TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
sebelum hamil, lama masa nifas yaitu 6-8 minggu (Amru, 2012).
(Varney, 2008).
Jadi post partum atau masa nifas (puerperium) adalah masa dimana
16
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
2. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori menghubungkan dengan factor hormonal, struktur
rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011).
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone perogesterone dan estrogen. Fungsi progesterone
sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila
progesterone turun.
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan
kontraksi rahim.
xvii
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkaniskemik otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi
utero-plasenta.
Di belakang servik terlihat ganglion servikale (fleksus franterrhauss). Bila ganglion ini digeser dan di tekan misalnya
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam kanalis servikalis dengan tujuan
merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi pemecahan ketuban, oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut
tetesan perinfus.
Tahapan masa nifas menurut walyani & Purwoastuti (2015) menjadi 3, yaitu:
3.1 Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan, serta beraktivitas layaknya
wanita noemal.
3.2 Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya sekitar 6-8 minggu.
3.3 Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau
Perubahan fisiologis pada masa nifas menurut Walyani & Purwoastuti (2015), yaitu :
xix
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Perubahan pada volume darah tergantung pada beberapa variable, contoh kehilangan darah selama persalinan,
mobilisasi, dan pengeluaran cairan ekstravaskuler, dalam 2-3 minggu setelah persalinan volume darah
Cardiac output terus meningkat selama kala 1 dan kala 2 persalinan. Puncaknya selama masa nifas dengan
tidak memperhatikan tipe persalinan dan penggunaan anastesi, cardiac output akan kembali seperti semula
4.2.1 Keadaan hematokrit dan hemoglobin akan kembali pada keadaan semula seperti sebelum hamil dalam 4-5
4.2.2 Leukosit selama 10-12 hari setelah persalinan umumnya bernilai antar 20.000-25.000/mm3.
4.2.3 Factor pembekuan, pembekuan darah setelah melahirkan. Keadaan produksi tertinggi dari pemecahan fibrin
xx
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
4.2.4 Kaki ibu diperiksa setiap hari untuk mengetahui adanya tanda-tanda thrombosis (nyeri, hangat dan lemas, vena
4.2.5 Varises pada vulva umumnya kurang dan akan segera kembali setelah persalinan.
4.3.1 Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehigga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
4.3.2 Lochea adalah cairan secret ysng berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
Lochea rubra : darah segar, sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan
Lochea sanguinolenta : berwarna kuning berisi darah dan lender, hari 3-7 post partum.
Lochea serosa : berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, hari ke 7-14 post partum.
Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
4.3.3 Serviks mengalami involusi bersama uterus, setelah persalinan ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3
dalam beberapa hari pertama setelah partus keadaan vulva dan vagina masih kendur, setelah 3 minggu secara
4.3.5 Perineum akan menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekana kepala bayi dan tampak terdapat
robekan jika dilakukan episiotomi yang akan terjadi masa penyembuhan selama 2 minggu.
4.3.6 Payudara, suplai darah ke payudara meningkat dan menyebabkan pembengkakan vascular sementara, air susu
saat diproduksi disimpan di alveoli dan harus dikeluarkan dengan efektif dengan cara didisap oleh bayi untuk
sesudah melahirkan. Keadaan ini menyebabkan dieresis, ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6
minggu.
Kerapkali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal, namun asupan makan kadang juga
mengalami penurunan selama 1-2 hari, rasa sakit didaerah perineum dapat menghalangi keinginan ke belakang.
Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam post partum, progesterone turun pada hari ke 3 post
Abulasi pada umumnya dimulai 4-8 jam post partum, ambulasi dini sangat membantu untuk mencegah
Perubahan psikologis pada masa nifas menurut Walyani & Purwoastuti (2015), yaitu :
Fase taking in yaitu periode ketergantungan, berlangsung dar hari pertama sampai hari kedua setelah
melahirkan, pada fase ini ibu sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri, ibu akan berulang kali menceritakan
Fase taking hold adalah periode yang berlangsung atara 3-10 hari setelah melahirkan, pada fase ini timbul rasa
khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi.
