Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelessaikan makalah ini yang
Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Shalat di Berbagai Keadan dan
Penyelenggaraan Jenazah pada saat melepas kematian “
Makalah ini berisikan tentang berbagai jenis shalat dalam berbagai keadaan
diantaranya shalat pada saat dalam perjalanan, shalat jama qasar, shalat orang Sakit serta
shalat dalam kendaan. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua
tentang shalat di berbagai keadaan dan penyelenggaraan melepas kematian .
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna , karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir, Semoga Allah SWT.senantiasa
meridhoi segala usaha kita. Amin

Palembang, Mei 2018

Kelompok 3

1
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
1.3 Tujuan ............................................................................................................... 4

BAB 11 PEMBAHASAN
1.1 Sholat Diberbagai Keadaan
1.1.1 Shalat Safar ........................................................................................ 5
1.1.2 Shalat Jama ........................................................................................ 6
1.1.3 Shalat Jamka Qasar ............................................................................ 8
1.1.4 Syarat Sah Shalat Jamak Qasar ............................................................. 8
1.1.5 Tata Cara Shalat Jamak Qasar .............................................................. 10
1.1.6 Tata Cara Shalat di Kendaraan ............................................................. 13
1.1.7 Tata Cara Shalat Orang Sakit ................................................................. 14
1.2 Penyelenggaraan Jenazah Menjelang Kematian
1.2.1 Menganjurkan Sabar bila sakit .............................................................. 15
1.2.2 Mengingatkan agar berbaik sangka kepada Allah ............................... 16
1.2.3 Mendatangi orang sakit ........................................................................... 16
1.2.4 Mentalqinkan orang yang sakartul maut .............................................. 18
1.2.5 Menganjurkan orang yang sakit keras agar berwasiat ........................ 20
1.2.6 Hadapkanlah ke arah kiblat .................................................................... 21
1.2.7 Menciptakan suasana tentram ................................................................. 22
1.2.8 Ucapkanlah kalimat Istirja jika telah meninggal .................................. 22
1.2.9 Tindakan lain yang harus dikerjakan setelah kematian ....................... 23

BAB 111 PENUTUP


3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 27
3.2 Saran ....................................................................................................................... 27

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perjalanan, merupakan salah satu kegiatan yang tidak dapat dielakkan dalam
kehidupan manusia, apa lagi pada jaman modern ini. Perjalanan selalu membutuhkan
tenaga dan menyita waktu kita, entah itu banyak atau sedikit. Namun ada kewajiban-
kewajiban yang tidak boleh kita tinggalkan meski dengan alasan perjalanan. Salah
satunya adalah Sholat 5 waktu. Dalam Islam sudah ditentukan aturan-aturan yang sangat
mempermudah bagi para musafir. Sholat yang dilaksanakan dalam perjalanan biasa
disebut sholatus safar. Islam adalah agama Allah SWT yang banyak memberikan
kemudahan kepada para pemeluknya didalam melakukan berbagai ibadah dan amal
sholehnyaIslam juga dibangun dengan lima pilar. Salah satu pilarnya adalah shalat.
Karenanya shalat merupakan tiang agama. Ketika seorang meninggalkan shalat ia disebut
penghancur agama tetapi sebalikya ketika ia melaksanakan shalat dengan sebaik-baiknya
maka ia disebut sebagai penegak agama. Karenanya, seorang muslim tidak boleh
meninggalkan shalat walau bagaimanapun juga tak terkecuali dalam bepergian.Seperti
halnya seorang yang tidak memiliki air untuk berwudhu maka ia diperbolehkan
bertayammum, begitu pula dengan sholat yang dapat dilakukan dengan cara dijama’
(dirangkap) maupun diqoshor (dipotong).
Yang selanjutnya ialah mengenai kehidupan, Kehidupan manusia akan berakhir ketika
Malaikat Izroil datang untuk mencabut nyawa manusia. Mati adalah akhir dari kehidupan
manusia didunia, tapi kematian itu merupakan titik pangkal kehidupan manusia diakherat.
Kehidupan didunia itu ibarat orang mencari bekal untuk kehidupan yang lebih lama dan
kekal. Manusia tidak akan pernah mengerti hakekat kehidupan jika ia tidak mau
mengingat arti dan hakekat kematian. ati tidak mengenal batas usia dan tempat. Manusia
harus siap jika ajal menjemput. Manusia dalam keadaan rugi ketika dalam kehidupannya
hanya menyibukkan dengan urusan dunia tanpa menyiapkan bekal yang cukup untuk
kehidupan yang abadi diakherat kelak. Diharapakan dengan mengingat kematian
diharapkan manusia akan mengerti hakekat kehidupan, dengan demikian dalam
kehidupan sehari-hari akan selalu mendekatkan diri pada Allah SWT dengan iman dan
taqwa yang istiqomah.

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Shalat Safar ?
2. Apa itu Shalat Jamak ?
3. Apa itu Shalat Jamak Qasar ?
4. Apa saja Syarat Sah Shalat Jamak Qasar ?
5. Bagaimana Tata Cara Shalat Jamak Qasar ?
6. Bagaimana Tata Cara Shalat di Kendaraan ?
7. Bagaimana Tata Cara Shalat Orang Sakit ?
8. Bagaimana Menganjurkan Sabar bila sakit ?
9. Bagaimana Mengingatkan agar berbaik sangka kepada Allah ?
10. Bagaimana cara Mendatangi orang sakit ?
11. Bagaimana Cara Mentalqinkan orang yang sakartul maut ?
12. Bagaimana Menganjurkan orang yang sakit keras agar berwasiat ?
13. Bagaiman cara menghadapkan orang ke arah kiblat ?
14. Bagaimana cara Menciptakan suasana tentram ?
15. Bagaimana cara mengucapkan kalimat Istirja jika telah meninggal ?
16. Apa Tindakan yang harus dikerjakan setelah kematian ?

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 SHALAT DIBERBAGAI KEADAAN


A. Shalat Safar
1. Pengertian
Safar artinya berpergian. Jadi Shalat safar artinya shalat yang dilakukan bagi
orang yang sedang melakukan perjalanan jika perjalanan itu sudah menempuh
jarak 3 mil. Shalat Safar adalah shalat sunnat yang dikerjakan ketika hendak
bepergian sebanyak 2 rakaat dan begitu pula ketika sepulangnya sebanyak 2
rakaat.

