Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH IBU HAMIL

DENGAN

KETUBAN PECAH DINI (KPD)

Mata kuliah : Biostatistik

Nama dosen : Dr. Med Hartian, PATH

Di susun oleh kelompok 4 :

Agus Tatik
Eni Kusmayanti
Fitri Wulandari
Nitaliani
Refa Indriyanti
Susan Indah P
Winda Kartika Sari
Dede Sasmita

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN

FIKES AKBID DEHASEN

2018/2019
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan
KaruniaNya maka penulis akhirnya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ ketuban
pecah dini “ ini disusun sebagai bentuk penambahan nilai mata kuliah metodologi penelitian.
Penulis sangat menyadari dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Pada kesempatan ini penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak, yang akan membantu demi perbaikan dan kesempurnaan
karya tulis ilmiah ini. Penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat dan dapat
digunakan sebagai suatu acuan untuk pembuatan karya tulis ilmiah berikutnya yang lebih
baik.

Bengkulu, September 2018

Penulis

ABSTRAK dan KATA KUNCI


Latar Belakang : Ketuban Pecah Dini (KDP) yaitu pecahnya ketuban sebelum ada tanda-
tanda inpartu. Persalinan dengan Ketuban Pecah Dini biasanya dapat di sebabkan oleh
Penyebab dari kasus ini adalah infeksi pada seelaput ketuban, Servik yang
inkompetensia,Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, Kelainan letak seperti
sungsang.
Tujuan : adalah untuk memenuhi tugas akhir semester mata kuliah bahasa Indonesia, dan
agar dapat mengetahui penyebab-penyebab terjadinya ketuban pecah dini pada ibu bersalin.
Metode : menggunakan metode studi pustaka yang merupakan teknil pengumpulan data dan
informasi yang bersumber dari dokumen-dokumen atau buku-buku dengan cara menyimak
lalu menyalinnya.
Hasil : Penyebab dari kasus ini adalah infeksi,trauma,kelainan letak. dan beberapa faktor
risiko yaitu inkompetensi serviks (leher rahim), Kelainan atau kerusakan selaput
ketuban,trauma pada ibu dan infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis.
Kesimpulan : Dari hasil penelitian berdasarkan studi puskata peneliti bisa mendapat ilmu
yang sangat berguna.

Kata Kunci : Ketuban, ketuban pecah dini,penyebab.


Kepustakaan : (2003-2014)

