Dosen Pembimbing
Kelompok V:
TAHUN 2018
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah yang maha kuasa karena atas rahmat dan
karunianya kita dapat mengenal ilmu, pengetahuan, tidak lupa kita haturkan
shalawat beserta salam atas junjungan alam Nabi besar kita yaitu nabi Muhammad
saw. Dan kami mengucapkan terimakasih kepada dosen yang telah mengajari
kami ilmu yang sangat banyak, berkat ilmu itu juga kami mampu menyelesaikan
makalah ini pada waktunya.
Dalam menyusun makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan makalah kami selanjutnya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang......................................................................................................................4
Rumusan masalah.................................................................................................................6
Tujuan..................................................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN
ASFIKSIA
Definisi Asfiksia..................................................................................................................7
Ptofiologi..............................................................................................................................8
Perubahan Patofisiologi.......................................................................................................8
Etiologi...............................................................................................................................10
Diagnosis............................................................................................................................12
HIPOTERMI
Definisi Hipotermi.............................................................................................................23
Etiologi...............................................................................................................................23
Ptofisiologi.........................................................................................................................24
Penyebab............................................................................................................................24
Tanda Gejala......................................................................................................................24
Diagnosis............................................................................................................................25
Penanganan........................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................28
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
4
nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir
(asfiksia lahir) ( Dinas Kesehatan SulSel, 2009).
Di lain pihak, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan pada tahun
2008 melaporkan hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 bahwa telah terjadi
pergeseran penyebab kematian untuk semua umur yaitu dari penyakit menular ke
penyakit tidak menular. Penyebab kematian perinatal (0-7 hari) yang terbanyak
adalah gangguan pernapasan (35,9%) dan kelahiran prematur (32,3%), sedangkan
untuk usia (7-28 hari) penyebab kematian yang terbanyak adalah sepsis
neonatorum (20,5%) dan kelainan kongenital (18,1%) (BadanPenelitian dan
Pengembangan Kesehatan, 2008).
Hipotermi merupakan 6,3% penyebab kematian neonatal. Kejadian
hipotermi pada bayi baru lahir cukup tinggi, secara global berkisar 8,5% - 52%,
diperkirakan 17 juta bayi baru lahir mengalami hipotermia di negara terbelakang.
Kejadian hipotermi terjadi pada 92,3% bayi batu lahir, lebih dari 50% mengalami
moderat hipotermi, risiko ini meningkat pada 24 -72 jam pertama kehidupannya.
Prevalensi hipotermi di Indonesia belum diketahui, namun penelitian Pratiwi et
al., (2009) di Sanglah Bali menunjukkan 47% kejadian hipotermi pada bayi yang
tidak dilakukan IMD dan 27% pada bayi yang dilakukan IMD.
WHO merekomendasikan “The Warm Chain” sebagai metode
pencegahan hipotermi yang dilakukan oleh petugas kesehatan diantaranya segera
mengeringkan tubuh bayi dan melakukan kontak kulit ke kulit minimal 1 jam
segera setelah lahir. Suhu tubuh ibu akan menghangatkan bayi dan membuatnya
lebih tenang. Kulit ibu berfungsi sebagai termoregulator bagi bayi, suhu kulit dada
ibu yang melahirkan akan menyesuaikan dengan suhu tubuh bayi, jika bayi
kedinginan secara otomatis kulit ibu naik dua derajat untuk menghangatkan bayi
sehingga menurunkan risiko hipotermi, jika suhu bayi meningkat, suhu kulit ibu
otomatis turun satu derajat untuk menstabilkan suhu bayi. Bayi yang dilakukan
kontak kulit ke kulit melalui IMD memiliki suhu yang lebih stabil dibandingkan
dengan bayi yang tidak di IMD.
