Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SUMBER PENGETAHUAN ALAM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Sains Dasar Berkelanjutan

Dosen Pengampu: Dr. Sueb, M.Kes.

Disusun Oleh :
KELOMPOK 1 / OFFERING A
1. Julia Fatimatuzahra (230311601078)
2. Muhammad Sadidul Itqon (230311601166)
3. Risna Nur Haryanti (230311601152)
4. Shanty Ayu Larasati (230311604900)

S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
TAHUN 2024
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) adalah ilmu dalam memahami alam,
yaitu ilmu yang mencakup pengamatan untuk selanjutnya dijelaskan dengan
penalaran agar dapat ditarik suatu kesimpulan (Susanto, 2013:167). Ilmu
pengetahuan alam juga bisa diartikan sebagai pengamatan terhadap gejala
alam (fenomena) yang dikaji secara sistematis sehingga didapatkan suatu
konsep ilmu melalui metode tertentu (penelitian).
Pada praktiknya, saintis adalah individu yang secara profesional
terlibat dalam melakukan eksperimen, dan pengamatan ilmiah untuk
memahami dan menjelaskan fenomena alam tersebut serta mengembangkan
pengetahuan baru dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Mereka
menggunakan metode ilmiah untuk mengumpulkan data, menganalisis
informasi, dan menguji hipotesis guna memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam tentang alam dan berbagai aspek yang ada di dalamnya.
Sains dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap
ilmiah (Sidiq, 2012). Selain itu, sains dipandang pula sebagai proses, sebagai
produk, dan sebagai prosedur. Sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah
untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk
menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses,
berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau di luar sekolah
ataupun bahan bacaan untuk penyebaran dan pengetahuan (Maslichah Asy’ari
2006:9). Sebagai prosedur dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang
dipakai untuk mengetahui sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut
model ilmiah.
Dalam penerapannya, ilmu pengetahuan alam tidak hanya saja
berkaitan dan dijalankan oleh para peneliti. Kesadaran akan pentingnya Ilmu
Pengetahuan Alam harus dimiliki oleh setiap manusia dalam menjaga
kelangsungan hidup ekosistem dibumi, termasuk dalam mengatasi
permasalahan lingkungan yang semakin meningkat. Dengan pemahaman
sumber pengetahuan alam diharapkan menjadi rujukan manusia dalam
merawat, dan berinteraksi dengan alam semesta dan lingkungannya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana paradigma alam dapat membentuk pemahaman manusia
terhadap pengetahuan alam?
2. Bagaimana bentuk interaksi antara alam dan manusia yang
menghasilkan pengetahuan yang baru?
3. Bagaimana peran ilmu pengetahuan alam terhadap kelangsungan hidup
manusia dan keseimbangan ekosistem ?

C. Tujuan
1. Mengetahui terkait paradigma alam dapat membentuk pemahaman
manusia terhadap pengetahuan alam.
2. Mengetahui bentuk interaksi antara alam dan manusia yang
menghasilkan pengetahuan yang baru.
3. Mengetahui peran ilmu pengetahuan alam terhadap kelangsungan
hidup manusia dan keseimbangan ekosistem.

D. Manfaat
1. Untuk memahami lebih mendalam tentang sumber pengetahuan alam
yang dapat membantu memahami prinsip-prinsip dasar dan fenomena
yang terjadi di sekitar.
2. Untuk mengembangkan keterampilan analitis, pemecahan masalah,
dan berpikir kritis.
3. Untuk melatih diri dalam mengambil keputusan yang lebih rasional
terkait lingkungan dan aspek-aspek lain dalam hidup sehari-hari.
4. Meningkatkan rasa kepedulian terhadap lingkungan untuk dapat
memahami sumber pengetahuan alam terhadap kelangsungan
ekosistem.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala hal yang diketahui, baik yang tampak
maupun yang tidak tampak oleh mata (Surjani : 2020). Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengetahuan dapat diartikan
sebagai segala sesuatu yang diketahui, kepandaian, dan segala sesuatu
yang diketahui berkenaan dengan suatu hal. Adapun menurut (Riyanto &
Budiman, 2013) mengatakan bahwa Pengetahuan adalah suatu
pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat
mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman baru.
Pengetahuan setiap orang tergantung dari bagaimana
penginderaannya setiap individu terhadap objek atau sesuatu. Panca indra
manusia guna penginderaan terhadap objek yakni penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan. Pada waktu penginderaan
untuk menghasilkan pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh intensitas
perhatian dan persepsi seseorang terhadap objek tertentu. Pengetahuan
seseorang sebagian besar diperoleh melalui indra pendengaran dan indra
penglihatan (Notoatmodjo, 2014).

