Sebagai proses, ilmu pengetahuan menampakkan diri sebagai aktivitas atau kegiatan kelompok
elit tersebut dalam upayanya untuk menggali dan mengembangkan ilmu melalui penelitian, eksperimen,
ekspedisi, seminar dan konggres. Sedangkan sebagai produk, ilmu pengetahuan menampakkan diri
sebagai hasil kegiatan kelompok elit tadi berupa teori, ajaran, paradigm, temuan – temuan lain
sebagaimana disebarluaskan melalui karya-karya publikasi yang kemudian diwariskan kepada msyarakat
dunia. (Slamet Sutrisno,2013-121)
Menurut Koento Wibisono, secara aspek structural dalam ilmu pengetahuan terkandung empat
unsur, yaitu :
Terkait dengan tujuan ilmu pengetahuan, secara tegas Gouldner menyatakan bahwa tujuan ilmu
pengetahuan adalah sebagai the nominal objective of any scientific enterprise is to extend knowledge of
some part of the world. Ddari pernyataan Gouldner tersebut, Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa
tujuan dari ilmu pengetahuan mempunyai tujuan:
a. Ilmu pengetahuan bertujuan membuat diskripsi, yaitu a cataloging or classification of the range
of element seen as comprising a given subject matter domain.
b. Ilmu pengetahuan bertujuan untuk menjelaskan, yang menurut Rescher adalah explaining a
fact, we place thus fact in the context of other in such a way that they illuminate it’s existence.
dengan demikian maka pokok persoalannya berkisar pada dua hal, yaitu:
Menghubung – hubungkan fakta
Memahami hubungan antar atau antara fakta.
Hubungan tersebut, mungkin merupakan hubungan sebab akibat atau terwujud sebagai
kecenderungan – kecenderungan.
Ilmu pengetahuan bertujuan untuk mengusahakan prediksi, yakti an effort to foretell future occurences
on the basis of past information. (Soerkono Soekanto,1986:3-4)
Tujuan dari ilmu pengetahuan tersebut agar dapat mempunyai kakuatan, maka diperlukan pilar
yang berfungsi untuk menyangga dan penguat. Pilar- pilar tersebut dinamakan sebagai pilar filosofis
keilmuan. Adapun pilar filosofis keilmuan tersebut adalah :
a. pilar ontologis
b. pilar epistemologis
c. pilar asiologis
pilar aksiologis selalu dikaitkan dengan problematika pertimbangan (etis, moral, religious) dalam
setiap penemuan, penerapan, atau pengembangan ilmu pengetahuan. Pengalaman aksiologis dapat
memberikan dasar dan arah pengembangan ilmu pengetahuan, mengembangkan etos keilmuan seorang
professional dan keilmuan. (Depdikbud,2013:123-124)