di bawah harga
penutupan kemarin, kemungkinan besar saham tersebut akan laku di kisaran harga penutupan kemarin. Jadi kalau anda
memasukkan order jual BBRI di 6850 padahal harga penutupan kemarin 7100, kemungkinan BBRI anda akan laku di harga
7000 atau 7050. Tapi karena semalam bursa Amerika hancur lebur dan disusul anjloknya bursa-bursa Asia, kondisi hari itu
bukanlah kondisi normal.

Kenyataannya, BBRI dibuka di pre-opening pada harga Rp 6600, 500 rupiah di bawah harga close kemarin! Ini berarti BBRI
langsung anjlok melewati titik cut-loss anda di Rp 6850. Apa yang harus anda lakukan? Tunggu dan berharap BBRI naik
sampai ke harga 6850 atau langsung menurunkan harga jual BBRI anda tersebut ke 6600?

Pemain saham biasanya membuat keputusan tergantung pada harga berapa ia membeli saham tersebut. Kalau anda
membeli BBRI di harga Rp 6000, tidaklah terlalu menyakitkan untuk langsung menjual di 6600. Tapi kalau anda membeli
BBRI di harga Rp 7100 kemarin sore, sangat mungkin anda tidak rela menjual di harga 6600 ini.

Seharusnya harga jual saham anda tidak tergantung pada harga beli tapi hanya tergantung harga cut-loss atau stop-loss yang
sudah anda tentukan. Jadi kalau harga saham anda sudah turun ke bawah titik cut-loss tersebut, anda harus rela menjual
saham tersebut. Yang boleh anda lakukan hanyalah berusaha menjual di harga terbaik.

Kalau anda seorang pemula, tidak ada salahnya anda langsung menjual di harga bid saat itu (6600). Tapi kalau anda siap
mengambil resiko, anda bisa coba meng-"offer" saham BBRI tersebut beberapa poin di harga pembukaan tersebut. Karena
BBRI dibuka di 6600, cobalah anda pasang "offer" di harga 6700 atau 6750.

Mengapa ini layak dicoba?

Ingin tahu jawabannya? Lanjut baca ke pos "Dow Jones Turun 513 Points Semalam. Tindakan Apa Yang Bisa Anda Lakukan?
(Bagian II)."

Dow Jones Turun 513 Points Semalam. Tindakan Apa Yang Bisa Anda Lakukan? (Bagian II)
[Pos ini ©2011 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Pos ini adalah lanjutan dari “Dow Jones Turun 513 Points Semalam. Tindakan Apa Yang Bisa Anda Lakukan? (Bagian I)."

Biasanya, saham yang sudah turun drastis akan naik sedikit kalaupun akhirnya anjlok lagi. Yang terjadi pagi itu BBRI setelah
anjlok ke 6600 pada pembukaan, pada pukul 10:00an sempat naik ke harga 6800. Jadi kalau anda "offer" di 6700 atau 6750,
saham BBRI anda akan laku terjual.

Tentu saja tindakan ini ada resikonya. Resikonya? Tidak ada jaminan saham anda akan naik ke harga "offer" anda. Bisa saja
saham tersebut langsung turun lebih tajam dari harga pembukaan.

3. Beli saham yang turun drastis

Saya mengatakan di atas bahwa saham yang turun drastis biasanya akan naik dulu sedikit kalaupun selanjutnya anjlok lagi.
Mengikuti kaidah ini, kalau saham yang anda miliki anjlok jauh di bawah harga cut-loss, anda bisa mencoba membeli lagi
saham tersebut di harga rendah untuk menurunkan harga rata-rata beli saham tersebut. Istilah keren tindakan ini adalah
“average down.”

Tujuan anda meng-“average down” adalah untuk menjual semua saham yang anda miliki ketika saham tersebut naik sedikit.
Karena harga beli rata-rata anda lebih rendah dari harga beli pertama, kerugian anda akan lebih kecil.

PERINGATAN! Strategi ini adalah strategi trading jangka pendek (bukan buy-and-hold) dengan resiko sangat tinggi dan
sebaiknya tidak anda lakukan kalau anda berpengalaman bermain saham kurang dari 2 tahun.

Melanjutkan contoh BBRI di atas, katakan anda punya BBRI 10 lot dengan modal Rp 7000. Pada pembukaan pasar BBRI
anjlok ke Rp 6600—di bawah harga cut-loss anda di Rp 6850—dan anda memutuskan membeli 10 lot BBRI lagi di harga 6600
ini dan langsung meng”offer” semua (20 lot) saham tersebut di Rp 6750. Kalau laku di 6750, berarti anda mendapat untung
Rp 150 dari 10 lot yang baru anda beli dan rugi Rp 250 dari 10 lot awal dengan total kerugian Rp 100. Ini kurang lebih sama
dengan anda meng-“cut-loss” 10 lot saham awal BBRI anda di harga 6900.

Secara teori strategi di atas sangatlah baik, tetapi eksekusinya sangatlah sulit. Membeli saham ketika harga turun drastis
memerlukan nyali baja. Lagipula bisa saja setelah anda membeli di harga rendah, saham tersebut malahan anjlok lebih
rendah lagi. Kalau ini yang terjadi, bukannya kerugian berkurang malahan kerugian membengkak.

Di atas saya sudah memperingati anda untuk tidak melakukan strategi ini kalau anda berpengalaman bermain saham kurang
dari 2 tahun. Ada satu hal lagi yang harus saya peringatkan: jangan melaksanakan strategi ini dalam jumlah uang melebihi
kemampuan anda. Artinya, kalau posisi saham anda rugi dan anda tidak punya uang tunai untuk membeli lagi, jangan sekali-
kali meminjam uang (memakai fasilitas “margin”/pinjaman dari perusahaan sekuritas) untuk melakukan “average down.”
Sangat mungkin anda akan terkena “margin call” dan bangkrut disapu badai bursa. Belilah tambahan saham hanya kalau
anda sendiri masih punya uang yang sudah dialokasikan untuk main saham.

Nah, begitulah kira-kira pilihan yang bisa anda lakukan kalau saham anda di Bursa Efek Indonesia turun drastis. Saya tidak
membahas strategi “short sell” dan strategi dengan “option” karena sampai saat ini di Indonesia “short sell” sulit dilakukan
dan “option” belum diperdagangkan.

9 komentar:

1.

Virtual Kim9 Mei 2012 16.42

Mantap pak, uraian ketiga poin tersebut sangat mendetail dan langsung menusuk saya (karena pengalaman saya yg
serupa) hehehe... akan dijadikan bahan renungan hari ini.

Balas

2.

Iyan10 Mei 2012 09.20

Virtual Kim, terima kasih telah meninggalkan komentar.

Kalau belum pernah mengalami sendiri, penjelasan saya di atas susah dicerna. Tapi kala kita sudah pernah
merasakan derita ditindih saham-saham yang berguguran, barulah kita sadar bahwa "tidak melakukan apa-apa" bisa
jadi adalah pilihan yang terburuk.

Balas

3.

Chrsit Angga Saputra3 Juni 2012 02.43

Keren banget pa post nya..

saya mau nanya pa, saya latar belakang nya di jurusan IPA jadi ga ngerti sama sekali tentang ekonomi..
kebetulan saya mau masuk kuliah nya jurusan IT, jadi ga ada hub nya juga sama bisnis n management..
tapi saya tertarik sama yg namanya bisnis.. jadi saya ingin belajar otodidak.. nah, kira2 ada referensi buku (mungkin
lebih cocok textbook) yang membahas tentang saham, atau bisnis lainnya (contohnya property)?

terimakasih pa :D

Balas

4.

Iyan3 Juni 2012 07.19

Chrsit, textbook ttg saham banyak sekali, tetapi kebanyakan dalam bahasa Inggris. Kalau tentang bisnis lain (seperti
properti), setahu saya, juga banyak di toko buku, tapi saya tidak tahu banyak tentang bisnis-bisnis lain jadi tidak
berani memberi saran.

Tentang buku saham, mulailah dengan membaca buku-buku umum yang ada di toko buku. Textbook biasanya
membosankan dan terlalu akademis.

Kalau Chrsit suka baca buku bahasa Inggris, saya bisa memberikan banyak saran.

Balas

5.

Christ Angga Saputra3 Juni 2012 10.53

Saya pernah coba cari buku2 di toko buku.. tapi karena pilihan buku nya sangat banyak, saya jadi bingung memilih
buku yang mana..

Boleh Pa, bahasa inggris juga tidak apa2.. bisa dikirim ke caholic@hotmail.com atau ditulis disini Pa..

Terima kasih Pa sudah mau membantu saya..

Balas

Balasan

1.

Iyan4 Juni 2012 10.38

Karena "ga ngerti sama sekali tentang ekonomi," sebaiknya Christ baca dulu buku Peter Lynch "Learn to
Earn: A Beginner's Guide to the Basics of Investing and Business." Kalau tidak dijual di toko buku lokal,
silahkan pesan ke Amazon.

Balas

6.

Ran13 September 2012 18.56

Thank u sekali pak atas keterangannya semua, btw saya juga seperti mas Christ, ilmu campur aduk karna dapatnya
cm dari surfing d internet.. belom ada patokannya..
Balas

7.

SilverHeart1 Juni 2013 16.12

bagus sekali artikel nya pa

Dalam situasi badai bursa seperti itu apakah analisa teknikal seperti bollinger band / moving avg dapat dengan
akurat menebak saham cenderung naik atau turun?

Atau ada cara lain menebak kecenderungan naik atau turun?

Balas

Balasan

1.

Iyan2 Juni 2013 17.41

Kalau anda mengerti analisa teknikal, dalam keadaan apapun anda dapat menebak kecenderungan saham
apakah akan naik atau turun.

Namanya nebak, ya tidak ada yang selalu akurat. Pasti ada (sering) salah.

Pengaruh Gejolak Dow Jones Pada IHSG Bursa Indonesia


[Pos ini ©2011 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Sebelum membaca pos ini sebaiknya anda membaca dulu pos “Makna‘Dow Jones’ Bagi Pemain Saham Indonesia.”

Tanggal 4 Agustus 2011 (waktu New York) indeks saham Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup anjlok 512.76 points
atau 4.31%. Hari-hari berikutnya DJIA terus bergejolak. DJIA naik-turun lebih dari 400 points setiap hari dari tanggal 8 sampai
dengan 11 Agustus dan mengukir rekor baru sebagai empat hari paling bergejolak dalam sejarah DJIA.

Gejolak DJIA terjadi karena banyak hal: debt ceiling (pagu hutang) Amerika Serikat, downgrade S&P terhadap hutang
Amerika, debt crisis (krisis hutang) Eropa. Tapi pada pos ini saya tidak membahas sebab-sebab anjloknya DJIA melainkan
membahas bagaiman pengaruh naik-turun DJIA terhadap Strait Times Index (STI) Singapura dan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI).

Untuk mempermudah perbandingan, marilah kita lihat tabel-tabel di bawah ini.

Date Open High Low Close Change % Change

4-Aug-11 11893.79 11893.79 11365.74 11383.68 -512.76 -4.31%

5-Aug-11 11384.29 11634.04 11126.32 11444.61 60.93 0.54%


8-Aug-11 11433.93 11433.93 10779.05 10809.85 -634.76 -5.55%

9-Aug-11 10810.91 11251.08 10588.55 11239.77 429.92 3.98%

10-Aug-11 11227.92 11227.92 10662.04 10719.94 -519.83 -4.62%

11-Aug-11 10729.85 11286.39 10729.85 11143.31 423.37 3.95%

Tabel 1. Dow Jones Industrial Average

Date Open High Low Close Change % Change

5-Aug-11 3107.01 3107.01 2973.92 2994.78 -112.23 -3.61%

8-Aug-11 2994.78 2994.78 2847 2884 -110.78 -3.70%

9-Aug-11 2884 2884 2884 2884 0 0.00%

10-Aug-11 2884 2913.13 2821.09 2821.09 -62.91 -2.18%

11-Aug-11 2821.09 2824.39 2720.21 2796.22 -24.87 -0.88%

12-Aug-11 2796.22 2850.59 2796.22 2850.59 54.37 1.94%

Tabel 2. Strait Times Index Singapura

Date Open High Low Close Change % Change

5-Aug-11 4119.88 4119.88 3866.71 3921.64 -200.45 -4.86%

8-Aug-11 3920.82 3920.82 3714.92 3850.27 -71.37 -1.82%

9-Aug-11 3846.23 3873.54 3590.94 3735.12 -115.15 -2.99%

10-Aug-11 3736.04 3883.55 3736.04 3863.58 128.46 3.44%

11-Aug-11 3863.39 3871.28 3803.25 3869.36 5.78 0.15%

12-Aug-11 3868.63 3926.55 3864.42 3890.53 21.17 0.55

Tabel 3. Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia

Perlu anda ketahui bahwa waktu New York lebih lambat 11 jam dari Waktu Indonesia Barat (WIB). Jadi ketika bursa New
York tutup pada tanggal 4 Agustus jam 16:00 waktu setempat, jam di Jakarta menunjukkan pukul 03:00 WIB tanggal 5
Agustus. Sedangkan Bursa Singapura buka pada jam 08:00 WIB pada hari yang sama dengan Indonesia.
Karena perbedaan waktu tersebut di atas, yang akan kita bandingkan adalah pengaruh DJIA Kamis, 4 Agustus pada STI dan
IHSG Jumat, 5 Agustus; DJIA Jumat, 5 Agustus pada STI dan IHSG Senin, 8 Agustus, dan seterusnya.

Mari kita mulai.

Hari Pertama

Tanggal 4 Agustus DJIA -4.31%; 5 Agustus STI -3.61% dan IHSG -4.86%. IHSG lebih turun 0.55% daripada DJIA menandakan
IHSG lebih bearish. Tapi volatilitas IHSG biasanya lebih tinggi dari volatilitas DJIA, jadi perbedaan 0.55% ini adalah hal yang
tidak significant.

Perhatikan bahwa IHSG anjlok lebih dalam (4.86%) dibanding STI (3.61%). Ini adalah hal yang lumrah karena volatilitas IHSG
memang biasanya juga lebih tinggi dari STI.

