Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dalam agama Islam memiliki tiga tingkatan yaitu Islam, Iman, Ihsan. Tiap-tiap
tingkatan memiliki rukun-rukun yang membangunnya.
Jika Islam dan Iman disebut secara bersamaan, maka yang dimaksud Islam adalah
amalan-amalan yang tampak dan mempunyai lima rukun. Sedangkan yang dimaksud
Iman adalah amal-amal batin yang memiliki enam rukun. Dan jika keduanya berdiri
sendiri-sendiri, maka masing-masing menyandang makna dan hukumnya tersendiri.
Ihsan berarti berbuat baik. Orang yang berbuat Ihsan disebut muhsin berarti orang
yang berbuat baik.setiap perbuatan yang baik yang nampak pada sikap jiwa dan prilaku
yang sesuai atau dilandaskan pada aqidah da syariat Islam disebut Ihsan. Dengan
demikian akhlak dan Ihsan adalah dua pranata yang berada pada suatu sistem yang lebih
besar yang disebut akhlaqul karimah.
Kematian adalah suatu peristiwa yang pasti terjadi dalam kehidupan umat manusia.
Kematian merupakan ketentuan Allah atas segala makhluk hidup di permukaan bumi ini,
sehingga manusia perlu membekali, mempersiapkan diri terutama amalnya di dunia ini.
Seiring dengan perkembangan Zaman dan teknologi, banyak manusia yang tertipu oleh
daya tarik dunia ini yang sesungguhnya dunia ini hanya tempat persinggahan kita yang
sementara sedangkan tempat kita yang abadi dan kekal adalah di akhirat kelak. Banyak
orang yang tidak percaya akan adanya akhirat sehingga menyepelekan masalah yang satu
ini, ada pula yang dikarenakan perkembangan zaman hingga banyak orang melupakan
akan akhirat sehingga kondisi seperti ini akan terjadi terus menerus dan turun menurun
yang mengakibatkan rusaknya akidah-akidah Islam yang tidak lain yang merusaknya
adalah orang Islam itu sendiri.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana mengintergrasikan iman, ihsan, ilmu dan amal ke dalam islam?
2. Bagaimana kewajiban terhadap jenazah?
C. Tujuan
1. Utuk mengetahui mengintergrasikan iman, ihsan, ilmu dan amal ke dalam islam
2. Untuk mengetahui kewajiban terhadap jenazah

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mengintegrasikan iman, ihsan, ilmu dan amal ke dalam islam
1. Hakikat iman
Secara bahasa iman berarti membenarkan, sementara menurut istilah ialah
“membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan
perbuatannya”. Sedang menurut istilah yang sesungguhnya ialah kepercayaan yang
meresap kedalam hati, dengan penuh keyakinan, tidak bercampur dengan syak dan
ragu, serta memberi pengaruh terhadap pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan
sehari-hari. Kata iman dalam Al-quran digunakan untuk arti yang bermacam-macam.
Ar- Raghib al-Ashfahani (ahli kamus Al-quran) mengatakan, iman didalam Al-quran
terkadang digunakan untuk arti iman yang hanya sebatas dibibir saja padahal dalam
hati dan perbuatannya tidak beriman, terkadang digunakan untuk arti iman yang
hanya terbatas pada perbuatannya saja, sedang hati dan ucapannya tidak beriman dan
ketiga kata iman terkadang digunakan untuk arti iman yang diyakini dalam hati,
diucapkan dengan lisan, dan di amalkan dalam perbuatan sehari-hari.
 Rukun iman dalam islam

Sesuai dengan hadits Rasulullah saw, diatas sudah dijelaskan ada enam rukun
iman yang harus diyakini untk menjadi seorang islam yang sempurna dan menjadi
seorang hamba Allah yang ihsan nantinya, enam rukun iman tersebut nadalah:

a) Beriman kepada Allah Swt

beriman kepada Allah Swt, maksudnya : Allah adalah Tuhan, Pencipta,


Pemilik semesta, dan Pengatur segala urusan, Allah sajalah tuhan yang berhak di
sembah, dan semua sesembahan selain-Nya adalah batil, iman kepada Nama-Nama
dan Sifat-Sifat-Nya maksudnya: bahwasanya Allah Swt, memiliki nama-nama yang
mulia, dan sifat-sifat-Nya yang sempurna serta agung sesuai yang ada dalam Al-quran
dan Sunnah Rasul-Nya.

