Anda di halaman 1dari 17

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan

Diagnosa Fraktur Femur

Oleh :
Kelompok 9
King King RDK (15320015)
Meilisa Tabrani (15320019)
Muji Laksono (15320025)
Yessi Aprianti (15320049)
Yogi Al-Akbar (15320050)

Program Studi Ilmu Keperawatan


Universitas Malahayati
TA. 2017/2018

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingg kami dapat meyelesaikan makalah
yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Diagnosa Fraktur Femur.
Adapun maksud dan tujuan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas
mata kuliah Sistem Muskuloskeletal dalam rangka tutorial pendalaman materi
yang dibimbing oleh Bapak Eka Yudha Chrisanto, S.Kep.,Ns.,M.Kep.
Di dalam makalah ini, kami menyajikan data tentang Fraktur Femur. Pada
makalah ini, kami menggunakan metode kepustakaan. Kami berharap hasil
makalah kami dapat diterima dan bermanfaat untuk semuanya.
Kami menyadarai bahwa makalah ini masih sangat jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Semoga
makalah ini dapat berguna bagi kita bersama. Kami memohon maaf apabila ada
kesalahan penulisan nama/gelar yang tidak kami sengaja.

Bandar Lampung, 29 Maret 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................. i
Kata Pengantar.................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii
BAB I – PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan............................................................................2
1.3 Manfaat Penulisan..........................................................................2
1.4 Metode Penulisan...........................................................................2

BAB II – TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi.......................................................................................... 3
2.2 Klasifikasi Fraktur Femur.............................................................. 3
2.3 Etiologi...........................................................................................5
2.4 Manifestasi Klinis.......................................................................... 5
2.5 Patofisiologi................................................................................... 5
2.6 Komplikasi.....................................................................................7
2.7 Pemeriksaan Diagnostik................................................................ 8

BAB III – ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Pemeriksaan Pengkajian Fokus..................................................... 9
3.2 Masalah Keperawatan yang Muncul..............................................10
3.3 Rencana Keperawatan....................................................................11

BAB IV – PENUTUP
4.1 Kesimpulan................................................................................... 14
4.2 Saran............................................................................................. 14

Daftar Pustaka...................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalam
taraf halusinasi menuju industrialisasi yang tentunya akan mempengaruhi
peningkatan mobilisasi masyarakat, mobilitas masyarakat yang meningkat
otomatisasi akan terjadi peningkatan penggunaan alat-alat transportasi
kendaraan bermotor khususnya bagi masyarakat yang tinggal di kota,
sehingga menambah kepadatan arus lalu lintas. Arus lalu lintas yang tidak
teratur dapat meningkatkan kecenderungan terjadinya kecelakaan kendaraan
bermotor. Kecelakaan tersebut sering kali menyebabkan cedera tulang atau
disebut fraktur (Sudirman, 2011).
Berdasarkan hasil riset oleh Badan Penelitian dan Pengembangan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007, di Indonesia terjadi
kasus fraktur yang disebabkan oleh cedera antara lain karena jatuh,
kecelakaan lalu lintas dan trauma benda tajam atau tumpul. Dari 45.987
peristiwa terjatuh yang mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang atau 3,8%,
dari 20.829 kasus kecelakaan lalu lintas, yang mengalami fraktur sebanyak
1.770 orang atau 8,5%, dari 14.127 trauma benda tajam/tumpul yang
mengalami fraktur sebanyak 236 orang atau 1,7% (Juniartha, 2007).
Fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki dari pada perempuan dengan
umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan olahraga, pekerjaan atau
luka yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor (Lukman dan
Nurma, 2009 : 26).
Fraktur dapat terjadi akibat: 1) Peristiwa trauma tunggal. Sebagian
besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan, yang
dapat berupa benturan, pemukulan, penghancuran, penekukan atau terjatuh
dengan posisi miring. 2). Kelemahan abnormal pada tulang (fraktur
patologik). Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal jika tulang itu
lemah (misalnya oleh tumor) atau jika tulang itu sangat rapuh (misalnya
pada penyakit paget) (Zairin, 2012 : 508).