Hari Kedua

Tanggal 5 Agustus DJIA +0.54%; 8 Agustus STI -3.70% dan IHSG -1.82%. Kenapa DJIA naik sedikit sedangkan STI dan IHSG
anjlok banyak?

Bursa-bursa Asia anjlok karena perusahaan pemeringkat Standard and Poor (S&P) meng-“downgrade” hutang Amerika
Serikat pada Minggu malam. Bursa New York pada hari Jumat adem-ayem karena pengumuman "downgrade" dilakukan S&P
pada hari Minggu. Tapi bursa-bursa Asia sudah mengantisipasi pengaruh downgrade terhadap bursa New York yang baru
akan buka pada Senin jam 20:30 WIB. Jadi pada hari Senin pagi, STI dan IHSG mendahului DJIA duluan anjlok.

Perhatikan bahwa STI -3.70%, jauh lebih banyak dari IHSG yang -1.82%. Dan kalau kita menjumlahkan penurunan tanggal 5
dan 8 Agustus, akumulasinya adalah sebagai berikut:

STI = (-3.61%) + (-3.70%) = -7.31%

IHSG = (-4.86%) + (-1.82%) = -6.68%

Dari akumulasi ini anda melihat bahwa dalam dua hari STI turun lebih banyak dari IHSG (STI lebih bearish dari IHSG).

Hari Ketiga

Tanggal 8 Agustus DJIA -5.55% karena efek downgrade S&P; 9 Agustus STI tutup libur nasional dan IHSG -2.99%.

Hari Keempat

Tanggal 9 Agustus DJIA +3.98%; 10 Agustus STI -2.18% melanjutkan turun karena hari sebelumnya tutup dan IHSG yang
sudah turun hari sebelumnya, hari ini +3.44%.

Anda bisa melihat bahwa bursa yang buka setelah libur hari sebelumnya biasanya mengikuti tren pasar hari sebelumnya.

Hari Kelima

Tanggal 10 Agustus DJIA -4.62%; 11 Agustus STI -0.88% dan IHSG +0.15%. IHSG naik sedikit dibandingkan STI yang turun
0.88% dan DJIA yang masih parah, turun 4.62%. Di sini jelas terlihat bahwa IHSG lebih bullish dari STI dan jauh lebih bullish
dari DJIA.

Hari Keenam
Tanggal 11 Agustus DJIA +3.95%; 12 Agustus STI +1.94% dan IHSG +0.55%. IHSG tidak naik banyak mengikuti DJIA dan STI
karena IHSG tidak turun pada hari sebelumnya seperti bursa-bursa lain.

Akumulasi perubahan dalam enam hari trading di atas:

DJIA = (-4.31%) + (0.54%) + (-5.55%) + (3.98%) + (-4.62%) + (3.95%) = -6.02%

STI = (-3.61%) + (-3.70%) + (0%) + (-2.18%) + (-0.88%) + (1.94%) = -8.43%

IHSG = (-4.86%) + (-1.82%) + (-2.99%) + (3.44%) + (0.15%) + (0.55%) = -5.54%

Dari akumulasi naik-turun enam hari trading, anda bisa melihat bahwa IHSG turun paling sedikit dibanding DJIA dan STI. Jadi
bisa disimpulkan bahwa IHSG relatif lebih bullish dari DJIA dan STI.

10 komentar:

1.

M.Tatuhas26 Agustus 2011 03.17

Hi
saya salah satu pembaca setia anda ketika saya menemukan blog ini.
saya memulai membaca dari awal sampai di bulan maret 2011

ada satu yg missing nih mas

kapan anda akan memuat

Investasi Saham Cara Peter Lynch di Buku ‘One Up on Wall Street’ (Bagian VI).”

terima kasih

Sukses selalu

Balas

2.

Iyan26 Agustus 2011 09.12

Mas Tatuhas, terima kasih komentarnya.

Saya belum memuat "Investasi Saham Cara Peter Lynch di Buku 'One Up on Wall Street' (Bagian VI)" karena saya
mengira Bagian I s/d V artikel tersebut sepi peminat. Rupa-rupanya perkiraan saya salah.

Sesegera mungkin akan saya publikasikan pos "Investasi Saham Cara Peter Lynch di Buku 'One Up on Wall Street'
(Bagian VI)."

Balas

3.

andi lebon29 Desember 2011 21.47


Mas iyan, belum tentu no comment itu sepi peminat, bisa jadi krn mereka bingung mau comment apa krn gak
paham, contohnya saya yg very newbie di dunia share trading. Terus terang tulisan mas iyan sangat membantu dan
mencerahkan saya, saya sangan membutuhkan ilmu dan knowledge dari pelaku trading yg telah berpengalaman
seperti mas. Untuk itu jangan berhenti sharing knowledge mas karena sekecil apapun tidak akan sia sia.
Mas saya baru akan mendepositkan sejumlah uang ke perusahaan sekuritas untuk bisa trading sendiri, bagi pemula
seperti saya ada gak literatur atau saran sebelum trading? Trims n lam kenal ya

Balas

4.

Iyan30 Desember 2011 09.10

Mas Andi, terima kasih untuk komentar dan pertanyaannya.

Hampir 4 bulan saya tidak mempos blog baru, bukan karena saya kecewa karena tidak ada yang menulis "comment."
(Memang sih saya akui, "comment" yang positif membangkitkan gairah utk cepat2 menerbitkan pos baru.) Tapi 4
bulan terakhir ini saya sedang depresi, patah semangat, tidak tahu makna hidup saya. Jadi, blog ini menjadi salah
satu korban selagi saya berusaha untuk menggali semangat baru.

Untuk pembaca setia, saya mohon maaf sebesar-besarnya. Saya berharap untuk mulai aktif lagi mempos blog Terus
Belajar: Main Saham mulai Januari 2012. Mohon bantuan doa dari kawan-kawan semua.

Menjawab pertanyaan Andi: jangan masukkan modal terlalu besar, mulailah sekecil mungkin. Jadikan 2-5 tahun
pertama sebagai masa belajar, bukan untuk meraup untung. Jangan lupa juga untuk cut-loss. Semoga membantu.

Balas

5.

Virtual Kim9 Mei 2012 16.31

Jujur pak Iyan, sebelum IHSG crash kemarin (dan saya menderita kerugian kembali) dan sebelum saya baca blog
anda, saya sama sekali nggak peduli tentang saham luar negeri. Saya baru masuk ke dunia saham sejak satu tahun
lalu, namun masih rugi 30%. Mungkin yang bapak bilang benar juga, sebaiknya 2-5 tahun pertama jangan berambisi
meraup untung dulu, tapi dicoba untuk mengerti seluk-beluknya dulu.

Setelah membaca artikel ini, pandangan saya sedikit terbuka. Saya juga baru menyadari ternyata investor-investor
asing juga sangat berpengaruh ke IHSG, bukan hanya investor lokal saja.

Demikian komentar saya pak, semoga bisa membangun semangat bapak menulis. Harapan saya semoga blog ini bisa
terus berkembang lagi dan saya akan setia membaca artikel pak Iyan :)

Salam sukses!

Balas

Balasan

1.

Iyan10 Mei 2012 09.12


Virtual Kim, terima kasih sudah mampir dan meninggalkan komentar.

Pergerakan harga saham selalu terpengaruh faktor dalam dan luar negeri. Dan faktor ini bukan hanya
pergerakan saham di bursa luar negeri. Yang menjadi masalah, faktor yang mempengaruhi itu sering
berubah. Misalkan: beberapa tahun lalu, kenaikan harga minyak dunia mempengaruhi naik turunnya saham
Indonesia; sekarang, tidak terlalu berpengaruh.

Balas

6.

He16 Desember 2012 14.00

Siang Pak Iyan, mo tanya; sebagai trader pak Iyan berapa jam paling lama antara beli sampai CL? Lalu bagaimana
cara membacanya hubungan antara kenaikan index IHSG dgn perubahan harga saham lokal pak? Terimakasih

Balas

Balasan

1.

Iyan17 Desember 2012 08.58

Saya adalah swing trader; saya main saham dalam waktu harian.

Indeks BEI adalah market-capitalization-weighted. Setiap saham mempengaruhi indeks, tetapi besar
pengaruh masing-masing saham tergantung kapitalisasi pasar (jumlah saham x harga) saham tersebut.
Makin besar kapitalisasinya, makin besar pengaruhnya pada indeks.

Balas

7.

He17 Desember 2012 09.15

Pak Iyan, kalau trader harian, apa gak takut kalau pas tidur atau meleng harga saham bearish tajem? Bisa dibagikan
tip2 singkatnya pak. Terimakasih

Balas

Balasan

1.

Iyan17 Desember 2012 11.05

Resiko selalu ada. Makanya, belilah saham yang berfundamental kuat dan lagi naik.

Anda harus camkan bahwa saham (hampir) tidak mungkin langsung BEARISH tanpa pemicu. Lagipula
pergerakan saham ada MOMENTUMnya. Sudahkah anda baca pos "Prinsip Mendasar Analisa Teknikal"?
Coba anda baca dulu dan resapi Dalil Momentum.

Kalau momentum lagi naik, lalu kebetulan harga saham anjlok karena pasar bearish, itu adalah kesempatan
untuk BUY.

Jika anda ingin tahu MEKANISME transaksi saham


Arti Istilah "Scriptless Trading" di Bursa Efek Indonesia
[Pos ini ©2012 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

{Terima kasih YP untuk informasinya dan scan contoh warkat saham sehingga saya dapat menulis blog ini.}

Pada tahun 2000, Bursa Efek Jakarta (sebelum berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia) mulai melaksanakan
perdagangan saham tanpa warkat alias "scriptless trading." Sebenarnya apa yang dimaksud dengan "scriptless trading" ini?

Untuk mengerti apa itu "scriptless trading," lebih mudah kalau anda mengetahui terlebih dulu kebalikan dari "scriptless
trading" yaitu "scriptful trading" alias perdagangan dengan warkat.

Perdagangan dengan warkat ("scriptfull trading")

Sebelum tahun 2000, perdagangan saham di Bursa Efek Jakarta dilakukan dengan menggunakan warkat. Apakah warkat itu?

Warkat adalah selembar kertas bukti kepemilikan suatu saham. Kalau saham kita bandingkan dengan rumah, warkat saham
adalah sertifikat rumah. Setelah kita membeli saham, kita akan mendapat warkat--atau sertifikat saham--sebagai bukti
bahwa kita adalah pemilik sah saham tersebut. Warkat ini bisa anda simpan sendiri atau bisa juga disimpan di perusahaan
broker saham di mana anda membeli saham tersebut.
Contoh Warkat/Sertifikat Saham INCO

Ketika perdagangan dengan warkat ("scriptful trading") masih berlangsung, setiap sore setelah pasar tutup, pegawai "back-
office" broker saham harus menyiapkan warkat saham-saham yang dijual oleh pemain saham pada hari itu untuk diserahkan
kepada Kliring Deposit Efek Indonesia (KDEI) beberapa hari kemudian. Pada saat menyerahkan warkat saham yang dijual
pemain saham, sekuritas saham akan menerima warkat saham-saham yang dibeli investor pada hari yang sama.
Contoh Warkat/Sertifikat Saham Rig Tenders

Bisa anda bayangkan betapa ruwetnya proses ini. Dan sangat memakan waktu. Kalau di perusahaan broker ada 100 investor
yang masing-masing membeli satu saham yang berbeda, petugas "back-office" harus menyortir warkat saham-saham ini.
Masalahnya, jumlah lembar saham di setiap warkat tidak selalu sama. Bisa 100 lembar, bisa 500 lembar (satu lot), bisa juga
angka-angka lainnya. Tidak heran kalau pada masa "scriptful trading" karyawan "back-office" perusahaan sekuritas sering
pulang jam 12 malam.

Dengan bertambahnya jumlah pemain saham dan juga bertambahnya saham yang diperdagangkan di bursa, penggunaan
warkat menjadi penghambat kelancaran perdagangan saham. Itulah sebabnya Bursa Efek Jakarta memutuskan untuk
menghapus perdagangan dengan warkat dan menggantinya dengan "scriptless trading" (perdagangan tanpa warkat).
Perdagangan tanpa warkat ("scriptless trading")

Kalau transaksi dengan warkat ("scriptful trading") kita samakan dengan transaksi memakai uang tunai, transaksi tanpa
warkat ("scriptless trading") adalah transaksi melalui transfer bank. Uangnya tetap berpindah-tangan, tetapi pada transaksi
transfer bank, uang tersebut langsung didebit dari rekening pengirim dan dikredit ke rekening penerima secara elektronik.
Tidak ada pertukaran uang tunai dalam proses tersebut.

Dengan dilaksanakannya "scriptless trading," pegawai "back-office" perusahaan broker saham tidak perlu lagi menyortir
warkat-warkat saham yang diperjualbelikan nasabahnya. Saham yang dibeli nasabah akan dikredit dan saham yang dijual
akan didebit oleh Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) secara elektronik ke rekening perusahaan sekuritas. Perusahaan
sekuritas saham kemudian akan mengkredit dan mendebit saham ke sub-rekening investor di perusahaan tersebut. Mudah
dan praktis.

Tapi kemudahan dan kepraktisan ini ada kelemahannya. Apa bukti bagi nasabah/investor saham bahwa mereka adalah
pemilik sah dari saham yang mereka beli dan sudah dibayar? Tanpa warkat, bukti kepimilikan hanya dalam bentuk elektronik
dan hanya bisa diakses perusahaan broker saham. Bisa saja perusahaan broker saham tidak mengkredit kepimilikan saham
kepada pemilik yang sah.

Rekening AKSES (Acuan Kepemilikan Sekuritas)

Untuk menghapus kekhawatiran seperti disebut di atas, setiap pemilik rekening perdagangan saham sekarang diharuskan
juga mempunyai rekening AKSES (Acuan Kepemilikan Sekuritas) di KSEI. Dengan adanya rekening AKSES ini, KSEI akan
langsung mengkredit dan mendebit saham yang diperjualbelikan investor ke rekening AKSESnya, bukan lagi ke rekening atas
nama perusahaan broker saham. Dan investor bisa mengecek sendiri saham-saham yang ia miliki melalui internet.

