Anda di halaman 1dari 11

KEHAMILAN DENGAN TYPHOID

MAKALAH
BIOSTATIK
Oleh Kelompok 4 :
LESTARI SANGRILA
SUCI INDAH S
SARTIKA P W

DOSEN PEMBIMBING :
Dr. MED HARTIAN PANSORI, M.Kes. PATH

PRODI DIII KEBIDANAN


FIKES UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
2018

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah, SWT atas berkat
rahmat dan taufik hidayah-Nya jualah sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah ini dengan judul : Kehamilan dengan Typhoid

Didalam penyusunan Makalah ini penulis banyak mendapat bantuan dari


berbagai pihak , baik bimbingan, saran-saran dan masukan secara moril
maupun materil. Tanpa bantuan pihak-pihak yang telah memberi bantuan
maka Makalah ini tidak akan terselesaikan dengan baik, untuk itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya terutama kepada :

1. Dr. Med Hartian Pansori, M.Kes. PATH , selaku Dosen Pengasuh


Mata Kuliah Biostastik yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam penyempurnaan Makalah ini.
2. Rekan-rekan seperjuangan Prodi Kebidanan Unived Bengkulu atas
motivasinya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Makalah ini


masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan, untuk itu penulis
menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dan penulis akan
menerima dangan senang hati demi kesempurnaan Makalah ini. Akhir kata
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua serta
dapat menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca.

Bengkulu, September 2018

Penulis

BAB I

2
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Typus abdominalis dalam kehamilan, dan nifas menunjukan angka


kematian yang lebih tinggi dari pada di luar kehamilan. Ibu hamil yang
menderita tifus memiliki risiko kematian 15 persen atau lebih. Penyakit ini
mempunyai pengaruh buruk terhadap kehamilan. Janin yang dikandungnya
berpeluang sekitar 60-80 persen gugur atau lahir prematur, lebih dini terjadinya
infeksi dalam kehamilan, lebih besar kemungkinan berakhirnya kehamilan.
Infeksi ini bisa dicegah dengan vaksinasi. Ibu yang mengalami infeksi setelah
melahirkan disarankan untuk tidak menyusui bayinya karena dikhawatirkan
bisa menular. Selain itu, ibu dianjurkan untuk banyak istirahat, menjalani
pengobatan simptomatik dan minum obat antibakteri.Pengobatan dengan
kloramfenikol atau tiamfenikol (Urfamycin) biasanya cukup manjur. Waktu ada
wabah, semua wanita hamil perlu diberi vaksinasi. Walaupun kuman-kuman
tIfus abdominalis tidak di keluarkan melalui air susu, namun sebaiknya
penderita tidak menyusui bayinya karena keadaan umum ibu biasanya tidak
mengizinkan, dan karena kemungkinan penuluaran oleh ibu melalui jalan lain
tetap ada. Tifus abdominalis tidak merupakan indikasi bagi abortus buatan.

2. Tujuan
Untuk mengetahui tentang kehamilan dengan typhoid

3. Rumusan Masalah
Bagaimana tentang kehamilan dengan penyakit typhoid ?

BAB II
PEMBAHASAN

3
1. Pengertian Thypus
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit
ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis.

2. Pengertian Thypus Abdominalis


Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan
pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada
anak usia 12 – 13 tahun (70% – 80% ), pada usia 30 – 40 tahun (10%-20%) dan
diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak ( 5%-10% ).
Pada paratipus jenis tipus yang lebih ringan mungkin sesekali
mengalami buang-buang air. Jika diamati, lidah tampak berselaput putih susu,
bagian tepinya merah terang. Bibir kering, dan kondisi fisik tampak lemah, serta
nyata tampak sakit. Jika sudah lanjut, mungkin muncul gejala kuning, sebab
pada tipus organ hati bisa membengkak seperti gejala hepatitis. Pada tipus limpa
juga membengkak. kuman tipus tertelan lewat makanan atau minuman
tercemar. Bisa jadi sumbernya dari pembawa kuman tanpa ia sendiri sakit tipus.
Kuman bersarang di usus halus, lalu menggerogoti dinding usus. Usus
luka, dan sewaktu-waktu tukak tipus bisa jebol,dan usus jadi bolong. Ini
komplikasi tipus yang paling ditakuti. Komplikasi tipus umumnya muncul pada
minggu kedua demam. Yaitu jika mendadak suhu turun dan disangka sakitnya
sudah menyembuh, namun denyut nadi meninggi, perut mulas melilit, dan
pasien tampak sakit berat. Kondisi begini membutuhkan pertolongan gawat
darurat, sebab isi usus yang tumpah ke rongga perut harus secepatnya
dibersihkan. Untuk tahu benar kena tipus harus periksa darah. Setelah minggu
pertama demam tanda positif tipus baru muncul di darah ( uji widal).Pembawa
kuman ini berbahaya jika profesinya pramusaji atau orang yang kerjanya
menyiapkan makanan dan minuman jajanan (food handler). Sekarang tipus bisa
dicegah dengan imunitas tipus.