1
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah mahasiswa mampu mengetahui dan
melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa fraktur femur.

1.3 Manfaat Penulisan


1.3.1 Bagi Penulis
Menambah wawasan serta dapat menerapkan teori yang didapat dalam
perkuliahan pada kasus dalam melaksanakan asuhan keperawatan
pada klien dengan diagnosa fraktur femur.
1.3.2 Bagi institusi
Sebagai bahan kepustakaan tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan diagnosa fraktur femur.

1.4 Metode Penulisan


Metode yang digunakan dalam makalah ini adalah studi kepustakaan
yang mempelajari, mengumpulkan data melalui bahan ilmiah dari buku
sumber yang berhubungan dengan judul studi kasus dan masalah yang
dibahas.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Fraktur femur adalah fraktur pada tulang femur yang disebabkan oleh
benturan atau trauma langsung maupun tidak langsung (Sjamsuhidajat,
2004).
Fraktur femur didefinisikan sebagai hilangnya kontinuitas tulang paha,
kondisi fraktur femur secara klinis bisa berupa fraktur femur terbuka yang
disertai adanya kerusakan jaringan lunak (otot, kulit, jaringan saraf dan
pembuluh darah) dan fraktur femur tertutup yang dapat disebabkan oleh
trauma langsung pada paha (Helmi, 2012).
Fraktur femur adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang
femur (Mansjoer, 2000).

2.2 Klasifikasi Fraktur Femur


Menurut Chairuddin (2003), berdasarkan klasifikasi klinis yaitu:
a. Fraktur Tertutup (Simple Fracture)
Fraktur tertutup adalah fraktur yang fragmen tulangnya tidak
menembus kulit sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan
atau tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar.
b. Fraktur Terbuka (Compound Fracture)
Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan
dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk
from within (dari dalam) atau from without (dari luar).
c. Fraktur dengan komplikasi (Complicated Fracture)
Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur yang disertai dengan
komplikasi, misalnya mal-union, delayed union, non-union, dan infeksi
tulang.

3
Menurut Helmi (2012), fraktur femur dapat dibagi lima jenis berdasarkan
letak garis fraktur seperti di bawah ini:
a. Fraktur Intertrokhanter Femur
Merupakan patah tulang yang bersifat ekstra kapsuler dari femur, sering
terjadi pada lansia dengan kondisi osteoporosis. Fraktur ini memiliki
risiko nekrotik avaskuler yang rendah sehingga prognosanya baik.
b. Fraktur Subtrokhanter Femur
Garis fraktur berada 5 cm distal dari trokhanter minor, diklasifikasikan
menurut Fielding & Magliato sebagai berikut: 1) Tipe 1 adalah garis
fraktur satu level dengan trokhanter minor; 2) Tipe 2 adalah garis patah
berada 1-2 inci di bawah dari batas atas trokhanter minor; 3) Tipe 3
adalah 2-3 inci dari batas atas trokhanter minor.
c. Fraktur Batang Femur
Fraktur batang femur biasanya disebabkan oleh trauma langsung, secara
klinis dibagi menjadi: 1) fraktur terbuka yang disertai dengan kerusakan
jaringan lunak, risiko infeksi dan perdarahan dengan penatalaksanaan
berupa debridement, terapi antibiotika serta fiksasi internal maupun
ekternal; 2) Fraktur tertutup dengan penatalaksanaan konservatif berupa
pemasangan skin traksi serta operatif dengan pemasangan plate-screw.
d. Fraktur Suprakondiler Femur
Fraktur ini disebabkan oleh trauma langsung karena kecepatan tinggi
sehingga terjadi gaya aksial dan stress valgus atau varus dan disertai
gaya rotasi.
e. Fraktur Kondiler Femur
Mekanisme trauma fraktur ini biasanya merupakan kombinasi dari gaya
hiperabduksi dan adduksi disertai denga tekanan pada sumbu femur ke
atas.