Dengan adanya AKSES, investor saham dapat berinvestasi dengan tenang di Bursa Efek Indonesia tanpa harus khawatir kalau
saham-sahamnya akan dibawa kabur oleh perusahaan broker nakal.

Saya simpulkan bahwa "Scriptless trading" tidak hanya mengurangi beban pekerjaan "back-office" perusahaan broker, tapi
juga memberi rasa aman kepada investor, dan juga memberi kemudahan dan kepraktisan bagi investor untuk mengetahui
status kepemilikan sahamnya.

8 komentar:

1.

He13 Desember 2012 16.27

Sore Pak Iyan, Mo tanya,


Bagaimana mengetahui bahwa broker saham itu baik (tdk nakal)? Apakah mending mencari broker online dengan
fitur dan CS yg baik (spt yg disarankan etrading dan IPOT) atau broker plat merah spt Mandiri walau fitur dam
Customer S kurang, tetapi lebih "aman".
Terimakasih

Balas

Balasan

1.

Iyan13 Desember 2012 17.37


Pengamatan anda sudah benar.

Kalau anda mementingkan ketenangan, lebih baik pakai broker plat merah (Mandiri Sekuritas, BNI Sekuritas,
Danareksa) atau perusahaan ternama (Panin Sekuritas, IPOT).

Semakin besar perusahaan, pelayanan makin tidak fleksibel. Tapi setidaknya rasa aman lebih terjamin.

Perusahaan kecil lebih fleksibel dan pelayanan mungkin lebih personal. Karena fleksibel, mereka juga relatif
lebih mungkin "nakal" dibanding perusahaan besar.

Jadi, semua balik ke apa yang anda mau. Mau aman atau mau fleksibel.

Balas

2.

mawar permata10 Januari 2013 22.22

saya mwau taya:

Holcim Indonesia Tbk.[S]

yang mau saya tanyakan "[S]" maksudnya apa y?

-Trimakasih

Balas

Balasan

1.

Iyan12 Januari 2013 23.42

Saya tidak tahu arti [S] yang anda maksud. Kenapa anda perlu tahu?

Balas

3.

Hermawan13 April 2013 21.34

Ketika membaca sepintas dari judulnya saya kurang begitu tertarik, tapi setelah saya baca secara seksama dan
seluruhnya ternyata ini artikel yang sangat berguna sekali bagi saya, Pak. Terima kasih artikelnya. Sangat bermanfaat
bagi pemula :)

Pak, ini sedikit, kalau boleh tahu Bapak bekerja dimana Pak? Bapak seorang broker ya Pak? (Cuma menebak)

Balas

Balasan
1.

Iyan14 April 2013 18.09

Kalau Hermawan baca di halaman About, saya tulis di sana bahwa saya bukan broker, tetapi pemain saham
murni.

Semoga Hermawan cepat membuka rekening saham dan sukses bertransaksi.

Balas

4.

invest box29 Mei 2013 00.27

Pak, kalo Danareksa itu pelat merah, bpk tau dari mana?

diantara Danareksa, Mandiri, dan BNI mana yg kira2 bpk sarankan untuk investasi jangka panjang (bukan trading)?
apa ada biaya bulannya?

mohon informasinya ya pak.


Thx..

Balas

Balasan

1.

Iyan29 Mei 2013 08.44

Emangnya anda tau dari mana Danareksa bukan pelat merah?

Saya tidak bisa menyarankan karena saya tidak pernah trading atau investasi di Danareksa, Mandiri, BNI
Sekuritas.

Silahkan baca pos "Sekuritas/Broker Saham Mana Yang Bagus."

http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2012/08/sekuritas-broker-saham-mana-bagus.html

Pasar Regular, Tunai, Negosiasi di Bursa Saham Indonesia, Bagian I


[Pos ini ©2012 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Karena hampir semua transaksi jual-beli saham dilakukan di Pasar Regular, banyak pemain saham—bahkan yang sudah
puluhan tahun berkecimpung di bursa—mengira hanya ada satu jenis pasar di Bursa Efek Indonesia.

Tidak begitu.
Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia dilakukan di dua jenis pasar: Pasar Regular dan Pasar Non-regular. Pasar Non-
regular terbagi lagi menjadi Pasar Tunai dan Pasar Negosiasi.

Pada pos ini saya akan membahas fungsi, tata laksana, dan cara penyelesaian transaksi ("settlement") di Pasar Regular, Pasar
Tunai, dan Pasar Negosiasi dari kaca-mata pemain saham.

Pasar Regular

Pasar Regular adalah pasar utama di mana para pemain saham bertransaksi. Kalau anda bertransaksi dengan online-trading
dan memasukkan order beli ("bid") dan order jual ("offer"), secara "default" order tersebut adalah order di Pasar Regular.
(Kalau anda belum mengerti tentang istilah "Bid" dan "Offer" silahkan baca dulu pos "Istilah 'Bid' dan 'Offer' Ketika Bermain
Saham.")

Pada tampilan Buy Order eTrading di atas yang saya tandai oval merah, anda bisa lihat bahwa "Mkt" (Pasar) secara default
adalah "Regular Board" atau Pasar Regular. Kalau pada sistem online-trading yang anda pakai tidak ada pilihan "Market,"
berarti secara "default" anda hanya bisa bertransaksi di Pasar Regular.

Hal lain yang harus anda ketahui: Order jual dan order beli di Pasar Regular HARUS dalam satuan lot, di mana satu lot (untuk
sekarang ini) sama dengan 500 lembar saham. Order beli atau jual untuk saham kurang dari satu lot—yang biasa disebut
"odd lot—tidak bisa dilakukan di Pasar Regular. Untuk mengetahui arti istilah "lot" dan "odd lot" silahkan baca pos "Arti
Istilah 'Lot' dan 'Odd Lot' di Bursa Efek Indonesia."

Pada tampilan Buy Order eTrading di atas, anda bisa lihat pada harga Bid 440 untuk Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur
(BJTM), "B Vol" (Bid Volume) adalah 58.176 lot, bukan lembar.

Settlement Pasar Regular


Settlement—alias penyelesaian transaksi—Pasar Regular adalah pada hari T+3. Saya tidak tahu pasti "T" ini singkatan dari
apa, tapi terkaan saya "T" ini adalah kependekan dari "Transaksi."

Apa arti T+3 ini?

Artinya, TIGA hari kerja bursa setelah transaksi (T+3) uang pembayaran DAN saham berpindah tangan.

Ada sebagian pemain saham yang salah kaprah, yang mengira bahwa saham langsung didapat pada T+0 sedangkan
pembayaran dilakukan di T+3. Tidak begitu.

Lebih jelasnya, kalau anda membeli saham sejumlah Rp 10 juta pada hari ini (hari T+0), anda harus membayar Rp 10 juta ini
tiga hari kerja bursa kemudian (T+3). Pada hari T+3 tersebut, saham yang anda beli masuk ke rekening anda.

Kalau anda bukannya membeli tetapi menjual saham sejumlah Rp 5 juta pada hari ini (T+0), uang hasil penjualan ini akan
masuk ke rekening anda pada hari T+3. Pada hari T+3 ini juga saham yang anda jual akan didebit dari rekening anda.

Kalau anda membeli dan menjual saham pada hari yang sama, bagaimana penyelesaian transaksinya?

Mau tahu jawabannya? Klik di sini untuk lanjut baca "Pasar Regular, Tunai, Negosiasi Bursa Saham Indonesia, Bagian II."

7 komentar:

1.

hitam dan putihku25 Desember 2012 12.11

Blog yang menarik untuk belajarsaham, tapi ada hal yang masih ingin saya tanyakan, maksud dari kita wajib
melakukan pembayaran seperti apa?

bukankah sebag investor kita memiliki RDI, dimana setiap kita melakukan transaksi akan selalu terdebit/ terkredit?

saya masih belajar dan masih bingung dengan hal tersebut.

mohon untuk konfirmasi dan penjelasannya

terimakasih

Balas

Balasan

1.

Iyan26 Desember 2012 08.55

Kalau ada dana cukup di RDI, "pembayaran" adalah dengan debit dana di RDI anda oleh perusahaan
sekuritas.

Tapi kalau tidak ada dana di RDI atau dana tidak cukup, anda harus "membayar" pembelian saham tersebut.

Balas
2.

Ibnu Faisal25 Juli 2013 06.22

Trims atas penjelasan ttg istilah2 saham, sekarang saya ingin bermain virtual tradingnya. Mohon dijelaskan langkah-
langkahnya agar saya bisa masuk ke virtual trading saham.. trims salam

Balas

Balasan

1.

Iyan25 Juli 2013 08.53

Saya tidak pakai virtual trading. Silahkan cari tahu sendiri.

Balas

3.

yusak santoso6 Oktober 2013 21.40

Pak Iyan,

saya mau nanya apakah saham2 tersebut disediakan grafiknya ya pak?


jadi semisal kita klik itu kodenya BJTM maka akan ada grafiknya yg muncul..
karena menurut saya kalo yg chartist alias analis teknikal kan penting buat liat chartnya sebelum buy ato sell..

thx.

Balas

Balasan

1.

Iyan7 Oktober 2013 08.34

Perusahaan sekuritas anda menyediakan grafik untuk harga saham. Atau anda bisa berlangganan DATA dan
grafik saham.

Balas

4.

Pelangi Nusantara7 Oktober 2013 11.37

Saya rasa setiap software trading online dari sekuritas pasti menyediakan menu grafik tiap2 saham.
Pasar Regular, Tunai, Negosiasi di Bursa Saham Indonesia, Bagian II
[Pos ini ©2012 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Pos ini adalah lanjutan dari "Pasar Regular, Tunai, Negosiasi Bursa Saham Indonesia, Bagian I."

Kalau anda membeli dan menjual saham pada hari yang sama, bagaimana penyelesaian transaksinya?

Mudah saja. Nilai Rupiah pembelian dan penjualan saham pada hari yang sama akan dijumlahkan dan jumlah NET Rupiah
tersebut harus anda bayar pada T+3 (kalau anda membeli lebih banyak daripada menjual) atau akan anda terima (kalau
anda menjual lebih banyak daripada membeli).

Supaya lebih jelas, mari kita telaah contoh berikut:

1. Kalau pada hari ini (T+0) anda membeli saham sejumlah Rp 10 juta dan anda juga menjual saham sejumlah Rp 2 juta, pada
hari T+3 anda harus MEMBAYAR:

Rp 10 juta - Rp 2 juta = Rp 8 juta.

2. Kalau hari ini anda membeli saham sejumlah Rp 10 juta dan menjual saham sejumlah Rp 50 juta, pada hari T+3 anda akan
MENERIMA:

Rp 50 juta - Rp 10 juta = Rp 40 juta.

Yang harus anda perhatikan: "settlement" ini adalah aliran arus kas ("cash flow") yang mempengaruhi "trading limit" anda
pada rekening online-trading. "Trading limit" anda akan berkurang pada detik anda membeli saham dan akan bertambah
pada detik anda menjual saham. Tapi pembayaran untuk transaksi dilaksanakan tetap pada T+3.

Kapan Saham Boleh Dijual

Saya sebut di atas bahwa saham yang anda beli pada hari T+0 akan masuk ke rekening anda pada T+3. Kalau anda membeli 2
lot saham Tri Banyan Tirta (ALTO) pada hari ini (T+0), kapan anda boleh menjual saham tersebut?
Kalau order beli anda sudah "done" (atau "match," alias terlaksana), anda boleh LANGSUNG menjual saham tersebut pada
detik berikut.

"Tapi," protes anda, "saya baru akan mendapatkan saham ALTO tiga hari kemudian. Kok boleh saya jual sekarang?"

Betul, anda baru akan mendapatkan saham yang anda beli TIGA hari kemudian (T+3). Tapi saham yang anda jual juga baru
harus diserahkan TIGA hari kemudian (T+3).

Jadi jika anda membeli dua lot saham ALTO pada pagi hari ini dan menjual satu lot satu jam kemudian, pada hari T+3 anda
akan menerima saham ALTO secara NET (beli minus jual) sebanyak:

2 lot - 1 lot = 1 lot.

Karena secara NET anda membeli lebih banyak daripada menjual, anda harus MEMBAYAR untuk satu lot ini pada hari T+3.
Pada T+3 ini pula rekening anda akan menerima satu lot saham ALTO tersebut.

Sekarang anda sudah mengerti Pasar Regular. Bagaiman dengan Pasar Non-Regular? Silahkan lanjut baca ke pos berikut
"Pasar Regular, Tunai, Negosiasi Saham Bagian III. [Belum diterbitkan. Mohon berkunjung kembali.]

7 komentar:

1.

Eko Syamsudin11 April 2013 16.28


terimmakasih untuk penjelasannya pak. di tunggu penjelasannya berikutnya tentang non regular board order,
karena saya kurang paham dengan istilah itu.

Balas

2.

Pelangi Nusantara28 Juli 2013 22.11

Selamat Malam, Pak.

Pak, saya seorang investor Pemula di dunia saham.


Pak, melalui online trading (biasa saya lakukan melalui rumah), saya sudah 2 kali kena force sell dari pihak sekuritas.
Tapi dengan berjalannya waktu, kemudian dana berkembang lagi.

1) Menurut Bapak, bagaimana sebaiknya memanfaatkan margin yang disediakan oleh sekuritas agar dapat kita
manfaatkan secara optimal dan benar?

2) Pak, sebagai wawasan saja, biasanya Bapak memanfaatkan margin sampai berapa persen? Dan Pernah Bapak
kena forcell seperti saya? Berapa sering?

3) Pak, melalui trading online secara real time dengan modal awal Rp.5 juta, mendapat profit rata2x Rp. 25ribu -
50ribu per hari, dan sesekali pernah juga lebih dari Rp.100rb. Kira-kira menurut Bapak, itu merupakan hal biasa atau
masih jauh dari harapan, sehingga perlu ditingkatkan lagi?

Terima kasih atas wawasan dan masukan dari Bapak.

Balas

Balasan

1.

