Anda di halaman 1dari 29

PENDAHULUAN

Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang secara klinis lebih dikenal

dengan nama Otitis Media Perforata (OMP) merupakan kasus yang sering dibicarakan

dalam bidang THT. Hal ini menarik, karena kasus infeksi telinga tengah cukup banyak

jumlahnya di masyarakat dan penanganannya memerlukan waktu yang agak lama.

Sebenarnya bila penyakit ini mendapat pengobatan yang tepat pada stadium dini

tentunya infeksi dapat disembuhkan dengan baik. Dengan demikian tidak akan terjadi

gangguan pendengaran maupun komplikasi lain dari infeksi ini. Namun karena perjalanan

penyakit ini yang agak lambat dan keluhan yang dirasakan kurang mengganggu kualitas

hidup penderita, akhirnya pasien cenderung datang berobat ke poliklinik THT bila sudah

pada gejala yang sudah lanjut, misal ada keluhan pada pendengaran atau nyeri telinga yang

sangat tidak enak.

Salah satu komplikasi yang bisa terjadi dari OMSK adalah mastoiditis (kronis).

Pada kasus ini infeksi bukan saja pada telinga tengah, namun sudah mencapai pada kavum

timpani dan kavum mastoid tulang tengkorak. Sehingga penanganan penyakit tentunya

akan menjadi lebih rumit serta memerlukan tindakan operasi (mastoidektomi) lebih lanjut.

Pada laporan kasus ini akan dibahas mengenai OMSK tipe maligna dengan

komplikasi berupa abses retroaurikuler yang ditemukan di Poliklinik THT RSUD Ulin

Banjarmasin.

1
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah

(lebih dari 2 bulan) dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga

tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau

berupa nanah. Nama lainnya adalah Otitis Media Purulenta atau oleh masyarakat umum

disebut corek atau congekan. 1,2,3,4

Mastoiditis adalah infeksi tulang mastoid pada tengkorak, kelainan ini sangat

erat hubungannya dengan infeksi telinga tengah (Otitis Media Akut/OMA) dan sering

sebagai komplikasinya. Infeksi OMA berulang ataupun yang tidak terobati adekuat

menyebabkan infeksi berubah menjadi Otitis Media Supuatif Kronis (OMSK) dan

kemudian menimbulkan infeksi kerusakan tulang sekitar membran timpani yang akhirnya

menjadi mastoiditis. 5,6

Klasifikasi

Berdasarkan Mekanisme terjadinya OMSK dibagi atas: 2,3

1. OMSK Primer atau tipe Atticoantral

Otitis media yang disebabkan oleh kolesteatom yaitu suatu massa yang terdiri dari

lapisan epitel squamosa kompleks yang terlepas dan tersusun berlapis-lapis seperti

kulit bawang dan di atasnya tertimbun kristal kolesterol. Proses ini terjadi mula-

mula karena adanya kolesteatom pada kavum timpani di daerah attic yang disebut

attic kolesteatoma.

2. OMSK Sekunder atau tipe Tubotimpanal

2
Merupakan OMK yang berasal dari infeksi berulang otitis media akut yang gagal

mengalami penyembuhan yang prosesnya berlanjut dari proses peradangan muko

periosteal menjadi proses bone invading sehingga terjadi kerusakan yang lebih

luas, proses ini terjadi karena :

-
Virulensi bakteri yang kuat ke arah kavum timpani
-
Kontaminasi bakteri dari auris eksterna, misalnya proteus vulgaris, pseudomonas

aerogenosa, colli basil dan jamur


-
Daya tahan yang lemah
-
Gangguan tuba yang kronis oleh karena infeksi bakteri dari daerah traktus

respiratorius yang kronis 6

Berdasarkan komplikasi yang ditimbulkannya maka OMSK dapat dibagi menjadi 2

golongan, yaitu :

1. Tipe Benigna (tubu timpanik, mukosa, aman, “save”)

Proses terbatas pada mukosa saja, biasanya tidak mengenai tulang, perforasi

terletak di sentral dan jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya.

2. Tipe Maligna (atikoantral, tulang, “dangerous”.”unsave”)

OMSK yang disertai dengan kolesteatom, yang umumnya akan memberikan

komplikasi-komplikasi yang berbahaya bila tidak ditangani secara tepat. 5,7

Berdasarkan produksi sekretnya, OMSK terbagi menjadi 2, yaitu:

1. OMSK aktif

OMSK yang apabila terjadi infeksi dengan pengeluaran sekret telinga akibat

perubahan patologi dasar seperti adanya kolesteatom atau jaringan granulasi.

2. OMSK inaktif

3
OMSK yang merujuk kepada sekuele dari infeksi aktif dahulu yang sudah terbakar

habis, dengan demikian tidak ada otorrhoe. 8

Etiologi dan Patogenesis

Menurut Ballenger, patogenesis OMSK belum dapat diketahui secara pasti oleh

karena penderita datang sudah dengan gambaran penyakit yang lengkap. Tetapi tampaknya

proses bermula pada tuba eustachius ke telinga tengah, kemudian ke sel-sel mastoid.

