Redi merefleksikan apa yang diamati dan direkam sehingga sampai pada
kesimpulan bahwa lalat-lalat yang hinggap pada daging meninggalkan telur
sebagai cikal bakal munculnya belatung. Melalui pengamatan yang terkontrol
pada lalat-lalat dan belatung-belatung tersebut, Redi telah membuat eksperimen
ilmiah. Redi tidak hanya sekedar mengamati, tetapi mengamati secara sistematis,
mengontrol variabel-variabel yang memiliki pengaruh pada obyek yang diamati.
Redi telah melakukan dua aktivitas mendasar, yakni proses meneliti dan
memperoleh pengetahuan dari hasil penelitian. Dua hal inilah yang juga dilakukan
oleh Galileo Galilei, Isaac Newton, dan ilmuwan lain di dunia. Setiap
1
pengetahuan yang diperoleh, maka ada proses yang mengawalinya. Prosedur yang
ditempuh tersebut dinamakan proses sains. Keterampilan yang digunakan
dinamakan keterampilan proses sains. Keterampilan proses merupakan bagian
yang integral dengan sains. Oleh karena itu, belajar sains tidak pernah lepas dari
belajar keterampilan proses.
Menguatkan pendapat Abruscato & DeRosa, Chiappetta & Koballa, Jr. (2010)
mengemukakan sains memiliki tiga dimensi, yakni sebagai cara berpikir, cara
menyelidiki, kumpulan pengetahuan, dan interaksi sains-teknologi-masyarakat.
Sains sebagai cara berpikir memiliki ciri-ciri diantaranya keyakinan, sangat ingin
tahu tentang alam, dan berimajinasi.
2
mengamati, mengumpulkan data, membuat hipotesis, melakukan eksperimen, dan
menyimpulkan.
Hubungan antara proses sains dan produk yang berupa pengetahuan dikemukakan
oleh Carin (1993) sebagaimana Gambar 1. Berdasarkan Gambar 1, terlihat jelas
bahwa proses sains merupakan bagian yang tidak mungkin dipisahkan dari
pengetahuan-pengetahuan yang membentuk bangunan ilmu pengetahuan.
3
macam prosedur yang bersifat analitik dan empirik dalam usaha mereka
memahami alam semesta. Prosedur-prosedur yang dilakukan ilmuwan tersebut
juga dilakukan oleh para siswa yang belajar ilmu pengetahuan alam, meskipun
masih duduk di sekolah dasar. Siswa sekolah dasar adalah ilmuwan juga karena
rasa keingintahuan yang dimiliki. Siswa sekolah dasar adalah ilmuwan kecil yang
membutuhkan bimbingan.
4
hal yang diketahui dan dilakukan menggunakan lisan maupun tulisan. Untuk
mendeskripsikan benda-benda dan peristiwa secara kuantitatif, mereka melakukan
pengukuran. Keterampilan-keterampilan tersebut memberikan kontribusi yang
besar terhadap efektivitas pembelajaran sains di sekolah.
2. Keterampilan proses sains terintegrasi
Jika anda telah menguasai keterampilan proses sains dasar, maka anda bisa
mempelajari keterampilan proses sains terintegrasi. Keterampilan proses sains
terintegrasi ini akan mengantar anda sampai pada keterampilan melakukan
eksperimen (experimenting). Keterampilan proses terintegrasi yang
dikombinasikan dengan keterampilan proses sains dasar dapat digunakan untuk
mewujudkan iklim kelas dimana seorang siswa mengeksplorasi, menginvestigasi,
dan menemukan. Siswa yang menerapkan keterampilan proses sains dasar akan
mencari tahu tentang bagaimana segala sesuatu bekerja dan mencari jawaban atas
pertanyaan mereka sendiri dengan cara mendesain dan melakukan eksperimen.
5
tersebut. Aktivitas-aktiviatas yang disajikan pada Bab 2 dan Bab 3 akan
membantu calon guru dan para guru menguasai keterampilan proses sains.
BAB II
6
Keterampilan Proses Sains Dasar
A. Mengamati (observing)
Pengamatan yang cermat sangat penting dalam berbagai penyelidikan ilmiah.
Keterampilan ini menjadi dasar bagi keterampilan proses yang lain. Oleh karena
itu, keterampilan proses mengamati juga disebut sebagai the queen of the science
processes (Howe & Jones, 1993).
Rezba et al. (2007) menuturkan bahwa mengobservasi sebuah benda atau zat
berarti mengeksplorasi seluruh sifat-sifatnya. Benda-benda yang kita amati bisa
memiliki berbagai macam sifat seperti warna, tekstur, aroma, bentuk, berat,
volume, dan suhu. Benda-benda tersebut mungkin bisa menghasilkan suara
dengan atau tanpa memberikan perlakuan pada benda tersebut.
7
Gambar 3. Aktivitas mengamati dan ekpresi setiap indera yang digunakan
Benda atau zat yang berbeda memiliki sifat-sifat yang berbeda. Hal itulah
yang membuat benda atau zat berbeda satu dengan yang lainnya. Kita mampu
mengenal karakteristik benda dengan cara melihatnya, mendengarkannya,
8
menyentuhnya, merasakannya, atau membauinya. Mengobservasi meliputi
mengidentifikasi dan menggambarkan karakteristik benda. Hal penting yang harus
ditekankan adalah pengamatan tidak boleh dicampuradukkan dengan penafsiran.
Gambar 4. Akuarium
Contoh hasil pengamatan antara lain, beberapa ikan lebih besar dari ikan yang
lainnya, terdapat dua ekor siput di dalam akuarium, air di dalam akuarium tidak
penuh, dan ada bintik-bintik hitam di dasar akuarium. Adapun contoh hasil
inferensi adalah bintik-bintik hitam adalah kotoran ikan.
Tabel 1. Deskripsi dari sebuah kupu-kupu berdasarkan lima pertanyaan mendasar dalam
melakukan pengamatan.
Unsur Ciri-ciri Latar Aturan Ciri sistem
belakang Interaksi yang nampak
9
ruang
Kaki 2 buah Diterangi Kaki-kaki Penuh warna,
panjang, 2 cahaya dari dan sayap- diam, rapuh
buah pendek, luar, tanaman sayapnya
hitam melekat di
Antenna Hitam, dada
banyaknya 2, Kepala
panjang ada di
Sayap Kuning, hitam, depan
biru, dada
melengkung, 2 Perut ada
buah di
Kepala Hitam, bulat belakang
dada Merah, hitam, dada
lebih besar Kupu-
daripada kupu
kepala hinggap di
Perut Kuning, daun
berbintik-
bintik hitam, 8
ruas
10
menemukan bahwa kemampuan penglihatan siswa terbatas. Siswa akan
membandingkan jarak pandang mereka dengan teman satu kelas. Siswa akan
memiliki kesempatan untuk melakukan percobaan dengan kaca pembesar secara
luas.
Seberapa kecil benda yang kamu lihat sebelum bendanya tidak dapat kamu
lihat lagi? Sejauh apakah?
Apa yang menyebabkan kamu menemui kesulitan untuk melihatnya?
Apa yang akan kamu lakukan jika bendanya terlalu jauh atau terlalu kecil
untuk dilihat?
Apakah kamu tahu alat yang dapat membantu kamu untuk melihat lebih
mudah?
Terimalah semua bentuk jawaban untuk pertanyaan pertama, tetapi
pastikan bahwa siswa memahami bahwa kemampuan mata mereka terbatas. Saat
mereka mendiskusikan pertanyaan kedua dan ketiga, tekankan bahwa apabila
mereka tidak dapat mendekati benda, mereka dapat menggunakan alat yang
11
mereka sebutkan, misalnya kacamata, lup, teropong, atau teleskop, untuk
membuat bendanya terlihat lebih besar dan mudah dilihat.
Berikan pada mereka kaca pembesar—satu untuk sudut pengamatan atau
setiap satu siswa sesuai dengan ketersediaan alat. Minta siswa untuk melihat
temannya satu sama lain dan benda-benda di dalam kelas melalui kaca pembesar
agar merasakan untuk apa alat tersebut sebenarnya.
Dorong siswa untuk melakukan percobaan menggunakan kaca pembesar,
seperti melihat menggunakan dua buat mata sekaligus, salah satu mata, dan
memegangnya dengan jarak yang bervariasi dari mata—untuk menemukan cara
terbaik menggunakan alat tersebut. Tekankan pada mereka, tidak ada cara yang
“benar” untuk menggunakan kaca pembesar, tetapi mereka harus menemukan cara
terbaik untuk memaksimalkan fungsi kaca pembesar.
Apabila siswa sudah menentukan cara terbaik menggunakan kaca
pembesar, minta mereka menggambarkan apa yang mereka amati. Minta mereka
kembali ke sudut pengamatan semula dan mengulangi pengamatan pada benda-
benda di sudut pengamatan menggunakan kaca pembesar. Minta kembali mereka
menggambarkan ukuran dan bentuk benda yang mereka lihat seakurat mungkin.
Minta siswa untuk menunjukkan gambar hasil pengamatan mereka
sebelum dan sesudah menggunakan kaca pembesar. Minta mereka mendiskusikan
pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
Apakah kedua gambar tersebut sama atau berbeda? Jika berbeda, pada bagian
apanya yang berbeda?
Bagaimana lup mempengaruhi penglihatan kamu?
Bagaimana orang-orang dalam kehidupan sehari-hari memanfaatkan kegunaan
kaca pembesar?
Adakah alat lain yang kamu tahu dapat membantu orang menjadi lebih baik
saat menggunakan indera dan anggota badan lainnya?
Siswa seharusnya mampu untuk menyimpulkan berdasarkan gambar mereka
bahwa kaca pembesar akan membuat benda-benda menjadi lebih besar. Anda
mungkin perlu menekankan bahwa yang dimaksud dengan lebih besar adalah
terlihat lebih besar ukurannya.
Kegiatan berikut ini dapat digunakan untuk melatih keterampilan proses sains
anda: Perhatikan tanaman di halaman atau di dalam rumah anda. Ambillah segala
12
informasi yang bisa diperoleh dari tanaman tersebut menggunakan seluruh indera
kecuali indera perasa. (AWAS: Mengecap benda atau zat asing memerlukan
kehati-hatian tinggi; jangan pernah mengecap sesuatu kecuali anda yakin bahwa
benda atau zat tersebut tidak berbahaya.) Tuliskan minimal 10 hasil pengamatan
anda di bawah ini. Untuk setiap hasil pengamatan, catatlah alat indera yang anda
gunakan untuk memperoleh informasi. Contoh acuan untuk hasil pengamatan:
Tabel 2. Kolom pertama diisi dengan jawaban sesuai dengan pengamatan dan kolom
kedua diisi indera yang digunakan.
No. Pengamatan Indera
1. Apa warnanya? Apakah warna yang dimiliki pohon Penglihatan
tersebut merata?
2. Apakah tanamannya tinggi, pendek, beruas, terbentang Penglihatan
tidak beraturan?
3. Bagaimana tepi daunnya, bergerigi atau rata? Penglihatan
4. Apakah daunnya mengkilap? Penglihatan
5. Bagaimana tekstur batang dan permukaan daunnya? Peraba
6. Apakah tanaman tersebut memiliki bagian yang Pembau
mengeluarkan aroma/bau?
13
Luas daun bunganya sama dengan 4 penjepit kertas.
Anggaplah anda tidak tahu apa yang disebut dengan permen. (Benda tersebut
mungkin saja magnet lemari es yang berbentuk permen). Pikirkan benda tersebut
sekedar sebuah “benda.” Tuliskan 10 hal berdasarkan pencermatan anda tentang
benda tersebut. Selanjutnya, tentukan indera yang anda gunakan untuk mengamati
masing-masing hal yang sudah anda tuliskan. Anda mungkin menggunakan lebih
dari satu indera untuk mengamati satu hal yang sudah anda tuliskan. Apakah anda
menggunakan seluruh indera? Mungkin anda tidak mendengar sesuatu dari benda
tersebut. Jika benda tersebut tidak mengeluarkan suara, maka anda dapat mencatat
hasil pengamatan dengan “tidak mengeluarkan suara”. Cara lain untuk mengamati
benda tersebut menggunakan telinga anda adalah dengan memberikan perlakukan
pada benda tersebut. Perlakuan yang diberikan pada benda tersebut harus
menghasilkan suara kemudian anda harus mendeskripsikan bunyi yang dihasilkan.
Sebagai contoh, anda dapat menjatuhkannya di atas meja (Howe & Jones, 1993).
14
2. Mata tertutup bertemu mainan
3. Mengamati lilin
Rezba et. al. (1995) mengemukakan percobaan berikut ini menunjukkan
proses pengamatan dimana obyeknya mengalami perubahan. Perubahan tersebut
dapat berupa perubahan kimia maupun perubahan fisika. Perubahan kimia adalah
perubahan benda yang disertai dengan perubahan struktur kimia bahan penyusun
benda tersebut. Adapun perubahan fisika tidak disertai dengan perubahan struktur
kimia benda dan hanya fisik-nya saja yang mengalami perubahan.
15
Sebagai latihan untuk pengamatan yang berubah ini, ambillah sebuah lilin,
korek api, tempat liling dari tanah liat, dan sebuah penggaris. Isilah daftar isian
kualitatif dan kuantitatif sebelum lilin dinyalakan. Amatilah lilin ketika terbakar,
lalu catat pengamatan kualitatif dan kuantitatif, masukkan dalam daftar isian.
16
kulit, yang merupakan indera penglihat, pembau, pendengar, perasa atau pengecap
dan peraba. Penginderaan menggunakan panca indera menghasilkan pengamatan
kualitatif, sementara untuk menghasilkan suatu pengamatan kuantitatif diperlukan
alat bantu yang sudah terbakukan, misalnya neraca, meteran, dan termometer.
Benda yang berat, menurut indera peraba dapat dikuantitatifkan dengan
menimbang benda itu dengan neraca, demikian halnya dengan benda yang
panjang menurut indera penglihatan, dapat diukur beratnya dan benda yang terasa
asam menurut indera pengecap dapat diukur berapa PH keasamannya.
Pengamatan pada umumnya dapat dilakukan secara langung, tetapi dapat pula
dilakukan secara tidak langsung. Pengamatan tidak langsung biasa terjadi pada
materi yang cukup pelik, misalnya pengamatan tentang jejak elektron,
pengamatan tentang sinar , sinar , dan sinar .
17
kita di dalam pengukuran. Kecermatan di dalam menggunakan panca indera dan
ketelitian menggunkaan alat ukur akan membantu kita di dalam wahana penelitian
yang kita lakukan.
C. Mengkomunikasikan (communicating)
18
to ask children to define words and terms operationally, to describes objects and
events as thye are perceived, and to record information and make data tables,
graphs, and models to show what they found.” Selain itu, menurut Abruscato &
DeRosa (2010), siswa juga menggunakan peta, grafik, persamaan matematika,
dan alat peraga lainya untuk berkomunikasi.
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang jelas, akurat, dan tidak
ambigu. Seorang guru, seharusnya berusaha untuk memberikan pengaruh positif
melalui kata-kata yang ditulis atau diucapkan. Siapapun ingin mengekspresikan
gagasan, perasaan, dan kebutuhan kita kepada orang lain. Kita juga telah belajar
lewat kehidupan kita bahwa komunikasi merupakan perangkat yang sangat
mendasar untuk memecahkan masalah (Rezba et. al., 1995).
1. Anda hanya menggambarkan apa yang anda amati (lihat, baui, dengar, dan
rasakan) dan bukan hasil inferensi (penjelasan) dari sebuah benda atau
peristiwa.
19
Lihat warna, bentuk, cerah, gelap, berawan, berbuih, mengkilap,
kusam
2. Gambaran atas sesuatu yang diamati diberikan dengan bahasa yang jelas,
akurat, dan tidak ambigu,
5. Anda harus menyediakan suatu cara untuk memperoleh umpan balik dari
orang yang anda ajak berkomunikasi untuk melihat keefektifan komunikasi
anda, dan
1. Peta konsep
Tujuan mendasar dari pembelajaran adalah untuk membantu siswa
menemukan makna baru atas apa yang dipelajari dan memaknai apa yang
dilakukan. Kita menyebutnya dengan pembelajaran bermakna (meaningful
learning). Pembelajaran bermakna mengimplikasikan bahwa hasil pembelajaran
adalah bahwa seseorang harus dapat menghubungkan pengetahuan yang baru
dengan pengetahuan yang sudah diperoleh. Pengetahuan-pengetahuan tersebut
20
dapat berupa fakta, konsep, maupun prinsip. Ketiga jenis pengetahuan inilah yang
digunakan di dalam peta konsep.
Fakta adalah peristiwa tunggal yang terjadi di masa lalu atau saat ini dan tidak
dapat digunakan untuk memprediksi. Sekarang anda sedang membaca buku, ini
adalah sebuah fakta. Hal yang sama sebagaimana kemarin anda makan atau
minum.
Konsep adalah ciri yang sama dan ada pada fakta yang banyak atau kumpulan
fakta yang saling berhubungan sehingga membentuk gagasan baru yang dapat
dinamai. Kata magnet, kutub magnet, tarik-menarik, dan tolak-menolak
merupakan contoh-contoh konsep yang dihasilkan dari akumulasi-akumulasi
fakta. Perhatikan gambar di bawah,
21
dilakukan terhadap berbagai jenis binatang. Hasil pengamatan menunjukkan
bahwa kambing, sapi, dan kerbau hanya mau makan tumbuh-tumbuhan.
Sedangkan hasil pengamatan yang lain menunjukkan bahwa kucing, harimau, dan
singa menyukai daging dan ayam menyukai kedua jenis makanan. Fakta yang
diperoleh disini adalah jenis makanan kambing adalah tumbuh-tumbuhan,
demikian juga sapi dan kerbau. Berdasarkan jenis makanannya, dibuatlah sebuah
kelompok hewan yang makanannya berjenis tumbuhan dan di kelompok lain
merupakan hewan yang makanannya berjenis daging atau segalanya. Kelompok
tersebut kemudian diberi nama yakni herbivora, karnivora, dan omivora. Nama
herbivora, karnivora, dan omnivora adalah konsep.
Prinsip adalah pola yang terbentuk dari dua atau lebih konsep. Prinsip
memiliki sisi prediktif, atau dapat digunakan untuk memprediksi. ”Magnet dengan
kutub sejenis tolak-menolak dan magnet dengan kutub berlainan jenis tarik-
menarik” merupakan sebuah prinsip. Prinsip juga dapat dinyatakan dalam bentuk
”jika ... maka ...”, yakni ”jika kutub sejenis didekatkan, maka magnet akan tolak
menolak.”
Ketiga pengetahuan di atas akan diketahui hubungan yang satu dengan
yang lainnya melalui peta konsep. Peta konsep adalah alat komunikasi yang
bersifat grafis untuk menata dan menyajikan pengetahuan. Peta konsep memuat
konsep-konsep yang biasanya dituliskan dalam lingkaran atau kotak, dan
hubungan-hubungan atara konsep-konsep ditunjukkan dengan menghubungkan
antara dua konsep. Seringali, konsep yang berada pada sebuah segmen
dihubungkan dengan konsep yang berada di segmen yang lain. Hubungan ini
disebut dengan ”hubungan-silang” (cross link). Kata-kata yang berada di garis
penghubung berperan sebagai kata-kata penghubung atau frase-frase penghubung
dan berfungsi memperjelas hubungan antara dua konsep dan kita sebut dengan
kata-kata penghubunga (linking words). Dua konsep atau lebih yang terhubungkan
tersebut akan memberikan makna yang kita sebut dengan proposition. Konsep-
konsep yang dicantumkan dalam peta konsep dapat terdiri dari satu kata atau
lebih, bahkan kadang menggunakan simbol ”+” ataupun ”%” (Novak & Canas,
2008).
22
Bagian terakhir dari peta konsep yang tidak kalah penting adalah contoh
spesifik dari benda atau kejadian. Contoh-contoh tersebut dapat membantu
memperjelas makna konsep yang dibangun. Sebenarnya, fakta bukanlah bagian
dari peta konsep; namanya saja peta konsep dan bukan peta fakta. Oleh karena itu,
kadang-kadang fakta yang menjadi contoh ini diletakkan dalam peta konsep
dengan cara yang berbeda dengan konsep. Apabila konsep berada di dalam kotak-
kotak, maka fakta tidak diletakkan dalam kotak-kotak.
Ciri lain dari peta konsep adalah konsep-konsep disusun secara hirarkis,
dimana konsep paling umum berada di bagian paling atas peta, sedangkan yang
paling spesifik berada di paling bawah. Dalam menyusun hirarki peta konsep,
sangat disarankan menggunakan acuan sebuah pertanyaan pertanyaan utama yang
akan kita cari jawabannya. Kita sebut pertanyaan ini dengan focus question. Peta
konsep juga berkenaan dengan keadaan atau peristiwa yang akan kita pahami
dengan cara menata pengetahuan dalam bentuk peta konsep sehingga
menyediakan sebuah konteks. Inilah yang menjadikan sebuah konsep dapat
berbeda jika dipandang dalam konteks yang berbeda (Novak & Canas, 2008).
Proposition (gagasan): dibaca
sebagai sebuah kalimat lengkap
Konsep (kata dari paling atas hingga paling
Konsep
benda, gambar bawah sehingga memberikan
paling umum
dengan kata-kata, makna.
simbol, atau kata
kerja
Kata-kata Kata-kata
penghubung penghubung
Konsep 1 Konsep 2
Kata-kata
Kata-kata penghubung penghubung silang Kata-kata penghubung
Berikut ini diberikan sebuah artikel yang akan dibuat peta konsepnya.
24
belahan Bumi yang menghadap Matahari menjadi lebih besar.
Sebagaimana terlihat pada gambar 7, sudut penyinaran yang berbeda
menyebabkan belahan Bumi yang miring menghadap Matahari
menerima cahaya Matahari lebih lama setiap harinya daripada
belahan Bumi yang membelakangi Matahari. Lama penyinaran
Matahari adalah salah satu sebab musim panas lebih hangat daripada
musim dingin, meskipun hal tersebut bukanlah satu-satunya
penyebabnya.
Kemiringan Bumi juga menyebabkan radiasi Matahari
mengenai belahan Bumi dengan sudut yang berbeda. Cahaya
Matahari mengenai belahan Bumi yang miring menghadap Matahari
dengan sudut yang lebih besar, yakni mendekati 90 derajat, daripada
belahan Bumi yang membelakangi Matahari. Oleh karena itu, belahan
Bumi yang menghadap Matahari akan menerima radiasi lebih banyak.
Musim panas terjadi di belahan Bumi yang menghadap
Matahari, dimana radiasi Matahari mengenai Bumi dengan sudut
lebih besar dan waktu paparan radiasi lebih besar. Sementara itu,
belahan Bumi yang menerima radiasi lebih kecil mengalami musim
dingin.
(Summer solstice)
21 –22 Maret
21 –22 Juni Bumi belahan utara
musim panas (Winter solstice)
Bumi belahan utara
musim dingin
21 –22 Des.
22 –23 Sept.
25
dan winter solstice terjadi pada tanggal 21 atau 22 Desember.
Keduanya diilustrasikan pada gambar 7. Di belahan Bumi selatan,
winter solstice terjadi pada bulan Juni dan summer solstice terjadi
pada bulan Desember. Summer solstice adalah saat-saat dimana Bumi
mengalami siang paling lama dalam satu tahun. Setelah itu, lama
siang akan semakin lama semakin berkurang, hingga memasuki
winter solstice yang merupakan saat-saat dimana Bumi mengalami
siang paling cepat dalam satu tahun. Kemudian waktu siang
berangsur-angsur mulai semakin lama kembali (Feather & Zike,
2005; Hackett, et . al., 2008 & Tarbuck & Lutgens, 2006, Hewitt, et.
al, 2007).
Konsep yang akan dimasukkan ke dalam peta konsep dari artikel di atas
adalah: Perubahan musim, jumlah cahaya matahari yang diterima Bumi, jumlah
cahaya matahari, lama penyinaran matahari, sudut penyinaran, musim panas, dan
musim dingin. Berdasarkan cakupan makna, konsep perubahan musim adalah
konsep yang paling umum karena tema besar inilah yang sedang dibicarakan.
Jumlah cahaya, lama penyinaran, sudut penyinaran merupakan konsep yang lebih
khusus, sebagaimana musim panas dan musim dingin yang merupakan bagian dari
perubahan musim. Peta konsep yang dihasilkan adalah sebagaimana gambar 8.
26
Gambar 8. Peta konsep dari artikel ”Apa yang menyebabkan perubahan musim?”
Skor 3:
Skor 2:
Skor 1:
27
Melakukan kesalahan pada sebagian besar istilah dan menunjukkan
pemahaman yang sangat kurang terhadap konsep
Hubungan antarkonsep sebagian besar salah
Hanya sedikit konsep yang diletakkan di peta konsep dengan benar atau
menggunakan sedikit sekali kata-kata penghubung; peta konsep yang
dihasilkan sukar dipahami.
Skor 0:
Gambar 9 adalah pita mobius. Pita tersebut merupakan pita timbal balik yang
dibuat menggunakan satu helai pita persegi panjang. Kedua ujung persegi panjang
ditemukan satu sama lain dengan salah satunya dibalik (Weisstein, 1999).
28
menggunakan tema yang lainnya. Tema-tema yang dapat anda gunakan misalnya
cara mengikat sepatu, cara sikat gigi, cara membuat magnet, dan sebagainya.
29
Hal mendasar yang menjadi patokan ketika kita melakukan klasifikasi adalah
bahwa hasil klasifikasi tersebut memiliki manfaat. Pikirkanlah nomor siswa anda
yang mengklasifikasian anda pada angkatan tertentu atau prodi tertentu. Para
ilmuwan mengklasifikasi anda (manusia) untuk memenuhi tujuan administrasi
atau kelancaran proses pembelajaran di bangku kuliah; perusahaan telepon
mengklasifikasi kita agar kita dapat menerima panggilan telepon; pejabat dekanat
mengklasifikasi kita agar kita dapat melakukan tugas-tugas jurusan. Klasifikasi
juga digunakan pemerintah pada kita dalam jenis kelamin, usia, penghasilan.
Terdapat juga klasifikasi yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari: the
yellow pages, klasifikasi sistem desimal Dewey di perpustakaan, sistem untuk
menyusun barang-barang di swalayan, dan sebagainya. Sebagai seorang guru,
anda akan mengklasifikasi (merangking) siswa berdasar pengatahuan yang
mereka tahu. Selanjutnya, penting untuk diingat bahwa klasifikasi adalah
keterampilan proses yang penting dalam pembentukan konsep.
Mengklasifikasi adalah proses yang digunakan oleh ilmuwan untuk
menjadikan benda-benda dan peristiwa-peristiwa tersusun dengan baik. Sistem
klasifikasi digunakan dalam sains dan disiplin ilmu yang lain untuk
mengidentifikasi benda-benda, tempat-tempat, gagasan-gagasan atau peristiwa-
peristiwa dan untuk menunjukkan kesamaan, perbedaan, dan hubungan antara
benda-benda, tempat-tempat, gagasan-gagasan dan peristiwa-peristiwa tersebut
(Abruscato & DeRosa, 2010; Chiappetta & Koballa, Jr., 2010).
Rezba et al. (2007) mengemukakan bahwa pada umumnya, klasifikasi dapat
dilakukan dengan tiga cara yakni klasifikasi biner, klasifikasi multi-tingkat (multi-
stage) dan serial ordering. Dalam sistem klasifikasi biner, kelompok benda dibagi
menjadi dua buah subkelompok berdasarkan apakah masing-masing memiliki
sifat-sifat tertentu ataukah tidak. Untuk membuat klasifikasi biner, terlebih dahulu
harus mengidentifikasi karakteristik hanya dimiliki oleh benda tertentu. Setelah
itu, kelompokkan benda-benda yang memiliki karakteristik khusus tersebut pada
satu kelompok dan kelompokkan benda yang tidak memiliki karakteristik khusus
pada kelompok yang lain. Sebagai contoh, biolog mengklasifikasi makhluk hidup
dalam dua kelompok: hewan dan tumbuhan (tumbuhan dikelompokkan pada
kelompok yang tidak memiliki ciri-ciri hewan). Ilmuwan kemudian
30
mengklasifikasikan hewan ke dalam dua kelompok: hewan yang memiliki tulang
belakang dan tidak memiliki tulang belakang. Saat membuat klasifikasi biner,
sangat dimungkinkan pada satu kelompok memiliki satu anggota.
Klasifikasi multitingkat dibuat dengan membuat klasifikasi biner kemudian
masing-masing subkelompoknya dibagi menjadi sub-subkelompok sehingga
dihasilkan lapisan atau tingkat di bawah subkelompok. Jika tiap subkelompok
dibuat klasifikasi biner terus-menerus, maka sebuah hirarki yang tersusun atas
kelompok dan subkelompok dihasilkan. Sistem klasifikasi ini disebut dengan
klasifikasi multitingkat (multi-stage classification). Sebagaimana dalam skema
biner, kelompok-kelompok ditentukan dengan menyortir benda-benda yang
memiliki karakteristik tertentu berbeda dari yang lainnya yang memiliki
karakteristik tersebut. Hewan, sebagai contoh, diklasifikasikan dalam vertebrata
dan avertebrata. Selanjutnya, hewan vertebrata dapat diklasifikasikan dalam
hewan yang memiliki rambut dan tidak memiliki rambut.
Adapun cara serial ordering Rezba et. al. (2007) mengemukakan,
Serial ordering is a kind of classification where objects are placed in order by
the extent to which they possess a particular property, such as diameter or
mass. Buttons or rocks, for example, may be placed in order from smallest to
largest or from heaviest to lightest.
a. Klasifikasi biner
Dalam sistem klasifikasi biner, kelompok benda dibagi menjadi dua buah
subkelompok berdasarkan kepemilikan sifat-sifat tertentu. Untuk membuat
klasifikasi biner anda harus mengidentifikasi karakteristik yang hanya dimiliki
oleh benda tertentu. Setelah itu, kelompokkan benda-benda yang memiliki
karakteristik khusus tersebut pada satu kelompok dan kelompokkan benda yang
tidak memiliki karakteristik khusus pada kelompok yang lain. Sebagai contoh,
ahli biologi mengklasifikasi makhluk hidup dalam dua kelompok: hewan dan
tumbuhan (tumbuhan dikelompokkan pada kelompok yang tidak memiliki ciri-ciri
hewan). Ilmuwan kemudian mengklasifikasikan hewan ke dalam dua kelompok:
hewan yang memiliki tulang belakang dan tidak memiliki tulang belakang. Saat
membuat klasifikasi biner, sangat dimungkinkan pada satu kelompok memiliki
satu anggota.
Perhatikan hewan-hewan pada gambar 9.
31
Gambar 9. Hewan-hewan dapat diklasifikasikan menurut ciri-ciri tertentu
Perhatikanlah gambar 9 yang menunjukkan berbagai macam hewan. Untuk
membuat klasifikasi biner dari hewan-hewan tersebut, anda dapat menempuhkan
dengan mengamati persamaan dan perbedaannya. Identifikasilah karakteristik
yang nampak pada hewan-hewan tersebut. Tabel 6 dapat digunakan sebagai alat
bantu pengklasifikasian.
32
Klasifikasi multitingkat dibuat dengan membuat klasifikasi biner kemudian
masing-masing subkelompoknya dibagi menjadi sub-subkelompok sehingga
dihasilkan lapisan atau tingkat di bawah subkelompok. Jika tiap subkelompok
dibuat klasifikasi biner terus-menerus, maka sebuah tingkatan-tingkatan yang
tersusun atas kelompok dan subkelompok dihasilkan. Sistem klasifikasi ini
disebut dengan klasifikasi multitingkat (multi-stage classification).
Sebagaimana dalam skema biner, kelompok-kelompok ditentukan dengan
menyortir benda-benda yang memiliki karakteristik tertentu berbeda dari yang
lainnya yang memiliki karakteristik tersebut. Hewan, sebagai contoh,
diklasifikasikan dalam vertebrata dan avertebrata. Selanjutnya, hewan vertebrata
dapat diklasifikasikan dalam hewan yang memiliki rambut dan tidak memiliki
rambut.
Kita akan gunakan gambar 9 untuk membuat klasifikasi multistages.
Kelompok asal dibagi terlebih dahulu menjadi dua kelompok besar, yakni hewan
bersayap dan tidak bersayap. Setelah itu, binatang yang bersayap dibagi lagi
menjadi dua kelompok, yakni pemakan daging dan pemakan segala. Adapun
binatang tidak bersayap dibagi menjadi dua kelompok lagi, yakni binatang yang
hidup di air dan binatang yang hidup di darat. Binatang yang hidup di air
kemudian dibagi lagi menjadi binatang yang termasuk mamalia dan binatang yang
termasuk ikan.
Kelompok
Asal
Pemakan Pemakan
daging: elang segala: ayam Hidup di air: lumba- Hidup di darat: unta,
lumba, ikan beta, hiu, jerapah, badak, gajah
paus
Gambar 10. Klasifikasi multitingkat 3, 4
Pada tahun 1970-an, Karplus mengenalkan siklus belajar yang terdiri dari
tiga tahapan, yakni exploration, introduction term, dan application. Tahap
exploration memfasilitasi siswa untuk berinteraksi dengan benda-benda dan
fenomena-fenomena. Pada tahapan ini, selain aktivitas hands-on siswa juga
menggunakan keterampilan berpikirnya, sehingga minds mereka pun juga on.
Pada tahap ini, para siswa umumnya mengerjakan lembar kerja siswa yang telah
dibuat oleh guru. Tahap introduction term merupakan tahap terakhir dari siklus
belajar Karplus. Tahapan ini bertujuan mengenalkan istilah-istilah baru kepada
siswa.
34
aktivitas mengklasifikasi dapat menggunakan kegiatan mengelompokkkan
struktur tulang daun.
Gambar 11. Daun dari berbagai jenis pohon memungkinkan untuk memiliki
kesamaan bentuk pertulangannya.
35
Tabel 7. Contoh tabel untuk melakukan klasifikasi bentuk tulang daun
Klasifikasi Daun
Daun Bentuk Tulang Daun Deskripsi Usulan Nama
1. Bentuk tulang Menjari
daun menyebar
dari pusat seperti
tangan manusia
2.
dst.
36
tersebut mencakup paku dan sekrup. Hal yang perlu diperhatikan adalah kehati-
hatian dalam bekerja menggunakan benda-benda tajam, seperti paku. Siswa harus
menggunakan sarung tangan tebal dan kaca mata pelindung tiap kali mengamati
benda-benda yang tajam.
Siswa kemudian dikelompokkan dengan masing-masing kelompok
beranggotakan 3 orang. Masing-masing kelompok mendapat sebuah wadah yang
berisi benda-benda tersebut. Banyak benda yang diterima siswa kira-kira
sebanyak 15-20 buah.
1 2 3
4 5 6
10 11 12
7 8 9
13 14 15
Gambar 12. 1. Paku rangka, 2. Paku bingkai, 3. Mur sayap, 4. Mur
persegi, 5. Sekrup kayu kepala bulat, 6. Sekrup mesin kepada datar, 7.
Sekrup kayu kepala oval, 8. Sekrup bermata, 9. Sekrup atap, 10.
Sekrup mesin kepada oval, 11. Paku biasa, 12. Sekrup bulat kepada
datar, 13. Mur bertutup, 14. Mur heksagonal, 15. Sekrup mesin kepala
bulat
Setelah masing-masing kelompok menerima perlengkapan percobaan,
minta siswa untuk mengeluarkan seluruhnya di meja dan mengamatinya satu per
satu. Selanjutnya, siswa mengelompokkan seluruh bahan-bahan tersebut ke dalam
dua kelompok besar menurut satu sifat yang dimiliki oleh satu bahan dan tidak
37
dimiliki oleh bahan yang lain, misalnya berujung runcing dan tidak berujung
runcing. Bahan-bahan yang berujung runcing kemudian dikelompokkan ke dalam
dua kelompok besar yakni memiliki alur seperti bidang miring yang dibuat
melingkar. Kegiatan ini terus dilakukan hingga sampai pada satu bahan yang
spesifik (Watson & Miller, 2009).
G. Mengukur (measuring)
“Berapa lamakah
perjalanan dari rumah
menuju sekolah?”
“Kalau kita berlari
mengelilingi lapangan
sekolah, berapakah jarak
yang ditempuh?
“Suhu pada malam
hari turun berapa derajat?”
Anak-anak dapat
menjawab pertanyaan-
pertanyaan di atas apabila Gambar 13. Aktivitas mengukur merupakan salah satu
aktivitas mengamati secara kuantitatif.
mampu memilih dan
menggunakan alat ukur dengan benar. Siswa akan belajar sains lebih baik jika
memiliki dorongan yang lebih baik untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
mereka secara mandiri.
Mengukur adalah membandingkan antara besaran yang belum diketahui
dengan standar. Sebagai contoh, jika anda mengukur massa sebuah apel, maka
besaran yang belum diketahui adalah massa apel tersebut dan standar-nya adalah
gram sebagaimana ditunjukkan oleh neraca yang digunakan. Apabila anda
mengukur tinggi badan seseorang, maka besaran yang belum diketahui adalah
tinggi badan sedangkan yang menjadi standar adalah centimeter.
Mengukur adalah cara terkuantifikasikannya sebuah pengamatan.
Keterampilan yang dibutuhkan tidak hanya ketepatan dalam memilih dan
menggunakan alat ukurnya, tetapi juga melakukan penghitungan-penghitungan
menggunakan istrumen tersebut (Abruscato & DeRosa, 2010). Pengukuran akan
menambah ketepatan pada hasil pengamatan, pengklasifikasian, dan
38
pengkomunikasian. Siswa dapat menggunakan alat-alat ukur standar, semacam
penggaris, neraca, gelas ukur, kalkulator, dan stopwatch, ataupun menggunakan
satuan-satuan yang tidak standar, misalnya kelereng, penjepit kertas, dan
semacamnya untuk mengukur jarak (Martin et al., 2005).
Setelah melakukan pengukuran, siswa perlu untuk mengkomunikasikan hasil
yang mereka peroleh. Oleh karena itu, siswa membutuhkan bahasa yang dipahami
oleh siapa saja. Bahasa tersebut salah satunya adalah sistem metrik. Saat ini,
ilmuwan di seluruh dunia dan hampir semua orang menggunakan sistem metrik
untuk menyatakan sebuah pengukuran. Satuan Sistem Internasional menggunakan
tujuh besaran pokok. Besaran-besaran tersebut pada awalnya didefinisikan
melalui pengukuran langsung. Besaran selain besaran pokok yang diperoleh
dengan cara mengkombinasikan besaran pokok disebut dengan besaran turunan.
Besaran Pokok SI
Besaran Pokok Satuan Pokok Simbol
Panjang meter m
Massa kilogram kg
Waktu sekon s
Suhu kelvin K
Jumlah zat mole mol
Arus listrik ampere A
Intensitas cahaya candela cd
1. Notasi ilmiah
39
Para ilmuwan kadang bekerja dengan angka-angka yang sangat besar dan
sangat kecil. Sebagai contoh, massa bumi kira-kira sama dengan,
6000 000 000 000 000 000 000 000 kilogram
dan massa sebuah electron sama dengan
0,000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 911 kilogram.
Jika dituliskan, dua besaran tersebut akan memakan tempat dan sukar ketika
digunakan dalam perhitungan. Pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan angka-angka
sangat besar dan sangat kecil menjadi lebih mudah dengan cara menyederhanakan
penulisannya. Cara penyederhanaannya adalah menuliskan bilangan desimalnya
menggunakan bilangan “pangkat dari sepuluh.” Metode ini dikenal dengan nama
notasi eksponensial. Notasi ilmiah didasarkan pada notasi eksponensial. Dalam
notasi ilmiah, hasil pengukuran dapat dituliskan menggunakan bilangan bulat
antara 1 sampai 10 dikalikan dengan pangkat bilangan bulat dari 10,
M 10n
Dalam hal ini, 1 M 10 dan n adalah bilangan cacah. Sebagai contoh, 40000
meter dapat ditulis dalam bentuk 4 104 (Zitzewitz, et. al., 1995)
Ada saatnya kita mengukur sesuatu dalam ukuran yang sangat kecil, oleh
karena itu menggunakan satuan pengukuran yang kecil lebih dianjurkan.
Sebaliknya, ada saatnya kita melakukan pengukuran untuk sesuatu yang hasilnya
sangat besar, maka penggunaan satuan pengukuran yang lebih besar lebih
dianjurkan. Pada saat yang lain, kita mungkin perlu mengubah satuan yang kecil
menjadi lebih besar dan sebaliknya.
40
Prefik antara 1/1000 dari sebuah satuan hingga 1.000 dari sebuah satuan adalah:
(tanpa prefik) … ukuran satuan (meter, liter, gram) … 1 kali satuap pokok
Berdasarkan rincian di atas, terlihat bahwa kilo, hekto, dan deka menjadikan
satuan pokok menjadi lebih besar, sedangkan deci, centi, dan mili menjadikan
satuap pokok menjadi lebih kecil. Dengan zaman yang semakin terkomputerisasi,
penggunaan prefik yang lain menjadi semakin familiar misalnya giga, mega,
micro, dan nano (Rezba et. al., 2007).
Tabel 9. Prefiks yang digunakan bersama satuan SI (Zitzewit et. al., 1995)
Awalan-awalan yang digunakan bersama satuan SI
Awalan Simbol Pecahan Contoh
−12
pico p 1/1 000 000 000 000 atau 10 picometer (pm)
nano n 1/1 000 000 000 atau 10−9 nanommeter (nm)
micro 1/1 000 000 atau 10−6 microgram (g)
milli m 1/1 000 atau 10−3 milligram (mg)
centi c 1/1 00 atau 10−2 centimeter (cm)
deci d 1/10 atau 10−1 decimeter (dm)
Awalan Simbol Pengali Contoh
tera T 1 000 000 000 000 atau 1012 terameter (Tm)
giga G 1 000 000 000 atau 109 gigameter (Gm)
mega M 1 000 000 atau 106 megagram (Mg)
kilo k 1 000 atau 103 kilometer (km)
hecto h 100 atau 102 hectometer (hm)
deka da 10 atau 101 dekagram (dag)
41
Pada keterampilan proses sebelumnya, kita telah pelajari bahwa para ilmuwan
mengkomunikasikan hasil penelitian dan pekerjaan mereka. Sebelum seluruh data
diterima sepenuhnya, ilmuwan yang lain memeriksa hasil eksperimen tersebut
untuk mencari kemungkinan adanya kekeliruan dan mencoba juga untuk
mereproduksi hasil yang diperoleh. Hasil penelitian (pengukuran) seringkali
dilaporkan dengan ketidakpastian (uncertainty). Pengukuran ulang yang berada
lebih ke dalam dari batas ketidakpastian akan mengoreksi pengukuran awal.
Perhatikan percobaan mini berikut:
Kumpulkanlah lima buah mur dengan ukuran yang sama dan sebuah neraca pegas.
1) Ukurlah pertambahan panjang neraca pegas saat tidak ada mur yang
digantungkan, satu, dua, dan tiga mur digantungkan pada neraca pegas. 2) Buatlah
grafik yang menunjukkan panjang pegas melawan massa. 3) Prediksikan panjang
pegas jika empat buah mur digantungkan, 4) Ujilah prediksi yang kamu buat, 5)
Deskripsikanlah bentuk grafik yang dihasilkan dan jelaskan bagaimana kamu
menggunakan grafik untuk memprediksi.
Anggaplah tiga orang siswa melakukan eksperimen di atas dengan beberapa
kali pengukuran. Siswa pertama memperoleh panjang antara 14,4 cm sampai 14,8
cm untuk mur sebanyak 2 buah. Siswa pertama kemudian melaporkan hasil
pengukurannya sebagai 14,6 0,2 cm. Siswa kedua melaporkan panjang
pegasnya sama dengan 14,8 0,2 cm, sedangkan siswa ketiga melaporkan
panjangnya 14,0 0,1 cm.
Apakah anda dapat menyimpulkan bahwa ketiga hasil pengukuran tersebut
saling sesuai? Apakah hasil yang diperoleh siswa pertama mudah untuk dihasilkan
kembali? Hasil pengukuran siswa pertama dan kedua saling beririsan (overlap),
oleh karena itu keduanya dapat dikatakan memiliki panjang pegas 14,5 sampai
14,8 cm. Namun, tidak ada irisan antara keduanya dengan hasil yang diperoleh
siswa ketiga (Zitzewitz et. al., 2005).
42
yang dihasilkan oleh siswa ketiga merupakan hasil pengukuran yang paling presisi
karena berada di dalam rentang 0,1 cm. Ukuran yang dihasilkan oleh dua siswa
lainnya kurang presisi karena memiliki ketidakpastian lebih besar. Tingkat presisi
suatu pengukuran bergantung pada instrumen dan teknik pengukuran. Secara
umum, alat yang memiliki pembagian yang lebih banyak pada skalanya akan
menghasilkan pengukuran yang lebih tepat. Ukuran presisi suatu pengukuran
sama dengan setengah skala terkecil dari sebuah alat ukur. Contoh lain, sebuah
percobaan dilakukan untuk mengukur kecepatan cahaya dan hasilnya bervariasi di
antara 3,000 108 m/s dan 3,002 108 m/s, dengan rata-rata 3,001 108 m/s. Hasil
ini akan menjadikan pengukur melaporkan bahwa kelajuan cahaya sama dengan
(3,001 0,001) 108 m/s. Sesuai dengan hasil pengukuran ini, kelajuan cahaya
dapat sebesar 3,000 108 m/s hingga 3,002 108 m/s. Ketepatan hasil
pengukurannya adalah 0,001 108 m/s (Zitzewitz et. al., 1995).
Akurasi adalah sejauh mana hasil pengukuran sesuai dengan nlai standar
yang telah diterima. Pada percobaan mengukur kelajuan cahaya, akurasinya
adalah selisih antara hasil pengukuran dan nilai yang telah ditetapkan: 2,998 108
m/s. Dengan demikian akurasinya adalah 3,001 108 m/s – 2,998 108 m/s =
0,003 108 m/s. Hasil pengukuran dapat sangat akurat apabila alat ukurnya sangat
sensitive. Namun, ketidakakuratan dapat terjadi karena instrumen yang digunakan
belum dikalibrasi atau karena anda salah membaca alat ukur. Akurasi sebuah alat
ukur haruslah secara rutin diperiksa. Cara mengkalibrasi alat ukur adalah dengan
menggunakan alat tersebut untuk mengukur sesuatu yang ukurannya telah
diketahui secara akurat. Ketidakpastian dalam pengukuran dipengaruhi oleh
tingkat akurasi pengukuran. Sebaliknya, presisi tidak dipengaruhi karena
didasarkan pada pembagian skala terkecil dalam alat ukur.
43
Akurasi rendah Akurasi tinggi Akurasi tinggi
Presisi tinggi Presisi rendah Presisi tinggi
Gambar 14. Akurasi adalah sejauh mana sebuah hasil pengukuran sama dengan nilai yang
benar. Sedangkan presisi adalah sejauh mana hasil pengukuran sama dengan hasil
pengukuran yang lain (Sumber: Mathisfun, 2009)
5. Angka penting
Presisi seluruh alat ukur memiliki keterbatasan, oleh karena itu jumlah digit
angka yang valid untuk suatu pengukuran juga terbatas. Angka-angka yang valid
disebut dengan angka penting (significant digit). Anggap saja, anda akan
mengukur sebuah batang pensil.
Anggap saja ujung pensil tepat di tanda 43 mm. Dalam hal ii, anda
haruslah mencatat hasil pengukuran dengan bentuk 43, 0 mm. Angka nol
44
meunjukkan bahwa tanda pada penggaris tidak menunjukkan nilai tidak lebih
panjang meskipun hanya 0,1 mm atau kurang dari 43 mm.
6. Mengukur panjang
a. Penggaris
45
Gambar 16. Alat ukur panjang
Cara yang benar dalam membaca skala adalah menempatkn mata anda
tegak lurus terhadap skala yang digunakan dan mensejajarkan skala dalam
penggaris dengan benda yang diukur. Kekelirua yang biasa terjadi adalah karena
posisi mata yang keliru saat membaca skala.
Gambar 17. Cara mengukur yang benar ditunjukkan pada gambar tengah
46
Keterangan:
Rahang dalam: Digunakan untuk mengukur sisi luar bagian benda. Bagian ini
terdiri dari rahang tetap dan rahang geser.
47
Rahang luar: Digunakan untuk mengukur sisi dalam bagian benda. Bagian ini terdiri
dari rahang tetap dan rahang geser.
Depth probe: digunakan untuk mengukur kedalaman suatu benda.
Skala utama: Skala utama menggunakan satuan cm.
Skala utama kedua: Skala ini menggunakan satuan inchi.
Skala vernier: setiap skala menunjukkan ukuran 1/10 mm
Skala vernier: skala ini menggunakan satuan inchi.
Pengunci: digunakan untuk menahan bagian yang bergerak saat pengukuran.
48
49
d. Mikrometer sekrup
Mikometer sekrup adalah alat ukur panjang yang dapat digunakan untuk
mengukur diameter benda atau ketebalan benda yang sangat kecil, misalnya kabel,
kertas, dan silet hingga ketepatan 0,01 mm.
Roda bergigi
Rangka
Kunci Bidal dengan
Gambar 26. Bagian-bagian mikrometer skala
sekrupnonius
Frame
Penjelasan dari masing-masing bagian adalah sebagai berikut,
1. Frame (bingkai), bentuknya seperti huruf “c” dan terbuat dari logam yang
kuat dan tahan panas. Bingkai yang kuat dan tahan panas sangat
dibutuhkan agar tidak terjadi perenggangan dan pengerutan sehingga
mengganggu proses pengukuran. Bingkai micrometer yang dilapisi plastik
bertujuan menghambat transfer panas dari tangan saat anda lama dalam
memegang bingkai. Apabila bingkai memanas hingga suhunya mencapai
10 C, setiap baja yang panjangnya 10 cm akan memanjang sebesar 1/100
mm.
50
2. Landasan (anvil)
Landasan adalah bagian yang diam saat benda yang akan diukur dijepit di
antara anvil dan spindle.
3. Spindle (gelondong)
Bagian penjepit yang dapat digerakkan maju dan mundur.
4. Pengunci
Pengunci berfungsi untuk menahan gelondong agar tidak bergerak saat
digunakan untuk menjepit.
5. Lengan
Letak skala utama
6. Bidal
Letak skala nonius
7. Roda bergigi
Fungsi roda bergigi adalah untuk memajukan atau memundurkan poros
(penjepit) untuk menjepit benda yang akan diukur.
51
Gambar 27. Pembacaan skala micrometer sekrup
Gambar 27 menunjukkan bahwa pembacaan skala utama berada pada 7
mm, sedangkan skala utama bagian bawah menunjukkan 0,5 lebih dari
skala 7 mm. Dengan demikian, skala utama pada mikrometer
menunjukkan angka 7,5 mm. Pembacaan skala menunjukkan bahwa nilai
akhir hasil pengukuran bukanlah 7,5 mm tetapi ada kelebihannya.
Kelebihan tersebut dapat dilihat pada skala nonius.
c) Setiap satu skala pada skala nonius menunjukkan 0,01 mm. Gambar
menunjukan pembacaan skala sama dengan 22. Oleh karena itu, skala
noniusnya sama dengan 22 dikali 0,01, yanni 0,22 mm. Setelah
memperoleh pembacaan skala nonius, maka kedua pembacaan
dijumlahkan sehingga diperoleh 7,5 mm + 0,22 mm = 7,72 mm.
e. Mengukur Massa
52
gravitasi. Besar berat suatu benda dipengaruhi oleh massa benda itu sendiri dan
percepatan gravitasi suatu benda lain. Bumi dan Bulan sama-sama memiliki
gravitasi, tetapi Bumi menghasilkan gaya gravitasi pada suatu benda lebih besar
daripada Bulan karena Bumi memiliki massa yang lebih besar daripada Bulan.
Jarak antara dua benda juga mempengaruhi gaya gravitasi. Saat jarak antara dua
benda meningkat, gaya gravitasinya menurun.
f. Mengukur Suhu
Kulit kita sebenarnya dapat digunakan untuk mengukur suhu benda. Kita
dapat membedakan suhu dua benda dengan cara membandingkan. Sebagai
contoh, saat kulit kita menyentuh dua wadah yang masing-masing berisi air panas
dan air dingin. Kita akan mengatakan bahwa salah satu air lebih panas daripada
air satunya. Akan tetapi, kita tidak dapat menyebutkan secara pasti suhu masing-
masing air tersebut. Jadi, pengukuran suhu dengan kulit kita memberikan hasil
yang tidak pasti. Antara satu orang dengan orang lainnya dapat memberikan hasil
pengukuran yang berbeda. Karenanya, kita membutuhkan alat ukur suhu.
53
Termometer merupakan alat ukur suhu yang banyak digunakan orang. Sebagai
alat ukur suhu, termometer menggunakan bahan yang bersifat termometrik.
Mengapa? Termometrik menunjukkan sifat suatu bahan yang dapat berubah
dengan adanya perubahan suhu. Sifat termometrik ini dapat ditemukan pada raksa
(merkuri) dan alkohol. Karenanya, raksa dan alkohol digunakan dalam
termometer. Jadi, berdasarkan jenis bahan yang digunakan, kita mengenal
termometer raksa dan termometer alkohol.
54
Termometer Badan
Termometer Dinding
Termometer Batang
55
Termometer biasa digunakan dalam kegiatan di laboratorium. Termometer batang
ada yang menggunakan raksa, ada pula yang menggunakan alkohol. Penggunaan
termometer ini cukup mudah. Salah satu ujung termometer batang berupa
pentolan kaca yang menampung raksa atau alkohol. Sementara ujung satunya
biasanya berupa kaca berlubang kecil. Pada ujung yang berlubang ini biasanya
dipasang benang. Saat digunakan, pentolan kaca ditempelkan pada benda yang
diukur, sedangkan ujung yang diberi benang digantung. Selanjutnya, raksa atau
alkohol akan bergerak naik melalui celah sempit di dalam termometer. Raksa atau
alkohol akan berhenti dan menunjuk angka yang sesuai dengan suhu benda yang
diukur. Perlu diperhatikan bahwa tangan kita tidak menyentuh termometer saat
digunakan karena dapat memengaruhi pengukuran suhu.
g. Mengukur Volume
Dalam sistem satuan metrik, satuan yang digunakan untuk mengukur
volume adalah liter. Simbol yang digunakan adalah L. Sat liter sama dengan
sejmulah zat yang dapat ditampung pada
sebuah kubus dengan sisi 1 dm3. Alat yang
biasa digunakan untuk mengukur volume
adalah silinder ukur (graduated cylinder).
Apabila bahan yang digunakan untuk
membuat silinder ukur berasal dari kaca,
maka cairan yang dimasukkan dalam gelas
akan membentuk cekungan yang dikenal
dengan nama meniscus. Perhatikan Gambar 33. Silinder ukur berbagai ukuran.
gambar 31. Yang menunjukkan terjadinya
meniscus.
Langkah untuk mengukur volume menggunakan silinder ukur adalah
sebagai berikut,
56
Langkah ke-1: Menentukan tambahan skala
Langkah ke-2: Gunakan skala yang tersedian untuk mencari nilai volume
Pada gambar terlihat bhwa volumenya lebih besar dari 20 mL karena skala
terakhir setelah meniscus adalah 20. Selanjutnya, gunakan skala tambahan. Pada
gambar terlihat beberapa skala di bawah meniscus dan masing-masing mewakili
0,5 mL sehingga diperoleh pembacaan 21 mL. Angka ini dinamakan dengan
angka pasti.
Perkirakan jarak yang dicakupi oleh meniscus di antara dua skala sebagai pecahan
decimal dan kalikan dengan nilai skala tambahan. Pada gambar terlihat meniscus
mencakup Sembilan per sepuluh bagian antara dua skala. Dengan demikian,
angka tidak pastinya sama dengan 0,9 bagian skala tambahan (0,5 mL/skala
tambahan) = 0,45 mL. Pembacaan volume
cairan sama dengan 21,4 mL.
Mengukur gaya
57
besar daripada gaya gravitas Bulan.Ingat bahwa massa adalah ukuran banyak zat
yang dikandung suatu benda.
H. Berlatih keterampilan mengukur
3. Masukkan benda yang akan diukur, misalnya batu ke dalam silinder ukur.
I. Menginferensi (inferring)
Pak Nurwandi adalah seorang guru IPA. Pada sebuah percobaan, Pak Nur
meletakkan sebuah benda seperti pensil atau penjepit kertas (paper clip) ke dalam
sebuah kotak, menutup, dan memplesternya. Pak Nur kemudian menunjukkan
berbagai benda seperti karet penghapus, balok kayu kecil, tutup botol, sebuah
uang logam, dan sebuah bola bekel) dan menyediakan kotak lain yang belum
diplester. Pak Nur memastikan bahwa di antara benda-benda yang ditunjukkan
ada satu benda yang sama dengan di dalam kotak.
Pak Nur mengatakan, “Bagaimana caranya agar kita tahu benda apa yang ada
di dalam kotak?” Para siswa boleh mengusulkan berbagai cara untuk menemukan
jawabannya. Mereka mengusulkan agar kotaknya digoyang-goyangkan. Setelah
menggoyang-goyangkan kotak yang ada bendanya, siswa boleh memasukkan
benda yang ada di luar dan memperlakukan sebagaimana benda yang ada di kotak
yang diplester. Pak Nur kemudian bertanya, “benda apakah yang ada di dalam
kotak pertama (yang diplester)?”
Pada pembelajaran di atas, siswa akan melakukan pengamatan, memperoleh
informasi, dan mencoba untuk menjelaskan tentang informasi yang diperoleh. Hal
58
inilah yang juga dilakukan oleh para ilmuwan ketika melakukan penelitian. Para
ilmuwan mengemukakan berbagai pertanyaan seperti, “Bagaimana seseorang bsa
kena penyakit flu?”, “Apa yang menyebabkan ikan-ikan di danau ini mati?”,
“Bagaimana caranya membuat bangunan tahan gempa?” dan, “Bagaimana cara
mencegah kanker?” Akan menjadi sesuatu yang menyenangkan apabila
pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat secara sederhana dijawab. Pikiran manusia
pun nampaknya cenderung menyukai satu jawaban yang “benar” meskipun pada
kenyataannya tidak sesederhana itu karena berbagai peristiwa dapat terjadi karena
satu sebab. Penyebab-penyebab yang lebih dari satu itulah yang menyebabkan
ilmuwan tidak nyaman, bingung, dan frustasi; demikian juga anak-anak. Kita
dapat mengarahkan kebingungan mereka dan menjadikan mereka memahami
dunia mereka dengan memantik keingintahuan dan mendorong mereka bertanya,
melakukan pengamatan, memaknai pola, dan menata informasi.