b) Beriman kepada malaikat

Tanpa iman semua amal perbuatan baik kita akan sia-sia. Tidak ada pahalanya
di akhirat nanti:

2
”Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di
tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila
didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun…” [An Nuur:39]

”Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah


seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang.
Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka
usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.” [Ibrahim:18]

Iman ini harus dilandasi ilmu yang mantap sehingga kita bisa menjelaskannya
kepada orang lain. Bukan sekedar taqlid atau ikut-ikutan. Kita yakin bahwa Malaikat
adalah hamba Allah yang selalu patuh pada perintah Allah.

c) beriman kepada Kitab-kitabNya. Kita yakin bahwa Allah telah menurunkan Taurat
kepada Musa, Zabur kepada Daud, Injil kepada Isa, dan Al Qur’an kepada Nabi
Muhammad. Namun kita harus yakin juga bahwa semua kitab-kitab suci di atas telah
dirubah oleh manusia sehingga Allah kembali menurunkan Al Qur’an yang dijaga
kesuciannya sebagai pedoman hingga hari kiamat nanti.

”Maka kecelakaan yang besar bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan
tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; “Ini dari Allah”, dengan maksud untuk
memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang
besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan
kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.” [Al
Baqarah:79]

d) beriman kepada Rasul-rasul (Utusan) Allah. Rasul/Nabi merupakan manusia yang


terbaik yang pantas dijadikan suri teladan yang diutus Allah untuk menyeru manusia
ke jalan Allah. Ada 25 Nabi yang disebut dalam Al Qur’an yang wajib kita imani di
antaranya Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad.

Karena ajaran Nabi-Nabi sebelumnya telah dirubah ummatnya, kita harus


meyakini bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi terakhir yang harus kita ikuti
ajarannya.

3
e) beriman kepada Hari Akhir (Kiamat/Akhirat). Kita harus yakin bahwa dunia ini fana.
Suatu saat akan tiba hari Kiamat. Pada saat itu manusia akan dihisab. Orang yang
beriman dan beramal saleh masuk ke surga. Orang yang kafir masuk neraka.

Selain kiamat besar kita juga harus yakin akan kiamat kecil yaitu mati. Setiap
orang pasti mati. Untuk itu kita harus selalu hati-hati dalam bertindak.

f) Rukun Iman yang keenam adalah percaya kepada Takdir/qadar yang baik atau pun
yang buruk. Meski manusia wajib berusaha dan berdoa, namun apa pun hasilnya kita
harus menerima dan mensyukurinya sebagai takdir dari Allah.
2. Hakekat ihsan
Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh
hamba Allah swt. Sebab ihsan menjadikan kita sosok yang mendapatkan kemuliaan
darin-Nya. Sebaliknya, seorang hamba yang tidak mampu mencapai target ini akan
kehilangan kesempatan yang sangat mahal untuk menduduki posisi terhormat dimata
Allah swt. Rasulullah Saw. Pun sangat menaruh perhatian akan hal ini, sehingga
seluruh ajaran-ajarannya mengarah kepada satu hal, yaitu mencapai ibadah yang
sempurna dan akhlak yang mulia. Oleh karenanya, seorang muslim hendaknya tidak
memandang ihsan itu hanya sebatas akhlak yang utama saja, melainkan harus
dipandang sebagai bagian dari aqidah dan bagian terbesar dari keislamannya karena,
islam di bangun atas tiga landasan utama, yaitu iman, islam, dan ihsan, seperti yang
telah diterangkan oleh Rasulullah Saw.dalam haditsnya yang sahih . Hadits ini
menceritakan saat Rasulullah Saw. Menjawab pertanyaan malikat jibril – yang
menyamar sebagai seorang manusia – mengenai islam, iman, dan ihsan. Setelah jibril
pergi, Rasulullah Saw. Bersabda kepada sahabatnya, “ inilah jibril yang datang
mengajarkan kepada kalian urusan agama kalian.” Beliau menyebutbut ketiga hal
diatas sebagai agama, dan bahkan Allah Swt. Memerintahkan untuk berbuat ihsan
pada banyak tempat dalam Al-qur’an
.” Dan berbuat baiklah kalian, karena sesungguhnya Allah mencintai orang-orang
yang berbuat baik. “ (Qs Al-baqarah:195)
“ Sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk berbuat adil dan kebaikan . . . .”(Qs.
An-nahl : 90 )
Orang yang ihsannya kuat akan rajin berbuat kebaikan karena dia berusaha membuat
senang Allah yang selalu melihatnya. Sebaliknya dia malu berbuat kejahatan karena
dia selalu yakin Allah melihat perbuatannya.

4
Ihsan tidak hanya membuat hubungan baik dengan Allah. Tapi juga dengan manusia.
Keliru sekali jika ada orang yang hubungannya dengan Allah “baik”, tapi dengan
manusia amat buruk. Misalnya pemarah, dengki, gemar berburuk sangka, mengadu-
domba, dan sebagainya. Oleh karena itu dalam Islam ada Hablum Minallahu
(Hubungan dengan Allah) dan Hablum Minannas (Hubungan dengan manusia):
“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah
kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum
kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang
baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak
memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu
berpaling.” [Al Baqarah 83]
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari
kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang
dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang
memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan
orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar
dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang
yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” [Al Baqarah
177]
“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” [Al Baqarah 195]
Orang yang belas kasihan akan dikasihi Arrahman (Yang Maha Pengasih), karena itu
kasih sayangilah yang di muka bumi, niscaya kamu dikasih-sayangi mereka yang di
langit. (HR. Bukhari)
Hadis riwayat Jarir bin Abdullah ra. dia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa tidak menyayangi manusia, maka Allah tidak
akan menyayanginya. (Shahih Muslim No.4283)
Demi yang jiwaku dalam genggamanNya. Kamu tidak dapat masuk surga kecuali
harus beriman dan tidak beriman kecuali harus saling menyayangi. Maukah aku
tunjukkan sesuatu bila kamu lakukan niscaya kamu saling berkasih sayang? Sebarkan
salam di antara kamu. (HR. Muslim).

5
B. kewajiban terhadap jenazah
1. Memandikan Jenazah
Apabila ada orang Islam meninggal dunia, maka orang-orang Islam
wajib ( fardhu kifayah), artinya sesuatu perbuatan yang cukup dikerjakan oleh
beberapa orang saja, atau apabila sesuatu perbuatan itu telah dilakukan oleh
seseorang, maka gugurlah yang lain dari kewajibannya. Akan tetapi apabila
jenazah itu sampai terlantar, tidak ada yang melaksanakan, maka semua kaum
muslimin yang ada berdosa semuanya. Kewajiban pertama yang harus dilakukan
terhadap jenazah adalah memandikannya.

Jenazah dimandikan jika ia memenuhi beberapa syarat, yaitu :

a) Orang Islam,
b) Tubuhnya masih ada walaupun hanya sebagian yang ditemukan, misalnya
karena peristiwa kecelakaan,
c) Tidak mati syahid (mati dalam peperangan membela agama Allah).
2. Mengkafani Jenazah
Mengkafankan atau membungkus dengan kain putih merupakan fardlu
kifayah. Kewajiban mengkafankan dan segala penyelenggaraan janazah,
diambilkan dari harta peninggalan mayat. Apabila mayat tidak meninggalkan apa-
apa atau harta khusus untuk keperluan ini, maka yang wajib membiayai adalah
orang yang memikul, yang member nafkah ketika masih hidup.
Cara mempergunakan atau mengkafankan janazah.
 Untuk janazah laki-laki
a) 3 lembar kain kafan dibentangkan dengan cara disusun. Kain yang paling
lebar dibentangkan dibawah sendiri. Atau tiga lembar kain kafan
dibentangkan, kain letaknya agak serong, atas melebar bawah mengecil.
Lembar demi lembar kain dilulut dengan wangi-wangian.
b) Sediakan kain/tali pengikat janazah secukupnya diletakkan di bawah kain
kafan yang telah dibentangkan. Terdiri dari 3 ( tiga lapis1lembar) kain kafan
putih dibentangkan dengan cara disusun lembaran paling bawah lebih lebar.
Baringkan mayat di atas kain kafan, selimuti janazah dengan kain kafan,
temukan dari yang paling atas (no. 1-no. 3). Ikat dengan tali tiga atau lima
ikatan.