Menurut Gibson (2013) anatomi organ reproduksi wanita secara garis besar dibagi dalam dua golongan yaitu :
Merupakan bagian yang menonjol (bantalan) berisi jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat yang terletak di
atas shympisis pubis. Setelah pubertas kulit dari mons veneris tertutup oleh rambut-rambut. Mons veneris
berfungsi untuk melindungi alat genetalia dari masuknya kotoran selain itu untuk estetika.
Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong dan menonjol, berasal dari mons veneris dan
berjalan ke bawah dan belakang. Kedua bibir ini di bagian bawah bertemu membentuk perineum (pemisah
Bagian luar : tertutup rambut, yang merupakan kelanjutan dari rambut pada mons veneris.
Bagian dalam : tanpa rambut, merupakan selaput yang mengandung kelenjar sebasea (lemak).
Berfungsi untuk menutupi organ-organ genetalia di dalamnya dan mengeluarkan cairan pelumas pada
membentuk prepusium klitoridis dan di bagian bawahnya bertemu membentuk frenulum klitoridis. Bibir kecil
Merupakan sebuah jaringan erektil kecil yang serupa dengan penis laki-laki. Mengandung banyak urat-urat
syaraf sensoris dan pembuluh-pembuluh darah sehingga sangat peka. Letaknya anterior dalam vestibula.
Berfungsi untuk menutupi organ-organ genetalia di dalamnya serta merupakan daerah erotik yang mengandung
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang dibatasi oleh kedua bibir kecil, bagian atas klitoris, bagian
belakang (bawah) pertemuan kedua bibir kecil. Pada vestibulum terdapat muara uretra, dua lubang saluran
kelenjar Bartholini, dua lubang saluran Skene. Berfungsi untuk mengeluarkan cairan yang berguna untuk
lendir meningkat saat hubungan seks, dan salurannya keluar antara himen dan labia minora.
sehingga menjadi saluran dari lendir yang dikeluarkan uterus dan darah saat menstruasi. Bila himen tertutup
seluruhnya disebut hymen imperforata dan menimbulkan gejala klinik setelah mendapat menstruasi.
Tempat keluarnya air kencing yang terletak dibawah klitoris. Fungsinya sebagai saluran untuk keluarnya air
kencing.
Terletak diantara vulva dan anus, panjangnya kurang lebih 4cm.Terdapat otot-otot yang penting yaitu sfingter
anus eksterna dan interna serta dipersyarafi oleh saraf pudendus dan cabang-cabangnya.
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan uterus dengan vulva. Jaringan muskulusnya
merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani, oleh karena itu dapat dikendalikan.
Vagina terletak di antara kandung kemih dan rektum. Panjang bagian depannya sekitar 9 cm dan dinding
belakangnya sekitar 11 cm. Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebur rugae dan terutama
di bagian bawah. Pada puncak (ujung) vagina, menonjol serviks bagian dari uterus. Bagian serviks yang
menonjol ke dalam vagina disebut porsio. Porsio uteri membagi puncak vagina menjadi forniks anterior
(depan), forniks posterior (belakang), forniks dekstra (kanan), forniks sinistra (kiri). Sel dinding vagina
mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam susu dengan pH 4,5. Keasaman vagina memberikan
Sebagai saluran keluar dari uterus yang dapat mengalirkan darah pada waktu haid dan sekret dari
uterus.
Uterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, terletak di dalam pelvis (panggul), antara rektum
di belakang dan kandung kencing di depan. Berfungsi sebagai tempat calon bayi dibesarkan. Bentuknya seperti
buah alpukat dengan berat normal 30-50 gram. Pada saat tidak hamil, besar rahim kurang lebih sebesar telur
Peritoneum
Yang meliputi dinding uterus bagian luar, dan merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan
pembuluh darah limfe dan urat saraf. Bagian ini meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen (perut).
Myometrium
Merupakan lapisan yang paling tebal, terdiri dari otot polos yang disusun sedemikian rupa hingga
dapat mendorong isinya keluar saat proses persalinan. Diantara serabut-serabut otot terdapat pembuluh
Endometrium
Merupakan lapisan terdalam dari uterus yang akan menebal untuk mempersiapkan jika terjadi
pembuahan. Tebalnya sususnannya dan faalnya berubah secara siklis karena dipengaruhi hormon-
sesudah keluar dari ovarium, diantarkan melalui tuba uterina ke uterus. (pembuahan ovum secara normal
terjadi di dalam tuba uterina). Endometrium disiapkan untuk penerimaan ovum yang telah dibuahi itu dan
ovum itu sekarang tertanam di dalamnya. Sewaktu hamil, yang secara normal berlangsung selama kira-kira 40
minggu, uterus bertambah besar, dindingnya menjadi tipis, tetapi lebih kuat dan membesar sampai keluar
Pada waktu saatnya tiba dan mulas tanda melahirkan mulai, uterus berkontraksi secara ritmis dan
mendorong bayi dan plasenta keluar kemudian kembali ke ukuran normalnya melalui proses yang dikenal
sebagai involusi.