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL............................................................................................................
KATA PENGANTAR.............................................................................................................
ABTRAK..................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Perumusan Masalah.................................................................................................
C. Tujuan Studi Kasus..................................................................................................
D. Manfaat Studi Kasus ............................................................................................
BAB II METODE PENELITIAN
A. Metode pengumpulan data..........................................................................................
B. Hubungan metode studi pustaka dengan kasus...........................................................
BAB III PEMBAHASAN
A. Teori Ketuban........................................................................................................
B. Teori Ketuban Pecah Dini ...................................................................................
1. Pengertian ....................................................................................................
2. Etiologi.........................................................................................................
3. Tanda dan Gejala..........................................................................................
4. Diagnosa........................................................................................................
5. Kriteria Diagnosis.........................................................................................
6. Diagnosi Diferensial.....................................................................................
7. Perawatan Rumah sakit.................................................................................
8. Lama Perawatan............................................................................................
9. Masa Pemulihan............................................................................................
C. Pemeriksaan Penunjang.........................................................................................
D. Komplikasi.............................................................................................................
E. Penatalaksanaan.....................................................................................................
F. Pencegahan...........................................................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................................
B. Saran..............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) bahwa setiap tahunnya wanita
yang bersalin meninggal dunia mencapai lebih dari 500.000 orang. Sebagian besar
kematian ibu terjadi di negara berkembang karena kurang mendapat akses pelayanan
kesehatan, kekurangan fasilitas, terlambatnya pertolongan, persalinan “dukun”
disertai keadaan sosial ekonomi dan pendidikan masyarakat yang masih tergolong
rendah.
Di Indonesia angka kematian ibu masih tinggi dan merupakan masalah yang
menjadi prioritas di bidang kesehatan. Di samping menunjukkan derajat kesehatan
masyarakat dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Menurut hasil Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menyebutkan Angka Kematian Ibu
(AKI) sebanyak 228/100.000 kelahiran hidup. Dalam upaya mempercepat penurunan
AKI pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategi “Empat Pilar Save
Motherhood“ meliputi keluarga berencana, pelayanan antenatal, persalinan yang aman
dan pelayanan obstetrik esensial. ( Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) ).
Jumlah kematian ibu maternal yang dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Selatan pada tahun 2008 sebanyak 121 per 100.000 kelahiran hidup. Untuk
tahun 2009 jumlah kematian ibu maternal mengalami penurunan menjadi 118 per
100.000 kelahiran hidup. Dan berdasarkan data yang di peroleh dari Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2010, Angka Kematian Ibu menurun yang di
perkirakan 115 per 100.000 kelahiran hidup dengan penyebab kematian yang
disebabkan oleh adanya perdarahan sebanyak 54 orang (46,96%), infeksi 2 orang
(1,74%),preeklamsi/eklampsia 23 orang (20%),dan lain-lain 36 orang (31,30%).
Ketuban Pecah Dini merupakan masalah yang masih kontroversial dalam
kebidanan. Penanganan yang optimal dan yang baku belum ada bahkan selalu
berubah. Ketuban Pecah Dini merupakan salah satu penyulit dalam kehamilan dan
persalinan yang berperan dalam meningkatkan kesakitan dan kematian meternal-
perinatal yang dapat disebabkan oleh adanya infeksi, yaitu dimana selaput ketuban
yang menjadi penghalang masuknya kuman penyebab infeksi sudah tidak ada
sehingga dapat membahayakan bagi ibu dan janinnya. (Hakimi 2010 )
Ketuban Pecah Dini (KDP) yaitu pecahnya ketuban sebelum ada tanda-tanda
inpartu, dan setelah ditunggu selama satu jam belum juga mulai ada tanda tanda
inpartu. Early rupture of membrane adalah ketuban yang pecah pada saat fase laten.
Hal ini bisa membahayakan karena dapat terjadi infeksi asenden intrauterine
(Manuaba,2012: 72). Persalinan dengan Ketuban Pecah Dini biasanya dapat di
sebabkan oleh Penyebab dari kasus ini masih belum diketahui Kemungkinan yang
menjadi faktor predisposisinya adalah infeksi pada seelaput ketuban, Servik yang
inkompetensia,Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, Kelainan letak
seperti sungsangjuga sanggt mendongkrak terjadinya kasus ketuban pecah dini ini.
Oleh sebab itu, Ketuban Pecah Dini memerlukan pengawasan yang ketat dan
kerjasama antara keluarga dan penolong (bidan dan dokter) karena dapat meyebabkan
bahaya infeksi intra uterin yang mengancam keselamatan ibu dan janinnya. Dengan
demikian, akan menurunkan atau memperkecil resiko kematian ibu dan bayinya.
(Manuaba, 2008)
Berdasarkan besarnya angka kejadian Ketuban Pecah Dini maka penulis
tertarik untuk mengkaji permasalahan dengan memaparkannya lewat Karya Tulis
Ilmiah dengan judul Ketuban Pecah Dini sebagai wujud dan perhatian dan tanggung
jawab penulis dengan memberikan kontribusi pemikiran yang berkompeten dengan
masalah tersebut guna mencari solusi yang terbaik atas permasalahan yang di hadapi
pada ibu bersalin.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini adalah
masih tingginya kasus kejadian ketuban pecah dini denagn ini penulis akan
memberikan pertanyaan penelitian “apakah yang menjadi penyebab kertuban pecah
dini, Berdasarkan asuhan menajeman kebidanan”.

