Bydi Ai Afisca(1624260006DB)
Erliantri juwelly(1624260021DB)
Fitri Wulandari(1624260024DB)
2018
KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
2.1
2.2
2.3
2.4
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Angka kematian ibu (AKI) dan kematian bayi (AKB) merupakan indikator penting
untuk menilai tingkat kesejahteraan suatu negara dan status kesehatan masyarakat. Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sampai saat ini masih
cukup tinggi, menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) diperoleh AKI tahun 2007 sebesar
307 per 100.000 kelahiran hidup (KH), dan AKB sebesar 34 per 1.000 KH. Jika
dibandingkan dengan AKI tahun 2009 sebesar 228 per 100.000 KH dan AKB sebesar 25 per
1.000 KH (Depkes RI, 2009).
Kehamilan biasanya berlangsung 40 minggu atau 280 hari, dari hari pertama haid
terakhir. Kehamilan yang melewati 294 hari atau 42 minggu lengkap adalah kehamilan
postdate. Diagnosa usia kehamilan lebih dari 42 minggu didapatkan dari perhitungan seperti
rumus neagle atau dengan tinggi fundus uteri (Sujiyatini, 2009).
B. Perumusan masalah
Dari data latar belakang diatas dapat diambil perumusan masalah ibu bersalin Ny.
dengan induksi pada kehamilan serotinus di RSUD tahun dengan pendekatan menejemen
kebidanan ?
1) Melakukan pengkajian pada ibu bersalin Ny. M dengan induksi pada kehamilan
serotinus.
3) Mengidentifikasi kebutuhan segera pada ibu bersalin Ny. M dengan induksi pada
kehamilan serotinus.
4) Melakukan tindakan segera pada ibu bersalin Ny. M dengan induksi pada
kehamilan serotinus.
5) Merencanakan tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan pengkajian pada ibu bersalin
Ny. M dengan induksi pada kehamilan serotinus.
6) Melaksanakan tindakan sesuai tindakan pada ibu bersalin Ny. M dengan induksi pada
kehamilan serotinus.
7) Mengevaluasi tindakan yang sudah diberikan pada ibu bersalin Ny. M dengan induksi pada
kehamilan serotinus.
b. Mahasiswa mampu menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus nyata di lapangan
dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin Ny. M dengan induksi pada
kehamilan serotinus.
c. Mahasiswa mampu memberikan alternatif pemecahan masalah pada ibu bersalin Ny. M
dengan induksi pada kehamilan serotinus.
E. Keaslian Studi Kasus Asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan serotinus, pernah
dilakukan oleh:
1. bu bersalin dengan induksi pada kehamilan serotinus di rumah sakit umum daerah Pandan
melalui wawancara, observasi, tsudi dokumentasi, studi pustaka dan pemeriksaan langsung
ke pasien. asuhan kebidanan : induksi oxytosin drip 5 unit dalam dextrose 5% mulai 8 tetes
pantau His setiap 15 menit, observasi Keadaan Umum dan Vital Sigh. Hasil : bayi lahir
spontan, berat badan 3000 gram, panjang badan 50 cm, apgar score 9 10, perdarahan kurang
lebih 150 cc. 2. posterm Metode pengambilan data dengan menggunakan wawancara
observasi dan laporan dokumentasi. Adapun penangananya dengan induksi oksitosin : 6 infus
dextrose 5%, 500 ml + oxytosin 5 unit dengan kecepatan 8 tetes per menit. Pantau his tiap 15
menit dan denyut jantung janin 30 menit. Maka : bayi lahir spontan, jenis kelamin laki-laki,
berat badan 3.300 gram, panjang badan 50 cm. apgar score 8 10, kontraksi uterus kuat, TFU 2
jari di bawah pusat, perdarahan kurang lebih 100 cc. Perbedaan penelitian terdapat pada
subyek, lokasi, dan waktu studi kasus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Persalinan normal
1) Partus adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus
melalui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro, 2007).
2) Persalinan adalah proses alami yang akan berlangsung dengan sendirinya, tetapi
persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang membahayakan ibu maupun
janinnya sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan dan pelayanan dengan fasilitas yang
memadai (Bagus,I,G,M.2008).
b. Macam-macam persalinan Menurut Bagus, I.G.M (2008) macam- macam persalinan, yaitu
:
2) Persalinan buatan : bila persalinan dengan ransangan sehingga terdapat kekuatan untuk
persalinan.
1) Partus immaturus kurang dari 28 minggu lebih dari 20 minggu dengan berat janin antara
500-1000 gram.
2) Partus prematurus adalah suatu partus dari hasil konsepsi yang dapat hidup tetapi belum
aterm (cukup bulan). Berat janin antara 1000 sampai 2500 gram atau tua kehamilan antara 28
minggu sampai 36 minggu.
3) Partus postmaturus atau serotinus adalah partus yang terjadi 2 minggu atau lebih dari
waktu partus yang diperkirakan.
3) Struktur uterus dan sirkulasi uterus 10 Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi
tegang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini mungkin merupakan faktor yang
dapat menggangu sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta mengalami degenerasi.
4) Pengaruh saraf dan nutrisi Teori berkurangnya nutrisi pada janin dikemukakan oleh
hippocrates untuk pertama kalinya. Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi
akan segera dikeluarkan.
1) Kekuatan-kekuatan yang ada pada ibu seperti kekuatan his dan kekuatan mengedan
(power)
1) Kala I persalinan Partus dimulai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show)
karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement). Darah berasal dari
pecahnya kepiler sekitar 11 kanalis karena servikalis kerena pergeseran ketika serviks
mendatar dan terbuka. Kala pembukaan dibagi atas 2 fase yaitu :
(2) Fase dilatasi maksimal selama 2 jam dan pembukaan berlangsung cepat menajdi 9 cm
(3) Fase deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm.
2) Kala II persalinan Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini
biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
c) Perineum menonjol
d) Vulva dan anus membuka 12 3) Kala III persalinan Setelah bayi lahir kontraksi rahim
istirahat sebentar, uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta
yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his plasenta dan
pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit seluruh plasenta terlepas dan terdorong ke dalam
vagina dan akan lahir spontan dan dengan sedikit dorongan dari atas symphisis maka plasenta
akan lahir yang berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai
pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc. Kala III berlangsung ½ jam pada primi dan multi ¼
jam.
4) Kala IV persalinan Kala pengawasan selang 2 jam setelah bayi lahir dan uri lahir untuk
mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum. g. Mekanisme
persalinan Tahap- tahap mekanisme persalinan menurut Manuaba ( 2010), antara lain :
4) Putaran paksi dalam / rotasi dalam Merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi
kepala bentuk jalan lahir khususnya untuk bidang tengah dan Pintu Bawah Panggul selalu
bersamaan dengan masuknya kepala dan tidak terjadi kepala ke Hodge III kadang kadang
baru sampai setelah kepala sampai didasar panggul.