Tuba uterina atau saluran telur, terdapat pada tepi atas ligamentum latum, berjalan ke arah lateral, mulai
dari ostium tuba internum pada dinding rahim.Tuba fallopi merupakan tubulo muskular, dengan panjang
sekitar 12 cm dan diametrnya 3 dan 8 mm. Tuba fallopi terbagi menjadi 4 bagian :
Pars interstitialis (intramularis), terletak di antara otot rahim, mulai dari ostium internum tuba.
Pars isthmika tuba, bagian tuba yang berada di luar uterus dan merupakan bagian yang paling sempit.
Pars ampularis tuba, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk S.
Pars infundibulo tuba, bagian akhir tubae yang memiliki umbai yang disebut fimbriae tuba.
Fungsi tuba fallopi sangat penting, yaitu untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi, sebagai
saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi,tempat terjadinya konsepsi, dan tempat pertumbuhan dan
perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk blastula, yang siap mengadakan implantasi.
Ovarium adalah kelenjar berbentuk buah kenari, terletak di kanan dan kiri uterus, di bawah tuba uterina,
dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uteri. Ovarium berisi sejumlah besar ovum belum
matang, yang disebut oosit primer. Setiap oosit dikelilingi sekelompok sel folikel pemberi makanan. Pada
setiap siklus haid sebuah dari ovum primitif ini mulai mematang dan kemudian cepat berkembang menjadi
Sewaktu folikel Graff berkembang, perubahan terjadi di dalam sel-sel ini, dan cairan likuor folikuli
memisahkan sel-sel dari membran granulosa menjadi beberapa lapis. Pada tahap inilah dikeluarkan hormon
estrogen. Pada masa folikel Graff mendekati pengembangan penuh atau pematangan, letaknya dekat
permukaan ovarium, dan menjadi makin mekar karena cairan, sehingga membenjol, seperti pembengkakan
yang menyerupai kista pada permukaan ovarium. Tekanan dari dalam folikel menyebabkannya sobek dan
cairan serta ovum lepas melalui rongga peritoneal masuk ke dalam lubang yang berbentuk corong dari tuba
uterina. Setiap bulan sebuah folikel berkembang dan sebuah ovum dilepaskan dan dikeluarkan pada saat kira-
7. Patofisiologi
Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dngan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Di dalam poses
persalinan normal atau partus spotan terkadang harus melalui proses induksi atau pacuan agar bayi dapat keluar. Ada
beberapa hal yang menyebabkan persalinan tersebut harus dilakukan pacuan atau induksi, indikasi pada ibu yaitu penyakit
yang diderita, komplikasi kehamilan, kondisi fisik ibu, rupture sponan berlebih, perdarahan antepartum, kanker, kala 1
lama, kemudian ada beberapa indikasi pada janin yang menyebabkan persalinan harus menggunakan induksi atau pacuan
yaitu kehamilan lewat waktu (post mature), plasenta previa parsialis, solution plasenta ringan, kematian intrauterine,
kematian berulang dalam rahim, ketuban pecah dini, diabetes kehamilan, recurrent intrauterine death. Pada pasien post
partum spontan atau nifas akan mengalami perubahan fisiologis dan psikologis. Perubahan yang terjadi pada pasien post
partum spontas akan menyebabkan pengeluaran ASI tidak lancer yang disebabkan oleh penurunan hormone estrogen dan
progesterone sehingga menstrimulasi hipofisis anterior dan posterior lalu sekresi prolactin dan oksitosin terjadi membuat
diagnosa kerewatan ketidakefektifan pemberian ASI muncul. Pada ibu nifas juga akan mengalami involusi uteri yang
menyebabkan pelepasan desidua lalu mengalami kontraksi uterus dan munculnya lochea. Ibu nifas yang dilakukan
tindakan episiotomi saat persalinan akan menyebabkan resiko infeksi karen luka dari insisi akan menjadi post de entris
bagi kuman. Dari proses persalinan bisa terjadi komplikasi post partum pada ibu nifas yaitu perdarahan yang
menyebabkan volume cairan menurun dan menimbulkan diagnosa keperawatan resiko kekurangan volume cairan. Dari
luka episiotomi tersebut menimbulkan nyeri di perineum saat defekasi menyebabkan konstipasi pada ibu nifas. Perubahan
psikologis juga terjadi pada ibu nifas pada fase taking in yang berlangsung 1-3 hari setelah persalinan ibu terfokus pada
diri sendiri termasuk dalam pemilihan alat kontrasepsi yang akan digunakan untuk dirinya, kurangnya informasi tentang
pemilihan alat kontrasepsi yang cocok digunakan untuk sang ibu membuat dignosa keperawatan defisiensi pengetahuan
muncul. Fase taking hold berlangsung selama 3-10 hari, timbul rasa khawatir akan ketidak mampuan dan rasa tanggung
jawab ibu dalm merawat bayinya, hal ini menyebabkan defisiensi pengetahuan tentang peran menjadi orang tua. Fase
letting go berlangsung selama 10 hari setelah melahirkan disini ibu sudah mandiri dalam menyesuaikan diri dengan
kebiasaan bayinya.
B. Konsep Induksi
1. Devinisi
Induksi persalinan adalah upaya untuk melahirkan janin menjelang aterm, dalam keadaan belum terdapat tanda
persalinan atau belum in-partu, dengan kemungkinan janin dapat hidup diluar kandungan (umur diatas 28 minggu)
(Manuaba, 2007).
Induksi persalianan adalah usaha agar persalinan mulai berlangsung sebelum atau sesudah kehamilan cukup bulan
Penyakit ginjal, penyakit jantung, penyakit hipertensi, diabetes militus, keganasan payudara dan pasrio.
2.1.4 Rupture spontan ketuban : jika kehamilan sudah dalam 2 minggu aterm dan persalinan belum mulai setelah 24
dimana perdarahan tidak bisa diatasi dengan istirahat ditempat tidur atau jika bayi sudah meninggal
2.1.6 Kanker : pengakhiran kehamilan bertujuan untuk memungkinkan tindakan pembedahan, radiasi atau terapi
dengan bahan-bahan kimia untuk lesi tersebut, atau semata-mata hanya untuk mengurangi beban yang
Definisi
Kala 1 adalah kala pembukaan yang berlangsung antara 0-10 cm. Proses ini terbagi menjadi 2 fase yaitu
fase laten (8 jam) dimana servik membuka sampai 3 cm dan fase aktif (6 jam) dimana servik membuka
Kala 1 lama adalah persalinan yang fase latennya berlangsung lebih dari 8 jam dan pada fase aktif laju
pembukaannya tidak adekuat atau bervariasi ; kurang dari 1,2 cm per jam pada primigravida dan kurang
dari 1,5 per jam pada multipara; lebih dari 12 jam sejak pembukaan 4 sampai pembukaan lengkap (rata-
Fase laten memanjang (prolonged latent phase)
Adalah fase pembukaan servik yang tidak melewati 3 cm setelah 8 jam inpartu (Saifuddin, 2009).
Fase aktif memanjang (prolonged active phase)
Adalah fase yang lebih panjang dari 12 jam dengan pembukaan servik kurang dari 1,2 cm perjaam
pada primigravisa dan 6 jam rata-rata 2,5 jam dengan laju dilatasi serviks kurang dari 1,5 cm per
Kehamilan lewat waktu / post mature adalah kehamilan yang umur kehamilannya lebih dari 42 minggu
(Lisnawati, 2013).
Post mature tetap menjadi indikasi umum untuk induksi persalinan, terutama karena dikhawatirkan
Induksi persalinan dapat dilakukan asal tidak janin besar >4000gram ( Lisnawati, 2013).