B. Alam

Menurut Fisikawan dan ahli filsuf dari masa Yunani kuno hingga
filsuf muslim telah mengemukakan pendapatnya mengenai proses
penciptaan alam semesta, mulai dari Thales yang berpendapat bahwa
proses alam semesta ini berawal dari air. Alam semesta dan segala isinya
serta kejadian-kejadian di dalamnya tentu tidak ada dan muncul secara
langsung dengan sendirinya. Yang ada di alam semesta ini adalah sains
yang merupakan cabang ilmu pengetahuan tentang fenomena alam di
mana mencakup berbagai peristiwa yang telah dipelajari dan dibuktikan
secara ilmiah.
C. Ilmu Pengetahuan Alam (Sains)
Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) adalah bangunan atau deretan
konsep dan skema konseptual yang saling berhubungan sebagai hasil
eksperimen dan observasi. Hal senada juga dikemukakan oleh Surjani
Wonorahardjo (2010: 11) bahwa “sains mempunyai makna merujuk ke
pengetahuan yang berada dalam sistem berpikir dan konsep teoritis dalam
sistem tersebut, yang mencakup segala macam pengetahuan, mengenai apa
saja”. Srini M. Iskandar (1996/1997: 17)

D. Sumber Pengetahuan Alam

Sumber pengetahuan alam adalah informasi atau pemahaman yang


diperoleh dari observasi, studi, atau interaksi dengan alam dan
lingkungannya. Beberapa sumber ini dapat mencakup pengamatan
langsung, penelitian ilmiah, literatur ilmiah, eksperimen, dan pengalaman
pribadi yang melibatkan alam, seperti geologi, biologi, astronomi, dan
ekologi. Adapun sumber ilmu pengetahuan terbagi menjadi tiga, antara lain
:

1. Alam Semesta
Alam semesta merupakan alam fisik yang menuntun seseorang
untuk menggunakan materi yang terdapat didalamnya dengan
membentuk suatu interaksi dan merupakan sumber pengetahuan
paling awal.
2. Akal
Akal merupakan sumber pengetahuan yang digunakan untuk
berpikir dan menarik suatu kesimpulan, mengetahui konsep secara
umum, sebagai pengelompokan wujud, serta sebagai sarana
menghasilkan ide dalam membentuk kreativitas.
3. Hati (Intuisi)
Intuisi berada pada wilayah antara pikiran (akal) daan perasaan.
Dalam penerapannya intuisi didasari oleh pengetahuan sebelumnya
yang belum tentu benar, sehingga menggerakkan manusia untuk
menyelidiki lebih jauh.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Paradigma Alam Dapat Membentuk Pemahaman Manusia Terhadap