5) Ekstensi Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai didasar panggul terjadilah
moulage kepala janin, ekstensi, Ubun-ubun kecil di bawah simfisis.
6) Ekspulsi Setelah kepala ekstensi, terjadilah ekspulsi kelahiran kepala berturut-turut mulai
dari uub, dahi, muka dan dagu.
7) Restitusi / putaran paksi luar Setelah kepala lahir maka kepala akan kembali kearah
punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi
dalam dan lahirkan bahu depan, bahu belakang dan badan bayi.
2. Serotinus
a. Pengertian
1) Serotinus adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu, keadaan ini
sering juga disebut sebagai postterm atau kehamilan lewat waktu (Wiknjosastro, 2007). 2)
Kehamilan post date atau kehamilan lewat waktu ialah kehamilan yang umurnya lebih dari 42
minggu (Sujiyatini, 2009).
b. Etiologi
Menurut Winjaksosatro (2008) penyebab pasti kehamilan lewat waktu sampai saat ini belum
diketahui. Beberapa teori yang diajukan pada umumnya menyatakan bahwa terjadinya
kehamilan serotinus sebagai akibat gangguan terhadap timbulnya persalinan. Beberapa teori
diajukan antara lain :
3) Dalam teori kortisol untuk dimulainya persalinan adalah janin. kortisol janin akan
mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesteron berkurang dan memperbesar sekresi
estrogen, selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya produksi prostaglandin.
c. Diagnosis Prognosis post date tidak seberapa sulit apabila siklus haid teratur dari haid
pertama haid terakhir diketahui pasti. Dalam menilai apakah kehamilan matur atau tidak.
Pemeriksaan dapat dilakukan menurut Sujiyantini (2009), antara lain :
1) Berat badan ibu turun dan lingkaran perut mengecil air ketuban berkurang.
2) Pemeriksaan rontgenologik dengan pemeriksaan ini pada janin matur dapat ditemukan
pusat osifikosi pada oscubuid, bagian distal femur dan bagian proksimal tubia, diameter
biparental kepala 9.8 cm lebih. Keberatan pemeriksaan ini mungkin adalah pengaruh tidak
baik sinar rongten terhadap janin.
3) Pemeriksaan dengan USG Dengan pemeriksaan ini diameter biparental kepala janin dapat
diukur dengan teliti tanpa bahaya.
4) Pemeriksaan sitologik liquoramni Amnioskopi dan periksa Ph nya dibawah 7.20 dianggap
sebagai tanda gawat janin.
(1) Berat janin Bila terjadi perubahan anatomik yang besar pada plasenta, maka terjadi
penurunan berat janin. Dari penelitian Vorherr 17 tampak bahwa sesudah umur kehamilan 36
minggu grafik rata-rata pertumbuhan janin mendatar dan nampak adanya penurunan setelah
42 minggu.
(2) Sindrom post maturias Dapat dikendalikan pada neonatus dengan ditemukan beberapa
tanda seperti gangguan pertumbuhan, dehidrasi, kulit kering, keriput seperti kertas (hilangnya
lemak subkutan), kuku tangan dan kaki panjang, tulang tengkorak paha dan genetalia luar,
warna coklat kehijauan atau kekuningan pada kulit dan tali pusat, muka tampak menderita
dan rambut kepala banyak atau tebal. b) Komplikasi perinatal Kematian perinatal
menunjukan angka peningkatan setelah kehamilan 42 minggu atau lebih sebagian besar
terjadi intrapartum, umumnya disebabkan oleh :
(3) keluar mekonium yang kental, berakibat terjadinya aspirasi mekonium pada janin e.
Penanganan persalinan serotinus Menurut Manuaba (2010), kehamilan lewat waktu dapat
membahayakan janin karena sensitif terhadap rangsangan kontraksi, 18 yang menimbulkan
asfiksia sampai kematian dalam rahim. Dalam melakukan pengawasan hamil dapat
diperkirakan bahwa kehamilan lewat waktu dengan:
1) Anamnesa.
b) Gerak janin makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama sekali Hasil anamnesa
penderita perlu diperhatikan sebagai dasar permulaan.
(3) terjadi insufisiensi plasenta 19 b) Amnioskopi Bila ditemukan air ketuban yang banyak
dan jernih mungkin keadaan janin masih baik. Sebaliknya air ketuban sedikit dan
mengandung mekonium akan mengalami resiko 33% asfiksia. 4) Tatalaksana persalinan
Tatalaksana pada ibu bersalin dengan serotinus menurut Prawirohardjo (2007) yaitu :
a) Bila sudah dipastikan umur kehamilan sudah lebih dari 42 minggu, pengolahan tergantung
dari derajat kematangan serviks. Untuk menilai kematangan serviks,dipakai score bishop > 5,
induksi persalinan akan berhasil. Tabel : 2.1 Score pelvik menurut Bishop score 0 1 2 3
pembukaan 0 1 2 3 4 >5 Posisi janin dilatasi servik atau affasement 0 30% 40 60% 60 70%
80% Posisi janin (turunnya kepala) -3 -2 -1 +1 / +2 Konsistansi serviks keras sedang lunak
Posisi serviks Ke belakang Searah sumbu jalan lahir Ke arah depan Sumber: Prawirohardjo
(2007)
b) Jika skor lebih dari atau sama dengan 6 maka induksi dilakukan cukup oxytosin. Jika
kurang atau sama dengan 5, matangkan dahulu servik dengan prostaglandin atau kateter
folley 20 3.
Induksi persalinan
1) Induksi persalinan ialah usaha agar persalinan mulai berlangsung sebelum atau sesudah
kehamilan cukup bulan dengan cara merangsang timbulnya his (Prawirohardjo, 2007).
2) Induksi persalinan adalah upaya untuk melahirkan janin menjelang aterm dalam keadaan
belum terdapat tanda-tanda persalinan, dengan kemungkinan janin dapat hidup diluar
kandungan umur kehamilan di atas 28 minggu (Manuaba, 2010).
b. Indikasi Indikasi yang terpenting ialah postmaturitas dan hipertensi, apapun sebabnya,
pada kehamilan lebih dari 37 minggu. Selain itu induksi dapat dilakukan pada rhesus-
antagonismus, diabetes melitus, ketuban pecah dini tanpa timbunya his, dan pada beberapa
kelainan-kelainan lain ( Prawirohardjo, 2007). c. Kontra indikasi Menurut Manuaba (2010),
kontra indikasi induksi persalinan yaitu:
a) Hidramion
b) Hamil gammeli 21
b) Prasat osborn positif artinya penonjolan kepala dua jari diatas simfisis pubis
5) Kehamilan yang mendekati aterm, induksi persalinan pervaginam akan lebih berhasil
e. Komplikasi Induksi persalinan dengan pemberian oksitosin dalam infus intravena dengan
jika perlu memecah ketuban, cukup aman bagi ibu bila syarat-syarat seperti disebut di atas
terpenuhi. Kematian perinatal agak lebih tinggi daripada persalinan spontan, akan tetapi hal
ini mungkin dipengaruhi pula oleh keadaan yang menjadi indikasi untuk melakukan induksi
persalinan (Wiknjosastro, 2007)
f. Metode induksi Metode yang digunakan untuk induksi persalinan menurut Manuaba
(2010), adalah:
1) Metode Steinsche Metode ini merupakan metode lama, tetapi masih perlu diketahui.