Iyan29 Juli 2013 08.32

1. Saya menyarankan pemula untuk TIDAK trading dengan margin.

2. Saya tidak memakai margin. Jadi tidak bisa di-force sell.

3. Kalau bisa untung rata-rata Rp50ribu dengan modal Rp 5juta, berarti anda profit rata-rata 1% per hari. Ini
hasil yang LUAR BIASA, jangankan untuk pemula, bahkan untuk pemain saham mahir sekalipun.

Kalau memang hasilnya luar biasa seperti itu, kenapa bukan MODALnya yang dibesarkan? Kalau anda bisa
untung 1% setiap hari dengan modal Rp 100juta, anda dapat Rp 1 juta. Kalau 1% dengan modal Rp 1 milyar,
anda untung Rp 10juta PER HARI.

Balas

3.

bul27 Oktober 2013 22.11

Bang Iyan, ditunggu lanjutan ke bagian 3.. saya penasaran soal pasar non reguler untuk abang jelaskan..
Terima kasih sudah berbagi bang.. Salam.
Balas

Balasan

1.

Iyan28 Oktober 2013 08.43

Mohon bersabar.

Balas

4.

Eddy Buddy29 Oktober 2013 10.17

Bung Iyan, tolong dijelaskan mengenai pasar negosiasi. Apa keuntungan dan kerugiannya kita transaksi di pasar nego
ini? Bagaimana caranya?
Thanks.

Balas

Balasan

1.

Iyan29 Oktober 2013 10.31

Kenapa anda perlu transaksi di pasar Negosiasi?

Untuk transaksi umum, semua dilakukan di Pasar Regular.

Siapa Yang Berhak Mendapat Dividen Saham


[Pos ini ©2013 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Ketika perusahaan memutuskan untuk membagikan dividen kepada pemegang saham, bagaimana cara menentukan SIAPA
yang berhak mendapatkan dividen? (Kalau anda belum mengerti makna dividen saham, silahkan baca pos "Arti Istilah
Dividen Saham.")

Apakah anda harus mendaftar untuk mendapatkan dividen? Apakah tergantung jumlah saham yang anda miliki? Atau
tergantung berapa lama anda memiliki saham tersebut?

Tidak. Tidak. Dan TIDAK.

Anda tidak perlu mendaftarkan kepemilikan saham anda untuk mendapatkan dividen. Anda juga tidak harus memiliki saham
dalam jumlah tertentu untuk mendapatkan dividen. Dan yang paling penting: hak atas dividen TIDAK tergantung jangka
waktu anda memiliki saham tersebut.
Jadi bagaimana tata-cara menentukan siapa yang berhak mendapatkan dividen?

Hak atas dividen ditentukan hanya berdasarkan kepemilikan saham setelah bursa tutup pada tanggal CUM dividen.

(Kalau anda belum tahu arti Cum dan Ex, silahkan baca pos "Arti Istilah 'Cum' dan 'Ex' Dividen.")

Mari saya jelaskan dengan lebih detil.

Ketika mengumumkan pembagian dividen kepada pemegang saham, emiten mengumumkan juga tanggal CUM dividen di
Pasar Regular, tanggal EX dividen di Pasar Regular, dan tanggal PEMBAYARAN dividen.

(Ketiga tanggal ini adalah tanggal yang paling relevan untuk investor yang bertransaksi di Pasar Regular. Tanggal-tanggal Cum
dan Ex dividen di Pasar Tunai dan Negosiasi tidak perlu anda perhatikan KECUALI kalau anda bertransaksi di pasar ini.)

Contoh:

Nama: P.T. Telekomunikasi Indonesia (TLKM)


Dividen/saham: Rp 436,-
Cum: 29 Mei 2013
Ex: 30 Mei 2013
Record: 03 Juni 2013

Yang berhak mendapatkan dividen adalah investor yang memiliki saham sampai dengan tanggal CUM dividen.

Artinya, kalau anda sudah punya saham tersebut sejak 10 tahun lalu dan tidak menjualnya sebelum ataupun pada tanggal
CUM Dividen, anda berhak mendapatkan dividen. Artinya juga, kalau anda membeli saham pada tanggal CUM dividen dan
tidak menjual saham tersebut sampai bursa tutup pada hari tersebut, anda berhak mendapat dividen.

Jadi, kalaupun anda membeli saham pada detik terakhir sebelum bursa tutup pada tanggal Cum Dividen, anda berhak
mendapatkan dividen. Kalau saham yang anda beli pada detik terakhir ini anda jual pada detik pertama hari bursa berikutnya
(tanggal EX dividen), anda TETAP berhak mendapatkan dividen.

Bagaimana dengan proses transaksi T+3? Apakah mempengaruhi hak atas dividen? (Kalau anda belum tahu istilah T+3,
silahkan baca pos "Pasar Regular, Tunai, Negosiasi di Bursa Saham Indonesia.")

Sama sekali tidak.

Di Pasar Regular, proses transaksi diselesaikan pada hari T+3. Artinya, 3 hari setelah anda membeli saham, anda harus
membayarkan uang sejumlah saham yang anda beli dan saham akan masuk ke rekening AKSES anda. Tapi T+3 ini adalah
proses penyelesaian transaksi, bukan proses pemindahan kepemilikan. (Kalau anda ingin tahu asal muasal rekening AKSES,
silahkan baca pos "Arti Istilah 'Scriptless Trading' di Bursa Efek Indonesia.")

Di bursa saham, kalau anda membeli saham dan Order Match/Trade Done (artinya, transaksi terlaksana), pada detik itu pula
hak atas kepemilikan saham sudah berpindah tangan. Untuk saham yang ada dividennya, hak atas dividen juga sudah
berpindah tangan.

Tapi ini tidak berarti anda akan mendapatkan dividen 1 hari setelah tanggal Cum.

Karena proses penyelesaian transakai T+3, penentuan investor yang berhak atas dividen tunai (yang biasa disebut Recording
Date) adalah 3 hari bursa setelah tanggal Cum dividen.

Artinya, 3 hari bursa setelah Cum dividen, pihak Biro Administrasi Efek (BAE) emiten akan mencatat nama-nama investor dan
jumlah kepemilikan saham masing-masing. Berdasarkan data ini, BAE akan membayarkan dividen ke perusahaan broker pada
tanggal PEMBAYARAN dividen (kurang lebih 12 hari bursa setelah tanggal Cum dividen). Dan pada hari itu pula, perusahaan
broker akan membayarkan dividen ini ke rekening anda.

Sekarang anda sudah mengerti dengan jelas bagaimana cara mendapatkan dividen saham. Kalau teman anda bersikeras
bahwa cara mendapatkan dividen adalah memegang saham dalam jangka waktu lama, silahkan geplak kepalanya. Lalu suruh
dia baca pos ini.

Jika anda pikir bahwa saham sudah mahal atau sudah murah
Apakah Harga Saham Sudah Mahal?
[Pos ini ©2013 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Banyak pembaca yang bertanya,"Menurut Bapak Iyan, apakah harga saham ABCD sudah mahal?"

Kalau anda membaca halaman About, anda sudah tahu bahwa saya tidak memberikan rekomendasi saham spesifik.

Apakah TLKM sudah mahal? Apakaha WSKT sudah mahal?

Saya tidak bersedia menjawab.

Lho, kok pelit banget sih, gerutu anda.

Terus terang, saya memang pelit dalam hal tertentu. Tapi pelit bukanlah penyebab saya tidak bersedia menjawab apakah
suatu saham sudah mahal atau masih murah. Saya tidak bersedia menjawab karena saya TIDAK TAHU.

Saya ulangi: Saya tidak tahu apakah saham sudah mahal atau belum.

Lagian, saya lebih baik tidak tahu.

Lho?

Yang meneliti apakah saham masih murah atau sudah mahal adalah analis fundamental. Saya bukan penganut analisa
fundamental; saya penganut analisa teknikal.

Kalau sudah baca pos "Saham Yang Layak Dibeli Menurut Analisa Teknikal" anda tahu bahwa analisa teknikal menganjurkan
membeli saham yang cenderung naik, bukan saham yang murah. Kalau saham cenderung naik, lambat-laun ia akan menjadi
mahal.

Masalahnya, saham yang sudah mahal, biasanya malah naik terus dan jadi tambah mahal. (Kalau anda sudah main saham
cukup lama, saya yakin anda pernah mencermati hal ini.)

Bukan hanya itu. Saham yang sudah naik banyak bukan hanya makin naik terus, tapi juga naiknya makin cepat. Makin tinggi
harganya, makin cepat naiknya.

Nah, kalau saya membaca atau mendengar bahwa saham ADHI atau TOTL atau WSKT atau WIKA atau KLBF atau KIJA atau
LPCK atau MPPA sudah mahal, makin kurang keberanian saya untuk membeli saham-saham tersebut. Padahal saham-saham
yang sudah mahal, kalau mereka bergerak naik, naiknya malahan amat sangat pesat .

Inilah sebabnya saya tidak tahu, tidak mau tahu, dan (berusaha) tidak peduli apakah saham sudah mahal atau tidak.
Walaupun saham sudah naik banyak, kalau analisa teknikal yang saya pakai memberi sinyal beli, saya akan beli.

Membeli saham yang sedang naik, apalagi yang sudah naik banyak (dan menjadi mahal) tentu saja tidak saya anjurkan untuk
pemula. Mengapa? Karena saham yang sudah naik tinggi, biasanya volatilitasnya juga tinggi. Artinya, saham tersebut
cenderung naik tajam dan turun tajam. Kalau anda beli pada moment yang salah, besar kemungkinan anda akan rugi.

Lagipula, inti dari pos ini bukan menganjurkan anda untuk membeli saham yang mahal. Inti pos ini: anda tidak perlu tahu
apakah saham sudah mahal atau belum karena pada dasarnya tidak ada yang tahu.

Saham yang sudah naik banyak, sudah mahal, bisa menjadi lebih mahal lagi. Maka dari itu, kalau saham yang anda miliki
sedang naik pesat, biarkan ia naik. Tidak perlu coba-coba menerka-nerka apakah ia sudah kemahalan, apakah sudah saatnya
jual. Apalagi pengetahuan anda dalam menganalisa saham masih minim (jangan tersinggung).

Kalau analis-analis profesional dengan data lengkap, pengalaman segudang, pendidikan tinggi, masih saja sering salah
menebak harga saham yang wajar (Silahkan baca pos "Valuasi Indeks Saham Indonesia Terlalu Tinggi?"), bagaimana dengan
prospek anda menebak apakah suatu saham sudah mahal?

Apakah ini berarti saham yang naik akan naik terus?

Tentu saja tidak. Saham yang naik, terus naik, pada akhirnya akan turun. Tidak ada saham yang terus naik dan tidak pernah
turun. Tapi tidak ada juga yang tahu sampai di harga berapa saham tersebut akan naik sebelum akhirnya berbalik turun.

Kalau turun, bagaimana?

Kalau turun, ya harus cut-loss.

Kalau anda sudah tahu cara cut-loss (silahkan baca pos "Cara Cut-Loss Untuk Stop Kerugiaan Saham") anda tidak perlu
khawatir apakah saham yang anda beli sudah mahal. Kalau BENAR sudah mahal, saham tersebut akan turun dan anda jual
rugi di titik cut-loss. Kalau saham tersebut masih naik, berarti belum mahal. Nyatanya masih ada (banyak) yang beli.

Kalau saham naik pesat jauh di atas titik cut-loss, kapan jualnya supaya saya tetap untung?

Kalau saham sudah berpotensi memberikan laba, anda perlu memakai teknik menjual yang disebut TRAILING STOP. Untuk
jelasnya, silahkan baca pos "Cara Menjual Saham Agar Profit Maksimal."

2 komentar:

1.

Willy31 Mei 2013 08.28

Dari posting2 yang saya baca sampai sekarang, saya menyimpulkan kalau Bung Iyan adalah penganut aliran Growth
Investing, bukan Value Investing. Cukup sederhana memang, hanya banyak pemain saham yang lugu (mohon sesama
rekan jangan tersinggung) kebingungan karena kedua aliran ini memiliki paradigma yang berbeda. Tidak ada aliran
yang paling benar, yang ada hanya aliran yang paling sesuai dengan karakter masing-masing.

Ringkasnya begini:
1) Value investing (the champ: Warren Buffet)
Beli ketika harga saham di bawah harga wajar. Jual ketika fundamental tidak lagi kuat. Signature move: margin of
safety.
2) Growth investing (the champ: William O'Neil)
Beli ketika harga saham berpotensi tumbuh sangat besar. Jual ketika harga saham berpotensi jatuh sangat besar.
Signature move: market direction.

Seperti biasa, Bung Iyan boleh mengoreksi saya jika ada yang kurang tepat.

Balas

Balasan

1.

Iyan31 Mei 2013 11.07

Saya rasa Bung Willy benar.

Sangat jelas bahwa saya bukan penganut Value Investing karena saya tidak tertarik beli saham murah. Saya
lebih tertarik beli saham yang uptrend alias bergerak naik.

Valuasi Indeks Saham Indonesia Terlalu Tinggi?


[Pos ini ©2013 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Saya baru saja membaca artikel di koran Kompas tanggal 06 Maret 2013 yang berjudul "Valuasi Indeks Sudah Terlalu Tinggi."

Valuasi Indeks Bursa Efek Indonesia Sudah Terlalu Tinggi - Kompas, Rabu 6 Maret 2013
[Kalau anda bertanya-tanya, "Kenapa Bung Iyan kurang kerjaan, di bulan Mei membaca koran bulan Maret?", nah, ini topik
berbeda dan akan saya tulis di pos yang lain.]

Artikel tersebut mengutip perkataan Kepala Riset dan Analisa UBS Securities, Joshua Tanja. "Kita berekspektasi indeks akan
kembali ke level 4,500. Jadi, untuk saat ini silahkan mengambil keuntungan yang sudah diperoleh dari kenaikan indeks
sebelumnya."

Saya kutip lebih lanjut dari artikel tersebut:

Menurut Joshua, valuasi IHSG saat ini sudah terlalu tinggi. Dengan kata lain, IHSG sudah berada di fase jenuh beli. Rasio
harga terhadap laba bersih (PER) IHSG menuru Joshua, suda mencapai 16,2 kali. Diperkirakan, tingkat PER yang pas saat ini
adalah pada kisaran 13 kali.