4
2.3 Etiologi
Penyebab fraktur secara fisiologis merupakan suatu kerusakan
jaringan tulang yang diakibatkan dari kecelakaan, tenaga fisik, olahraga, dan
trauma dapat disebabkan oleh cedera langsung berarti pukulan langsung
terhadap tulang sehingga tulang patah secara spontan, dan cedera tidak
langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan. Secara
patologis merupakan suatu kerusakan tulang yang terjadi akibat proses
penyakit dimana dengan trauma dapat mengakibatkan fraktur, hal ini dapat
terjadi pada berbagai keadaan diantaranya tumor tulang osteomielitis,
scurvy (penyakit gusi berdarah) serta rakhitis (Mansjoer, 2003).

2.4 Manifestasi Klinis


Daerah paha yang patah tulangnya sangat membengkak ditemukan
tanda functio laesa, nyeri tekan, dan nyeri gerak. Tampak adanya deformitas
angulasi ke lateral atau angulasi anterior, endo/eksorotasi. Ditemukan
adanya perpendekan tungkai bawah. Pada fraktur 1/3 tengah femur, saat
pemeriksaan harus diperhatikan pula kemungkinan adanya dislokasi sendi
panggul dan robeknya ligamentum di daerah lutut. Selain itu periksa juga
keadaan nervus siatika dan arteri dorsalis pedis.

2.5 Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan daya
pegas untuk menahan tekanan. Tetapi apabila tekanan eksternal datang lebih
besar daripada tekanan yang diserap tulang, maka terjadilah trauma pada
tulang yang dapat mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas
tulang (fraktur ) (Elizabeth, 2003).
Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf
dalam korteks marrow dan jaringan lunak yang membungkus tulang
menjadi rusak sehingga menyebabkan terjadinya perdarahan. Pada saat
perdarahan terjadi terbentuklah hematoma di rongga medula tulang,
sehingga jaringan tulang segera berdekatan kebagian tulang yang patah.
Jaringan yang mengalami nekrosis akan menstimulasi terjadinya respon

5
inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma, dan leukosit
serta infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari
proses penyembuhan tulang nantinya (Price, 2005).

6
2.6 Komplikasi
Komplikasi fraktur menurut Mansjoer (2000) antara lain:
2.6.1 Komplikasi Dini
a. Syok
Syok hipovolemik atau traumatic, akibat perdarahan (banyak
kehilangan darah eksternal maupun yang tidak kelihatan yang bisa
menyebabkan penurunan oksigenasi) dan kehilangan cairan ekstra
sel ke jaringan yang rusak, dapat terjadi pada fraktur ekstrimitas,
thoraks, pelvis dan vertebra
b. Emboli Lemak
Pada saat terjadi fraktur, globula lemak dapat masuk kedalam
pembuluh darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari
tekanan kapiler atau karena katekolamin yang dilepaskan oleh
reaksi stress pasien akan memobilisasi asam lemak dan
memudahkan terjadinya globula lemak pada aliran darah.
2.6.2 Komplikasi Lambat
a. Delayed union
Delayed union adalah proses penyembuhan yang terus berjalan
dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal. Delayed
union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan
waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan
karena penurunan suplai darah ke tulang.
b. Non-union
Non-union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan
memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9
bulan. Non-union ditandai dengan adanya pergerakan yang berlebih
pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau
pseuardoarthrosis. Ini juga disebabkan karena aliran darah yang
kurang.
c. Kekakuan Sendi Lutut
Biasanya terjadi apabila penderita mendapat trauma dari depan
dengan lutut dalam keadaan fleksi.

7
d. Infeksi dan Gangguan Saraf Perifer Akibat Traksi yang Berlebihan
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan
masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka,
tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan
seperti traksi.