Pengetahuan Alam
Manusia hidup dari dan di dalam alam semesta. Kesadaran ini
muncul oleh karena manusia mempunyai ketergantungan erat dengan alam
semesta yang tanpanya manusia tidak bisa hidup. Ketergantungan manusia
terhadap alam semesta diibaratkan seperti bayi yang lahir dan dibesarkan oleh
ibunya. Ibu yang merawat, menyusui, memberi makan, bahkan turut berandil
besar dalam membentuk karakter bayi yang lahir hingga bertumbuh dewasa.
Alam semesta dengan segala isi di dalamnya, baik makhluk hidup maupun
komponen tidak hidupnya, menyediakan banyak informasi yang tidak ada
habisnya untuk digali manusia. Alam merupakan pengenalan pertama manusia
akan lingkungannya. Semua peristiwa yang ada di alam akan terus menjadi
pertanyaan bagi manusia. Pertanyaan tersebut dimulai dari yang sederhana
hingga pertanyaan yang lebih rumit serta detail, semakin tinggi tingkat
berpikir manusia, semakin banyak yang harus dipecahkannya. Manusia
memiliki rasa ingin tahu yang tidak pernah terpuaskan. Jika satu hal sudah
terpecahkan, sifat manusia akan mencari permasalahan baru, itulah mengapa
masih banyak sekali rahasia alam yang belum terpecahkan hingga saat ini.
Dalam topik-topik alam yang diketahui manusia, manusia juga
bercermin dari alam semesta. Manusia pastinya juga ingin tahu asal-usul alam
semesta dan manusia juga memperhatikan pengetahuannya sendiri. Pada
awalnya, filsuf Yunani kuno yang bernama Thales, menyatakan asal mula
alam semesta adalah air. Dia melihat air di mana-mana dan air merupakan
unsur penting dalam hidup manusia, bahkan darah manusia juga cair, bersifat
seperti air. Pemikir Yunani berikutnya berpendapat bahwa api adalah dasar
utama kehidupan, karena api dapat membakar, memusnahkan, dan mengubah
dengan kekuatannya. Pada kemudian hari, tanah, udara, atomos, dan materia,
merupakan pusat perhatian para pemikir Yunani dari waktu ke waktu.
Bersama dengan itu, pemikiran manusia juga berkembang, sehingga mampu
mengenali dan memecahkan masalah. Dari contoh pemaparan tersebut, apa
yang ada di alam akan terus menimbulkan pertanyaan dan rasa penasaran
manusia hingga memunculkan ilmu pengetahuan baru. Ilmu pengetahuan
dirangsang oleh rasa ingin tahu akan hakikat alam semesta. Pertanyaan inilah
yang mendorong lahirnya ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan kemudian
membentuk peradaban manusia yang semakin lebih berdaya guna, terutama
dalam mengolah alam sekitar. Berbagai jenis ilmu pengetahuan yang mulai
bermunculan tidak lepas dari relasi manusia dengan alam semesta.
Alam yang diamati manusia dapat diklasifikasikan menjadi alam
makro, semimakro, semimikro, dan alam mikro. Skala ini merupakan skala
bebas yang digunakan untuk membandingkan besarnya objek. Alam makro
menyangkut luas alam dari bumi dan bahkan galaksi, di mana hal ini dipelajari
dalam ilmu astronomi. Alam makro juga dapat dirujuk ke alam luas, bumi,
gunung, laut, tanah, air, dan batuan yang tampak di mata, di mana hal ini
merupakan topik kajian dalam ilmu geografi. Alam semimakro adalah alam
yang diamati manusia sehari-hari, mencakup alam binatang dan tumbuhan,
serta makhluk hidup yang banyak dikaji dalam ilmu biologi. Sementara itu,
yang tidak termasuk makhluk hidup dikaji dalam ilmu fisika, seperti cahaya,
energi, kilat, listrik, panas, dan banyak aspek materi lain yang dikaji dalam
ilmu fisika. Alam mikro sebagai penyusun materi akan dipelajari dalam ilmu
kimia. Ilmu fisika juga mempelajari energi dari materi dalam alam mikro, di
mana hal ini dikaji dalam ilmu fisika maupun kimia. Satuan terkecil materi di
alam ini, yang berinteraksi dalam alam mikro, dipelajari dalam fisika dan
kimia dengan bantuan matematika dan komputer.
Salah satu contoh paradigma manusia terhadap alam yaitu ketika
kita mengamati pelangi. Peristiwa pelangi pastinya akan menimbulkan banyak
sekali pertanyaan, seperti mengapa pelangi bisa muncul? Apa yang
menyebabkan warna pelangi bisa beragam? dan pertanyaan yang lebih detail
lagi. Ketuntasan atas penjelasan gejala alam ini memerlukan bantuan
pengetahuan dari banyak kajian, seperti diantaranya bidang kajian fisika,
optik, dan meteorologi. Dalam fisika, pelangi melibatkan konsep pembiasan
cahaya dan dispersi cahaya, yang merupakan fenomena yang dijelaskan dalam
cabang ilmu fisika. Selain itu, dalam bidang optik, pelangi melibatkan studi
tentang sifat-sifat cahaya dan bagaimana cahaya berinteraksi dengan medium
seperti tetesan air hujan. Di sisi lain, dalam meteorologi, kajian tentang
terbentuknya pelangi terkait dengan pemahaman tentang kondisi atmosfer dan
peristiwa alam yang memengaruhi pembentukan pelangi, seperti hujan dan
sinar matahari. Namun, sampai kapan pun, semua penjelasan dari banyak
kajian tidak akan memadai karena menyisakan ruang-ruang abstrak yang
masih harus diclaborasi tuntas terutama dalam skala mikro. Semakin detail
penjelasan yang diberikan, semakin tinggi pula tuntutan ilmu yang diperlukan
untuk mendukung penjelasan itu. Perhitungan teoretis adalah logika yang
paling ampuh untuk memberikan penjelasan yang masuk akal.