C. Tujuan Studi kasus


1. Tujuan umum
Melaksanakan dan meningkatkan kemampuan penulis dalam penanganan asuhan
kebidanan pada ibu yang mengalami ketuban pecah dini
2. Tujuan khusus
Sebagai bentuk penambahan nilai mata kuliah metodologi penelitian genap

D. Manfaat Studi Kasus


1. Bagi Diri Sendiri
Dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan mendapatkan pengalaman dalam
menulis karya tulis ilmia ini.
2. Pendidikan
Sebagai sumber ilmu tambahan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan kebidanan dan terkhususnya dalam penanganan pada ibu bersalin
dengan ketuban pecah dini.

BAB II
METODE PENELITIAN
A. Metode Pengumpulan Data
Studi pustaka ialah teknik pengumpulan data yang lakukan peneliti untuk
mencari data dan informasi melalui dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,foto-
foto, gambar, maupun dokumen elektronik yang dapat mendukung dalam proses
penulisan.”Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung foto-foto
atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada.”(Sugiyono,2005:83). Studi pustaka
juga dapat memengaruhi kredibilitas hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Berdasarkan studi pustaka ini peneliti menggunakan buku-buku terbitan 2003-2014.

B. Hubungan Metode studi pustaka dengan Kasus


Metode digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi secara akurat dan
tepat guna menunjang kesempurnaan dari kasus penelitian mengenai ibu bersalin
dengan ketuban pecah dini.

BAB III
PEMBAHASAN
A. Teori Ketuban
Ketuban (cairan ketuban) adalah cairan yang bening agak kekuning-kuningan,
yang mengelilingi bayi yang belum lahir (janin), bila cairan ini sudah tidak bening
bahkan kehijau-hijauan memperlihatkan tanda sudah terinfiksi kuman dari luar,
infeksi ini mengancam janin atau tergolong dengan gawat darurat janin sehingga
janin perlu diselamatkan agar tidak mendrita infeksi dalam kandungan ibunya. (Koes
Irianto,2014)
Di dalam rahim, bayi mengapung dalam cairan ketuban. Cairan ketuban
mengelilingi dan mendukung bayi dalam seluruh perkembangannya. Jumlah cairan
ketuban terbesar adalah sekitar 34 minggu kehamilan.
Cairan ketuban terus bergerak (beredar) saat bayi menelan dan menghirup
cairan, dan kemudian melepaskan atau menghembuskan cairan melalui urin.
Cairan ketuban membantu:
1. Perkembangan gerakan bayi di dalam rahim, yang memungkinkan untuk
pertumbuhan tulang yang tepat.
2. Paru-paru bayi berkembang dengan baik
3. Menjaga suhu relatif konstan di sekitar bayi, melindungi dari kehilangan panas.
4. Melindungi bayi dari cedera luar akibat guncangan atau gerakan tiba-tiba.
Cairan ketuban yang terlalu sedikit (oligohidramnion) atau terlalu banyak
(polihidramnion) dapat berbahaya bagi ibu dan bayinya.

B. Teori Ketuban Pecah Dini


1. Pengertian KDP
Definisi Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah : pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan / sebelum inpartu, pada pembukaan <4 cm (fase laten). Hal ini
dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
kelahiran. (Nugroho, 2010 : 1)
Ketuban Pecah Dini (KDP) yaitu pecahnya ketuban sebelum ada tanda-tanda
inpartu, dan setelah ditunggu selama satu jam belum juga mulai ada tanda tanda
inpartu. Early rupture of membrane adalah ketuban yang pecah pada saat fase laten.
Hal ini bisa membahayakan karena dapat terjadi infeksi asenden intrauterine.
(Manuaba,2012: 72)
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri
berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi korioamnionitis
sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan
menyebabkan infeksi ibu (Sarwono, 2008).
Ketuban pecah dini (KDP) atau ketuban pecah premature (KPP) adalah
keluarnya cairan dari jalan lahir/vagina sebelum proses kelahiran. (Achmad, 2012 :
113)
Ketuban Pecah Dini (KDP) ialah suatu keadaan dimana selaput ketuban pada
kehamilan yang telah viabledan 6 jam setelah itu tidak diikuti dengan persalinan.
(Achadiat,.2004 : 81)
2. Etiologi
Penyebab KPD maasih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara
pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungna erat dengan
KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui.
Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisinya adalah:
a. Infeksi: Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan
terjadinya KPD.
b. Servik yang inkompetensia, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena
kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curetage).
c. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
(overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gamelli.
d. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun
amnosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi.
e. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap
membran bagian bawah.
f. Keadaan sosial ekonomi.
g. Faktor lain:
1) Faktor golongan darah, akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai
dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jaringan kulit
ketuban.
2) Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.
3) Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum.
4) Definisi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C).
Beberapa faktor risiko dari KPD:
1) Inkompetensi serviks (leher rahim)
2) Polohidramnion (cairan ketuban berlebih)
3) Riwayat KPD sebelumnya
4) Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
5) Kehamilan kembar
6) Trauma
7) Serviks (leher rahim) yang pendek (<25 mm) pada usia kehamilan 23 minggu
8) Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis

3. Tanda dan Gejala


a. Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina
b. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan
tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah.
c. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran.
Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah
biasanya “menganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara.
d. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah
cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
4. Diagnosa
Menegakkan diagnosa KPD secara tepat sangat penting.
a. Karena diagnosa yang positif palsu berarti melakukan intervensi seperti
melahirkan bayi terlalu awal atau melakukan seksio sesaria yang sebetulnya tidak
ada indikasinya.
b. Sebaliknya diagnosa yang negatif palsu berarti akan membiarkan ibu dan janin
mempunyai resiko infeksi yang akan mengancam kehidupan jani, ibu atau
keduanya.
c. Oleh karena itu diperlukan diagnosa yang cepat dan tepat.
d. Diagnosa KPD diteggakan dengan cara:
(1) Anamnesa
Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan yang banyak
secara tiba-tiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas, dan perlu juga
diperhatikan warna keluarnya cairan tersebut, his belum teratus atau belum
ada, dan belum ada pengeluaran lendir darah.
(2) Infeksi
Pengamatan dengan mata biasa, akan tampak keluarnya cairan dari vagina,
bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak, pemeriksaan ini
akan lebih jelas.
(3) Pemeriksaan dengan spekulum
Pemeriksaan dengan spekulum pada KPD akan tampak keluar cairan dari
ostium uteri eksternum (OUE), kalau belum juga tampak keluar, fundus uteri
ditekan, penderita diminta batuk, mengejan atau mengadakan manuver
valsava, atau bagian terendah digoyangkan, akan tampak keluar cairan dari
ostium uteri dan terkumpul pada fornik anterior.
(4) Pemeriksaan dalam
Didalam vagina didapati cairan dan selaput ketuban sudah tidak ada
lagi.Mengenai pemeriksaan dalam vagina dengan toucher perlu
dipertimbangan, pada kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam
persalinan tidak perlu diadakan pemeriksaan dalam. Karena pada waktu
pemeriksaan, jari pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah rahim
dengan flora vagina yang normal. Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat
menjadi patogen.Pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan kalau KPD yang
sudah dalam persalinan induksi persalinan dan dibatasi sedikit mungkin.
5. Kriteria Diagnosis
a. Usia kehamilan viable (>20 minggu).
b. Keluar cairan jernih dan agak lengket melalu kemaluan.
c. Tidak ada demam (bila tidak terjadi infeksi).
d. Bunyi jantung janin biasanya tetap normal.
e. Pemeriksaan inspeculo: tampak cairan jernih dari ostium uteri interium, apabila
dilakuka tes dengan kertas nitrazin/lakmus merah menjadi biru (karena cairan
bersifat basa).
6. Diagnosi Diferensial
a. Kehamilan dengan fistula vesiko-vaginal.
b. Kehamilan dengan stress incontinence.
7. Perawatan Rumah Sakit
Setiap kasus KDP harus dirawat dirumah sakit sampai air ketuban berhenti
mengalir (kehamilan preterm), atau tindakan terminasi kehamilan.
8. Lama Perawatan
a. Konservatif : sangat tergangtung pada usia kehamilan, lamanya KDP serta
keadaan umum pasien ( terjadi infeksi atau tidak)
b. aktif : 3 sampai 4 hari untuk partus per vaginam dan 4-5 hari untuk seksio
sesarea.
9. Masa Pemulihan
a. Partus per vaginam sekitar 40 hari
b. Sekitar tiga bulan untuk seksio sesarea

C. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, kosentrasi, bau dan pH-
nya.
b. Cairan yang keluar dari vagina ini ada kemungkinan air ketuban, urine atau
secret vagina.
c. Secret vagina ibu hamil pH :4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna,
tetap kuning.
d. Tes lakmus (tes Nitrazin), jika kertas lakmu merah berubah menjadi biru
menunjukan adanya air ketuban (alklis). pH air ketuban 7-7,5 , darah dan infeksi
vagina dapat menghasilkan tes positif yang palsu.
e. Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan
dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan gambaran daun pakis.

2. Pemeriksaan untrasonografi (USG)


a. pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam
kavum uteri.
b. Pada kasusn KDP terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering
terjadi kesalahan pada penderita olighidramnion.

D. Komplikasi
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37
minggu adalah sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir.
Risiko infeksi meningkat pada kejadian KPD. Semua ibu hamil dengan KPD
premature sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadi koriamnionitis (radang
pada klorin dan amnion). Selain itu kejadian proplas atau keluarnya tali pusar dapat
terjadi pada KPD.
Resiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD preterm.
Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada KPD preterm.
Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD preterm ini terjadi pada usia
kehamilan kurang dari 23 minggu.
1) Infeksi Intrauterin
2) Tali pusat menumbung
3) Prematuritas
4) Distosia.

E. Penatalaksanaan
Ketuban pecah dini termasuk dalam kehamilan beresiko tinggi. Kesalahan
dalam mengelolah KPD akan membawa akibat meningkatnya angka morbiditas dan
mortalitas ibu maupun bayinya.
Penatalaksanaan KPD masih dilema bagi sebgaian besar ahli kebidanan. Kasus
KPD yang cukup bulan, kalau segera mengakhiri kehamilan akan menaikan insiden
besar cesar, dan kalau menunggu persalinan spontan akan menaikan chorioamnionitis.
Kasus KPD yang kurang bulan kalau menempuh cara aktif harus dipastikan
bahwa tidak akan terjadi RDS, dan kalau menempuh cara konservatif dengan maksud
untuk memberi waktu pematangan paru, harus bisa memantau keadaan janin dan
infeksi yang akan memperjelek prognosis janin.
Penatalaksanaan KPD tergantung pada umur kehamilan. Kalau umur tidak
diketahui secara pasti segera dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk
mengetahui umur kehamilan dan letak janin.
Resiko yang lebih tinggi sering pada KPD dengan janin kurang bulan adalah
RDS dibandingkan dengan sepsis. Oleh karena itu pada kehamilan kurang bulan perlu
evaluasi untuk menentukan waktu yang optimal untuk persalinan. Pada umur
kehamilan 34 minggu atau lebih biasanya paru sudah matang,chorioamnionitis yang
diikuti dengan sepsis pada janin merupakan sebab utama angka kematian ibu dan
bayi.
Pada kehamilan cukup bualn, infeksi janin lansung berhubungan dngan lama
pecahnya selaput ketuban atau lamanya pereode laten.
Ada 2 faktor yang terdapat dalam penatalaksanaannya.
1) Konservatif
a. Rawat dirumah sakit
b. Beri antibiotika : bila ketuaban pecah > 6 jam berupa : Ampisilin 4 x 500 gr
atau Gentamycin 1 x 800 mg.
c. Umur kehamilan <32-34 minggu : dirawat selama air ketuban masih keluar
atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
d. Bila usia kehamilan 32-34 mainggu , masih keluar air ketuban, maka usia
kehamilan 35 minggu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan (hal sangat
tergantung pada kemampuan perawatan bayi premature)
e. Nilai tanda infeksi ( suhu, lekosit, tanda infeksi intrauterine.
f. Pada usia kehamilan 32-34 minggu, berikan steroid selama untuk memacu
kematangan paru paru janin.
2) Aktif
a. Kehamilan > 35 minggu : induksi oksitosin, bila gagal dilakukan seksio
sesaria. Cara induksi : 1 ampul syntocinon dalam Dektrose 5%, dimulai 4
tetes per menit , tiap ¼ jam dinaikan 4 tetes sampai maksimum 40 tetes/menit.
b. Pada keadaan CPD, letak lintang dilakukan seksio sesaria.
c. Bila ada tanda infeksi : beri antibiotika dosis tinggi dan persalinan diakhiri.

