Anda di halaman 1dari 7

“HAKIKAT SAINS”

(disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Etno Fisika)


Kelas B

Dosen Pembimbing:
Dr. Sudarti, M.kes.

Disusun Oleh :
Umayatul Qumairoh
170210102025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
1. Hakikat Sains
Kata “Sains” biasa diterjemahkan dengan Ilmu Pengetahuan Alam yang
berasal dari kata natural science. Natural artinya alamiah dan berhubungan
dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Sehingga science
secara harfiah berarti imu yang mempelajari mengenai alam atau mempelajari
peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam (Patta Bundu, 2006: 9).
Menurut Chiappetta (2010: 109) Ilmu pengetahuan alam pada hakikatnya
merupakan
a. Science as a Way of Thinking
IPA sebagai jalan berpikir yang meliputi kepercayaan, keingintahuan,
imajinasi, dan alasan.
b. Science as a Way of Investigating
Cara melakukan investigasi meliputi, pengamatan, mengumpulkan data,
merumuskan hipotesis, eksperimen , dan menyimpulkan.
c. Science as a body of knowledge
Merupakan kumpulan pengetahuan yang terdiri dari, Fakta, Konsep, Hukum
dan prinsip, Teori, dan Model.
d. Science and Interactions with Technology and Society
Memiliki arti bahwa IPA, teknlogi, dan masyarakat saling mempengaruhi
satu sama lain, banyak karya ilmiah yang dilakukan oleh ilmuan yang dipengaruhi
oleh masyarakat dan ketersediaan teknologi.
Sains yang biasa dikenal dengan Ilmu Pengetahuan Alam berasal dari bahasa
Inggris science. Kata science itu sendiri berasal dari bahasa latin scientia yang
berarti saya tahu. Powler (Winataputra dkk, 1993) menjelaskan bahwa sains
adalah ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-
gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan induksi. Carin dan
Sund (1993) mendefinisikan sains sebagai pengetahuan yang sistematis atau
tersusun secara teratur, berlaku umum, dan berupa kumpulan data hasil observasi
dan eksperimen (Wahidin, 2006).
Carin dan Sund dalam Wisudawati (2014) mengatakan bahwa sains
merupakan pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku
umum (universal), dan berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen.
Sains bermula timbul dari rasa ingin tahu manusia, dari rasa keingintahuan
tersebut membuat manusia selalu mengamati terhadap gejala-gejala alam yang ada
dan mencoba memahaminya. Ilmu pengetahuan alam atau sains merupakan
bagian dari ilmu pengetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa Inggris
science. Kata science juga berasal dari kata dalam bahasa latin scientia yang
berarti saya tahu (Trianto, 2011).
Hakikat sains menurut Trianto (2011) dibangun atas dasar produk ilmiah,
proses ilmiah dan sikap ilmiah. Selain itu, sains dipandang pula sebagai proses,
produk dan prosedur. Sains dipandang sebagai proses diartikan bahwa semua
kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk
menemukan pengetahuan baru. Sains sebagai produk diartikan sebagai hasil
proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau di luar sekolah
ataupun bahan bacaan untuk penyebaran atau dissiminasi pengetahuan. Sains
sebagai prosedur maksudnya adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk
mengetahui sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut metode ilmiah
(scientific method)
Pendapat diatas diperkuat dengan penjelasan Wahidin (2006) yang
mengatakan bahwa sains memiliki tiga unsur utama yaitu sikap, proses atau
metodologi, dan hasil yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Sikap dalam hal
ini adalah sikap manusia yang selalu ingin tahu tentang benda-benda, makhluk
hidup, hubungan sebab-akibatnya, yang akan menimbulkan permasalahan-
permasalahan dan selalu ingin dipecahkan dengan prosedur yang benar. Prosedur
tersebut meliputi metode ilmiah.
2. Unsur-Unsur Sains
Unsur sains yaitu dapat dituliskan sebagai berikut :
a. Sikap, sains memunculkan rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam,
makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat
b. Proses, proses pemecahan masalah dalam sains memungkinkan adanya
prosedur yang runtut dan sistematis melalui metode ilmiah.
c. Produk, sains menghasilkan produk berupa fakta, prinsip, teori dan hukum.
d. Aplikasi, penerapan metode ilmiah dan konsep ilmu pengetahuan alam dalam
kehidupan sehari-hari.
Keempat unsur tersebut diharapkan ada dalam proses pembelajaran sehingga
siswa dapat mengalami proses pembelajaran yang utuh dan menggunakan rasa
ingin tahu untuk memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah
yang menerapkan langkah-langkah metode ilmiah.
3. Hakikat Pembelajaran Sains
Fisika merupakan salah satu ranah etnosains dan cabang ilmu pengetahuan
yang mempelajari tentang fenomena alam meliputi material, manusia, dan
interaksi antara manusia dengan material lainnya. Fisika menjadi materi kebijakan
pendidikan pemerintah di beberapa negara sebagai bekal sumber daya manusia.
Hal ini karena fisika dianggap sebagai batang pengetahuan yang bermanfaat bagi
pengembangan teknologi, penemuan-penemuan, dan ilmu pengetahuan lainnya
(Azhar, 2008).
Mata pelajaran sains merupakan salah satu mata pelajaran yang bisa
dikembangkan untuk penerapan pembelajaran life skill. Sesuai dengan
karakteristik pembelajaran sains yaitu mempelajari alam semesta dan gejala-gejala
yang terjadi di dalamnya. Dalam penerapannya pada pembelajaran bisa
dikembangkan agar tidak hanya berorientasi pada kompetensi akademik saja
tetapi juga bisa dirancang sedemikian rupa agar peserta didik mampu memahami
alam dan menerapkan apa yang sudah di pelajari dalam kehidupan nyata (Mujakir,
2012).
Kondisi saaat ini, seperti yang dikatakan Djulia (2005), pendidikan tradisional
lebih banyak disampaikan dalam bentuk peribahasa, seperti halnya pantang larang
dan simbol budaya berupa ragam upacara adat yang semuanya mengandung
isyarat-syarat untuk dipikirkan. Dalam hal ini pendidikan sains memegang
peranan yang sangat penting dalam melatih dan mengasah daya nalar untuk
mencari kaitan sebab akibat, menyimpulkan, mengelaborasi, menggali nilai.
Pembelajaran sains di sekolah secara umum masih tersentral pada materi dalam
buku. Masih jarang pembelajaran sains yang benar-benar menguak realita budaya
di sekitar siswa. Konten materi yang diajarkan pun belum banyak yang sudah
mengintegrasikan dengan budaya Penerapan pembelajaran sains dengan
pendekatan etnosains memerlukan kemampuan guru dalam menggabungkan
antara pengetahuan asli dengan pengetahuan ilmiah (Sudarmin, Febu, Nuswowati,
& Sumarni, 2017).
Salah satu aspek yang prospektf untuk dikaji sebagai bahan konten
pembelajaran sains berpendekatan etnosains adalah budaya. Hal ini sesuai dengan
hakikat budaya sebagai warisan sosial yang hanya dimiliki warga masyarakat
dengan jalan mempelajarinya (Purwadi, 2005). Mengingat budaya merupakan
pencerminan kehidupan masyarakat berupa kepercayaan terhadap ilmu
pengetahuan yang bersifat coba-coba seperti hasil temuan trial and error (Har,
2013).
Erat kaitannya antara budaya sebagai cerminan kehidupan masyarakat dengan
sains asli masyarakat tersebut. Pembelajaran berbasis etnosains mengharapkan
peserta didik melakukan penyelidikan langsung terhadap suatu budaya, termasuk
observasi, wawancara, bahkan analisis literatur mengenai budaya asli masyarakat
sekitar (Indrawati & Qosyim, 2017).
Pembelajaran sains diharapkan dapat memberikan pengetahuan (kognitif)
yang merupakan tujuan utama dari pembelajaran. Jenis pengetahuan yang
dimaksud adalah pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep yang bermanfaat
untuk kehidupan sehari-hari. Pengetahuan secara garis besar tentang fakta yang
ada di alam untuk dapat memahami dan memperdalam lebih lanjut dan melihat
adanya keterangan serta keteraturannya. Ciri-ciri sains yang membedakan dengan
pembelajaran lainnya adalah memberikan keterampilan (psikomotorik),
kemampuan sikap ilmiah (afektif), pemahaman, kebiasaan dan apresiasi dalam
mencari jawaban terhadap suatu permasalahan Prihantro Laksmi (1986) dalam
Trianto (2011).
Hakikat dan tujuan pembelajaran sains menurut Depdiknas (2003) dalam
Trianto (2011) diharapkan dapat memberikan antara lain sebagai berikut:
a. Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan
keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
b. Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan konsep, fakta
yang ada di alam, hubungan saling ketergantungan, dan hubungan antara sains
dan teknologi.
c. Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan, memecahkan
masalah dan melakukan observasi.
d. Sikap ilmiah, antara lain skeptis, kritis, sensitive, objektif, jujur terbuka, benar,
dan dapat bekerja sama.
e. Kebiasaan mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan
deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip sains untuk menjelaskan
berbagai peristiwa alam.
f. Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari keindahan
keteraturan perilaku alam serta penerapannya dalam teknologi.
Oleh karena itu, pembelajaran sains di sekolah sebaiknya :
a. Memberikan pengalaman pada peserta didik sehingga mereka kompeten
melakukan pengukuran berbagai besaran fisis
b. Menanamkan pada peserta didik pentingnya pengamatan empiris dalam
menguji suatu pernyataan ilmiah (hipotesis). Hipotesis ini dapat berasal dari
pengamatan terhadap kejadian sehari-hari yang memerlukan pembuktian
secara ilmiah
c. Latihan berpikir kuantitatif yang mendukung kegiatan belajar matematika,
yaitu sebagai penerapan matematika pada masalah-masalah nyata yang
berkaitan dengan peristiwa alam
d. Memperkenalkan dunia teknologi melalui kegiatan kreatif dalam kegiatan
perancangan dan pembuatan alat-alat sederhana maupun penjelasan berbagai
gejala dan keampuhan IPA dalam menjawab berbagai masalah (Trianto,
2011).
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad,Azhar. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raya Grafindo Persada