6
c) Sediakan kapas secukupnya, dengan diberi wangi-wangi kayu cendana, untuk
menutupi antara lain :
 Kemaluan
 Wajah
 Buah dada dua-duanya
 Telinga dua-duanya
 Siku-siku tangan
 Tumit dua-duanya
d) Angkat janazah dengan hati-hati, baringkan di atas kain kafan, dengan diberi
wagi-wagian .
e) Tutup dengan kapas bagian-bagian : wajah, kemaluan, buah dada, telinga,
siku-siku tangan, tumit.
f) Tutup/selimuti janazah dengan kain kafan dari yang paling atas selembar-
selembar ikat dengan tali tiga atau lima ikatan.
 Untuk janazah perempuan
a) Susun, bentangkan kain-kain potongan dengan rapi.
b) Angkat janazah dengan hati-hati, baringkan di atas kain kafan, dengan diberi
wangi-wangian.
c) Tutup dengan kapas bagian-bagian : wajah, kemaluan, buah dada, telinga,
siku-siku tangan, tumit.
d) Mengikat pinggul dan kedua pahanya dengan kain. Pasang dan selimutkan
kain dari pinggang sampai kaki. Pasangkan baju kurungnya. Pasangkan
kerudung kepalanya. Sebaiknya rambut yang panjang dikepang menjadi 3.
Terakhir membungkus dengan kain kafan yang paling bawah, paling lebar.
Ikat dengan tali tiga atau lima ikatan. Sebaiknya arah kepala mayat sebelah
atas, diberi lampu penerangan untuk tanda, bahwa itu janazah, arah mayat
membujur ke utara ( bagi orang Indonesia). Penutup kepala 1 2 atau 3A.
Dalam keadaan dilipat menjadi 2, setelah itu kain baju kurung direntangkan
3B. Kain penutup pinggang …….--> kaki (Gambar 4). Kain basahan penutup
kedua pinggul + pahanya 5A Celana Dalam 5B.
3. Mensolati jenazah
Shalat janazah hukumnya fardlu kifayah.
 Syarat shalat janazah

7
a) Menutup aurat, suci dari hadas baik kecil maupun besar, suci badan, pakaian,
dan tempat serta menghadap kiblat.
b) Mayit orang Islam yang sudah dimandikan dan dikafani,
c) Mayit diletakkan di depan orang yang mensholatkan, kecuali shalat yang
dilakukan secara ghaib.
 Hal-hal yang perlu diperhatikan
Shalat janazah, sebaik-baiknya dilakukan dengan berjama’ah dan dibuat 3
shof. Bagi perempuan diperbolehkan shalat janazah secara bersama-sama kaum
lelaki atau bergantian. Shalat janazah boleh dilakukan di dalam masjid atau di
rumah janazah atau di tempat lainnya.
 Rukun, cara mengerjakan shalat janazah
Shalat janazah tidak memakai ruku’ dan tidak memakai sujud, serta tidak
dengan adzan dan iqamah, cukup berdiri saja.
Yang harus dipersiapkan oleh seseorang apabila akan melakukan shalat
janazah yaitu :
 Suci dari hadats kecil maupun hadats besar.
 Suci badan, pakaian dan tempat.
 Menutup auratnya.
 Menghadap kiblat.
 Cara shalat janazah
Orang yang menyalati janazah hendaknya Tahbirotul ihrom dan berniat di
dalam hati dan menyembahyangkan dengan ikhlas.
a) Niat untuk imam
Artinya :
“Saya shalat pada mayit ini, empat takbir fardlu kifayah jadi imam karena
Allah”
 Niat untuk ma’mum
Artinya :
“ Saya shalat pada mayit ini, empat takbir fardlu kifayah jadi ma’mum karena
Allah”