3. Etiologi

4
Salmonella thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu
getar, tidak berspora mempunyai sekurang kurangnya antigen yaitu :
a. Antigen O (somatic, terdiri dari zat kompleki polisakarida)
b. Antigen H (flagella)
c. Antigen V1 dan protein membrane hialin salmonella parathypi A.
Salmonella parathypi A, salmonella parathypi B, salmonella parathypi C
feces dan urine dari pnderita thypus.

4. Patofisologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus
(muntah), Fly (lalat),dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dan menularkan kuman
salmonella thypoid kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui
perantara lalat, dimana lalat dapat hinggap dimakanan yang dikonsumsi oleh
orang yang sehat.Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan
dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella
thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk
ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan
sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid.
Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran
darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial Sel-sel retikuloendotelial ini
kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan
bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh
endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa
endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid.
Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses
inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi
dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit
pada jaringan yang meradang.

5. Faktor Resiko

5
Penyakit typus dapat ditularkan melalui makanan yang tercemar dengan
kuman typus.Bila sering menderita penyakit ini kemungkinan besar makanan
atau minuman yang dikonsumsi tercemar bakterinya. Hindari jajanan di pinggir
jalan terlebih dahulu. Atau telur ayam yang dimasak setengah matang pada
kulitnya tercemar tinja ayam yang mengandung bakteri typus, salmonella
thyposa, kotoran, atau air kencing

6. Gejala – gejala
Panas badan yang semakin hari bertambah tinggi terutama pada sore dan
malam hari. Terjadi selama 7 – 10 hari, kemudian panasnya menjadikonstan
dan kontinyu, umumnya paginya sudah baikkan, namun ketika menjelang
malam kondisi mulai menurun lagi.
Fase awal timbulnya gejala lemah, sakit kepala, infeksi tenggorokan,
rasa tidak enak di perut, sembelit atau terkadang sulit buang air besar, dan diare.
Pada keadaan yang berat penderita bertambah sakit dan kesadaran mulai
menurun.

7. Upaya Pencegahan
Untuk mencegah agar terhindar dari penyakit ini, kini sudah ada Vaksin
Tipes atau Tifoid yang disuntikkan atau secara minum obat dan dapat
melindungi dalam waktu 3 tahun. Atau dapat dengan cara :
a. Usaha terhadap lingkunagan hidup :
 Penyadiaan air minum yang memenuhi
 Pembuangan BAB dan BAK yang memenuhi
 Pemberantasan lalat
 Pengawasan terhadap rumah rumah dan penjualan makanan
b. Usaha terhadap manusia:
 Imunisasi
 Pendidikan kesehatan pada masyarakat seperti hygiene sanitasi,
personal hygiene.

8. Teraphy / Pengobatan

6
Penyakit ini tidak terlalu parah, namun sangat mengganggu aktifitas.
Yang sangat dibutuhkan adalah istirahat total selama beberapa minggu bahkan
bulan.Bagi orang yang sangat aktif, hal ini sangat menderita.Yang perlu
diperhatikan pasca terkena tipes adalah pola makan yang benar. Misalnya harus
lunak, terapkan makan lunak sampai batas yang telah ditentukan dokter,
kemudian makanan yang berminyak, pedas, asam, spicy hindari. Kurangi
kegiatan yang terlalu menguras tenaga. Kemudian untuk menjaga stamina bisa
diberikan Kapsul Tapak (sesuai ketentuan dokter) Liman 3 x 2 Kaps/hr, Kaps
Daun sendok 3 x 2 Kaps.hr, dan Patikan Kebo 3 x 1 Kaps/hr,(untuk membantu
mempercepat penyembuhan luka diusus akibat Typus).
Pengobatan pada penderita ini meliputi tirah baring, diet rendah serat –
tinggi kalori dan protein, obat-obatan berupa antibiotika, serta pengobatan
terhadap komplikasi yang mungkin timbul. Obat untuk penyakit Types adalah
antibiotika golongan Chloramphenikol, Thiamphenikol, Ciprofloxacin dll,yang
diberikan selama 7 – 10 hari. Lamanya pemberian antibiotika ini harus cukup
sesuai resep yg dokter berikan. Jangan dihentikan bila gejala demam atau
lainnya sudah reda selama 3-4 hari minum obat. Obat harus diminum sampai
habis ( 7 – 10 hari ). Bila tidak, maka bakteri Tipes yg ada di dalam tubuh pasien
belum mati semua dan kelak akan kambuh kembali.