Pasien diharapkan tenang pada malam harinya. Pada pagi hari diberi enema dengan caster oil
atau sabun panas. Diberikan pil kinine sebesar 0,2 g setiap jam sampai mencapai dosis 1,2 g.
2) Metode infus oksitosin Metode infus oksitosin adalah metode yang paling umum
dilakukan sebab induksi persalinan dengan oksitosin murah dan efektif. Oleh karena itu perlu
diketahui dengan baik. Tindakan dengan metode drip oksitosin, yaitu:
c) Setiap 15 menit dilakukan penilaian, bila tidak ada his yang adekuat, jumlah tetesan
ditambah 4 tetes sampai maksimal tercapai 40 tetes per menit.
d) Dalam literatur dikemukakan juga, bahwa pemberian oksitosin maksimal setiap menit
adalah 30-40 plU atau tetesan sebanyak 40 tetes per menit dengan oksitosin sebanyak 10 unit.
3) Metode oksitosin sublingual Metode ini tidak banyak diterima karena besarnya unit
oksitosin dan tingginya kemampuan penyerapan oleh mukosa lidah, sehingga dapat
menyebabkan terjadinya kontraksi otot rahim yang kuat, yang dapat membahayakan.
5) Pemecahan ketuban Pemecahan ketuban merupakan salah satu bentuk induksi persalinan.
Dengan keluarnya sebagian air ketuban, terjadilah pemendekan otot rahim sehingga otot
rahim lebih efektif berkontraksi.
6) Pemasangan laminaria stiff Induksi persalinan dengan memasang laminaria stiff hampir
seluruhnya dilakukan pada janin yang telah meninggal. Pemasangan laminaria stiff untuk
janin yang hidup tidak diindikasikan, karena bahaya infeksi. Pemasangan laminaria
jumlahnya dapat 2-3 buah dimasukkan dalam kanalis servikalis dan ditinggal selama 24-48
jam, kemudian dipasangi tampon vagina.
1) Anamnesa (data subyektif) Data yang didapat dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap
situasi dan kejadian (Nursalam, 2009).
(1) Nama : dinyatakan dengan tujuan agar dapat mengenal pasien dan tidak keliru dengan
pasien lain.
(2) Umur : untuk mengetahui faktor risiko dilihat dari umur pasien.
(3) Agama : untuk memberikan motivasi pasien sesuai dengan agama yang dianut, agar
petugas lebih mudah dalam pendekatan dan pemberian dorongan moril pada pasien.
(4) Suku bangsa : mempermudah dalam pelaksanaan asuhan kebidanan untuk mengetahui
faktor pembawaan atau ras.
(5) Pendidikan : untuk mengetahui tingkat pendidikan yang nantinya penting dalam memberi-
26 kan pendidikan kesehatan pasien sesuai dengan tingkat pendidikannya agar motivasi yang
diberikan petugas dapat diterima sesuai pengetahuannya.
(7) Alamat : untuk mengetahui dimana lingkungan tempat tinggalnya dan untuk
mempermudah bila sewaktu-waktu diperlukan.
b) Keluhan utama : Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan saat pemeriksaan (Varney,
2004). Pada pasien dengan kasus persalinan serotinus dapat ditemukan ialah gerakan janin
yang jarang, yaitu secara subyektif kurang dari 7 kali/20 menit (Sujiyatini, 2009). Ibu
menjadi cemas bilamana kehamilan terus berlangsung melewati tafsiran persalinan akan
menambah frustasi ibu dan juga akan mempengaruhi janin (Prawirohardjo, 2008).
d) Riwayat perkawinan Untuk mengetahui status perkawinan, jika menikah, apakah ini
pernikahan yang pertama, syah atau tidak, umur saat menikah, berapa lama, jumlah anak
(Sulistyawati, 2012).
(1) Kehamilan : untuk mengetahui berapa umur kehamilan ibu dan hasil pemeriksaan
kehamilan (Wiknjosastro, 2007). Pada kehamilan dengan serotinus dapat terjadi makrosomia
janin dan tulang tengkorak menjadi keras (Prawirohardjo, 2008).
(2) Persalinan : untuk mengetahui proses persalinan spontan atau buatan lahir aterm atau
prematur ada perdarahan atau tidak, waktu persalinan ditolong oleh siapa, dimana tempat
melahirkan (Wiknjosastro, 2007). Pada persalinan dengan serotinus permasalahan yang akan
terjadi adalah 28 distosia persalinan, partus lama, dan perdarahan (Prawirohardjo,2008).
(3) Nifas : untuk mengetahui perdarahan pada masa nifas, jenis lochea, tinggi TFU, kontraksi
keras atau tidak (Sulistyawati, 2012). Pada persalinan dengan induksi pada kehamilan
serotinus bisa terjadi perdarahan, akibat terlalu kuat nya kontraksi saat persalinan (Manuaba,
2010).
(4) Laktasi : apakah ibu pernah menyusui sampai bayinya berumur 2 tahun atau belum pernah
menyusui (Purwanti, 2004). f) Riwayat kehamilan sekarang Menurut Prawirohardjo (2007),
riwayat hamil sekarang meliputi :
(1) Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) Dapat digunakan untuk mengetahui umur
kehamilan. Pada kasus persalinan serotinus, umur kehamilan lebih dari 42 minggu.
(2) Hari Perkiraan Lahir (HPL) Untuk menghitung dan mengetahui perkiraan lahir.
menggunakan rumus Naegele : tanggal HPHT ditambah 7 dan bulan dikurangi 3 dan tahun
ditambah 1 29
(3) Ante Natal Care (ANC) Untuk mengetahui riwayat ANC teratur atau tidak teratur, sejak
hamil beberapa minggu, tempat ANC, berapa kali melakukan ANC selama kehamilan.
(4) Keluhan Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan pada kehamilan trimester I-III.
(5) Penyuluhan yang pernah didapat Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien.
Penyuluhan yang didapat biasanya KIE tentang persiapan persalinan, tanda-tanda bahaya
hamil trimester III (Sulistyawati, 2012).