Proses ini berjalan secara perlahan-lahan dan tersembunyi tetapi terus aktif. Beberapa

faktor yang dapat menyebabkan penyakit ini menjadi kronis, antara lain : 1

1. Infeksi kronis atau berulang pada hidung dan tenggorokan

Hal ini menyebabkan telinga dapat muncul sekret terus-menerus atau hilang timbul.

2. Perforasi membran timpani yang menetap

Hal ini menyebabkan mukosa kavum timpani selalu berhubungan langsung dengan

dunia luar. Kuman dapat bebas keluar-masuk ke kavum timpani sehingga timbul

infeksi berulang terus-menerus.

3. Adanya metaplasia skuamosa atau jaringan patologik yang irreversible

Lapisan epidermis dari liang telinga atau membran timpani dapat masuk mengisi

kavum timpani, kemudian terjadi proses deskuamasi normal pada lapisan tanduk

epidermis yang akan mengisi telinga tengah dan antrum. Lapisan tanduk epidermis ini

membentuk lapisan-lapisan konsentris seperti bawang sebagai debris yang berwarna

keputihan dan berisi kristal kolestrin yang disebut kolesteatom. Kolesteatom

merupakan media yang baik bagi kuman patogen dan bakteri pembusuk yang

menghasilkan nanah berbau busuk yang khas.

4
Mekanisme perusakan tulang oleh kolesteatom belum begitu jelas mungkin karena

penekanan debris yang menumpuk disertai dengan reaksi asam yang dikeluarkan oleh

dekomposisi bakteri sehingga menyebabkan erosi secara perlahan-lahan terhadap

tulang disekitarnya. Erosi tulang ini dapat terus merusak sel-sel di kavum mastoid dan

dapat merusak korteks mastoid yang menyebabkan abses retroaurikuler. Perjalanan

infeksi ke superior dapat menyebabkan abses otak, abses ekstradural, abses subdural

dan meningitis. Perjalanan infeksi ke arah medial dapat menyebabkan labirinitis atau

kelumpuhan nervus VII.

4. Sumbatan aliran udara yang menetap ke telinga tengah rongga mastoid

Mukosa yang menebal dapat menutup total atik dan rongga mastoid sehingga rongga

ini terisi lendir. Kemudian di dalam kantong lendir ini kristal kolestrin akan

mengendap sehingga terbentuk kolesterol granuloma. Proses ini bersifat iritatif dan

menstimulasi terbentuknya jaringan granulasi pada mukosa.

5. Terjadinya area berisi sekuester atau osteomielitis yang menetap pada mastoid

Jaringan nekrotik, sekuester dan osteomielitis sering dijumpai pada penderita yang

menderita otitis media akut nekrotik. Jenis otitis media ini merupakan infeksi telinga

tengah yang terjadi pada anak disertai dengan adanya infeksi sistemik akut menjadi

morbili, pneumonia atau influenza.

Menurut Foxen, kasus-kasus OMSK merupakan kelanjutan dari kasus otitis media akut

(OMA) yang tidak mendapatkan pengobatan tepat (adekuat). Beberapa faktor yang

dapat menyebabkan OMA berlanjut manjadi OMSK adalah : 1

a) Pengobatan otitis media yang terlambat

b) Dosis antibiotik tidak adekuat

c) Terlalu cepat menghentikan antibiotik

d) Adanya infeksi pada hidung dan tenggorok

5
e) Daya tahan tubuhyang rendah

f) Infeksi sangat virulen

6. Faktor konstitusi

Pada keadaan alergi, hal yang nyata ditemukan ialah sel epitel bersilia diganti menjadi

sel goblet, sehingga efisiensi kerja silia berkurang, sementara produksi lendir

bertambah. Selain itu terjadi juga penebalan dan hialinisasi membran basal, edema

mukosa dan degenerasi polipoid pada stroma, sehingga terjadi gangguan ventilasi tuba,

gangguan peristaltik tuba dan gangguan gerakan mukosilia.

Patologi

Banyak kasus menunjukkan infeksi OMA berulang ataupun penanganan OMA

yang kurang adekuat menimbulkan OMSK. Pada keadaan ini infeksi telinga tengah dapat

menimbulkan kerusakan mukoperiosteum tubotimpani dan peningkatan infeksi oportunis

lainnya. Kerusakan yang ditimbulkan menyebabkan perubahan yang kronis dan terkadang

irreversible. 6

Pada OMSK terjadi perubahan patologik yang menetap. Meskipun belum jelas

betul, namun pada binatang percobaan hal ini dapat ditemukan empat belas hari setelah

infeksi telinga tengah. Sel torak bersilia dan sel goblet bertambah serta timbul struktur

yang menyerupai kelenjar. Biopsi yang dilakukan pada penderita OMSK menunjukkan

terjadinya hiperplasia dan metaplasia akibat peradangan telinga tengah. Perubahan tersebut

lebih terlihat pada submukosa, yaitu terdapatnya sel-sel radang, dilatasi vaskuler, edema

dan terbentuknya kapiler-kapiler baru. Juga terjadi proliferasi fibroblast dan serat kolagen

sehingga terbentuk jaringan granulasi. 1

Pasien OMSK baik jenis benigna ataupun maligna (kolesteatom) memiliki

sekret purulen, mukoid ataupun seromukoid. munculnya jaringan granulasi atau perubahan