IMD merupakan intervensi sederhana yang mampu meningkatkan
neonatal outcome secara signifikan yaitu mengurangi risiko kematian neonatal,
5
meningkatkan ikatan kasih sayang, meningkatkan durasi menyusui, menstabilkan
suhu tubuh, menstabilkan pernafasan, nadi serta glukosa darah bayi. Penelitian di
Ghana menyebutkan IMD dapat menyelamatkan 22% dari bayi yang meninggal
sebelum usia satu bulan, IMD disebut sebagai tindakan penyelamatan kehidupan.
IMD merupakan kunci kesuksesan menyusui yang dipengaruhi oleh sikap,
pengetahuan dan motivasi bidan/dokter penolong persalinan, didukung oleh
suami, keluarga, dan masyarakat. Informasi dan dukungan sangat diperlukan bagi
ibu dan keluarga dimulai sejak kehamilan.
Mengingat banyaknya / meningkatnya angka kematian bayi khususnya
bayi baru lahir yg disebabkan oleh asfiksia dan hipotermia oleh sebab itu makalah
ini dijelaskan untuk menekankan angka kejadian tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan asfiksia dan hipotermia?
2. Apa patofisiologi asfiksia dan hipotermia?
3. Apa saja tanda gejala asfiksia hipotermi dan hipotermia?
4. Bagaimana kita dapat mengetahui diagnosa asfiksia dan hipotermia?
5. Bagaimana penanganan asfiksia dan hipotermia?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yg dimaksud dengan asfiksia dan hipotermia lebih
jelas.
2. Untuk mengetahui patofisiologi,tanda gejala,diagnosa dan penangannanya.
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ASFIKSIA
A. Definisi
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas
secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir,
umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat
hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau
masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan
(Asuhan Persalinan Normal, 2007).
Asfiksia Neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang
mengalami gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir,
sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat
asam arang dari tubuhnya (Dewi, 2011).
7
B. Patofisiologi Asfiksia
8
Setelah waktu singkat-lama asfiksia tidak dikaji dalam situasi klinis karena
dilakukan tindakan resusitasi yang sesuai –usaha bernafas otomatis
dimulai. Hal ini hanya akan membantu dalam waktu singkat, kemudian
jika paru tidak mengembang, secara bertahap terjadi penurunan kekuatan
dan frekuensi pernafasan. Selanjutnya bayi akan memasuki periode apnea
terminal. Kecuali jika dilakukan resusitasi yang tepat, pemulihan dari
keadaan terminal ini tidak akan terjadi.
Frekuensi jantung menurun selama apnea primer dan akhirnya turun di
bawah 100 kali/menit. Frekuensi jantung mungkin sedikit meningkat saat
bayi bernafas terengah-engah tetapi bersama dengan menurun dan
hentinya nafas terengah-engah bayi, frekuensi jantung terus berkurang.
Keadaan asam-basa semakin memburuk, metabolisme selular gagal,
jantungpun berhenti. Keadaan ini akan terjadi dalam waktu cukup lama.
Selama apnea primer, tekanan darah meningkat bersama dengan pelepasan
ketokolamin dan zat kimia stress lainnya. Walupun demikian, tekanan
darah yang terkait erat dengan frekuensi jantung, mengalami penurunan
tajam selama apnea terminal.
Terjadi penurunan pH yang hamper linier sejak awitan asfiksia. Apnea
primer dan apnea terminal mungkin tidak selalu dapat dibedakan. Pada
umumnya bradikardi berat dan kondisi syok memburuk apnea terminal.
9
Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan
keseimbangan asam-basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya terjadi
asidosis respioratorik. Bila berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses
metabolisme an aerobic yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen
tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Pada tingkat selanjutnya
akan terjadi perubahan kardiovaskular yang disebabkan oleh beberapa keadaan
diantaranya :
1. Faktor ibu
10
Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
3. Faktor Bayi
4. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta.
Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta,
misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta dan lain-lain.
5. Faktor fetus
11
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah
dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan
janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat
menumbung, tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan
lahir dan lain-lain.
6. Faktor neonatus
Depresi tali pusat pernafasan bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa
hal, yaitu :
(a) pemakaian obat anastesi/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung
dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin
(b) trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarahan intrakranial
(c) kelainan kongenital pada bayi, misalnya hernia diafragmatika, atresia/stenosis
saluran pernapasan, hipoplasia paru dan lain-lain.
E. Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia
Kejang
Penurunan kesadaran
F. Diagnosis
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia /
hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan
dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat
perhatian yaitu :
Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi
apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan lebih-
lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya
12
2. Mekonium dalam air ketuban
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi
kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus diwaspadai.
Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan
indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai bayi,
menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan tindakan
resusitasi. Upaya resusitasi yang efesien clan efektif berlangsung melalui
rangkaian tindakan yaitu menilai pengambilan keputusan dan tindakan lanjutan.
Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda
penting, yaitu :
Penafasan
Denyut jantung
Warna kulit
Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi atau
membuat keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian pernafasan
menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus segera
13
ditentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan vertilasi dengan tekanan
positif (VTP).
2. Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang,
handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur
posisi kepala bayi.
– Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm.
– Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran
pernafasan terbuka.
2. Memulai pernafasan
14
– Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ETdan balon atau
mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).
3. Mempertahankan sirkulasi
– Kompresi dada.
– Pengobatan
Persiapan resusitasi
Agar tindakan untuk resusitasi dapat dilaksanakan dengan cepat dan efektif, kedua
faktor utama yang perlu dilakukan adalah :
– Oksigen
– Alat pengisap
– Alat intubasi
– Obat-obatan
15
1. Tenaga kesehatan yang slap pakai dan terlatih dalam resusitasi neonatal harus
rnerupakan tim yang hadir pada setiap persalinan.
2. Tenaga kesehatan di kamar bersalin tidak hanya harus mengetahui apa yang
harus dilakukan, tetapi juga harus melakukannya dengan efektif dan efesien
3. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi harus bekerjasama sebagai
suatu tim yang terkoordinasi.
4.Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan
berikutnya ditentukan khusus atas dasar kebutuhan dan reaksi dari pasien.
5. Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan resusitasi harus tersedia clan siap
pakai.
Langkah-Langkah Resusitasi
16
pemancar panas pada bayi kurang bulan dan BBLR. Alat lain yang bisa digunakan
adalah alas penghangat.
(b) Memposisikan bayi dengan sedikit menengadahkan kepalanya
Bayi diletakkan telentang dengan leher sedikit tengadah dalam posisi menghidu
agar posisi farings, larings dan trakea dalam satu garis lurus yang akan
mempermudah masuknya udara. Posisi ini adalah posisi terbaik untuk melakukan
ventilasi dengan balon dan sungkup dan/atau untuk pemasangan pipa endotrakeal.
(c) Membersihkan jalan napas sesuai keperluan Aspirasi mekoneum saat
proses persalinan dapat menyebabkan pneumonia aspirasi. Salah satu pendekatan
obstetrik yang digunakan untuk mencegah aspirasi adalah dengan melakukan
penghisapan mekoneum sebelum lahirnya bahu (intrapartum suctioning), namun
bukti penelitian dari beberapa senter menunjukkan bahwa cara ini tidak
menunjukkan efek yang bermakna dalam mencegah aspirasi mekonium.
Cara yang tepat untuk membersihkan jalan napas adalah bergantung pada
keaktifan bayi dan ada/tidaknya mekonium. Bila terdapat mekoneum dalam cairan
amnion dan bayi tidak bugar (bayi mengalami depresi pernapasan, tonus otot
kurang dan frekuensi jantung kurang dari 100x/menit) segera dilakukan
penghisapan trakea sebelum timbul pernapasan untuk mencegah sindrom aspirasi
mekonium. Penghisapan trakea meliputi langkah-langkah pemasangan
laringoskop dan selang endotrakeal ke dalam trakea, kemudian dengan kateter
penghisap dilakukan pembersihan daerah mulut, faring dan trakea sampai glotis.
Bila terdapat mekoneum dalam cairan amnion namun bayi tampak bugar,
pembersihan sekret dari jalan napas dilakukan seperti pada bayi tanpa mekoneum.
17
Bayi yang berada dalam apnu primer akan bereaksi pada hampir semua
rangsangan, sementara bayi yang berada dalam apnu sekunder, rangsangan
apapun tidak akan menimbulkan reaksi pernapasan. Karenanya cukup satu atau
dua tepukan pada telapak kaki atau gosokan pada punggung. Jangan membuang
waktu yang berharga dengan terus menerus memberikan rangsangan taktil.
5. Observasi gerak dada bayi: adanya gerakan dada bayi turun naik
merupakan bukti bahwa sungkup terpasang dengan baik dan paru-paru
mengembang. Bayi seperti menarik nafas dangkal. Apabila dada bergerak
maksimum, bayi seperti menarik nafas panjang, menunjukkan paru-paru
terlalu mengembang, yang berarti tekanan diberikan terlalu tinggi. Hal ini
dapat menyebabkan pneumothoraks.
18
6. Observasi gerak perut bayi: gerak perut tidak dapat dipakai sebagai
pedoman ventilasi yang efektif. Gerak paru mungkin disebabkan
masuknya udara ke dalam lambung.
Apabila dengan tahapan diatas dada bayi masih tetap kurang berkembang
sebaiknya dilakukan intubasi endotrakea dan ventilasi pipa-balon lakukan
3. Kompresi dada
o Kedua ibu jari menekan sternum, ibu jari tangan melingkari dada dan menopang
punggung
o Lebih unggul dalam menaikan puncak sistolik dan tekanan perfusi coroner
19
o Ujung jari tengah dan telunjuk/jari manis dari 1 tangan menekan sternum,
tangan lainnya menopang punggung
o Tidak tergantung
4. Intubasi Endotrakeal
Cara:
a. Langkah 1: Persiapan memasukkan laringoskopi
20
Masukkan daun sampai batas pangkal lidah
Masukkan pipa dari sebelah kanan mulut bayi dengan lengkung pipa pada
arah horizontal
Memasukkan pipa sampai garis pedoman pita suara berada di batas pita
suara
21
Pegang pipa dengan kuat sambil menahan kea rah langit-langit mulut bayi,
cabut laringoskop dengan hati-hati.
a. Epinefrin
Larutan = 1 : 10.000
c. Dekstron 10%
d. Nalokson
22
2.2 HIPOTERMIA
A. Definisi
Kosim et al., (2014) dan Behrmen et al., (2000) menyatakan bahwa bayi
baru lahir tanpa penanganan yang tepat akan kehilangan panas empat kali lebih
besar dari pada orang dewasa, sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan
suhu, tubuh antara 2 – 4°C dalam 10 - 30 menit setelah kelahiran.
Suhu tubuh rendah dapat disebabkan oleh karena terpapar dengan
lingkungan yang dingin (suhu lingkungan rendah,permukaan yang dingin atau
basah) atau bayi dalam keadaan basah atau tidak berpakaian(asuhan kebidanan
neonatus,bayi,dan anak balita).
Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu tubuh dibawah normal (kurang
dari 36,5 C). Hipotermi merupakan salah satu penyebab tersering dari kematian
bayi barulahir,terutamadenganberatbadankurangdari2,5Kg.(sudarti,M.Kes 2010)
Hipotermi dibedakan atas :
1.stres dingin(36-36,5 C)
2.hipotermi sedang(32-36 C)
3.hipotermi berat(dibawah32 C)
Bayi-bayi yang sangat rawan terhadap hipotermi yaitu :
1. bayi kurang bulan / prematur
2. bayi berat lahir rendah
3. bayi sakit
B.Etiologi
1. Prematuritas
2. Asfiksia
3. Sepsis
4. Kondisi neurologik seperti meningitis dan perdarahan cerebral
5. Pengeringan yang tidak adekuat setelah kelahiran
6. Eksposure suhu lingkungan yang dingin
23
C.Patofisiologi
Sewaktu kulit bayi menjadi dingin, saraf afferen menyampaikan pada
sentral pengatur panas di hipothalamus. Saraf yang dari hipothalamus sewaktu
mencapai brown fat memacu pelepasan noradrenalin lokal seehingga trigliserida
dioksidasi menjadi gliserol dan asam lemak. Blood gliserol level meningkat tetapi
asam lemak secara lokal dikonsumsi untuk menghasilkan panas.daerah brown fat
menjadi panas, kemudian didistribusikan ke beberapa bagian tubuh melalui aliran
darah.Ini menunjukkan bahwa bayi akan memerlukan oksigen tambahan dan
glukosa untuk metabolisme yang digunakan untuk menjaga tubuh tetap hangat.
D. Penyebab Hipotermi
Berikut penyebab terjadinya penurunan suhu tubuh pada bayi :
Ketika bayi baru lahir tidak segera dibersihkan, terlalu cepat dimandikan,
tidak segera diberi pakaian, tutup kepala, dan dibungkus, diletakkan pada
ruangan yang dingin, tidak segera didekapkan pada ibunya, dipisahkan
dari ibunya, tidak segera disusui ibunya.
Bayi berat lahir rendah yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2,5
kg atau bayi dengaan lingkar lengan kurang dari 9,5 cm atau bayi dengan
tanda-tanda otot lembek, kulit kerput.
Bayi lahir sakit seperti asfiksia, infeksi sepsis dan sakit berat.
a. Hipotermia sedang:
Kaki teraba dingin
Kemampuan menghisap lemah
Tangisan lemah
Kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata
b. Hipotermia berat
Sama dengan hipotermia sedang
Pernafasan lambat tidak teratur
24
Bunyi jantung lambat
Mungkin timbul hipoglikemi dan asidosisi metabolic
c. Stadium lanjut hipotermia
Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang
Bagian tubuh lainnya pucat
Kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada
punggung, kaki dan tangan (sklerema) .
F. Diagnosis
H. Pengobatan Hipotermi
Mengatasi bayi hipotermi dilakukan dengan cara :
25
karena terjadi kontak kulit langsung.Bila tubuh bayi masih teraba dingin
bisa ditambahkan selimut.
Bayi baru lahir mengenakan pakaian dan selimut yang disetrika atau
dihangatkan diatas tungku.
Menghangatkan bayi dengan lampu pijar 40 sampai 60 watt yang
diletakkan pada jarak setengah meter diatas bayi.
Meminta pertolongan kepada petugas kesehatan terdekat.
I. Pencegahan Hipotermi
26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan evaluasi dan
manajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis ( ≤ usia 28 hari)
membutuhkan pengetahuan yang dalam mengenali perubahan psikologis dan
kondisi patologis yang mengancam jiwa yang bisa saja timbul sewaktu-waktu.
Masalah pada neonatus biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi
pada masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian. Masalah ini
timbul sebagai akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang kurang
memadai, manajemen persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, kurangnya
perawatan bayi baru lahir. Kalau ibu meninggal pada waktu melahirkan, si bayi
akan mempunyai kesempatan hidup yang kecil.
B. Saran
Kasus kegawatdaruratan merupakan hal yang saat ini mendapat perhatian
yang begitu besar. Oleh karena itu, diharapkan seluruh pihak memberikan
kontribusinya dalam merespon kasus kegawatdaruratan ini. Diharapkan kepada
para calon bidan agar cepat mengetahui dan memahami kegawatdaruratan pada
bayi baru lahir serta mengenali tanda-tanda bahaya yang terjadi pada bayi baru
lahir.
27
DAFTAR PUSTAKA
HidayahAA.2008.Pengantarilmukesehatananakuntukpendidikankebidanan.Salem
baMedika. Jakarta.
28