(6) Imunisasi TT Untuk mengetahui paasien sudah mendapatkan vaksin TT, berapa kali,
kapan dan dimana mendapatkan imunisasi TT.
h) Kebiasaan sehari-hari
(1) Nutrisi : untuk mengetahui intake nutrisi yang tidak adekuat serta kurangnya asupan Zn
dan 30 asam folat (Sulistyawati, 2012).
(2) Eliminasi : berapa kali ibu BAK dan BAB, ada kaitannya dengan ostipasi atau tidak. Pada
ibu hamil dengan serotinus tidak ada perubahan pola BAB dan BAK (Manuaba, 2010).
(3) Istirahat dan aktivitas : pola istirahat dan aktifitas ibu selama hamil dapat menyebab kan
kelelahan dan dapat berdampak pada perkembangan janin (Farrer, 2002).
(4) Personal hygiene : sebelum hamil dan selama hamil berapa kali pasien mandi, gosok gigi,
keramas, ganti pakaian (Wiknjosastro, 2007).
(5) Pola seksual : dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu melakukan hubungan dalam satu
minggu, ada masalah atau tidak saat berhubungan (Wiknjosastro, 2007). 31
i) Riwayat Keluarga Berencana : Jenis dan lama berlangsungnya tiap metode kontrasepsi
bersama dengan komplikasi yang menyertai komplikasi ini dapat mencakup amenorhoe atau
penyakit troboembolik dengan kontrasepsi oral, dismenorhea hebat (menoragia), infeksi
pelvis akibat kontrasepsi dalam rahim atau kegagalan kontrasepsi (Hartanto, 2004).
(1) Respon ibu terhadap kehamilan ini Dalam mengkaji data ini kita dapat menanyakan
langsung pada pasien bagaimana perasaannya terhadap kehamilannya.
(2) Respon ayah terhadap kehamilan ini Data mengenai respon ayah ini sangat penting karena
dapat dijadikan sebagai satu acuan mengenai bagaimana pola kita dalam memberikan asuhan
kepada pasien.
(3) Adat istiadat setempat yang berkaitan dengan masa hamil Hal penting yang biasanya
mereka anut berkaitan dengan masa hamil yaitu pantangan makan yang berasal dari
telur,daging, ikan karena dipercaya akan menyebabkan kelainan janin. Adat ini akan sangat
merugikan pasien dan janin karena hal tersebut justru akan membuat pertumbuhan janin tidak
optimal. 32
2) Data obyektif Setelah data subyektif kita dapatkan, untuk melengkapi data kita dalam
menegakkan diagnosis, maka kita harus melakukan pengkajian data objektif melalui
pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi (Sulistyawati, 2012).
a) Keadaan umum Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan mengamati keadaan pasien
secara keseluruhan (Wiknjosastro, 2007). Pada ibu bersalin dengan serotinus keadaan
umumnya baik (Manuaba, 2010).
(5) Koma : keadaan tidak sadarkan diri yang penderitanya tidak dapat dibangunkan. Pada ibu
bersalin dengan serotinus, keadaan umumnya baik (Manuaba, 2010) 33
c) Tanda vital (1) Tekanan darah : untuk mengetahui faktor risiko hipertensi, normalnya
100/80 120/80 mmHg (Sulistyawati, 2012).
(2) Nadi : untuk mengetahui denyut nadi ibu, normalnya 80 90 x/ menit (Sulistyawati, 2012).
(3) Pernafasan: untuk mengetahui kelainan saluran nafas, normalnya 18 24 x/ menit
(Prawirohardjo, 2008).
(4) Suhu : untuk mengetahui suhu ibu, normalnya 36,5° C 37,6° C (Prawirohardjo, 2008). d)
Pemeriksaan sistematik
(1) Inspeksi Proses observasi yang dilakukan secara sistematis dengan menggunakan
penglihatan dari ujung rambut sampai ujung kaki (Nursalam, 2001).
(a) Kepala : untuk mengetahui bagaimana keadaan kulit kepala pada rambut untuk menilai
kebersihan, kelembatan, kerontokan.
(b) Muka : untuk mengetahui keadaan muka, pucat atau tidak. Ada odema dan cloasma
gravidarum.
(c) Telinga : bagaimana keadaan daun telinga, liang telinga, ada serumen atau tidak (d) Mata
: untuk mengetahui konjungtiva pucat atau tidak, sklera ikterik atau tidak 34
(e) Hidung : untuk mengetahui simetris kanan dan kiri, ada lubang kanan dan kiri, ada
benjolan atau tidak.
(f) Mulut, gigi : untuk mengetahui kebersihan mulut, ada caries atau tidak.
(g) Leher : untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar thyroid dan ada pembesaran
kelenjar getah bening.
(h) Dada, payudara: untuk mengetahui ada kelainan atau tidak, bentuk payudara, simetris
kanan dan kiri atau tidak, sudah keluar kolostrum belum.
(i) Perut : ada bekas operasi atau tidak, ada kelainan atau tidak.
(j) Ekstermitas : pada kaki dan tangan apakah terjadi odema, ad avarices atau tidak, reflek
patella +/-.
(k) Genital : apakah odenma atau tidak, pengeluaran pervaginam, ada kelainan atau tidak.
(2) Palpasi Suatu teknik yang menggunakan indra peraba tangan dan jari (Nursalam, 2009).
Abdomen : menggunakan teknik Leopold
Leopold I : untuk mengetahui tinggi fundus uteri dan bagian janin pada fundus uteri
Leopold II : untuk menentukan bagian janin yang berada perut ibu bagian kanan dan kiri
Leopold III : menentukan bagian bawah janin, apakah bagian bawah tersebut sudah masuk
apa belum
Leopold IV : untuk menentukan bagian terbawah janin berapa jauh sudah masuk panggul
(3) Auskultasi Digunakan untuk menetukan detak jantung janin, denyut jantung normal 120
160 x/menit. Pada kasus kehamilan serotinus dapat diketahui janin mengalami fetal distress
atau tidak dengan tanda DJJ kurang dari 120x/menit atau lebih dari 160x/menit.
(Prawirohardjo, 2007).
(4) Perkusi Pemeriksaan dengan cara mengetuk atau membandingkan kiri dan kanan pada
setiap permukaan tubuh dengan tujuan 36 menghasilkan suara dan mengindentifikasi lokasi,
misalnya pemeriksaan reflek patella (Prawirohardjo, 2007).
e) VT (pemeriksaan dalam) : untuk mengetahui keadaan vagina, portio keras atau lunak,
pembukaan servik berapa, penurunan kepala, UUK dan untuk mendeteksi panggul normal
atau tidak (Prawirohardjo, 2007).
f) Data penunjang Pada persalinan dengan serotinus dilakukan pemeriksaan amnioskopi dan
pemeriksaan USG (Sulistyawati, 2012). Menurut Saifuddin (2002), pada kasus persalinan
serotinus pada hasil USG menunjukkan :
(3) Terjadi insufisiensi plasenta b. Langkah kedua : interpretasi data dasar Pada langkah ini
dilakukan identifikasi terhadap diagnosis, masalah, dan kebutuhan, pasien berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan (Sulistyawati, 2012)
Interprestasi data dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut :
1) Diagnosis kebidanan diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan (Varney,
2006). 37 Data dasar a) Data subyektif Mengetahui data subyektif dari pasien meliputi :
b) Data obyektif Menurut Prawirohardjo (2007), pada kasus ibu bersalin dengan kehamilan
serotinus didapat data :
(1) KU : Pada kasus ibu bersalin dengan kehamilan serotinus keadaan umumnya baik
(2) TTV : Pada ibu bersalin dengan kehamilan serotinus TTV meliputi tekanan darah, nadi,
suhu dan respirasi pasien normal.
