Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PERSENTASE
INDIVIDU

MK. ARAH
KECENDRUNGAN
DAN ISU
PEMB.FISIKA

HAKIKAT IPA

NAMA MAHASISWA : KHAIRUN NISYA

NIM : 818617501

DOSEN PENGAMPU : Dr. Sondang R Manurung, M.Pd

MATA KULIAH : FILSAFAT ILMU

PENDIDIKAN FISIKA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN
18 September, 2018
Apa itu Sains ?

Ilmu pengetahuan alam berasal dari kata “science” yaitu pengetahuan


rasional mengenai alam semesta dengan segala isinya yang diperoleh melalui
proses ilmiah (Susilowati, 2015: 1). Menurut dokumen National Council of
Educational Research and Training (2006: 1), dinyatakan bahwa science bersifat
dinamis, mengembangkan batang pengetahuan yang meliputi setiap domain
pengalaman.
Sedangkan definisi science menurut Chiappeta & Koballa (2010: 102)
yaitu “science is the study of nature in an attempt to understand it and to form an
organized body of knowledge that has predictive power and application in
society”. Berdasarkan definisi tersebut, dapat dinyatakan bahwa sains
mempelajari alam dalam usahanya untuk memahami dan membentuk suatu batang
tubuh pengetahuan yang dapat digunakan untuk memprediksi dan diterapkan
dalam masyarakat.
Williams (2011: 14) menyatakan bahwa science mendasarkan
kesimpulannya pada fakta-fakta yang digunakan untuk menjawab pertanyaan dan
masalah. Dalam hal ini Berkeley (2013: 4) menambahkan bahwa terdapat
beberapa karakteristik science, yaitu: fokus pada alam, bertujuan untuk
menjelaskan alam, menggunakan ide yang dapat diuji, didasarkan pada bukti,
mencakup komunitas ilmiah, membimbing pada penelitian, dan memberikan
keuntungan dari tingkah laku ilmiah.
Collete & Chiappeta (1994: 30) menyatakan bahwa science harus dilihat
dalam dimensi as a way of thinking dalam memahami alam, as a way of
investigating dalam menjelaskan suatu fenomena, dan as a body of knowledge
sebagai hasil dari inkuiri. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Barkeley (2013: 1)
yang menyatakan bahwa science is both a body of knowledge and a process.
Berdasarkan ketiga dimensi science tersebut, Chiappetta & Koballa (2010: 105)
melengkapi dengan menyatakan bahwa terdapat satu lagi dimensi science yaitu
science and its interaction with technology and society. Berikut penjelasan
masing-masing dimensi :
a. Science as a way of thinking, science merupakan aktivitas manusia
dengan karakteristik berpikir, hal ini mencakup rasa ingin tahu,
imajinasi, dan pemikiran untuk menjelaskan fenomena alam (Collete &
Chiappeta, 1994: 33). Kuhn (2010: 2) menambahkan bahwa berpikir
ilmiah adalah suatu hal yang dilakukan oleh manusia, bukan hal yang
dimiliki oleh manusia.
b. Scince as a way of investigating, investigasi ilmiah dilakukan dengan
metodologi ilmiah yaitu: merumuskan masalah, merumuskan dugaan,
mengeksperimenkan, menganalisis data, dan menyimpulkan (Chiappeta
& Koballa, 2010: 116).
c. Science as a body of knowledge, merupakan hasil dari investigasi ilmiah
yang berupa fakta, konsep, hukum dan prinsip, teori, dan model.
d. Science and its interaction with technology and society, yaitu science,
teknologi, dan masyarakat saling mempengaruhi satu sama lain.