Plasenta previa diartikan sebagai keadaan di mana plasenta ternidasi secara tidak normal sehingga
Plasenta previa adalah tempat implantasi plasenta yang rendah di rahim menyebabkan plasenta terletak
yaitu :
Plasenta previa totalis, di mana bagian plasenta menutup ostium secara menyeluruh
Plasenta previa parsialis, di mana plasenta tertanam menutup sebagian dari ostium uteri internum
Plasenta previa marginalir, di mana plasenta tertanam tepat di atas ostium uteri internum
Plasenta letak rendah, di mana plasenta tertanam agak rendah dan mendekati ostium uteri internum
Tatalaksana plasenta previa saat ini selalu dengan pembedahan Sectio Caesarea, kecuali pada plasenta
letak rendah yang selaput ketubannya mungkin sudah pecah, jika perdarahan sudah terjadi, persalinan
Solusio plasenta adalah terlepasnya implantasi plasenta sebagian atau komplit dari normal implantasi
dinding uterus sebelum melahirkan setelah 20 minggu usia kehamilan (Irianti dkk, 2013).
Solusio plasenta ialah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus, sebelum
janin dilahirkan. Definisi ini berlaku pada kehamilan dengan masa gestasi di atas 22 minggu atau berat
janin di atas 500 gram. Proses solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan dalam desidua basalis
dapat diaplikasikan.
Kondisi ibu baik, janin telah meninggal dan hasil evaluasi kondisi serviks cukup baik untuk induksi/
akselerasi.
Definisi
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan dimulai
(Prawirohardjo, 2010).
Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia kehamilan. Dapat
terjadi infeksi maternal atupun neonatal, persalinan premature, hipoksia karena kompresi tali pusat,
deformitas janin, meningkatnya insiden section caesarea, atau gagalnya persalinan norma.
2.2.7 Diabetes kehamilan : bayi cenderung menjadi besar dan sering meninggal dalam rahim pada minggu -
minggu terakhir kehamilan. Karena itu, kehamilan harus di akhiri pada saat skitar minggu ke-37.
2.2.8 Inkompatibilitas rhesus : kalau janin mengalami sensitisasi atau kalau ada riwayat kematian janin dalam
rahim pada kehamilan-kehamilan sebelumnya, induksi dini persalinan kadang kala merupakan indikasi
diperlukan.
2.2.9 Recurrent intrauterine death : kematian intrauterine dekat saat aterm pada kehamilan yang lalu merupakan
3.1 Presentasi, presentasi harus kepala. Induksi persalinan tidak boleh dilakukan bila ada letak lintang, presentasi
majemuk dan sikap ekstansi pada janin, dan hamper tidak boleh dilakukan kalau bayi dengan presntasi bokong.
3.2 Stadium kehamilan, semakin kehamilan mendekati masa aterm, semakin mudah pelaksanaan induksi.
3.3 Stasiun, kepala bayi harus sudah masuk panggul, semakin rendah kepala bayi, semakin mudah dan semakin aman
prosedur tersebut.
3.4 Kematangan service : service harus sudah mendatar, panjangnya <1,3 cm (0,5 inci), lunak, bisa dilebarkan dan sudah
membuka untuk dimasuki sedikitnya 1 jari tangan dan sebaiknya 2 jari tangan.
xlv
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
3.5 Pritas, induksi pada multipara jauh lebih mudah dan lebih aman dari pada primigravida, dan angka keberhasilannya
meningkat bersama-samaparitas.
3.6 Maturitas janin, umumnya semakin kehamilan mendekati 40 minggu, semakin baik hasilnya bagi janin. Kalau
kehamilan harus diakhiri sebelum aterm, pengujian maturitas janin harus dilakukan untuk menetapkan sajauh
C. ASI Ekslusif
1. Definisi
ASI ekslusif atau lebih tepat pemberian ASI (Air Susu Ibu) secra ekslusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, sejak usia
30 menit post natal (setelah lahir) sampai usia 6 bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti: susu formula, sari buah, air
putih, madu, air teh, dan tanpa tambahan makanan padat seperti buah-buahan, biscuit, bubur susu, bubur nasi dan nasi tim
ASI eklusif adalah pemberian ASI saja sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain, ASI dapat
2. Komposisi ASI
Menurut Walyani & Purwoastuti (2015) komposisi ASI dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
2.1 Kolostrum
ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir. Kolostrum merupakan cairan yang agak
kental berwarna kekuningan-kuningan, lebih kuning disbanding dengan ASI mature, berbentuk agak kasar karena
mengandung butiran lemak dan sel-sel epitel, kasiat kolostrum sebgai berikut:
2.1.1 Sebagai pembersih selaput usus BBL sehingga saluran pencernaan siap untuk menerima makanan.
2.1.2 Mengandung kadar protein yang tinggi terutama gama globulin sehingga dapat memberikan perlindungan
2.1.3 Mengandug zat antibody sehingga mampu melindungi tubuh bayi dan bebagai penyakit infeksi untuk jangka
ASI yang dihasilkan mulai dari hari ke-4 sampai hari ke-10.
3. Perawatan Payudara
Pewatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara terutama pada masa nifas (masa menyusui) untuk
memperlancarkan pengeluaran ASI. Perawatan payudara adalah perawatan payudara setelah ibu melahirkan dan
menyusui yang merupakan suatu cara yang dilakukan untuk merawat payudara agar air susu keluar dengan lancer
lakukan sedini mungkin, yaitu 1 sampai 2 hari dan dilakukan 2 kali sehari (Dewi & Sunarsih, 2013).
Tujuan dari perawatan payudara menurut Walyani & Purwoastuti (2015), yaitu :
4.3 Payudara yang terawatt akan memproduksi ASI cukup untuk kebutuhan bayi
4.4 Dengan perawatan payudara yang baik ibu tidak perlu khawatir bentuk payudaranya akan cepat berubah sehingga
kurang menarik
4.5 Dengan perawatan puting susu yang baik putting susu tidak akan lecet sewaktu dihisap oleh bayi
4.7 Mengatasi puting susu datar atau terbenam supaya dapat dikeluarkan sehingga siap untuk disusukan kepada bayinya.
5. Anatomi Payudara
Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015) anatomi payudara dijelaskan sebagai berikut :
Secara vertical payudara terletak diantara kosta II dan IV, secara horizontal mulai dari pinggir sternum linea aksilaris
medialis. Kelenjar susu berada di jaringan sub kutan, tepatnya di antara jaringan sub kutan superficial dan profundus,
Ukuran normal payudara 10-12 cm dengan beratnya pada wanita hamil adalah 200 gram, pada wanita hamil aterm
400-600 gram dan pada masa laktasi sekitar 600-800 gram. Bentuk dan ukuran payudara akan bervariasi menurut
aktifitas fungsionalnya. Payudara menjadi besar saat hamil dan menyusui dan biasanya mengecil setelah menopause.
Pembesaran ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan struma jaringan pengangga dan penimbunan jaringan lemak.
Ada 3 bagian utama payudara, korpus (badan), aerola, papilla atau puting. Aerola mamae (kalang payudara) letaknya
mengelilingi puting susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada
kulitnya. Perubahan warna ini tergantung dari corak kulitnya, kuning langsat akan berwarna jingga kemerahan, bila
kulitnya kehitaman maka warnanya akan lebih gelap dan kemudian menetap.
Puting susu terletak setinggi interkosta IV,tetapi berhubung adanya variasi bentuk dan ukuran payudara maka letaknya
pun akan bervariasi pula. Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus,
ujung-ujung serat otot polos yang tersusun secara sirkuler sehungga bila ada kontraksi maka duktus lektiferus akan
memadat dan menyebabkan puting susu ereksi, sedangkan serat-serat otot yang longitudinal akan menarik kembali
Namun bentuk-bentuk puting ini tidak terlalu berpengaruh pada proses laktasi, yang penting adalah bahwa puting susu
dan aerola dapat ditarik sehingga membentuk tonjolan atau “dot” ke dalam mulut bayi. Kadang dapat terjadi puting tidak
lentur terutama pada bentuk puting terbenam, sehingga butuh penanganan khusus agar bayi bisa menyusu dengan baik.
li
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Sumber : Walyani & Purwoastuti (2015)
Struktur payudara terdiri dari 3 bagian, yakni kulit, jaringan subkutan (jaringan bawah kulit), dan corpus mammae. Corpus mammae
terdiri dari parenkim dan stroma. Parenkim merupakan suatu struktur yang terdiri dari Duktus Laktiferus (duktus), Duktulus (duktulli),
Ada 15-20 duktus lakteferus. Tiap-tiap duktus bercabang menjadi 20-40 duktuli. Duktulus bercabang menjadi 10-100 alveolus dan
masing-masing dihubungkan dengan saluran air susu (sistem duktus) sehingga merupakan suatu pohon. Bila diikuti pohon tersebut dari
akarnya pada puting susu, akan didapatkan saluran air susu yang disebut duktus laktiferus. Di daerah kalang payudara duktus laktiferus
ini melebar membentuk sinus laktiferus tempat penampungan air susu. Selanjutnya duktus laktiferus terus bercabang-cabang menjadi
duktus dan duktulus, tapi duktulus yang pada perjalanan selanjutnya disusun pada sekelompok alveoli. Di dalam alveoli terdiri dari
duktulus yang terbuka, sel-sel kelenjar yang menghasilkan air susu dan mioepitelium yang berfungsi memeras air susu keluar dari
alveoli.
Gambar 2.5 Struktur Payudara
Menurut Walyani & Purwoastuti (2015) fisiologi payudara dijelaskan sebagai berikut:
Selama proses kehamilan, hormone prolactin dari plasenta meningkat tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh
kadar estrogen yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan, kadar estrogen dan progesterone turun drantis, sehingga
pengaruh prolactin lebih dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan
puting susu, terbentuklah prolactin hipofisis, sehingga sekresi ASI semakin lancer. Dua reflek pada ibu yang sangat penting dalam
proses laktasi yaitu reflek prolactin dan reflek aliran timbul akibat perangangan putting susu oleh hisapan bayi.
Sewaktu bayi menyusu, ujung sarap peraba yang terdapat pada putting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent
dibawa ke hipotalamus ke dasar otak, lalu memacu hipofise anterior untuk mengeluarkan hormone prolactin ke dalam darah. Melalui
sirkulasi prolactin memacu sel kelenjar (alveoli) untuk memproduksi air susu. Jumlah prolactin yang disekresi dan jumlah susu yang
diproduksi berkaitan dengan stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas dan lamanya bayi menghisap.
6.2 Refleks Aliran (Let Down Reflex)
Rangsangan yang ditumbulkan oleh bayi saat menyusu selain mempengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormone
prolactin juga memengaruhi hipofise posterior mengeluarkan hormone oksitosin. Di mana setelah oksitosin dilepas kedalam darah
mengacu otot-otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktulus berkontraksi sehingga memeras air susu dari alveoli, duktulus, dan
Refleks let-down dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau dapat juga ibu merasakan sansei apapun. Tanda-tanda lain
let-down adalah tetesan pada payudara lain yang sedang dihisap oleh bayi. Refleks ini dipengaruhi oleh kejiwaan ibu.
Menurut Walyani & Purwoastuti (2015) langkah-langkah perawatan payudara adalah sebagai berikut:
7.1 Tempelkan kapas yang sudah diberi minyak kelapa atau baby oil selama ± 5 menit, kemudian puting susu
dibersihkan.
7.4 Pengurutan diteruskan ke bawah, ke samping selanjutnya melintang, lalu telapak tanagn mengurut ke depan kemudian kedua tangan
7.5 Tangan kiri menopang payudara kiri, lalu tiga jari tangan kanan membuat gerakan memutar sambil menekan mualai dari pangkal
payudara sampai pada puting susu. Lalu lakukan tahap yang sama pada payudara kanan, lakukan dua kali gerakan pada tiap
payudara.
7.6 Satu tangan menopang payudara, sedangkan tangan yang lain mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah tepi kearah puting
susu. Lakukan tahap yang sama pada kedua payudara. Lakukan gerakan ini sekitar 30 kali.