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


Menurut Mansjoer (2003), ada beberapa pemeriksaan diagnostik pada
klien fraktur femur antara lain:
2.7.1 Pemeriksaan Radiologi
a. X-ray : menentukan gambaran, lokasi, dan luasnya fraktur
b. Venogram/anterogram : menggambarkan vaskularasi
c. CT-scan : mendeteksi struktur fraktur yang kompleks.
2.7.2 Pemeriksaan Laboratorium
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hemoglobin,
hematokrit sering rendah akibat perdarahan, Laju Endap Darah (LED)
meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas. Pada masa
penyembuhan, Ca dan P mengikat di dalam darah.

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pemeriksaan Pengkajian Fokus


1. Aktivitas / Istirahat
Tanda : Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
(mungkin segera akibat fraktur itu sendiri, atau terjadi
secara sekunder dari pembengkakan jaringan dan nyeri)
2. Sirkulasi
Tanda : -Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon
terhadap nyeri/ansietas atau hipotensi (kehilangan darah)
-Takikarda (respon stress, hipovolemia).
-Penuruna atau tak ada nadi pada bagian distal area cedera,
pengisian kapiler lambat dan pucat pada bagian yang
terkena.
-Pembengkakan jaringan atau massa hematoma pada sisi
cedera.
3. Neurosensori
Gejala : Hilang gerakan atau sensasi, spasme otot, kebas/kesemutan
(parestesis)
Tanda : Deformitas lokal : angulasi abnormal, pemendekan, rotasi,
klepitasi (bunyi berderit), spasme otot, terlihat
kelemahan/hilang fungsi.
Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri atau ansietas
atau trauma lain).
4. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi
pada area jaringan/kerusakan tulang; dapat berkurang pada
imobilisasi); tak ada nyeri akibat kerusakan saraf.
Spasme/keram otot (setelah imobilisasi).

9
5. Keamanan
Tanda : Laserasi kulit, avulasi jaringan, perdarahan, perubahan
warna.
Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau
tiba-tiba).
6. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Lingkungan cedera.
Pertimbangan rencana pemulangan : DRG menunjukan rerata lama
dirawat; femur 7,8 hari; panggul/pelvis, 6,7 hari; lainnya, 4,4 hari bila
memerlukan perawatan di rumah sakit. Memerlukan bantuan dengan
transportasi, aktivitas perawatan diri, dan tugas
pemeliharaan/perawatan rumah.

(Doenges,2000)

3.2 Masalah Keperawatan yang Muncul


a. Nyeri akut berhubungan dengan cedera pada jaringan lunak
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka
neuromuskuler
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan lesi terbuka

10
3.3 Rencana Keperawatan

No Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
. Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan  Kaji tanda-tanda  Menentukan
berhubungan dengan tindakan keperawatan vital intervensi selanjutnya
cedera pada jaringan diharapkan masalah  Kaji skala nyeri  Menetukan seberapa

lunak nyeri akut dapat teratasi nyeri yang dirasaka

segera dengan kriteria  Tinggikan dan klien


Definisi : Jaringan  Meningkatkan aliran
hasil: dukung ekstremitas
lunak adalah balik vena dan
• Nyeri hilang yang terkena
jaringan yang  Ajarkan klien menurunkan nyeri
• Mampu berpartisipasi
menunjang dan  Memfokuskan
dalam menggunakan
menghubungkan kembali perhatian,
akktivitas/istirahat teknik relaksasi,
struktur dan organ • Menunjukkan meningkatkan rasa
contoh: latihan
tubuh. Yang penggunaan kontrrol, dan dapat
napas dalam
termasuk dalam keterampilan relaksasi meningkatkan