B. Bentuk Interaksi Antara Alam Dan Manusia Yang Menghasilkan


Pengetahuan Yang Baru
Manusia berinteraksi dengan lingkungan hidupnya. Interaksi antara
manusia dan lingkungan hidup merupakan proses saling mempengaruhi antara
satu dan lainnya. Lingkungan hidup memiliki pengaruh besar bagi manusia
karena merupakan komponen penting dari kehidupan manusia. Begitupun
sebaliknya, manusia memiliki pengaruh besar terhadap lingkungan hidup
dalam hal pemeliharaan dan pelestarian.
Lingkungan hidup manusia terdiri atas lingkungan alam,
lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi. Lingkungan alam adalah lingkungan
yang terbentuk secara alamiah tanpa campur tangan manusia. Lingkungan
alam mencakup semua benda hidup dan tak hidup yang terjadi secara alamiah
di bumi. Lingkungan alam terdiri atas komponen abiotik dan biotik.
Komponen abiotik adalah segala sesuatu yang ada di lingkungan yang bukan
makhluk hidup. Lingkungan biotik adalah segala benda hidup yang ada di
lingkungan.
Dalam lingkungan alam terjadi interaksi antara lingkungan abiotik
dengan lingkungan biotik atau sebaliknya. Bahkan, antar komponen
lingkungan biotik dan antar komponen lingkungan abiotik juga terjadi saling
keterkaitan. Contoh interaksi antara komponen abiotik dengan biotik adalah
tanah, suhu dan curah hujan yang memengaruhi jenis tanaman yang tumbuh
suatu daerah. Contoh lain interaksi antara manusia dengan alam adalah
manusia meniru burung yang terbang dengan membuat pesawat terbang,
manusia meniru ikan paus yang bisa memunculkan dirinya kepermukaan dan
kembali tenggelam kemudian manusia membuat kapal selam sebagai tiruan
dari paus.
Selanjutnya jika kita telaah lebih dalam, interaksi yang telah terjadi
antara alam dan manusia memicu individu dari manusia tersebut untuk
berpikir berdasarkan apa yang telah diamati. Di sini posisi manusia berada
pada subjek paling aktif dan Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) adalah subjektif
karena alam yang menjadi objek dan analisis dari penelitian manusia. Hal
inilah yang akhirnya mendasari penemuan ilmu pengetahuan yang baru.
Adapun langkah proses pencarian bentuk sumber pengetahauan alam ini dapat
dibedakan dan diurutkan menjadi sistematika tersendiri, yang biasa disebut
metode ilmiah objektif :
a) Perumusan masalah : yaitu menentukan terlebih dahulu persoalan dan
pertanyaan yang harus dijawab atas aspek yang diamati.
b) Penyusunan hipotesis : merumuskan dugaan sementara mengenai
kemungkinan jawaban dari persoalan atau pertanyaan yang harus dijawab
tadi.Hipotesis bisa dibuat melalui intuisi atau logika. Hipotesis adalah
serangkaian urutan logis di benak manusia yang masih harus dibuktikan
dalam kenyataan.
c) Pengujian hipotesis : penelitian untuk membuktikan apa yang telah diduga
dengan melakukan pengujian serta mengumpulkan fakta lain yang
mendukung dugaan sementara tadi.
d) Penarikan kesimpulan : tahap justifikasi atas proses ilmiah untuk
membuktikan hipotesis dapat diterima atau ditolak dengan alasan yang
jelas.
C. Peran Ilmu Pengetahuan Alam Terhadap Kelangsungan Hidup Manusia
dan Keseimbangan Ekosistem
Keberadaan Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) membawa dampak
yang sangat signifikan bagi kelangsungan hidup manusia serta ekosistem yang
ada di bumi, contohnya seperti banyaknya teknologi digital yang diciptakan
