Anda di halaman 1dari 17

WAWASAN NUSANTARA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan


Dosen Pengajar Bapak H. Barto Mansyah, S.Pd., MH

Disusun oleh:

M. Dilah Rasit

NIM : PO.62.20.1.16.152

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA


DIV KEPERAWATAN REGULER III
2016
WAWASAN NUSANTARA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen Pengajar Bapak H. Barto Mansyah, S.Pd., MH

Disusun oleh:

M. Dilah Rasit

NIM : PO.62.20.1.16.152

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA


DIV KEPERAWATAN REGULER III
2016

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Dan tidak lupa mengucapkan
banyak terima kasih, terutama kepada bapak H. Barto Mansyah, S.Pd., MH selaku
pembimbing dalam penulisan makalah sederhana ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu baik secara moral maupun materil dan Penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan pada karya makalah ini. Oleh sebab itu Penulis menantikan
adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca yang budiman demi
perbaikan untuk penulisan yang akan datang.
Dan harapan penulis semoga makalah sederhana ini dapat memberikan
manfaat yang besar bagi para pembaca khususnya mahasiswa.

Hormat Saya

Penulis,

ii
halaman
DAFTAR ISI

Halaman Depan ........................................................................................................ i


Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar Isi................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ..........................................................................................1

BAB II ISI
A. Pengertian Wawasan Nusantara ..................................................................2
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Wawasan Nusantara ...........................2
C. Unsur-Unsur Dasar Wawasan Nusantara ....................................................5
D. Tujuan Wawasan Nusantara ........................................................................7
E. Implementasi Wawasan Nusantara .............................................................7
F. Tantangan Implementasi Wawasan Nasional .............................................9
G. Hubungan Wawasan Nusantara dengan Otonomi Daerah ........................10
H. Hubungan Wawasan Nusantara dengan Ketahanan Nasional ..................11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ................................................................................................12
B. Saran ...........................................................................................................12

Daftar Pustaka ........................................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan nasional dan cita-cita bangsa Indonesia telah tercantum jelas
pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Pada alinea ke-2 telah
menjelaskan mengenai cita-cita bangsa Indonesia, yaitu “Dan perjuangan
pergerakan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan
selamat sentaosa mengantarkan rakyat Indonesia ke pintu gerbang
kemerdekaan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan
makmur”. Mengenai tujuan nasional bangsa Indonesia telah tercantum juga
pada Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4, yaitu membentuk suatu
pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia, untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial.
Wawasan nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa
Indonesia mengenai diri dan bentuk geografinya berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945. Dalam pelaksanannya, wawasan nusantara mengutamakan
kesatuan wilayah dan menghargai kebhinekaan untuk mencapai tujuan
nasional. Bangsa yang kuat adalah bangsa yang menjunjung tinggi landasan
negaranya. Dengan memahami wawasan nusantara, masyarakat Indonesia
diharapkan mampu menjadi pelopor perubahan bangsa yang bermartabat
dan menjunjung tinggi toleransi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian wawasan nusantara dan faktor apa saja yang
mempengaruhi wawasan nusantara?
2. Apa saja unsur dasar wawasan nusantara dan tujuan wawasan
nusantara?
3. Bagaimana implementasi wawasan nusantara dan tantangan dalam
implementasinya?
4. Bagaimana hubungan wawasan nusantara dengan otonomi daerah dan
ketahanan nasional?

C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian wawasan nusantara dan faktor
apa saja yang mempengaruhi wawasan nusantara.
2. Mahasiswa dapay mengetahui unsur dasar wawasan nusantara dan
tujuan wawasan nusantara.
3. Mahasiswa menjelaskan implementasi wawasan nusantara dan
tantangan implementasinya.
4. Mahasiswa dapat menjelaskan hubungan wawasan nusantara dengan
otonomi daerah dan ketahanan nasional.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Wawasan Nusantara

Secara etimologis, kata wawasan nusantara masing-masing diuraikan


sebagai berikut : Wawasan berasal dari bahasa jawa (wawas) yang berarti
pandangan, tinjauan atau penglihatan indrawi. Wawasan dapat pula
diartikan sebagai cara pandang manusia terhadap suatu fenomena.
Sedangkan kata Nusantara digunakan sebagai pengganti nama Indonesia
(Winarno, 2013). Nusantara berasal dari kata nusa dan antara. Nusa berarti
pulau atau kesatuan kepulauan. Antara artinya menunjukkan letak antara
dua unsur. Nusantara artinya kesatuan kepulauan yang terletak antara dua
benua (Asia dan Australia) dan dua samudera (Hindia dan Pasifik).
Sehingga wawasan nusantara bisa diartikan sebagai cara pandang atau cara
melihat kesatuan kepulauan yang terletak antara dua benua dan dua
samudera.
Wawasan nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia
mengenai diri dan bentuk geografinya berdasarkan Pancasila dan UUD
1945. Dalam pelaksanannya, wawasan nusantara mengutamakan kesatuan
wilayah dan menghargai kebhinekaan untuk mencapai tujuan nasional.
Munadjat Danusaputro (1981:34) mengemukakan pengertian
wawasan nusantara sebagai cara pandang Bangsa Indonesia tentang diri
dan lingkungannya dalam eksistensi yang serba terhubung serta
pemekarannya di tengah-tengah lingkungan tersebut berdasarkan asas
nusantara. Asas nusantara merupakan suatu ketentuan dasar yang harus
ditaati, dipatuhi dan dipelihara agar kepentingan nasional bisa terwujud.
Kepentingan tersebut tentunya agar tujuan dari perjuangan Bangsa
Indonesia atau tujuan nasional bisa tercapai.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Wawasan Nusantara


1. Asas Kepulauan
Istilah archipelago antara lain terdapat dalam naskah resmi
perjanjian antara Republik Venezza dan Michael Palaleogus pada tahun
1268. Perjanjian ini menyebut “Arc(h) Pelago” yang maksudnya adalah
“Aigaius Pelagos” atau laut Aigata yang dianggap sebagai laut terpenting
oleh negara-negara yang bersangkutan. Istilah archipelago adalah wilayah
lautan dengan pulau-pulau di dalamnya.Arti ini kemudian menjadi pulau-
pulau saja tanpa menyebut unsur lautnya sebagai akibat penyerapan
Bahasa Barat, sehingga archipelago sealu diartikan kepulauan atau
kumpulan hukum.
Lahirnya asas kepulauan (archipelago) mengandung pengertian bahwa
pulau-pulau tersebut selalu dalam kesatuan utuh, sementara tempat unsur
perairan atau lautan antara pulau-pulau berfungsi sebagai unsur
penghubung bukan unsur pemisah.

2
3
2. Kepulauan Indonesia

Bagian wilayah Indische Archipel yang dikuasai Belada dinamakan


Nederlansch Oost Indische Archipelago.Itulah wilayah jajahan Belanda
yang kemudian menjadi wilayah negara Republik Indonesia. Sebagai
sebutan untuk kepulauan ini sudah sangat banyak nama dipakai, yaitu
“Hindia Timur”, “Insulinde” oleh Multatuli, “Nusantara”, “Indonesia” dan
“Hindia Belanda” (Nederlandsch-indie) pada masa penjajahan Belanda.
Sebutan “Indonesia” merupakan ciptaan ilmuan J.R. Logan dalam Journal
of the Indian Archipelago and East Asia (1850). Sir W.E. Maxwell,
seorang ahli hukum juga memakainya dalam kegemarannya mempelajari
rumpun Melayu. Pada tahun 1882, dia menerbitkan buku penuntun untuk
bahasa itu dengan kata pembukuan yang memakai istilah ‘Indonesia’ yang
dimana buku ini semakin terkenal berkat peran Adolf Bastian, seorang
etnolog, yang menegaskan arti kepulauan yaitu dalam bukunya yang
berjudul Indonesian order die Inseln de Malaysichen Archipels (1884-
1889).
Pada awal abad ke-20 perhimpunan para mahasiswa Indonesia di Belanda
menyebut diri dengan “perhimpunan Indonesia” dan membiasakan
pemakaian bahasa ‘Indonesia’. Berikutnya pada peristiwa Sumpah
Pemuda tahun 1928 kata Indonesia dipakai sebagai sebutan bagi bangsa,
tanah air, dan bahasa sekaligus menggantikan sebuatan Nederlansch Oost
Indie. Kemudian sejak proklamasi kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945,
Indonesia menjadi nama resmi negara dan bangsa Indonesia sampai
sekarang.