jaringan ini antara sesuai indikasi untuk kemampuan koping

lain lemak, otot, situasi individual dalam manajemen

pembuluh darah, nyeri, yang mungkin


 Kolaborasi dengan
saraf, tendon, dan menetap untuk
dokter dalam
lapisan pada tulang periode lebih lama
pemberian obat
 Diberikan untuk
sendi. analgesik
menurunkan nyeri
(ketorolac)
2. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan  Kaji derajat  Memerlukan
fisik berhubungan tindakan keperawatan imobilitas yang informasi intervensi
dengan kerusakan diharapkan masalah dihasilkan oleh untuk meningkatkan
rangka gangguan mobilitas cedera kemajuan kesehatan
neuromuskuler fisik dapat teratasi
Definisi:  Instruksikan klien  Meningkatkan aliran
segera dengan kriteria
Neuromuskuler untuk/bantu dalam darah ke otot dan
hasil:
adalah saraf dan otot rentang gerak pada tulang untuk
 Meningkatkan
ektremitas yang meningkatkan gerak
mobilitas pada tingkat
sakit dan yang tidak sendi, dan mencegah
paling tinggi yang

11
mungkin sakit atrofi
 Mempertahankan  Tempatkan dalam  Menstabilkan fraktur
posisi fungsional posisi terlentang dengan menurunkan
 Meningkatkan
secara periodik resiko kontraktur
kekuatan/fungsi yang fleksi panggul
 Bantu klien dalam
sakit  Belajar memperbaiki
mobilisasi dengan
dengan cara
kursi roda, kruk,
menggunakan alat,
tongkat
penting untuk
mempertahankan
mobilisasi optimal
dan keamanan klien
 Kolaborasi dengan  Berguna dalam
ahli terafi membuat aktivitas
fisik/okupasi dan individuaal latihan
rehabilitasi spesialis
3. Gangguan integritas Setelah dilakukan  Kaji kulit untuk  Memberikan
kulit berhubungan tindakan keperawatan luka terbuka informasi tentang
dengan lesi terbuka diharapkan masalah sirkulasi kulit untuk
integritas kulit dapat intervensi medis
Definisi:
Lesi adalah luka segera teratasi dengan  Massase kulit
lanjut
kriteria hasil: sekitar terapi  Menurunkan tekanan
•Menyatakan restriktif pada area yang peka
ketidaknyamanan dan resiko kerusakan
hilang kulit
•Menunjukkan perilaku  Balik klien dengan
untuk mencegah sering untuk
 Meminimalkan
kerusakan kulit melibatkan sisi
•Mencapai tekanan pada kaki
yang tidak sakit
penyembuhan lesi  Letakkan bantalan
sesuai waktu  Meminimalkan
pelindung di bawah
tekanan pada area ini
kaki dan di atas
tonjolan tulang

12
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Fraktur femur merupakan suatu keadaan dimana terjadi kehilangan
kontinuitas tulang femur yang dapat disebabkan oleh trauma langsung
maupun trauma tidak langsung dengan adanya kerusakan jaringan lunak.
Penyebab fraktur secara fisiologis merupakan suatu kerusakan
jaringan tulang yang diakibatkan dari kecelakaan, tenaga fisik, olahraga, dan
trauma dapat disebabkan oleh cedera langsung dan cedera tidak langsung.
Fraktur secara patologis merupakan suatu kerusakan tulang yang terjadi
akibat proses penyakit dimana dengan trauma dapat mengakibatkan fraktur
diantaranya tumor tulang osteomielitis, scurvy (penyakit gusi berdarah) serta
rakhitis.
Masalah keperawatan yang muncul yaitu nyeri akut berhubungan
dengan cedera pada jaringan lunak, gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan kerusakan rangka neuromuskuler, dan gangguan integritas kulit
berhubungan dengan lesi terbuka

4.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan, penulis
memberikan beberapa saran yang bisa dijadikan untuk program selanjutnya,
diantaranya adalah:
1. Bagi mahasiswa
Untuk lebih meningkatkan wawasan tentang asuhan keperawatan pada
klien dengan fraktur femur dengan intervensi keperawatan sesuai
dengan teori yang digunakan.
2. Bagi perawat
Untuk lebih meningkatkan kualitas dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan fraktur femur sehingga meminimalkan
masalah keperawatan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif. 2003. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3, jilid II. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia : Media Aesculapius

Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : Mediaction

14

Anda mungkin juga menyukai