Bundu, Patta. 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalamPembelajaran
Sains. Jakarta : Depdiknas

Chiappetta, E. L & Koballa, T. R., Jr. (2010). Science instruction in the middle and
secondary schools. Boston: Allyn & Bacon.

Depdiknas .2003. Undang-undang RI No.20 tahun 2003.tentang sistem pendidikan


nasional

Muzakir. (2012). Pengembangan Life Skill dalam pembelajaran Sains. Jurnal Ilmiah
DIDAKTIKA. Banda Aceh.Vol.1.No.13

Purwadi, 2005, Upacara Tradisional Jawa, Menggali Untaian Kearifan Lokal,


Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sudarmin, Febu, R., Nuswowati, M., & Sumarni, W. (2017). Development of


Ethnoscience Approach in The Module Theme Substance Additives to Improve
the Cognitive Learning Outcome and Student's Entrepreneurship. Journal of
Physics: Conferebce Series, 824(1). doi:10.1088/1742-6596/824/1/012024

Trianto, 2011, Model Pembelajaran Terpadu Konsep,Strategi Dan Implementasinya


Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta : Bumi Aksara.

Wahidin, 2006). Metode Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam . Bandung : Sangga Buana

Winataputra, (1993), Strategi Belajar dan Mengajar IPA, Penerbit Universitas Terbuka
Depdikbud, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai