Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang secara klinis lebih dikenal
dengan nama Otitis Media Perforata (OMP) merupakan kasus yang sering dibicarakan
dalam bidang THT. Hal ini menarik, karena kasus infeksi telinga tengah cukup banyak
Sebenarnya bila penyakit ini mendapat pengobatan yang tepat pada stadium dini
tentunya infeksi dapat disembuhkan dengan baik. Dengan demikian tidak akan terjadi
gangguan pendengaran maupun komplikasi lain dari infeksi ini. Namun karena perjalanan
penyakit ini yang agak lambat dan keluhan yang dirasakan kurang mengganggu kualitas
hidup penderita, akhirnya pasien cenderung datang berobat ke poliklinik THT bila sudah
pada gejala yang sudah lanjut, misal ada keluhan pada pendengaran atau nyeri telinga yang
Salah satu komplikasi yang bisa terjadi dari OMSK adalah mastoiditis (kronis).
Pada kasus ini infeksi bukan saja pada telinga tengah, namun sudah mencapai pada kavum
timpani dan kavum mastoid tulang tengkorak. Sehingga penanganan penyakit tentunya
akan menjadi lebih rumit serta memerlukan tindakan operasi (mastoidektomi) lebih lanjut.
Pada laporan kasus ini akan dibahas mengenai OMSK tipe maligna dengan
komplikasi berupa abses retroaurikuler yang ditemukan di Poliklinik THT RSUD Ulin
Banjarmasin.
1
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah
(lebih dari 2 bulan) dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga
tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau
berupa nanah. Nama lainnya adalah Otitis Media Purulenta atau oleh masyarakat umum
Mastoiditis adalah infeksi tulang mastoid pada tengkorak, kelainan ini sangat
erat hubungannya dengan infeksi telinga tengah (Otitis Media Akut/OMA) dan sering
sebagai komplikasinya. Infeksi OMA berulang ataupun yang tidak terobati adekuat
menyebabkan infeksi berubah menjadi Otitis Media Supuatif Kronis (OMSK) dan
kemudian menimbulkan infeksi kerusakan tulang sekitar membran timpani yang akhirnya
Klasifikasi
Otitis media yang disebabkan oleh kolesteatom yaitu suatu massa yang terdiri dari
lapisan epitel squamosa kompleks yang terlepas dan tersusun berlapis-lapis seperti
kulit bawang dan di atasnya tertimbun kristal kolesterol. Proses ini terjadi mula-
mula karena adanya kolesteatom pada kavum timpani di daerah attic yang disebut
attic kolesteatoma.
2
Merupakan OMK yang berasal dari infeksi berulang otitis media akut yang gagal
periosteal menjadi proses bone invading sehingga terjadi kerusakan yang lebih
-
Virulensi bakteri yang kuat ke arah kavum timpani
-
Kontaminasi bakteri dari auris eksterna, misalnya proteus vulgaris, pseudomonas
golongan, yaitu :
Proses terbatas pada mukosa saja, biasanya tidak mengenai tulang, perforasi
1. OMSK aktif
OMSK yang apabila terjadi infeksi dengan pengeluaran sekret telinga akibat
2. OMSK inaktif
3
OMSK yang merujuk kepada sekuele dari infeksi aktif dahulu yang sudah terbakar
Menurut Ballenger, patogenesis OMSK belum dapat diketahui secara pasti oleh
karena penderita datang sudah dengan gambaran penyakit yang lengkap. Tetapi tampaknya
proses bermula pada tuba eustachius ke telinga tengah, kemudian ke sel-sel mastoid.
Proses ini berjalan secara perlahan-lahan dan tersembunyi tetapi terus aktif. Beberapa
faktor yang dapat menyebabkan penyakit ini menjadi kronis, antara lain : 1
Hal ini menyebabkan telinga dapat muncul sekret terus-menerus atau hilang timbul.
Hal ini menyebabkan mukosa kavum timpani selalu berhubungan langsung dengan
dunia luar. Kuman dapat bebas keluar-masuk ke kavum timpani sehingga timbul
Lapisan epidermis dari liang telinga atau membran timpani dapat masuk mengisi
kavum timpani, kemudian terjadi proses deskuamasi normal pada lapisan tanduk
epidermis yang akan mengisi telinga tengah dan antrum. Lapisan tanduk epidermis ini
merupakan media yang baik bagi kuman patogen dan bakteri pembusuk yang
4
Mekanisme perusakan tulang oleh kolesteatom belum begitu jelas mungkin karena
penekanan debris yang menumpuk disertai dengan reaksi asam yang dikeluarkan oleh
tulang disekitarnya. Erosi tulang ini dapat terus merusak sel-sel di kavum mastoid dan
infeksi ke superior dapat menyebabkan abses otak, abses ekstradural, abses subdural
dan meningitis. Perjalanan infeksi ke arah medial dapat menyebabkan labirinitis atau
Mukosa yang menebal dapat menutup total atik dan rongga mastoid sehingga rongga
ini terisi lendir. Kemudian di dalam kantong lendir ini kristal kolestrin akan
mengendap sehingga terbentuk kolesterol granuloma. Proses ini bersifat iritatif dan
5. Terjadinya area berisi sekuester atau osteomielitis yang menetap pada mastoid
Jaringan nekrotik, sekuester dan osteomielitis sering dijumpai pada penderita yang
menderita otitis media akut nekrotik. Jenis otitis media ini merupakan infeksi telinga
tengah yang terjadi pada anak disertai dengan adanya infeksi sistemik akut menjadi
Menurut Foxen, kasus-kasus OMSK merupakan kelanjutan dari kasus otitis media akut
(OMA) yang tidak mendapatkan pengobatan tepat (adekuat). Beberapa faktor yang
5
e) Daya tahan tubuhyang rendah
6. Faktor konstitusi
Pada keadaan alergi, hal yang nyata ditemukan ialah sel epitel bersilia diganti menjadi
sel goblet, sehingga efisiensi kerja silia berkurang, sementara produksi lendir
bertambah. Selain itu terjadi juga penebalan dan hialinisasi membran basal, edema
mukosa dan degenerasi polipoid pada stroma, sehingga terjadi gangguan ventilasi tuba,
Patologi
yang kurang adekuat menimbulkan OMSK. Pada keadaan ini infeksi telinga tengah dapat
lainnya. Kerusakan yang ditimbulkan menyebabkan perubahan yang kronis dan terkadang
irreversible. 6
Pada OMSK terjadi perubahan patologik yang menetap. Meskipun belum jelas
betul, namun pada binatang percobaan hal ini dapat ditemukan empat belas hari setelah
infeksi telinga tengah. Sel torak bersilia dan sel goblet bertambah serta timbul struktur
yang menyerupai kelenjar. Biopsi yang dilakukan pada penderita OMSK menunjukkan
terjadinya hiperplasia dan metaplasia akibat peradangan telinga tengah. Perubahan tersebut
lebih terlihat pada submukosa, yaitu terdapatnya sel-sel radang, dilatasi vaskuler, edema
dan terbentuknya kapiler-kapiler baru. Juga terjadi proliferasi fibroblast dan serat kolagen
sekret purulen, mukoid ataupun seromukoid. munculnya jaringan granulasi atau perubahan
6
formasi polypoid di telinga tengah. Peradangan sekunder yang bersifat kronis pada meatus
sering dihubungkan dengan komplikasi OMSK, untuk itu adanya perubahan pada pinna
dan kulit dibelakang ataupun sekitar telinga berupa erythema dan edema harus dicurigai
Gambaran Klinik
Menurut Paparella dan Mawson, gambaran klinik OMSK dapat dibedakan atas
2 fase, yaitu : fase aktif dan fase inaktif. OMSK disebut aktif apabila terdapat sekret di
liang telinga atau dalam kavum timpani, dan disebut inaktif bila OMSK bebas dari sekret,
tetapi perforasi membran timpani menetap. Sekret yang keluar dari liang telinga dapat
berupa seromukus, mukus atau pus. Begitu pula sekret tersebut dapat berbau busuk atau