1. Hakikat IPA
Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah,
dan sikap ilmiah. Selain itu, IPA dipandang pula sebagai proses, sebagai produk,
dan sebagai prosedur. Sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk
menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan
pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa
pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau di luar sekolah atau bahan bacaan
untuk penyebaran atau dissiminasi pengetahuan. Sebagai prosedur dimaksudkan
sebagai metodologi atau cara yang digunakan untuk mengetahui sesuatu yang
lazim disebut metode ilmiah (scientific methods) (Trianto, 2012: 137).
Selain sebagai proses dan produk, Daud Joeseof (dalam Trianto, 2012:
137) pernah menganjurkan agar IPA dijadikan sebagai suatu “kebudayaan” atau
suatu kelompok atau institusi sosial dengan tradisi nilai, aspirasi, maupun
inspirasi. Menurut Patta Bundu (2006: 9), sains atau yang biasa diterjemahkan
Ilmu Pengetahuan Alam berasal dari kata “natural science”. Natural memiliki arti
alamiah dan berhubungan dengan alam, sedangkan science artinya ilmu
pengetahuan. Artinya, sains dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang alam atau yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi
di alam.
Dari apa yang dipelajari tersebut, terlihat bahwa IPA memiliki objek dan
persoalan yang holistik atau menyeluruh. Menurut Puskur (2007: 6) menyebutkan
bahwa hakikat IPA mengandung empat unsur utama dalam IPA, dimana dari ke-4
unsur tersebut merupakan ciri utama yang utuh, yaitu meliputi:
a. Sikap: misalnya rasa ingin tahu tentang fenomena alam, makhluk hidup,
serta hubungan sebab akibat yang mendasari masalah di alam yang
dapat dipecahkan melalui prosedur ilmiah.
b. Proses: prosedur atau cara pemecahan masalah melalui metode ilmiah.
c. Produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. d. Aplikasi: penerapan
metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.
Merujuk dari beberapa definisi di atas dapat disimpukan bahwa hakikat
IPA adalah ilmu pengetahuan yang disajikan secara menyeluruh untuk
mempelajari alam dan gejala-gelajanya atas dasar unsur sikap, proses, produk, dan
aplikasi yang mana keempat unsur tersebut merupakan satu kesatuan. Oleh karena
itu, siswa diharapkan memiliki pengetahuan secara utuh dan mampu memahami
fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah menggunakan proses ilmiah/
metode ilmiah sehingga kegiatan pembelajaran merupakan proses yang bermakna
dengan adanya integrasi nilai atas apa yang dipelajari.
Hakikat IPA merupakan hal yang melekat pada IPA atau science. Hakikat
IPA merupakan satu kesatuan dimensi yang diperlukan ketika mempelajari IPA.
Baik guru maupun siswa perlu memahami tiap dimensi IPA dan berpikir ilmiah
yang diperlukan dalam melakukan penyelidikan dengan menggunakan berbagai
macam metode untuk mengembangkan batang tubuh pengetahuan, yang nantinya
akan memberikan kontribusi bagi teknologi dan masyarakat, sehingga dapat
menciptakan proses pembelajaran IPA yang baik. Menurut Chiappeta & Koballa
(2010: 124) pembelajaran IPA yang hanya dilakukan dengan mengajarkan fakta-
fakta yaitu hanya dari dimensi science as a body of knowledge akan berdampak
pada hasil pembelajaran yang memiliki makna yang sangat sedikit dan hanya akan
menghasilkan ingatan sementara bagi siswa.
Menurut Williams (2011: 37) pembelajaran IPA perlu diubah dari
pembelajaran berdasarkan fakta menjadi pembelajaran IPA yang didasarkan pada
proses agar siswa memiliki keterampilan dan kemampuan untuk bekerja secara
ilmiah. Pembelajaran IPA yang berfokus pada pemberian fakta-fakta dari guru
dapat dikatakan sebagai pembelajaran dengan sistem teacher-centered learning
perlu diubah menjadi pembelajaran IPA yang dilakukan dengan kegiatan
penyelidikan agar siswa dapat menemukan ilmu pengetahuan melalui
penyelidikan ilmiah atau disebut dengan pembelajaran sistem student-centered
learning.
Depdiknas (2006: 377) menyatakan bahwa pembelajaran IPA
dilaksanakan dengan tujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut :
a. Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya.
b. Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam,
konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
c. Mengemabngkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat.
d. Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir,
bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi.
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam.
f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g. Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
IPA yang dilakukan perlu melibatkan siswa untuk aktif sehingga pembelajaran
dapat berpusat pada siswa. Hal ini dilakukan agar pembelajaran IPA yang
dilakukan dapat bermakna bagi siswa dan tidak hanya akan menjadi ingatan
sementara yang kurang bermakna

2. Nature Of Science (NOS)

Matthews dalam McComas (1998: 512) menyatakan bahwa adanya NOS


dalam pendidikan bukan untuk mendoktrinasi, tetapi untuk menunjukkan alasan
untuk menerima suatu keadaan tertentu. Pendapat ini didukung oleh Lederman
(2004: 303) yang menyatakan bahwa Nature Of Science (NOS) merupakan
epistemologi dari sains, sains sebagai cara untuk memperoleh pengetahuan, atau
nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan yang melekat pada pengetahuan ilmiah atau
pada pengembangan ilmu pengetahuan.
Sedangkan Eskridge (1998: 9) berpendapat bahwa NOS merupakan
domain dari ilmu pengetahuan alam yang meliputi cara penyelidikan, kebiasaan
berfikir, dan sikap dan sifat. NOS sendiri oleh Driver dalam McComas (1998:
517) didefinisikan sebagai tujuan dari pembelajaran IPA, dimana pemahaman
NOS dibutuhkan apabila seseorang ingin memahami IPA. Duschl & Grandy
(2012: 4) berpendapat bahwa NOS dalam pembelajaran dapat diajarkan pada
siswa secara eksplisit.
Namun terdapat 2 versi pembelajaran NOS secara eksplisit, versi pertama
menyatakan bahwa pada pembelajaran IPA, guru secara jelas memberikan teori
yang benar untuk memfasilitasi pembelajaran IPA dan aktivitasnya. Hal ini
menunjukkan bahwa guru memberikan deskripsi mengenai NOS secara langsung
kepada siswa dalam proses pembelajaran. Sedangkan versi kedua menyatakan
bahwa siswa terlibat dalam praktik-praktik ilmiah selama beberapa minggu atau
bulan sesuai dengan kurikulum yang memfokuskan perhatian siswa untuk
membangun kemampuan mengukur, mengamati, berpendapat berdasarkan bukti-
bukti dan menjelaskan bagian-bagian pengetahuan ilmiah. Hal ini menunjukkan
bahwa pembelajaran NOS diberikan kepada siswa dengan mengkaitkan kegiatan
pembelajaran dengan aspek-aspek NOS.
Berdasarkan dokumen Next Generation Science Standards atau NGSS
(2013: 7), NOS dapat diberikan dalam pembelajaran IPA melalui kegiatan siswa
mengamati pergerakan bulan atau daur hidup organisme. Berdasarkan hasil
pengamatan, siswa dapat mengembangkan model sistem yang telah diamati dan
merancang penyelidikan untuk menguji model. Penyelidikan yang dilakukan
menuntun siswa untuk mengumpulkan dan menganalisis data, sehingga siswa
dapat membuat penjelasan yang berdasarkan dengan bukti.
Pengalaman ini mengajarkan kepada siswa untuk menggunakan
pengetahuan dalam kegiatan praktik dan membangun konsep untuk memahami
NOS yang dapat dilakukan dengan memberikan penekanan kepada siswa bahwa
penjelasan didasarkan pada bukti-bukti, fenomena yang diamati berjalan sesuai
dengan ketetapan sistem alam, dan dapat digunakan metode yang bervariasi dalam
menyelidiki berbagai fenomena alam. Siswa harus diberikan kesempatan untuk
melakukan refleksi sehingga mereka dapat memahami pentingnya kegiatan
praktik dan pengembangan yang didasari dengan NOS.
Dokumen NGSS (2013: 7-8) juga menjelaskan cara lain dalam
memberikan NOS pada pembelajaran yaitu dengan menggunakan contoh sejarah
IPA. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan menggunakan materi mengenai
struktur atom atau teori evolusi Darwin. Pembelajaran dengan menggunakan
sejarah IPA, dapat menuntun siswa dalam mempelajari NOS dengan pemahaman
bahwa ilmu pengetahuan dapat direvisi dengan adanya bukti terbaru (tentatif). Hal
ini dilakukan dengan refleksi penekanan NOS pada kegiatan siswa.
Lederman (2004: 38) memberikan contoh pembelajaran NOS dengan
menggunakan materi mitosis. NOS bukan merupakan suatu hal yang dapat secara
langsung dipahami siswa melalui aktivitas mitosis, tetapi NOS muncul melalui
pemberian pertanyaan-pertanyaan reflektif. Pada awal pembelajaran, siswa
diberikan pertanyaan mengenai bagaimana menentukan awal dan akhir suatu
tahap mitosis. Siswa akan memberikan berbagai macam jawaban tergantung pada
latar belakang, perspektif, dan pengetahuannya masingmasing. Hal ini digunakan
untuk menunjukkan pada siswa bahwa subjektifitas tidak dapat dihindari dalam
melakukan interpretasi data. Kegiatan penyelidikan yang dilakukan siswa untuk
menentukan waktu terjadinya tahapan mitosis akan berbeda tiap kelompok, maka
diberikan pertanyaan mengenai apa implikasinya apabila melakukan pengamatan
menggunakan sampel yang berbeda. Hal ini digunakan untuk menunjukkan pada
siswa bahwa ilmu pengetahuan bersifat tentatif. Kegiatan ini juga bisa dilakukan
dengan mengajak siswa menggunakan hasil observasi untuk membuat inferensi
mengenai waktu relatif yang dibutuhkan tiap tahap mitosis. Hal ini digunakan
untuk menunjukkan kepada siswa mengenai perbedaan observasi dengan
inferensi. Kegiatan pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa
mengenai beberapa aspek NOS yaitu tentatif, subjektif, dan perbedaan antara
observasi dengan inferensi.
Lederman (2004: 37) mengungkapkan bahwa NOS memiliki 7 aspek
sebagai berikut :
a. Pengetahuan ilmiah bersifat tentatif.
b. Pengetahuan ilmiah berbasis empiris.
c. Pengetahuan ilmiah bersifat subjektif.
d. Pengetahuan ilmiah melibatkan inferensi, imajinasi dan kreativitas
manusia.
e. Pengetahuan ilmiah terkait dengan aspek sosial budaya.
f. Perbedaan antara observasi dan inferensi.
g. Fungsi dan hubungan antara teori dan hukum ilmiah.

Melengkapi pendapat Lederman (2004: 37) tersebut, dalam dokumen


NGSS (2013: 4) dikemukakan 8 aspek NOS sebagai berikut :
a. Investigasi ilmiah menggunakan metode-metode yang bervariasi.
b. Pengetahuan ilmiah didasarkan pada bukti empiris.
c. Pengetahuan ilmiah terbuka untuk direvisi berdasarkan bukti terbaru.
d. Model, hukum, mekanisme, dan teori ilmiah menjelaskan fenomena
alam.
e. Sains merupakan cara mengetahui.
f. Pengetahuan ilmiah mengasumsikan urutan dan ketetapan sistem
alam.
g. Sains merupakan hasil usaha keras manusia.
h. Sains membahas pertanyaan mengenai alam dan benda-benda di
dunia.

Aspek-aspek NOS tersebut didukung dengan pernyataan dalam dokumen


National Council of Educational Research and Training (2006: 1) yang
menyatakan bahwa dalam NOS, teori dan hukum ilmiah dapat berubah apabila
ditemukan bukti baru dan science merupakan kerja keras masyarakat.
Berdasarkan dokumen Next Generation Science Standards (2013: 5)
terdapat beberapa proses pembelajaran yang diharapkan pada beberapa tingkatan
dalam mempelajari NOS. Standar proses pembelajaran yang diharapkan pada
siswa tingkat SMP pada masing-masing aspek NOS adalah sebagai berikut :
a. Aspek investigasi ilmiah menggunakan metode-metode yang bervariasi,
meliputi:
1) Investigasi ilmiah menggunakan metode-metode dan alat-alat yang
bervariasi untuk melakukan pengukuran dan pengamatan;
2) Investigasi ilmiah dipadukan dengan seperangkat nilai-nilai untuk
memastikan keakuratan pengukuran, pengamatan, dan objektivitas
temuan;
3) Nilai-nilai ilmiah berfungsi sebagai kriteria dalam membedakan
antara ilmu pengetahuan dan non-ilmu pngetahuan.
b. Aspek pengetahuan ilmiah didasarkan pada bukti empiris, meliputi :
1) Pengetahuan ilmiah didsarkan pada hubungan logis dan konseptual
antara bukti dan penjelasan;
2) Disiplin ilmu berbagi aturan umum untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti empiris.
c. Aspek pengetahuan ilmiah terbuka untuk direvisi berdasarkan bukti
terbaru, meliputi:
1) Penjelasan ilmiah dapat direvisi dan diperbaiki degan
ditemukannya bukti terbaru;
2) Kepastian dan ketetapan penemuan-penemuan ilmu pengetahuan
bervariasi;
3) Temuan ilmiah sering direvisi dan atau ditafsirkan kembali
berdasarkan bukti baru.
d. Aspek model, hukum, mekanisme, dan teori ilmiah menjelaskan fenomena
alam, meliputi:
1) Teori-teori merupakan penjelasan untuk fenomena yang dapat
teramati;
2) Teori ilmiah didasarkan pada bukti yang dikembangkan dari waktu
ke waktu;
3) Hukum merupakan keteraturan atau deskripsi matematik dari
fenomena alam;
4) Hipotesis digunakan oleh para ilmuwan sebagai ide yang mungkin
menyumbangkan pengetahuan baru yang penting untuk
mengevaluasi teori ilmiah;
5) Istilah “teori” yang digunakan dalam ilmu pengetahuan adalah hal
yang sangat berbeda dari penggunaan umum di luar ilmu
pengetahuan.
e. Aspek sains merupakan cara mengetahui, meliputi:
1) Ilmu pengetahuan merupakan sebuah tubuh pengetahuan yang
proses dan praktiknya digunakan untuk menambah tubuh
pengetahuan tersebut;
2) Ilmu pengetahuan merupakan hasil kumulatif dari banyak orang,
dari berbagai generasi dan bangsa, yang telah berkontribusi untuk
ilmu pengetahuan;
3) Ilmu pengetahuan merupakan cara mengetahui digunakan oleh
banyak orang, tidak hanya oleh para ilmuwan.
f. Aspek pengetahuan ilmiah mengasumsikan urutan dan ketetapan sistem
alam, meliputi:
1) Ilmu pengetahuan mengasumsikan bahwa objek dan peristiwa
dalam sistem alam terjadi dalam pola yang konsisten yang dapat
dimengerti melalui pengukuran dan observasi;
2) Ilmu pengetahuan berhati-hati dalam mempertimbangkan dan
mengevaluasi anomali dalam data dan bukti-bukti.
g. Aspek sains merupakan usaha keras manusia, meliputi:
1) Pria dan wanita dari latar belakang, budaya, dan etnis yang berbeda
bekerja sebagai ilmuwan dan insinyur;
2) Para ilmuwan dan insinyur mengandalkan kualitas manusia seperti
ketekunan, ketelitian, penalaran, logika, imajinasi, dan kreativitas;
3) Para ilmuwan dan insinyur dipandu dengan kebiasaan pikiran
seperti kejujuran intelektual, toleransi ambiguitas, skeptisme dan
keterbukaan untuk ide-ide baru;\
4) Kemajuan teknologi mempengaruhi kemajuan ilmu pengetahuan
dan ilmu pengetahuan telah dipengaruhi oleh kemanjuan teknologi.
h. Aspek sains membahas pertanyaan mengenai alam dan benda-benda di
dunia, meliputi:
1) Pengetahuan ilmiah dibatasi oleh kapasitas manusia, teknologi, dan
material;
2) Ilmu pengetahuan membatasi penjelasannya untuk sistem yang
terobservasi dan pada bukti empiris;
3) Pengetahuan ilmiah dapat menggambarkan konsekuensi dari
tindakan tetapi tidak bertanggung jawab atas keputusan
masyarakat.
3. Nilai-Nilai Sains :

Bila kita meninjau kembali tentang hakekat IPA yang dipaparkan di atas
ternyata bahwa IPA mempunyai nilai-nilai kehidupan dan pendidikan. Nilai-nilai
IPA dalam berbagai segi kehidupan itu adalah:

a. Nilai praktis

Tidak diragukan lagi bahwa IPA mempunyai nilai praktis, dimana hasil-
hasil penemuan IPA, baik secara langsung atau tidak langsung dapatdigunakan
dan dimanfaatkan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya: komputer,
robot, mesin cuci, televisi, dan sebagainya. Teknologi yang merupakan hasil-hasil
penemuan IPA telah banyak sekali mengasilkan benda-benda yang sangat
bermanfaat bagi manusia.
Perkembangan dan kemajuan teknologi mengandalkan hasil teknologi
mengandalkan hasil penemuan IPA. Demikian pula IPA, memanfaatkan hasil
teknologi untuk memecahkan masalah-masalah dan memperoleh penemuan-
penemuan baru (contoh: komputer, mikroskop elektron, dan sebagainya). Tidak
disangsikan lagi bahwa IPA dan teknologi saling membutuhkan, saling mengisi
dan saling membantu untuk bisa terus berkembang.

b. Nilai intelektual

IPA dengan metode ilmiahnya banyak sekali digunakan untuk memecahkan


masalah-masalah, bukan saja masalah yan berkaitan dengan IPA, tetapi masalah-
masalah lain yang berkaitan dengan sosial dan ekonomi. Ilmu sosial dan ekonomi
banyak menggunakan metode ilmiah dalam mmecahkan masalah-masalahnya.
Metode ilmiah memberikan kemampuan dan keterampilan kepada manusia untuk
dapat memecahkan masalah. Kemampuan ini ternyata memberikan kepuasaa
khusus kepada manusia. Oleh karena itu IPA dengan metode ilmiahnya
mempunyai nilai intelektual.
c. Nilai sosial politik- ekonomi

Negara yang IPA dan Teknologinya maju akan mendapat tempat khusus
dalam kedudukan sosial, politik, dan ekonominya. Negara-negara maju seperti
Amerika, Inggris, Jerman, Jepang dsb mendapat kedudukan penting dalam
percaturan dunia. Indonesia pernah merintis penggunaan teknologi canggi dengan
pembuatan pessawat terbang di IPTN, dan pada waktu iti , negara kita pun mulai
diperhitungkan oleh dunia dan membawa dampak terhadap nilai sosial, politik,
dan ekonomi.