6
formasi polypoid di telinga tengah. Peradangan sekunder yang bersifat kronis pada meatus

akustikus externus terkadang didapatkan pada beberapa penderita. Mastoiditis kronis

sering dihubungkan dengan komplikasi OMSK, untuk itu adanya perubahan pada pinna

dan kulit dibelakang ataupun sekitar telinga berupa erythema dan edema harus dicurigai

adanya komplikasi mastoiditis. 6

Gambaran Klinik

Menurut Paparella dan Mawson, gambaran klinik OMSK dapat dibedakan atas

2 fase, yaitu : fase aktif dan fase inaktif. OMSK disebut aktif apabila terdapat sekret di

liang telinga atau dalam kavum timpani, dan disebut inaktif bila OMSK bebas dari sekret,

tetapi perforasi membran timpani menetap. Sekret yang keluar dari liang telinga dapat

berupa seromukus, mukus atau pus. Begitu pula sekret tersebut dapat berbau busuk atau

tidak berbau. Keadaan ini dapat terjadi pada OMSK tipe benigna maupun maligna. 1

Gejala yang biasa ditemukan pada OMSK antara lain : 7

1. Otorhoe terus menerus atau berulang dengan sekret yang bersifat purulen atau mukoid

tergantung pada stadium peradangannya.

2. Gangguan pendengaran yang biasa bersifat konduktif namun dapat pula tuli campuran.

3. Otalgia

4. Vertigo

5. Tinnitus

6. Itching

Pada mastoiditis, gejala yang didapatkan merupakan gejala lanjut dari OMA

ataupun OMSK serta beberapa gejala lain, yaitu : 5

- Keluar sekret dari telinga

- Rasa nyeri pada telinga dan sekitar belakang telinga

7
- Warna merah pada telinga dan sekitar (belakang) telinga

- Sakit kepala

- Demam dan terkadang bisa mencapai suhu tinggi secara tiba-tiba

Pemeriksaan yang menunjang untuk mengindikasikan adanya mastoiditis

antara lain ialah : Foto Rontgen kepala, CT Scann kepala, CT Scann telinga. Pada

pemeriksaan ini menunjukkan adanya kelainan pada tulang mastoid. Pada pemeriksaan

kultur sekret telinga terkadang dapat menunjukkan bakteri oportunis yang menyerang pada

OMSK. 5

Penatalaksanaan

Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu yang lama, serta harus berulang-

ulang. Sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara

lain disebabkan oleh : 3

Adanya perforasi membran timpani yang permanen, sehingga telinga tengah

berhubungan dengan dunia luar.

- Terdapatnya sumber infeksi di sekitar faring, hidung dan dinus paranasal.

- Terbentuk jaringan patologik irreversible dalam rongga mastoid

- Gizi dan hygiene yang kurang baik.

Prinsip terapi OMSK tipe benigna ialah konservatif atau dengan

medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci

telinga, berupa larutan peroksida (H2O2) 3% selama 3-5 hari. Setelah sekret berkurang,

maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang mengandung

antibiotika dan kortikosteroid. 2,3

8
Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2

bulan, maka dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan untuk

menghentikan infeksi permanen memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah

komplikasi atau keusakan pendengaran yang lebih berat, serta mengurangi keluhan

gangguan pendengaran. Sumber-sumber infeksi yang dapat menyebabkan sekret selalu ada

atau menyebabkan infeksi berulang harus dieliminasi juga secara bersamaan misal

adenoidektomi pada kasus adenoiditis kronis. 2,3

Sedangkan prinsip terapi OMSK tipe maligna ialah pembedahan atau

mastoidektomi. Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi

sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal

retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri dahulu sebelum kemudian

dilakukan mastoidektomi. 3

Adapun jenis-jenis pembedahan pada OMSK antara lain : 3

1. Mastoidektomi sederhana

2. Mastoidektomi radikal

3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi

4. Miringoplasti

5. Timpanoplasti

6. Pengobatan ganda timpanoplasti (Combined approach tympanoplasty)

Mastoiditis agak sulit diterapi karena terapi medikamentosa tidak dapat

mencapai tulang mastoid. Antibiotik injeksi ataupun oral hanya digunakan untuk

menangani infeksinya saja namun penanganan lebih lanjut memerlukan operasi dan drain

pada tulang mastoid (mastoidektomi). Operasi drainase pada telinga tengah melalui

9
membran timpani (myringotomi) terkadang juga diperlukan bila infeksi menutup membran

timpani. 5

Sesudah operasi, cairan akan terus mengalir sampai dinding rongga sudah

ditutupi kulit, ini merupakan suatu proses yang biasanya memakan waktu sampai 3 bulan

dan pada beberapa kasus proses ini tidak berlangsung tuntas. Penyebabnya adalah

kehilangan sifat waterproof-nya. Keluar cairan secara kontinu atau rekuren disebabkan

oleh sesuatu yang menghambat atau merusak lapisan penutup yang utuh dari rongga.

