Anda di halaman 1dari 2

Hakikat Ilmu Pengetahuan

Menurut manheim, ilmu pengetahuan merupakan an (intersubjective), accurate, systematic


analysis of a determinate body of (empirical) data, in order to discover recurring relationships among
phenomena. (Soerjono Soekanto,1986:3). Pada hakekatnya ilmu pengetahuan mengandung dua aspek,
yaitu aspek fenomenal dan aspek structural. Aspek fenomenal menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan
mewujud atau memanifestasikan dalam bentuk masyarakat, proses, dan produk. Sebagai masyarakat,
ilmu pengetahuan menampakkan diri sebagai suatu masyarakat atau kelompok elit yang dalam
kehidupan kesehariannya begitu mematuhi kaidah- kaidah ilmiah yang menurut paradigm Merton
disebut universalisme, komunalisme, dan skepsisme yang teratur dan terarah. (Depdikbud,2013:120-
121)

Sebagai proses, ilmu pengetahuan menampakkan diri sebagai aktivitas atau kegiatan kelompok
elit tersebut dalam upayanya untuk menggali dan mengembangkan ilmu melalui penelitian, eksperimen,
ekspedisi, seminar dan konggres. Sedangkan sebagai produk, ilmu pengetahuan menampakkan diri
sebagai hasil kegiatan kelompok elit tadi berupa teori, ajaran, paradigm, temuan – temuan lain
sebagaimana disebarluaskan melalui karya-karya publikasi yang kemudian diwariskan kepada msyarakat
dunia. (Slamet Sutrisno,2013-121)

Menurut Koento Wibisono, secara aspek structural dalam ilmu pengetahuan terkandung empat
unsur, yaitu :

a. Sasaran yang dijadikan obyek untuk mengetahui (gegenstand)


b. Obyek sasaran tersebut terus menerus dipertanyakan dengan suatu cara (metode) tertentu
tanpa mengenal titik henti. Suatu paradox bahwa ilmu pengetahuan yang akan terus
berkembang justru muncul permasalahan – permasalahan baru yang mendorong untuk terus
menerus dipertanyakan
c. Ada alasan dan motivasi mengapa gegenstand it uterus – menerus dipertanyakan
d. Jawaban – jawaban yang diperoleh kemudia disusun dalam suatu kesatuan system. (Koento
Wibisono,1996)

Terkait dengan tujuan ilmu pengetahuan, secara tegas Gouldner menyatakan bahwa tujuan ilmu
pengetahuan adalah sebagai the nominal objective of any scientific enterprise is to extend knowledge of
some part of the world. Ddari pernyataan Gouldner tersebut, Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa
tujuan dari ilmu pengetahuan mempunyai tujuan:

a. Ilmu pengetahuan bertujuan membuat diskripsi, yaitu a cataloging or classification of the range
of element seen as comprising a given subject matter domain.
b. Ilmu pengetahuan bertujuan untuk menjelaskan, yang menurut Rescher adalah explaining a
fact, we place thus fact in the context of other in such a way that they illuminate it’s existence.
dengan demikian maka pokok persoalannya berkisar pada dua hal, yaitu:
 Menghubung – hubungkan fakta
 Memahami hubungan antar atau antara fakta.

Hubungan tersebut, mungkin merupakan hubungan sebab akibat atau terwujud sebagai
kecenderungan – kecenderungan.
Ilmu pengetahuan bertujuan untuk mengusahakan prediksi, yakti an effort to foretell future occurences
on the basis of past information. (Soerkono Soekanto,1986:3-4)

Tujuan dari ilmu pengetahuan tersebut agar dapat mempunyai kakuatan, maka diperlukan pilar
yang berfungsi untuk menyangga dan penguat. Pilar- pilar tersebut dinamakan sebagai pilar filosofis
keilmuan. Adapun pilar filosofis keilmuan tersebut adalah :

a. pilar ontologis

pilar ontologis dalam ilmu pengetahuan menyangkut mengenai permasalahan tentang


keberadaan. Pilar ontologis dapat memberikan landasan bagi penyusunan asumsi, dasar – dasar teoritis,
dan membatu terciptanya komunikasi interdisipliner dan miltidisipliner. Membantu pemetaan masalah,
kenyataan, batas – batas ilmu dan kemungkinan kombinasi antar ilmu pengetahuan.

b. pilar epistemologis

pilar epistemologis selalu menyangkut permasalahan tentang sumber pengetahuan, sumber


kebenaran, cara memperoleh kebenaran, kriteria kebenaran, proses, sarana, dasar –dasar kebenaran,
system, prosedur, strategi. Pilar epistemologis memberikan sumbangan bagi (a) sarana legitimasi bagi
ilmu pengetahuan tertentu; (b) memberi kerangka acuan metodologis pengembangan ilmu
pengetahuan (c) mengembangkan ketrampilan proses dan mengembangkan daya kreatif dan inovatif.

c. pilar asiologis

pilar aksiologis selalu dikaitkan dengan problematika pertimbangan (etis, moral, religious) dalam
setiap penemuan, penerapan, atau pengembangan ilmu pengetahuan. Pengalaman aksiologis dapat
memberikan dasar dan arah pengembangan ilmu pengetahuan, mengembangkan etos keilmuan seorang
professional dan keilmuan. (Depdikbud,2013:123-124)

Anda mungkin juga menyukai