7.7 Selesai pengurutan, payudara di bilas dengan air hangat dan air dingin bergantian selama 5 kali, keringkan payudara dengan handuk
Induksi / Pacuan
Partus Spontan
Esterogen Terputusnya Perdarahan Luka episiotomi 1-3 hari 3 – 10 hari 10 hari setelah
progesteron kontinuitas
melahirkan
jaringan
Timbul rasa khawatir
Ibu focus
Menstimulasi hopifisi Jalan masuk Volume cairan Nyeri akan ketidak mampuan
kuman menurun diperineum pada diri rasa tangung jawabnya Mampu menyesuai
Sekresi Sekresi saat defekasi sendiri dalam merawat bayi diri dengan bayiny
MK.2
proloktin oksitosin Pemilihan alat
Resiko Infeksi MK.3 MK.4 kontrasepsi Butuh Mandiri
informasi
Laktasi Resiko kurang Konstipasi
Involusi Kurang
Pengeluaran ASI informasi
tidak lancar Pelepasan desidua lx MK.6
MK.5
MK.1 Konteraksi uterus Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari,DefisiensiFakultaspengetahuanIlmuKesehatan UMP, 2017
Summber : Elisabeth dan Endang (2015) Defisiensi tentang peran menjadi
Ketidakaktifan Lochea pengetahuan tentang
E. Intervensi Keperawatan
Breast Examination
Lactation Supresion
1. Fasilitasi proses bantuan interaktif untuk
membantu mempertahankan keberhasilan
proses pemberian ASI
2. Sediakan informasi tentang laktasi dan teknik
memompa ASI (secara manual atau dengan
pompa elektrik), cara mengumpulkan dan
menyimpan ASI.
3. Ajarkan pengasuh bayi mengenai topic-topik,
seperti penyimpanan dan pencairan ASI dan
penghindaran memberi botol susu pada dua
jam sebelum ibu pulang
4. Ajarkanorangtuamempersiapkan,
menyimpan, menghangatakan dan
kemungkinan pemberian tambahan susu
formula
5. Apabila penyapihan diperlukan, informasikan
ibu mengenaikembalinya proses ovulasi dan
seputar alat kontrasepsi yang sesuai
Lactation Conseling
1. Sediakan informasi tentang keuntungan dan
kerugian pemberian ASI
2. Demonstrasikan latihan menghisap jika perlu
3. Diskusikan metode alternative pemberian
makanan bayi
lxii
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
2. Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan keperawatan Infection Control (Kontrol Infeksi)
b.d prosedur selama …x24 jam diharapkan resiko 1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
invasif infeksi terkontrol dengan indicator: lain
Immune Status 2. Pertahankan teknik isolasi
Knowledge : Infection control 3. Batasi pengunjung bila perlu
Risk control 4. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci
Kriteria Hasil : tangan saat berkunjung dan setelh berkunjung
a. Klien bebas dari tanda dan gejala meninggalkan pasien
infeksi 5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
b. Mendeskripsikan proses penularan tangan
panyakit, factor yang mempengaruhi 6. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
penularan serta penatalaksanaannya tindakan keperawatan
c. Menunjukkan kemampuan untuk 7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
mencegah timbulnya infeksi pelindung
d. Jumlah leukosit dalam batas normal 8. Pertahankan lingkungan aseptikselama
e. Menunjukan perilaku hidup sehat pemasangan alat
9. Ganti letak IV perifer dan line central dan
dressing sesuai dengan petunjuk umum
10. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan
infeksi kandung kencing
11. Tingkatkan intake nutrisi
12. Berikan terapi antibiotic bila perlu
Infection Protection (Proteksi Terhadap
Infeksi)
1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
local
2. Monitor hitung granulosit, WBC
3. Monitor kerentanan terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring pengunjung terhadap penyakit menular
6. Pertahankan asepsis pada pasien yang berisiko
7. Pertahankan isolasi k/p
8. Berikan perawatan kulit pada area epidema
9. Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
10. Inspeksi kondisi luka/ insisi bedah
11. Dorong masukan nutrisi yang cukup
12. Dorong masukan cairan
13. Dorong intirahat
14. Instruksikan pasien untuk minum antibiotic
sesuai resep
15. Ajarkan pasien da keluarga tanda dan gejala
infeksi
16. Ajarkan cara menghindari infeksi
17. Laporkan kecurigaan infeksi
18. Laporkan kultur positif
impaksi
24. Menyarankan pasien untuk berkonsultasi
dengan dokter jika sembelit terus adda
25. Menginformasikan pasien prosedur
penghapusa manual dari tinja,jika perlu
26. Lepaskan impaksi tinja secara manual jika
perlu
27. Timbang pasien secra teratur
28. Ajarkan pasien atau keluarga tentang proses
pencernaan yang normal
29. Ajarkan pasien/ keluarga tentang kerangka
waktu untuk resolusi sembelit