F. Pencegahan
Beberapa pencegahan dapat dilakukan namun belum ada yang terbukti cukup
efektif. Mengurangi aktivitas atau istirahat pada akhir triwulan kedua atau awal
triwulan ketiga dianjurkan.
Ada 3 macam bentuk solusio berdasarkan jumlah plasenta terlepas. Bila
plasenta terlepas seluruhnya disebut solusio plasenta totalis. Bila sebagian plasenta
parsialis. Dan , bila hanya sebagian kecil pinggir plasenta disebut rupture sinus
marginalis.
Pendarahan yang terjadi pada solusio tidak selalu terlihat dari luar. Pada kasus
yang jarang, darah dapat tidak mengalir, tetapi tertahan di antara bagian plasenta yang
lepas dan uterus sehingga terjadi perndarahan tersembunyi. Bahkan, pendarahan dapat
menembus selaput ketuban lalu masuk ke dalam kantung ketuban.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulam
Pada kesempatan ini penulis menyimpulkan bahwa penyebab dari kasus ini
masih belum diketahui Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisinya adalah
infeksi pada seelaput ketuban, Servik yang inkompetensia,Trauma yang didapat
misalnya hubungan seksual, Kelainan letak seperti sungsang sedangkan untuk
melakukan pemeriksaan dalam dengan jarisangat tidak di anjurkan karena
akan meningkatkan resiko infeksi.
Jika timbul tanda dan gejala ketuban pecah dini,diindikasikan untuk segera
berkonsultasi dengan dokter jika terjadi keterlambanan dalam penanganan
kasus ketuban pecah dini ini bisa menyebabkan kematian ibu dan bayi meningkat.
B. Saran
1. Bagi Diri Sendiri
Diharapkan dengan mengkaji lebih dalam lagi mengenai permasalahn ini ,
semoga penulis biasa menerapkannya dan dapat bertindak cepat dan tepat dalam
kasus ibu bersalin dengan ketuban pecah dini.

2. Pendidikan
Diharapkan dengan mengetahui permasalahan yang timbul pada
ibu bersalin dengan ketuban pecah dini ini ,dapat lebih meningkatkan
ilmu pengetahuan, dalam menangani khususnya Ibu bersalin dengan
ketuban pecah dini.

DAFTAR PUSTAKA
Manuaba,Prof.dr.Ide Bagus, dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : Buku
Kedoktera EGC
M.Achadiat,Sp.OG . 2004 . Prosedur tetap OBSTETRI DAN GINEKOLOGI. Jakarta :
Buku Kedokteran EGC
Hidayat, Asri dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika
Feryanto, Achmad. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba medika.
Nugroho, dr Taufan. 2012. OBSGYN OBSTETRI dan GINEKOLOG kebidanan dan
keperawatan . Yogyakarta : Nuha Medika.
Alimul, H.S. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar manusia : Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Selemba Media.
Ida Ayu,C.M. 2010. Ilmu KebIdanan, Penyakit KandungandanKB. Jakarta. EGC
Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta:
Nuha Medika
Sudarti. 2010. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika
Varney H, Kriebs JM, Gegor CL. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai