Anda di halaman 1dari 9

Ringkasan Mata Kuliah

PENGAUDITAN II
SAP 6
Pengauditan Siklus Produksi dan Jasa Personalia

Oleh :
KELOMPOK 3
Ni Wayan Arikarsita 1607531038 No. Absen 12
Devia Galuh Palupi 1607531039 No. Absen 13
Cokorda Bagus Wiadnyana Putra 1607531058 No. Absen 16

Kelas : EKA 446 C3


Dosen Pengampu : Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, S.E., M.Si., Ak. CA.

AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2018

0
6.1 MERENCANAKAN AUDIT ATAS SIKLUS PRODUKSI
Siklus produksi (production cycle) berhubungan dengan konversi bahan baku menjadi
barang jadi. Siklus ini meliputi perencanaan serta pengendalian produksi dan jenis-jenis dan
kuantitas barang yang akan diproduksi, tingkat persediaan yang akan dipertahankan, serta
transaksidan peristiwa yang berkaitan dengan proses pabrikasi. Transaksi yang terjadi dalam
siklus ini dimulai pada saat bahan baku diminta untuk produksi, dan berakhir ketika barang
yang diproduksi di transfer ke barang jadi. Transaksi yang terjadi dalam siklus ini disebut
sebagai transaksi pabrikasi (manufacturing transactions). Siklus produksi saling berkaitan
dengan tiga siklus lain berikut ini:(1) siklus pengeluaran dalam pembelian bahan baku dan
pembayaran berbagai biaya overhead, (2) siklus jasa personalia dalam pembayaran biaya
tenaga kerja pabrik, dan (3) siklus pendapatan dalam penjualan barang jadi.
a. Tujuan Audit
Ada dua kelompok tujuan audit yaitu : (1) tujuan audit atas kelompok transaksi yang
berkaitan dengan transaksi-transaksi produksi, dan (2) tujuan audit atas saldo rekening
persediaan dan saldo rekening harga pokok penjualan.
b. Strategi Audit
Pengetahuan tentang bisnis dan bidang usaha klien akan membantu auditor dalam
merancang program pengauditan yang efektif dan efisien.
c. Materialitas, Risiko Bawaan, dan Prosedur Analitis
Hal utama yang harus diperhatikan dalam menilai pengalokasian materialitas adalah
penentuan besarnya salah saji yang akan bisa mempengaruhi keputusan para pemakai
laporan keuangan. Risiko bawaan untuk terjadinya salah saji dalam laporan keuangan
yang diakibatkan oleh transaksi-transaksi
d. Pertimbangan Komponen-Komponen Pengendalian Intern
Pengendalian dan pemonitoran yang dilakukan manajemen dalam siklus produksi
mencakup umpan balik dari para pelanggan seperti misalnya informasi tentang kualitas
dan ketepatan waktu pengiriman , dan penggunaan auditor intern untuk menilai efektifitas
pengendalian biaya, ketelitian data biaya, serta pengawasan fisik terhadap persediaan.
6.2 AKTIVITAS PENGENDALIAN – TRANSAKSI PABRIKASI
Komponen aktivitas pengendalian dalam pengendalian internal terdiri dari 4 kategori
aktivitas : (1) pemisahan tugas, pengendalian umum, dan pengendalian aplikasi (2)
pengendalian pemrosesan informasi yang mencakup otorisasi yang tepat (3) pengendalian
fisik (4) penelaahan kinerja dan akuntanbilitas.
1. Dokumen dan catatan yang umum
Berikut ini disajikan beberapa, catatan dan file komputer yang lazim digunakan dalam
memproses transaksi pabrikasi antara lain:
 Perintah produksi,  slip pengeluaran bahan,
 laporan kebutuhan bahan,

1
 laporan aktivitas produksi  file induk biaya standar,
 file induk persediaan bahan baku,
harian,
 file induk persediaan barang dalam
 laporan produksi yang sudah
proses,
selesai,
 file induk persediaan barang jad
 buku besar pembantu,

2. Fungsi-fungsi dan pengendalian terkait


Fungsi-fungsi pabrikasi :
a) Memulai produksi
 Merencanakan dan mengendalikan produksi
Otorisasi produksi dibuat dalam departemen perencanaan dan pengendaIian
produksi berdasarkan pesanan yang diterima dari pelanggan atau analisis
peramalan penjualan serta kebutuhan persedian. Pendokumentasian, otorisasi
dilakukan dengan menerbitkan perintah produksi benomor urut.
 Mengeluarkan bahan baku
Gudang akan menyerahkan bahan baku ke bagian produksi setelah menerima
slip pengeluaran bahan (permintaan) yang dibuat oleh departemen produksi.
Slip ini menunjukkan kuantitas dan jenis bahan yang dirninta serta nomor
perintah yang harus dibebani. Setiap slip harus ditandatangi oleh pekerja
produksi yang berwenang.
b) Perpindahan Barang
 Memproses Barang Dalam Produksi
Tenaga kerja yang digunakan untuk mengerjakan perintah produksi tertentu
dicatat dalam tiket waktu, Fungsi pencatatan waktu ini juga bisa dilakukan
dengan mengharuskan karyawan memasukan tanda pengenal mereka ke dalam
terminal komputer, kemudian mengetik momor perintah produksi setiap kali
mereka memulai atau berhenti mengerjakan suatu pesanan,
 Memindahkan pekerjaan yang sudah selesai ke barang jadi
Apabila pembaatm barang sudah selesai dan sudah lulus inspeksi akhir, maka
disusunlah sebuah laporan produksi yang sudah selesai. Barang tersebut
kemudiaan dikirim ke gudang barang jadi. Yang menerima tanggung jawab
atas barang itu menandatangani tiket perpindahan.
 Melindungi persediaan
Persediaan pabrikasi sangat rentan dengan pencurian dan kerusakan
Penyimpanan persediaan bahan baku dan barang jadi dalam ruang terkunci
dengan akses yang terbatas pada orang-orang yang diberi otorisasi mempakan
hal yang terpenting dalam meIindungi aktiva ini.
c) Mencatat Transaksi Pabrikan dan Persediaan
 Menentukan dan mencatat biaya pabrikan
Fungsi ini menyangkut hal-hal sebagai berikut:

2
1) Membebankan bahan langsung dan tenaga kerja langsung ke barang
dalam proses
2) Mengenakan overhead pabrikasi ke barang dalam proses
3) Memindahkan biaya diantara deprtemen produksi
4) Memindahkan biaya produksl yang sudah selesai ke barang jadi
 Mempertahankan kebenaran salda-saldo persediaan
Dalam hal mempertahankan saldo-saldo persediaan melibatkan 3 aktifitas.
yaitu:
1) Dilakukan perhitungan periodik yang independent terhadap persediaan
yang ada di tangan dan membandingkan dengan kuantitas yang dicatat.
2) Dilakukan pengecekan periodic yang independent terhadap kesesuaian
antara Jumlah yang tercatat dalam file bahan baku, barang dalam proses
dan barang jadi.
3) Inspeksi periodik terhadap kondisi persediaan dan penelaahan
manajemen atas laporan aktivitas persediaan
d) Pengendalian Manajemen
Pengendalian manajemen digunakan untuk memantau setiap fungsi. Apabila
manajemen ditetapkan sebagai pihak yang bertanggungjawab atas penggunaan
sumber daya pada setiap tahap produksi, maka kemungkinan terjadinya kesalahan
yang tidak disengaja akan diperkecil.

3. Memperoleh pemahaman dan menilai risiko pengendalian


Dalam memperoleh pemahaman dan mendokumentasikan tentang bagian-bagian dari
komponen pengendalian internal yang relevan dengan transaksi pabrikasi, auditor
menggunakan prosedur yang sama seperti transaksi lain. Prosedur ini meliputi:
o Review atas pengalamam sebdumnya dengan klien yang bersangkutan
o Pengajuan pertanyaan kepada manajemen serta personil produksi
o Pemeriksaan dokumen dan catatan produksi
o Pengamatan atas aktivitas dan kondisi produksi
Prosedur ini juga mencakup penggunaan kuesioner pengendalian internal, bagan arus,
dan memorandum naratif.
6.3 MERENCANAKAN AUDIT ATAS SIKLUS JASA PERSONALIA
Kelompok utama dalam siklus ini adalah transaksi penggajian/pengupahan.
Gambar. 1. Rekening-Rekening yang Terkait Dengan Penggajian