2. Dalil Shalat Safar


Adapun yang menjadi dalil shalat sunat safar ini adalah hadits dari Abu Hurairah;
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Artinya :
“Jika engkau keluar dari rumahmu maka lakukanlah shalat dua rakaat yang
dengan ini akan menghalangimu dari kejelekan yang berada di luar rumah. Jika
engkau memasuki rumahmu maka lakukanlah shalat dua rakaat yang akan
menghalangimu dari kejelekan yang masuk ke dalam rumah.”(H.R. Al-Bazzar;
dinilai sahih oleh Al-Albani)

3. Cara Mengerjakan Shalat Safar


Cara mengerjakan shalat safar ini sama dengan shalat fardhu, baik gerakan
maupun ucapannya, yang membedakan hanyalah niatnya.
a. Berikut dibawah ini adalah bacaan niat shalat safar :
- Bacaan Niat Shalat Safar Ketika Hendak Berpergian :
Usholli Rok’ataini Li’Iroodatis safari Sunnatan Lillahi Ta’aalaa
Artinya: Aku niat shalat 2 rakaat karena hendak berpergian jauh karena
Allah Ta’ala

- Bacaan Niat Shalat Safar Ketika Pulang dari Berpergian :


Usholli Rok’ataini Lir Rujuu’i Minas Safari Sunnatan Lillaahi
Ta’aalaa

5
Artinya: Aku niat shalat 2 rakaat, karena telah kembali dari berpergian
jauh, sunat karena Allah Ta’aala
b. Surat Yang Sebaiknya (disunnahkan) di baca :
- Rakaat pertama setelah surat Al-fatihah : Surat Al-kaafirun atau boleh juga
surat Al-Falaq
- Rakaat kedua setelah surat Al-fatihah : Surat Al-Ikhlas atau boleh juga
surat Al-Naas.
- Setelah selesai shalat bacalah Ayat kursi dan Surat Al-quraisy sebanyak
satu kali dengan meniatkan menjadi pemelihara diri kita sendiri bersama
rombongan, dan orang yang ditinggalkan serta menyerahkan diri, keluarga
dan harta benda kepada Allah SWT

B. Shalat Jamak
1. Pengertian
Shalat jamak artinya shalat yang dikumpulkan, maksudnya adalah dua shalat
fardhu yang dikerjakan dalam satu waktu. Seperti melaksanakan shalat Dzuhur
dan shalat Ashar di waktu Dzuhur. menjama’ shalat separti ini dinamakan Jama’
Taqdim. atau melaksanakan shalat dzuhur dan ashar di waktu Ashar dinamakan
Jama’ Ta’khir. Dan melaksanakan shalat Magrib dan shalat Isya’ bersamaan di
waktu sholat Magrib atau melaksanakannya di waktu Isya’

2. Macam-macam shalat jamak


a. Jamak Taqdim
Ialah penggabungan shalat yang dilaksanakan pada waktu shalat yang
pertama, misalny shalat dhuhur dengan shalat ashar dikerjakan pada saat
waktu shalat dhuhur.
1) Niat shalat jamak takdim.
Niat shalat jamak taqdim Dzuhur dengan Ashar:
‫أصلي فرض الظهر جمع تقديم بالعصر فرضا هلل تعالي‬
Artinya: Saya niat shalat Dzuhur jamak dengan Ashar karena Allah

Niat shalat jamak taqdim Maghrim dengan Isya:
‫أصلي فرض المغرب جمع تقديم بالعشاء فرضاهلل تعالي‬
Artinya: Saya niat shalat Maghrib jamak dengan Isya karena Allah

6
2) Syarat jama’ taqdim
- Perjalanan yang dilakukan harus mencapai jarak bolehnya Qashar yakni
78 km atau 48 mil.
- Tertib, mengerjakan dua rakaat secara urut. Dhuhur harus didahulukan
tidak boleh dibalik dengan mengerjakan Ashar dulu.
- Niat jama' yang dibarengkan dengan Takbiratul Ihram shalat yang
pertama, misalnya Dhuhur.
- Terus-menerus, antara dua shalat yang dijama' tidak boleh diselingi
dengan ibadah atau pekerjaan lain

b. Jamak takhir
Shalat jamak yang dilaksanakan pada waktu shalat yang terakhir, misalnya
shalat duhur dengan shalat ashar dilaksanakan pada saat waktu shalat ashar.
1) Niat shalat jamak takhir (pada shalat dhuhur dan ashar)
Niat shalat jamak ta'khir Dzuhur dan Ashar:
‫أصلي فرض الظهر جمع تأخير بالعصر فرضا هلل تع‬
Artinya: Saya niat shalat Dzuhur jamak ta'khir dengan Ashar karena Allah

Niat shalat jamak ta'khir Maghrib dan Isya:


‫أصلي فرض المغرب جمع تأخير بالعشاء فرضا هلل تعالي‬
Artinya: Saya niat shalat Maghrib jamak ta'khir dengan Isya' karena Allah

2) Syarat Jama Takhir


- Niat shalat ta'khir di waktu yang pertama di luar shalat. Artinya, ketika
musafir memutuskan hendak jamak ta'khir dan saat itu sudah masuk waktu
dzuhur, maka ia harus niat untuk jamak ta'khir.
- Dalam perjalanan sampai selesainya kedua shalat.
- Dalam jamak ta'khir, tertib atau urut tidak wajib. Maka, boleh melakukan
shalat Ashar atau dzuhur lebih dulu; atau mendahulukan maghrib atau isya.
Ini berbeda dengan shalat jamak taqdim. Namun, tertib itu sunnah.

7
C. Shalat Jamak Qashar
Pngertian Shalat Qashar yaitu menjadikan shalat yang berjumlah empat rakaat
menjadi dua rakaat. Seperti Shalat Zhuhur, ‘Ashar dan Isya’. Sedangkan Shalat
Maghrib dan Shubuh tidak bisa di-qashar. Selain memperbolehkan hambanya
menjamak atau mengqashar ibadah shalatnya. Allah juga mengizinkan kita untuk
mengerjakan shalat jamak qashar, yakni digabung dan diringkas. Artinya anda
mengerjakan 2 shalat fardu dalam satu waktu dan juga meringkasnya. Shalat jamak
qashar bisa dilakukan secara takdim maupun takhir.

D. Syarat Sah Shalat Jamak Qashar


1. Perjalanan dilakukan bukan jalan maksiat, misalnya pergi haji.
Ada beberapa dasar hukum yang terdapat dalam al-Qur’an dan Hadis, yaitu:
Artinya:“Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa
kamu men-qashar sembahyang(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir.
Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu”. (Q.S. An-
Nisa: 101)
2. Perjalanan itu berjarak jauh, sekurang- kurangnya 80,640 km atau lebih
(perjalanan segari semalam).
3. Bermukim di Arafah dan Muzdalifah
Para ulama’ bersepakat bahwa menjama’ shalat dzuhur dan ashar secara
taqdim pada waktu dzuhur ketika berada di Arafah, begitu pula antara shalat
maghrib dan isya’ secara takhir di waktu isya’ ketika berada di Muzdalifah
hukumnya sunnah. Hal ini merujuk kepada sunnah fi’liyah (perbuatan)
Rasulullah.
4. Safar (Bepergian)
Bagi orang yang sedang atau akan bepergian, baik masih di rumah (tempat
tinggal) atau dalam perjalanan, dan atau sudah sampai di tujuan, dibolehkan
menjama’ shalat, baik dilakukan secara jama’ taqdim maupun jama’ ta’khir
sama saja, dan selama berada ditempat yang dituju tetap boleh menjama’ shalat
dengan syarat tidak berniat untuk menetap di tempat itu. Seperti yang
dilakukan oleh Rasul SAW.

8
5. Hujan
Jika seseorang berada di suatu masjid atau mushalla, tiba-tiba turun hujan
sangat lebat, maka dibolehkan menjama’ shalat maghrib dengan ‘isya’, dzuhur
dan ‘ashar,“Nabi saw pernah menjama’ antara sholat maghrib dan isya pada
suatu malam yang diguyur hujan lebat.” (HR. Bukhari)
6. Sakit
Sakit merupakan cobaan dan ujian bagi manusia, dan apabila seseorang sabar
dalam menghadapi cobaan dan ujian sakit ini, dan tetap menjalankan perintah
Allah dan Rasul-Nya, khususnya perintah shalat, maka akan mengurangi dosa-
dosanya, sekalipun shalat itu dikerjakan dengan cara dijama’
7. Takut
Takut dalam masalah ini bukan takut seperti yang biasa dialami oleh setiap
orang, akan tetapi yang dimaksud takut disini yaitu takut secara bathin.
Artinya :
“Diriwayatkan dari Ya’la Ibn Umayyah, ia berkata: Saya bertanya kepada
‘Umar Ibnul Khaththab tentang (firman Allah): "Laisa ‘alaikum junaahun an
taqshuru minashalah in khiftum an yaftinakumu-lladzina kafaru". Padahal
sesungguhnya orang-orang dalam keadaan aman. Kemudian Umar berkata:
Saya juga heran sebagaimana anda heran terhadap hal itu. Kemudian saya
menanyakan hal itu kepada Rasulullah saw. Beliau bersabda: Itu adalah
pemberian Allah yang diberikan kepada kamu sekalian, maka terimalah
pemberian-Nya.”(HR. Muslim)
8. Keperluan (kepentingan) Mendesak
Dalam banyak kejadian di masyarakat, kadang kalanya karena sibuk dengan
beberapa keperluan, kepentingan, mereka melupakan shalat yang telah menjadi
kewajiban bagi setiap muslim beriman. Maka boleh menjama’ shalat bagi
orang yang tidak dalam safar, jika ada kepentingan yang mendesak, asal hal itu
tidak dijadikan kebiasaan dalam hidupnya.

9
E. Tata Cara Shalat Jamak Qashar
1. Pengertian Shalat Jamak Qasar
Yaitu Mengumpulkan 2 jenis shalat dalam satu waktu dan jumlah rakaatnya
diringkas. Contohnya : Shalat Zuhur dan Ashar dilaksanakan pada waktu juhur
atau ashar, yang masing masing 2 rakaat.

2. Jenis-jenis jamak qasar


Shalat jamak qasar ada dua macam, yaitu shalat jamak qasar takdim dan shalat
jamak qasar takhir.
a. Shalat Jamak Qasar Takdim : shalat jamak qasar takdim adalah penggabungan
dalam pelaksanaan dua shalat pada waktu yang dengan cara memajukan shalat
yang belum masuk ke dalam shalat yang belum masuk waktunya, contohnya
penggabungan pelaksanaan shalat asar dengan shalat Zuhur pada waktu shalat
zuhur.
b. Shalat Jamak Qasar Takhir : shalat jamak qasar takhir adalah penggabungan
dalam pelaksanaan dua shalat pada satu waktu yang dilakukan dengan
mengundurkan shalat yang telah masuk pada shalat berikutnya, contohnya
penggabungan pelaksanaan dalam shalat zuhur dengan shalat Asar, pada
waktu shalat Asar.

3. Tata Cara Shalat Jamak Qasar


a. Shalat Jamak Qasar Taqdim
Cara melaksanakan shalat jamak qasar takdim adalah sebagai berikut.
1) Shalat Zuhur dan Asar dilakukan pada waktu shalat Zuhur, demikian juga
shalat Magrib dan Isya dilakukan ada waktu shalat Magrib.
2) Melaksanakan shalat Zuhur dahulu dua rakaat dan pada rakaat kedua
langsung duduk tahiyat akhir kemudian salam.\
3) Setelah salam langsung berdiri lagi melaksanakan shalat Asar dua rakaat,
pada rakaat kedua, setelah duduk tahiyat akhir diteruskan salam.
4) Demikian pula apabila melaksanakan shalat jamak qasar takdim Magrib
dan Isya. Pertama melaksanakan shalat Magrib tiga rakaat seperti biasanya,
setelah salam kemudian langsung berdiri melaksanakan shalat Isya dua
rakaat, diteruskan duduk tahiyat akhir lalu mengucapkan salam.

10
b. Shalat Jamak Qasar Takhir
Cara melaksanakan shalat jamak qasar takhir sebagai berikut.
1) Shalat jamak qasar takhir, caranya sama dengan shalat jamak qasar takdim
hanya waktunya yang berbeda
2) Shalat jamak qasar takhir dilasakanakan pada waktu shalat yang akhir.
Misalnya, shalat Zuhur dan Asar dilakukan pada waktu shalat asar.
Demikian juga shalat Magrib dan Isya dilakukan pada waktu shalat Isya

c. Niat Shalat Jama Qasar Taqdim


1) Niat melaksanakan shalat zuhur jamak qasar takdim dengan ashar artinya
kedua shalat zuhur dan ashar dilakukan pada waktu zuhur.

"Usholli fardlo zuhri arba'raka atin majmuuan ma'al ashari ada-an


lillahi ta'aala"
Artinya : Aku sengaja shalat fardhu zuhur empat rakaat yang dijama'
dengan ashar, fardu karna Allah Ta'ala

2) Niat melaksanakan shalat magrib jamak qasar takdim dengan isya artinya
kedua shalat magrib dan isya dikerjakan diwaktu shalat magrib

"Usholli fardho maghribi tsalaatsa rakaa'tin majmuu'an ma'al isyaa-i


jam'a taqdimin adaan lillahi taala"
Artinya : Aku sengaja shalat fardu maghrib tiga rakaat yang dijama'
dengan isya, dengan jama' takdim, fardu karena allah taala

3) Niat melaksanakan shalat isya jamak qasar takdim dengan shalat magrib
artinya kedua shalat ini dikerjakan pada waktu shalat magrib

11
"Usholli fardho isyaa-i arba'a raka'atin majmu'an ma'al maghribi
jam'a taqdimin ada-an lillahi ta'aala.
Artinya : Aku sengaja shalat fardu isya empat rakaat yang di jama' dengan
maghrib dengan jama'takdim, fardu karena allah taala.

d. Niat Shalat Jama Qasar Taqdim


1) Niat melaksanakan shalat asar jamak qasar takhir zuhur artinya kedua
shalat ini dilaksanakan pada waktu shalat asar.

"Usholli fardho asar arba'a raka'atin maj'mu'an ma'a dhuhur adaan


lillahi ta'aala.
Artinya :
Aku sengaja shalat fardhu ashar empat rakaat yang dijama' dengan duhur,
fardu karna allah ta'ala.

2) Niat melaksanakan shalat zuhur jamak qasar takhir dengan asar artinya
kedua shalat ini dilaksanakan pada waktu asar.

"Usholli fardho duhri arba'araka'atin majmu'a ma'a asri ada'an


lillahi ta'aala".
Artinya :
Aku sengaja salat fardu duhur empat rakaat yang dijama' dengan ashar,
fardu karna allah ta'aala.