semakin canggih dalam membantu kehidupan manusia sehari hari untuk
memenuhi kebutuhannya. Selain itu banyak juga cabang ilmu sains yang
semakin berkembang seiring berjalannya waktu.
Namun pada kenyataanya perkembangan sains yang semakin pesat tidak
menjamin suatu ekosistem tersebut selamanya akan tetap dalam keadaan yang
seimbang. Pemanasan global (global warming) adalah suatu bentuk
ketidakseimbangan ekosistem di bumi akibat terjadinya proses peningkatan suhu rata-
rata atmosfer, laut, dan daratan di bumi. Tercatat selama kurang lebih seratus tahun
terakhir, suhu rata-rata di permukaan bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C.
Meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi yang terjadi adalah akibat
meningkatnya emisi gas rumah kaca, seperti; karbondioksida, metana, dinitro oksida,
hidrofluorokarbon, perfluorokarbon, dan sulfur heksafluorida di atmosfer yang
merupakan bentuk interaksi manusia dengan lingkungannya yang dapat memicu
dampak negatif, diantaranya :
I. Perubahan tekanan udara, suhu, kecepatan dan arah angin menyebabkan
terjadinya perubahan arus laut. Hal ini dapat berpegaruh pada migrasi ikan,
sehingga memberi dampak pada hasil perikanan tangkap.
II. Mencairnya lapisan es di kutub Utara dan Selatan. Peristiwa ini
mengakibatkan naiknya permukaan air laut secara global, hal ini dapat
mengakibatkan sejumlah pulau kecil tenggelam. Kehidupan masyarakat
yang hidup di daerah pesisir terancam. Permukiman penduduk dilanda
banjir rob akibat air pasang yang tinggi, dan ini berakibat kerusakan fasilitas
sosial dan ekonomi.
III. Meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim. Perubahan iklim
menyebabkan musim sulit diprediksi. Petani tidak dapat memprediksi
perkiraan musim tanam akibat musim yang juga tidak menentu. Akibat
musim tanam yang sulit diprediksi dan musim penghujan yang tidak
menentu maka musim produksi panen juga demikian. Hal ini berdampak
pada masalah penyediaan pangan bagi penduduk, kelaparan, lapangan kerja
bahkan menimbulkan kriminal akibat tekanan tuntutan hidup.
IV. Punahnya berbagai jenis fauna. Flora dan fauna memiliki batas toleransi
terhadap suhu, kelembaban, kadar air dan sumber makanan. Kenaikan suhu
global menyebabkan terganggunya siklus air, kelembaban udara dan
berdampak pada pertumbuhan tumbuhan sehingga menghambat laju
produktivitas primer. Kondisi ini pun memberikan pengaruh habitat dan
kehidupan fauna.
Berdasarkan fenomena pemanasan global tersebut, bagaimana pun
keadaan alam yang ada di bumi ini, manusia memiliki tanggungjawab terhadap alam
dan jenis mahluk hidup lain seperti hewan dan tumbuhan. Ada prinsip yang secara
moral mengatur bagaimana manusia menggunakan atau mengelola sumber daya dan
lingkungannya. Etika lingkungan mengkaji dan membahas hubungan moral antara
manusia dengan lingkungan hidupnya. Yang perlu kita ingat, makhluk hidup lain
memiliki hak untuk hidup seperti manusia. Untuk itu manusia juga perlu menghargai
mahluk hidup lain yang menjadi bagian dari komunitas hidup manusia. Kesadaran
ilmu sains dalam upaya menjaga dan melestarikan alam harus senantiasa dijadikan
prinsip dalam membangun kesetimbangan ekosistem alam agar tidak terjadi
kerusakan alam yang semakin parah.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Alam merupakan sumber pengetahuan yang utama bagi manusia.


Manusia dapat menyadari ilmu alam melalui pengamatan saksama yang
dilanjutkan dengan memahami fenomena alam yang terjadi di sekitar kita.
Proses dalam pencarian bentuk pengetahuan tersebut dapat dilakukan oleh
setiap individu dengan beberapa langkah sistematis yakni melalui kegiatan
mengamati, merumuskan permasalahan, penyusunan hipotesis, melakukan
pengujian (eksperimen), dan selanjutnya penarikan kesimpulan. Adapun
melalui hasil kesimpulan itu dapat dijadikan salah satu dasar penelitian
lanjutan dalam mengembangkan cabang ilmu pengetahuan baru yang
sesuai dengan permasalahan yang terjadi.

Di sisi lain, keberadaan Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) membawa


dampak yang sangat signifikan bagi kelangsungan hidup manusia serta
ekosistem yang ada di bumi. Interaksi antara manusia dan alam menjadi
hal yang tidak bisa di pisahkan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
masing masing. Sejauh ini pola perubahan dari keterkaitan tersebut selain
saling menguntungkan juga mendapati kemungkinan buruk berupa
kerusakan alam yang telah terjadi. Untuk itu, k esadaran ilmu sains dalam
upaya menjaga dan melestarikan alam harus senantiasa dijadikan prinsip dalam
membangun kesetimbangan ekosistem alam sehingga tidak akan terjadi
kerusakan alam yang semakin parah.

B. Saran

Berdasarkan isi dari makalah yang telah kami susun, diharapkan


pembaca dapat menjadikan pembelajaran terkait materi sumber
pengetahuan alam. Dari sini kita dapat mengenali fenomena alam yang
ada di sekitar, mengetahui permasalahan yang terjadi dan dapat
mengambil solusi dengan tepat untuk penyelesaian masalah tersebut.
Menanggapi masalah global warming sendiri banyak upaya yang dapat
kita lakukan untuk menanggulanginya, seperti : melakukan konservasi
lingkungan, menggunakan bahan bakar alternatif, mengurangi aktivitas
yang dapat menyebabkan polusi, serta hal hal kecil lainnya yang
mencerminkan salah satu sikap peka terhadap kelangsungan ekosistem
sekitar.

C. Daftar Pustaka

BIBLIOGRAPHY Afifah, G. (2020). Konsep Alam Semesta Dalam Perspektif Al-


Quran dan Sains. GeoScienceEdu Journal, 5-10.

Agoes Hendriyanto, M. (2015). Filsafat Ilmu dan Perkembangan Pemikiran


Manusia. Surakarta: Cakrawala Media.

Khun, T.S (1996). Peran Paradigma dalam Revolusi Sains.Edisi terjemahan.


Bandung : Rosda Karya
Rusdina, A. (2015). MEMBUMIKAN ETIKA LINGKUNGAN BAGI UPAYA
MEMBUDAYAKAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN YANG
BERTANGGUNG JAWAB. Fakultas Sains dan Tekonologi Universitas
Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, 244-263.
Sihombing, E. S. (2019). REPOSISI PARADIGMA TERHADAP ALAM
SEMESTA: TAWARAN REFLEKSI FILOSOFIS DAN TEOLOGIS .
SOCIETAS DEI, 88-104.
Utina, R. (2008). Pemanfaatan Lingkungan Hidup dan Pemberdayaan Sumber
Daya Pesisir. Jakarta: UNG Press.
Utina, R. (2020). PEMANASAN GLOBAL: Dampak Dan Upaya
Meminimalisirnya. Universitas Negeri Gorontalo, 1-11.
Wonorahardjo, S. (2021). Dasar - Dasar Sains, Menciptakan Masyarakat Sadar
Sains. Yogjakarta: Penerbit Andi.

Anda mungkin juga menyukai