Debet Kredit Debet Kredit


Biaya kompensasi (gaji, upah, Utang Biaya Bank- Rekening
komisi, bonus, opsi saham, Kompensasi, Utang penggajian (sebesar
dan benefit-benefit pegawai), yang timbul dari kompensasi bersih)
PPh karyawan, Biaya Tenaga pemotongan gaji Bank- Rekening umum
Kerja Langsung, Biaya pegawai, Utang PPh (sebesar jumlah yang
Overhead Pabrik(tenaga kerja karyawan dipotong dari kompensasi
tak langsung) kotor pegawai

Produksi Pembayaran
Penggunaan Pemahaman Tentang Bisnis dan Bidang Usaha Untuk Menetapkan
Strategi Audit
Sebelum mengaudit atas jasa personalia, auditor harus memahami :
a. Arti penting atau peran jasa personalia dalam perusahaan yang akan diaudit
(misalnya: apakah perusahaan klien merupakan padat tenaga kerja atau padat modal)
b. Sifat kompensasi (kompensasi berupa upah yang diberikan atas dasar jam kerja
membutuhkan sistem pengawasan yang berbeda dengan kompensasi berupa gaji tetap
bulanan atau mingguan)
c. Arti penting berbagai paket kompensasi, seperti bonus, opsi saham, dan program
pensiun.
Apabila kompensasi yang diberikan perusahaan terutama berupa gaji tetap dan menunjukkan
hubungan yang bisa diprediksi dengan jasa yang diberikan karyawan, maka auditor dalam
strategi auditnya bisa menekankan pada penggunaan prosedur analitis. Jika sebagian besar
berupa upah yang dibayar atas dasar jam kerja yang berfluktuasi sepanjang periode, maka
sebaiknya menekankan pada pendekatan tingkat risiko pengendalian ditetapkan lebih rendah.
Materialitas, Risiko Bawaan, dan Prosedur Analitis
Materialitas
Perkembangan yang pesat pada perusahaan jasa menyebabkan semakin pentingnya
peranan tenaga kerja, sehingga siklus jasa personalia pada banyak perusahaan merupakan
bidang audit yang material. Contohnya perusahaan jasa seperti bank, perusahaan asuransi,
dan perusahaan profesional, jasa personalia biasanya merupakan salah satu pos biaya yang
besar.
Risiko Bawaan
Auditor pada umumnya tidak begitu khawatir dengan asersi kelengkapan pada siklus
personalia, namun kecurangan (asersi keberadaan atau keterjadian, penilaian atau
pengalokasian, serta penyajian dan pengungkapan) merupakan masalah besar bagi auditor.
Pegawai yang terlibat dalam proses pembuatan daftar gaji bisa saja memasukkan nama-nama
pegawai fiktif dan selanjutnya mengalihkan cek gaji yang dikeluarkan perusahaan untuk
kepentingan mereka.
Prosedur Analitis
Prosedur analitis sangat bermanfaat dalam mengidentifikasi kecurangan potensial
seperti misalnya apabila gaji atau upah kotor pegawai lebih tinggi dari jumlah yang
diperkirakan auditor. Apabila auditor dapat membuat perkiraan yang dapat dipercaya, maka
bukti yang diperoleh dapat lebih meyakinkan dan bisa menetapkan risiko prosedur analitis
pada tingkat yang lebih rendah dibandingkan dengan apabila taksiran-taksiran hanya bersifat
umum.
Pertimbangan Komponen-Komponen Pengendalian Intern

4
Tanggung jawab mengenai ketenagakerjaan sering dibebankan pada direktur
personalia, hubungan ketenagakerjaan, atau manajer SDM. Kebijakan dan praktik dibidang
personalia harus menjamin bahwa orang-orang yang tercantum namanya dalam daftar gaji
tidak menyalahi undang-undang atau peraturan ketenagakerjaan. Selain itu perlu diingat pula
bahwa lingkungan pengendalian yang baik menghendaki adanya penanggungjawab atas
penggunaan atau penempatan personil dalam perusahaan. Manajemen harus
memperhitungkan risiko yang berkaitan dengan kekelirua atau kecurangan dalam pengolahan
penggajian/pengupahan. Pemahaman tentang komponen informasi dan komunikasi
mensyaratkan para auditor untuk memiliki pengetahuan tentang metoda pengorganisasian dan
pengolahan data yang berkaitan dengan transaksi-transaksi penggunaan tenaga kerja.
6.4 AKTIVITAS PENGENDALIAN-TRANSAKSI PENGGAJIAN
Dokumen dan Catatan
a. Otorisasi personalia, adalah memo yang dikeluarkan oleh departemen personalia yang
menunjukkan pengangkatan seorang karyawan dan setiap perubahan selanjutnya atas
status karyawan itu untuk tujuan penggajian.
b. Kartu absen, adalah formulir yang digunakan oleh setiap karyawan untuk mencatat
jumlah jam kerja yang dilakukan setiap harinya selama satu periode pembayaran.
c. Tiket waktu, adalah formulir yang digunakan untuk mencatat waktu kerja seorang
karyawan atas pekerjaan tertentu.
d. Register penggajian, adalah laporan yang menunjukkan nama, penghasilan kotor,
potongan gaji dan upah, serta pembayaran bersih setiap karyawan selama satu periode
pembayaran.
e. Rekening bank untuk penggajian imprest, adalah rekening yang menampung setoran
sebesar total gaji dan upah bersih yang dilakukan selama setiap periode pembayaran.
f. Cek gaji, adalah perintah penarikan kepada bank untuk membayar karyawan.
g. Ikhtisar distribusi biaya tenaga kerja, adalah laporan yang menunjukkan klasifikasi akun
untuk penghasilan pabrik kotor selama setiap periode pembayaran.
h. SPT pajak gaji dan upah, adalah formulir yang ditetapkan oleh otoritas pajak untuk
diserahkan bersama dengan pembayaran pajak yang dipotong dari karyawan serta pajak
gaji dan upah pemberi kerja untuk jaminan sosial serta pengangguran federal dan
negara bagian.
i. File personalia karyawan, adalah file yang memuat data mengenai ikatan kerja setiap
karyawan dan memuat semua otorisasi personalia yang dikeluarkan untuk karyawan
tersebut, evaluasi kerja, serta tindakan disipliner, jika ada.
j. File induk data personalia, adalah file komputer yang berisi data terkini mengenai
karyawan yang diperlukan untuk menghitung gaji dan upah.