Inti dari artikel tersebut: harga saham-saham di Bursa Efek Indonesia sudah terlalu tinggi, alias sudah sangat mahal. Saatnya
jual, tunggu turun, lalu beli lagi.

Sebagai informasi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia pada tanggal 05 Maret 2013 tutup di angka
4751. Dua hari sebelumnya, tanggal 01 Maret, IHSG baru saja membuat rekor tertinggi (sampai saat itu) di angka 4811.

Nah, kalau IHSG di 4800 dinilai sudah terlalu tinggi, bagaimana dengan kondisi pada tanggal 20 Mei 2013 saat IHSG tutup di
angka 5214?

Kalau 4800 sudah terlalu tinggi, 5200 seharusnya sudah amat sangat terlalu tinggi dong?

Terus terang, saya tidak tahu.

Lagipula, itu bukan pesan yang mau saya sampaikan di pos ini.

Pesan yang mau saya sampaikan adalah:

1. Jangan serta-merta langsung percaya pada apa yang anda baca, apa yang anda dengar.

Peter Lynch di bukunya One Up On Wall Street menyarankan anda untuk jangan langsung percaya pada siapapun. Di pos
"Mau Investasi Saham? Baca Dulu Buku Peter Lynch 'One Up On Wall Street' (Bagian I)" saya merangkum perkataan Peter
Lynch sebagai berikut:

Peter Lynch pada Bab Pendahuluan mengatakan bahwa ada satu hal utama yang perlu anda ketahui: Jangan mengikuti
mentah-mentah saran para profesional!

Jangan langsung percaya saran pakar ekonomi, jangan langsung mengikuti saran analis saham, jangan menelan bulat-bulat
saran saya di blog ini, jangan pula langsung membeli saham rekomendasi Peter Lynch.

Mengapa?

Jawabannya ada di nomor 2.

2. Analis bisa (sering) salah.

Tidak hanya analis-analis karbitan yang sering salah; analis kelas kakap yang bekerja di perusahaan sekuritas kelas dunia
seperti UBS Securities pun bisa salah.

Coba anda bayangkan. Analis di perusahaan sekuritas kelas dunia tentu saja punya data yang lengkap, juga punya informasi
terkini. Analis tersebut kemungkinan berpendidikan tinggi, punya gelar MBA, sudah lulus test CFA (Chartered Financial
Analyst).

Data lengkap, informasi up-to-date, pendidikan tinggi, pengetahuan luas, pengalaman segudang. Kok masih salah?

Jawabannya ada di nomor 3.

3. Semua analisa saham, ujung-ujungnya adalah nebak.

Lho kok gitu, protes anda. Analisa fundamental kan berdasarkan laporan keuangan perusahaan. Kok dibilang nebak?

Laporan keuangan perusahaan adalah fakta masa lalu, sedangkan pergerakan harga saham selalu forward looking,
memandang ke depan.

Coba anda pikirkan: siapa yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan? Siapa yang tahu apakah perusahaan akan berhasil
menghasilkan laba sebesar angka yang diprediksi analis? Siapa yang tahu apakah produk terbaru perusahaan akan laku keras
di pasar? Kalau laku keras, berapa banyak yang akan terjual, berapa lama hal itu akan berlanjut?

Analis berbekal data lengkap bisa saja membuat educated guess, prediksi terpelajar. Tapi prediksi adalah tetap nebak. Anda
bisa namakan prediksi, forecast, ramalan, prakiraan, target. Apapun namanya, ujung-ujungnya adalah nebak. Masih tidak
percaya? Silahkan baca pos "Cara/Tehnik Menganalisa Saham."

Apakah ini artinya saya mengatakan analisa fundamental tidak perlu?

Sama sekali bukan begitu.

Analisa fundamental sangat penting untuk mengukur mahal-murahnya suatu saham. Tapi analisa fundamental bukan tipe
analisa yang cocok untuk pasar yang sangat Bullish dan sangat Bearish. (Anda belum tahu arti Bullish dan Bearish? Silahkan
baca pos "Arti 'Bullish' dan 'Bearish' di Arti Bullish dan Bearish di Bursa Saham.")

Dengan kata lain, ketika optimisme terlalu tinggi, saham yang sudah mahal, sudah tinggi harganya, bisa naik lebih tinggi lagi.
Ketika pesimisme terlalu tinggi, saham yang sudah murah, sudah rendah harganya, bisa turun lebih rendah lagi.

Karena alasan ini, pesan saya berikutnya adalah:

4. Jangan mendewakan satu cara dalam berinvestasi saham.

Dunia ini penuh dengan orang-orang fanatik, yang menganggap hanya ada satu cara yang terbaik, hanya ada satu cara untuk
melakukan sesuatu. Masalahnya, cara yang mereka anggap terbaik biasanya adalah satu-satunya cara yang mereka tahu,
cara yang biasa mereka kerjakan.

Bagaimana mereka tahu dan begitu yakinnya bahwa cara mereka adalah yang terbaik, padahal mereka tidak pernah
mempelajari cara yang lain?

Katakan saja anda untung besar investasi di saham tapi tidak pernah beli properti. Apakah dengan itu bisa anda simpulkan
bahwa investasi saham adalah investasi yang terbaik? Bagimana kalau misalkan anda untung berlipat-lipat dari investasi
properti tapi tidak pernah main saham. Apakah anda bisa dengan yakin menyatakan bahwa investasi properti lebih baik dari
investasi saham?

Saya sudah cukup tua dan berkecimpung cukup lama di dunia saham untuk menyadari bahwa TIDAK ADA CARA SATU-
SATUNYA YANG TERBAIK UNTUK SEMUA ORANG.
Ada cara terbaik untuk saya, ada cara terbaik untuk anda, tapi cara terbaik untuk saya tidak berarti adalah cara terbaik untuk
anda.

Lagian, tidak ada analisa yang works all the time, yang selalu berhasil dan tidak pernah gagal. Kalaupun anda penganut aliran
teknikal, sadarlah bahwa tidak ada analisa teknikal yang juga works all the time. Untuk lengkagpnya, silahkan baca pos
"Prinsip Mendasar Analisa Teknikal (Technical Analysis) Bagian I."

Kalau anda ingin sukses main saham, berusahalah untuk membuka pikiran anda dengan menerima hal-hal baru. Berusahalah
menerima bahwa banyak jalan menuju Roma. Berusahalah menerima bahwa jalan yang anda pilih menuju Roma belum
tentu jalan yang terbaik untuk orang lain. Berusahalah menerima perbedaan pandangan, sikap, tujuan, keyakinan, pendapat
orang lain.

(Perhatikan: saya tidak meminta anda menerima pandangan orang lain. Yang saya minta adalah anda untuk menerima
perbedaan pandangan, sikap, dll.)

Pasar saham hanya akan berfungsi kalau orang-orang punya pendapat yang berbeda. Kalau semua orang mau beli, tidak ada
yang menjual, tidak ada saham yang bisa anda beli. Kalau semua orang mau jual, tidak ada yang mau beli, tidak ada saham
anda yang terjual.

Nah, sekarang sedikit intermezzo mengenai mengapa saya beralih dari analisa fundamental.

Saya sendiri sekarang condong memakai analisa teknikal. Saya meninggalkan analisa fundamental karena ketika mulai serius
main saham di tahun 1990an, saya mendalami analisa fundamental tapi hasilnya saya rugi habis-habisan. Apakah ini berarti
analisa fundamental itu jelek?

Sama sekali tidak.

Saya mengartikan kegagalan saya dikarenakan saya tidak mengerti betul analisa fundamental, dan juga karena analisa
fundamental tidak cocok dengan bingkai-waktu main saham saya.

Kemungkinan yang lain adalah: saya memakai analisa fundamental ketika Krisis Moneter (krismon) menghantam Indonesia di
tahun 1997. Ketika pesimisme amat sangat tinggi--seperti saya tulis di atas--saham yang sudah murah bisa turun menjadi
lebih murah lagi. Kondisi seperti itu tidak berarti analisa fundamental jelek. Hanya saja, menerapkan analisa fundamental
pada saat itu harus dibarengi dengan tingkat kesabaran tinggi (suatu karakter yang tidak saya miliki).

Kalau anda mau tahu saran saya menghadapi saham yang mencetak rekor harga tinggi terbaru, silahkan baca pos "Saham
Naik ke Harga Tertinggi. Saatnya Jual?"

13 komentar:

1.

pinus labs22 Mei 2013 16.43

asyik pak Iyan posting lagi :) seperti biasa tulisan bpk mudah dicerna dan dengan bahasa lugas yang mudah
dimengerti bagi pemula seperti saya.
kali komen saya cuma terus menulis pak dan klo bisa lebih sering, hehehe

Balas

Balasan
1.

Iyan23 Mei 2013 09.17

Saya maunya menulis lebih sering, tapi waktu luang tidak banyak.

Trims sudah menyemangati saya untuk lebih produktif menulis.

Balas

2.

Willy22 Mei 2013 17.36

Membaca postingan Bung Iyan kali ini, saya jadi ingat pas pertama sekali saya mulai bermain saham. Sebelumnya
saya juga kaku sekali, main saham hanya berdasarkan analisis fundamental saja. 'Kitab suci' saya ya Intelligent
Investor karya Benjamin Graham, dan apa2 saya nilai melulu dari segi P/E ratio. Lama kelamaan saya merasa cara
saya cenderung picik yang satu dimensional saja dan seperti selalu ketinggalan setiap kali melihat berita tentang
kemajuan ekonomi Indonesia. Dari situ saya mulai belajar bahwa Graham sendiri bukanlah seorang dewa yang tidak
pernah salah. Sebagai seorang value investor klasik, Graham hanya mau membeli saham yang murah, tetapi benar-
benar mengabaikan sisi kualitas perusahaan dan manajemen yang bersangkutan. Dengan kata lain, Graham
seringkali terjebak membeli 'saham tidur' atau -lebih kasar lagi- 'saham busuk' yang dia nilai memang masih murah.
'Iman' saya benar-benar runtuh ketika akhirnya mengetahui annual return Graham tercatat hanya sekedar 14.9% per
tahun, jumlah yang tidak kecil tetapi juga sama sekali tidak sebesar yang saya harapkan dari bermain saham.

Saya pun lalu mereformasi cara berpikir saya main saham. Dimulai dari mempelajari cara main saham Buffet dan
Fisher yang menekankan pentingnya sisi kualitas manajemen dan keunggulan kompetitif suatu perusahaan. Lalu
belajar dari Lynch tentang Fast Grower, Turnaround, dan Cyclical yang sedikit banyak membuat saya mulai
memahami tipe2 perusahaan yang maju pesat di Indonesia. Akhirnya saya mendapat pencerahan dari O'Neil dalam
memilih supercompany, perusahaan yang menjadi garda terdepan dalam kemajuan suatu bangsa. Sekarang saya
bangga sekali setiap kali bermain saham dan melihat betapa saham perusahaan yang saya pegang terus tumbuh dan
berkembang seiring dengan majunya ekonomi bangsa ini. Singkatnya, saya menyadari value investing tidak cocok
dengan karakter saya, oleh karena itu saya kini telah mantap menjadi seorang nationalist growth investor. Anehnya
lagi, saya merasa lebih berhasil dalam bermain saham ketika uang (profit) bukanlah yang menjadi tujuan utama saya
dalam bermain saham. Saya tidak munafik bahwa mendapatkan profit dari main saham memang menyenangkan,
tetapi saya lebih gembira lagi ketika menyaksikan saham perusahaan yang saya pegang terus tumbuh dan
berkembang.

Makanya saya dulu pernah bertanya pada Bung Iyan, signature move anda itu apa? Mungkin itu terdengar
sederhana, tetapi jawaban dari pertanyaan itu bisa jadi yang menentukan sukses tidaknya kita dalam bermain saham
karena itu memberikan justifikasi sejati akan mengapa kita mau bermain saham sekarang.

Balas

Balasan

1.

Iyan23 Mei 2013 09.24

Saya belum bisa mendefinisikan "signature move" saya. Mungkin itu sebabnya saya masih belum berani
bilang bahwa saya sudah sukses main saham. :D
Saya yakin bung Willy meraup untung jauh lebih banyak dari saya karena anda sudah menemukan "signature
move" yang cocok untuk anda.

Saya masih terus belajar, terus mencari "signature move" yang paling cocok untuk karakter saya.

2.

Willy23 Mei 2013 10.01

Saya yakin Bung Iyan akan berhasil juga kelak menemukan 'signature move'-nya karena mau membuka diri
untuk belajar dan mengakui kesalahan. Akan hal kapan anda atau saya mendapatkan 'pencerahan', hanya
Yang Di Atas yang paling tahu. Just do our best, and God will do the rest.

Masalah saya sudah sukses atau belum, kita lihat dulu bagaimana saya akan bertahan ketika bear market
besar datang dan mengamuk. Ingat kisah Darvas yang sukses besar pas tahun '50-an sampai ada bukunya,
tetapi rugi besar pas tahun '60-an. Anehnya lagi, hampir tidak ada buku yang membahas kejatuhan Darvas.

Saya tidak ingin lupa daratan seperti banyak rekan2 kita yang baru mencetak sedikit profit dari beberapa
main saham selama beberapa tahun tapi langsung self-declare sebagainya masternya main saham. Menurut
saya itu sama seperti orang yang dari Indonesia baru main ke negara 4 musim pas musim panas. Mereka
merasa hidup itu mudah, tidak jauh berbeda seperti di Indonesia. Pertanyaanya disini, apa mereka bisa
bertahan pas musim dingin mendadak datang? Bisa ya, bisa juga tidak. Tetapi saya akan lebih percaya cerita
pengalaman orang Indonesia yang sudah bertahan berkali2 dihantam musim panas dan musim dingin di
negeri orang, daripada orang yang 'hanya' sekedar liburan ke negara 4 musim pas pertengahan musim panas
saja.

Balas

3.

Willy12 Juni 2013 11.24

Pada 12 Juni 2013, IHSG sudah turun menembus level 4600-an. Dan sepertinya masih akan terus turun karena dana
asing masih banyak yang keluar. Dengan kata lain prediksi analis di atas tidak salah2 amat. 'Hanya' meleset 1 kuartal
saja.

Walaupun demikian, saya juga ingat nasib seorang rekan saya yang pas akhir tahun 2007 dengan berani koar2 kalau
IHSG sudah kelewat tinggi valuasinya, dan langsung (entah bagaimana mengaturnya dengan pihak brokernya)
pasang posisi short-selling di semua posisi! Ternyata banteng IHSG terus melesat sampai pertengahan 2008, dan
rekan2 lain mentertawakannya yang mereka nilai sudah kelewat paranoid sehingga merugi sampai milyaran rupiah.
IRONISNYA, rekan ini telah melakukan prediksi yang benar, tetapi terlalu cepat mengambil posisi (yang berarti ya
salah juga secara praktis). Seandainya dia bersabar menunggu sampai beberapa bulan ke depan di 2008 sebelum
eksekusi short-selling, mungkin saat ini dia sudah pensiun dini dan duduk santai sambil berbagi pengalamannya
sebagai 'one of the few' yang mampu bertahan DAN sekaligus jadi kaya-raya ketika beruang ganas datang
mengamuk tahun 2008. Sampai saat ini rekan saya ini masih pusing dililit hutang dan terus depresi karena telah
melewatkan salah satu kesempatan emas terbesar dalam hidupnya.

Bung Iyan, sudah lama saya menantikan saat2 ini. Saya percaya tes sejati seorang investor adalah bagaimana dia
bertahan ketika bear market datang dan mengamuk. Hanya saja saat ini saya masih ragu apakah ini adalah koreksi
yang sehat ataukah deja vu permulaan dari amarah beruang tahun 2008 yang mengerikan. Jika ternyata IHSG terus
turun sampai di bawah level 4400-an (yang ini hanya asumsi saya pribadi berdasarkan sistem pribadi), berarti benar
kita sedang mengalami bear market besar. We'll see how things will unfold this time.

Balas
Balasan

1.

Iyan12 Juni 2013 11.46

Saya tidak menyalahkan analis 100%; yang saya katakan salah adalah orang yang 100% percaya pada
pernyataan analis. :D

Memprediksi arah market memang tidak mudah. Tapi yang lebih sulit adalah mengeksekusi keputusan kita.
Walaupun prediksi benar, eksekusi belum tentu menguntungkan karena "timing" bisa salah.

2.

Willy21 Agustus 2013 20.45

Sudah lama saya tidak mengikuti IHSG, dan pagi ini (21 Agustus 2013) saya kaget juga melihat IHSG telah
crash ke level 4000-an! Bukan tidak mungkin IHSG terus jatuh lebih dalam, karena biasanya harga saham
tidak bergerak naik sampai pertengahan kuartal terakhir.

Beruang ganas sekali lagi telah lepas di IDX, ujian bagi para investor sejati akhirnya kembali datang di
Indonesia! Saya sendiri langsung jingkrak-jingkrak senang karena ini dia kesempatan emas memborong
saham2 kelas A yang sedang didiskon gila-gilaan. :D

3.

Iyan22 Agustus 2013 10.42

Bung Willy cepat borong saham, supaya IDX stop turunnya. :D

4.

Willy22 Agustus 2013 15.00

Kalo saya GS sih baru mungkin IDX stop turunnya. ;)

Saya kan selain pengikut Graham juga pengikut O'Neil, dan baru2 ini rekan Iyan menulis sendiri tentang
pentingnya huruf 'M'. Saat ini trend sedang kuat ke bawah, sebaiknya bersabar sedikit menunggu sampai
trend melambat atau mulai berbalik. Saat2 seperti inilah investor sejati diuji sampai sejauh mana mereka
percaya dan konsisten dengan apa yang mereka yakini. :D

5.

Iyan22 Agustus 2013 15.16

Arti GS apa ya?

Bung Willy tepat sekali. "M"arket Direction memang lagi turun.


Saya sama sekali tidak punya kemampuan membaca market untuk investasi jangka panjang. Apa boleh buat,
saya trading saja mengikuti irama pasar.

6.

Willy22 Agustus 2013 15.30

GS bisa berarti 2: George Soros atau Goldman Sachs. :D

Kalau ini bursa Amerika, saya sudah dengan senang hati minta broker Short Selling sekalian. ;)

Dari segi fundamental Forex, investor asing lari karena isu2 terkait dengan Fed. Jadi sebenarnya tekanan jual
tidak sekuat krisis 2008 yang sampai memangkas IDX 50% lebih begitu, tetapi kita juga tidak pernah tahu
masa depan. Mungkin saja IDX jatuh ke level 3000-an sebelum Desember, siapa tahu?

Bisa saja IDX jatuh sekalian balik ke level 2000-an, tetapi yang ini saya rasa sudah kebangetan prediksinya
dan juga sejauh yang saya tahu tidak ada faktor pemicu dari dalam negeri yang signifikan kali ini. Berbeda
dengan krisis 2008 dimana dari luar kita punya sub-prime mortgage crisis beserta jatuhnya harga batu bara
dunia, dan dari dalam kita punya pecahnya bubble batu bara yang juga terkait skandal BUMI.

7.

Iyan22 Agustus 2013 16.16

Oooh, George Soros atau Goldman Sach.

Market tidak ada yang tahu pasti. Kita lihat saja nanti apa kelanjutannya. Semoga IDX tidak hancur lebur.
Tapi, siapa tahu? :D
Jika anda ingin membaca tips-tips dari majalah atau sumber-
sumber lain
Sepuluh Tips Cara Mencegah Petaka Trading

[Pos ini ©2010 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Ada tips menarik dari GFT tentang cara mencegah tragedi trading. Coba download di link berikut: GFT's 10 Tips to Avoid
Trading Tragedy.

Kalau saja sekuritas saham di sini memberikan tips seperti, pemain saham pemula, baik investor ataupun trader, akan
mengerti resiko main saham dan lebih berhati-hati.

Tips tersebut adalah sebagai berikut:

1. Learn the rules of the road. Pelajari rambu-rambu jalan.


2. Pick a route and stick to it. Pilih rute dan jalankan.
3. Practice. Berlatihlah.
4. Check the conditions before placing a trade. Pelajari keadaan sebelum melakukan trading.
5. Know how far you can afford to go. Tahu berapa jauh anda dapat bertahan.
6. Know where to stop along the way. Tahu kapan harus berhenti.
7. Avoid road rage. Jangan emosi di jalan.
8. Know what type of driver you are. Tahu anda tipe pengemudi seperti apa.
9. Remember, slow and steady. Ingat, perlahan tapi pasti.
10. Never be afraid to explore a new path. Jangan takut untuk mencoba jalan baru.

Catatan: Saya tidak punya account di GFT dan tidak terafiliasi sama sekali dengan mereka.

4 komentar:

1.

Willy25 Mei 2013 20.26

Bung Iyan, ini ada nasihat yang bagus, dalam format berupa surat dari 'Tuhan'. Saya rasa nasihat bagi para pemain
Forex ini sangat relevan bagi para pemain saham juga:

http://vostanovi.blogspot.com/2012/12/letter-from-god-forex-traders.html

Walaupun tidak semua orang akan setuju dengan hal ini, saya paling suka dengan kalimat yang terakhir: "I never
forget those who have not forgotten me, and I can help those who help others for me. Take care of others, and I care
about you. I assure you, if you help others, I will not fail you at a time when no one can help you but me."

Terjemahan bebasnya: "Aku tidak akan pernah melupakan mereka yang tidak melupakan Aku, dan Aku bisa
menolong mereka yang menolong sesamanya bagi-Ku. Perhatikanlah sesamamu, dan Aku pun akan
memperhatikanmu. Percayalah, jika engkau menolong sesamamu, Aku tidak akan meninggalkanmu ketika tidak ada
lagi yang bisa menolongmu selain Aku."

Balas

Balasan

1.

Iyan26 Mei 2013 09.56

Terima kasih Bung Willy.

Artikel yang sangat menarik dan patut diresapi (juga) oleh pemain saham.

2.

Willy17 Agustus 2013 22.10

Bung Iyan,

link original untuk 'Letter from God' ternyata sudah menjadi dead link. Saya sempat menyimpan surat itu di
blog saya pribadi sebagai constant reminder dalam bermain saham dan Forex, tetapi saya tetap akan
menulis link original-nya karena tetap saja bukan saya yang penulis asli surat tersebut.

Bagi yang ingin tahu isi lengkap 'Letter from God to Forex Trader', boleh cek blog saya disini:
billythepip.blogspot.com/2013/08/letter-from-god-to-forex-traders-i-am.html

3.

Iyan18 Agustus 2013 09.12

Bung Willy, thanks untuk infonya.

Bagaimana Mencegah Kegagalan Investasi/Trading Saham?


[Pos ini ©2012 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Pagi ini saya membaca artikel menarik yang ditulis Keith Fitz-Gerald di Money Morning berjudul "Investment Advice: 5 Ways
to Conquer Gambler's Ruin."

Konsep "Gambler's Ruin" alias "Kehancuran Penjudi" yang ditulis Keith sangat perlu dimengerti oleh pemain saham.
Intinya begini: katakan ada dua pemain judi, Amadeus dan Bravo, bertaruhan dengan uang logam menebak "muka" atau
"belakang." Pemain yang menebak benar akan mendapatkan uang logam tersebut.

Karena uang logam ada dua sisi, secara logika, kemungkinan Amadeus dan Bravo untuk menebak dengan tepat adalah 50:50
untuk setiap putaran. Tapi kalau proses ini dilanjutkan terus-menerus, yang lebih mungkin terjadi adalah pemain yang mulai
dengan uang logam lebih sedikit akan ludes modalnya.

Kenapa konsep ini perlu anda hayati sedalam-dalamnya?

Karena ketika bermain saham, pemain yang modalnya kecil (yaitu anda ... dan saya) sangat besar kemungkinannya akan
ludes kalah bersaing dengan bandar atau investor besar.

Salah satu cara untuk mengurangi kemungkinan yang tidak enak ini adalah dengan menyiapkan manajemen modal yang
tepat. Dengan kata lain, anda harus menyiapkan metode cut-loss (menjual rugi) supaya modal anda tidak ludes. Untuk
mendapat ide bagaimana melakukan cut-loss, silahkan baca pos "Cara Cut-Loss Untuk Stop Kerugian Saham."

Ketika baru mulai bermain saham, kebanyakan pemain berangan-angan untuk mendapatkan untung besar dalam waktu
cepat. Yang sebenarnya perlu mereka perhatikan adalah bagaimana untuk TIDAK LUDES dalam waktu singkat.

3 komentar:

1.

affand anthonie20 Juli 2013 14.51

saya suka dengan kalimat terakhir, kerena saya sebagai pemula juga merasakan hal yang sama, ingin mendapatkan
untung yang besar dalam waktu yang singkat.
ketika saham naik, saya tunggu biar naik, naik, dan naik. tapi yang terjadi malah sebaliknya.
dan kadang kita tidak sempat cutloss karena kita berpikiran saham itu akan naik lagi, tapi seringnya turun, turun dan
turun lagi. akhirnya harus menunggu saham naik (karena ruginya sudah terlalu besar), walaupun butuh waktu
berbulan - bulan, hehehee...

Balas

2.

Iyan20 Juli 2013 16.59

Bung Affand,

Terima kasih untuk sharingnya. Semoga pengalaman anda ini membuat anda percaya bahwa CUT-LOSS adalah AMAT
SANGAT PENTING.

Balas

3.

Yulianto16 November 2013 21.19

Cut Loss itu ibarat sabuk pengaman..


Jika anda ingin membaca ulasan saya tentang buku investasi
saham
Cara Investasi Saham William O'Neill (Bagian I)
[Pos ini ©2013 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Kalau anda ingin belajar investasi saham, buku pertama yang saya anjurkan anda baca adalah One Up on Wall Street karya
Peter Lynch. (Silahkan baca pos "Mau Investasi Saham? Baca Dulu Buku Peter Lynch "One Up on Wall Street.")

Sayangnya, One Up on Wall Street tidak ada terjemahan bahasa Indonesianya. Kalau anda kurang paham bahasa Inggris,
anda bisa tahu intisari buku tersebut dengan membaca pos-pos saya tentang buku tersebut.

Nah, kalau anda sudah menyelesaikan buku One Up on Wall Street, buku investasi saham apa lagi yang perlu dibaca pemula?
Jawaban saya: How to Make Money in Stocks karya William J. O'Neil.

Cover Buku How To Make Money in Stocks Bahasa Inggris


Mengapa How to Make Money in Stocks?

Terus terang, masih banyak buku investasi saham lain yang menurut saya lebih menarik daripada buku How To Make Money
In Stocks. Tapi ada satu alasan penting mengapa saya menyarankan anda membaca buku ini setelah anda membaca One Up
On Wall Street:

How To Make Money In Stocks sudah ada terjemahan bahasa Indonesianya, diterbitkan oleh Penerbit ANDI
(www.andipublisher.com).

Cover Buku How To Make Money in Stocks Bahasa Indonesia

Membaca satu buku secara keseluruhan adalah jauh lebih baik daripada membaca hanya rangkumannya. Kalau anda paham
bahasa Inggris, saya sarankan untuk membaca buku versi aslinya. Tapi bagi yang kurang paham bahasa Inggris, tidak ada
alasan untuk tidak membaca secara keseluruhan karena buku How To Make Money in Stocks ini sudah ada edisi bahasa
Indonesianya.

[Catatan: How To Make Money in Stocks yang saya baca adalah edisi bahasa Inggris. Edisi bahasa Indonesia hanya saya baca
sepintas lalu. Jadi, saya tidak tahu ketepatan terjemahannya. Kalau ada bagian yang tidak jelas, silahkan tanyakan di pos ini.]

Karena sudah ada edisi bahasa Indonesianya, saya tidak akan membahas buku How To Make Money in Stocks panjang-lebar
tinggi-pendek seperti ketika saya membahas One Up On Wall Street. Saya hanya akan membeberkan hal-hal penting yang
perlu anda perhatikan di buku ini.

Buku Bagaimana Mendulang Uang dari Saham ini dibagi menjadi tiga bagian:

Bagian I: A Winning System: CAN SLIM™


Bagian II: Be Smart From the Start
Bagian III: Investing Like a Profesional

Siap? Ayo kita mulai.

I. A Winning Sytem: CAN SLIM™

Bagian ini menjelaskan bagaimana cara meraup untung dari saham. Di bagian ini William O'Neil menjelaskan metode yang
menurutnya adalah cara terbaik dan terbenar dalam berinvestasi saham.

[Mohon diingat, cara yang terbaik dan terbenar menurut William J. O'Neil tidak pasti berarti adalah cara yang terbaik untuk
anda.

Sebagai pemula, anda perlu tahu bahwa banyak cara untuk sukses investasi saham, banyak jalan menuju Roma. Semakin
banyak cara yang anda tahu, semakin mudah anda memilih apa yang cocok untuk anda.

Dengan kata lain, jangan langsung jatuh cinta dan fanatik pada satu cara sehingga anda menutup mata dan pikiran pada
cara-cara yang lain.]

Cara terbaik investasi saham—menurut William O'Neil—adalah metode CAN SLIM™.

Apa itu CAN SLIM™?

Silahkan lanjut baca ke pos "Cara Investasi Saham William O'Neil ( Bagian II)."

13 komentar:

1.

Willy8 Agustus 2013 19.44

Akhirnya Bung Iyan mulai me-review buku investasi favorit saya dari William O'Neil. :D

Saya belum pernah baca yang versi Indonesia, tetapi saya punya versi Amerika-nya. Jika anda percaya akan daya
tahan dan bangkitnya Indonesia sebagai suatu bangsa, buku O'Neil sangat cocok bagi kawan2 investor semua.
Walaupun contoh yang diberikan O'Neil semuanya berdasarkan pada perusahaan2 besar Amerika, harap diingat
bahwa Indonesia juga sudah bertahan dan bangkit lagi setelah dihantam krisis besar 1998 dan 2008. Kita telah dan
pasti bisa bertahan ketika krisis kembali menghajar di masa depan. Justru saat2 krisis itulah kita dapat memilih mana
perusahaan2 terbaik Indonesia yang sanggup bertahan dan bangkit lagi memimpin ekonomi Indonesia keluar dari
krisis. :D

Balas

Balasan
1.

Iyan9 Agustus 2013 08.59

Bung Willy jangan senang dulu. Siapa tahu setelah membaca review lengkap, anda mungkin malahan marah.
:D

2.

Willy9 Agustus 2013 11.04

Hmmm... menarik juga. Mungkin ada pendapat pribadi dari Bung Iyan yang tidak sejalan dengan O'Neil? Kita
lihat saja kelanjutannya. Saya juga dulunya penganut setia Graham, cuma sekarang sudah lebih terbuka akan
masukan dari investor lain yang juga berhasil.

3.

Iyan9 Agustus 2013 12.58

Saya sebenarnya lebih condong ke ajaran O'Neil daripada Peter Lynch.

Gaya investasi William O'Neil cenderung "momentum investing', gaya yang lebih saya sukai daripada "value
investing."

Tapi kalau buku, saya lebih memilih buku Peter Lynch. Karena...O'Neil cenderung ada udang di balik batu. :D

4.

Willy9 Agustus 2013 14.47

Hahaha, pasti karena kita disuruh langganan koran dan website IBD dia kan? Sebenarnya kita juga bisa pakai
CAN SLIM tanpa langganan, tapi ya repot juga meneliti puluhan ribu saham Amerika secara manual.

Kalau saham Indonesia kan baru sekitar 400-an saja, jadi memakai metode CAN SLIM secara manual di IDX
masih sangat mungkin.

5.

Iyan10 Agustus 2013 08.42

Hehe, bung Willy memang top markotop. Tahu aja.

Balas

2.

Bobby Hamasaki9 Agustus 2013 23.12


ampun dj.. bang Iyan tulis artikelnya sepotong2.. sengaja bikin org penasaran aja.. hehehe..

Balas

Balasan

1.

Iyan10 Agustus 2013 08.47

Bukan begitu maksudnya, bung Bobby. :D

Kalau saya menunggu menyelesaikan keseluruhan artikel, kemungkinan butuh berbulan-bulan barulah
selesai. Kalau sudah saya tulis sebagian, biasanya saya terdorong untuk secepat mungkin menyelesaikannya.

Sabar ya.

Balas

3.

Andy Aristiyanto16 Agustus 2013 09.09

Halo Mas Iyan,

Thanks atas tulisan di blognya. Benar-benar membantu saya yang pemula untuk serius di investasi ini. Tulisan yang
paling mengena adalah membuat harapan yang realistis saat memulai investasi ini. Maklum selama ini stigma yang
ada di benak saya adalah kalo investasi saham itu bikin cepet kaya :)

Mas ijin dulu numpang jualan boleh gak? Beberapa waktu lalu saya memesan buku yang Mas rekomendasikan di
boks 'I Recommend'. Saya beli 4 buku di Amazon.com, yaitu: 1. bukunya William O'Neill yang sedang Mas ulas ini, 2.
Trading for A Living, 3. One Up On Wall Street, dan 4. Technical Analysis of John Murphy. Karena hampir 2 bulan
belum datang ke rumah jadi saya pesan lagi. Dan ternyata datang semua (pesanan kedua datang 13 Agustus
kemarin). Jadi sekarang saya punya masing-masing buku tersebut 2 buah (minus Trading for A Living karena stock
abis).

Barangkali ada yang mau ganti buku-buku tersebut boleh kontak saya. Maaf saya numpang iklan Mas.

Balas

Balasan

1.

Iyan16 Agustus 2013 10.33

Punya buku yang sama dobel, berarti pinternya harus dobel juga. :D

Biasanya saya tidak kasih orang numpang iklan. Tapi untuk bung Andy, saya beri pengecualian.

Hayo-hayo, siapa yang mau beli buku bahasa Inggris HOW TO MAKE MONEY IN STOCKS, ONE UP ON WALL
STREET, TECHNICAL ANALYSIS OF THE FINANCIAL MARKET, silahkan hubungi bung Andy.
Boleh tahu gak: mau jual harga berapa?

2.

Andy Aristiyanto16 Agustus 2013 16.26

Thanks Mas Iyan sudah boleh beriklan. Wah kalo pengen cepet pinter paling gampang dan tips nya aplikatif
ya baca blog ini :-)

Ini harganya ya mas:


1. How to Make Money: Rp.100.000,- (cover belakang tersodok bukunya One Up saat pengiriman, jadi agak
rusak tapi tidak sobek)
2. One Up on Wall Street: Rp. 100.000,-
3. Technical Analysis: Rp. 300.000,-

Belum termasuk ongkir ya Mas.

3.

Iyan17 Agustus 2013 09.01

Harga tidak salah tuh? MURAH banget?

Setahu saya di Amazon.com, How To Make Money In Stock US$10an, One Up On Wall Street US$10an,
Technical Analysis of The Financial Market US$44an. Harga ini kan belum termasuk ongkos kirim ke
Indonesia.

Yang Technical Analysis ini TEXTBOOK nya atau STUDY GUIDE?

Cara Investasi Saham William O'Neil (Bagian II)


[Pos ini ©2013 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Pos ini adalah lanjutan dari pos "Cara Investasi Saham William O'Neil (Bagian I)."

Apa itu CAN SLIM™?

CAN SLIM™ adalah huruf-huruf pertama dari 7 hal terpenting—menurut William O'Neil—yang harus diperhatikan ketika
bermain saham. Huruf-huruf ini dijelaskan oleh O'Neil satu-per-satu dalam 7 Bab di Bagian I buku ini.

C = Current Quarterly Earnings per Share: The Higher the Better. Laba Per Saham Kwartal Ini: Makin Tinggi Makin Baik.

A = Annual Earnings Increases: Look for Significant Growth. Peningkatan Laba Tahunan: Cari Yang Tumbuh Pesat.

N = New Products, New Management, New Highs: Buying at the Right Time. Produk Baru, Manajemen Baru, Harga Tertinggi
Baru: Beli Pada Saat Tepat.

S = Supply and Demand: Shares Outstanding Plus Big Volume Demand. Pasokan dan Permintaan: Jumlah Saham Beredar Plus
Permintaan Jumlah Besar.

L = Leader or Laggard: Which Is Your Stock? Pemimpin atau Pengikut: Termasuk Yang Mana Saham Anda?

I = Institutional Sponsorship: Follow the Leaders. Dukungan Institusi: Ikuti Sang Pemimpin.

M = Market Direction: How to Determine It. Arah Pasar: Bagaimana Menentukannya.

Kalau anda mencari di internet, hampir semua ulasan tentang buku How to Make Money in Stocks ini, hanya mengulas
Bagian I ini.

CAN SLIM™ mudah, CAN SLIM™ menguntungkan, CAN SLIM™ dahsyat, CAN SLIM™ cuan, CAN SLIM™ jurus jitu. Kira-kira
begitu isi tulisan-tulisan tersebut.

Anda akan mendapat impresi bahwa seakan-akan CAN SLIM™ adalah solusi jitu dan satu-satunya untuk meraup untung dari
saham.

Berarti CAN SLIM™ adalah bagian paling penting di buku ini dong? pikir anda.

TIDAK.

Menurut saya, Bagian I ini sering dianggap paling penting hanya KARENA William O'Neil berulang kali menyatakan bahwa
CAN SLIM™ adalah yang hal terpenting yang harus dipelajari pemain saham.

Ini sama saja dengan Leonardo da Vinci dan lukisan Mona Lisa. Leonardo da Vinci melukis banyak lukisan, memahat banyak
patung, menciptakan banyak produk inovatif. Tapi konon, Mona Lisa adalah karya terpenting Leonardo da Vinci.

Mona Lisa? Maha karya Leonardo da Vinci?

Kala pertama kali melihat lukisan Mona Lisa, saya tidak terkesan. Yang saya lihat adalah lukisan gadis gempal berpipi
tembem. Dilihat dari kiri, kanan, atas, bawah, Mona Lisa tidak bisa dikatakan cantik. Dari sudut pandang seni, lukisan
tersebut tidak "hidup". Warnanya juga biasa-biasa saja. Tidak ada yang istimewa. Banyak karya da Vinci lainnya yang lebih
mengesankan. Menurut saya.

Jadi, apa sebenarnya yang membuat lukisan tersebut istimewa?

Tidak lain tidak bukan adalah karena Leonardo da Vinci sendiri menyatakan bahwa lukisan tersebut adalah karya terbaiknya.

Kalau Leonardo da Vinci, salah seorang seniman terbaik sepanjang masa, menyatakan bahwa Mona Lisa adalah karya
terbaiknya, tidak heran kalau para ahli lukisan juga ikut menyetujui bahwa Mona Lisa adalah karya terbaik da Vinci. Tidak
heran juga kalau lukisan tersebut menjadi salah satu objek seni paling diminati di dunia.

Pendapat si Iyan yang tidak mengerti seni tentu saja tidak ada artinya.

Betul sekali. Tapi hanya karena seluruh dunia bilang lukisan Mona Lisa luar biasa, tidak berarti saya (dan anda) harus setuju.

Sekarang, mengapa CAN SLIM™ sangat penting menurut William O'Neil?

Tidak lain tidak bukan karena CAN SLIM™ ini adalah metode investasi saham yang di-trademark (dipatenkan) oleh William J.
O'Neil.
Saya yakin banyak investor-investor saham yang menerapkan metode serupa dengan CAN SLIM™. Hanya saja mereka tidak
merasa perlu mematenkan metode yang mereka pakai. Kalau investor-investor ini bisa mencetak uang dari saham, untuk
apa harus mematenkan tujuh huruf?

Kalau begitu, mengapa William O'Neil mematenkan CAN SLIM™?

Tebakan saya: tidak lain tidak bukan karena ada udang di balik batu.

William O'Neil mematenkan CAN SLIM™ supaya ia punya produk untuk dijual. Jadi, tujuan utamanya bukan mengajarkan
cara investasi saham yang menguntungkan. Tujuan utamanya adalah menjual buku tentang CAN SLIM™, menjual program
pelatihan CAN SLIM™, dan menjual surat-kabar Investor Business Daily miliknya.

Bagaimana seharusnya anda menyikapi kondisi ini?

Mari kita lihat ilustrasi berikut.

Kalau saja seseorang bernama Bobby datang ke anda dan mengatakan bahwa, misalkan, TV LED Samsung adalah TV LED
terbaik. Bagaimana seharusnya reaksi anda?

Anda seharusnya bukannya percaya tapi malahan langsung memasang perisai curiga.

Yang seharusnya terbersit di benak anda,"Apa maksud Bobby menghebatkan Samsung? Apakah dia mendapat keuntungan
finansial? Mungkin dia kerja di Samsung? Atau anak gadisnya kerja di Samsung? Mungkin dia distributor Samsung? Atau
punya saham Samsung? Kenapa ia fanatik produk tersebut?"

Mungkin saja TV LED Samsung adalah TV LED terbaik. Bobby berhak mempromosikan produk tersebut ke anda. Tapi pada
akhirnya, siapa yang berhak menentukan apakah Samsung adalah yang terbaik untuk anda?

Yang pasti bukan Bobby.

Sekarang kita kembali ke CAN SLIM™.

Kalau CAN SLIM™ adalah trik untuk menjual produk, apakah ini berarti CAN SLIM™ hanya isapan jempol belaka?

Tidak. Sama sekali tidak.

Saya percaya bahwa CAN SLIM™ adalah metode yang baik. Dan sangat mungkin akan membuahkan hasil. Jauh lebih baik
anda berinvestasi saham dengan metode CAN SLIM™ yang terstruktur baik daripada berinvestasi saham tanpa struktur.

Hanya saja, jangan biarkan orang lain membuat keputusan untuk anda. Apalagi jelas-jelas William O'Neil ada maksud
terselubung yang menguntungkan dia secara finansial.

Oleh karena itu, hanya karena William O'Neil dan ribuan orang bilang CAN SLIM™ adalah senjata ampuh main saham tidak
berarti CAN SLIM™ cocok untuk anda. (Ingat: Kalaupun cocok, tidak berarti mudah diterapkan.) Coba anda telaah, pelajari,
resapi, coba. Lalu tentukan. Jangan langsung anda telan bulat-bulat.

Tapi—saya merasa—William O'Neil di hati kecilnya pun tahu bahwa CAN SLIM™ saja tidak menjamin sukses investasi saham.
Dan ini tersirat dari jumlah halaman di Bagian I buku ini.

Bagian I buku How to Make Money in Stocks ini hanyalah kira-kira SEPERLIMA dari jumlah halaman keseluruhan buku.

Artinya, CAN SLIM™ penting, tapi CAN SLIM™ saja tidak cukup untuk menjamin sukses investasi saham. Banyak hal-hal lain
yang harus anda pelajari juga.

Jadi, ketika anda membaca buku ini, baca dengan seksama Bagian I ini. Tapi jangan lompati bagian-bagian berikutnya. Kalau
bagian selanjutnya tidak penting, tidak mungkin William O'Neil menghabiskan empat-per-lima jumlah halaman buku untuk
membeberkannya.

Oke, sekarang anda tahu harus membaca keseluruhan buku, bukan hanya bagian CAN SLIM™ saja. Sebelum kita lanjut
diskusi ke Bagian II dan Bagian III buku tersebut, ada baiknya anda tahu dari ketujuh bab di Bagian I buku ini, bab mana yang
paling penting? Mau tahu? Silahkan lanjut baca ke pos "Cara Investasi Saham William O'Neil (Bagian III)."

3 komentar:

1.

chakepp rassa15 Agustus 2013 09.24

Bung Iyan,

'Ruarr biasaa'...(meminjam istilah salah satu produk iklan di tayangan tv). Ulasan dan resensi yang menarik dari
sebuah buku bagi pembaca blog Anda. Benar-benar kena pada sasaran dan to the point kemana arah yang menjadi
target.

Meski, saya belum membaca isi buku tersebut seakan arah pikiran pembaca sudah diajak berkelana dengan ide
pemikiran penulis yang realistis.Tentunya pilihan diserahkan pada pemabaca, bagaimana bermain saham yang cantik
dan bisa mencetak gol untuk memenangkan sebuah pertandingan.

Bung Iyan..ditunggu ulasan dan resensi bab lainnya. Pastinya lebih seru, karena trik dan kiat bermain saham akan
dibeberkan secara lugas tanpa basa basi...
Terima kasih.

Salam,
chakepp.

Balas

Balasan

1.

Iyan15 Agustus 2013 10.00

Bung (atau Neng?) Chakepp,

Terima kasih untuk komentar anda. Saya tidak akan membahas panjang lebar buku How To Make Money in
Stocks ini. Saya cuma mencoba mengarahkan pembaca ke arah yang benar.

2.

chakepp rassa16 Agustus 2013 15.19


Dear Bung Iyan..

Heehe..yang pasti bukan 'neng' Bung Iyan. Kita tunggu episode berikutnya dari buku 'How To Make Money in
Stocks'.
Terima kasih.

Salam,
chakepp.

Cara Investasi Saham William O'Neil (Bagian III)


[Pos ini ©2013 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang]

Pos ini adalah lanjutan dari pos "Cara Investasi Saham William O'Neil (Bagian II)."

Untuk membaca seri ini dari awal, silahkan klik di sini "Cara Investasi Saham William O'Neil (Bagian I)."

Dari 7 bab tentang CAN SLIM™, bab berapa yang paling penting?

Mari kita perhatikan jumlah halaman pada masing-masing bab CAN SLIM™ ini (saya mengacu pada buku versi bahasa
Inggris):

Tabel 1. Jumlah Halaman Bagian I Buku How To Make Money In Stocks

Menurut anda, kalau mengacu pada jumlah halaman, kira-kira bab berapa yang paling penting?

Jumlah halaman Bab 7 (Market Direction/Arah Pasar) tiga sampai enam kali lipat jumlah halaman bab-bab lainnya. Dari fakta
ini, sangat jelas bahwa menurut O'Neil, huruf M dari CAN SLIM™ jauh lebih penting daripada huruf-huruf CAN SLI.

Ah, kata anda dalam hati, bung Iyan sok tahu. Masak sih mengukur penting tidaknya suatu bab dari jumlah halaman.

Bagus. Bagus. Anda sudah belajar tidak langsung percaya pada perkataan siapapun.

Mari kita lihat opini kedua, opini sang penulis. Apakah tafsiran saya didukung oleh si penulis secara gamblang?
Walaupun tersirat jelas dari jumlah halaman bahwa Bab 7 adalah bab yang paling penting di Bagian I, O'Neil tidak mau
mengambil resiko kalau-kalau anda tidak menangkap makna tersirat ini. Tulis O'Neil di paragraf pertama bab tersebut:

You can be right on every one of the factors in the first six chapters, but if you're wrong about the direction of the general
market, three out of four of your stocks will plummet with the market averages....

Anda bisa saja melakukan dengan benar semua faktor di enam bab sebelumnya, tapi bila anda salah tentang arah pasar
secara keseluruhan, tiga dari empat saham anda akan tumbang mengikuti pasar....

Anda masih juga tidak menangkap makna tersirat dan tersurat bahwa Bab 7 sangat penting?

William O'Neil menutup Bagian I buku How To Make Money In Stocks dengan kalimat berikut:

Never fight the market—it's bigger than you are.

Jangan pernah melawan pasar—ia lebih besar dari anda.

Dengan kata lain, arah pasar sangat dominan dalam menentukan apakah anda untung atau buntung dalam berinvestasi
saham.

Jangan bilang saya belum mewanti-wanti anda untuk membaca Bab 7 dengan seksama.

II. Be Smart From the Start

Menurut William O'Neil Bagian I adalah bagian terpenting buku ini. Tapi menurut saya, Bagian II-lah yang terpenting.

Mengapa?

Karena nasihat-nasihat O'Neil di sini berlaku untuk semua metode main saham, bukan hanya untuk CAN SLIM™.

Bagian II ini terdiri dari lima bab:

Bab 8: Sembilan Belas Kesalahan Yang Dilakukan Investor


Bab 9: Kapan Menjual dan Cut-Loss
Bab 10: Kapan Menjual Untuk Realisasi Profit
Bab 11: Haruskah Diversifikasi, Investasi Jangka Panjang, Memakai Margin, Jual Short, dan lain-lain
Bab 12: Bagaimana Membaca Grafik

Baca lima bab ini dengan seksama. Dan resapi maknanya perlahan-lahan.

Sebagai informasi, di Bab 8 versi Indonesia ada beberapa bagian yang terjemahannya tidak tepat dan berpotensi salah anda
tafsirkan.

Pada nomor 1 di Sembilan Belas Kesalahan Yang Dilakukan Investor:

1. Terlalu toleran terhadap kerugian-kerugian kecil.

Versi asli: Stubbornly holding onto losses when they are very small and reasonable.

Seharusnya: Bersikeras tidak mau jual rugi ketika kerugiannya sangat kecil dan masuk akal.

Justru ini artinya adalah anda harus toleran pada kerugian-kerugian kecil dan jangan membiarkan kerugian kecil malah
menjadi kerugian besar.
Pada nomor 3:

3. Membeli ketika harga rata-rata turun.

Versi asli: Averaging down in price rather than up when buying.

Terjemahan yang benar: Membeli lagi saham ketika saham turun daripada ketika saham naik.

Jadi artinya bukan

membeli ketika harga rata-rata turun,

tetapi membeli lagi saham yang sama ketika harga turun untuk menurunkan harga rata-rata.

Pada nomor 12:

12. Berusaha meraup keuntungan dengan prinsip "Biar Sedikit Asal Untung" dari saham-saham berkinerja buruk.

Versi asli: Cashing in small, easy-to-take profits while holding onto losses.

Seharusnya: Mengambil untung yang jumlahnya kecil tapi bersikeras tidak mau jual saham yang rugi.

Sudah selesai membaca Bagian II buku ini?

Ulangi dan baca SEKALI lagi.

Sudah? Kok cepet banget?

Nah, sekarang kita sampai pada Bagian III buku How To Make Money in Stocks.

Lanjut baca ke "Cara Investasi Saham William O'Neil (Bagian IV-Tamat)."

4 komentar:

1.

chakepp rassa21 Agustus 2013 09.26

Dear Bung Iyan..

Sangat menarik. Terima kasih telah mengulas bagian iii. Sepertinya usai membaca dan mencermati ulasan di atas
langsung terasa ada yang kurang dan terpotong penjelasannya.

Nah, bagian berikutnya Bung Iyan.. pastinya segera menyusul. Tentunya akan semakin tahu hal-hal mana saja yang
penting dan sangat penting bagi trader/investor saham pada umumnya.

Salam,
chakepp

Balas

Balasan
1.

Iyan21 Agustus 2013 09.46

Bung chakepp,secepatnya akan saya terbitkan lanjutannya. Mohon sabar menanti.

Balas

2.

Pelangi Nusantara16 Oktober 2013 15.51

Pak Iyan, saya ingin bertanya beberapa hal yang belum saya pahami, sbb:

1. Saya sering mendengar kalimat "Jangan pernah melawan pasar" atau "Mengikuti trend pasar" Maksud dari
kalimat itu bagaimana, Pak?

2. Bagaimana agar saya tahu bahwa trading yang saya lakukan itu melawan pasar atau tidak?

3. Mungkin agar lebih jelas, Pak Iyan bisa memberikan contoh "kasus" sederhananya?

4. Kalimat Bhs. Inggris misalnya "PGAS BUY ON BREAK 5450 SELL ON BREAK 5300" Itu maksudnya gimana Pak?

Terimakasih Pak, atas wawasannya :)

Balas

Balasan

1.

Iyan16 Oktober 2013 16.09

1 & 2. Langkah pertama adalah mengerti apa itu Uptrend, Downtrend, Sideway. Silahkan baca pos "Definisi
Uptrend, Downtrend, Sideway."

http://terusbelajarsaham.blogspot.com/2013/07/definisi-uptrend-downtrend-sideway.html

Jangan melawan pasar artinya kalau saham lagi UPTREND, anda seharusnya berpikiran untuk BELI. Kalau lagi
DOWNTREND, anda berpikiran untuk JUAL. Bukan sebaliknya.

3. Agak sulit menjelaskan ini secara singkat. Suatu hari saya akan menulis pos tersendiri tentang contoh
kasus Uptrend, Downtrend, Sideway.

4. Buy on break artinya BELI kalau menembus ke atas harga referenesi tersebut. Sell on break artinya JUAL
kalau menembus ke bawah harga referensi tersebut.
Cara Investasi Saham William O'Neil (Bagian IV-Tamat)
[Pos ini ©2013 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang]

Pos ini adalah lanjutan dari "Cara Investasi Saham William O'Neil (Bagian III)."

Untuk membaca seri ini dari awal, silahkan klik di si "Cara Investasi Saham William O'Neil (Bagian I)."

Nah, sekarang kita sampai pada Bagian III dari buku How To Make Money in Stocks.

III. Investing Like a Profesional (Berinvestasi Layaknya Profesional)

Kalau Bagian II saya katakan sebagai bagian terpenting dari buku ini, Bagian III (Bab 13 - Bab 20) adalah bagian yang ter-
TIDAK-penting.

Kok?

Saya berikan sedikit gambaran tentang bab-bab tersebut.

Bab 13, 14, 15 dipakai William O'Neil untuk mempromosikan produk dagangannya: koran Investor Business Daily (IBD).

Blah-blah-blah.

Bung Iyan kenapa anti-iklan ya? pikir anda.

Nah, anda salah mengerti.

Saya tidak anti-iklan.

Yang saya anti adalah MEMBAYAR untuk membaca iklan. Anda tentu setuju bahwa iklan seharusnya GRATIS untuk pembaca.

Anda dan saya membayar sejumlah uang untuk tahu isi buku How To Make Money In Stocks. Tidak sepatutnya O'Neil
menggunakan buku yang sudah kita bayar untuk mempromosikan dagangannya. Lain halnya kalau O'Neil membagikan gratis
buku How To Make Money In Stocks ini.

Anda ingat di pos "Cara Investasi Saham William O'Neil (Bagian II)" saya menganjurkan anda untuk tidak melompati bagian
lain buku ini? Nah, saya mengaku salah. Tidak semua buku ini perlu dibaca seksama. Untuk Bab 13, 14, 15, silahkan anda
baca sepintas lalu saja karena penjelasan O'Neil tentang koran IBD tidak relevan kalau anda main saham Indonesia.

(Catatan: Jangan mengartikan bahwa koran Investor Business Daily jelek. Koran tersebut bagus, hanya saja tidak relevan
untuk anda yang hanya main saham Indonesia.)

Bagaimana dengan bab-bab selanjutnya?

Bab 16: The Art of Tape Reading


Bab 17: Shoud You Buy Options, Nasdaq Stocks, New Issues, Convertiblen Bonds, Tax Shelters, Foreign Stocks?
Bab 18: How Could You Make a Million Dollars Owning Mutual Fund.

Ketiga bab ini tidak terlalu penting, tapi tidak ada salahnya dibaca. Tidak perlu dengan seksama. Silahkan anda baca dengan
cepat.

Di Bab 19: Improving Management of Pension and Institutional Portfolios lagi-lagi O'Neil mempromosikan jualannya.
Blah-blah-blah.

Sekarang kita sampai ke bab terakhir buku ini:

Bab 20: Important Guidelines to Remember (Panduan Penting Untuk Diingat)

Bab 20 ini merangkum poin-poin penting di buku ini. Bab 20 adalah bab terpenting dari Bagian III buku ini.

Nah, anda sudah tahu pendapat dan pandangan saya tentang buku How To Make Money in Stocks. Saatnya untuk anda baca
buku tersebut dan menilai sendiri. Saya tunggu komentar, pertanyaan, pendapat, dan pandangan anda.

1 komentar:

1.

Willy31 Agustus 2013 16.23

Sadis benar ulasan yang bagian ini, Bung Iyan. Tapi memang O'Neil sudah tidak tahu malu lagi, langsung blak-blakan
jualan koran(!) di sini.

Beberapa ide O'Neil cukup relevan sih, ambil saja yang sesuai dengan gaya main kita. Yang kita tidak setuju, ya kita
singkirkan. Gitu saja kok repot. Hehehehe.... :D

Anda mungkin juga menyukai