(3) Palpasi : Leopold I, II, III dan IV normal. Pada pemeriksaan tinggi fundus, kasus ibu
bersalin dengan kehamilan serotinus 38 biasanya tidak mengalami penambahan tinggi
fundus, bahkan mengalami penurunan.
(4) Auskultasi : pada kasus ibu bersalin dengan kehamilan serotinus, janin bisa mengalami
fetal disstres dengan tanda DJJ 160 x/menit
(5) Vagina toucher : pada kasus ibu bersalin dengan kehamilan serotinus belum terjadi
pembukaan, portio tebal atau tipis, penurunan kepala di hodge berapa, ubun-ubun apa, kulit
ketuban +/-, lendir darah ada atau tidak. Masalah : Hal-hal yang berkaitan dengan
pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian yang disertai diagnose Masalah yang
mungkin timbul pada ibu bersalin dengan serotinus adalah cemas (Manuaba, 2010).
Kebutuhan : Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan keadaan dan
masalahnya (Sulistyawati, 2012). Kebutuhan untuk ibu bersalin dengan serotinus dalam
menghadapi persalinan adalah informasi dan edukasi tentang 39 kehamilan serotinus dan
penatalaksanaannya, serta support mental dari keluarga dan tenaga kesehatan (Manuaba,
2010).
c. Langkah III : Merumuskan Diagnosa Potensial Pada langkah ini bidan mengidentifikasi
masalah atau potensial berdasarkan rangkaian masalah atau diagnosa yang ada dan
membutuhkan penanganan segera untuk mengatasi kemungkinan buruk yang timbul. Pada
kasus ibu bersalin dengan serotinus diagnosa potensialnya adalah 1) Pada bayi terjadinya
fetal distress dan IUFD 2) Pada ibu terjadi rupture uteri dan partus lama
d. Langkah IV : Antisipasi dan Tindakan segera Langkah ini mengidentifikasi tindakan yang
harus dilakukan untuk menyelamatkan jiwa ibu dan janin. Tindakan ini perlu dikonsultasikan
dan ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang sesuai dengan kondisi klien
apabila terlambat merumuskan tindakan akan menimbulkan kefatalan. Antisipasi pada ibu
bersalin dengan induksi pada kehamilan serotinus adalah kolaborasi dengan dokter SpOG
untuk penanganan induksi persalinan dengan oxytosin drip, mulai 8 tetes selama 15 menit
dinaikkan dengan interval 15 menit sebanyak 4 tetes, sampai mencapai kontraksi maksimal.
Tetesan maksimal 40 tetes, jumlah cairan seluruhnya 500 cc (Saifuddin, 2002). 40
e. Langkah V : merencanakan asuhan kebidanan Pada langkah ini direncanakan asuhan yang
menyeluruh berdasarkan langkah sebelumnya. Semua perencanaan yang harus dibuat harus
berdasarkan pertimbangan yang tepat, meliputi pengetahuan, perawatan berdasarkan bukti
(Sulistyawati, 2012) Perencanaan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan serotinus pada
kehamilan serotinus menurut Manuaba (2010) antara lain :
3) Anjurkan ibu untuk bernafas panjang bila ada kontraksi sebelum pembukaan lengkap
4) Observasi DJJ, nadi dan kontraksi setiap 30 menit. Tekanan darah dan VT setiap 4 jam
5) Observasi pemberian induksi oxytosin setelah 15 menit, mulai dari 8 tetes per menit
dinaikkan sampai tetesan infuse maksimal 40 tetes per menit
f. Langkah VI : pelaksanaan asuhan kebidanan Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh
seperti yang diuraikan langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman, sehingga tidak
muncul komplikasi (Varney, 2004). 41
g. Langkah VII : evaluasi Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang kita
berikan kepada pasien (Sulistyawati, 2012). Evaluasi pada ibu bersalin menurut Manuaba
(2010) dengan induksi pada kehamilan serotinus adalah:
a. Keadaan umum dan tanda-tanda vital ( tensi, nadi, suhu, respirasi) normal.
e. Bayi lahir dengan selamat Data Perkembangan Berdasarkan evaluasi selanjutnya rencana
asuhan kebidanan dituliskan dalam catatan perkembangan yang menggunakan SOAP yang
meliputi :
O : Obyektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil lab dan
test diagnostic lain dirumuskan dalam fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah
Varney. 42
2. Antisipasi diagnosa lain atau masalah potensial 3. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter konsultasi atau kolaborasi P : Planning Menggambarkan pendokumentasian dari
perencanaan dan evaluasi berdasarkan assement. C. Landasan hukum Bidan dalam
menjalankan prakteknya berlandaskan pada Kepmenkes RI Nomer
900/MENKES/SK/VII/2002 pasal 16 yaitu pertolongan pada kehamilan abnormal yang
mencakup ibu hamil dengan abortus, hiperemesis gravidarum tingkat I, serotinus, anemia
ringan. Pre eklamsi dan eklamsi adalah salah satu komplikasi dari persalinan serotinus,
sehingga seorang bidan boleh memberikan asuhan kebidanan kepada ibu bersalin dengan
serotinus berupa memberikan dukungan moral dan spiritual kepada ibu, dalam proses
persalinan, berkolaborasi dengan dokter dalam memberikan induksi (IBI, 2002). 43 BAB III
METODOLOGI A. Jenis Studi Karya tulis ilmiah ini merupakan laporan studi kasus dengan
metode deskriptif, menurut Arikunto deskriptif adalah kondisi atau hal-hal yang sudah
disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian (Arikunto, 2010).
Studi kasus adalah studi yang dilakukan dengan cara mengkaji suatu permasalahan melalui
suatu proses yang terdiri dari unit tunggal. Meskipun didalam studi kasus ini yang diteliti
hanya berbentuk unit tunggal namun dianalisis secara mendalam (Notoatmodjo, 2010). B.