3) Niat melaksanakan shalat magrib jama takhir dengan isya artinya : kedua
shalat ini dikerjakan pada waktu isya

12
"Usholli fardho maghribi salasa raka'atin majmu'an ma'al isya'a
jama takhirin ada-an lillahi ta'ala".
Artinya :
Aku sengaja shalat magrib tiga rakaat yang dijama' dengan isya, dengan
jama takhir fardu karna allah taa'ala

F. Tata Cara Shalat Di Kendaraan


Pada asalnya, tata cara shalat dikendaraan sama dengan shalat seperti biasanya
di darat. Tidak boleh seseorang menggugurkan salah satu rukun shalat, jika masih
memungkinkan, kecuali ada udzur syar’i.
1. Dalam sebuah hadits shahih, Ibnu Abbas bertanya kepada Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam:

َ‫تخاف الغرق‬
َ َ ُ ‫هللا كيف أ‬
‫صلّي في السفينَ ِة قال ص ّل فيها قائما إال أن‬ ِ ‫يا رسو َل‬

“wahai Rasulullah, bagaimana cara shalat di atas perahu? beliau bersabda:


‘shalatlah di dalamnya sambil berdiri, kecuali jika engkau takut tenggelam‘” (HR.
Ad Daruquthni 2/68, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami 3777).

2. Syaikh Al Albani berkata: “hukum shalat di atas pesawat sama seperti shalat di
atas perahu. Shalat dilakukan sambil berdiri jika mampu, jika tidak mampu maka
sambil duduk, rukuk dan sujudnya dengan isyarat” (Ikhtiyarat Imam Al Albani,
117).
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin dalam fatwa beliau di atas juga
menjelaskan tata cara shalat di atas pesawat: “shalat dilakukan dengan menghadap
kiblat sambil berdiri, jika masih memungkinkan, dan juga rukuk seperti biasa jika
bisa. Sujud dilakukan sambil duduk atau dengan isyarat karena sepengetahuan
saya tidak mungkin melakukan sujud ketika di pesawat. Karena jarak antar tempat
duduk sangat dekat. Allah Ta’ala berfirman:
َ َ ‫َّللا َما ا ْست‬
‫ط ْعت ُ ْم‬ َ َّ ‫فَاتَّقُوا‬

“bertaqwalah kepada Allah semampu kalian” (QS. At Taghabun: 16)

dan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

‫استطعتم ما منه فأتوا به أمرتكم ما‬

13
“apa yang aku perintahkan kepada kalian, kerjakanlah sesuai kemampuan
kalian” (HR. Al Bukhari 7288, Muslim 1337)

3. Allah Ta’ala juga berfirman:


ُ ِ‫علَى َحاف‬
‫ظوا‬ ِ ‫صلَ َوا‬
َ ‫ت‬ َّ ‫صالةِ ال‬ َ ‫قَانِتِينَ ِ َّلِلِ َوقُو ُموا ْال ُو ْس‬
َّ ‫طى َوال‬
“Peliharalah segala shalat (mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah
karena Allah (dalam salatmu) dengan khusyuk” (QS. Al Baqarah: 238)

4. Syaikh Musthafa Al Adawi juga ketika ditanya mengenai shalat di mobil


(termasuk bus dan semacamnya) beliau menjelaskan caranya: “jika anda bersafar
untuk jarak yang jauh dan tidak memungkinkan untuk berhenti, shalatlah sambil
duduk, karena Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“shalatlah sambil berdiri, jika tidak bisa maka sambil duduk, jika tidak bisa maka
sambil berbaring” (HR. Al Bukhari 1117). jika tidak ada tempat wudhu dan tidak
ada air maka bertayamumlah lalu shalat

G. Tata Cara Shalat Orang Sakit


Orang yang sakit wajib juga salat semampunya selama akal atau ingatannya
masih tetap. Tetapi terkadang ada kaum muslimin yang kadang meninggalkan sholat
dengan dalih sakit atau memaksakan diri sholat dengan tata-tata cara yang biasa
dilakukan orang sehat. Akhirnya merasakan beratnya sholat bahkan merasakan hal itu
sebagai beban yang menyusahkannya.
1. Tata cara sholat bagi orang yang sakit :
a. Diwajibkan atas orang yang sakit untuk sholat berdiri apabila mampu dan
tidak khawatir sakitnya bertambah parah, karena berdiri dalam sholat wajib
adalah salah satu rukunnya.
b. Orang sakit yang mampu berdiri namun tidak mampu ruku’ atau sujud tetap
tidak gugur kewajiban berdirinya. Ia harus sholat berdiri dan bila tidak bisa
rukuk maka menunduk untuk rukuk Bila tidak mampu membongkokkan
punggungnya sama sekali maka cukup dengan menundukkan lehernya,
Kemudian duduk lalu menunduk untuk sujud dalam keadaan duduk dengan
mendekatkan wajahnya ke tanah sedapat mungkin.

14
c. Orang sakit yang tidak mampu berdiri maka melakukan sholat wajib dengan
duduk.
d. Orang sakit yang tidak mampu melakukan shalat berdiri dan duduk maka
boleh melakukannya dengan berbaring miring, boleh dengan miring ke kanan
atau ke kiri dengan menghadapkan wajahnya ke arah kiblat.
e. Orang sakit yang tidak mampu berbaring miring, maka boleh melakukan
shalat dengan terlentang dan menghadapkan kakinya ke arah kiblat karena hal
ini lebih dekat kepada cara berdiri. Misalnya bila kiblatnya arah barat maka
letak kepalanya di sebelah timur dan kakinya di arah barat.
f. Apabila tidak mampu menghadap kiblat dan tidak ada yang mengarahkannya
atau membantu mengarahkannya ke kiblat, maka shalat sesuai keadaannya
tersebut.
g. Orang yang sakit dan tidak mampu melakukan seluruh keadaan diatas, ia tidak
mampu menggerakkan anggota tubuhnya dan tidak mampu juga dengan
matanya, maka ia sholat dengan hatinya. Shalat tetap diwajibkan selama akal
seorang masih sehat

2.2 PENYELENGGARAAN JENAZAH MELEPAS KEMATIAN


A. Menganjurkan Sabar Bila Sakit
Orang yang sakit hendaknya menerima sakit yang diberikan oleh Allah dengan
lapang dada. Disamping itu, ia juga harus berusaha bersabar dalam menerima segala
ketentuannya. Sabda Rasulullah yang artinya :
“Sungguh menakjubkan perkara orang-orang beriman yang tidak dimiliki oleh
siapapu. Jika mereka mendapat kebaikan, maka mereka bersyukur. Dan itu baik
baginya. Seandainya mereka ditimpa keburukan (musibah), mereka akan bersabar.
Dan itu baik baginya”(HR. Muslim).
Dari abu hurairah, bahwa nabi saw bersabda : Barang siapa sakit satu malam,
maka ia sabar dan pasrah kepada Allah, terlepaslah ia dari dosanya sebagaimana ia
dilahirkan oleh ibunya’’.(HR.Tarmidzi)

B. Mengingatkan Agar Berbaik Sangka Kepada Allah


Berbaik sangka kepada Allah swt. yang dilakukan seorang hamba pada saat
menghadapi maut, hendaklah lebih besar daripada yang dilakukannya ketika masih

15
sehat. Yaitu, berbaik sangka bahwa Allah mengasihinya, memaafkannya dan
mengampuni dosa-dosanya.
Menurut riwayat Hammad bin Salamah, dari Tsabit, dari Anas bin Malik ra.
dia berkata, sabda Rasulullah saw., “Jangan sekali-kali ada seorangpun dari kamu
sekalian mati kecuali dia berbaik sangka kepada Allah, karena sesungguhnya berbaik
sangka kepada Allah itu adalah bayarannya [untuk masuk] surga.
Diriwayatkan pula dari Ibnu Umar, bahwa ia berkata, “Tiang agama,
keagungan terbesar dan puncak tertingginya adalah berbaik sangka kepada Allah.
Maka barangsiapa dari kamu sekalian mati dalam kedaan berbaik sangka kepada
Allah, dia akan masuk surga dengan manja.” Maksudnya dalam keadaan gembira,
tanpa rasa takut.

C. Mendatangi Orang Sakit


Sebaiknya orang-orang orang-orang yang berada disekelilingnyahanya
berbicara tentang yang baik-baik saja, karna pada saat itu malaikat mengamini apa
yang mereka katakan. Sabda Nabi Saw. : Rasulullah SAW bersabda dalam haditsnya
yang Artinya : “Apabila seseorang menjenguk saudaranya yang muslim sedang sakit,
maka (seolah-olah) dia berjalan sambil memetik buahan Surga sampai dia duduk,
apabila sudah duduk maka diturunkan kepadanya rahmat dengan deras. Apabila
menjenguknya, di pagi hari maka 70 ribu malaikat mendoakannya agar mendapat
rahmat hingga waktu sore tiba. Apabila menjenguknya di sore hari, maka 70 ribu
malaikat mendoakannya agar diberi rahmat hingga waktu pagi tiba.” (HR. at-
Tirmidzi, Ibnu Majah dan Imam Ahmad dengan sanad shahih).
1. Tatacara Menjenguk orang sakit :
a. Hendaknya melakukan etika standar saat berkunjung ke rumah orang seperti
mengetuk pintu/memencet bel dan mengucapkan salam dengan suara yang
tidak terlalu keras.
b. Kunjungan dilakukan di waktu yang pantas. Apabila sedang dirawat di rumah
sakit, maka harus sesuai dengan jam besuk yang diperbolehkan. Kalau di
bulan Ramadan, hindari datang pada siang hari.
c. Mendekat pada orang yang sakit dan duduk di dekat kepalanya dan
meletakkan tangan pada dahinya serta menanyakan keadaan dan apa yang
diinginkannya.

16
d. Waktu berkunjung jangan terlalu lama agar tidak mengganggu si sakit atau
keluarganya.
e. Jangan terlalu banyak bertanya pada si sakit karena hal itu akan membebani si
sakit.
f. Mendoakan si sakit agar cepat sembuh. Salah satu doa yang dianjurkan adalah
membaca: ‫ رب العرش العظيم؛ أن يشفيك‬،‫أسأل هللا العظيم‬. Teks latin: As'alullahal
Adzim, Rabbal Arsyil Adzim ay Yashfika sebanyak 7x dan membaca Surah
Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Nas.
g. Peziarah tidak berbicara dengan orang lain di dekat si sakit suatu pembicaraan
yang menyakiti atau mengganggu. Dan hendaknya menampakkan sikap kasih
dan empati yang dapat menyenangkan perasaan si sakit.
h. Memberi harapan kesembuhan dan memotivasi kesabaran pada si sakit.
2. Hukum menjenguk orang sakit
Hukum menjenguk atau mengunjungi orang sakit adalah sunnah mu'akkadah
atau bahkan fardhu kifayah menurut sebagian ulama. Berikut dalil dasarnya:
a. Hadits sahih riwayat Bukhari: ‫ وفكوا العاني‬, ‫ وعودوا المريض‬, ‫أطعموا الجائع‬
Artinya: Berilah makan orang lapar. Dan jenguklah orang sakit.
b. Hadtis sahis riwayat Muslim

‫ وعيادة‬، ‫ وإجابة الدعوة‬، ‫ وتشميت العاطس‬، ‫ رد السالم‬: ‫خمس تجب للمسلم على أخيه‬
‫ واتباع الجنائز‬، ‫المريض‬
Artinya: Ada 5 (lima) hal yang wajib bagi seorang muslim pada sesama muslim lain:
menjawab salam, memberi minum orang haus, menghadiri undangan, menengok orang
sakit dan mengantar jenazah.

‫ِإن ْال ُم ْس ِلم ِإذا عاد أخاهُ ْال ُم ْس ِلم ل ْم يز ْل فِي ُخ ْرف ِة ْالجن ِة حتى ي ْر ِجع‬

Artinya: Orang muslim yang menengok saudaranya yang muslim (yang sedang
sakit) maka dia senantiasa di sisi surga sampai dia kembali.
3. Hikmah Menjenguk Orang Sakit
a. Pujian dari Allah dan malaikat

17
Dalam riwayat di atas menyebutkan, “Maka malaikat berseru, ‘Engkau adalah
orang yang baik, langkahmu adalah langkah yang baik.’“ Sedangkan dalam
riwayat lain disebutkan, “Maka Allah Ta’ala berseru, ‘Engkau adalah orang
yang baik, dan langkahmu adalah langkah yang baik.’” Tidak ada
pertentangan antara kedua riwayat ini, karena Allah Ta’ala melontarkan pujian
ini, dan sekaligus memerintah malaikat untuk menyerukan pujian yang sama
kepada seornag muslim yang menjenguk orang sakit.
b. Shalawat dari 7.000 malaikat
Rasul SAW bersabda, “Tidak ada seorang Muslim yang menjenguk
saudaranya sesama Muslim di pagi hari, melainkan tujuh puluh ribu Malaikat
dan bersalawat untuknya hingga sore hari. Jika ia menjenguknya di sore hari,
maka tujuh puluh ribu malaikat akan bersalawat untuknya hingga pagi hari,
dan ia akan mendapat taman buah di surga”(HR.Tirmidzi).
c. Dimasukkan ke dalam surga
Seperti penggalan hadits di atas, “Maka malaikat akan berseru, ‘Engkau
adalah orang yang baik, langkahmu adalah langkah yang baik, dan engkau
telah mendapat suatu tempat di surga.”
d. Memiliki taman buah di surga
Seperti penggalan hadis riwayat Tirmidzi, “Dan ia akan mendapat taman buah
di surga.” Nabi saw. bersabda, “Hak seorang muslim atas muslim yang lain
ada 5: menjawab salam, menjenguk orang sakit, mengiringi jenazah,
menyambut undangan, dan mendoakan orang yang bersin” (HR.Bukhari dan
Muslim).
e. Di sisi lain, ada banyak pelajaran dan hikmah saat kita berkunjung ke orang
yang sedang sakit. Seperti ajang introspeksi diri untuk menjaga kesehatan dan
meningkatkan silaturrahmi

D. Mentalqinkan Orang Yang Sakartul Maut


Mentalqin adalah menuntun seseorang yang akan meninggal dunia untuk
mengucapkan kalimat syahadat Laa Ilaaha Illa Allah. Mentalqin seseorang yang akan
meninggal dunia disunnahkan bagi orang yang ada di sisi orang yang akan meninggal
dunia, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam:

‫لقنوا موتا كم ال إله إال هللا‬

18
“Tuntunlah seseorang yang akan meninggal dunia untuk mengucapkan
kalimat: ‘Laa ilaaha illa Allah’”
Dalam riwayat yang lain:

‫من كان آخر كالمه ال إله إال هللا دخل الجنة‬

“Barangsiapa yang ucapan terakhirnya adalah “Laa ilaaha illa Allah” maka
akan masuk surga”

Para ulama berpendapat,” Apabila telah membimbing orang yang akan


meninggal dengan satu bacaan talqin, maka jangan diulangi lagi. Kecuali apabila ia
berbicara dengan bacaan-bacaan atau materi pembicaraan lain. Setelah itu barulah
diulang kembali, agar bacaan La Ilaha Illallha menjadi ucapan terakhir ketika
menghadapi kematian. Para ulama mengarahkan pada pentingnya menjenguk orang
sakarat maut, untuk mengingatkan, mengasihi, menutup kedua matanya dan
memberikan hak-haknya.(Syarhu An-nawawi Ala Shahih Muslim : 6/458)
Disunnahkan bagi orang-orang yang hadir untuk membasahi kerongkongan
orang yang sedang sakaratul maut tsb dengan air atau minuman. Kemudian
disunnahkan juga untuk membasahi bibirnya dengan kapas yg telah diberi air. Karena
bisa saja kerongkongannya kering karena rasa sakit yang menderanya, sehingga sulit
untuk berbicara dan berkata-kata. Dengan air dan kapas tsb setidaknya dapat meredam
rasa sakit yang dialami orang yang mengalami sakaratul maut, sehingga hal tsb dapat
mempermudah dirinya dalam mengucapkan dua kalimat syahadat. (Al-Mughni :
2/450 milik Ibnu Qudamah)
Adab-Adab Mentalqin Orang Hendak Meninggal
1. Hendaknya dilakukan secukupnya tanpa perlu mengulang-ulang
Para ulama memakruhkan talkin yang dilakukan berulang-ulang dan terus
menerus. Karena hal ini justru akan mengakibatkan seorang yang sedang sakaratul
maut merasa tertekan dengan tuntunan itu. Padahal ia sedang merasakan
penderitaan yang sangat. Sehingga ditakutkan akan munculnya ketidaksukaannya
terhadap kalimat ini di dalam qalbunya. Bahkan bisa jadi akan ia ungkapkan
dengan ucapannya, sehingga bukan ucapan tauhid yang ia ucapkan, justru celaan
dan kebencian terhadap kalimat ini yang keluar dari mulutnya.
2. Cukup sekali, kecuali bila mengucap ucapan lainnya

19
Apabila orang yang sedang sakaratul maut telah mengucapkan kalimat ini, maka
telah mencukupi dan tidak perlu di-talkin lagi. Namun, bila setelah ia
mengucapkan kalimat ini ia mengucapkan kalimat lain, maka perlu kembali di-
talkin, sehingga kalimat ini adalah kalimat akhirnya.
3. Talkin adalah mengingatkan bukan memerintahkan
Kadang kita dapati seorang men-talkin saudaranya dengan kalimat tauhid ini
namun dengan cara memerintah. Padahal, talkin yang dilakukan saat seperti ini
sifatnya sekadar mengingatkan. Sebab, selain dituntut untuk mengatakan kalimat
tauhid, juga dituntut untuk meyakini kandungan kalimat ini. Nah, kalau talkin ini
bersifat perintah, boleh jadi ia akan mengucapkannya karena tekanan perintah
saja, sedangkan jiwanya mengingkarinya. Lalu apakah artinya ucapan ini bila
tidak diyakini. Demikian yang dijelaskan oleh Asy Syaikh Ibnu Utsaimin
rahimahullah dalam Syarh Riyadush Shalihin.
4. Talkin diperuntukkan kepada seluruh orang
Yakni tidak khusus diperuntukkan untuk seorang muslim saja. Namun juga
dianjurkan bagi orang kafir unuk mengucapkan kalimat ini. Diharapkan, di akhir
hidupnya termasuk orang yang bertauhid. Sebagaimana Rasulullah shallallahu
‘alaihi wassalam men-talkin paman beliau Abu Thalib tatkala menghadapi
kematian.

E. Menganjurkan Orang Yang Sakit Keras Agar Berwasiat


Disunnahkan bagi seseorang yang sakit agar menulis wasiat. sunnah ini mulai
jarang dipraktekkan kaum muslimin. Bahkan menulis wasiat tidak hanya ketika sakit
saja tetapi kapan saja ketika ia memiliki sesuatu untuk di wasiatkan. Mungkin ada
yang salah paham dalam hal ini, mungkin pernah membaca firman Allah Ta’ala,

‫وف حقّا ً على ْال ُمت ِقين‬


ِ ‫صيةُ ِل ْلوا ِلدي ِْن واأل ْقربِين بِ ْالم ْع ُر‬
ِ ‫ُكتِب عل ْي ُك ْم إِذا حضر أحد ُك ُم ْالم ْوتُ إِن ترك خيْرا ً ْالو‬

“Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-


tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak
dan karib kerabatnya secara ma’ruf , (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang
bertakwa.” (AL-Baqarah: 180)

Maka maksudnya adalah diwajib meninggalkan harta yang cukup untuk ahli
waris ketika meninggal, jika ia memiliki harta dan tidak mewasiatkan kepada yang

20
lain sehingga kerabatnya terlantar. Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-
sa’di rahimahullah berkata,

،‫ فعليه أن يوصي لوالديه وأقرب الناس إليه بالمعروف‬،‫ ماال] وهو المال الكثير عرفا‬:‫وكان قد {ترك خي ًْرا} [أي‬
،‫على قدر حاله من غير سرف‬

“Maksud “taraka khairan” adalah harta yaitu harta yang cukup banyak menurut adat
saat itu, dan wajib baginya berwasiat bagi anak dan kerabatnya dengan baik sesuai
dengan keadaannya tanpa berlebihan.”

Imam An-Nawawi menukil perkataan Imam Asy-Syafi’I rahimahumallahu,

‫ويستحب تعجيلها وأن يكتبها في صحته ويشهد عليه فيها ويكتب فيها ما يحتاج إليه فإن تجدد له أمر يحتاج إلى‬
‫الوصية به ألحقه بها قالوا وال يكلف أن يكتب كل يوم محقرات المعامالت وجزيئات األمور المتكررة وأما قوله‬
‫صلى هللا عليه وسلم ووصيته مكتوبة عنده فمعناه مكتوبة وقد أشهد‬

“Dianjurkan agar bergera menulis wasiat, menulisnya ketika sehat dan dpersaksikan.
Ia tulis sesuai dengan yang dibutuhkan. Jika perkaranya berubah maka ia perbarui
wasiat tesebut sesuai keadaan.”

F. Hadapkanlah Ke Arah Kiblat


Kemudian disunnahkan untuk menghadapkan orang yang tengah sakaratul
maut kearah kiblat. Sebenarnya ketentuan ini tidak mendapatkan penegasan dari
hadits Rasulullah Saw., hanya saja dalam beberapa atsar yang shahih disebutkan
bahwa para salafus shalih melakukan hal tersebut. Tata cara menghadap ke kiblat
menurut Imam An-Nawawi rahimahullah berkata

‫ وفي كيفيته‬، ‫ وهذا مجمع عليه‬، ‫يستحب أن يستقبل به القبلة‬


، ‫ على قفاه وأخمصاه إلى القبلة‬: ‫المستحبة وجهان أحدهما‬
‫ويرفع رأسه قليال ليصير وجهه إلى القبلة … وعليه عمل‬
‫ وهو الصحيح المنصوص للشافعي‬: ‫ والوجه الثاني‬. ‫الناس‬
‫ وهو األصح عند‬، ‫ وبه قطع جماهير العراقيين‬. ‫في البويطي‬
21
‫ يضجع‬: ‫ وهو مذهب مالك وأبي حنيفة‬، ‫األكثرين من غيرهم‬
‫ فإن لم‬، ‫على جنبه األيمن مستقبل القبلة كالموضوع في اللحد‬
، ‫يمكن لضيق المكان أو غيره فعلى جنبه األيسر إلى القبلة‬
‫ وهللا أعلم‬، ‫فإن لم يمكن فعلى قفاه‬
“Disunnahkan untuk menghadapkannya ke arah kiblat, dan ini telah disepakati.
Adapun tata caranya, ada dua cara :
1. Pertama: dibaringkan di atas tengkuk dan punggungnya ke arah kiblat, dan
kepalanya diangkat sedikit agar wajahnya menghadap kiblat… Perbuatan inilah
yang diamalkan oleh orang-orang.
2. Kedua: inilah yang shahih dinukil dari Asy-Syafi’i dalam riwayat Al-Buwaithi.
Pendapat inilah yang dipilih oleh mayoritas ulama Irak dan yang paling shahih
menurut mayoritas ulama lainnya dibandingkan selain mereka. Inilah madzhab
Malik dan Abu Hanifah, yaitu orang yang akan mati itu tidur miring ke sebelah
kanan menghadap kiblat, seperti jenazah yang diletakkan di liang lahat. Apabila
itu tidak bisa dilakukan karena sempitnya tempat atau yang lainnya, maka miring
ke sebelah kirinya sambil menghadap kiblat. Jika itu tidak bisa juga, maka di atas
tengkuknya (cara yang pertama). Wallaahu a’lam”

G. Menciptakan Suasana Tentram


Sebagaimana sabda Nabi saw :
Hadis Riwayat Thabrani yang artinya : Sesungguhnya Allah itu menyukai ketenangan
pada tiga hal yaitu waktu pembacaan Al-qur’an, waktu perang dan waktu ada jenazah

H. Ucapkanlah Kalimat Istirja jika telah meninggal


Kalimat Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Roji’un atau sering disebut dengan kalimat
istirja’ biasa digunakan jika seseorang mendapatkan suatu musibah dari Allah swt .
Juga sabda Rasulullah saw,”Hendaklah kalian mengucapkan istirja’ terhadap segala
sesuatu bahkan terhadap tali sandal yang putus karena ini termasuk juga musibah.”
(HR. al Bazzar)

22
Jadi ucapan istirja’ (Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Roji’un) ini adalah diucapkan
terhadap segala musibah yang menimpa seseorang termasuk didalamnya adalah
musibah kematian baik yang meninggal itu adalah seorang muslim ataupun non
muslim. Akan tetapi tidak dibolehkan bagi seorang muslim untuk memohonkan
ampunan atau mendoakan orang kafir yang sudah meninggal dunia.

ِ ‫ِإنَّا ِ ََّلِلِ َوإِنَّا ِإلَي ِه َر‬


َ‫اجعُون‬

Innalillaahi wa inna ilayhi raaji’uun atau (“Kita ini milik Allah, dan kepadaNya kita
kembali”

Tidak mengapa menangis/bersedih dan berkata:

‫ربنا‬ ‫ وال نقول إال ما يرضي‬،‫العين تدمع والقلب يحزن‬

Al-‘ainu tadmaghu wal qolbu yahzanu, walaa naqulu illa maa yardha robbuna.
Artinya: Mata boleh jadi menangis dan hati bersedih, (akan tetapi) kami tidaklah
berkata-kata, kecuali apa yang diridhai Rabb kami”

Hendaknya ia menjauhi diri dari memukul-mukul tubuh, berteriak-teriak, merobek


baju dan mencabut (mengacak-acak) rambut dan lain-lain. Karena termasuk nihayah
(meratapi) yang dilarang. Sebagaimana dalam hadis:
“Bukanlah termasuk golongan kami, mereka yang menampar pipi, merobek baju dan
menyeru dengan seruan jahiliyah”

I. Tindakan Lain yang Harus Dikerjakan Setelah Kematian


1. Pejamkan Mata Si Mayat Dan Mendoakannya
a. Pejamkan mata mayit
Karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menutup kedua mata Abu
Salamah Radhiyallahu 'anhu ketika dia meninggal dunia. Beliau Shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda yang artinya :
َْ‫سلَ َم ْة‬
َ ْ‫ىْأَبِي‬
َْ َ‫عل‬
َ ْ‫سلَ َْم‬
َ ‫علَي ِْهْ َو‬ َْ ْ‫صلَى‬
َ ُْ‫ّللا‬ َ ِْ‫ّللا‬ ُ ‫ْ َد َخ َْلْ َر‬:‫ْقَالَت‬.‫ّللاُْعَن َها‬
ْ ْ‫سو ُْل‬ َْ ْ‫ي‬َْ ‫سلَ َم ْةَْ َر ِض‬
َ ْْ‫عَنْْأُم‬
َْ ِ‫حْإِذَاْقُب‬
َ َ‫ضْتَبِعَ ْهُْالب‬
)‫ص ُْرْ(رواهْمسلم‬ َ ‫ْفَأَغ َم‬.ُ‫ص ُره‬
َْ ‫ْ“إِنْْالرو‬:َ‫ْثُمْْقَال‬.ُ‫ضه‬ َ َ‫َوقَدْْشَقْْب‬

23
Dari Ummu Salamah bahwa Rasulullah saw mendatangi rumah Abu Salamah
(pada hari wafatnya), dan beliau mendapatkan kedua mata Abu Salamah terbuka
lalu beliau menutupnya. Beliau bersabda: “Sesungguhnya tatkala ruh dicabut,
maka pandangan mata akan mengikutinya’ (HR Muslim)

b. Mengikat kepala mayit secara vertikal dari arah dagu dengan kain yang
dilingkarkan diatas kepala, hal ini bertujuan agar mulut mayat tertutup dan
tidak bisa dimasuki udara.
c. Hendaknya tangan mayit di posisikan seperti orang yang shalat.
d. Melemaskan sendi sendi tangan dan kaki mayat dengan cara menekuk
persendian tersebut berulang kali. Tindakan ini bertujuan agar jasad mayat
tidak kaku sehingga sulit dimandikan.
e. Melepaskan pakaian mayat yang dikenakan ketika meninggal, sebab pakaian
tersebut bisa mempercepat proses pembusukan.

2. Tutupilah Dengan Kain Yang Baik


a. Menutup jasadnya dengan kain tipis. Kedua ujung kain dilipat ke bawah
kepala dan kaki agar tidak tersingkap ketika tertiup angin
ْ‫ي‬
َْ ‫س ِج‬ َْ ِ‫سلَ َْمْ ِحينَْْت ُ ُوف‬
ُ ْ‫ي‬ َ ‫علَي ِْهْ َو‬ َْ ْ‫صلَى‬
َ ُْ‫ّللا‬ َْ ِ‫للاُْعَن ُهاْأَنَْْالنَب‬
َ ْ‫ي‬ ْ ْ‫ي‬َْ ‫عَنْْعَائِْش َْةَْ َر ِض‬
)‫بِثَوبْْ ِحبَ َرةْْ(رواهْالشيخان‬

Dari Aisyah ra, ia berkata: “Bahwasannya ketika Rasulullah saw meninggal


dunia ditutupi dengan kain hibaroh (yakni kain bergaris hitam putih yang
terbuat dari katun).” (HR. Bukhari-Muslim)

b. Menaruh sesuatu yang agak berat di atas perut mayit agar perutnya tidak
membesar.

ْ‫علَىْبَطنِهْشَيئاْْ ِمن‬ َ ْ:ُْ‫ّللاُْعَن ْه‬


َ ْ‫ضعُوا‬ َْ ْ‫ي‬َْ ‫ىْأَنَْْ َمولَىْأَنَسْْ َماتَْْفَقَا َْلْأَنَسْ َر ِض‬
َْ ‫ِل َماْ ُر ِو‬
)‫(رواهْالبيهقي‬.‫خْبَطنُه‬
َْ ‫لَْيَنت َ ِف‬
ْ َ ‫َحدِيد؛ْلئ‬

Diriwayatkan bahawa pembantu Anas ra wafat, lalu beliau bekata:


“Letakanlah besi diatas perutnya agar perutnya tidak membesar (HR al-
Baihaqi)
c. Menghadapkan mayit kearah Kiblat dengan tata cara seperti di atas

24
d. Memperbanyak do’a-do’a yang berisi permohonan ampunan dan rahmat
untuknya.

3. Lunasilah Hutangnya
Bagi ahli warisnya diharuskan menyegerakan membayar hutang-hutannya atau
sangkut paut yang berurusan dengan keuangan terhadap manusia, begitu pula
melaksanakan wasiatnya jika terdapat wasiat
ْ‫ن‬ ُْ ‫ْنَف‬:ْ‫سلَ َْم‬
ِْ ‫سْال ُمؤ ِم‬ َ ‫علَي ِْهْ َو‬ َْ ْ‫صلَى‬
َ ُْ‫ّللا‬ َ ِْ‫ّللا‬ ُ ‫ْقَا َْلْ َر‬:ْ‫ّللاُْعَن ْهُْقَا َْل‬
َْ ْ‫سو ُْل‬ َْ ْ‫ي‬َْ ‫عَنْْأَبِيْ ُه َري َر ْةَْ َر ِض‬
)‫ُمعَلَقَةْْبِدَينِ ِْهْ َحتَىْيُقضَىْعَن ْهُْ(رواهْالترمذيْوْابنْماجهْبإسنادْصحيح‬

Dari Abu Hurairah, ia berkata: sesungguhnya Rasulallah saw bersabda: “Diri


orang mukmin itu tergantung (tidak sampai ke hadhirat Allah) karena hutangnya,
hingga dibayar (HR at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dengan isnad shahih)

4. Beritakannlah Kematianya Kepada Kerabat


Sebagaimana sabda nabi yang artinya : Bahwa Nabi saw memberitakan kematian
raja Najasyi kepad sahabat-sahabat ra pada hari mangkatnya. Dan beliau
memberitahu kematian Ja’far bin Abu Thalib, Zaid bin Haitsah dan Abdullah bin
Rawahah ra. (HR.Bukhari-Muslim)

5. Segerakanlah Pemakamannya
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Segerakanlah pemakaman jenazah. Jika ia termasuk orang-orang yang berbuat


kebaikan maka kalian telah menyajikan kebaikan kepadanya. Dan jika ia bukan
termasuk orang yang berbuat kebaikan maka kalian telah melepaskan kejelekan
dari pundak-pundak kalian.”

Berkata pengarang kitab Tharhu at Tastrib syarh at Taqrib: “Perintah


menyegerakan di sini menurut jumhur ulama’ salaf dan mutaakhirin adalah
sunnah. Ibnu Qudamah mengatakan: Tidak ada perselisihan di antara imam-imam
ahli ilmu dalam masalah kesunnahannya”

25
Syaikh Utsaimin mengatakan: “Berdasarkan penjelasan ini maka kita
mengetahui kesalahan yang dilakukan oleh sebagian orang yang mereka
mengakhirkan pemakaman jenazah sehingga datang kerabatnya… Mereka
menunggu selama satu atau sehari semalam agar kerabatnya datang. Pada
hakekatnya apa yang mereka lakukan ini adalah merupakan tindakan kejahatan
terhadap jenazah karena jenazah apabila termasuk orang yang baik ia
menginginkan untuk segera dikuburkan karena ia mendapatkan berita gembira
tentang surga ketika meninggal dunia. Dan apabila dikeluarkan dari rumahnya
maka jiwanya akan mengatakan:

‫قدموني‬
“Percepatlah untukku”

Yakni mendorong para pengusungnya agar mempercepat sampainya ke kuburanya

26
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Safar artinya berpergian. Jadi Shalat safar artinya shalat yang dilakukan bagi orang
yang sedang melakukan perjalanan jika perjalanan itu sudah menempuh jarak 3 mil.
Dapat menjamak kan shalatnyo jika masih dalam perjalanan . Shalat jamak artinya shalat
yang dikumpulkan, maksudnya adalah dua shalat fardhu yang dikerjakan dalam satu
waktu.Sedangkan Shalat Qashar yaitu menjadikan shalat yang berjumlah empat rakaat
menjadi dua rakaat..Hingga Shalat Jamak Qasar yaitu Mengumpulkan 2 jenis shalat
dalam satu waktu dan jumlah rakaatnya diringkas. Contohnya : Shalat Zuhur dan Ashar
dilaksanakan pada waktu juhur atau ashar, yang masing masing 2 rakaat.
Tata cara shalat di atas pesawat: “shalat dilakukan dengan menghadap kiblat sambil
berdiri, jika masih memungkinkan, dan juga rukuk seperti biasa jika bisa. Sujud
dilakukan sambil duduk atau dengan isyarat. cara shalat di atas perahu ‘shalatlah di
dalamnya sambil berdiri, kecuali jika engkau takut tenggelam cara shalat di atas perahu?
beliau bersabda: ‘shalatlah di dalamnya sambil berdiri, kecuali jika engkau takut
tenggelam. mengenai shalat di mobil (termasuk bus dan semacamnya) beliau
menjelaskan caranya: “jika anda bersafar untuk jarak yang jauh dan tidak memungkinkan
untuk berhenti, shalatlah sambil duduk, karena Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam
bersabda: “shalatlah sambil berdiri, jika tidak bisa maka sambil duduk, jika tidak bisa
maka sambil berbaring” (HR. Al Bukhari 1117). jika tidak ada tempat wudhu dan tidak
ada air maka bertayamumlah lalu shalat.
Penyelenggaraan jenazah melepas kematian iantaranya degan : Menganjurkan Sabar
Bila Sakit, Mengingatkan Agar Berbaik Sangka Kepada Allah, Mendatangi Orang Sakit,
Mentalqinkan Orang Yang Sakartul Maut, Menganjurkan Orang Yang Sakit Keras Agar
Berwasiat, Menghadapkan ke arah kiblat, menciptakan suasana yang tentram,
Ucapkanlah Kalimat Istirja jika telah meninggal serta Melakukan Tindakan yang Harus
Dikerjakan Setelah Kematian.

3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan dalam pengembangan ilmu
agama mengenai shalat diberbagai keadaan dan penyelengaraan melepas kematian.

27

Anda mungkin juga menyukai