PERSENTASE
INDIVIDU
MK. ARAH
KECENDRUNGAN
DAN ISU
PEMB.FISIKA
HAKIKAT IPA
NIM : 818617501
PENDIDIKAN FISIKA
PROGRAM PASCASARJANA
MEDAN
18 September, 2018
Apa itu Sains ?
1. Hakikat IPA
Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah,
dan sikap ilmiah. Selain itu, IPA dipandang pula sebagai proses, sebagai produk,
dan sebagai prosedur. Sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk
menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan
pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa
pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau di luar sekolah atau bahan bacaan
untuk penyebaran atau dissiminasi pengetahuan. Sebagai prosedur dimaksudkan
sebagai metodologi atau cara yang digunakan untuk mengetahui sesuatu yang
lazim disebut metode ilmiah (scientific methods) (Trianto, 2012: 137).
Selain sebagai proses dan produk, Daud Joeseof (dalam Trianto, 2012:
137) pernah menganjurkan agar IPA dijadikan sebagai suatu “kebudayaan” atau
suatu kelompok atau institusi sosial dengan tradisi nilai, aspirasi, maupun
inspirasi. Menurut Patta Bundu (2006: 9), sains atau yang biasa diterjemahkan
Ilmu Pengetahuan Alam berasal dari kata “natural science”. Natural memiliki arti
alamiah dan berhubungan dengan alam, sedangkan science artinya ilmu
pengetahuan. Artinya, sains dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang alam atau yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi
di alam.
Dari apa yang dipelajari tersebut, terlihat bahwa IPA memiliki objek dan
persoalan yang holistik atau menyeluruh. Menurut Puskur (2007: 6) menyebutkan
bahwa hakikat IPA mengandung empat unsur utama dalam IPA, dimana dari ke-4
unsur tersebut merupakan ciri utama yang utuh, yaitu meliputi:
a. Sikap: misalnya rasa ingin tahu tentang fenomena alam, makhluk hidup,
serta hubungan sebab akibat yang mendasari masalah di alam yang
dapat dipecahkan melalui prosedur ilmiah.
b. Proses: prosedur atau cara pemecahan masalah melalui metode ilmiah.
c. Produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. d. Aplikasi: penerapan
metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.
Merujuk dari beberapa definisi di atas dapat disimpukan bahwa hakikat
IPA adalah ilmu pengetahuan yang disajikan secara menyeluruh untuk
mempelajari alam dan gejala-gelajanya atas dasar unsur sikap, proses, produk, dan
aplikasi yang mana keempat unsur tersebut merupakan satu kesatuan. Oleh karena
itu, siswa diharapkan memiliki pengetahuan secara utuh dan mampu memahami
fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah menggunakan proses ilmiah/
metode ilmiah sehingga kegiatan pembelajaran merupakan proses yang bermakna
dengan adanya integrasi nilai atas apa yang dipelajari.
Hakikat IPA merupakan hal yang melekat pada IPA atau science. Hakikat
IPA merupakan satu kesatuan dimensi yang diperlukan ketika mempelajari IPA.
Baik guru maupun siswa perlu memahami tiap dimensi IPA dan berpikir ilmiah
yang diperlukan dalam melakukan penyelidikan dengan menggunakan berbagai
macam metode untuk mengembangkan batang tubuh pengetahuan, yang nantinya
akan memberikan kontribusi bagi teknologi dan masyarakat, sehingga dapat
menciptakan proses pembelajaran IPA yang baik. Menurut Chiappeta & Koballa
(2010: 124) pembelajaran IPA yang hanya dilakukan dengan mengajarkan fakta-
fakta yaitu hanya dari dimensi science as a body of knowledge akan berdampak
pada hasil pembelajaran yang memiliki makna yang sangat sedikit dan hanya akan
menghasilkan ingatan sementara bagi siswa.
Menurut Williams (2011: 37) pembelajaran IPA perlu diubah dari
pembelajaran berdasarkan fakta menjadi pembelajaran IPA yang didasarkan pada
proses agar siswa memiliki keterampilan dan kemampuan untuk bekerja secara
ilmiah. Pembelajaran IPA yang berfokus pada pemberian fakta-fakta dari guru
dapat dikatakan sebagai pembelajaran dengan sistem teacher-centered learning
perlu diubah menjadi pembelajaran IPA yang dilakukan dengan kegiatan
penyelidikan agar siswa dapat menemukan ilmu pengetahuan melalui
penyelidikan ilmiah atau disebut dengan pembelajaran sistem student-centered
learning.
Depdiknas (2006: 377) menyatakan bahwa pembelajaran IPA
dilaksanakan dengan tujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut :
a. Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya.
b. Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam,
konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
c. Mengemabngkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat.
d. Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir,
bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi.
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam.
f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g. Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
IPA yang dilakukan perlu melibatkan siswa untuk aktif sehingga pembelajaran
dapat berpusat pada siswa. Hal ini dilakukan agar pembelajaran IPA yang
dilakukan dapat bermakna bagi siswa dan tidak hanya akan menjadi ingatan
sementara yang kurang bermakna
Bila kita meninjau kembali tentang hakekat IPA yang dipaparkan di atas
ternyata bahwa IPA mempunyai nilai-nilai kehidupan dan pendidikan. Nilai-nilai
IPA dalam berbagai segi kehidupan itu adalah:
a. Nilai praktis
Tidak diragukan lagi bahwa IPA mempunyai nilai praktis, dimana hasil-
hasil penemuan IPA, baik secara langsung atau tidak langsung dapatdigunakan
dan dimanfaatkan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya: komputer,
robot, mesin cuci, televisi, dan sebagainya. Teknologi yang merupakan hasil-hasil
penemuan IPA telah banyak sekali mengasilkan benda-benda yang sangat
bermanfaat bagi manusia.
Perkembangan dan kemajuan teknologi mengandalkan hasil teknologi
mengandalkan hasil penemuan IPA. Demikian pula IPA, memanfaatkan hasil
teknologi untuk memecahkan masalah-masalah dan memperoleh penemuan-
penemuan baru (contoh: komputer, mikroskop elektron, dan sebagainya). Tidak
disangsikan lagi bahwa IPA dan teknologi saling membutuhkan, saling mengisi
dan saling membantu untuk bisa terus berkembang.
b. Nilai intelektual
Negara yang IPA dan Teknologinya maju akan mendapat tempat khusus
dalam kedudukan sosial, politik, dan ekonominya. Negara-negara maju seperti
Amerika, Inggris, Jerman, Jepang dsb mendapat kedudukan penting dalam
percaturan dunia. Indonesia pernah merintis penggunaan teknologi canggi dengan
pembuatan pessawat terbang di IPTN, dan pada waktu iti , negara kita pun mulai
diperhitungkan oleh dunia dan membawa dampak terhadap nilai sosial, politik,
dan ekonomi.
d. Nilai keagamaan
e. Nilai pendidikan
Ilmu Pengetahuan Alam mempunyai nilai-nilai etik dan estetika yang tinggi.
Nilai-nilai itu terutama terletak pada sistem yang menetapkan ‘kebenaran yang
objektif’ pada tempat yang paling utama. Adapun proses IPA itu sendiri dapat
dianggap sebagai suatu latihan mencari, meresapkan, dan menghayati nilai-nilai
luhur.
Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang pokok bahasannya
adalah alam dengan segala isinya. Hal yang dipelajari dalam sains adalah sebab-
akibat, hubungan kausal dari kejadian-kejadian yang terjadi di alam. Carin dan
Sund (1993) mendefinisikan sains sebagai pengetahuan yang sistematis atau
tersusun secara teratur, berlaku umum, dan berupa kumpulan data hasil observasi
dan eksperimen. Aktivitas dalam sains selalu berhubungan dengan percobaan-
percobaan yang membutuhkan keterampilan dan kerajinan. Secara sederhana,
sains dapat juga didefinisikan sebagai apa yang dilakukan oleh para ahli sains.
Dengan demikian, sains bukan hanya kumpulan pengetahuan tentang benda atau
makhluk hidup, tetapi menyangkut cara kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan
masalah. Ilmuwan sains selalu tertarik dan memperhatikan peristiwa alam, selalu
ingin mengetahui apa, bagaimana, dan mengapa tentang suatu gejala alam dan
hubungan kausalnya. Dalam sains, terdapat tiga unsur utama, yaitu sikap manusia,
proses atau metodologi, dan hasil yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan.
Sikap manusia yang selalu ingin tahu tentang benda-benda, makhluk hidup, dan
hubungan sebab-akibatnya akan menimbulkan permasalahan-permasalahan yang
selalu ingin dipecahkan dengan prosedur yang benar. Prosedur tersebut meliputi
metode ilmiah. Metode ilmiah mencakup perumusan hipotesis, perancangan
percobaan, evaluasi atau pengukuran, dan akhirnya menghasilkan produk berupa
fakta-fakta, prinsip-prinsip, teori, hukum, dan sebagainya.