Rongga mastoid yang lembab dan hangat tidak mampu menerima pertumbuhan kulit sehat.

Persyaratan terbaik untuk penyembuhan adalah jika operasi menghasilkan rongga yang

sekecil mungkin disertai lubang yang terbuka ke meatus eksterna selebar-lebarnya.2

Pada masa awal postoperatif, telinga yang dilindungi dengan kain gaaz atau

kapas harus diberi waktu yang cukup untuk penyembuhan. Dijaga jangan sampai air

masuk ke dalamnya. Kemudian bila terjadi infeksi permukaan, dilakukan pembersihan

secara hati-hati dan pemberian preparat kombinasi antibiotik topikal dengan steroid atau

puder asam borat. Sebagian besar penyebab yang lebih jarang dari eksudasi yang terus

berlangsung adalah karena penyakit residual, atau karena metaplasia dinding mastoid

menjadi mukus yang bersekresi. 2

Penanganan terhadap ketulian telinga bergantung pada kondisi telinga lainnya.

Pilihan untuk itu adalah tidak melakukan apapun atau menawarkan alat bantu dengar atau

melakukan pembedahan rekonstruktif (timpanoplasti). 2

Komplikasi

10
OMSK tipe benigna maupun maligna dapat menimbulkan beberapa

komplikasi, namun yang cenderung lebih membahayakan penderita adalah tipe maligna.
2,3,7

Beberapa penulis mengemukakan klasifikasi komplikasi otitis media yang

berlainan, tetapi dasarnya tetap sama. Adams dkk mengemukakan klasifikasi komplikasi

otitis media sebagai berikut : 3

A. Komplikasi ke telinga tengah : 1. Perforasi persisten

2. Erosi tulang pendengaran

3. Paralisis nervus fasialis

B. Komplikasi ke telinga dalam : 1. Fistel labirin

2. Labirinitis supuratif

3. Tuli saraf (sensorineural)

C. Komplikasi ke ekstradural : 1. Abses ekstradural

2. Trombosis sinus lateralis

D. Komplikasi ke saraf pusat : 1. Meningitis

2. Abses otak

3. Hidrosefalus otitis

LAPORAN KASUS

11
IDENTITAS PASIEN

Nama Pasien : An. Agustin

Umur : 8 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku : Banjar

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Tidak bekerja

Alamat : Lapihong

MRS : 10 Januari 2009

ANAMNESA

1. Keluhan utama

Keluar cairan dari telinga kiri

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengeluh keluar cairan dari telinga kiri sejak 1 tahun yang lalu, pada awalnya

cairan yang keluar sedikit-sedikit, lama-kelamaan cairan yang keluar semakin banyak

dan kental berwarna kuning serta berbau. Bersamaan dengan itu pasien juga mengeluh

ada timbul bisul dibelakang telinga kiri dan sakit jika dipegang, pendengaran semakin

menurun pada telinga kiri. Dulu pasien sering mengalami batuk pilek dan orang tuanya

sering mengorek-ngorek telinga pasien ini sampai kedalam. 2 hari sebelum masuk

Rumah Sakit Ulin pasien juga ada mengeluh demam tinggi yang tidak tahu apa

sebabnya. Pasien sudah 3 kali memeriksakan telinganya di Rumah Sakit Buntok tetapi

tidak ada perubahan apa-apa.

12
Pada telinga kanan tidak ada keluhan sakit, tidak keluar cairan dan pendengaran masih

normal. Tidak ada keluhan pada hidung. Pasien juga tidak mengeluh nyeri menelan

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Ada riwayat sering batuk pilek, tidak ada riwayat asma.

4. Riwayat Kebiasaan

Pasien sering dikorek-korek telinganya oleh orang tuanya.

PEMERIKSAAN FISIK

A. Status Generalis

1. Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

2. Kesadaran : Kompos mentis

3. Tanda vital : TD = 100/70 mmHg

N = 78 x/menit

RR = 20 x/menit

T = 36,2 C

4. Kepala dan Leher : Mata : anemis (-/-), ikterik (-/-)

Leher : Pembesaran KGB (-/-),

Peningkatan JVP (-/-)

5. Thorak :

Paru I : Bentuk simetris, pergerakan nafas simetris

P : fremitus raba simetris

P : isokor, nyeri (-)

A : Vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-)

13
Jantung I : Voussure cardiaque (-), iktus tidak tampak

P : thrill (-)

P : batas jantung normal

A : S1 & S2 tunggal, bising jantung (-)

6. Abdomen

I : Bentuk simetris

P : tidak ada massa, asites tidak ada

P : timpani, shifting dullness (-)

A : Bising usus normal

7. Ekstremitas :

Atas : Edem (-/-), reflek fisiologis (+/+), Reflek patologis (-/-)

Bawah : Edem (-/-), Reflek fisiologis (+/+), Reflek patologis (-/-)

B. Status Lokalis

1. Telinga

Bagian Telinga Dextra Sinistra


Aurikula
 Bentuk Normal Normal
 Tragus Pain - +
 Mastoid Pain - +
 Hematom - -
 Massa - -
 Fistel Retroaurikuler - +
- +
 Abses retroaurikuler
Meatus Akustikus Ext.
 Edema - -
 Hiperemi - +
 Serumen - -
 Sekret - +

14
 Furunkel - -
 Jaringan granulasi - +
Membran Timpani
 Perforasi - +
 Conus of light + -
 Hiperemi - -
 Retraksi - -
2. Hidung

Bagian Hidung Dextra Sinistra


Bagian Luar Normal Normal
Rinoskopi anterior
 Vestibulum nasi Hiperemi(-) Hiperemi(-)
 Meatus nasi inferior Hiperemi(-) Hiperemi(-)
 Konka inferior Normal Normal
 Meatus nasi media Hiperemi(-) Hiperemi(-)
 Konka media Normal Normal
 Septum nasi Deviasi(-) Deviasi(-)
- -
 Sekret
- -
 Perdarahan

3. Tenggorokan

Bagian Tenggorokan Dextra Sinistra


Rongga mulut
 Bibir Sianosis(-) Sianosis(-)
 Gigi Karies(+) Karies(+)
 Gusi Hiperemi(-) Hiperemi(-)
 Lidah Kotor(-) Kotor(-)
 Palatum durum Hiperemi(-) Hiperemi(-)
 Palatum mole Hiperemi(-) Hiperemi(-)
Hiperemi(-) Hiperemi(-)
 Arkus anterior
Hiperemi(-) Hiperemi(-)
 Arkus posterior
Sentral Sentral
 Uvula

Faring
 Edema - -
 Hiperemi - -
 Membran - -
 Sekret - -
 Granula - -
 Reflek muntah + +
Tonsil
 Pembesaran T1 T1
 Edema - -

15
 Hiperemi - -
 Kripte Tidak melebar Tidak melebar
 Detritus - -

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Tes Garputala

Pemeriksaaan Dextra Sinistra


Rinne + +
Weber Lateralisasi ke kiri Lateralisasi ke kiri
Scwabach Sama dengan pemeriksa Memendek
Tuli campuran telinga kiri

2. Laboratorium (13 Januari 2009)

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


Hb (g/dL) 12,1 12.0 – 16.0
Lekosit (/ul) 7900 4,000 -10,500
Eritrosit (juta/ul) 4.74 3.90 – 5.50
Hematokrit (vol%) 36 35 – 45
Trombosit (/ul) 317,000 150,000 – 450,000
Hasil PT (detik) 13.4 11.5 – 15.5
Hasil APTT (detik) 32.9 26.0 – 34.0

3. Foto Rontgen (13 Januari 2009)

 Foto thorak : Tidak ada kelainan

 Foto mastoid : Mastoiditis kronis kiri

USULAN PEMERIKSAAN

Kultur sensitivitas tes dari sekret telinga

DIAGNOSIS

Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) tipe maligna dengan abses retroaurikuler sinistra

16
USULAN PENATALAKSANAAN

 Antibiotik

 Analgetik

 Persiapan operasi mastoidektomi radikal

17
FOLLOW UP

Dilakukan Follow up selama penderita dirawat di ruang perawatan THT RSU Ulin,

dari tanggal 11 Januari 2009-31 Januari 2009

Follow up 11 12 13 14 15 16
Subjektif
Keluar cairan + + + + + +
kuning dan
berbau dari
telinga kiri
Bisul + + + + + +
dibelakang
telinga kiri
Batuk/pilek - - - - - -
Demam - - - - - -
Pendengaran +/< +/< +/< +/< +/< +/<
kanan/kiri
Nyeri telinga -/+ -/+ -/+ -/+ -/+ -/+
kanan/kiri
Status Lokalis
Telinga
Kanan/kiri
Fistel -/+ -/+ -/+ -/+ -/+ -/+
retroauriculae
Pus -/+ -/+ -/+ -/+ -/+ -/+
Hiperemis -/+ -/+ -/+ -/+ -/+ -/+
Nyeri -/+ -/+ -/+ -/+ -/+ -/+
Meatus
acusticus
eksterna kiri
Sekret + + + + + +
Membran perforasi perforasi perforasi perforasi perforasi perforasi
timpani kiri
Tes
pendengaran
kanan/kiri
Rinne +/+ +/+ +/+ +/+ +/+ +/+
Weber Lateralisasi Lateralisasi Lateralisasi ke Lateralisasi Lateralisasi Lateralisasi
ke kiri ke kiri kiri ke kiri ke kiri ke kiri
Swabach Sama Sama Sama Sama Sama Sama
Dengan Dengan Dengan Dengan Dengan Dengan
pemeriksa/ pemeriksa/m pemeriksa/me pemeriksa/m pemeriksa/m pemeriksa/
memendek emendek mendek emendek emendek memendek
Hidung dan Dalam batas Dalam batas Dalam batas Dalam batas Dalam batas Dalam batas
tenggorokan normal normal normal normal normal normal
Objektif
Nadi (x/mnt) 88 80 76 76 78 78
TD (mmHg) 90/60 100/60 100/60 100/60 90/60 100/60
Respirasi(x/m) 24 20 20 24 20 20
Suhu (0C) 36,6 36,5 36 37 37,5 36,5
Planning