d. Nilai keagamaan

Ada yang berpendapat bahwa apabila seseorang belajar IPA dan


Teknologi terlalu mendalam, maka orang itu akan melakukan hal-hal yang
menjurus ke arah negatif, misalnya ingkar kepada Tuhan. Pendapat ini nampaknya
tidak semua benar, karena banyak para ilmuwan IPA yang dahulunya kurang
percaya terhadap Agama, sedikit demi sedikit bahkan ada yang sangat mendalami
Agama. Mereka ilmuwan masih belum bisa mengungkapkan semua fenomena
alam yang ada di Bumi dan Jagad Raya ini, mereka manusia memiliki
kemampuan terbatas. Mereka menyadari bahwa ada yang menciptakan dan
mengatur segala keteraturan yang ada di Jagad Raya ini, dan mereka ilmuwan pun
semakin yakin dan percaya bahwa ada yang mengatur semua itu yakni Tuhan
Yang Maha Esa. Seorang ilmuwan yang beragama akan semakin tebal keimannya,
karena kepercayaan terhadap agama tidak hanya didukung leh dogma-dogma,
melainkan juga oleh rasio yang ditunjang oleh segala pengamatan yang
merupakan manisfestasi kebesaran Tuhan. Pernyataan yang terkenal yang
diungkap oleh ilmuwan besar, seperti Albert Einstein adalah “ Science without
religious is blind and religious without science is limp”.

e. Nilai pendidikan

Dalam abad kemajuan IPA dan teknologi ini diperlukan warganegara –


warganegara yang melek IPA dan Teknologi Namun sangat disayangkan,
masyarakat kita masih banyak yang belum melek IPA dan Teknologi ini. Untuk
memecahkan masalah ini merupakan salah tugas pendidik IPA. Guru IPA
memiliki tugas untuk membelajarkan siswa dengan baik untuk mencapai tujuan
pendidikan IPA saat ini, yaitu menciptakan warganegara yan sadar akan IPA dan
Teknologi.
Menurut De Boer (1991:177) orang yang sadar sains adalah “orang yang
dapat menggunakan konsep-konsep sains, keterampilan proses sains dan nilai
dalam membuat keputusan sehari-hari bila ia berinteraksi dengan orang lain atau
lingkungannya dan ia juga memahami hubungan antara sains, teknologi, dan
masyarakat, termasuk aspek aspek perkembangan sosial dan ekonomi”.

f. Nilai etik dan estetika dari IPA

Ilmu Pengetahuan Alam mempunyai nilai-nilai etik dan estetika yang tinggi.
Nilai-nilai itu terutama terletak pada sistem yang menetapkan ‘kebenaran yang
objektif’ pada tempat yang paling utama. Adapun proses IPA itu sendiri dapat
dianggap sebagai suatu latihan mencari, meresapkan, dan menghayati nilai-nilai
luhur.

g. Nilai moral atau humaniora dari IPA

Nilai-nilai moral atau humaniora dari IPA nampaknya mempunyai dua


muka yang berlawanan arah. Muka yang menuju kepada cita-cita kemanusiaan
yang luhur sedang muka yang lain menuju kepada tindak immoral yang tidak saja
dapat melenyapkan nilai-nilai luhur namun dapat melenyapkan eksistensi manusia
itu sendiri.
IPA dan teknologi sekedar alat yang sangat tergantung dari manusianya
yang berada di belakang alat itu, untuk apa itu akan digunakan. Dengan kata lain,
IPA itu sendiri adalah ‘suci’, yang tidak suci itu ialah manusianya.

h. Nilai Ekonomi dari IPA

Seorang ahli IPA, mungkin ia telah bertahun-tahun melakukan suatu


penelitian. Katakanlah ia menemukan suatu kaidah dari suatu fenomena tertentu.
Apakah temuannya itu mempunyai niali ekonomi? Memang tidak dapat dikatakan
dengan tegas karena nilai ekonominya tidak langsung. Ini baru menjadi kenyataan
bila temuan itu dapat digunakan untuk memproduksi sesuatu yang bermanfaat
bagi masyarakat. lain daripada itu, bagi sang penemu, keberhasilannya itu dapat
meningkatkan harga diri atau kepercayaan masyarakat terhadap dirinya. Ini berarti
temuannya itu dapat memberi ‘nilai tambah’ bagi dirinya.

4. Rekomendasi Standart Guru National Science Teacher Association

National Science Teacher Association (2003) menetapkan 10 standar bagi


persiapan guru IPA, meliputi standar isi (content), hakikat IPA (nature of science),
inkuiri (inquiry), isu-isu IPA (issues), keterampilan umum mengajar (general
skills of teaching), kurikulum (curriculum), komunitas IPA (science in the
community), pemilaian (assessment), keselamatan dan kesejahteraan umum
mengajar (safety and welfare), serta pengembangan professional (professional
growth). Standar isi IPA merekomendasikan bahwa guru IPA harus memahami
dan mengemukakan pengetahuan IPA dan praktik IPA secara aktual.
Parameter persiapan guru IPA yang memiliki standar isi harus
menunjukkan bahwa guru IPA:
i. Memahami dan berhasil menyampaikan konsep-konsep utama, prinsip-
prinsip, teori-teori, hukum-hukum IPA pada siswa serta membuat
keterkaitan dalam aplikasi di lapangan.
j. Memahami dan berhasil menyampaikan kesatuan konsep IPA pada
siswa.
k. Memahami dan berhasil menyampaikan aplikasi IPA dalam bidang
teknologi dan kepentingan personal siswa.
l. Memahami penelitian dan berhasil merancang, melaksanakan, membuat
laporan serta mengevaluasi penyelidikan IPA.
m. Memahami dan berhasil menggunakan matematika dalam proses
pelaporan data, memecahkan masalah IPA di lapangan.
Guru IPA harus mampu mengajak siswa untuk membedakan IPA dan non
IPA, memahami evolusi dan praktik IPA sebagai usaha manusia, serta kritis
dalam menganalisis tuntutan dalam IPA. Parameter persiapan guru IPA yang
memiliki standar hakikat IPA, harus menunjukkan bahwa guru IPA:
a. Memahami terhadap sejarah dan perkembangan IPA serta evolusi
IPA.
b. Memahami filosofi, asumsi, tujuan dan nilai-nilai yang membedakan
IPA dari teknologi
c. .Mengajak siswa berhasil dalam belajar hakikat IPA, kritis dalam
menganalisis kesalahan atau ketidakjelasan dalam IPA.
Guru IPA harus mampu mengajak siswa belajar variasi metode inkuiri
ilmiah dan aktif belajar melalui inkuiri ilmiah. Parameter persiapan guru IPA yang
memiliki standar inkuiri ilmiah, harus menunjukkan bahwa guru IPA:
a. Memahami proses, prinsip dan asumsi dari metode inkuiri dalam
menemukan pengetahuan ilmiah.
b. Mengajak siswa berhasil mengembangkan inkuiri yang tepat dalam
mengembangkan konsep dan hubungan pengamatan, data dan
kesimpulan secara ilmiah.
Guru IPA harus siap untuk membuat keputusan dan mengambil tindakan
berkaitan dengan IPA, teknologi dan isu-isu IPA dalam masyarakat umum.
Rekomendasi dari Asosiasi Nasional Guru Sains Pentingnya fasilitas yang
mendukung lingkungan pembelajaran tidak dapat ditegaskan. Siswa dalam sebuah
program pendidikan guru sains harus mengetahui cara mengembangkan dan
memelihara atmosfer belajar sains yang kondusif melalui investigasi dan inkuiri.
Tingkat Preservice Tingkat Induksi Tingkat Profesional
A. Rencana kegiatan A. Menggunakan A. Secara konsisten
untuk disampaikan kegiatan dan pelajaran terintegrasi
sifat dasar dan dirancang untuk kegiatan dan pelajaran
ilmu terapan, termasuk menyampaikan sifat menyampaikan sifat
berbagai cara untuk ilmu dasar dan terapan, dasar
membuat termasuk beberapa cara dan ilmu terapan,
pengetahuan ilmiah, yang untuk termasuk beberapa cara
tentativeness of menciptakan pengetahuan untuk
knowledge, ilmiah, menciptakan
dan kreativitas sifat tentativeness dari pengetahuan ilmiah,
berdasarkan pengetahuan, dan sifat tentativeness dari
bukti empiris. kreativitas pengetahuan,
berdasarkan bukti dan kreativitas
empiris. berdasarkan bukti
empiris.

B. Membandingkan dan B. Melibatkan siswa B. Rancang pelajaran


kontras secara teratur yang efektif
aturan bukti dan dalam membandingkan membedakan ilmu dan
membedakan dan kontras nonscience dan mengacu
karakteristik ilmiah dan nonscient ific pada kontinum kriteria
pengetahuan dalam sains cara mengetahui; untuk bukti;
untuk memerintah terintegrasi menyediakan case studi
dan pengetahuan di crit eria of science in yang memungkinkan
bidang lain investigasi dan kasus siswa menganalisa
domain. studi. pengetahuan dan
tindakan melawan prinsip
ilmu.
C. Menjelaskan dan C. Menunjukkan C. Merancang pelajaran
menyediakan bagaimana penelitian yang menunjukkan
contoh konvensi untuk pertanyaan dan desain, bagaimana pencarian ion
penelitian, bukti dan dan penelitian dan
penjelasan, pembeda interpretasi data, dipandu desain, dan data
hukum, teori dan oleh konvensi interpretasi, dipandu oleh
hipotesis. kontemporer konvensi kontemporer
sains dan konsep dari sains dan konsep dari
sifat pengetahuan. sifat pengetahuan.
D. Memberikan contoh D. Secara teratur D. Secara sistematik
perubahan dalam mengacu pada melibatkan
pengetahuan sains peristiwa sejarah untuk siswa dalam pertanyaan
lebih dari itu, mengacu diilustrasikan berkaitan dengan sifat
pada aspek mendasar dari dari sains termasuk
perkembangan historis sifat sains termasuk sejarah dan perubahan
konsep-konsep dasar tahan lama tapi karakter filosofis yang telah
dalam tentatif membentuk selanjutnya
bidang pengajaran. pengetahuan. pengetahuan dan sosial
interpretasi pengetahuan
dan acara