Kita dapat berpikir bahwa anak-anak adalah seorang penyusun teori. Saat
berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan ingin tahu tentang segala sesuatunya,
anak-anak telah membentuk sebuah penjelasan (teori-teori) bagi mereka sendiri
tentang bagaimana segala sesuatu bekerja. Teori-teori yang dibentuk oleh anak-
anak kadang-kadang tidak berubah dan terbawa hingga dewasa. “Teori naïf (naïve
theories)” ini mungkin selaras dengan penemuan ataupun simpulan para ilmuwan
dan kadang-kadang tidak sesuai. Para ilmuwan kadang-kadang mengubah pikiran
mereka tentang segala sesuatu yang telah diyakini seiring dengan pengamatan-
pengamatan, perolehan informasi yang baru, dan usaha-usaha untuk memahami
temuan-temuan yang baru.
1. Membentuk inferensi berdasarkan observasi
59
sebuah observasi. Sebagai contoh, anggaplah seseorang memperhatikan jendela
rumah tetangganya dan melihat dua orang membawa sebuah televisi keluar dari
rumahnya. Peristiwa yang sedang terjadi adalah seseorang mengamati orang
mengangkat televisi. Pengamat mungkin terkejut dan mencoba menjelaskan
mengapa orang tersebut mengangkat televisi. Pengamatan dapat memiliki beberap
alasan terkait dengan orang mengangkat televisi keluar rumah, misalnya:
a) Seseorang membeli televisi tetangganya sendiri dan mengangkutnya menuju
rumahnya.
b) Televisi tersebut dijemput tukang servis televisi untuk diperbaiki.
c) Pemilik televisi ingin membeli televisi yang baru dengan cara tukar-tambah.
d) Televisinya rusak dan akan dibuang.
e) Televisinya dicuri.
Selain kelima penjelasan di atas, pengamat masih mungkin memikirkan
beberapa penjelasan yang lain. Setiap pernyataan yang digunakan untuk
menjelaskan secara logis sebuah peristiwa yang terobservasi disebut dengan
inferensi. Kita menggunakan pengalaman-pengalaman yang telah berlalu untuk
membangun model mental atas bagaimana dunia ini bekerja. Pengalaman-
pengalaman baru akan menjadi masuk akal ketika kita menghubungkannya
dengan pengalaman yang sudah kita punya. Menginferensi berarti membuat
hubungan antara apa yang diobservasi secara langsung dan apa yang sudah
diketahui.
60
atau bahkan tanpa bukti. Berikut ini adalah contoh pengamatan yang diikuti oleh
pernyataan inferensi:
b. Halaman buku ini berwarna biru. Saya menduga bahwa ini buku tua atau
memang sengaja menggunakan warna kuning agar nampak tua.
d. Bintang itu lebih terang daripada yang lain. Saya menduga bahwa bintang
itu lebih dekat ke Bumi daripada bintang yang lain.
61
Gambar 36. Gambar jejak kaki hewan
Amatilah gambar 36 yang menunjukan jejak kaki dua ekor hewan. Agar
anda terbantu untuk memahami gambar tersebut, cermatilah dalam tiga frame.
Hasilkanlah dua pengamatan dari setiap frame, dan dari setiap frame tuliskan hasil
inferensinya (Rezba, 1997). Tuliskan sebagaimana tabel 10 di bawah.
Tabel 10. Tabel dan contoh hasil observasi dan inferensi dari gambar 24
Observasi Inferensi
Contoh Jejak kaki besar jaraknya 1. Hewan berhenti di batu besar
semakin jauh 2. Hewannya berlari
62
Posisi 1
Posisi 2
Posisi 3
Observasi Inferensi
Contoh Jejak kaki besar jaraknya 3. Hewan berhenti di batu besar
semakin jauh 4. Hewannya berlari
Posisi 1 Terdapat kumpulan jejak kaki yang Salah satu hewan lebih kecil daripada yang
berbeda ukurannya lain
Jejak kaki besar dan kecil menuju Kedua hewan tersebut berjalan menunju
ke tempat yang sama sesuatu yang sama
Terdapat tiga jari pada setiap jejak Kedua binatang tersebut adalah burung
63
Jejak kecil dan jejak besar saling 1. Binatang yang besar mengejar binatang
mendekati yang kecil
2. Kedua binatang berjalan di selokan
(saluran)
Jejak kaki besar terlihat terpisah 1. Binatangnya berjalan di atas batu
jauh 2. Binatangnya lari
Posisi 2 Kedua jejak kaki menyatu 1. Binatang yang besar menangkap dan
memakan atau membawa binatang yang
lebih kecil
2. Kedua binatang berada di tempat yang
sama pada waktu yang berbeda
Posisi 3 Jejak kecil tidak terlihat lagi 1. Binatang yang lebih besar memakan
binatan yang kecil
2. Binatang yang kecil terbang
3. Bagian salju di tempat tersebut sangat
keras sehingga binatang kecil tidak dapat
meninggalkan jejak
Jarak jejak kecil dekat satu dengan Binatang yang lebih besar sedang berjalan
lainnya dan tidak berlari
64
baru menjadikan hasil inferensi ditolak. Sains memiliki sifat yang dinamis. Hasil-
hasil inferensi dalam sains akan terus berubah seiring dengan berkembangnya
sains itu sendiri dan juga teknologi.
Aktivitas-aktivitas berikut ini akan melatih anda membuat inferensi
berdasarkan hasil observasi.
Gambar 37. Tiga segmen gambar jejak kaki di atas pasir (Sumber: Howe & Jones, 1993).
Perhatikan gambar 37, tiga buah gambar di atas menunjukkan sebuah pasir yang
3 jejak kakinya. Ketiga gambar tersebut berurutan, artinya gambar 1
terdapat
dilanjutkan gambar 2, kemudian gambar 3. Titik-titik hitam pada jejak pada
gambar A menunjukkan jejak yang dalam. Siapkan kertas lain dan tuliskanlah
hasil pengamatan dan inferensi berdasarkan hasil pengamatan anda. Satu hasil
pengamatan bisa menghasilkan lebih dari satu inferensi.
K. Memprediksi (predicting)
65
pengetahuan yang pernah diperoleh saat melakukan prediksi. Meminta
memprediksi apa yang akan terjadi mendorong siswa untuk melakukan aktivitas
berpikir reflektif.
Dalam sebuah sesi pelajaran, guru mengatakan,”Nak, mari kita buat panjang
lintasan 30 meter. Puput, ambilah trundle wheel dan gelindingkanlah dilapangan
sampai terdengan bunyi “klik” sebanyak 20 kali.” Puput melakukannya dan diam
berdiri di meter yang ke-20. Semua orang dapat memiliki gambaran seberapa jauh
20 meter.
Guru kemudian mengatakan sambil memberi tanda dengan kapur, “Di sini
titik Puput mulai berjalan. Berjalanlah ke arah lain sejauh 20meter dan berhenti.
Puput akan menggunakan trundle wheel untuk mengukur jarak kalian berjalan.
Kita akan melihat sebaik apa kalian melakukan perkiraan.”
Siswa yang memperkirakan jarak yang mereka hasilkan dari Puput berarti
sedang memprediksi sebuah hasil pengukuran. Melalui aktivitas memperkirakan,
siswa tidak hanya membuat gambaran mental sebuah satuan tetapi juga secara
personal dan mental merasakan hasil akhirnya. Saat pengukuran dilakukan, maka
mereka akan benar-benda memberikan perhatian terhadap hasilnya. Oleh karena
itu, keadaan kedua dimana mereka menyaksikan proses pengukuran dan
mengetahu hasilnya merupakan pengalaman yang lebih berharga dan memiliki
nilai keterlibatan lebih besar (Howe & Jones, 1993)
Prediksi merupakan tebakan terbaik tentang masa depan berdasarkan
informasi yang dimiliki. Prediksi didasarkan pada pengamatan, pengukuran, dan
inferensi tentang hubungan-hubungan antara variabel-variabel yang teramati.
Sebuah prediksi yang tidak berdasarkan pengamatan hanyalah sekedar dugaan
saja. Prediksi yang akurat dihasilkan dari pengamatan yang akurat dan dari
pengukuran yang benar (Abruscato & DeRosa, 2010; Martin et al., 2005).
Menurut Rezba et al. (2007), prediksi adalah sebuah ramalan atas apa yang
akan teramati pada masa datang. Kemampuan untuk membuat predisksi tentang
suatu benda atau peristiwa membantu kita untuk menentukan perilaku yang sesuai
pada lingkungan kita. Memprediksi sangat terkait dengan mengamati,
menginferensi, dan mengklasifikasi; sebuah keterkaitan yang menakjubkan –
keterampilan yang satu bergantung kepada keterampilan yang lain. Prediksi
dilakukan berdasarkan pengamatan yang saksama dan inferensi yang dihasilkan
66
dari hubungan antara peristiwa-peristiwa yang teramati. Ingat bahwa inferensi
adalah penjelasan atau interpretasi atas pengamatan dan bahwa inferensi didukung
oleh pengamatan. Klasifikasi digunakan ketika seseorang mengidentifikasi adanya
kesamaan atau perbedaan atas sesuatu yang kita amati untuk menyajikan susunan
yang teratur atas kelompok benda atau peristiwa yang kita amati. Keteraturan
susunan atas benda dan peristiwa membuat kita mengenal pola dan memprediksi
dari pola tersebut apa yang akan teramati pada masa datang.
Anak-anak perlu belajar untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
Jika hal ini terjadi, apa yang mengikutinya? Apa yang terjadi jika aku melakukan
ini? Sebagai seorang guru, anda harus sangat berhati-hati atas jenis prediksi yang
terkait dengan perilaku dan unjuk kerja (performance) siswa?
Definisi singkat berikut ini akan membantu anda membedakan observasi,
inferensi, dan prediksi.
a) Informasi yang diperoleh melalui indera: observasi
b) Mengapa hal itu terjadi: inferensi
c) Apakah hal yang saya harapkan untuk teramati pada masa depan: prediksi
Tiga pernyataan di bawah ini akan lebih menjelaskan perbedaan antara
ketiganya:
a) Getaran ini berasal dari gunung berapi. (Ini adalah inferensi, karena sebagai
penjelasan atas observasi).
b) Saya merasa bumi bergetar. (Ini adalah observasi, karena memperoleh
informasi menggunakan indera).
c) Sekitar dua menit lagi, gunung berapi itu akan meletus. (Ini adalah prediksi,
karena merupakan ramalan atas apa yang akan teramati pada masa datang).
Keterampilan proses mengamati, menginferensi, dan memprediksi dapat
secara jelas dibedakan satu dengan yang lainnya. Meskipun demikian, anda akan
melihat nanti bahwa ketiganya memiliki keterkaitan yang erat.
Kita memahami dunia tempat tinggal dengan cara mengamati,
menafsirkan hasil pengamatan, dan menjelaskannya. Seringkali, kita menemukan
berbagai pola yang terjadi di dalamnya. Saat mampu menjelaskan cara segala
sesuatu bekerja menggunakan pikiran, maka kita telah membentuk model-model
mental untuk memprediksi kejadian-kejadian yang mungkin terjadi pada masa
yang akan datang. Berikut ini beberapa contoh bentuk-bentuk prediksi, 1) Jika
saya tekan saklar, maka lampunya akan mati; 2) Kertas yang diremas menjadi
67
seukuran bola tenis akan jatuh bersama dengan bola tenis jika dijatuhkan secara
bersama-sama pada ketinggian yang sama.
Masing-masing pertanyaan dalam prediksi didasarkan pengamatan dan
pola-pola yang telah terbentuk berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan.
Kemampuan dalam menafsirkan dan menjelasan hasil pengamatan mempengaruhi
kualitas prediksi kita.
Prediksi adalah pernyataan berargumen yang tidak hanya didasarkan pada
hasil pengamatan kita, tetapi juga merupakan hasil model mental yang dibentuk di
dalam pikiran untuk menjelaskan hal-hal yang diamati. Prediksi bukalah aktivitas
asal tebak karena sekedar menebak merupakan aktivitas yang didasari sedikit
pengamatan atau bahkan tanpa menggunakan pengamatan.
68
69
Gambar 38. Daur yang menunjukkan ”observasi-inferensi-prediksi-observasi 2-dst.”
c. Dapat diuji dengan pengamatan yang lebih saksama dan dapat dimodifikasi
dengan ditemukannya data baru.
70
Sebuah plastik flip besar
Sebuah pipet tetes
Sebuah lup
Sebuah gelas ukur (100 mL)
Sebuah gelas ukur (150–250 mL)
Persiapan
5. Masukkan ”X” ke dalam plastik flip dan jangan dibuka terlebih dahulu.
Prosedur
Lup
Pipet tetes
3. Gunakan kertas A, B, dan C saja. Jangan gunakan kertas yang ada di dalam
plastik.
71
4. Jatuhkan setetes air dari gelas ukur di atas kertas A, B, dan C. Gunakan lup
untuk melihat apa yang terjadi pada setiap kertas.
Lembar jawaban
2. Kamu tidak boleh meneteskan air di kertas X. Namun, kamu boleh menduga apa
yang terjadi jika kertas X ditetesi air.
Tulis dugaan kamu: _______________________________________
_________________________________________________________
Setelah anda melakukan kegiatan di atas, coba lakukanlah self assesment terhadap
performance anda.
Prosedur penskoran
72
Pada kertas A air menyerap; menyebar; mengembang.
BAB III
Pada bagian ini, anda akan belajar mengenali variable-variabel dalam konteks
yang beragam. Variabel adalah faktor-faktor yang berubah atau memiliki potensi
untuk berubah ketika dilakukan eksperimen (Rezba, et. al., 2007). Variabel
disebut juga ciri dari sebuah benda atau peristiwa yang bisa berubah dan memiliki
jumlah yang berbeda-beda (Carin, 1993). Sedangkan Abruscato & DeRosa (2010)
mendefinisikan variabel sebagai seluruh faktor yang dapat membuat perubahan
dalam sebuah penyelidikan. Tinggi dan berat seorang anak dalam masa
pertumbuhan, waktu sebuah lilin dapat menyala ketika ditutup dengan gelas, dan
volume air hujan setiap hari merupakan contoh variabel (Carin, 1993).
Sebuah eksperimen mengandung sebuah variabel bebas (independent
variable), sebuah variabel tak-bebas (dependent variable), dan beberapa variabel
control (controlled variable).
a) Variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel yang akan diuji. Variabel ini merupakan
variabel yang dimanipulasi atau diubah oleh orang yang melakukan eksperimen.
Sebagai contoh, jika seseorang ingin menyelidiki ketertarikan kupu-kupu terhadap
bunga berwarna kuning maka warna bunga adalah variabel bebas.
Asal istilah variabel bebas, yakni independent variable kadang menyulitkan
untuk digunakan. Oleh karena itu, pemakai Bahasa Inggris lebih suka
73
menggunakan istilah manipulated variable daripada independent variable karena
makna independent variable adalah not dependent. Makna tersebut
mengimplikasikan bahwa yang disampaikan oleh istilah bukan sesuatu yang
”menjadi artinya” tetapi justru menunjukkan sesuatu yang ”bukan artinya”.
b) Variabel tak bebas
Variabel tak bebas adalah perubahan-perubahan yang diukur dalam sebuah
eksperimen. Perubahan variabel ini tergantung pada variabel bebas. Perubahan
variabel terikat merupakan respon dari perubahan variabel terikat. Istilah ’variabel
tak bebas’ seringkali menyulitkan untuk diucapkan. Oleh karena itu, orang lebih
suka menggunakan istilah variabel terikat.
Sebagai contoh dalam penyelidikan tentang ketertarikan kupu-kupu terhadap
warna bunga, maka variabel bebasnya adalah jumlah kupu-kupu yang hinggap di
bunga warna kuning.
c) Variabel kontrol
Sebuah eksperimen yang baik adalah hanya mengukur pengaruh dari sebuah
variabel. Oleh karena itu, variabel yang berubah hanyalah variabel bebas dan
variabel terikat. Faktor-faktor lain dapat berubah harus dijaga agar tetap tidak
berubah atau dikontrol. Dalam eksperimen tentang ketertarikan kupu-kupu
terhadap bunga berwarna kuning, yang menjadi variabel kontrol adalah jenis
kupu-kupu yang sama dan bunga dengan jenis yang sama diletakkan dalam
kondisi, pencahayaan, dan suhu yang sama.
Perhatikanlah pernyataan berikut:
Tinggi tanaman bergantung pada jumlah air yang diterima
Pernyataan di atas menunjukkan adanya dua variabel, yakni tinggi tanaman
dan jumlah air. Seorang siswa yang meneliti laju pertumbuhan tanaman dapat
mengubah-ubah jumlah air yang digunakan untuk menyirami tanaman untuk
mencari tahu pengaruh jumlah air yang digunakan untuk menyirami dengan tinggi
tanaman. Baik tinggi tanaman maupun jumlah air, keduanya merupakan faktor
pembentuk eksperimen yang dapat berubah. Sekali lagi, variabel adalah faktor
dalam sebuah eksperimen yang dapat berubah.
Sebagai latihan, bacalah dengan saksama pernyataan-pernyataan di bawah ini
dan jawablah pertanyaannya.
1. Semakin besar gaya yang diberikan pada suatu benda, semakin besar
percepatan yang dihasilkan.
74
Tentukanlah variabel bebas dan variabel terikatnya.
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
___________________________________________________________
2. Seorang guru memberikan puzzle yang sama kepada murid kelas 4, 5 dan 6.
Seluruh murid memiliki waktu yang sama untuk menyelesaikan puzzle yang
diterima.
Tentukanlah variabel bebas dan variabel terikatnya.
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
___________________________________________________________
3. Sebuah eksperimen dilakukan menggunakan elektromagnet yang dibuat dari
sebuah baterai dan kabel yang dililitkan pada paku. Eksperimen menggunakan
paku dengan ukuran yang bervariasi. Eksperimen mengukur jumlah paper clip
yang dapat diangkat oleh paku.
Tentukanlah variabel bebas dan variabel terikatnya.
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
___________________________________________________________
75
grup B hanya boleh menggunakan bola yang berisi udara lebih sedikit daripada
bola yang digunakan oleh grup A.
Setelah pertandingan dilakukan, mintalah pendapat dari kedua kelompok.
Mereka mungkin akan mengatakan kepada anda untuk mengubah peraturannya
dengan tiga ketentuan berikut:
Sekarang, anda akan menekankan kepada kedua grup tiga faktor berikut ini:
banyak lemparan, jenis peralatan, jarak dari gawang, yang merupakan variabel-
variabel (faktor-faktor dalam eksperimen yang divariasi atau diubah). Agar
pertandingan berjalan dengan adil, ketiga faktor eksperimen tersebut harus sama.
Bahan-bahan
1) Empat buah senter dengan tipe, ukuran dan merek yang sama.
2) Dua buah batu baterei baru ukuran sama (disesuaikan dengan senter yang
dipilih), dari merek-merek berikut ini :
Duracell
Energizer
Eveready
Alkaline
76
3) Dua buah batu baterei lain dengan ukuran yang sama untuk mengetes
senter maupun bolam (pada senter), sebelum melakukan percobaan.
Prosedur
1) Pengujian ini lebih baik dilaksanakan pada hari Sabtu malam (saat hari libur).
4) Senter yang berisi dua macam batu baterai tersebut dinyalakan bersamaan.
Catat waktu saat senter mulai dinyalakan pada tabel pengamatan.
Tabel 12. Tabel untuk merekam data keadaan baterai dan usia
baterai.
Merk Waktu
Dinyalakan Mati atau Redup Waktu Total
Menyala
Energizer
Eveready
Duracell
Alkaline
6) Apabila saat bangun tidur senter tidak menyala, kedua batu batereinya diganti
dengan batu baterei tipe sama. Nyalakan dan catat waktu pada saat
dinyalakan, ikuti terus hingga senter padam.
7) Untuk batu baterei non-alkaline, pengujian bisa dimulai pada hari Minggu
pagi (apabila awal pengujian adalah hari Sabtu malam). Nyalakan dan catat
waktu saat senter mulai dinyalakan. Catat berapa lama waktu nyala kedua
77
jenis batu baterei tersebut. Senter mungkin tidak benar-benar padam dengan
jenis batu baterei ini, sehingga penghitungan lama waktu nyalanya adalah
hanya sampai nyala batu baterei redup.
Kegiatan Lanjutan
Untuk memilih batu baterei yang paling menguntungkan, tentu tidak cukup hanya
mengandalkan pada variabel waktu nyala batu baterei yang paling lama. Salah
satu variabel lainnya adalah harga. Kegiatan berikut ini merupakan lanjutan dari
kegiatan di atas.
Catatlah harga masing-masing batu baterai. Kemudian hitung harga dua buah batu
baterai. Hitunglah baterei yang “paling ekonomis” (harga dibagi waktu menyala).
Hasilnya dinyatakan dalam Rupiah per menit.
Diskusi
Dari eksperimen telah didapatkan waktu nyala paling lama dan juga sudah
didapatkan data Rupiah per menit. Dari batu baterei yang diamati, manakah
yang seharusnya dipilih ?
Selain dari dua variabel di atas, faktor apalagi yang diperlukan dalam memilih
suatu jenis batu baterei ?
Bandingkan antara waktu nyala baterei dan iklan dari perusahaan yang
mempoduksi batu baterei jenis tersebut. Sesuaikah ? Lalu, apa gunanya iklan
tersebut dan pengaruhnya pada peningkatan penjualan batu baterei ?
(petunjuk: cari data penjualan masing-masing batu baterei, baik dari koran
atau pun internet).
78
Berdasarkan eksperimen umur hidup baterai, tentukanlah variabel kontrol
yang anda gunakan pada kotak di bawah ini.
2. Pendulum
Dalam kegiatan ini, anda akan menyelidiki perilaku pendulum sederhana
untuk melihat apakah anda dapat menentukan pengaruh variabel tertentu pada
seberapa lama pendulum berayun dari kondisi semula menuju ke tempat semula
lagi. Waktu untuk menempuh satu getaran penuh disebut dengan periode.
Alat dan bahan yang harus disiapkan adalah sebagai berikut,
Benang
Klip kertas
Ring mur baut
Penggaris
Selotape
Penggaris 1 meter-an
Jam tangan
Periode pendulum
Berat bandul yang digunakan dalam pendulum
Panjang pendulum
Sudut simpangan
Cara menyimpangkan dan melepaskan
79
variabel terikat. Jika anda memiliki panjang pendulum sebagai variabel bebas,
maka berat bandul, sudut simpangan, cara menyimpangkan dan melepaskan
merupakan variabel kontrol.
80
Gambar 39. Rangkaian pendulum (Sumber: Howe & Jones, 1993)
81
membuat tabel data, variabel bebas dicatat dalam kolom sebelah kiri sedangkan
variabel terikat dicatat dalam kolom sebelah kanan.
Saat mencatatkan data-data ke dalam tabel, buatlah nilai-nilai dari variabel
bebas berada dalam keadaan teratur. Cara menyusun nilai-nilai untuk variabel
bebas memang tidak diatur secara baku, tetapi pada umumnya, data-data
diurutkan dari yang terkecil hingga yang terbesar. Pengaturan ini menjadikan
nilai-nilai variabel bebas menjadi terpola dengan baik.
Percobaan ke-
1 2 3
82
(Kolom variabel bebas) (Kolom variabel terikat) (Kolom data turunan)
Gambar 41. Penempatan variabel dengan beberapa kali percobaan dan data turunan
Daftar cek di bawah ini dapat anda gunakan untuk menilai kemampuan
siswa membuat tabel.
Tabel 13. Daftar cek untuk menilai keterampilan proses membuat tabel (Sumber: Rezba,
2007).
83
Sebuah eksperimen dilakukan untuk menentukan jarak pantulan bola saat bola
dijatuhkan dari ketinggian tertentu. Sebuah bola dijatuhkan dari ketinggian
tertentu kemudian memantul di lantai. Tinggi pantulan kemudian diukur. Hasil
yang diperoleh adalah sebagai berikut: Bola dijatuhkan dari ketinggian 60 cm dan
memantul setinggi 50 cm. Bola dijatuhkan dari ketinggian 35 cm dan memantul
setinggi 30 cm. Bola dijatuhkan dari ketinggian 30 cm dan memantul setinggi 24
cm. Bola dijatuhkan dari ketinggian 75 cm dan memantul dengan ketinggian 60
cm. Isikanlah data tersebut pada tabel di bawah ini.
Tabel 14. Pengaruh Ketinggian Jatuhnya Bola terhadap Ketinggian Pantulan Bola
2. Panjang bayangan
Sebuah eksperimen dilakukan untuk menentukan panjang bayangan tongkat
yang dihasilkan saat cahaya matahari tidak dapat diteruskan oleh sebuah
tongkat yang diberdirikan. Tongkat dengan panjang 50 cm, bayangan yang
dihasilkan sepanjang 35 cm. Bayangan sepanjang 7 cm dibentuk oleh tongkat
dengan panjang 15 cm. Tongkat dengan panjang 30 cm membentuk bayangan
sepanjang 20 cm dan tongkat dengan panjang 70 cm membentuk bayangan
sepanjang 53 cm.
84
E. Membuat grafik dan mendeskripsikan hubungan antarvariabel
(constructing a graph and describing relationships between variables)
60
50
40Gambar 42. Data curah hujan tahunan dari beberapa kota
30
Pictographs
20 adalah grafik yang menggunakan gambar untuk mewakili banyak
Tangerang
Cilacap
Bogor
Jakarta
0
Bekasi
85
sebuah survei dilakukan untuk mengetahui jumlah sepeda motor di jalan raya
sebuah kota dalam kurun waktu antara tahun 2008–2012. Hasil survei ditunjukkan
oleh tabel di bawah ini.
2008
:
2009
:
2010
:
2011
:
30 2012
Gambar 44, tingginya suatu pohon yang tumbuh berhubungan dengan usia nya.
:
Tinggi dan usia keduanya adalah variabel berkesinambungan karena apapun
25
satuan-satuan yang digunakan untuk mengukurnya, nilai-nilai diantaranya mudah
20
untuk dibayangkan. = 100.000
pengendara.
15
10
5
86
4 8 12 16 20 24 28 32 36 40 44 48
Usia tanaman (tahun)
Gambar 44. Pertumbuhan Pohon hutan hujan
Rezba et. al. (2007) mengemukakan bahwa terdapat tiga tahap dalam
membuat grafik garis, yakni: (1) memberikan label ”x” dan ”y” pada kedua
sumbu kedua sumbu, (2) menentukan skala interval untuk setiap sumbu, dan (3)
memplot pasangan data sebagai sebuah titik pada grafik. Anggap saja ada sebuah
data yang menghubungkan antara jumlah pemupukan dengan tinggi tanaman dan
anda akan membuat grafik dari data tersebut. Data disajikan pada tabel berikut ini.
87
Gambar 45. Grafik yang menunjukkan hubungan antara banyak pemupukan dan tinggi
tanaman.
Grafik di atas terlihat mudah untuk dibuat karena data yang cukup sederhana.
Sayangnya, tidak semua data akan sesederhana yang kita perkirakan. Perhatikan
gambar di bawah ini.
88
Gambar 46. Data-data yang diplot pada grafik tidak selalu berbentuk pola yang teratur
sempurna.
Plot data pada grafik di atas mengesankan tidak membentuk sebuah pola.
Meskipun demikian, pola tidak selalu harus menggunakan data-data yang ’terpola
secara sempurna’, misalnya membentuk garis yang tepat lurus. Kita harus dapat
melihat pola terdekat atau pola secara umum yang dihasilkan. Setelah polanya
teridentifikasi, cobalah buat garis terbaik yang menunjukkan tren yang terlihat.
Jangan membuat garis yang bentuknya zig-zag yang menghubungkan titik-titik
satu demi satu. Tugas anda adalah menunjukkan tren umum data-data tersebut.
Buatlah garis sehingga separuh dari seluruh titik berada di salah satu sisi dan
separuh dari seluruh titik berada di sisi yang lain. Beberapa titik yang ada pada
grafik mungkin saja tidak tepat dilalui garis. Garis tersebut merupakan garis
terbaik dari pola yang diberikan. Apabila menggunakan gambar 34, maka garis
terbaik yang dapat dibuat adalah sebagai berikut,
Gambar 47. Garis terbaik untuk menunjukkan pola yang terbentuk dari data yang diplot
pada sebuah gafik.
89
Berikut ini dipaparkan rambu-rambu untuk menilai kualitas siswa dalam membuat
grafik.
Tabel 18. Daftar cek untuk menilai keterampilan proses membuat tabel (Rezba, 2007)
90
Gambar 48. Grafik garis yang menunjukkan pengaruh waktu pemanasan terhadap suhu
air.
Hubungan antara waktu pemanasan dan suhu air dapat dituliskan menggunakan
kalimat umum sebagai berikut,
80
Tinggi (cm)
60
40
20
0
0 2 4 91 6 8 10
Waktu (minggu)
92
2. Pengaruh suhu terhadap kecepatan pendinginan
Tabel 19. Data suhu almari es dan lama pembekuan
3. 4.
5.
93
6.
250
200
Posisi (m)
150
100
50
0
–50
Gambar 51. Grafik
7. –100 Waktu (s) posisi vs. waktu
–150
0 10 20 30 40 50 60
25
20
Posisi (m)
15
10
5
0
–5
–10 Gambar 52. Grafik posisi vs. waktu.
–15
0 10 20 30
8.
Waktu (s)
Kecepatan (m/s)
25
20
15
10
5
Gambar 53. Grafik kecepatan vs. waktu.
1
G. Mengajukan hipotesis 3 4 5 hypotheses)
2 (constructing 6
Waktu (s)
Seorang guru melakukan percobaan dengan skenario sebagai berikut: Isilah
sebuah kantong plastik menggunakan udara yang dingin dan kantong plastik
lainnya menggunakan udara yang panas. Gunakanlah pengering rambut untuk
94
meniupkan udara yang panas. Mintalah siswa anda menjelaskan, mengapa
kantong plastik yang diisi udara panas melayang hingga langit-langit. Murid-
murid dapat mengemukakan hipotesis bahwa udara yang panas lebih ringan
(memiliki kerapatan lebih kecil) daripada udara yang lebih dingin. Minta para
murid untuk mengajukan sebuah prediksi yang dapat diuji berdasarkan hipotesis.
Sebagai contoh, jika kita mengisikan udara panas dan udara dingin, masing-
masing ke dalam kantong plastik yang berbeda dengan ukuran yang sama, maka
kantong plastik dengan udara yang panas akan menjadi lebih ringan.
Sebuah eksperimen biasanya berawal dari sebuah masalah yang harus
dipecahkan, sebuah pertanyaan yang harus dijawab, atau sebuah keputusan yang
harus dibuat. Dengan mengubah salah satu faktor dalam sebuah penyelidikan
secara sengaja, maka hasilnya faktor yang lain akan berubah. Sebelum
penyelidikan dan eksperimen dilakukan, sebuah hipotesis seringkali dinyatakan.
Hipotesis adalah prediksi tentang hubungan-hubungan antara variabel-variabel.
Hipotesis menyediakan petunjuk ketika peneliti hendak mengambil data dalam
penelitian (Rezba et al., 2007).
Jika variabel yang relevan telah ditentukan, maka hipotesis yang dapat diuji
(testable hypotheses) dapat dinyatakan. Istilah ”hipotesis yang dapat diuji”
digunakan karena istilah ini mengindikasikan salah satu fungsi dari sebuah
hipotesis. Sebuah hipotesis harus mengarahkan peneliti pada desain penyelidikan
untuk mengujinya. Untuk membuat sebuah hipotesis, seseorang harus
menunjukkan tentang apa yang terjadi pada variabel terikat jika variabel bebas
diubah. Prediksi ini dapat didasarkan pada fakta, pendapat atau sumber apapun
yang dimiliki. Sebagai contoh, untuk membuat sebuah hipotesis yang terkait
dengan sebuah permasalahan, Apakah yang mempengaruhi kelajuan mobil?
Seseorang dapat memilih variabel ukuran ban untuk diuji. Hipotesis yang
dikemukakan berdasarkan variabel tersebut adalah jika ukuran ban membesar,
maka kelajuan mobil menurun.
95
Selama melakukan eksperimen, peneliti melakukan pengukuran terhadap
variabel-variabel. Namun, sebelum melakukan pengukuran, peneliti harus
memutuskan bagaimana mengukur setiap variabel.
Dengan men-spesifikasi prosedur yang digunakan untuk mengukur variabel,
maka seseorang telah definisi operasional. Mendefinisikan variabel secara
operasional maknanya menentukan cara untuk mengukur variabel tersebut.
Dengan demikian, sebuah definsi operasional menyatakan apa yang diamati dan
bagaimana mengukurnya.
Peneliti yang berbeda dapat menggunakan definisi operasional yang berbeda
untuk variabel yang sama. Sebagai contoh, anggap sebuah penyelidikan dilakukan
untuk menguji pengaruh vitamin E pada ketahanan tubuh seseorang. Variabel
”ketahanan tubuh seseorang” dapat difenisikan dengan berbagai cara:
a. lama seseorang dapat terjaga
b. jarak yang dapat ditempu seseorang dengan berlari tanpa henti
Masing-masing definisi di atas adalah definisi operasional dari variabel yang sama
(Rezba et al., 2007).
I. Mendesain penyelidikan (designing investigations)
Keterampilan membuat desain penyelidikan hanya akan dibatasi oleh
imajinasi peneliti. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa desain penyelidikan
tersebut harus rumit. Sebaliknya, semakin sederhana desain penyelidikan yang
dibuat, maka peneliti akan lebih dapat diharapkan untuk memperoleh data yang
berguna.
Sebuah penyelidikan dapat didefinisikan sebagai suatu susunan kondisi-
kondisi yang terencana untuk menghasilkan data yang akan mendukung ataupun
tidak mendukung hipotesis. Penyelidikan menjadi semakin terarah dan dapat
dilakukan jika variabel bebas dan variabel terikat dinyatakan secara jelas dalam
hipotesis.
Anggap seorang peneliti ingin menguji hipotesis: semakin luas permukaan zat
cair yang bersentuhan dengan udara, maka penguapan terjadi lebih cepat. Desain
penyelidikan yang mungkin dibuat adalah sebagai berikut:
Tuangkan 100 mL air yang berada dalam suhu ruang ke dalam loyang alumunium
dengan luas 5, 6, 7, 8, dan 9 cm 2. Biarkan loyang-loyang tersebut dalam ruang
terbuka. Setelah dua jam, ukurlah volume masing-masing air. Perhatikan bahwa
desain tersebut berisi definisi operasional bagi variabel bebas dan terikat, yakni
96
membiarkan air dalam ukuran loyang yang berbeda ukurannya sebagai variabel
bebas dan mengukur volume air sebelum dan setelah selang waktu tertentu
sebagai variabel terikat (Rezba et al., 1995; 2007).
J. Melakukan eksperimen (experimenting)
Rezba et al. (2007) mengemukakan bahwa melakukan eksperimen merupakan
aktivitas yang menggunakan seluruh keterampilan proses sains yang telah
dipaparkan sebelumnya. Sebuah eksperimen bisa diawali dari sebuah pertanyaan.
Dari sinilah langkah-langkah untuk menjawab pertanyaan yang mencakup
mengidentifikasi variabel, memformulasikan hipotesis, mengidentifikasi faktor-
faktor yang harus dijaga tetap konstan, membuat definisi operasional, mendesain
sebuah penyelidikan, melakukan percobaan ulang, mengumpulkan data, dan
menginterpretasi data.
Bagian yang tidak terpisahkan dari melakukan eksperimen adalah membuat
laporan. Laporan hasil eksperimen dapat mencakup hal-hal sebagai berikut:
a) Pernyataan dari pertanyaan atau permasalahan yang diselidiki.
b) Pernyataan atas hipotesis yang akan diuji.
c) Deskripsi tertulis dari desain penyelidikan yang akan digunakan untuk
menguji hipotesis. Termasuk mendeskripsikan bagaimana variabel-variabel
yang digunakan didefinisikan secara operasional, faktor-faktor yang harus
dijaga konstan)
d) Pelaporan data dalam tabel termasuk pengulangan percobaan.
e) Membuat grafik dari data.
f) Sebuah pernyataan yang menunjukkan hubungan yang teramati di antara
variabel-variabel.
g) Perbandingan temuan peneliti dengan hipotesis untuk melihat apakah hipotesis
tersebut didukung atau ditolak berdasarkan penyelidikan
97
BAB IV
98
1. Melakukan pengamatan terhadap gejala alam dan menceritakan hasil
pengamatannya secara lisan dan tertulis.
2. Memahami penggolongan hewan dan tumbuhan, serta manfaat hewan dan
tumbuhan bagi manusia, upaya pelestariannya, dan interaksi antara
makhluk hidup dengan lingkungannya.
3. Memahami bagian-bagian tubuh pada manusia, hewan, dan tumbuhan,
serta fungsinya dan perubahan pada makhluk hidup.
4. Memahami beragam sifat benda hubungannya dengan penyusunnya,
perubahan wujud benda, dan kegunaannya.
5. Memahami berbagai bentuk energi, perubahan, dan manfaatnya.
6. Memahami matahari sebagai pusat tata surya, kenampakan dan perubahan
permukaan bumi, dan hubungan peristiwa alam dengan kegiatan manusia.
(Standar Kompetensi Lulusan IPA Sekolah Dasar)
99
2. Memahami prinsip-prinsip pengukuran dan melakukan pengukuran
besaran fisika secara langsung dan tidak langsung secara cermat, teliti,
dan obyektif
3. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika
benda titik, kekekalan energi, impuls, dan momentum
4. Mendeskripsikan prinsip dan konsep konservasi kalor sifat gas ideal,
fluida dan perubahannya yang menyangkut hukum termodinamika
serta penerapannya dalam mesin kalor
5. Menerapkan konsep dan prinsip optik dan gelombang dalam berbagai
penyelesaian masalah dan produk teknologi
6. Menerapkan konsep dan prinsip kelistrikan dan kemagnetan dalam
berbagai masalah dan produk teknologi
(Standar Kompetensi Lulusan IPA Fisika Sekolah Menengah Atas)
100
2. Memahami hukum dasar dan penerapannya, cara perhitungan dan
pengukuran, fenomena reaksi kimia yang terkait dengan kinetika,
kesetimbangan, kekekalan masa dan kekekalan energi
3. Memahami sifat berbagai larutan asam-basa, larutan koloid, larutan
elektrolit-non elektrolit, termasuk cara pengukuran dan kegunaannya
4. Memahami konsep reaksi oksidasi-reduksi dan elektrokimia serta
penerapannya dalam fenomena pembentukan energi listrik, korosi
logam, dan pemisahan bahan (elektrolisis)
5. Memahami struktur molekul dan reaksi senyawa organik yang meliputi
benzena dan turunannya, lemak, karbohidrat, protein, dan polimer serta
kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari
(Standar Kompetensi Lulusan IPA Kimia Sekolah Menengah Atas)
Domain kognitif yang tercantum dalam SKL sebenarnya tidak hanya proses
kognitif yang menjadi bagian taksonomi kognitif saja, tetapi juga mencakup
keterampilan proses sains. Demikian sebagaimana dikemukakan Howe & Jones
(1993)
101
3. Psychomotor domain (motor skills, such as small and large muscle
control)
4. Social domain (skills ef getting along with others)
102
SKL. Oleh karena itu, letak tingkatan kognitif masing-masing keterampilan proses
sains tidak banyak diketahui. Pada bagian inilah akan dipaparkan kedudukan
keterampilan proses sains pada tingkat kognitif.
103
b. Dasar análisis adalah dimensi pengetahuan dan proses kognitif.
104
2) Knowledge of specific details and elements (pengetahuan tentang rincian dan
unsur-unsur)
Adapun contoh dari pengetahuan tentang rincian dan unsur-unsur antara lain
pengetahuan tentang fakta-fakta praktis yang berpengaruh bagi kesehatan,
pengetahuan tentang nama-nama, tempat, dan kejadian yang memiliki signifikasi
lebih dalam sebuah berita, dan pengetahuan tentang produk dan komoditi ekspor
utama dari sebuah negara.
105
klasifikasi dan kategori-kategori menjadi dasar dalam membentuk prinsip-prinsip
dan generalisasi-generalisasi. Selanjutnya, prinsip-prinsip dan generalisasi-
generalisasi akan membentuk teori-teori, model-model, dan struktur-struktur.
Klasifikasi dan kategori memiliki peran yang sangat penting dalam berbagai
disiplin ilmu untuk membentuk struktur dan mensistematiskan sebuah fenomena.
Pengetahuan tentang klasifikasi-klasifikasi dan kategori-kategori merupakan
pengetahuan yang sifatnya lebih umum dan seringkali lebih abstrak daripada
pengetahuan tentang terminologi dan fakta-fakta yang spesifik. Klasifikasi-
klasifikasi dan kategori-kategori merupakan hasil dari hubungan-hubungan antara
dua atau lebih unsur-unsur yang spesifik.
106
dan generalisasi-generalisasi mengumpulkan banyak fakta-fakta dan peristiwa-
peristiwa, menggambarkan proses yang terjadi dan hubungan-hubungan antara
fakta-fakta tersebut (sehingga membentuk klasifikasi-klasifikasi dan kategori-
kategori), dan akhirnya menggambarkan proses dan hubungan-hubungan yang
terjadi antara klasifikasi-klasifikasi dan kategori-kategori.
107
sebelumnya ditempuh). Meskipun hasil akhir dari pengetahuan ini bukan
merupakan pernyataan tertentu (open ended), tetapi secara umum hasil akhir dari
pengetahuan ini merupakan sesuatu yang tertentu (mis., menuju pada satu tujuan
yang telah ditentukan). Contoh pengetahuan jenis ini antara lain, pengetahuan
tentang keterampilan melukis menggunakan cat air, pengetahuan tentang berbagai
algoritma untuk memecahkan persamaan kuadrat, dan pengetahuan tentang
keterampilan yang digunakan untuk melakukan lompat tinggi.
108
Pengetahuan strategik merupakan pengetahuan tentang strategi umum untuk
belajar, berpikir, dan memecahkan masalah. Strategi-strategi dalam subtype
pengetahuan ini dapat digunakan untuk berbagai bidang ilmu dan tugas-tugas
yang berbeda, tidak sebagaimana strategi yang hanya bisa digunakan untuk tujuan
tertentu (mis., menyelesaikan persamaan kuadrat atau menerapkan Hukum
Bernoulli).
109
pengembangan (elaboration) semacam memparafrase dan merangkum, dan
pengetahuan tentang beragam strategi yang sifatnya teratur semacam membuat
garis besar atau membuat diagram.
Beberapa contoh pengetahuan jenis ini antara lain, mengetahui bahwa tugas-
tugas yang melibatkan proses kognitif recall (mis., bentuk soal mengisi titik-titik)
secara umum memerlukan proses kognitif yang lebih kompleks daripada tugas-
tugas yang melibatkan proses kognitif recognize (mis., bentuk soal pilhan ganda),
mengetahui bahwa tugas mengingat sederhana (mis., mengingat nomor telepon)
hanya membutuhkan rehearsal (latihan kembali/mengulang), dan mengetahui
bahwa strategi pengembangan semacam merangkum dan memparafrase dapat
menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam.
110
knowledge tentang keterampilan mengerjakan soal (test-taking skills). Selain itu,
salah satu tanda seorang ahli adalah bahwa mereka mengetahui kapan mereka
tidak mengetahui sesuatu kemudian memiliki strategi untuk menemukan
informasi yang dibutuhkan dan sesuai. Akhirnya, seorang siswa perlu menyadari
perbedaan strategi-strategi umum yang nampaknya mereka akan gunakan dalam
kondisi-kondisi yang berbeda.
111
recalling adalah retrieving. Menurut Nitko & Brookhart (2007) contoh
kemampuan yang diukur misalnya mengingat kembali (menyebutkan) nama-nama
bagian bunga.
Berdasarkan uraian sub kategori remembering, recognizing merupakan sub
kategori yang paling sesuai untuk keterampilan proses sains mengamati
(observing). Recognizing melibatkan aktivitas memanggil kembali ingatan jangka
panjang yang merupakan pengetahuan yang telah dimiliki. Carin (1993)
mengemukakan, ” ... observation always take place from a framework or prior
knowledge. ... Observation ... are colored by prior knowledge.”
Saat seseorang melakukan pengamatan dan mengkomunikasikan hasil
pengamatannya, dipastikan selalu menggunakan pengetahuan yang pernah
diperoleh. Sebagai contoh, seorang siswa mengatakan ”benda ini dingin”, maka
sebenarnya siswa tersebut sedang membandingkan informasi yang baru saja
diperoleh, misalnya sebongkah es, dengan kesan yang pernah diperoleh tentang
dingin. Kesan dingin yang pernah diperoleh itu yang disebut dengan ingatan
jangka panjang, sehingga pada aktivitas menyentuh bongkahan es, siswa harus
membandingkan sebagaimana proses kognitif recognizing.
Selain observing, keterampilan proses sains yang berkaitan dengan proses
kognitif ini adalah communicating. Keterampilan proses ini dilakukan saat siswa
menyampaikan hasil pengamatan. Carin (1993) menyebutkan dua keterampilan
proses yang terkait dengan proses kognitif ini, yakni recording data dan creating
models. Recording data adalah keterampilan mengumpulkan informasi tentang
benda dan peristiwa, sedangkan creating models adalah aktivitas menyajikan
informasi menggunakan ilustrasi grafis atau bentuk tiga dimensi.
Sebenarnya, keterampilan ini selalu mengiringi keterampilan proses yang
lainnya. Hal ini dikarenakan setiap keterampilan proses sains memiliki
kemungkinan untuk dikomunikasikan, bukankah hasil kreasi (tingkat kognitif
tertinggi) juga perlu untuk dikomunikasikan?
2. Memahami (understanding)
Siswa dikatakan memahami jika mereka mampu membentuk suatu makna dari
pesan-pesan yang disampaikan saat pengajaran, baik pesan secara tertulis, lisan,
maupun grafik; baik disajikan saat guru ceramah, buku, ataupun melalui layar
computer (Krathwohl, 2002). Siswa dikatakan telah paham jika mampu
112
menghubungkan pengetahuan “baru” yang diperoleh dengan pengetahuan yang
telah dimiliki (Anderson et al., 2001). Proses kognitif yang termasuk dalam
kategori memahami adalah: interpreting, exemplifying, classifying, summarizing,
dan comparing (Krathwohl, 2002).
a. Interpreting (menginterpretasi)
Aktivitas menginterpretasi terjadi ketika seorang siswa mampu menafsirkan
kembali sebuah informasi dari satu bentuk ke dalam bentuk yang lainnya.
Menginterpretasi bisa dalam bentuk mengemukakan informasi berbentuk kalimat
ke dalam kalimat yang lain (misalnya memparafrase), gambar ke dalam kata-kata,
kata-kata ke dalam gambar, angka-angka ke dalam kata-kata, kata-kata ke dalam
angka, dan sebagainya (Anderson et al., 2001).
Dalam melakukan interpretasi atas sebuah informasi, siswa mengemukakan
sebuah informasi dalam bentuk yang lain. Contoh penilaian yang bisa digunakan
adalah membuat diagram alur fotosintesis. Nitko & Brookhart (2007)
mencontohkan kemampuan yang diukur menggunakan proses kognitif ini adalah
menjelaskan proses pencernaan makanan menggunakan kata-kata sendiri.
Kemampuan menginterpretasi terkait dengan keterampilan proses sains
creating models, interpreting data dan replicating. Keterampilan creating models
interpreting data, recording data, dan replicating dapat menempati tingkat
kognitif understanding apabila model yang dibuat merupakan hasil translasi
informasi dari bentuk yang lain. Contoh creating models misalnya membuat
diagram dari tabel yang diberikan. Interpreting data misalnya menafsirkan grafik
yang menghubungkan dua variabel, sedangkan replicating misalnya
menyampaikan kembali informasi yang berupa simbol, pola-pola, ataupun
prosedur ke dalam bentuk lain.
b. Exemplifying (mencontohkan)
Exemplifying terjadi ketika seorang siswa memberikan sebuah contoh
spesifik, ilustrasi, atau contoh kasus dari sebuah konsep atau prinsip yang telah
dipelajari. Exemplifying mencakup aktivitas mengidentifikasi ciri-ciri sebuah
konsep atau prinsip (mis., sebuah segitiga sama kaki memiliki dua buah sisi yang
sama panjang) dan menggunakan ciri-ciri tersebut untuk memilih atau membuat
sebuah contoh (mis., mampu memilih segitiga sama kaki dari beberapa segitiga
yang ditunjukkan) (Anderson et. al., 2001).
113
Dalam proses kognitif ini, seorang siswa diberikan sebuah konsep atau prinsip
dan harus memilih atau memberikan contoh yang spesifik atau contoh kasus yang
belum disampaikan saat proses pengajaran berlangsung. Salah satu contoh tugas
yang berkaitan dengan proses kognitif ini adalah ketika siswa diminta untuk
memberikan contoh sampah organik dan sampah non-organik dan memberikan
alasan mengapa sampah tersebut termasuk sampah organik dan sampah non-
organik. Nitko & Brookhart (2007) mencontohkan kemampuan yang diukur
menggunakan proses kognitif ini adalah memberikan contoh konkret batuan beku
dan memberikan alasan mengapa benda tersebut termasuk batuan beku.
Keterampilan proses sains yang terkait dengan proses kognitif ini adalah
inferring. Dalam aktivitas inferring, siswa memberikan penjelasan atas benda atau
peristiwa yang diamati. Sebagai contoh, setelah mempelajari materi tentang
mamalia, siswa diminta untuk mencari contoh hewan mamalia yang belum pernah
dikenalkan pada saat pembelajaran. Siswa kemudian melakukan pengamatan
terhadap berbagai hewan dan menentukan sekaligus memberikan alasan bahwa
hewan tersebut merupakan mamalia.
c. Classifying (mengklasifikasi)
Proses kognitif mengklasifikasi terjadi saat siswa mengenali bahwa sesuatu
(mis., suatu contoh) merupakan bagian dari kategori tertentu misalnya konsep.
Mengklasifikasi melibatkan aktivitas untuk mendeteksi fitur-fitur yang relevan
atau pola yang “cocok” dengan contoh dan konsep atau sebuah prinsip.
Mengklasifikasi adalah sebuah proses yang melengkapi proses kognitif
“mengilustrasikan”. Exemplifying dimulai dengan konsep yang umum atau
prinsip-prinsip kemudian meminta siswa memberikan contoh sedangkan
classifying dimulai dengan memberikan contoh-contoh kemudian meminta siswa
menemukan sebuah konsep umum atau prinsip. Istilah lain dari mengklasifikasi
adalah mengkategorikan (categorizing) dan mengelompokkan. Adapun
keterampilan proses yang menempati sub kategori ini adalah classifying.
d. Summarizing (merangkumkan)
Aktivitas merangkumkan terjadi ketika seorang siswa menyajikan sebuah
pernyataan yang merepresentasikan informasi atau mengabstrasikan sebuah tema.
Merangkumkan melibatkan aktivitas membentuk penyajian sebuah informasi,
sebagai contoh membuat ringkasan dan menentukan sebuah tema dari karangan.
114
(Anderson et. al., 2001). Keterampilan proses yang berkaitan dengan proses
kognitif ini adalah generalizing. Generalizing merupakan aktivitas mengabstraksi
benda-benda atau peristiwa-peristiwa yang merupakan fakta-fakta sehingga
menjadi sebuah nama atau pernyataan yang sifatnya abstrak dan merangkum
semua benda dan peristiwa terkait. Contoh dari generalizing adalah pernyataan
“logam yang dipanaskan akan memuai”. Pernyataan ini merupakan prinsip yang
merupakan hasil generalisasi dari konsep logam, pemanasan, dan pemuaian.
e. Inferring (menginferensi)
Menginferensi melibatkan aktivitas ditemukannya sebuah pola yang nampak
dalam rangkaian contoh atau beberapa kasus. Aktivitas menginferensi terjadi
manakala seorang siswa mampu membuat abstrak dari suatu konsep atau prinsip
yang menjelaskan tentang sebuah susunan contoh dengan cara memilah ciri-ciri
yang relevan, dan yang paling penting, melihat hubungan di antara anggota
susunan contoh tersebut. Siswa diberikan rangkaian deret: 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21
kemudian diminta untuk menentukan angka setelah 21. Dalam proses kognitif ini,
seorang siswa mampu untuk memfokuskan dirinya pada nilai numeris setiap
angka daripada hanya sekedar melihat ciri-ciri yang tidak relevan dalam angka
tersebut, misalnya bentuk angka atau angka tersebut termasuk genap atau ganjil.
Siswa mampu menemukan pola dalam deret angka tersebut, misalnya angka
ketiga merupakan hasil penjumlahan angka pertama dan kedua, dan seterusnya.
Dalam proses menginferensi terdapat aktivitas membandingkan contoh-contoh
yang diberikan dan dipandang secara keseluruhan. Dengan kata lain, sebuah
contoh tidak dipandang berdiri sendiri, tetapi dipandang sebagai anggota suatu
susunan contoh. Seorang siswa perlu melihat pola yang terbentuk untuk
menentukan angka selanjutnya dalam rangkaian angka di atas (mis., angka
berikutnya pada deret angka di atas adalah 34 yang merupakan jumlah dari 13 dan
21).
Proses kognitif ini sesuai dengan dua buah keterampilan proses yakni
inferring dan predicting. Keterampilan proses sains inferring tidak hanya
memberikan penjelasan atas suatu hasil pengamatan tunggal. Namun, lebih dari
itu, inferring juga mencakup ditariknya sebuah simpulan dari suatu percobaan.
Simpulan yang ditarik merupakan hasil dari pencermatan terhadap benda-benda
115
dan perisitwa-peristiwa yang membentuk pola-pola tertentu. Adapun predicting,
keterampilan proses ini serupa dengan contoh di atas, yakni menentukan angka
yang akan muncul setelah angka terakhir dengan melihat pola yang terbentuk
sebelumnya.
f. Comparing (membandingkan)
Proses kognitif membandingkan melibatkan aktivitas mendeteksi persamaan
dan perbedaan antara dua atau lebih benda, peristiwa, atau gagasan misalnya
menentukan sejauh mana peristiwa kontemporer tentang revolusi ilmu
pengetahuan pada saat ini mirip dengan revolusi pengetahuan yang pernah terjadi
pada masa lalu. Proses kognitif membandingkan mencakup juga menemukan
korespondensi satu-satu (one-to-one correspondences) antara beberapa unsur dan
pola dalam sebuah benda, peristiwa, atau gagasan (Anderson et. al., 2001).
Keterampilan proses yang berkaitan dengan proses kognitif ini adalah
classifying. Classifying melibatkan aktivitas mengamati persamaan dan perbedaan
dari benda-benda dan peristiwa-peristiwa sehingga keduanya dapat ditata dalam
sebuah konsep, prinsip, atau hukum.
g. Explaining
116
Beberapa bentuk tes dapat ditujukan untuk menilai kemampuan siswa untuk
menjelaskan, mengemukakan alasan, menyelesaikan masalah, mendesain ulang,
dan memprediksi. Dalam aktivitas “mengemukakan alasan”, seorang siswa
diminta untuk mengemukakan alasan atas sebuah peristiwa yang terjadi. Sebagai
contoh, “Mengapa udara masuk ke dalam pompa sepeda saat kamu menarik
tangkai pompa ke atas?” Dalam kasus ini, jawabannya adalah: “udara dipaksa
masuk karena tekanan udara di dalam pompa lebih kecil daripada di luar”. Selain
itu juga mengemukakan prinsip yang terlibat dalam peristiwa tersebut.
Proses kognitif explaining secara jelas mencakup dua hal, yakni penjelasan
tentang hasil pengamatan dan peramalan apa yang terjadi pada masa datang
117
berdasarkan argument yang logis. Oleh karena itu, keterampilan proses sains yang
sesuai dengan proses kognitif ini adalah inferring dan predicting.
3. Applying (mengaplikasikan)
Kategori mengaplikasikan (applying) melibatkan penggunaan prosedur untuk
melakukan latihan atau memecahkan masalah. Siswa harus mengenali informasi-
informasi yang relevan dan aturan-aturan yang berlaku untuk sampai pada
pemecahan masalah (Collette & Chiappetta, 1994). Proses ini menggunakan suatu
prosedur tertentu dalam suatu situasi tertentu. Proses yang termasuk dalam
domain ini adalah menjalankan (executing) dan melaksanakan (implementing)
(Krathwohl, 2002).
a. Executing (menggunakan)
Dalam proses kognitif executing, seorang siswa menerapkan prosedur ke
dalam tugas yang telah dikenali (mis., latihan). Tugas seorang siswa adalah
menggunakan prosedur yang telah dikenal untuk menyelesaikan tugasnya.
Sebagai contoh, seorang siswa yang belajar menghitung nilai sebuah variabel
menggunakan rumus tertentu. Siswa diberi sebuah rumus: rapat jenis =
massa/volume dan harus mampu menjawab pertanyaan: “Berapakah rapat jenis
sebuah benda yang memiliki massa 18 kg dengan volume 3 m3?” (Anderson et.
al., 2001).
Keterampilan proses sains yang berkaitan dengan proses kognitif ini adalah
using numbers, replicating, dan manipulating materials. Keterampilan proses
using number menuntut siswa mengaplikasikan aturan-aturan matematis untuk
menyelesaikan permasalahan. Apabila permasalahan yang dihadapi tidak
membutuhkan modifikasi aturan matematis, maka keterampilan proses using
number bersesuaian dengan executing.
Replicating merupakan keterampilan proses dimana siswa menggunakan
prosedur yang telah dipahami untuk menyelesaikan suatu permasalahan tertentu.
Contoh dari replicating adalah melakukan eksperimen atau percobaan
menggunakan prosedur yang baku.
Manipulating materials menuntut siswa untuk dapat menggunakan alat dan
bahan yang digunakan untuk percobaan dan eksperimen dengan terampil dan
efektif. Prosedur untuk menggunakan yang telah diketahui dan tinggal mengikuti,
menjadikan keterampilan proses ini bersesuaian dengan proses kognitif executing.
b. Implementing (mengimplementasikan/melaksanakan)
118
Proses kognitif implementing terjadi ketika seorang siswa memilih dan
menggunakan sebuah prosedur, menerapkan ide dan teori untuk menyelesaikan
tugas yang baru. Siswa juga harus mampu menjelaskan alasan penggunaan
prosedur, ide, atau teori bagi situasi baru yang dihadapi.
Keterampilan proses yang bersesuaian dengan proses kognitif ini adalah using
number, manipulating materials dan experimenting. Berbeda dengan using
number pada proses kognitif executing, using number pada proses kognitif ini
membutuhkan siswa untuk memodifikasi aturan-aturan matematis yang digunakan
untuk menyelesaikan persoalan. Prosedur yang dilakukan bukanlah prosedur yang
bersifat tetap, tetapi memungkinkan untuk mengalami perubahan-perubahan
langkah untuk menyelesaikan persoalan.
Hal yang sama juga berlaku pada keterampilan proses manipulating materials
dan experimenting. Keterampilan proses manipulating materials dan
experimenting bersesuaian dengan proses kognitif implementing jika prosedur
yang diikuti membutuhkan modifikasi. Hal terpenting adalah bahwa persoalan
yang diselesaikan bukanlah berasal dari siswa, tetapi dari guru.
4. Analyze (menganalisis)
Kategori menganalisis melibatkan usaha memilah sesuatu yang utuh menjadi
unsur-unsurnya dan menentukan unsur-unsur tersebut berkaitan satu sama lain.
Proses menganalisis mencakup proses kognitif differentiating, organizing
(mengorganisasikan), dan attributing (menguraikan) (Krathwohl, 2002: 215).
a. Differentiating (membedakan)
Proses kognitif differentiating melibatkan proses memilah-milah bagian-
bagian yang relevan atau penting dari sebuah informasi. Proses kognitif ini terjadi
ketika seorang siswa membedakan informasi relevan dari informasi tidak relevan.
Contoh dari proses kognitif ini adalah menuliskan langkah-langkah utama tentang
cara bekerjanya sesuatu dan menuliskan tahapan terbentuknya petir setelah
membaca sebuah bab dari buku (Anderson et. al., 2001).
b. Organizing (mengorganisasikan)
Proses kognitif organizing melibatkan proses mengidentifikasi unsur-unsur
sebuah informasi atau peristiwa dan mengenali unsur-unsur tersebut saling
mendukung satu sama lain untuk membentuk sebuah struktur yang koheren.
Dalam organizing, seorang siswa menemukan pola di antara potongan-potongan
informasi yang diberikan kepada mereka menggunakan kriteria seperti relevansi,
119
sebab-akibat, dan urutan. Contoh dari proses kognitif ini adalah menata sebuah
laporan penelitian dalam urutan hipotesis, metode, data dan simpulan.
c. Attributing (menguraikan)
Proses kognitif attributing terjadi ketika siswa mampu menentukan sudut
pandang dan gagasan pokok dari berbagai bentuk komunikasi. Attributing
melibatkan sebuah proses dekonstruksi, di mana siswa menentukan gagasan
pokok seorang pengarang atau maksud pengarang dari sebuah bahan yang
disajikan (Anderson et. al., 2001).
Keterampilan proses yang bersesuaian dengan proses kognitif analyze adalah
identifying variable. Keterampilan proses ini mengharuskan siswa mengenali
karakteristik perisitiwa yang tetap atau berubah di bawah kondisi yang berubah.
5. Evaluating (mengevaluasi)
Evaluating didefinisikan sebagai sebuah aktivitas memberikan penilaian
berdasarkan kriteria atau standar. Kategori ini mencakup proses kognitif checking
(penilaian tentang konsistensi internal) dan critiquing (penilaian berdasarkan
kriteria eksternal) (Krathwohl, 2002).
a. Checking (mengecek)
Proses kognitif checking melibatkan proses mengetes inkonsistensi atau
kesalahan internal dalam sebuah operasi atau produk. Checking terjadi ketika
seorang siswa melakukan tes apakah sebuah simpulan sesuai dengan premis-
premisnya ataukah tidak, apakah data mendukung atau tidak mendukung
hipotesis, atau apakah materi mengandung bagian yang saling kontradiksi
(Anderson et. al., 2001).
b. Critiquing (mengkritisi)
Proses kognitif critiquing melibatkan aktivitas memberikan penilaian terhadap
sebuah produk atau proses pengerjaan berdasarkan standar atau kriteria eksternal.
Dalam critiquing seorang siswa mengemukakan dan menjelaskan fitur-fitur positif
dan negatif dari sebuah produk dan memberikan penilaian (judgement) setidaknya
berdasarkan sebagian dari fitur yang terdapat pada produk tersebut. Critiquing
merupakan inti dari proses berpikir kritis (critical thinking). Sebuah contoh
penugasan yang merupakan proses kognitif ini adalah meminta siswa untuk
memberikan penilaian terkait dengan kebermanfaatan suatu solusi untuk
mengurangi pemanasan global terkait dengan efektifitas dan biaya untuk
mengimplementasikan solusi tersebut (Anderson et. al., 2001).
120
Keterampilan proses yang bersesuaian dengan proses kognitif evaluating
adalah making decision. Keterampilan proses ini berisi aktivitas memilih tindakan
dari sekian tindakan berdasarkan argumen dan logika yang diterima.
6. Creating (mengkreasi)
Creating melibatkan aktivitas meletakkan unsur-unsur yang secara serempak
memberikan suatu fungsi atau membentuk sebuah koherensi. Proses kreatif ini
dapat dibagi menjadi tiga fase: 1) pemaparan masalah (problem representation), di
mana seorang siswa mencoba untuk memahami tugasnya dan menghasilkan
pemecahan masalah yang mungkin digunakan; 2) merencanakan pemecahan
masalah (solution planning), di mana seorang siswa memikirkan tentang berbagai
kemungkinan solusi permasalahan dan memformulasikan rencana pemecahan
masalah yang memiliki kemungkinan untuk dapat dikerjakan; dan 3)
mengeksekusi pemecahan masalah, di mana seorang siswa berhasil mengeksekusi
rencana yang mereka buat. Dengan demikian, proses kreatif yang terlibat dapat
dirinci sebagai berikut: 1) tahap di mana siswa meninjau berbagai kemungkinan
pemecahan masalah dan siswa mencoba memahami tugas yang harus mereka
selesaikan (generating), 2) selanjutnya, siswa memformulasikan sebuah metode
pemecahan masalah dan menyiapkannya sebagai sebuah rencana tindakan
(planning), dan 3) mengeksekusi rencana tindakan dan dihasilkan jalan keluar dari
permasalahan (producing) (Anderson et. al., 2001).
Keterampilan proses yang sesuai dengan proses kognitif ini adalah
formulating hypotheses dan experimenting. Formulating hypotheses meminta
siswa untuk mengemukakan pernyataan yang sifatnya tentatif untuk menjawab
persoalan dengan sementara dan dapat diuji. Adapaun experimenting
menunjukkan keterampilan proses sains paling kompleks dimana persoalan tidak
lagi berasal dari guru tetapi dari siswa. Keterampilan proses experimenting
mencakup keterampilan proses mendesain metode penyelidikan sehingga unsur
kreatif sangat berperan dalam keterampilan proses ini.
Berikut dirinci ikhtisar dari kesesuaian proses kognitif dan keterampilan
proses sains:
Tabel 20. Proses kognitif dan keterampilan proses sains yang bersesuaian
121
1. Remembering Observing, recording
data, creating models.
2. Understanding Creating models,
interpreting data,
replicating, inferring,
classifying, generalizing,
predicting.
3. Apply Using number,
replicating, manipulating
materials, experimenting
4. Analyze Identifying variable
Salah satu Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar di Sekolah Dasar adalah:
122
Proses kognitif yang tercantum dalam Standar Kompetensi adalah “memahami”
(understanding) yang menempati tingkatan kognitif kedua. Oleh karena itu, siswa
minimal harus menguasai materi pesawat sederhana hingga taraf memahami. Kata
kerja pada kompetensi dasarnya adalah menjelaskan, artinya siswa harus dapat
mengemukakan kembali menggunakan bahasanya sendiri tentang prinsip kerja
pesawat sederhana. Berkaitan dengan hakikat sains, kemampuan tersebut akan
tertanam lebih mudah dan lebih baik apabila menggunakan cara pembelajaran
sains yang sesuai hakikatnya. Rencana pembelajaran tentang pengungkit di bawah
ini akan menjelaskan letak keterampilan proses sains yang hendaknya ada dalam
proses kognitif. Rencana pembelajaran di bawah ini menggunakan alat percobaan
SEQIP.
A. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Proses
a. Diberikan satu set alat percobaan pengungkit, siswa kelas V mampu
merangkai alat percobaan berdasarkan petunjuk praktikum bersama
kelompoknya dengan benar.
b. Menggunakan alat percobaan pengungkit SEQIP, siswa kelas V mampu
melakukan percobaan berdasarkan petunjuk percobaan bersama
kelompoknya dengan benar.
c. Menggunakan alat percobaan pengungkit SEQIP dan lembar kerja siswa,
siswa kelas V mampu melakukan pengamatan secara kuantitatif bersama
kelompoknya dengan benar.
d. Siswa mampu menyimpulkan hubungan antara besar kuasa, panjang
lengan beban dan panjang lengan kuasa pada pengungkit menggunakan
data pada tabel dengan benar.
2. Tujuan Produk
a. Siswa dapat menunjukkan titik tumpu, titik beban, dan titik kuasa pada
pengungkit dengan benar tanpa menggunakan bantuan apapun (buku teks,
buku catatan, diskusi dengan teman).
123
b. Siswa dapat menunjukkan cara pengungkit meringankan pekerjaan dalam
kehidupan sehari-hari dengan benar tanpa menggunakan bantuan apapun
(buku teks, buku catatan, diskusi dengan teman).
B. Kegiatan Pembelajaran
1. Pendahuluan
124
Gambar 54. Siswa merasakan mencabut paku tanpa alat bantu
125
2. Inti
126
i. Siswa dan guru membahas hasil pengamatan. Siswa memperhatikan guru
menyampaikan berbagai istilah penting yang terkait dengan pengungkit.
(seperti titik putar sebagai titik tumpu, titik beban, titik kuasa, lengan
beban, lengan kuasa dan dengan ditunjukan tempatnya).
3. Penutup
Pengungkit
127
Prosedur:
1. Masukkan sebutir beban 50 gram ke dalam mangkuk. Ukurlah berat beban dan
mangkuk menggunakan neraca pegas (observing, measuring). Catat hasilnya
dalam kolom kedua pada tabel pengamatan 1 (recording data).
2. Pasanglah mangkuk pada lubang No. 12 pada lengan sebelah kiri. Letakkan
neraca pegas pada lubang No. 12 pada lengan kanan. Tariklah neraca pegas
sehingga kedudukan pengungkit setimbang. Catat besar skala neraca pegas
pada kolom terakhir pada tabel pengamtan (observing, measuring, recording
data).
3. Pindahkan neraca pegas pada lubang no. 11. Baca besar neraca dan catat pada
kolom No. 4 (observing, measuring, recording data).
128
6. Letakkan ember berisi beban pada lubang No. 12 dan neraca pegas pada
lubang No. 12.
8. Pindahkan ember dan beban ke lubang No. 11. Baca besar neraca pegas dan
catat pada tabel yang disediakan (observing, measuring, recording data).
Hasil pengamatan:
Tabel pengamatan 1
Beban Gaya
Panjang lengan Berat Panjang lengan Besar
kiri kanan
(No. Lubang) (No. Lubang)
1 2 3 4
12 12
12 11
12 10
12 9
Tabel pengamatan 2
Beban Gaya
Panjang lengan Berat Panjang lengan Besar
kiri kanan
(No. Lubang) (No. Lubang)
1 2 3 4
12 12
11 12
10 12
9 12
129
Pertanyaan:
1. Cermatilah hasil pembacaan neraca pegas untuk tabel pengamatan 1 dan letak
neraca pegas. Bandingkanlah dengan berat beban. Ceritakan hasil pengamatan
kamu (interpreting data).
2. Cermatilah hasil pembacaan neraca pegas untuk tabel pengamatan 1 dan letak
neraca pegas. Bandingkanlah dengan berat beban. Ceritakan hasil pengamatan
kamu (interpreting data).
Simpulan:
1. Tuliskan hubungan antara jarak neraca (kuasa) ke poros dengan besar gaya
(inferring).
2. Tuliskan hubungan antara jarak beban ke poros dengan besar gaya (inferring).
D. Soal Tes
1. Pada gambar di bawah ini tunjukan bagian-bagian yang disebut titik tumpu,
titik kuasa, titik beban .... (Observing)
___________________
___________________ ___________________
2
2. Perhatikan gambar di bawah. Titik tumpu ditunjukkan oleh angka ....
(inferring; alat belum pernah dikenalkan saat pembelajaran)
3
130
1
Gambar 60. Gerobak dorong sebagai pesawat sederhana
(A) (B)
(C) (D)
131
4. Perhatikan gambar di bawah ini! Urutan gambar dari yang membutuhkan gaya
terkecil sampai terbesar yaitu ...., ...., .... (Classifying)
(1)
(2)
(3)
Gambar 62. Berbagai macam posisi pengungkit.
5. Agar gaya yang dibutuhkan lebih kecil, maka lengan kuasa harus semakin ....
(Inferring)
BAB V
132
Keterampilan Proses Sains dan Siklus Belajar
133
akan menanyakan pertanyaan deskriptif yang sama dengan anak kelas 1 SD yang
menggunakan penggaris untuk mengukur jarak dalam satuan sentimeter.
134
B. Siklus belajar sebagai wadah keterampilan proses sains
Siklus belajar merupakan model pembelajaran yang berisi tahapan-tahapan
berdaur. Siklus belajar telah mengalami perkembangan sejak ditemukannya pada
tahun 1900an sehingga muncul dalam berbagai bentuk. Pada tahun 2006, Bybee
beserta koleganya mengenalkan sebuah model siklus belajar baru yang
dikembangkan dari Siklus belajar Atkin & Karplus yakni BSCS 5 E (Bybee et. al.,
2006). Siklus belajar BSCS 5 E terdiri dari lima tahap yang seluruhnya diawali
dari huruf “E”, yakni engagement, exploration, explanation, elaboration, dan
evaluation. Siklus belajar ini mengandung unsur yang sama dengan Siklus belajar
Atkin & Karplus ditambah engagement dan evaluation.
Exploration Engagement
Exploration
Invention
(Term introduction)
Explanation
Gambar 63. Pengembangan Siklus Belakar Atkin dan Karplus
Elaboration
Fase pertama: Engagement. Pembelajaran yang efektif akan terjadi jika
siswa mempelajari sesuatu yang memiliki makna. Sebagaimana seorang penulis
Discovery
(Concept Application) Evaluation
novel atau film, mereka harus dengan cepat mengangkap perhatian pembaca atau
penonton. Demikian halnya seorang guru sekolah, mereka akan menemukan
bahwa kesempatan untuk menangkap dan memegang perhatian anak seringkali
tertutup dengan cepat. Seorang guru harus menyusun sebuah skenario yang
digunakan untuk menarik perhatian siswa sekaligus menetapkan pertanyaan utama
yang meningkatkan keinginan anak untuk mempelajari mata pelajaran tersebut
(Abruscato, 2010: 44). Melalui fase inilah hal tersebut dilakukan. Melalui fase ini
guru akan mengatahui tentang apa yang telah diketahu oleh siswa tentang topik
yang akan mereka pelajari sekaligus memotivasi mereka untuk mempelajarinya
(Ciappetta & Koballa Jr., 2010).
135
Fase ini bertujuan untuk memfokuskan siswa pada benda, permasalahan,
keadaan kelas, atau peristiwa. Aktivitas-aktivitas dalam fase ini akan
menghubungkan siswa dengan hal-hal yang pernah dialami. Selain itu, fase ini
menjadi alat pendeteksi adanya adanya miskonsepsi pada diri siswa. Aktivitas
guru pada fase ini misalnya mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang materi
yang akan dipelajari atau hal-hal yang berhubungan dengan materi, menunjukkan
sebuah permasalahan dan mendemonstrasikan discrepant event yang menjadikan
siswa mengalami disequilibrium cognitive (Bybee et. al., 2006)
Terdapat tiga tipe pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk mencari tahu
lebih dalam: memperoleh informasi, pengajuan pertanyaan umum, “Saya ingin
tahu apa yang terjadi ketika ...?” misalnya, “Saya ingin tahu pada tahapan apa ulat
berubah menjadi kupu-kupu?” atau “Fase apa saja yang dilewati bulan selama
satu bulan?” Pertanyaan dapat juga bersifat eksperimental, “Apa yang akan terjadi
jika.....?” Seperti halnya, “Apa yang akan terjadi jika kita meletakkan tanaman di
dalam almari?” Terakhir, pertanyaan dapat juga “Bagaimana cara melakukannya”
atau “Bagaimana saya dapat membangun jembatan yang lebih baik” (Abruscato &
DeRosa, 2010: 45).
Pada dasarnya, seluruh anak ingin mengetahui apa yang terjadi pada
lingkungan sekitarnya. Pertanyaan-pertanyaan yang mereka kemukakan berasal
dari apa yang mereka amati—“Mengapa itu dapat terjadi?” Mereka juga masih
memiliki kepolosan sehingga akan mudah tertarik dengan kejadian-kejadian yang
tidak sesuai dengan pikiran mereka. Oleh karena itu, salah satu cara yang dapat
dilakukan guru adalah memancing rasa ingin tahu mereka sehingga muncul
respon positif yang berupa pertanyaan. Cara itu, menurut Wright (2006),
dilakukan dengan memberikan kejadian-kejadian ganjil (discrepant events) pada
peserta didik. Dinamakan kejadian aneh karena kejadian ini “tidak masuk akal”
bagi seorang peserta didik. Hasil sebuah discrepant events merupakan kejadian
yang sangat berbeda dari yang dibayangkan oleh peserta didik (Friedl, 1991).
136
mengejutkan, membuat peserta didik heran, dan bertanya-tanya. Kejadian-
kejadian ganjil merupakan kejadian yang tidak sesuai dengan “kaidah alam” yang
terbangun di dalam benak pada umumnya. Hasil kejadian ganjil, setelah
didemonstrasikan, sangat berbeda dengan prediksi sebelum kejadian ganjil
didemonstrasikan. Menurut Lawson & Wollman dalam Collette & Chiappetta
(1994), kejadian yang disajikan harus dipilih sedemikian rupa sehingga tidak
dapat dijawab oleh peserta didik menggunakan pengetahuan awal yang mereka
miliki.
137
fase Engagement dan Exploration. Pertama, guru meminta siswa memberikan
penjelasan. Kedua, guru memberikan penjelasan ilmiah secara langsung, eksplisit,
dan formal terkait proses yang dilalui pada saat Engagement dan Exploration.
Penjelasan yang disampaikan guru harus didasarkan pada penjelasan siswa dan
secara gamblang menghubungkan penjelasan dengan pengalaman yang diperoleh
pada saat Engagement dan Exploration. Kunci dari fase ini adalah menyajikan
konsep-konsep, proses-proses, atau keterampilan-keterampilan secara ringkas,
jelas, dan langsung untuk menuju fase berikutnya (Bybee et. al., 2006)
Abruscato & DeRosa (2010) mengemukakan bahwa dalam fase ini, siswa
diberi kesempatan untuk mengekspresikan apa yang telah mereka temukan selama
fase eksplorasi. Jika eksplorasi berjalan efektif, siswa akan membuat hubungan
yang menjawab pertanyaan utama. Jika siswa menunjukkan adanya miskonsepsi,
guru harus mengoreksinya dengan mengarahkan pikiran anak yang salah melalui
perolehan data baru dan konsep yang benar. Penjelasan (explanation) dapat
disajikan menggunakan tulisan, diagram, secara lisan, atau kinestetik melalui
simulasi.
138
biasanya dilakukan di akhir bab untuk mengetahui apakah siswa telah belajar apa
yang diajarkan oleh guru (Abruscato & DeRosa, 2010). Adapun rincian aktivitas
guru dan siswa dapat dicermati pada tabel 1 di bawah.
Tabel 23. Rincian aktivitas guru dan siswa dalam Siklus Belajar BSCS 5E (Bybee et. al.,
2006)
Fase Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Model
Engagement Menarik perhatian siswa. Menanyakan tentang benda Model
Membuat siswa merasa ingin atau fenomena, misalnya, Deskriptif
tahu (mis., menggunakan ”Mengapa hal itu bisa terjadi?”,
discrepant event). ”Apa yang sudah aku ketahui
Menjadikan siswa bertanya- tentang hal ini?”, ”Bagaimana
tanya. aku mencari tahu tentang hal
Mengungkapkan apa yang itu?”.
siswa ketahui atau pikirkan Menunjukkan minat pada topik
tentang konsep yang akan yang akan disampaikan.
dipelajari.
Exploration Mendorong siswa untuk Berpikir secara bebas dalam Model
bekerja bersama-sama tanpa ruang lingkup aktivitas. Ekplanatori dan
instruksi langsung (direct Menguji prediksi-prediksi dan Model
instruction) dari guru. hipotesis-hipotesis yang Eksperimen
Mengamati dan diajukan.
mendengarkan para siswa Merumuskan prediksi dan
yang sedang berinteraksi hipotesis baru.
dengan siswa lainnya. Mencoba kemungkinan-
Memberikan pertanyaan yang kemungkinan jawaban dari
mengadung penyelidikan pertanyaan-pertanyaan dan
untuk mengarahkan kembali mendiskuskan dengan teman
siswa pada aktivitas yang lain.
penyelidikan jika diperlukan. Merekam hasil pengamatan dan
Berperan sebagai konsultan gagasan-gagasan yang muncul.
bagi siswa. Mengajukan pertanyaan yang
berhubungan dengan topik.
Explanation Mendorong para siswa untuk Menjelaskan jawaban-jawaban Model
menjelaskan konsep-konsep yang mungkin atau menjawab Eksplanatori
dan definisi-definisi pertanyaan siswa lain.
menggunakan kalimat Mendengarkan penjelasan
mereka sendiri. siswa lain dengan kritis.
Meminta siswa menyajikan Mengajukan pertanyaan yang
bukti-bukti dari gagasan terkait dengan penjelasan siswa
mereka. lain.
Lanjutan ... Mendengarkan dan mencoba
Jika diperlukan, guru
mengklarifikasi definisi- untuk memahami penjelasan
definisi, penjelasan- yang disampaikan oleh guru.
penjelasan, dan istilah-istilah Menggunakan hasil
ilmiah. pengamatan untuk
Menggunakan pengalaman menjelaskan.
siswa saat melakukan fase
exploration sebagai dasar
untuk menjelaskan konsep.
Menilai perkembangan
139
pemahaman siswa.
Mengoreksi konsepsi yang
salah
Elaboration Menciptakan tantangan bagi Mengaplikasikan istilah-istilah Model
siswa untuk menerapkan dan baru, definisi-defnisi, Eksplanatori
mentransfer pengetahuan penjelasan-penjelasan, dan
yang baru saja diperoleh keterampilan-keterampilan
Mengkonfirmasi pemahaman pada kondisi yang baru tetapi
siswa dengan menanyakan, mirip.
”Apa yang sudah kamu Menarik simpulan berdasarkan
ketahui?” dsb. bukti-bukti.
Mengecek pemahaman
terhadap topik satu sama lain.
Evaluation Mengamati siswa saat Menunjukkan pemahaman atau
mereka menerapkan konsep pengetahuan terhadap konsep
dan keterampilan yang baru. atau keterampilan.
Menilai pengetahuan dan Mengevaluasi kemajuan dan
keterampilan siswa. pengetahuan masing-masing.
Mencari bukti-bukti yang Mengajukan pertanyaan yang
menunjukan bahwa pikiran mendorong penyelidikan baru
dan perilaku mereka telah di masa datang.
mengalami perubahan.
Menyediakan kesempatan
bagi para siswa untuk menilai
pembelajaran mereka sendiri
dan keterampilan dalam
kelompok mereka sendiri.
Engagement
EMILIE LEARNING CYCLE
Exploration Engagement
Elaboration 140
Evaluation
Evaluation
Contoh dari aplikasi Siklus belajar Emilie misalnya untuk topik hidrostatika.
Contoh ini pernah diterapkan untuk para mahasiswa program bilingual di Prodi
PGSD, FIP, UNY.
141
dilakukan
dengan
mendemonstras
ikan percobaan
Cartesian
diver. Tentang
percobaan ini
bisa akses ke:
http://www.scie
ncetoymaker.or
g/diver/index.h
tml
3) Dosen
menanyakan,
“perkirakan
apa yang
terjadi jika
bagian bawah
botol ditekan?”
Kebanyakan
mahasiswa
akan menjawab
diver akan
bergerak ke
atas, padahal
seharusnya ke
bawah.
2. Explanation
Tabel 25. Tahap explanation
Aktivitas Dosen Aktivitas Strategi dan Metode Alat dan Bahan
Mahasiswa Keterampilan
Proses Sains
Dosen menjelaskan Mahasiswa Strategi: Guided Ceramah, Gelas ukur, air,
tentang tekanan, memperhatikan discovery demonstrasi plastisin
mendemostrasikan penjelasan dari berbentuk balok
prinsip hidrostatika, dosen dan Keterampilan
dan menjelaskan mengamati proses sains:
aspek demonstrasi. observing,
matematisnya. inferring,
communicating
3. Exploration
Tabel 26. Tahap exploration
Aktivitas Dosen Aktivitas Strategi dan Metode Alat dan bahan
Mahasiswa Keterampilan
142
Proses Sains
Dosen 1) Mahasiswa Strategi: Guided Eksperimen 1) Satu buah
memfasilitasi melakukan discovery bidang
mahasiswa untuk percobaan 2) 2 kaki bidang
melakukan secara Keterampilan 3) As
percobaan mencari berkelompok proses: 4) 2 Ember
massa jenis zat cair menggunakan observing, 5) Penyeimbang
(air) dan LKM untuk inferring, 6) Beban
menentukan kriteria menentukan experimenting, 7) Air
mengapung- massa jenis communicating,
tenggelam. zat cair (air) measuring
2) Mahasiswa
melakukan
percobaan
menentukan
kriteria
mengapung
dan
tenggelam
menggunakan
ukuran massa
jenis.
4. Explanation
Tabel 27. Tahap explanation
Aktivitas Dosen Aktivitas Strategi dan Metode Alat dan bahan
Mahasiswa Keterampilan
Proses Sains
Dosen menjelaskan Mahasiswa Strategi: Guided Demonstrasi 1) Wadah
tentang hubungan menerima discovery , ceramah, 2) Air
massa dengan penjelasan dosen Tanya jawab 3) Plastisin
keadaan benda yang tentang hubungan Keterampilan
dicelupkan di zat massa dengan proses sains:
cair (air). keadaan benda observing,
yang dicelupkan inferring,
di zat cair. communicating
5. Exploration
Tabel 28. Tahap exploration
Aktivitas Dosen Aktivitas Strategi dan Metode Alat dan bahan
143
Mahasiswa Keterampilan
Proses Sains
Dosen Mahasiswa Strategi: Guided Percobaan 1) Plastisin
memfasilitasi melakukan discovery 2) Gelas ukur
mahasiswa untuk percobaan untuk 250 mL
melakukan menemukan Ketermpilan 3) Air
percobaan pengaruh volume proses sains:
menemukan terhadap keadaan Observing,
pengaruh volume benda yang tercelup communicating,
terhadap keadaan di zat cair (air). measuring,
benda yang inferring
tercelup di zat
cair (air).
6. Explanation
Tabel 29. Tahap explanation
Aktivitas Dosen Aktivitas Strategi dan Metode Alat dan bahan
Mahasiswa Keterampilan
Proses Sains
Dosen menjelaskan Mahasiswa Strategi: Demonstrasi, 1) Plastisin
tentang percobaan memperhatikan Guided ceramah, 2) Gelas ukur
yang dilakukan. penjelasan dosen discovery Tanya jawab 250 mL
dan demonstrasi 3) Air
ketika penjelasan Keterampilan
berlangsung. proses sains:
observing,
inferring
7. Exploration
Tabel 30. Tahap exploration
Aktivitas Dosen Aktivitas Strategi dan Metode Alat dan bahan
Mahasiswa Keterampilan
Proses Sains
Dosen Mahasiswa Strategi: Penugasan, _
memfasilitasi merancang Group eksperimen
mahasiswa percobaan dan investigation
merancang menemukan
percobaan untuk kesimpulannya. Keterampilan
menemukan proses:
pengaruh massa experimenting,
jenis zat cair observing,
terhadap gaya measuring,
angkat. communicatin
g, inferring
8. Explanation
Tabel 31. Tahap explanation
Aktivitas Dosen Aktivitas Strategi dan Metode Alat dan bahan
Mahasiswa Keterampilan
Proses Sains
Dosen membahas Mahasiswa Strategi: Ceramah, 1) Tempat VCD
144
dan menjelaskan mengikuti Guided demonstrasi 2) Plastisin
percobaan yang pembahasan yang discovery 3) Wadah
dirancang dan diberikan dosen. 4) Air
dilakukan oleh Keterampilan
mahasiswa. proses sains:
observing,
inferring
9. Evaluation
Tabel 32. Tahap evaluation
Aktivitas Dosen Aktivitas Strategi dan Metode Alat dan bahan
Mahasiswa Keterampilan
Proses Sains
Dosen memberikan Mahasiswa Strategi: Penugasan Soal tes
soal tes dan menilai mengerjakan soal Guided
unjuk kerja tes. discovery
mahasiswa.
Keterampilan
proses sains:
inferring
10. Elaboration
Tabel 33. Tahap elaboration
Aktivitas Dosen Aktivitas Strategi dan Metode Alat dan bahan
Mahasiswa Keterampilan
Proses Sains
Dosen meminta Mahasiswa Strategi: Penugasan Akses internet,
mahasiswa untuk mengerjakan Guided buku referensi
memperkaya tugas dari dosen. discovery
pengetahuan
tentang hukum Keterampilan
Archimedes dengan proses sains:
cara menulis artikel
tentang sejarah
ditemukannya
hukum Archimedes
dan cara kapal
selam bekerja.
2. Materi
145
You are familiar with the three states of matter around you. Using the air
you breathe, drink and swim using the water, and put up buildings using solid
objects. In general, you are familiar with the properties of these objects.
Nevertheless, there still remains a possibility that the properties may surprise us
because we have not met before.
A fluid is any material that flows and offers little resistance to a change in
its shape when under pressure. Fluid can be liquid or gas and both can flow.
Most activities of our lives depend on two things, namely liquid and gas
substances. We live and breathe using gaseous atmosphere. Two-thirds of the earth
which is covered by the water makes our planet unique in the universe, where the
human being live. Fluida are useful for supporting air planes to fly, boats float,
and the submarine to dive or float
Talk about balloon filled with air, we know the air has molecules which
are free to move and in addiction the air molecules have mass. Then, the moving
air molecules are going to push the balloon wall, which push itself is a form of
force. Air molecules striking the wall has an
area of the collision. The forces that push per
one unit area is called the pressure.
Mathematically, pressure is defined as,
F
P =
A
W = mg
146
Recall that = m/V dan V = Ah. Therefore, w = Vg = Ahg. Substituting this
value for W will give ,
P= ; P = hg
The force on the bottom is larger than that on the top. The difference is,
= Alg = Vg
Thus, there is an upward force of the liquid on the object. This force is
called the buoyant force. Note that the volume of the volume of the immersed
object is the same as the volume of the fluid displaced by the immersed object.
This relationship was discovered by the Greek scientist Archimedes in 212 B.C.
and is called Archimedes’ principle. An object immersed in a fluid is buoyed up by
a force equal to the weight of the fluid displaced by the object. It is important to
note that the buoyant force does not depend on the weight of the submerged
object, only the weight of the displaced fluid. A solid cube of aluminium, a solid
147
cube of iron, and a hollow cube of iron, all of the same volume, would experience
the same buoyant force.
Objective:
1. The board
2. 2 buffer boards
3. As
4. 2 bowls
5. Balancing
6. weights
7. Water
Procedure:
148
2. If you have arranged, please fill out the table below. (measuring, recording
data, constructing a table data)
No. Mass of Mass of Volume of Water density
weights(gram) water (m) water �m �
(gram) (V) () = � �(gram/ cm3)
�V�
(cm3)
1.
2.
3.
3. According to the table, make a chart with a mass of water as the x-axis and
the volume of water as the y-axis. (constructing a graph)
4. Based on the tables and charts, how mass and volume ratio? (describing
relationships between variables)
149
5. What is the state of the water density can you conclude? (inferring)
Sink or Float-1
Objective:
1) A bucket
2) Balance
3) Plastisin
4) VCD container
Procedure:
1) Calculate the mass of VCD container and clay using Ohaus balance and write
the result in the box below. (measuring, recording data)
2) Calculate the volume of VCD container and clay and write the result in the
box below. (measuring, recording data)
150
3) Calculate the density of VCD container and clay and write the result in the
box below. (measuring, recording data)
4) Put VCD container and clay into water and observe then write your
observation in the box below. (observing, comparing, recording data)
Sink or Float-2
Objective:
1) 1 Beaker glass
2) Clay
3) Water
Procedur:
151
b) Put the clay into beaker glass. If the clay sink, put the volume of water
displaced by the clay. (observing)
c) Shape the clay so that it can float (manipulating materials)
d) Observe water rise in the beaker glass. (observing, measuring)
e) What is the volume of water displaced by the sinking clay in comparison with
the volume of water that is displaced by the floating clay, write your
comparison. (observing, comparing, measuring)
4. Soal tes
Penilaian yang digunakan pada perangkat pembelajaran ini adalah
menggunakan tes dan non-tes.
1. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi massa jenis dan jelaskan
bagaimana faktor-faktor tersebut berhubungan. (inferring, communicating)
2. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan zat cair pada suatu wadah
dan jelaskan bagaimana faktor-faktor tersebut berhubungan (inferring)
3. Perhatikan gambar di bawah.
152
Apabila sumbat pada botol di atas dilepas secara bersama-sama, gambarkan
pancaran air pada ketiga lobang (observing, inferring, communicating).
153
Bab VI
154
DAFTAR PUSTAKA
Bybee, W. Roger et. al. (2006). The BSCS 5E instructional model: origins,
effectiveness, and applications. Colorado Springs: BSCS.
Chiappetta, E. L & Koballa, T. R., Jr. (2010). Science instruction in the middle
and secondary schools. Boston: Allyn & Bacon.
155
Collette, A. T. & Chiappetta, E. L. (1994). Science instruction in the middle and
secondary schools. NewYork: Macmillan.
Diaz, C. F., Pelletier, C.M., & Provenzo, Jr., Eugene F. (2006). Touch the future,
Teach! Boston: Pearson Education Inc.
Jacobson, Willard. J. & Bergman, Abby Barry. (1991). Science for children-a
book for teachers, 3rd ed. Boston: Allyn and Bacon.
Martin, R. et al. (2005). Teaching science for all children-inquiry methods for
constructing understanding. Boston: Pearson.
Novak, Joseph. D & Canas, Alberto, J. (2008). The theory underlying concept
maps and how to construct and use them. Artikel diambil dari
156
http://cmap.ihmc.us/publications/researchpapers/theorycmaps/theoryunderlyi
ngconceptmaps.htm pada tanggal 10 Agustus 2012.
Rezba, R. J. et al. (1995). Learning and assessing science process skills. Iowa:
Kendall/Hunt.
Rezba, R. J. et al. (2007). Learning and assessing science process skills. Iowa:
Kendall/Hunt.
Sharp, J., Peacock, G., Johnsey, R., et al. (2009). Primary science-teaching theory
and practice (4th ed). British: Learning Matters.
Tarbuck, Edward J. & Lutgens, Frederick L. (2006). Earth science-11th ed. New
Jersey: Pearson.
Watson, Sandy & Miller, Ted. (2009). Classification and the Dichotomous Key.
Artikel diambil dari http://esc.tricountyesc.org/cos/scienceresources/6-
Article-Classification-and-the-Dichotomous-Key.pdf pada tanggal 1 Oktober
2012.
157
Sumber gambar
158
%2C_near_Silverton%2C_NSW%2C_07.07.2007.jpg
ayam: http://hen.com/hen.jpg
Paus:
http://www.bbc.co.uk/nature/images/ic/credit/640x395/k/ki/ki
ller_whale/killer_whale_1.jpg
Hiu:
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/3/39/Tiger_s
hark.jpg
159
http://www.asia.ru/images/target/photo/51577344/Roofing_N
ail.jpg
square nut: http://www.hyjgj.net/eng/product_pic/Square
%20nut.jpg
oval head wood screw:
http://www.kennedyhardware.com/images/P/nohs2.jpg
round head wood screw:
http://i01.i.aliimg.com/img/pb/359/080/372/372080359_949.j
pg
round: http://www.alliedboltinc.com/productimages/Slotted
%20Round%20Head%20Wood%20Screw.jpg
wing nut:
http://dakiniland.files.wordpress.com/2012/04/right-wing-
nut.jpg
hex nut:
http://www.salesfastener.com/proimage/20115301652551.jpg
oval head machine screw: http://ecx.images-
amazon.com/images/I/41bYAWRIRoL._SL500_AA300_.jpg
scaffold nail:
http://i00.i.aliimg.com/img/pb/181/568/396/396568181_344.j
pg
round head machine screw:
http://2.imimg.com/data2/EG/LB/MY-627560/round-head-
machine-screw-250x250.jpg
screw eye:
http://www.easynotecards.com/uploads/466/7/55665c11_132
d0123d91__8000_00000027.jpg
screw hook:
http://www.easynotecards.com/uploads/467/8/55665c11_132
d0123d91__8000_00000032.jpg
Gambar 13. Dokumentasi pribadi
Gambar 14. Dokumentasi pribadi
Gambar 15. Pensil:
http://sanctuaryofmyreflections.files.wordpress.com/2012/06/
pencil_sxu-731460.jpg
Penggaris:
http://www.androidfreeware.net/img2/smart_ruler_android_2.
gif
Gambar 16. meter ruler:
http://www.arkaysales.com/ekmps/shops/arkaysales/images/1
-metre-folding-plastic-rule-228-p.jpg
measuring tape, protape: http://t3.gstatic.com/images?
q=tbn:ANd9GcQpczD7j7erhw9uYqMQK78uhalTZNgBwgkf
MPASH6ptIne8RavkwL5ziK8A3Q
measuring tape panjang:
160
http://www.engineersupply.com/images/Keson-Measuring-
Rulers-Tapes/ES2314-Keson-KL1810200F-Measuring-Tape-
md.jpg
Pita ukur: http://1.bp.blogspot.com/-
V5J3hUV6W1M/UAbPkLpmAmI/AAAAAAAAACE/HYkL
RfwkOjg/s1600/measuring-tape.jpg
Gambar 17. http://images.tutorvista.com/content/measurement-and-
experimentation/parallax-error.jpeg
Gambar 18. http://image.made-in-china.com/2f0j00sCSaAwoEZUpY/Vernier-
Caliper-BIT08VC001-.jpg
Gambar 19. http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/f/f6/Vern
ier_caliper.svg/2000px-Vernier_caliper.svg.png
Gambar 20. http://img.ehowcdn.com/article-new/ehow/images/a04/gl/l3/read-
vernier-caliper-800x800.jpg
Gambar 21. http://www.tresnainstrument.com/how_to_read_a_vernier_caliper
.html
http://www.tresnainstrument.com/how_to_read_a_vernier_caliper
.html
http://www.tresnainstrument.com/how_to_read_a_vernier_caliper
.html
http://www.tresnainstrument.com/how_to_read_a_vernier_caliper
.html
Gambar 25. http://1.bp.blogspot.com/_6lmQgJm3awI/TTksYUYrwjI/AAAA
AAAAAAY/jqdL4lbwXsA/s1600/Picture+336.jpg
Gambar 26. http://www.phy.uct.ac.za/courses/c1lab/vfig10a.jpg
Gambar 27. http://www.phy.uct.ac.za/courses/c1lab/vfig12a.jpg
Gambar 28. http://wb7.itrademarket.com/pdimage/36/1355136_img0341a.jpg
Gambar 29. http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/9/93/Clinical_th
ermometer_38.7.JPG
Gambar 30. http://commons.wikimedia.org/wiki/Image:Clinical_thermometer_38.7.JPG
161
Gambar 42. Dokumentasi pribadi
Gambar 43. Dokumentasi pribadi
Gambar 44. Dokumentasi pribadi
Gambar 45. Dokumentasi pribadi
Gambar 46. Dokumentasi pribadi
Gambar 47. Dokumentasi pribadi
Gambar 48. Dokumentasi pribadi
Gambar 49. Dokumentasi pribadi
Gambar 50. Dokumentasi pribadi
Gambar 51. Dokumentasi pribadi
Gambar 52. Dokumentasi pribadi
Gambar 53. Dokumentasi pribadi
Gambar 54. Dokumentasi pribadi
162