18
IVFD Rl:D5 16 16 16 16 16 16
1:1 tetes per
menit
Injeksi 2x500 2x500 2x500 2x500 2x500 2x500
cefotaxim
(mg)
Paracetamol 3x2 3x2 3x2 3x2 3x2 3x2
sirup (Cth)
Ctm (tablet) - - - - - -
DMP sirup - - - - - -
(Cth)
Otoprof tetes - - - - - 3x2 (AS)
telinga (tetes)

19
Follow up 17 18 19 20 21 22
Subjektif
Keluar cairan + + < < < <
kuning dan berbau
dari telinga kiri
Bisul dibelakang + + + + + +
telinga kiri
Batuk/pilek +/+ +/+ +/< </- </- kadang-
kadang/-
Demam - - - - - -
Pendengaran +/< +/< +/< +/< +/< +/<
kanan/kiri
Nyeri telinga -/+ -/+ -/+ -/< -/< -/<
kanan/kiri
Status Lokalis
Telinga
Kanan/kiri
Fistel -/+ -/+ -/+ -/+ -/+ -/+
retroauriculae
Pus -/+ -/+ -/< -/< -/< -/<
Hiperemis -/+ -/+ -/+ -/< -/< -/<
Nyeri -/+ -/+ -/+ -/< -/< -/<
Meatus acusticus
eksterna kiri
Sekret + + + + + +
Membran timpani perforasi perforasi perforasi perforasi perforasi perforasi
kiri
Tes pendengaran
kanan/kiri
Rinne +/+ +/+ +/+ +/+ +/+ +/+
Weber Lateralisasi Lateralisasi Lateralisasi Lateralisasi Lateralisasi Lateralisasi
ke kiri ke kiri ke kiri ke kiri ke kiri ke kiri
Swabach Sama Sama Sama Sama Sama Sama
Dengan Dengan Dengan Dengan Dengan Dengan
pemeriksa/m pemeriksa/m pemeriksa/m pemeriksa/m pemeriksa/m pemeriksa/m
emendek emendek emendek emendek emendek emendek
Hidung dan Dalam batas Dalam batas Dalam batas Dalam batas Dalam batas Dalam batas
tenggorokan normal normal normal normal normal normal
Objektif
TD (mmHg) 90/70 100/80 100/60 100/70 100/70 100/70
Nadi (x/mnt) 78 88 80 78 78 78
Respirasi(x/m) 24 23 20 20 20 20
Suhu (0C) 36,5 36,9 37,5 37,3 37,3 37,1
Planning
IVFD Rl:D5 1:1 16 16 16 16 16 16
tetes per menit
Injeksi cefotaxim 2x500 2x500 2x500 2x500 2x500 2x500
(mg)
Paracetamol sirup 3x2 3x2 3x2 3x2 3x2 3x2
(Cth)
Ctm (tablet) - - - 3x1/4 3x1/4 3x1/4
DMP sirup (Cth) 3x2 3x2 3x2 3x1 3x1 3x1
Otoprof tetes 3x2 (AS) 3x2 (AS) 3x2 (AS) 3x2 (AS) 3x2 (AS) -

20
telinga (tetes)

Follow up 22
23 24 25 26 27
post operasi
Subjektif
Nyeri telinga + + + + + <
kiri
Tidur + + + + + +
Batuk/pilek +/- +/- +/- +/- +/- </-
Demam - - - - - -
Pendengaran - - - - - -
kiri
Makan/minum </+ </+ +/+ +/+ +/+ +/+
Status
Lokalis
Telinga kiri Terpasang Terpasang Terpasang Tampon sudah Tampon sudah Tertutup kasa
tampon tampon tampon dilepas dilepas
Sekret + + + + + <
parese nervus - - - - - -
facialis
Hidung dan Dalam batas Dalam batas Dalam batas Dalam batas Dalam batas Dalam batas
tenggorokan normal normal normal normal normal normal
Objektif
TD (mmHg) 90/70 90/60 100/70 100/80 100/70 110/70
Nadi (x/mnt) 78 78 78 80 90 84
Respirasi(x/m) 24 20 20 21 18 20
Suhu (0C) 36,5 37,1 37,1 37,2 36,1 36,5
Planning
IVFD Rl:D5 20 20 20 20 20 20
1:1 tetes per
menit
Injeksi 2x500 2x500 2x500 2x500 2x500 2x500
cefotaxim
(mg)
Injeksi 2x1 2x1 2x1 2x1 2x1 2x1
Dexamethason
(amp)
Injeksi 3x250 3x250 3x250 3x250 3x250 -
Antrain (mg)
Paracetamol - - - - - -
sirup (Cth)
Ctm (tablet) 3x1/4 3x1/4 3x1/4 3x1/4 3x1/4 -
DMP sirup 3x1 3x1 3x1 3x1 3x1 3x1
(Cth)