tidak berbau. Keadaan ini dapat terjadi pada OMSK tipe benigna maupun maligna. 1
1. Otorhoe terus menerus atau berulang dengan sekret yang bersifat purulen atau mukoid
2. Gangguan pendengaran yang biasa bersifat konduktif namun dapat pula tuli campuran.
3. Otalgia
4. Vertigo
5. Tinnitus
6. Itching
Pada mastoiditis, gejala yang didapatkan merupakan gejala lanjut dari OMA
7
- Warna merah pada telinga dan sekitar (belakang) telinga
- Sakit kepala
antara lain ialah : Foto Rontgen kepala, CT Scann kepala, CT Scann telinga. Pada
pemeriksaan ini menunjukkan adanya kelainan pada tulang mastoid. Pada pemeriksaan
kultur sekret telinga terkadang dapat menunjukkan bakteri oportunis yang menyerang pada
OMSK. 5
Penatalaksanaan
Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu yang lama, serta harus berulang-
ulang. Sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara
medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci
telinga, berupa larutan peroksida (H2O2) 3% selama 3-5 hari. Setelah sekret berkurang,
maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang mengandung
8
Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2
bulan, maka dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan untuk
komplikasi atau keusakan pendengaran yang lebih berat, serta mengurangi keluhan
gangguan pendengaran. Sumber-sumber infeksi yang dapat menyebabkan sekret selalu ada
atau menyebabkan infeksi berulang harus dieliminasi juga secara bersamaan misal
retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri dahulu sebelum kemudian
dilakukan mastoidektomi. 3
1. Mastoidektomi sederhana
2. Mastoidektomi radikal
4. Miringoplasti
5. Timpanoplasti
mencapai tulang mastoid. Antibiotik injeksi ataupun oral hanya digunakan untuk
menangani infeksinya saja namun penanganan lebih lanjut memerlukan operasi dan drain
pada tulang mastoid (mastoidektomi). Operasi drainase pada telinga tengah melalui
9
membran timpani (myringotomi) terkadang juga diperlukan bila infeksi menutup membran
timpani. 5
Sesudah operasi, cairan akan terus mengalir sampai dinding rongga sudah
ditutupi kulit, ini merupakan suatu proses yang biasanya memakan waktu sampai 3 bulan
dan pada beberapa kasus proses ini tidak berlangsung tuntas. Penyebabnya adalah
kehilangan sifat waterproof-nya. Keluar cairan secara kontinu atau rekuren disebabkan
oleh sesuatu yang menghambat atau merusak lapisan penutup yang utuh dari rongga.
Rongga mastoid yang lembab dan hangat tidak mampu menerima pertumbuhan kulit sehat.
Persyaratan terbaik untuk penyembuhan adalah jika operasi menghasilkan rongga yang
Pada masa awal postoperatif, telinga yang dilindungi dengan kain gaaz atau
kapas harus diberi waktu yang cukup untuk penyembuhan. Dijaga jangan sampai air
secara hati-hati dan pemberian preparat kombinasi antibiotik topikal dengan steroid atau
puder asam borat. Sebagian besar penyebab yang lebih jarang dari eksudasi yang terus
berlangsung adalah karena penyakit residual, atau karena metaplasia dinding mastoid
Pilihan untuk itu adalah tidak melakukan apapun atau menawarkan alat bantu dengar atau
Komplikasi
10
OMSK tipe benigna maupun maligna dapat menimbulkan beberapa
komplikasi, namun yang cenderung lebih membahayakan penderita adalah tipe maligna.
2,3,7
berlainan, tetapi dasarnya tetap sama. Adams dkk mengemukakan klasifikasi komplikasi
2. Labirinitis supuratif
2. Abses otak
3. Hidrosefalus otitis
LAPORAN KASUS
11
IDENTITAS PASIEN
Umur : 8 tahun
Suku : Banjar
Pendidikan : SD
Alamat : Lapihong
ANAMNESA
1. Keluhan utama
Pasien mengeluh keluar cairan dari telinga kiri sejak 1 tahun yang lalu, pada awalnya
cairan yang keluar sedikit-sedikit, lama-kelamaan cairan yang keluar semakin banyak
dan kental berwarna kuning serta berbau. Bersamaan dengan itu pasien juga mengeluh
ada timbul bisul dibelakang telinga kiri dan sakit jika dipegang, pendengaran semakin
menurun pada telinga kiri. Dulu pasien sering mengalami batuk pilek dan orang tuanya
sering mengorek-ngorek telinga pasien ini sampai kedalam. 2 hari sebelum masuk
Rumah Sakit Ulin pasien juga ada mengeluh demam tinggi yang tidak tahu apa
sebabnya. Pasien sudah 3 kali memeriksakan telinganya di Rumah Sakit Buntok tetapi
12
Pada telinga kanan tidak ada keluhan sakit, tidak keluar cairan dan pendengaran masih
normal. Tidak ada keluhan pada hidung. Pasien juga tidak mengeluh nyeri menelan
4. Riwayat Kebiasaan
PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
N = 78 x/menit
RR = 20 x/menit
T = 36,2 C
5. Thorak :
13
Jantung I : Voussure cardiaque (-), iktus tidak tampak
P : thrill (-)
6. Abdomen
I : Bentuk simetris
7. Ekstremitas :
B. Status Lokalis
1. Telinga
14
Furunkel - -
Jaringan granulasi - +
Membran Timpani
Perforasi - +
Conus of light + -
Hiperemi - -
Retraksi - -
2. Hidung
3. Tenggorokan
15
Hiperemi - -
Kripte Tidak melebar Tidak melebar
Detritus - -
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes Garputala
USULAN PEMERIKSAAN
DIAGNOSIS
Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) tipe maligna dengan abses retroaurikuler sinistra
16
USULAN PENATALAKSANAAN
Antibiotik
Analgetik
17
FOLLOW UP
Dilakukan Follow up selama penderita dirawat di ruang perawatan THT RSU Ulin,
Follow up 11 12 13 14 15 16
Subjektif
Keluar cairan + + + + + +
kuning dan
berbau dari
telinga kiri
Bisul + + + + + +
dibelakang
telinga kiri
Batuk/pilek - - - - - -
Demam - - - - - -
Pendengaran +/< +/< +/< +/< +/< +/<
kanan/kiri
Nyeri telinga -/+ -/+ -/+ -/+ -/+ -/+
kanan/kiri
Status Lokalis
Telinga
Kanan/kiri
Fistel -/+ -/+ -/+ -/+ -/+ -/+
retroauriculae
Pus -/+ -/+ -/+ -/+ -/+ -/+
Hiperemis -/+ -/+ -/+ -/+ -/+ -/+
Nyeri -/+ -/+ -/+ -/+ -/+ -/+
Meatus
acusticus
eksterna kiri
Sekret + + + + + +
Membran perforasi perforasi perforasi perforasi perforasi perforasi
timpani kiri
Tes
pendengaran
kanan/kiri
Rinne +/+ +/+ +/+ +/+ +/+ +/+
Weber Lateralisasi Lateralisasi Lateralisasi ke Lateralisasi Lateralisasi Lateralisasi
ke kiri ke kiri kiri ke kiri ke kiri ke kiri
Swabach Sama Sama Sama Sama Sama Sama
Dengan Dengan Dengan Dengan Dengan Dengan
pemeriksa/ pemeriksa/m pemeriksa/me pemeriksa/m pemeriksa/m pemeriksa/
memendek emendek mendek emendek emendek memendek
Hidung dan Dalam batas Dalam batas Dalam batas Dalam batas Dalam batas Dalam batas
tenggorokan normal normal normal normal normal normal
Objektif
Nadi (x/mnt) 88 80 76 76 78 78
TD (mmHg) 90/60 100/60 100/60 100/60 90/60 100/60
Respirasi(x/m) 24 20 20 24 20 20
Suhu (0C) 36,6 36,5 36 37 37,5 36,5
Planning
18
IVFD Rl:D5 16 16 16 16 16 16
1:1 tetes per
menit
Injeksi 2x500 2x500 2x500 2x500 2x500 2x500
cefotaxim
(mg)
Paracetamol 3x2 3x2 3x2 3x2 3x2 3x2
sirup (Cth)
Ctm (tablet) - - - - - -
DMP sirup - - - - - -
(Cth)
Otoprof tetes - - - - - 3x2 (AS)
telinga (tetes)
19
Follow up 17 18 19 20 21 22
Subjektif
Keluar cairan + + < < < <
kuning dan berbau
dari telinga kiri
Bisul dibelakang + + + + + +
telinga kiri
Batuk/pilek +/+ +/+ +/< </- </- kadang-
kadang/-
Demam - - - - - -
Pendengaran +/< +/< +/< +/< +/< +/<
kanan/kiri
Nyeri telinga -/+ -/+ -/+ -/< -/< -/<
kanan/kiri
Status Lokalis
Telinga
Kanan/kiri
Fistel -/+ -/+ -/+ -/+ -/+ -/+
retroauriculae
Pus -/+ -/+ -/< -/< -/< -/<
Hiperemis -/+ -/+ -/+ -/< -/< -/<
Nyeri -/+ -/+ -/+ -/< -/< -/<
Meatus acusticus
eksterna kiri
Sekret + + + + + +
Membran timpani perforasi perforasi perforasi perforasi perforasi perforasi
kiri
Tes pendengaran
kanan/kiri
Rinne +/+ +/+ +/+ +/+ +/+ +/+
Weber Lateralisasi Lateralisasi Lateralisasi Lateralisasi Lateralisasi Lateralisasi
ke kiri ke kiri ke kiri ke kiri ke kiri ke kiri
Swabach Sama Sama Sama Sama Sama Sama
Dengan Dengan Dengan Dengan Dengan Dengan
pemeriksa/m pemeriksa/m pemeriksa/m pemeriksa/m pemeriksa/m pemeriksa/m
emendek emendek emendek emendek emendek emendek
Hidung dan Dalam batas Dalam batas Dalam batas Dalam batas Dalam batas Dalam batas
tenggorokan normal normal normal normal normal normal
Objektif
TD (mmHg) 90/70 100/80 100/60 100/70 100/70 100/70
Nadi (x/mnt) 78 88 80 78 78 78
Respirasi(x/m) 24 23 20 20 20 20
Suhu (0C) 36,5 36,9 37,5 37,3 37,3 37,1
Planning
IVFD Rl:D5 1:1 16 16 16 16 16 16
tetes per menit
Injeksi cefotaxim 2x500 2x500 2x500 2x500 2x500 2x500
(mg)
Paracetamol sirup 3x2 3x2 3x2 3x2 3x2 3x2
(Cth)
Ctm (tablet) - - - 3x1/4 3x1/4 3x1/4
DMP sirup (Cth) 3x2 3x2 3x2 3x1 3x1 3x1
Otoprof tetes 3x2 (AS) 3x2 (AS) 3x2 (AS) 3x2 (AS) 3x2 (AS) -
20
telinga (tetes)
Follow up 22
23 24 25 26 27
post operasi
Subjektif
Nyeri telinga + + + + + <
kiri
Tidur + + + + + +
Batuk/pilek +/- +/- +/- +/- +/- </-
Demam - - - - - -
Pendengaran - - - - - -
kiri
Makan/minum </+ </+ +/+ +/+ +/+ +/+
Status
Lokalis
Telinga kiri Terpasang Terpasang Terpasang Tampon sudah Tampon sudah Tertutup kasa
tampon tampon tampon dilepas dilepas
Sekret + + + + + <
parese nervus - - - - - -
facialis
Hidung dan Dalam batas Dalam batas Dalam batas Dalam batas Dalam batas Dalam batas
tenggorokan normal normal normal normal normal normal
Objektif
TD (mmHg) 90/70 90/60 100/70 100/80 100/70 110/70
Nadi (x/mnt) 78 78 78 80 90 84
Respirasi(x/m) 24 20 20 21 18 20
Suhu (0C) 36,5 37,1 37,1 37,2 36,1 36,5
Planning
IVFD Rl:D5 20 20 20 20 20 20
1:1 tetes per
menit
Injeksi 2x500 2x500 2x500 2x500 2x500 2x500
cefotaxim
(mg)
Injeksi 2x1 2x1 2x1 2x1 2x1 2x1
Dexamethason
(amp)
Injeksi 3x250 3x250 3x250 3x250 3x250 -
Antrain (mg)
Paracetamol - - - - - -
sirup (Cth)
Ctm (tablet) 3x1/4 3x1/4 3x1/4 3x1/4 3x1/4 -
DMP sirup 3x1 3x1 3x1 3x1 3x1 3x1
(Cth)
21
Follow up post 28
29 30 31