9. Penatalaksanaan
a. Bed rest total (tirah baring absolut) sampai minimal 7 hari bebas panas atau
selama 14 hari, lalu mobilisasi secara bertahap, mulai dari duduk, berdiri,
sampai Jalan pada 7 hari bebas panas
b. Diet tetap makan nasi, tinggi kalori dan protein (rendah serat
medikamentosa)
c. Anti piretik(parasetamol setiap 4-6 jam)
d. Roborantia (Becom-C, dll)
e. Antibiotika
f. Kloramfenikol, Thiamfenikol : 4 x 500 mg, jika sampai 7 hari panas tidak
turun (obat diganti)
g. Amoksilin/ ampisilin : 1 gr/6 jam selama gase demam. Bila demam turun
>750 mg 6 jam sampai 7 hari bebas panas

7
h. Kotrimoksasol : 2 x 960 mg selama 14 hari atau 7 hari bebas panas. Jika
terjadi leukopeni (obat diganti)
i. Golongan sefalospurin generasi III (mahal)
Catatan :
Kortikosterroid : khusus untuk penderita yang sangat toksik (panas tinggi
tidak turun – turun kesadaran menurun dan gelisah / sepsis) :
Hari ke 1 : Kortison 3 x 100 mg im atau prednisone 3 x 10 mg oral
Hari ke 2 : kortison 2 x 100 mg im atau prednisone 2 x 10 mg oral
Hari ke 3 : Kortison 3 x 50 mg im atau prednisone 3 x 5 mg oral
Hari ke 4 : Kortison 2 x 50 mg im atau prednisone 2 x5 mg oral
Hari ke 5 : Kortison 1 x 50 mg im atau prednisone 1 x 5 mg oral
Pada Anak :
a) Klorampenikol : 50 – 100 mg/Kg BB/ dibagidalam 4 dosis sampai 3 hari
bebas/minimal 14 hari pada bayi.
b) Kontrimoksasol : 8 – 20 mg/kg BB/hari dalam 2 dosis sampai 5
panas/minimal 10 hari.
c) Bila terjadi ikterus dan hepatomeli : salain kloramfenikol diterapi
dengan ampisilin 100 mg/kg BB/hari selama 14 hari dibagi dalam 4
dosis
d) Bila dengan upaya – upaya tesebut pasa tidak turun juga, rujuk ke
RSUD
Perhatian :
Jangan mudah memberi golongan quinolon, bila dengan obat lain masi biasa
diatasi
Jangan mudah memberi Kloramfenikol bagi kasus demam yang belum
pasti. Demam Tifoid, mengingat komplikasi Agranulositotis tidak semua
demam dengan leukopeni adalah demam tifoid

Penatalaksanaan Kedua
Terdiri dari 3 bagian yaitu :
a) Perawatan
b) Tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang
lebih selama 14 hari
c) Posisi tubuh harus diubah setiap dua jam untuk mencegah dekubitus

8
d) Mobilisasi sesua dengan kondisi
e) Diet
f) Makanan mengandung cukup cairan,,kalori, dan tinggi protein, tidak
boleh menandung banyak serat, tidak merangsang mauppun
menimbulkan banyak gas.

10. Obat
a. Antimikroba :
1) Kloramfenikol
2) Tiamfenikol
3) Co-trimoksazol (kombinasi trimetropim dan sulkametoksazol)
b. Obat symtomatik
1) Antipiretik
2) Kartikosteroid, diberikan pada pasien yang toksis
3) Supportif : vitamin – vitamin

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan
pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada
anak usia 12 – 13 tahun.
Pada paratipus jenis tipus yang lebih ringan mungkin sesekali
mengalami buang-buang air . Jika diamati, lidah tampak berselaput putih susu,
bagian tepinya merah terang. Bibir kering, dan kondisi fisik tampak lemah, serta
nyata tampak sakit. Penyakit typus ini bisa di tularkan dengan cara, yang
dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus
(muntah), Fly (lalat),dan melalui Feses.
Penyakit inu mempunyai tanda gejla seperti panas badan yang semakin
hari bertambah tinggi terutama pada sore dan malam hari. Terjadi selama 7 –
10 hari, kemudian panasnya menjadikonstan dan kontinyu, umumnya paginya
sudah baikkan, namun ketika menjelang malam kondisi mulai menurun lagi.
Untuk mencegah agar terhindar dari penyakit ini, kini sudah ada Vaksin
Tipes atau Tifoid yang disuntikkan atau secara minum obat dan dapat
melindungi dalam waktu.
B. Saran
Sebagai seorang tenaga kesehatan kita hendaknya mengetahui
bagaimana cara pencegahan dari penyakit typus ini, dan apa saja tanda dan
gejalanya. Terutama apabila penyakit ini diderita oleh ibu hamil, karena
biasanya mengganggu kesehatan janin yang di kandungnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Achmad Fadlun, 2012, Asuhan Kebidanan Patologis, Jakarta, Salemba Medika

Nugraheni Esti, 2010, Asuhan Kebidanan Pathologi, Yogyakarta, Pustaka Rihama

11

Anda mungkin juga menyukai