21
Follow up post 28
29 30 31
operasi
Subjektif
Nyeri telinga kiri + + - -
tidur + + + +
Batuk/pilek </- +/- +/- +/-
Demam - - - -
Pendengaran kiri - - - -
Makan/minum +/+ +/+ +/+ +/+
Objektif
Status Lokalis
Telinga kiri Tertutup kasa Tertutup kasa Tertutup kasa terbuka
Sekret < < < <
parese nervus - - - -
facialis
Hidung dan Dalam batas Dalam batas Dalam batas Dalam batas
tenggorokan normal normal normal normal
TD (mmHg) 100/70 90/60 100/70 100/80
Nadi (x/mnt) 84 78 78 80
Respirasi(x/m) 20 20 20 21
Suhu (0C) 35,8 37,1 37,1 37,2
Planning
Otoprof tetes 3x2 3x2 3x2 3x2
telinga (tetes)
Amoxicilin sirup 3x2 3x2 3x2 3x2
(Cth)
DMP sirup (Cth) 3x1 3x1 3x1 3x1

PEMBAHASAN

Diagnosis OMSK pada penderita ini ditegakkan berdasarkan anamnesis ,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan anamnesa didapatkan

keluarnya cairan berwarna kuning dan berbau dari telinga kiri sejak 1 tahun yang lalu.

Cairan yang keluar awalnya sedikit-sedikit tetapi lama-kelamaan menjadi banyak. Pasien

juga merasakan timbulnya bisul di belakang telinga kiri yang sakit jika dipegang,

pendengarannya pun semakin hari semakin menurun.

22
Pada pemeriksaan fisik status lokalis didapatkan pada telinga kiri bentuknya normal,

tragus pain positif, mastoid pain positif. Pada daerah dibelakang telinga kiri terdapat

pembengkakan dengan adanya fistel retroaurikuler dan sifatnya yang fluktuatif sehingga

diduga telah terjadi abses retroaurikuler.

Pada pemeriksaan fisik telinga kiri dengan menggunakan otoskop, pada Meatus

Akustikus Eksterna (MAE) terlihat hiperemi dan pada membran timpani telinga kiri telah

terjadi perforasi total.

Pada pemeriksaan pendengaran dengan menggunakan garputala didapatkan kesan

tuli campuran (tuli konduktif dan tuli sensoris) pada telinga kiri. Tuli konduktif dapat

disebabkan karena obstruksi saluran telinga tengah, perforasi membran timpani,

diskontinuitas tulang pendengaran, fiksasi rantai tulang pendengaran atau tidak

adekuatnya tuba eustachius. 2

Pada pasien ini tuli konduktif terutama disebabkan karena telah terjadi perforasi pada

membran timpani sehingga menimbulkan gangguan transmisi bunyi. Sedangkan tuli

sensoris pada pasien disebabkan karena adanya kemungkinan fokus infeksi dari telinga

tengah telah menyebar ke telinga dalam melalui fenestrata rotundum dan akhirnya

mengenai koklea. 8

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, penderita

mempunyai faktor-faktor yang memungkinkan untuk terjadinya otitis media, pasien sering

mengalami batuk pilek yang berulang akibat dari sistem pertahanan tubuh yang terganggu,

keadaan tersebut diperberat lagi dengan kebiasaan orang tua pasien yang sering mengorek-

ngorek telinganya sampai kedalam sehingga akan memudahkan kuman-kuman masuk dan

menyebabkan terjadinya peradangan. Pada kasus ini, berawal dari terjadinya otitis media

yang akhirnya berlanjut menjadi OMSK, dimana faktor-faktor yang memungkinkan

terjadinya kronisitas tersebut adalah karena terapi yang lambat diberikan serta terapi yang

23
diberikan tidak tepat, atau karena virulensi kuman yang tinggi sehingga kuman-kuman

tersebut terus berkembang, karena pasien sudah berobat sebanyak 3 kali tetapi penyakitnya

tidak kunjung sembuh.

Pada pemeriksaan penunjang foto mastoid didapatkan kesan telah terjadi mastoiditis

kronis pada telinga kiri. Kemudian berdasarkan pemeriksaan fisik status lokalis pada

telinga kiri ditemukan adanya fistel retroaurikuler serta sekret yang berbau khas ini

mendukung ditegakkannya diagnosa pada pasien ini adalah Otitis media supuratif kronik

tipe maligna dengan abses retroaurikuler.

Usulan penatalaksanaan adalah pengobatan konservatif dengan pemberian

antibiotika berspektrum luas dan analgetika untuk mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan

dari telinga kiri yang terinfeksi. Karena pengobatan konservatif ini hanya berguna untuk

menenangkan infeksi yang aktif atau memperlambat terjadinya komplikasi, sedangkan

proses destruksi oleh kolesteatom tetap berlanjut maka tindakan selanjutnya yang utama

adalah dilakukan tindakan operatif. Pada pasien ini jenis tindakan operatif yang diusulkan

adalah mastoidektomi radikal karena mengingat telah terjadi perluasan dari kolesteatom

dan adanya komplikasi intra temporal berupa mastoiditis.

Pada pasien ini telah dilakukan mastoidektomi radikal sinistra, pada operasi ini

rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding

batas antara liang telinga luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan,

sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan. Tujuan dari operasi ini

adalah untuk membuang semua jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke

intrakranial, tetapi fungsi pendengaran tidak diperbaiki. 3

24
Penderita ini telah diizinkan pulang dengan keadaan yang membaik. Penderita tidak

lagi merasakan nyeri ditelinganya, cairan yang keluar sudah sangat minimal, walaupun

pendengarannya tidak bisa dipulihkan lagi. Pada penderita ini sudah diberitahu mengenai

kerugian-kerugian dari operasi yang telah dijalaninya seperti pasien tidak diperbolehkan

berenang seumur hidupnya, pasien harus datang dengan teratur untuk kontrol, supaya tidak

terjadi infeksi kembali, pendengaran sangat kurang sehingga bisa menghambat pendidikan
3
atau karier pasien.

Pada terapi post operasi diberikan terapi medikamentosa berupa antibiotik, analgesik

dan kortikosteroid. Pemberian antibiotik bertujuan untuk mencegah dan mengatasi infeksi

yang mungkin terjadi setelah operasi. Pemberian analgesik sebagai terapi simptomatik

untuk mengurangi nyeri post operasi. Sedang pemberian kortikosteroid bertujuan untuk

mengurangi inflamasi yang terjadi.

KESIMPULAN

Telah dilaporkan kasus Otitis Media Supuratif Kronik tipe Maligna dengan abses

retroaurikuler pada seorang anak perempuan berusia 8 tahun dengan gejala klinis berupa

keluarnya cairan berwarna kuning dan berbau dan nyeri pada telinga kiri serta terjadinya

penurunan pendengaran yang progressif. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya

25
pembengkakan pada daerah retroaurikuler dan disertai dengan tragus pain dan mastoid

pain. Penatalaksanaan konservatif yang telah diberikan adalah pemberian antibiotika

bersepektrum luas, anti inflamasi dan analgetik sedangkan untuk penatalaksanaan operatif

telah dilakukan tindakan operatif mastoidektomi radikal. Penderita ini pulang dalam

keadaan yang membaik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Djafar, Zainul A. Otitis Media Kronik. Majalah Kedokteran Indonesia Volume 37 No.
5. Jakarta 31 Mei 1987.

26
2. Ludman, H. Petunjuk Penting Pada Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan.
Hipokrates. Jakarta. 1992.

3. Elfiaty Soepardi dan Iskandar N. Kelainan Telinga Tengah dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit THT Edisi V. FKUI. Jakarta. 2001 : 49-58.

4. Tim Penulis Bagian Ilmu Penyakit THT FK Unair. Pedoman Diagnosis dan Terapi
Lab/UPF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorok. RSUD dr. Soetomo.
Surabaya. 1994 : 14-15

5. Newmann, Jason. Mastoiditis. www.medlinesplus.com. Medical Encyclopedia US


National Library of Medicine. Last update : 30-7-2003

6. Donaldson, John D. Mastoiditis. www.emedicine.com. Last update : 22-10-2003

7. Cody, Thane R. Eugene B. Kern dan Bruce Pearson. Penyakit Telinga, Hidung dan
Tenggorokan. EGC. Jakarta. 1992.

8. Helmi. Komplikasi Otitis Media Supuratif Kronis dan Mastoiditis dalam Buku Ajar
Ilmu Penyakit THT. FKUI. Jakarta. 2000 : 65

Laporan Kasus

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS (OMSK)

27
TIPE MALIGNA DENGAN ABSES RETROAURIKULER

Oleh :

Gusti Ely Ravina


Jemie

Pembimbing :
Dr. Ida Bagus Swabawa, Sp.THT

Bagian/SMF Ilmu Penyakit THT


Fakultas Kedokteran UNLAM/RSUD Ulin
Banjarmasin
2009
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ………………………………………………………………… i

PENDAHULUAN …………………………………………………………… 1

TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………... 2

28
Definisi…………………………………………………………………. 2

Klasifikasi………………………………………………………………. 2

Etiologi dan Patogenesis ……………………………………………….. 4

Patologi…………………………………………………………………. 6

Gambaran Klinik……………………………………………………….. 7

Penatalaksanaan ………………………………………………………... 8

Komplikasi ……………………………………………………………... 11

LAPORAN KASUS ………………………………………………………….. 12

PEMBAHASAN……………………………………………………………… 23

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………... 27

29

Anda mungkin juga menyukai