operasi
Subjektif
Nyeri telinga kiri + + - -
tidur + + + +
Batuk/pilek </- +/- +/- +/-
Demam - - - -
Pendengaran kiri - - - -
Makan/minum +/+ +/+ +/+ +/+
Objektif
Status Lokalis
Telinga kiri Tertutup kasa Tertutup kasa Tertutup kasa terbuka
Sekret < < < <
parese nervus - - - -
facialis
Hidung dan Dalam batas Dalam batas Dalam batas Dalam batas
tenggorokan normal normal normal normal
TD (mmHg) 100/70 90/60 100/70 100/80
Nadi (x/mnt) 84 78 78 80
Respirasi(x/m) 20 20 20 21
Suhu (0C) 35,8 37,1 37,1 37,2
Planning
Otoprof tetes 3x2 3x2 3x2 3x2
telinga (tetes)
Amoxicilin sirup 3x2 3x2 3x2 3x2
(Cth)
DMP sirup (Cth) 3x1 3x1 3x1 3x1
PEMBAHASAN
keluarnya cairan berwarna kuning dan berbau dari telinga kiri sejak 1 tahun yang lalu.
Cairan yang keluar awalnya sedikit-sedikit tetapi lama-kelamaan menjadi banyak. Pasien
juga merasakan timbulnya bisul di belakang telinga kiri yang sakit jika dipegang,
22
Pada pemeriksaan fisik status lokalis didapatkan pada telinga kiri bentuknya normal,
tragus pain positif, mastoid pain positif. Pada daerah dibelakang telinga kiri terdapat
pembengkakan dengan adanya fistel retroaurikuler dan sifatnya yang fluktuatif sehingga
Pada pemeriksaan fisik telinga kiri dengan menggunakan otoskop, pada Meatus
Akustikus Eksterna (MAE) terlihat hiperemi dan pada membran timpani telinga kiri telah
tuli campuran (tuli konduktif dan tuli sensoris) pada telinga kiri. Tuli konduktif dapat
Pada pasien ini tuli konduktif terutama disebabkan karena telah terjadi perforasi pada
sensoris pada pasien disebabkan karena adanya kemungkinan fokus infeksi dari telinga
tengah telah menyebar ke telinga dalam melalui fenestrata rotundum dan akhirnya
mengenai koklea. 8
mempunyai faktor-faktor yang memungkinkan untuk terjadinya otitis media, pasien sering
mengalami batuk pilek yang berulang akibat dari sistem pertahanan tubuh yang terganggu,
keadaan tersebut diperberat lagi dengan kebiasaan orang tua pasien yang sering mengorek-
ngorek telinganya sampai kedalam sehingga akan memudahkan kuman-kuman masuk dan
menyebabkan terjadinya peradangan. Pada kasus ini, berawal dari terjadinya otitis media
terjadinya kronisitas tersebut adalah karena terapi yang lambat diberikan serta terapi yang
23
diberikan tidak tepat, atau karena virulensi kuman yang tinggi sehingga kuman-kuman
tersebut terus berkembang, karena pasien sudah berobat sebanyak 3 kali tetapi penyakitnya
Pada pemeriksaan penunjang foto mastoid didapatkan kesan telah terjadi mastoiditis
kronis pada telinga kiri. Kemudian berdasarkan pemeriksaan fisik status lokalis pada
telinga kiri ditemukan adanya fistel retroaurikuler serta sekret yang berbau khas ini
mendukung ditegakkannya diagnosa pada pasien ini adalah Otitis media supuratif kronik
antibiotika berspektrum luas dan analgetika untuk mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan
dari telinga kiri yang terinfeksi. Karena pengobatan konservatif ini hanya berguna untuk
proses destruksi oleh kolesteatom tetap berlanjut maka tindakan selanjutnya yang utama
adalah dilakukan tindakan operatif. Pada pasien ini jenis tindakan operatif yang diusulkan
