Pilihan Editor
Terbaru
Event
Rubrik
Ekonomi
Fiksiana
Gaya Hidup
Hiburan
Humaniora
Kotak Suara
Olahraga
Politik
Teknologi
Video
Wisata
SEMUA KATEGORI
Elisa MJ
EKONOMI
Rasio Profitabilitas dalam Analisis Fundamental Guna Pengambilan Keputusan Investasi
24 Oktober 2017 21:25 | Diperbarui: 24 Oktober 2017 21:29 |Dibaca: 3671 | Komentar: 0 |
Nilai: 0
Rasio profitabilitas (rentabilitas) menunjukan sejauh mana kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dengan menggunakan seluruh sumber daya yang dimiliki. Tujuan
utama didirikannya suatu perusahaan adalah memaksimalkan laba dan meningkatkan nilai
perusahaan. Oleh karena itu, rasio profitabilitas menjadi ukuran utama tentang performa sebuah
perusahaan.
Dalam analisis fundamental, rasio profitabilitas merupakan rasio yang sangat penting, karena
apabila perusahaan tidak mampu menghasilkan keuntungan maka sudah jelas perusahaan tersebut
bukanlah tempat yang layak untuk melakukan investasi. Sebaliknya, apabila perusahaan mampu
menghasilkan keuntungan yang besar apalagi memiliki trendkonsisten naik selama bertahun-tahun
maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang bagus sebagai
tempat berinvestasi, dari sisi profitabilitas.
Keutungan merupakan hasil akhir dari kebijakan dan keputusan yang diambil manajemen. Rasio
profitabilitas membandingkan keefektifan kinerja operasi perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan menggunakan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Oleh karena itu, trend laba
bersih memang sangat penting untuk kita lihat. Akan tetapi, rasio profitabilitas adalah ukuran yang
barangkali sama atau bahkan lebih penting daripada hanya sekedar melihat trend laba bersih saja.
Van Horne dan Wachowicz (2005:222), mengemukakan bahwa rasio profitabilitas terdiri atas dua
jenis, yaitu rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan dan rasio
yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi. Profitabilitas dalam kaitannya
dengan penjualan terdiri atas margin laba kotor (gross profit margin) dan margin laba bersih (net
profit margin). Profitabilitas dalam hubungannya dengan investasi terdiri atas tingkat
pengembalian atas aktiva (return on asset) dan tingkat pengembalian atas ekuitas (return on
equity).
GPM digunakan untuk mengukur seberapa besar keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan
laba kotor (laba bruto) dari penjualan yang dilakukan. GPM dihitung dengan membandingkan laba
kotor dengan nilai penjualan bersih perusahaan.
GPM diperlukan dalam analisis fundamental guna membandingkan seberapa efektif perusahaan
dalam menghasilkan laba kotor dengan meminimalkan harga pokok penjualan (HPP), dimana HPP
merupakan biaya yang berkaitan langsung dengan penjualan bersih. Ketika HPP besar, meskipun
penjualan bersih perusahaan besar maka akan berdampak pada laba kotor. Semakin besar nilai
GPM, maka semakin besar laba kotor yang diperoleh perusahaan. Artinya, profitabilitas
perusahaan semakin tinggi dan perusahaan memiliki tingkat keuntungan dalam laba kotor yang
tinggi.
2. Margin Laba Bersih / Net Profit Margin (NPM)
NPM digunakan untuk mengukur seberapa besar ukuran keberhasilan perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih yang diperoleh dari penjualannya. NPM dilakukan dengan
membandingkan laba bersih dengan penjualan bersih.
NPM diperlukan dalam analisis fundamental guna mengetahui seberapa efektif perusahaan dalam
meminimalkan beban-beban operasionalnya. Besar kecilnya NPM juga dipengaruhi oleh harga
pokok penjualan (HPP) maupun biaya-biaya operasional yang secara langsung berhubungan
dengan penjualan. Semakin besar nilai NPM, maka semakin besar profitabilitas yang dimiliki oleh
perusahaan. Artinya, semakin besar laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan.
3. Tingkat Pengembalian atas Aktiva / Return on Asset (ROA)
ROA digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba bersih dari total aset yang dimiliki. ROA dapat dihitung dengan membandingkan laba bersih
dengan total aset yang dimiliki oleh perusahaan.
Semakin besar nilai ROA maka semakin bagus, karena dengan sumber daya yang dimiliki (total
aset), perusahaan mampu memaksimalkannya menjadi laba bersih. Hal ini berarti, dengan aset-
aset yang dimiliki, perusahaan mampu memanfaatkan aset-asetnya dengan baik, sehingga bisa
menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Terlebih lagi jika dalam melakukan analisis
fundamental, kita menemukan perusahaan yang total asetnya turun atau stagnan, tetapi laba bersih
selalu naik. Hal ini bisa mengindikasikan bahwa dengan aset yang sedikit perusahaan tetap
mampu memaksimalkan kinerjanya, sehingga bisa menghasilkan laba bersih yang besar.
4. Tingkat Pengembalian atas Ekuitas / Return on Equity (ROE)
ROE digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba bersih dari ekuitas / modal yang dimiliki (baik modal sendiri maupun modal yanh disetor oleh
pemegang saham). ROE dapat dihitung dengan membandingkan laba bersih tahun berjalan dengan
ekuitas dalam laporan perubahan ekuitas.
ROE menjadi ukuran penting dalam analisis fundamental karena ROE mengukur seberapa besar
perusahaan mampu memuaskan kepentingan pemegang saham (yang menanamkan modal di
perusahaan). Adapun faktor yang dijadikan pertimbangan dalam investasi, ROE yang selalu
meningkat dari tahun ke tahun atau setidaknya berada dalam trend naik selama beberapa tahun.
Dengan begitu, perusahaan tersebut mampu memaksimalkan tingkat pengembalian ekuitas untuk
menghasilkan laba bersih.
ROE yang semakin naik mengindikasikan bahwa perusahaan mampu memuaskan kepentingan
pemegang saham karena dengan ekuitas yang lebih kecil (dibandingkan presentase ekuitas
sebelumnya atau laba bersih), perusahaan mampu memaksimalkan ekuitasnya untuk menghasilkan
laba bersih yang besar. Apabila nilai ROE besar dan dapat naik secara stagnan, maka dapat
dikatakan bahwa perusahaan tersebut layak investasi.
Ketika kita memutuskan untuk menjadi seorang investor terutama saham, kita perlu memahami
rasio-rasio tersebut dalam mengukur profitabilitas atau kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan. Dengan rasio-rasio tersebut, memungkinkan kita untuk dapat
mengukur keefektifan perusahaan dalam meminimalkan biaya-biayanya dan memanfaatkan
seluruh sumber daya yang dimiliki. Apabila perusahaan tidak mampu menekan biaya dan
menggunakan sumber daya yang dimilikinya secara efektif, maka akan berdampak pada laba yang
diperoleh. Ingatlah, investor akan selalu mempertimbangkan laba ketika melakukan investasi di
suatu perusahaan.
TENTANG KOMPASIANA
SYARAT DAN KETENTUAN
BANTUAN