8
 Niat shalat janazah berjama’ah
Artinya :
“ Saya shalat pada mayit ini, empat takbir fardlu kifayah jadi Imam
karena Allah”
b) Membaca surat Al-Fatihah
c) Melakukan takbir kedua.
d) Membaca sholawat kepada Nabi SAW.
e) Melakukan takbir yang ketiga, kemudian membaca do’a :
f) Melakukan takbir keempat dan disunatkan membaca do’a :
g) Membaca salam
4. Memakamkan Jenazah
Mengantarkan/mengiring janazah. Apabila pelaksanaan janazah sudah
cukup, segera membawa janazah ke tempat pemakamannya. Jangan sampai
menahan janazah terlalu lama berada di rumah.
Sebaiknya untuk mengiring janazah, semua pengiring berjalan kaki,
pengiring berada di sekitar janazah, di muka, belakang, kanan, kiri dan sunnah
memikulnya bergantian. Bagi yang memikul bergantian biasannya
mempergunakan usungan (pandosa : bahasa jawa) dalam pembawa janazah
kecuali bagi mereka yang jarak antara rumah dengan tempat pemakaman terlalu
jauh, mereka membawa janazah dengan memakai kereta janazah/mobil
(ambulance janazah).
 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menguburkan janazah, ialah :
1) Liang kubur, sekurang-kurangnya diperkirakan bau mayit tidak akan sampai
tercium keluar, atau jangan sampai dapat dibongkar binatang buas.
2) Dianjurkan dengan memakai liang lahat, yakni digali kira-kira cukup untuk si
mayat.
3) Mayit dimiringkan di atas lambung kanan, tepat di liang lahat menghadap
kiblat.
4) Muka dan ujung kaki mayit dikenakan tanah, dan karena itu kain kafan yang
menutup muka dan kakinya supaya sedikit dibuka dan dilepas semua talinya
agar dapat menyentuh tanah.
5) Kemudian liang lahat itu ditutup dengan kayu dan sejenisnya.

9
6) Selanjutnya liang kubur ditimbun atau diurug dengan tanah dengan
dipadatkan, bagian atas sedikit lebih ditinggikan dari sekitarnya dengan tidak
dimujungkan tetapi didatarkan.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Iman, ihsan dan ilmu merupakan tiga rangkaian konsep agama islam yang
sesuai dengan dalil , Islam, Ilmu dan Ihsan saling berhubungan karena seseorang yang
hanya menganut Islam sebagai agama belumlah cukup tanpa dibarengi dengan Iman.
Sebaliknya, Iman tidaklah berarti apa-apa jika tidak didasari dengan Islam.
Selanjutnya, kebermaknaan Islam dan Iman akan mencapai kesempurnaan jika
dibarengi dengan Ihsan, sebab Ihsan merupakan perwujudan dari Iman dan
Islam,yang sekaligus merupakan cerminan dari kadar Iman dan Islam itu sendiri.
Apabila seorang muslim meninggal, maka fardhu kifayah atas orang yang
hidup menyelenggarakan empat perkara, yaitu:
a) Memandikan mayat
Syarat wajib mandi ialah mayat orang Islam, ada tubuhnya walaupun sedikit,
dan mayat itu bukan mati syahid.
b) Mengkafani mayat
Kain kafan sekurang-kurangnya selapis kain yang menutupi seluruh badan
mayat. Tetapi sebaiknya tiga lembar untuk laki-laki dan lima lembar untuk
perempuan.
c) Menshalatkan mayat
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami bagaimana
itu hakekat iman, ihsan, ilmu dan dan amal serta dapat mengetahui bagaiaman cara-cara
dalam penyelenggaraan jenazah baik memandikan, mengafani, menshalatkan dan
menguburkannya

11

Anda mungkin juga menyukai