Lokasi Studi Kasus Lokasi studi kasus adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan
data selama kasus berlangsung (Budiarto, 2003). Pengambilan studi kasus dilaksanakan di
RSUD Dr. Moewardi. C. Subyek studi kasus Subyek studi kasus adalah sesuatu yang
dijadikan kasus sebagai bahan penelitian yang dapat diambil datanya (Budiarto, 2003).
Subyek dari studi kasus ini adalah Ny. M bersalin dengan induksi pada kehamilan serotinus
di RSUD Dr. Moewardi. 43 44 D. Waktu studi kasus Waktu studi kasus adalah jangka waktu
yang dibutuhkan penulis untuk memperoleh data studi kasus yang dilaksanakan (Budiarto,
2003). Pengambilan kasus ini dilaksanakan pada tanggal 16-18 Juni 2012. E. Instrumen studi
kasus Merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan data
agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti cermat, lengkap, dan
sistematis, sehingga lebih mudah diolah. (Arikunto, 2002). Dalam kasus ini instrumen yang
digunakan adalah format asuhan kebidanan ibu bersalin menurut Varney. F. Teknik
pengumpulan data Teknik pengumpulan data pada karya tulis ilmiah ini adalah dengan cara
pengambilan data primer dan data sekunder. 1. Data primer Data primer adalah data yang
diperoleh atau dikumpulkan langsung dilapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau
yang bersangkutan yang melakukannya (Notoatmodjo, 2002). Cara mendapatkan data primer
dalam pengumpulan data antara lain sebagai berikut : a. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik
digunakan untuk mengetahui keadaan fisik pasien secara sistematis dengan cara: 45 1)
Inspeksi Inspeksi merupakan proses observasi yang dilaksanakan dengan menggunakan indra
penglihatan, pendengaran dan penciuman (Nursalam, 2009). Pada kasus ibu bersalin dengan
induksi pada kehamilan serotinus pemeriksaan mulai dari kepala, leher, dada, mammae,
axilla, abdomen, kulit, ekstermitas, genetalia dan anus. 2) Palpasi Teknik yang menggunakan
indra peraba. Tangan dan jari-jari adalah satu istrumen yang sensitif dan digunakan untuk
mengumpulkan data (Nursalam, 2009). Pada kasus persalinan dengan serotinus dilakukan
pemeriksaan palpasi abdomen mulai leopold I, leopold II, leopold III, leopold IV. 3) Perkusi
Suatu pemeriksaan dengan jalan mengetuk-ngetukkan jari ke bagian tubuh klien yang akan
dikaji untuk membandingkan bagian yang kiri dengan bagian yang kanan. Pada kasus ibu
bersalin dengan induksi pada kehamilan serotinus dilakukan pemeriksaan reflek patella kanan
dan kiri negatif atau positif (Wiknjosastro, 2007). 4) Auskultasi Auskultasi adalah
pemeriksaan dengan jalan mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh dengan
menggunakan stetoskop. 46 Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi denyut jantung
janin (Nursalam, 2009). b. Wawancara Wawancara adalah metode yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan
dari seseorang sasaran penelitian dengan berhadapan muka secara langsung ( face to face )
(Notoatmodjo, 2010). Pada kasus ini ibu bersalin dengan kehamilan serotinus penulis
melakukan wawancara tentang biodata, riwayat kehamilan. c. Observasi Observasi adalah
suatu prosedur yang berencana, yang antara lain melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah
dan taraf aktivitas tertentu yang ada hubunganya dengan masalah yang diteliti (Notoatmodjo,
2010). Pada kasus ini dilakukan observasi KU, DJJ, kontraksi, kemajuan persalinan dan
tetesan induksi. 2. Data sekunder Data sekunder adalah data yang didapat sacara tidak
langsung dari obyek penelitian (Riwidigdo, 2007). a. Studi kepustakaan Studi kepustakaan
adalah untuk mendukung permasalahan yang diungkapkan dalam penelitian, diperlukan studi
kepustakaan yang kuat (Notoadmodjo, 2010). Studi kasus pada ibu bersalin dengan induksi
pada kehamilan serotinus penulis menggunakan bahan referensi dari tahun 2001 sampai
tahun 2012. 47 b. Studi dokumentasi Studi dokumentasi adalah semua bentuk sumber
informasi yang berhubungan dengan dokumen (Notoadmodjo, 2002). Pada kasus ibu bersalin
dengan induksi pada kehamilan serotinus diambil dari data observasi, data perkembangan dan
dokumentasi yang menjadikan informasi tentang berbagai hal yang diperoleh di RSUD Dr.
Moewardi. G. Alat-alat yang dibutuhkan Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam
pengambilan data antara lain : 1. Alat dan bahan dalam pengambilan data antara lain a.
Format pengkajian pada ibu bersalin b. Buku tulis 2. Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk
melakukan pemeriksaan fisik dan observasi : a. Timbangan berat badan b. Alat pengukur
tinggi badan c. Tensimeter d. Termometer e. Jam tangan f. Stetoskop Monocular g. Mettlin h.
Refleks hammer 48 i. Partus set, terdiri dari : 2 buah klem kelly atau kocher, gunting tali
pusat, pengikat tali pusat DTT, kateter, nelaton, gunting episiotomi, klem ½ kocher atau
kelly, 2 buah sarung tangan DTT, kanan 1 dan kiri 1, kain kassa DTT, alat suntik sekali pakai
2 ½ ml berisi oxytosin 10 U, kateter penghisap lendir deelee (Saifuddin, 2002). j. Infus set,
terdiri dari : selang, abocath, plester, gunting, flaboth, kassa betadine k. syntocinon 5 U l. RL
3. Alat dan bahan dalam pendokumentasian a. Status atau catatan medik pasien b. Dokumen
yang ada c. Alat tulis 49 BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN Ruang :
Ponex Tanggal masuk : 16 Juni 2012 No register : 01134320 A. Tinjauan Kasus Kebidanan I.
Pengkajian Tanggal 16 Juni 2012 pukul: 00.30 WIB A. Identitas pasien Nama : Ny. M Umur
: 20 th Suku / bangsa : Jawa/ Indonesia Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan : IRT
Nama : Tn. E Umur : 22 th Suku / bangsa : Jawa/ Indonesia Agama : Islam Pendidikan :
SMA Pekerjaan : Swasta Alamat : Ganggasaran, 3/6 Demakan, Mojolaban, Sukoharjo B.
Anamnesa (Data Subyektif) 1. Alasan utama pada waktu masuk Ibu mengatakan mengeluh
mulas-mulas dan nyeri perut bagian bawah sejak tanggal 15 Juni 2012 pukul 17.00 WIB, dari
jalan lahir keluar lendir bewarna kecoklatan dan gerakan janinnya akhirakhir ini berkurang.
49 50 2. Tanda-tanda persalinan a. Kontraksi sejak tanggal 15 Juni 2012 pukul 17.00 WIB
Frekuensi 2x setiap 10 menit, lamanya 15 detik 3. Riwayat menstruasi a. Menarche : ibu
mengatakan haid pertama kali saat berumur 13 tahun b. Siklus : ibu mengatakan siklus
haidnya 28 hari c. Banyaknya : ibu mengatakan sehari ganti pembalut 2-3 kali d. Teratur /
tidak : ibu mengatakan haidnya teratur e. Lamanya : ibu mengatakan lama haidnya 7hari f.
Sifat darah : ibu mengatakan saat haid darahnya encer, kadang menggumpal, dan warnanya
merah g. Dismenorhoe : ibu mengatakan saat haid kadang-kadang terasa nyeri pada perut
bawah, tetapi tidak sampai menggangu aktifitas 4. Riwayat perkawinan a. Status perkawinan:
syah,kawin : 1 kali. b. Kawin : umur 20tahun dengan suami umur 22 tahun, Lamanya 1
tahun. 5. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu No Tgl/th partus Tempat Partus
Umur hamil Jenis partus Penolong anak nifas Keadaan Anak sekarang JK BB PB kead laktasi
sekarang 51 6. Riwayat hamil ini a. HPHT : 22 Agustus 2011 b. HPL : 29 Mei 2012 c.
Keluhan-keluhan pada Trimester I : ibu mengatakan merasa pusing dan mual Trimester II :
ibu mengatakan tidak ada keluhan Trimester III : ibu mengatakan sering pegal-pegal pada
pinggang d. ANC : 14 kali teratur di bidan Trimester I : 2x pada UK 10 minggu dan 12
minggu Trimester II : 4x pada UK 16, 19, 22 dan 25 mingg Trimester III : 8x pada UK 28,
32, 34, 36, 38, 40, 41, 42 e. Penyuluhan yang pernah didapat : ibu mengatakan pernah
mendapat penyuluhan tentang tablet Fe dan gizi ibu hamil f. Imunisasi TT : 2x TT capeng :
ibu mengatakan saat akan menikah TT1 (saat hamil) : ibu mengatakan saat umur kehamilan 5
bulan 7. Riwayat Keluarga Berencana : ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat
kontrasepsi apapun. 8. Riwayat kesehatan a. Riwayat penyakit yang lalu 52 Ibu mengatakan
sekarang tidak sedang sakit apapun. Misalnya pilek, batuk atau panas b. Riwayat penyakit
sistemik 1) Jantung : ibu mengatakan pada dada sebelah kiri tidak sakit dan tidak berdebar-
debar. 2) Ginjal : ibu mengatakan pada pinggang bagian belakang tidak nyeri tekan. 3) Asma
/ TBC : ibu mengatakan tidak sesak nafas atau batuk lebih dari 3 bulan. 4) Hepatitis : ibu
mengatakan pada mata, kulit, dan kuku tidak bewarna kuning. 5) DM : ibu mengatakan tidak
lapar dan haus, atau sering BAK > 5x pada malam hari. 6) Hipertensi : ibu mengatakan
tekanan darahnya tidak pernah lebih dari 140/90 MmHg 7) Epilepsi : ibu mengatakan tidak
pernah kejang sampai mulutnya mengaluarkan busa 8) Lain-lain : ibu mengatakan tidak
menderita penyakit seperti HIV atau Aids c. Riwayat penyakit keluarga Ibu mengatakan baik
keluarga nya maupun suaminya tidak menderita penyakit menurun seperti diabetes,
hipertensi, 53 jantung. Dan tidak menderita penyakit menular seperti TBC atau hepatitis. d.
Riwayat keturunan kembar Ibu mengatakan baik dari keluarganya atau suaminya tidak
mempunyai riwayat keturunan kembar. e. Riwayat operasi Ibu mengatakan tidak pernah
operasi apapun 9. Pola kebiasaan sehari-hari a. Nutrisi - Selama hamil : makan 3x sehari,
porsi sedang. Jenis: nasi, sayur, dan lauk. Minum : 6-7 gelas air putih - Makan/minum
terakhir : makan porsi kecil. Jenis nasi, sayur, lauk pauk tanggal 15 Juni 2012 pukul 20.00
WIB, minum teh manis dan air putih tanggal 15 Juni 2012 pukul 20.00 WIB b. Pola eliminasi
1) selama hamil: - BAB : ibu mengatakan BAB 1 kali perhari, konsistensi lunak, warna
kecoklatan. - BAK : ibu mengatakan BAK 6-7 kali perhari, warna jernih kekuningan 2)
BAB/BAK terakhir: BAB : ibu mengatakan BAB dan BAK terakhir tanggal 15 Juni pukul
21.00 WIB 54 c. Aktivitas Selama hamil : pekerjaan rumah dikerjakan sendiri, misal :
menyapu, mencuci Sekarang: ibu mengatakan tiduran dan kadang jalan-jalan d. Pola istirahat
/ Tidur Selama hamil :ibu mengatakan tidur malam ± 8 jam dan tidur siang ± 2 jam Istirahat
terakhir: ibu mengatakan tadi siang tidur 1 jam e. Personal hygiene Sebelum hamil : ibu
mengatakan mandi sehari 2 kali, gosok gigi 2 kali, keramas seminggu 2-3 kali Selama hamil :
ibu mengatakan mandi sehari 2 kali, gosok gigi 2 kali, keramas seminggu 3-4 kali f. Pola
seksual Sebelum hamil : ibu mengatakan 2-3 x selama 1 minggu, tidak ada keluhan Selama
hamil : ibu mengatakan sekali dalam seminggu, dan tidak ada keluhan. g. Psikososial budaya
1) Perasaan menghadapi persalinan ini ibu merasa cemas karena ini merupakan persalinan
yang pertama dan persalinannya melebihi hari perkiraan lahir 2) Kehamilan ini direncanakan
/ tidak 55 ibu mengatakan kehamilan ini direncanakan 3) Jenis kelamin yang diharapkan ibu
mengatakan laki-laki atau perempuan sama saja 4) Dukungan keluarga terhadap kehamilan
ini ibu mengatakan baik keluarganya maupun suaminya mendukung kehamilan ini 5)
Keluarga lain yang tinggal serumah ibu mengatakan tinggal bersama suami dan mertua 6)
Pantangan makanan ibu mengatakan tidak ada pantangan makanan 7) Kebiasaan adat-istiadat
dalam kehamilan ibu mengatakan ada acara tujuh bulanan pada keluarganya h. Penggunaan
obat-obatan, jamu : ibu mengatakan hanya mengkonsumsi obat dari bidan dan tidak pernah
minum jamu i. Merokok : baik ibu atau suami ibu tidak ada yang merokok C. Pemeriksaan
fisik ( Data Objektif ) 1. Status generalis a. Keadaan umum : baik b. Kesadaran :
composmentis c. TTV : TD : 110/ 80 mmHg Nadi : 80 x/ menit Suhu : 36, 5º C Respirasi : 20
x/ menit 56 d. TB : 155 cm e. BB Sebelum hamil : 48 kg f. BB Sekarang : 58 kg g. LILA :
24,5 cm h. Umur kehamilan : 42 minggu 4 hari 2. Pemeriksaan sistematis a. Kepala dan
Muka 1) Rambut :hitam, lurus tidak ada ketombe dan tidak rontok 2) Muka : simetris, tidak
oedema, tidak ada cloasma gravidarum 3) Mata a) Oedema : tidak oedema b) Conjungtiva :
merah muda c) Sklera : putih 4) Hidung : simetris kanan kiri, bersih, tidak ada benjolan 5)
Telinga : simetris, tidak ada serumen 6) Mulut /gigi / gusi : bersih, tidak ada caries, tidak ada
stomatitis b. Leher 1) Kelenjar gondok thyroid : tidak ada pembesaran 2) Tumor : tidak ada
pembengkakan 57 3) Pembesaran kelenjar limfe : tidak ada pembesaran c. Dada dan Axilla 1)
Dada: simetris kanan kiri, gerakan dada saat inspirasi dan ekspirasi teratur 2) Mammae a)
Membesar : normal b) Tumor : tidak ada pembengkakan c) Simetris : simetris kanan kiri d)
Areola : mengalami hiperpigmentasi e) Putting susu : menonjol, kotor f) Kolostrum :keluar
sedikit pada payudara kanan dan kiri 3) Axilla a) Benjolan : tidak ada benjolan b) Nyeri :
tidak ada nyeri tekan 3. Pemeriksaan khusus Obstetri (status lokalis) a. Abdomen 1) Inspeksi
a) Membesar : sesuai umur kehamilan b) Letak : memanjang c) Striae albican/ livide : tidak
ada striae d) Linea alba/ nigra : linea nigra mengalami hiperpigmentasi e) Kelainan lain :
tidak ada 58 f) Pergerakan janin : ada saat dilakukan pemeriksaan 2) Palpasi a) Kontraksi : 2x
dalam 10 menit lama 15 detik b) Leopold I : TFU 3 jari dibawah proxecus xifoideus Bagian
fundus teraba bulat, lunak, dan tidak melenting (bokong) c) Leopold II : Kanan : teraba keras,
panjang, datar seperti papan(punggung) Kiri : teraba bagian-bagian kecil janin (ekstermitas)
d) Leopold III : bagian terendah ibu teraba bulat, tidak melenting (kepala) e) Leopold IV :
bagian terendah sudah masuk panggul 3/5 bagian f) TFU menurut Mc. Donald : 32 cm g)
Taksiran berat janin : ( TFU 11 )x 155 = (32-11)x 155 = 3255 gram 3) Auskultasi DJJ :
Punctum maksimum : kuadran kanan bawah pusat Frekuensi : 145x/ menit Teratur/ tidak :
teratur
LAPORAN KASUS
No Register :
Pengkaji : Kelompok 2
Tempat : RS Bhayangkara
S.DATA SUBJEKTIF
1.BIODATA
Umur : 24 Th Umur : 25 Th
Alamat Rumah : Jl. Babakan ciparai Alamat Rumah : Jl. Babakan ciparai
3.Riwayat kesehatan
5.Riwayat kehamilan
HPHT : 13 Januari 2O18 Tafsiran Persalinan : 2O Oktober 2O18
GPA : G2P1AO Usia Kehamilan : 4O-41 Mgg
Imunisasi TT : Lengkap
Keluhan Trimester I : Mual Muntah
Trimester II : Tidak ada keluhan
Trimester III : Sering BAK
2O14 49 29 2O14
1 Bpm Bidan Normal pr Baik y - -
2 Ini
8.Riwayat Kb
Jenis Kontrasepsi : suntik efek samping : tidak ada
Berapa Lama : 3 tahun Kb lainnya : tidak ada
Alasan berhenti : ingin hamil
9.Riwayat Pekawinan
Status perkawinan : kawin
Lama perkawinan : 5 tahun
Perkawinan ke :1
Usia saat menikah : 19 tahun
1O.Riwayat Psikososial dan spiritual
Keadaan emosional : baik
Hubungan dengan keluarga : baik
Hubungan dengan orang lain : baik
Ibadah : rajin
Respon terhadap kehamillan : baik
Pengambilan keputusan : baik
11.Pola kebutuhan sehari-hari
No Kebutuhan sehari-sehari Sebelum dirawat Saat dirawat
1. Nutrisi
Makan 3x sehari 3x sehari
2. Eliminasi
Bab 1x sehari Tidak ada
Bak 6x sehari 6-7 x sehari
3. Istirahat
Siang ± 2 jam ± 1 jam
4. Personal hygiene
Mandy 2x sehari -
Sikat gigi 3x sehari 1x sehari
Ganti baju 2x sehari 2x sehari
Keramas 3x seminggu -
Respirasi : 19 x/menit
Suhu : 36oC
Nadi : 86 x/menit
BB sebelum Hamil : 64 kg
BB setelah hamil : 74 kg
LILA : 29 cm
4.Pemeriksaan Fisik
1. Rambut / Kepala
Kebersihan : bersih
-Muka
Pucat : an anemi
- Mata
Sklera : an ikterik
Conjungtiva : an anemi
Bentuk : simetris
-Hidung
Kebersihan : bersih
Bentuk : simetris
-Telinga
Kebersihan : bersih
Pendengaran : baik
Bentuk : simetris
Kebersihan : bersih
2. Leher :
3. Payudara /dada
Kebersihan : bersih
Bentuk : simetris
4. Abdomen
Leopold 4 : konvergen
Pemeriksaan penunjang
Hemoglobin : 11 g/dl
Hematokrit : 35 %
HbsAG : Negatif
A.ASSAMENT
Ny R Umur 24 tahun G2P1Ao gravida 4O-41 mgg dengan serotinus Janin tunggal hidup
P.PENATALAKSANAAN
1. mengobserpasi TTV,his dan pengeluaran
Tekanandarah : 12O/7O mmHg
Respirasi : 19 x/menit
Suhu : 36oC
Nadi : 86 x/menit
BB sebelum Hamil : 64 kg
BB setelah hamil : 74 kg
LILA : 29 cm
Mules :-
Evaluasi :
Menganti pakaian dalam jika lembab, membersihkan genetalia ibu dengan air dari
depan ke bawah
Djj abnormal
Sakit kepala yang hebat
Kejang-kejang
Perdarahan pervagina
Bengkak diwajah,keluar cairan pervagina, nyeri abdomen yg hebat, anemi, keluar air
Kontraksi
Evaluasi : ibu mengerti penjelasan dari bidan dan mengetahui tanda-tanda persalinan
lipstik
Evaluasi : ibu mengerti apa saja yang harus di persiapkan saat persalinan