adalah mastoidektomi radikal karena mengingat telah terjadi perluasan dari kolesteatom
Pada pasien ini telah dilakukan mastoidektomi radikal sinistra, pada operasi ini
rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding
batas antara liang telinga luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan,
sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan. Tujuan dari operasi ini
24
Penderita ini telah diizinkan pulang dengan keadaan yang membaik. Penderita tidak
lagi merasakan nyeri ditelinganya, cairan yang keluar sudah sangat minimal, walaupun
pendengarannya tidak bisa dipulihkan lagi. Pada penderita ini sudah diberitahu mengenai
kerugian-kerugian dari operasi yang telah dijalaninya seperti pasien tidak diperbolehkan
berenang seumur hidupnya, pasien harus datang dengan teratur untuk kontrol, supaya tidak
terjadi infeksi kembali, pendengaran sangat kurang sehingga bisa menghambat pendidikan
3
atau karier pasien.
Pada terapi post operasi diberikan terapi medikamentosa berupa antibiotik, analgesik
dan kortikosteroid. Pemberian antibiotik bertujuan untuk mencegah dan mengatasi infeksi
yang mungkin terjadi setelah operasi. Pemberian analgesik sebagai terapi simptomatik
untuk mengurangi nyeri post operasi. Sedang pemberian kortikosteroid bertujuan untuk
KESIMPULAN
Telah dilaporkan kasus Otitis Media Supuratif Kronik tipe Maligna dengan abses
retroaurikuler pada seorang anak perempuan berusia 8 tahun dengan gejala klinis berupa
keluarnya cairan berwarna kuning dan berbau dan nyeri pada telinga kiri serta terjadinya
25
pembengkakan pada daerah retroaurikuler dan disertai dengan tragus pain dan mastoid
bersepektrum luas, anti inflamasi dan analgetik sedangkan untuk penatalaksanaan operatif
telah dilakukan tindakan operatif mastoidektomi radikal. Penderita ini pulang dalam
DAFTAR PUSTAKA
1. Djafar, Zainul A. Otitis Media Kronik. Majalah Kedokteran Indonesia Volume 37 No.
5. Jakarta 31 Mei 1987.
26
2. Ludman, H. Petunjuk Penting Pada Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan.
Hipokrates. Jakarta. 1992.
3. Elfiaty Soepardi dan Iskandar N. Kelainan Telinga Tengah dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit THT Edisi V. FKUI. Jakarta. 2001 : 49-58.
4. Tim Penulis Bagian Ilmu Penyakit THT FK Unair. Pedoman Diagnosis dan Terapi
Lab/UPF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorok. RSUD dr. Soetomo.
Surabaya. 1994 : 14-15
7. Cody, Thane R. Eugene B. Kern dan Bruce Pearson. Penyakit Telinga, Hidung dan
Tenggorokan. EGC. Jakarta. 1992.
8. Helmi. Komplikasi Otitis Media Supuratif Kronis dan Mastoiditis dalam Buku Ajar
Ilmu Penyakit THT. FKUI. Jakarta. 2000 : 65
Laporan Kasus
27
TIPE MALIGNA DENGAN ABSES RETROAURIKULER
Oleh :
Pembimbing :
Dr. Ida Bagus Swabawa, Sp.THT
Halaman
PENDAHULUAN …………………………………………………………… 1
28
Definisi…………………………………………………………………. 2
Klasifikasi………………………………………………………………. 2
Patologi…………………………………………………………………. 6
Gambaran Klinik……………………………………………………….. 7
Penatalaksanaan ………………………………………………………... 8
Komplikasi ……………………………………………………………... 11
PEMBAHASAN……………………………………………………………… 23
29