5. Implementasi Hakikat Sains dalam Pembelajaran Sains

Cara Mengajarkan Sains

Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang pokok bahasannya
adalah alam dengan segala isinya. Hal yang dipelajari dalam sains adalah sebab-
akibat, hubungan kausal dari kejadian-kejadian yang terjadi di alam. Carin dan
Sund (1993) mendefinisikan sains sebagai pengetahuan yang sistematis atau
tersusun secara teratur, berlaku umum, dan berupa kumpulan data hasil observasi
dan eksperimen. Aktivitas dalam sains selalu berhubungan dengan percobaan-
percobaan yang membutuhkan keterampilan dan kerajinan. Secara sederhana,
sains dapat juga didefinisikan sebagai apa yang dilakukan oleh para ahli sains.
Dengan demikian, sains bukan hanya kumpulan pengetahuan tentang benda atau
makhluk hidup, tetapi menyangkut cara kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan
masalah. Ilmuwan sains selalu tertarik dan memperhatikan peristiwa alam, selalu
ingin mengetahui apa, bagaimana, dan mengapa tentang suatu gejala alam dan
hubungan kausalnya. Dalam sains, terdapat tiga unsur utama, yaitu sikap manusia,
proses atau metodologi, dan hasil yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan.
Sikap manusia yang selalu ingin tahu tentang benda-benda, makhluk hidup, dan
hubungan sebab-akibatnya akan menimbulkan permasalahan-permasalahan yang
selalu ingin dipecahkan dengan prosedur yang benar. Prosedur tersebut meliputi
metode ilmiah. Metode ilmiah mencakup perumusan hipotesis, perancangan
percobaan, evaluasi atau pengukuran, dan akhirnya menghasilkan produk berupa
fakta-fakta, prinsip-prinsip, teori, hukum, dan sebagainya.

Tujuan Pembelajaran Ipa

Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan, yang


dilaksanakan dengan menuangkan pengetahuan kepada siswa (Oemar Hamalik,
2008: 25). Bila pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran
merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa
belajar. Proses tersebut dimulai dari merencanakan progam pengajaran tahunan,
semester dan penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) berikut persiapan
perangkat kelengkapannya antara lain berupa alat peraga dan alat-alat evaluasinya
(Hisyam Zaini, 2004: 4).
Berdasar beberapa pendapat diatas maka disimpulkan pembelajaran adalah
suatu proses dan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat
siswa belajar, pembelajaran juga merupakan persiapan di masa depan dan sekolah
mempersiapkan mereka untuk hidup dalam masyarakat yang akan datang. Ilmu
Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD yang dimaksudkan agar
siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang
alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah
antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan.
IPA adalah pengetahuan khusus yaitu dengan melakukan observasi,
eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori dan demikian seterusnya kait
mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain (Abdullah, 1998: 18). IPA
berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga
IPA bukan hanya penguasaan kumpulan sistematis dan IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau
prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Sri
Sulistyorini, 2007: 39).
Menurut Iskandar IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang
terjadi alam (Iskandar, 2001: 2). Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata
pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan
dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari
pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan,
penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. Pada prinsipnya, mempelajari IPA
sebagai cara mencari tahu dan cara mengerjakan atau melakukan dan membantu
siswa untuk memahami alam sekitar secara lebih mendalam (Depdiknas dalam
Suyitno, 2002: 7).
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan pembelajaran IPA
adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam dengan
melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori agar siswa
mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam
sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara
lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1998 . Standart for Science Teacher Prepation Nasional Science


Teacher Association in Collaboration with the Association for The
Education of Teaching in Science.
National Science Education Standards (1996). Science Teaching Standart.
Washington, DC: National Academy Press
National Science Teachers Association (NSTA) Revised (2003). Standart for
Science. Washington, DC: National Academy Press

Anda mungkin juga menyukai