3. Konsepsi Tentang Wilayah Lautan

Dalam perkembangan hukum laut internasional dikenal beberapa


konsepsi mengenai pemilikan dan penggunaan wilayah laut sebagai
berikut:
• Res Nullius, menyatakan bahwa laut itu tidak ada yang memilikinya.
• Res Cimmunis, menyatakan bahwa laut itu adalah milik masyarakat
dunia karena itu tidak dapat dimiliki oleh masing-masing negara.
• Mare Liberum, menyatakan bahwa wilayah laut adalah bebas untuk
semua bangsa.
• Mare Clausum (The Right and Dominion Of the Sea), menyatakan
bahwa hanya laut sepanjang pantai saja yang dapat dimiliki oleh suatu
negara sejauh yang dapat dikuasai dari darat (waktu itu kira-kira sejauh 3
mil).
• Archipelagic State Pinciples (asas Negara Kepulauan) yang
menjadikan dasar dalam Konvensi PBB tentang hukum laut.
Saat ini, Konvensi PBB tentang Hukum Laut (United Nation
Convention on the Law of the Sea UNCLOS) mengakui adanya keinginan
untuk membentuk tertib hukum laut dan samudra yang dapat memudahkan
komunikasi internasional dan memajukan penggunaan laut dan samudra
4
secara damai. Sesuai dengan Hukum Laut Internasional, secara garis besar
Indonesia sebagai negara kapulauan memiliki Laut Teritorial, Perairan
Pedalaman, Zone Ekonomi Eksklusif, dan Landas Kontinen. Masing-
masing dapat dijelaskan sebagai berikut:
• Negara Kepulauan adalah suatu negara yang seluruhnya terdiri dari satu
atau lebih kepulauan dan dapat mencakup pulau-pulau lain. Pengertian
‘kepulauan’ adalah satu gugusan pulau, termasuk bagian pulau, perairan
diantaranya dan lain-lain wujud alamiah yang merupakan satu kesatuan
geografi, ekonomi dan politik yng hakiki atau yang secara historis
dianggap demikian.
• Laut Teritorial adalah suatu wilayah yang lebarnya tidak melebihi 12 mil
laut diukur dari garis pangkal, sedangkan garis pangkal adalah garis air
surut terendah sepanjang pantai.
• Perairan Pedalaman adalah wilayah sebelah dalam daratan atau sebelah
dalam dari garis pangkal.
• Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) tidak boleh melebihi 200 mil laut dari
garis pangkal. Didalam ZEE negara yang bersangkutan mempunyai hak
berdaulat untuk keperluan eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan
pengelolaan sumber kekayaan alam hayati dari perairan.
• Landas Kontinen suatu negara berpantai meliputi dasar laut dan tanah
dibawahnya yang terletak diluar laut teritorialnya sepanjang merupakan
kelanjutan alamiah wilayah daratannya. Jaraknya 200 mil laut dari garis
pangkal atau dapat lebih dari itu dengan tidak melebihi 350 mil, tidak
boleh melebihi 100 mil dari garis batas kedalaman dasar laut sedalam 2500
m.

4. Karakteristik Wilayah Nusantara

Nusantara berarti Kepulauan Indonesia yang terletak diantara benua


Asia dan benua Australia serta diantara samudra Pasifik dan samudra
Hindia, yang terdiri dari 17.508 pulau besar maupun pulau kecil. Jumlah
pulau yang sudah memiliki nama sebanyak 6.044 buah. Kepulauan
Indonesia terletak pada batas-batas astronomi yang berada pada 6o LU –
11oLS dan 95o BT – 141o BT dan terletak di garis khatulistiwa.Luas
wilayah Indonesia seluruhnya adalah 5,192 juta km2 dengan perincian
daratan seluas 2,027 juta km2 dan laut 3,166 juta km2. Dengan kata lain
Negara kita terdiri dari 2/3 lautan/perairan. Jarak utara selatan 1.888 km dan
jarah timur barat 5.110 km.Indonesia berada pada iklim tropis dengan dua
musim. Dan juga menjadi pertemuan antara dua jalur pegunungan,
yaituMediterania dan Sirkum Pasifik, wilayah yang subur dan habitable
(dapat dihuni), kaya akan flora, fauna, dan sumber daya alam serta memiliki
etnik yang sangat banyak (heterogenitas suku bangsa)sehingga memiliki
kebudayaan yang beragam.
5
C. Unsur-Unsur Dasar Wawasan Nusantara

1. Wadah

a. Wujud Wilayah
Batas ruang lingkup wilayah nusantara ditentukan oleh lautan yang
di dalamnya terdapat gugusan ribuan pulau yang saling dihubungkan oleh
perairan. Oleh karena itu Nusantara dibatasi oleh lautan dan daratan serta
dihubungkan oleh perairan didalamnya.Setelah bernegara dalam negara
kesatuan Republik Indonesia, bangsa indonesia memiliki organisasi
kenegaraan yang merupakan wadah berbagi kegiatn kenegaraan dalam
wujud suprastruktur politik. Sementara itu, wadah dalam kehidupan
bermasyarakat adalah lembaga dalam wujud infrastruktur politik. Letak
geografis negara berada di posisi dunia antara dua samudra, yaitu Samudra
Pasifik dan Samudra Hindia, dan antara dua benua, yaitu banua Asia dan
benua Australia. Perwujudan wilayah Nusantara ini menyatu dalam
kesatuan poliyik, ekonomi, sosial-budaya, dan pertahanan keamanan.

b. Tata Inti Organisasi


Bagi Indonesia, tata inti organisasi negara didasarkan pada UUD
1945 yang menyangkut bentuk dan kedaulatan negara kekuasaaan
pemerintah, sistem pemerintahan, dan sistem perwakilan. Negara Indonesia
adalah negara kesatuan yang berbentuk republik.

c. Tata Kelengkapan Organisasi


Wujud tata kelengkapan organisasi adalah kesadaran politik dan
kesadaran bernegara yang harus dimiliki oleh seluruh rakyat yang
mencakup partai politik, golongan dan organisasi masyarakat, kalangan pers
seluruh aparatur negara. Yang dapat diwujudkan demokrasi yang secara
konstitusional berdasarkan UUD 1945 dan secara ideal berdasarkan dasar
filsafat pancasila.

2. Isi Wawasan Nusantara

Isi adalah aspirasi bangsa yang berkembang di masyarakat dan cita-cita


serta tujuan nasional yang terdapat pada pembukaan UUD 1945. Untuk
mencapai aspirasi yang berkembang di masyarakat maupun cita-cita dan
tujuan nasional seperti tersebut di atas, bangsa Indonesia harus mampu
menciptakan persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan dalam kehidupan
nasional. Isi menyangkut dua hal yang essensial, yaitu:
a. Realisasi aspirasi bangsa sebagai kesepakatan bersama serta pencapaian
cita-cita dan tujuan nasional.
b. Persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan yang meliputi semua aspek
kehidupan nasional.
6
Isi wawasan nusantara tercemin dalam perspektif kehidupan manusia
Indonesia meliputi :

a. Cita-cita bangsa Indonesia tertuang di dalam Pembukaan UUD


1945 yang menyebutkan :

1. Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan


makmur.
2. Rakyat Indonesia yang berkehidupan kebangsaan yang bebas.
3. Pemerintahan Negara Indonesia melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

b. Asas keterpaduan semua aspek kehidupan nasional berciri tunggal,


utuh menyeluruh meliputi :

1. Satu kesatuan wilayah nusantara yang mencakup daratan perairan


dan dirgantara secara terpadu.
2. Satu kesatuan politik, dalam arti satu UUD dan politik
pelaksanaannya serta satu ideologi dan identitas nasional.
3. Satu kesatuan sosial-budaya, dalam arti satu perwujudan
masyarakat Indonesia atas dasar “Bhinneka Tunggal Ika”, satu
tertib sosial dan satu tertib hukum.
4. Satu kesatuan ekonomi dengan berdasarkan atas asas usaha bersama
dan asas kekeluargaan dalam satu sistem ekonomi kerakyatan.
5. Satu kesatuan pertahanan dan keamanan dalam satu sistem terpadu,
yaitu sistem pertahanan keamanan rakyat semesta (Sishankamrata).
6. Satu kesatuan kebijakan nasional dalam arti pemerataan
pembangunan dan hasil-hasilnya yang mencakup aspek kehidupan
nasional.

3. Tata Laku Wawasan Nusantara Mencakup Dua Segi, Batiniah dan Lahiriah
Tata laku merupakan dasar interaksi antara wadah dengan isi, yang
terdiri dari tata laku tata laku batiniah dan lahiriah. Tata laku batiniah
mencerminkan jiwa, semangat, dan mentalitas yang baik dari bangsa
indonesia, sedang tata laku lahiriah tercermin dalam tindakan , perbuatan,
dan perilaku dari bangsa Indonesia. Tata laku lahiriah merupakan kekuatan
yang utuh, dalam arti kemanunggalan. Meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan dan pengendalian.
Kedua hal tersebut akan mencerminkan identitas jati diri atau
kepribadian bangsa indonesia berdasarkan kekeluargaan dan kebersamaan
yang memiliki rasa bangga dan cinta kepada bangga dan tanah air sehingga
7
menimbulkan nasionalisme yang tinggi dalm segala aspek kehidupan
nasional.

D. Tujuan Wawasan Nusantara

Tujuan wawasan nusantara terdiri dari dua, yaitu:


1. Tujuan nasional, dapat dilihat dalam Pembukaan UUD 1945,
dijelaskan bahwa tujuan kemerdekaan Indonesia adalah "untuk
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial".
2. Tujuan ke dalam adalah mewujudkan kesatuan segenap aspek
kehidupan baik alamiah maupun sosial, maka dapat disimpulkan
bahwa tujuan bangsa Indonesia adalah menjunjung tinggi kepentingan
nasional, serta kepentingan kawasan untuk menyelenggarakan dan
membina kesejahteraan, kedamaian dan budi luhur serta martabat
manusia di seluruh dunia.

E. Implementasi Wawasan Nusantara

1. Kehidupan Politik

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengimplementasikan


wawasan nusantara, yaitu:
a. Pelaksanaan kehidupan politik yang diatur dalam undang-undang,
seperti UU Partai Politik, UU Pemilihan Umum, dan UU Pemilihan
Presiden. Pelaksanaan undang-undang tersebut harus sesuai hukum
dan mementingkan persatuan bangsa.Contohnya seperti dalam
pemilihan presiden, anggota DPR, dan kepala daerah harus
menjalankan prinsip demokratis dan keadilan, sehingga tidak
menghancurkan persatuan dan kesatuan bangsa.
b. Pelaksanaan kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Indonesia
harus sesuai dengan hukum yang berlaku. Seluruh bangsa Indonesia
harus mempunyai dasar hukumyang sama bagi setiap warga negara,
tanpa pengecualian. Di Indonesia terdapat banyak produk hukum
yang dapat diterbitkan oleh provinsi dan kabupaten dalam bentuk
peraturan daerah (perda) yang tidak bertentangan dengan hukum
yang berlaku secara nasional.
c. Mengembangkan sikap hak asasi manusia dan sikap pluralisme
untuk mempersatukan berbagai suku, agama, dan bahasa yamg
berbeda, sehingga menumbuhkan sikaptoleransi.
d. Memperkuat komitmen politik terhadap partai politik dan lembaga
pemerintahan untuk meningkatkan semangat kebangsaan, persatuan
dan kesatuan.
8
e. Meningkatkan peran Indonesia dalam kancah internasional dan
memperkuat korps diplomatik sebagai upaya penjagaan wilayah
Indonesia terutama pulau-pulau terluar dan pulau kosong.

2. Kehidupan ekonomi
a. Wilayah nusantara mempunyai potensi ekonomi yang tinggi, seperti
posisi khatulistiwa, wilayah laut yang luas, hutan tropis yang besar, hasil
tambang dan minyak yang besar, serta memeliki penduduk dalam jumlah
cukup besar. Oleh karena itu, implementasi dalam kehidupan ekonomi
harus berorientasi pada sektor pemerintahan,pertanian, dan
perindustrian.
b. Pembangunan ekonomi harus memperhatikan keadilan dan
keseimbangan antar daerah. Oleh sebab itu, dengan adanya otonomi
daerah dapat menciptakan upaya dalam keadilan ekonomi.
c. Pembangunan ekonomi harus melibatkan partisipasi rakyat, seperti
dengan memberikan fasilitas kredit mikro dalam pengembangan usaha
kecil.

3. Kehidupan sosial

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kehidupan sosial, yaitu :


a. Mengembangkan kehidupan bangsa yang serasi antara masyarakat yang
berbeda, dari segi budaya, status sosial, maupun daerah. Contohnya dengan
pemerataan pendidikan di semua daerah dan program wajib belajar harus
diprioritaskan bagi daerah tertinggal.
b. Pengembangan budaya Indonesia, untuk melestarikan kekayaan Indonesia,
serta dapat dijadikan kegiatan pariwisata yang memberikan sumber
pendapatan nasional maupun daerah. Contohnya dengan pelestarian
budaya, pengembangan museum, dan cagar budaya.

4. Kehidupan pertahanan dan keamanan


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kehidupan pertahanan dan
keamanan, yaitu :
a. Kegiatan pembangunan pertahanan dan keamanan harus memberikan
kesempatan kepada setiap warga negara untuk berperan aktif, karena
kegiatan tersebut merupakan kewajiban setiap warga negara, seperti
memelihara lingkungan tempat tinggal, meningkatkan kemampuan disiplin,
melaporkan hal-hal yang mengganggu keamanan kepada aparat dan
belajarkemiliteran.
b. Membangun rasa persatuan, sehingga ancaman suatu daerah atau pulau juga
menjadi ancaman bagi daerah lain. Rasa persatuan ini dapat diciptakan
dengan membangun solidaritas dan hubungan erat antara warga negara
yang berbeda daerah dengan kekuatan keamanan.
c. Membangun TNI yang profesional serta menyediakan sarana dan prasarana
yang memadai bagi kegiatan pengamanan wilayah Indonesia, terutama
pulau dan wilayah terluar Indonesia.
9

F. Tantangan Implementasi Wawasan Nasional

1. Pemberdayaan Masyarakat
a. john Naisbit. Dalam bukunya Global paradox, ia menulis "To be a global
powers, the company must give more role to th smallest part."Pada intinya,
Global Paradok membeikan pesan bahwa negara harus dapat memberikan
peranan sebesar-besarnya kepada rakyanya. Pemberdayaan masyarakat-
dalam arti memberikan peran alam bentuk aktivitas dan partisipasi
masyarakat untuk mencapai tujuan nasional-hanya dapat dilakanakan oleh
negara-negara yang sudah maju yang menjalankan Buttom up Planning
Sedangkan negara-negara berkembang, seperti Negara Kesatuan Republik
Indonesia, masih melaksanakan program Top Down Planning karena
keterbatasan kualitas SDM. Karena itu, NKRI memerlukan landasan
operasional berupa GBHN (garis-garis Haluan Negara).
b. Kondisi Nasional. Pembangunan Nasional secara menyeluruh belum
merata, sehingga masih ada beberapa daerah yang tertinggal pembangunan
sehingga menimbulkan keterbelakangan aspek kehidupannya. Kondisi
tersebut menimbulkan kemiskinan dan kesenjangan sosial di masyarakat.
Apabila kondisi ini berlarut-larut, melalui isu global yang mencakup
demokratisasi, HAM (hak asasi manusia), dan lingkungan hidup. Strategi
baru yang di tegaskan oleh Lester Thurow pada dasarnya telah tertuang
dalam nilai-nilai falsafah bangsa Indonesia, yaitu Pancasila yang
mengamanatkan kehidupan yang serasi,selaras, dan seimbang antara
individu, masyarakat, bangsa, serta semesta dan penciptanya. Dan uraian
di atas taampak bahwa kapitalisme yang semula dipratekkan untuk
keuntungan diri sendiri kemudian berkembang menjadi strategi baru guna
mempertahankan paham kapitalisme di era globalisasi dengan menekan
negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, melalui isu global. Hal ini
sangat perlu diwaspadai karena merupakan tantangan bagi Wawasan
Nusantara.

2. Kesadaran Warga Negara


a. Pandangan Bangsa Indonesia tentang Hak dan Kewajiban. Bangsa
Indonesia melihat hak tidak terlepas dari kewajiban. Manusia Indonesia,
baik sebagai warga negara maupun sebagai warga masyarakat, mempunyai
kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama. Hak dan kewajiban dapat di
bedakan namun tidak dapat di pisahkan karena merupakan satu kesatuan.
Tiap hak mengandung kewajiban dan demikian pula sebaliknya. Kedua-
duanya merupakan dua sisi dari satu mata uang yang sama. Negara
kepulauan Indonesia yang menganut paham Negara Kesatuan
menempatkan kewajiban di muka. Kepentingan umum masyarakat, bangsa,
dan negara harus lebih di utamakan daripada kepentingan pribadi atau
golongan.
b. Kesadaran Bela negara. Pada waktu merebut dan mempertahankan
kemerdekaan, Indonesia menunjukan kesadaran bela negara yang opyimal,
10
dimana seluruh rakyat bersatu paduberjuang tanpa mengenal perbedaan,
pamrih dan sikap menyerah yang timbul dari jiwa heroisme dan patriotisme
karena perasaan senasib sepenanggungan dan setia kawan dalam perjuangan
fisik mengusir penjajah. Dalam mengisi kemerdekaan, perjuangan yang
dihadapi adalah khususnya dalam memeangi keterbelakangan, kemiskinan,
kesenjangan sosial, korupsi, kolusi dan nepotisme, dan dalam mengusai
IPTEK, meningkatkan kualitas SDM, serta menjaga persatuan dan kesatuan
bangsa. Di dalam perjuangan non fisik, kesadaran bela negara mengalami
penurunan fisik. Hal ini tampak dari kurangnya rasa prsatuan dan kesatuan
bangsa dan adanya beberapa daerah yang ingin memisahkan diri dari NKRI
sehingga mengarah ke disintegrasi bangsa.

G. Hubungan Wawasan Nusantara dengan Otonomi Daerah


Wawasan Nusantara menghendaki adanya persatuan bangsa dan
keutuhan wilayah nasional. Pandangan untuk tahap perlunya persatuan
bangsa dan keutuhan wilayah ini merupakan modal berharga dalam
melaksanakan pembangunan. Wawasan nusantara juga mengajarkan
perlunya kesatuan sistem politik, sistem ekonomi, sistem sosial, sistem
budaya, dan sistem pertahanan keamanan dalam lingkup negara nasional
Indonesia. Cerminan dari semangat persatuan itu diwujudkan dalam bentuk
negara kesatuan. Namun demikian semangat perlunya kesatuan dalam
berbagai aspek kehidupan itu jangan sampai menimbulkan negara
kekuasaan. Negara menguasai segala aspek kehidupan bermasyarakat
termasuk menguasai hak dan kewenangan yang ada di daerah-daerah di
Indonesia. Tiap-tiap daerah sebagai wilayah (ruang hidup) hendaknya diberi
kewenangan mengatur dan mengelola sendiri urusannya dalam rangaka
mendapatkan keadilan dan kemakmuran. Oleh karena itulah, dalam
menyelenggarakan pemerintahannya Negara Kesatuan Republik Indonesia
menganut asas desentralisasi, bukan sentralisasi. Desentralisasi artinya,
penyerahan urusan pemerintah dari atas kepada pemerintah di bawahnya
untuk menjadi urusan rumah tangganya. Negara Kesatuan dengan sistem
desentralisasi dalam penyelenggaran pemerintahan memberikan
kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan
kekuasaan. Kekuasaan terbagi antara pemerintah pusat dan daerah. Daerah
memiliki hak otonomi untuk menyelenggarakan kekuasan. Desentralisasi
inilah yang menghasilkan otonomi daerah di Indonesia.
Otonomi daerah memberikan keleluasaan pada daerah untuk
mengelola dan mendapatkan potensi sumber-sumber daya alamnya sesuai
dengan proporsi daya dukung yang dimiliki oleh daerahnya. Dengan
demikian, tidak ada kecemburuan dan ketidakadilan yang terjadi antara
pemerintah pusat dengan daerah. Sedangkan Wawasan Nusantara
menghendaki adanya persatuan bangsa dan keutuhan wilayah nasional.
Pandangan untuk tetap perlunya persatuan bangsa dan keutuhan wilayah ini
merupakan modal berharga dalam melaksanakan pembangunan. Wawasan
Nusantara juga mengajarkan perlunya kesatuan sistem politik, sistem
11
ekonomi, sistem sosial, sistem budaya, dan sistem pertahanan – keamanan
dalam lingkup negara nasional Indonesia.

H. Hubungan Wawasan Nusantara dengan Ketahanan Nasional


Konsepsi wawasan nasional sangat diperlukan sebagai landasan dan
pedoman dalam penyelenggaraan kehidupan nasional agar tetap mengarah
pada pencapaian tujuan nasional. Wawasan nusantara sebagai wawasan
nasional Indonesia menumbuhkan dorongan dan rangsangan untuk
mewujudkan aspirasi bangsa serta kepentingan dan tujuan nasional. Upaya
pencapaian tujuan nasional dilakukan dengan pembangunan nasional yang
juga harus berpedoman pada wawasan nasional.
Untuk mencapai tujuan nasional, proses pembangunan nasional pada
umumnya tidak luput dari berbagai kendala dan ancaman. Untuk
mengatasinya diperlukan suatu ketahanan nasional berupa kehidupan
nasional yang dinamis. Keberhasilan pembangunan nasional akan
meningkatkan kondisi dinamik kehidupana nasional dalam wujud
ketahanan nasional yang tangguh. Sebaliknya, ketahanan nasional yang
tangguh akan mendorong terlaksananya pembangunan nasional yang
semakin baik.Dalam rangka mewujudkan tujuan nasional Wawasan
Nusantara menjadi pedoman yang diyakini mampu mendukung
berlangsungnya proses pembangunan nasional. Untuk harus diwujudkan
suatu kondisi dinamis yang membuat proses pencapaian tujuan nasional
tersebut dapat berjalan dengan sukses. Konsepsi yang sesuai untuk itu
adalah suatu konsepsi ketahanan nasional yang mengacu kepada
karakteristik bangsa Indonesia. Sehubungan dengan itu, maka untuk
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara yang jaya secara
berkelanjutan, wawasan nusantara dan ketahanan nasional merupakan dua
konsepsi dasar yang saling mendukung.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tujuan kemerdekaan Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk mewujudkan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan kaedilan sosial.
Dalam pencapaian tujuan kemerdekaan, khususnya dalam implementasi
wawasan kebangsaan selalu terdapat hambatan dan tantangan seperti
rendahnya kesadaran masyarakat dalam memahami hakikatnya sebagai
warga negara Indonesia yang wajib mengimplementasikan wawasan
nusantara hingga rendahnya kesadaran diri dalam bela negara.
Penerapan wawasan nusantara dalam kehidupan berbagsa sangat penting.
Dengan mengimplementasikan wawasan nusantara dalam kehidupan
politik, ekonomi, sosial, serta pertahanan dan keamanan maka akan
menciptakan rasa persatuan antar masyarakat Indonesia dan mampu
mencapai tujuan kemerdekaan Indonesia yang telah diamanatkan dalah
Undang-Undang Dasar 1945.

B. Saran
Di dalam penyusunan dan penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari apa yang di sebut sempurna. Untuk itu saya
sebagai penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun.
Karna penulis masih dalam tahap belajar semoga makalah ini menjadi salah
satu motivasi bagi kita semua

12
DAFTAR PUSTAKA

Winarno, 2013. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Panduan Kuliah


di Perguruan Tinggi. Surakarta : Bumi Aksara.

Suradinata, Ermaya. 2005. Hukum Dasar Geopolitik dan Geostrategi dalam


Kerangka Keutuhan NKRI. Jakarta: Suara Bebas.

Danusaputro, St. Munadjat. 1981. Hukum Lingkungan.Jakarta : Binacipta.

Kaelan. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta : Paradigma.

Hidayat, I. Mardiyono, Hidayat I. 1983. Geopolitik, Teori dan Strategi Politik


dalam Hubungannya dengan Manusia, Ruang dan Sumber Daya Alam.
Surabaya:Usaha Nasional.

Sumarsono, S, et.al. 2001. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama.

13

Anda mungkin juga menyukai