5
k. File induk penghasilan karyawan, adalah file komputer yang berisi penghasilan kotor,
potongan gaji dan upah, serta pembayraan bersih setiap karyawan selama tahun
berjalan.
Fungsi-Fungsi :
1. Memulai transaksi :
 Mengangkat karyawan.
Semua pegawai yang diangkat harus didokumentasikan dalam formulir pengesahan
pegawai yang menunjukkan klasifikasi jabatan, tingkat upah permulaan, dan
potongan-potongan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Petugas personalia
memiliki akses masuk ke file induk data personalia untuk menginput data karyawan.
Pengawasan atas penambahan pegawai baru ke dalam file induk data personalia
perlu dilakukan untuk meminimalisir risiko pembayaran gaji/upah kepada pegawai
fiktif.
 Mengotorisasi perubahan gaji dan upah.
Permintaan untuk perubahan dalam klasifikasi jabatan atau kenaikan tingkat upah
bisa dilakukan oleh atasan, pegawai atau pengawas. Semua perubahan itu harus
mendapatkan persetujuan tertulis dari bidang personalia sebelum data di inputkan ke
dalam file induk data personalia. Bagian personalia juga harus menerbitkan surat
pemberhentian atau pembebasan tugas pada saat berakhirnya status kepegawaian
seseorang.
2. Penerimaan jasa :
 Menyiapkan data kehadiran dan pencatatan waktu.
Biasanya perusahaan menggunakan mesin pencatat waktu untuk mencatat waktu
kehadiran setiap pegawainya. Untuk mencegah pegawai yang tidak hadir menitipkan
card/badgenya kepada pegawai lain untuk digesekkan ke mesin, maka mesin harus
dijaga dan diawasi dengan ketat oleh petugas tertentu. Untuk pegawai pabrik, selain
kartu hadir setiap pegawai juga diharuskan memiliki kartu waktu kerja yang
menunjukkan jenis pekerjaan yang dilakukan dan ke pekerjaan mana jam kerja
langsung pegawai tersebut dibebankan. Semua waktu harus mendapatkan
persetujuan tertulis dari pengawas.
3. Pencatatan transaksi penggajian :
 Menyiapkan daftar serta mencatat gaji dan upah.
Informasi yang diperoleh dari kartu waktu elektronik diteruskan ke pengawas untuk
direview dan diberi persetujuan. File tersebut diteruskan kebagian penggajian secara
elektronik untuk diolah lebih lanjut. Program penggajian menyortir transaksi-
transaksi gaji dan upah berdasarkan nomor pegawai untuk dicek lebih lanjut. Hal ini
meliputi pengecekan nomor pegawai dan batas atau kewajaran jumlah jam kerja.

6
Setelah penghasilan kotor pegawai, potongan-potongan dan penghasilan bersih
dihitung untuk setiap pegawai, maka program akan memutahirkan file induk
penghasilan pegawai dan menjumlah seluruh penghasilan pegawai untuk digunakan
sebagai dasar penjurnalan gaji dan upah dan sekaligus membukukannya ke file
induk buku besar.
4. Pembayaran gaji dan upah :
 Membayar gaji dan upah serta menjaga upah yang belum diambil.
Satu copy daftar gaji dan cek-cek dikirimkan ke bagian keuangan yang akan
melaksanakan fungsi pembayaran gaji/upah. Pengendalian yang dapat dilakukan :
a. Cek harus ditandatangani dan diserahkan kepada pegawai yang bersangkutan
oleh pejabat dibagian personalia yang tidak terlibat dalam pembuatan daftar
atau pencatatan gaji/upah
b. Akses ke mesin penandatangan cek harus dibatasi hanya untuk pejabat yang
diberikan kewenangan.
c. Cek gaji/upah hanya dapat dibayarkan kepada pegawai yang memiliki kartu
pengenal atau kartu pegawai.
d. Cek gaji/upah yang belum diambil oleh nama pegawai yang tercantum harus
disimpan di tempat yang aman dibagian keuangan.
 Menyerahkan SPT pajak gaji dan upah.
Pajak penghasilan karyawan yang telah dipotong perusahaan dari setiap gaji kotor
karyawan harus di serahkan ke kas negara dan harus dibayarkan paling lambat
tanggal 10 bulan berikutnya.
Mendapatkan Pemahaman dan Menetapkan Risiko Pengendalian
Prosedur-prosedur yang digunakan untuk mendapatkan dan mendokumentasikan
pemahaman tentang komponen-komponen struktur pengendalian intern transaksi
penggajian/pengupahan, sama dengan prosedur untuk kelompok-kelompok utama transaksi
yang lain. Prosedur ini meliputi pengajuan pertanyaan, review atas dokumen, observasi, dan
mempertimbangkan pengalaman diwaktu lalu dengan klien yang bersangkutan. Proses
penertapan risiko pengendalian untuk transaksi penggajian/pengupahan dimulai dengan
mengidentifikasi salah saji potensial dan pengendalian yang diperlukan

7
DAFTAR PUSTAKA

http://dexsuar.blogspot.com/2013/07/audit-siklus-produksi-dan-personalia.html (Diakses
pada 3 Oktober 2018.
Jusup, Al. Haryono. 2002. Auditing (Pengauditan) Buku 2. Yogyakarta : STIE YKPN
Mulyadi.2008. Auditing Buku 2 Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai