Disusun Oleh :
Alfa Era Rahma Faresty
R.18.01.003
A. PENGERTIAN
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media sering
diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau
pilek yang menyebar ket elinga tengah melalui tubaeustachius (Kusuma, Hardi
& Amin Huda Nurarif, 2013).
Otitis media Purulenta kronis (OMPK) adalah infeksi kronis di telinga tengah
dengan perforasi membran timpani dan secret kental/purulen yang keluar dari
telinga tengah terus menerus atau hilang timbul dan gangguan pendengaran.
Secret yang keluar dapat berupananah atau bercampur darah.(Adam George
2010)
Otitis media kronis adalah infeksi menahun pada telinga tengah dimana otitis
media merupakan kelanjutan dari otitis media akut. Lama kejadiannya kurang
lebih satu bulan . otitis media kronis dapat menyebabkan kerusakan yeng terus
menerus pada telinga tengah dan gendang telinga dan mungkin ada aliran
yang terus menerus melalui lubang pada gendang telinga.
B. ETIOLOGI
Kejadian OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada
anak, jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari
nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah
melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan
faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan down’s
syndrom. Faktor host yang berkaitan dengan insiden OMSK yang relatif tinggi
adalah defisiensi immune sistemik. Penyebab OMSK antara lain:
1. Lingkungan
Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas, tetapi
mempunyai hubungan erat antara penderita dengan OMSK dan
sosioekonomi, dimana kelompok sosioekonomi rendah memiliki insiden
yang lebih tinggi.Tetapi sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan
dengan kesehatan secaraumum, diet, tempat tinggal yang padat.
2. Genetik
Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah
insidenOMSK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan
sebagai faktorgenetik. Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada
penderita otitis media, tapibelum diketahui apakah hal ini primer atau
sekunder.
3. Otitis media sebelumnya
Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari
otitismedia akut dan atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui
faktor apayang menyebabkan satu telinga dan bukan yang lainnya
berkembang menjadikronis.
4. Infeksi
Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir
tidakbervariasi pada otitis media kronik yang aktif menunjukkan bahwa
metode kulturyang digunakan adalah tepat. Organisme yang terutama
dijumpai adalah Gram-negatif, flora tipe-usus, dan beberapa organisme
lainnya.
5. Infeksi saluran napas bagian atas
Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran
nafasatas. Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah
menyebabkanmenurunnya daya tahan tubuh terhadap organisme yang
secara normal beradadalam telinga tengah, sehingga memudahkan
pertumbuhan bakteri.
6. Autoimun
Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar
terhadapotitis media kronis.
7. Alergi
Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih
tinggidibanding yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya
sebagianpenderita yang alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau
bakteria atau toksin-toksinnya, namun hal ini belum terbukti
kemungkinannya.
8. Gangguan fungsi tuba eustacius
Pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustachius sering tersumbat oleh
edematetapi apakah hal ini merupakan fenomen primer atau sekunder
masih belumdiketahui. Pada telinga yang inaktif berbagai metode telah
digunakan untukmengevaluasi fungsi tuba eustachius dan umumnya
menyatakan bahwa tubatidak mungkin mengembalikan tekanan negatif
menjadi normal.
C. PATOFISIOLOGI
OMSK dibagi dalam 2 jenis, yaitu benigna atau tipe mukosa, dan maligna atau
tipe tulang. Berdasarkan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif
juga dikenal tipe aktif dan tipe tenang (Arif Mansjoer, 2011). Pada OMSK
benigna, peradangan terbatas pada mukosa saja, tidak mengenai tulang.
Perforasi terletak di sentral. Jarang menimbulkan komplikasi berbahaya dan
tidak terdapat kolesteatom. (Arif Mansjoer, 2011). OMSK tipe maligna
disertai dengan kolesteatom. Perforasi terletak marginal, subtotal, atau di atik.
Sering menimbulkan komplikasi yang berbahaya atau fatal (Arif Mansjoer,
2011). Kolesteotoma yaitu suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel
(keratin). Deskuamasi terbentuk terus, lalu menumpuk. Sehingga
kolesteotoma bertambah besar.
D. MENIFESTASI KLINIS
Pasien mengeluh otore, vertigo, tinitus, rasa penuh ditelinga atau gangguan
pendengaran. (Arif Mansjoer, 2011). Nyeri telinga atau tidak nyaman biasanya
ringan dan seperti merasakan adanya tekanan ditelinga. Gejala-gejala tersebut
dapat terjadi secara terus menerus atau intermiten dan dapat terjadi pada salah
satu atau pada kedua telinga
Telinga berair (otorrhoe) Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid
(seperti air dan encer) tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus
dihasilkan oleh aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada
OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang
sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi
membran timpani dan infeksi. Keluarnya sekretbiasanya hilang timbul.
Meningkatnya jumlah sekret dapat disebabkan infeksi saluran nafas atas atau
kontaminasi dari liang telinga luar setelah mandi atau berenang.
Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adanya sekret telinga. Sekret yang
sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma dan
produk degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping kecil, berwarna putih,
mengkilap. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah
berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret
yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan
polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya.
Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan
tuberkulosis.
Gangguan pendengaran. Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang
pendengaran. Biasanyadijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat
campuran. Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi
sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat
menghambat bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai
kolesteatom, tuli konduktif kurang dari 20 db ini ditandai bahwa rantai tulang
pendengaran masih baik. Kerusakan dan fiksasi dari rantai tulang pendengaran
menghasilkan penurunan pendengaran lebih dari 30 db. Beratnya ketulian
tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan
mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe
maligna biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya rantai tulang
pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom bertindak sebagai penghantar
suara sehingga ambang pendengaran yang didapat harus diinterpretasikan
secara hati-hati. Penurunan fungsi kohlea biasanya terjadi perlahan-lahan
dengan berulangnya infeksi karena penetrasi toksin melalui jendela bulat
(foramen rotundum) atau fistel labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif.
Bila terjadinya labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat, hantaran tulang
dapat menggambarkan sisa fungsi kohlea.
Otalgia ( nyeri telinga) Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan
bila ada merupakan suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat
karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman
komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau
dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga
mungkin ada tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri
merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis,
subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis.
Vertigo. Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya.
Keluhanvertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin
akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya
akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang
sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran
timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh
perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan
keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum. Fistula
merupakan temuan yang serius, karena infeksi kemudian dapat berlanjut dari
telinga tengah dan mastoid ke telinga dalam sehingga timbul labirinitis dan
dari sana mungkin berlanjut menjadi meningitis. Uji fistula perlu dilakukan
pada kasus OMSK dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian
tekanan positif dan negatif pada membran timpani, dengan demikian dapat
diteruskan melalui rongga telinga tengah.
E. PENATALAKSANAAN
Menurut Arief Mansjoer (2011), Terapinya sering lama dan harus berulang-
ulang karena:
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Audiometri
2. Proyeksi Mayer atau Owen, diambil dari arah dan anterior telinga
tengah. Akantampak gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik
sehingga dapat diketahui apakah kerusakan tulang telah mengenai
struktur-struktur.
G. PENGKAJIAN
Data Subyektif :\
Tanda-tanda dan gejala utama infeksi ekstrena dan media adalah neyeri serta
hilangnya pendengaran. Data harus disertai pernyataan mengenai mulai
serangan, lamanya, tingakt nyerinya. Rasa nyeri timbul karena adanya tekanan
kepada kulit dinding saluran yang sangat sensitif dan kepada membran
timpani oleh cairan getah radang yang terbentuk didalam telinga tengah.
Saluran eksterna yang penuh dan cairan di telinga tengah mengganggu
lewatnya gelombang suara, hal ini menyebabkan pendengaran berkurang.
Penderita dengan infeksi telinga perlu ditanya apakah ia mengerti tentang cara
pencegahannya
Data Obyektif :
Telinga eksterna dilihat apakah ada cairan yang keluar dan bila ada harus
diterangkan. Palpasi pada telinga luar menimbulkan nyeri pada otitis eksterna
dan media. Pengkajian dari saluran luar dan gedang telinga (membran
timpani). Gendang telinga sangat penting dalam pengkajian telinga, karena
merupakan jendela untuk melihat proses penyakit pada telinga tengah.
Membran timpani yang normal memperlihatkan warna yang sangat jelas,
terlihat ke abu-abuan. Terletak pada membran atau terlihat batas-batasnya.
Untuk visulaisasi telinga luar dan gendang telinga harus digunakan otoskop.
Bagian yang masuk ke telinga disebut speculum (corong) dan dengan ini
gendang telinga dapat terlihat, untuk pengkajian yang lebih cermat perlu
dipakai kaca pembesar. Otoskop dipakai oleh orang yang terlatih, termasuk
para perawat.
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan
pendengaran.
2. Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dnegan obstruksi, infeksi di
telinga tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran.
3. Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis,
anestesi, nyeri, hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran
lebih besar setelah operasi.
I. INTERVENSI
Seorang Anak laki-laki yang bernama O berusia 15 tahun beragama islam masih
sekolah SMP, datang ke RSUD Kojara diantar sama ibunya yang bernama A pada
tanggal 08 April 2020, klien mengatakan klien kehilangan pendengarannya
sebelah kanan, keluar serumen yang bau sejak 7 hari yang lalu. Klien mengatakan
klien mengalami nyeri telinga, mengeluh pusing, mual, dan gatal telinganya.
Klien mengatakan akhir-akhir ini sering mengalami batuk, pilek, dan demam.
Pengkajian pada tanggal 08 April 2020. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan data
kesadaran Compos Mentis, TD 110/90 mmHg, Nadi 120 x/menit, RR 20 x/menit,
Suhu 39°C, BB 40 Kg, TB 120. Setelah dikaji klien mengatakan kehilangan
pendengarannya sebelah kanan, telinga keluar serumen yang bau sejak 7 hari yang
lalu, nyeri telinga, perasaan penuh dan pendengaran menurun, pusing, mual dan
gatal telingannya, tidak nyaman dengan telingannya. Kulit pasien teraba hangat.
Klien mengatakan sering mengorek-ngorek kuping dengan cottonbuds sampai
dengan berdarah. Klien merasakan nyeri seperti diusuk-tusuk dibagian telinganya
dan nyeri hilang timbul. Klien mengatakan nyeri berlangsung lama dengan sekala
nyeri 5-6. Pasien mengatakan nafsu makan berkurang. Pasien sulit tidur.
Rumahnya jauh dari jalan raya, jauh dengan sawah, dan jauh dengan peternakan.
Rumahnya memiliki ventilasi yang bagus. Pasien suka bermain dengan teman-
teman nya di lapangan bola setiap sore.
Pasien pernah mengalami hal serupa pada umur 5 tahun. Pasien tidak pernah di
operasi sebelumnya. Dan pasien mempunyai riwayat ISPA. Keluarganya tidak ada
yang mempunyai riwayat penyakit yang sama dengan pasien. Dan tidak ada yang
pernah di operasi, tidak ada yang mempunyai penyakit menular.
Hasil Laboratorium
Tanda Tangan :
I. BIODATA
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama Klien : An.O
Umur : 11 Tahun
Jenis Kelamin : Laki – laki
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa / Indonesia
Diagnosa Medis : Otitis Media Kronik
Alamat : Jl. Gatot Subroto No.5
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny.A
Umur : 28 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : Tidak terkaji
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Gatot Subroto No.5
Hubungan Keluarga : Ibu
II. RIWAYAT KESEHATAN KLIEN
1. Keluhan Utama
klien mengatakan klien kehilangan pendengarannya sebelah kanan,
keluar serumen yang bau sejak 7 hari yang lalu.
Keterangan
: Permpuan meninggal
: Laki-laki meninggal
: Permpuan
: Laki-laki
: Pasien
: Tinggal serumah
I. RIWAYAT IMUNISASI
(Khusus untuk di ruang Perawatan anak)
Tidak Terkaji
V. RIWAYAT SOSIAL
Rumahnya jauh dari jalan raya, jauh dengan sawah, dan jauh dengan
peternakan. Rumahnya memiliki ventilasi yang bagus. Pasien suka bermain
dengan teman-teman nya di lapangan bola setiap sore.
e. Identitas diri
Tidak terkaji
3. Pola peran- berhubungan
Tidak terkaji
4. Pola Seksual dan seksualitas
Tidak terkaji
5. Pola mekanisme koping
Tidak terkaji
6. Pola Nilai Kepercayaan
Tidak terkaji
X. PENGOBATAN
08 April D.0085 Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi penyebab 1. Untuk mengetahui penyebab
2020, keperawatan 1×24 jam
09.00 masalah keperawatan dapat hipertermia hipertermia
teratasi , dengan kriteria
hasil: 2. Monitor suhu 6. Untuk mengetahui suhu
pasien
Indikator IR ER 3. Sediakan lingkngan yang dingin 7. Agar cepat menurunkan
suhu tubuh pasien
Suhu 2 5 4. Longgarkan pakaian 8. Agar cepat berkeringat dan
suhu tubuh pasien normal
tubuh 5. Berikan cairan oral 9. Agar tidak mengalami
Suhu kulit 2 5 dehidrasi
Menggigi 2 5 6. Anjurkan tirah baring 10. Agar pasien sembuh dengan
l cepat
7. Kalaborasi pemberian cairan dan 11. Untuk menambah cairan
elektrolit intrvena dalam tubuh dan tidak
mengalami dehidrasi
08 April D.0077 Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Untuk mengetahui lokasi,
2020, keperawatan 2×24 jam durasi, frekuensi, kualitas, karakteristik, durasi,
09.00 masalah keperawatan dapat intensitas nyeri frekuensi, kualitas, intensitas
teratasi , dengan kriteria nyeri
hasil: 2. Identifikasi skala nyeri 2. Untuk mengetahui skala
nyeri
3. Identifikasi faktor yang 3. Untuk mengetahui faktor
Indikato IR ER memperberat dan memperingan yang memperberat dan
nyeri memperingan nyeri
r 4. Berikan teknik nonfarmakologis 4. Agar pasien mengetahui
Kesulitan 2 4 untuk mengurangi rasa nyeri teknik nonfarmakologis
tidur untuk mengurangi rasa nyeri
Keluhan 2 4 5. Control lingkungan yang 5. Agar nyeri tidak cepat
memperberat rasa nyeri membaithaui k
nyeri 6. Jelaskan penyebab, periode, dan 6. Agar pasien mengetahui
Nafsu 2 5 pemicu nyeri penyebab, periode, dan
makan pemicu nyeri
Meringis 2 4
08 April D.0111 Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kesiapan dan 1. untuk mengetahui kesiapan
2020, keperawatan 1×24 jam kemampuan menerima informasi dan kemampuan menerima
09.00 masalah keperawatan dapat informasi
teratasi , dengan kriteria 2. Identifikasi faktor-faktor yang 2. untuk mengetahui faktor-
hasil: dapat meningkatkan dan faktor yang dapat
menurunkan motivasi perilaku meningkatkan dan
Indikator IR ER hidur bersih dan sehat menurunkan motivasi
perilaku hidur bersih dan
Pertannyaan 3 5 sehat
3. Sediakan materi dan media 3. untuk menjelaskan materi
tentang
pendidikan kesehatan yang akan di jelaskan
masalah 4. Jadwalkan pendidikan kesehatan 4. menjadwalkan pendidikan
sesuai kesepakatan kesehatan sesuai
yang kesepakatan
5. Jelaskan faktor yang dapat 5. Agar pasien memahami
dihadapi mempengaruhi kesehatan faktor yang dapat
Perilaku 2 5 mempengaruhi kesehatan
sesuai 6. Ajarkan perilaku hidup bersih 6. Agar pasien bisa berperilaku
dan sehat hidu bersih dan sehat
dengan
pengetahua
n
Persepsi 2 5
yang keliru
terhadap
maslah
XIV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN
No. Dx Tanggal, Implementasi keperawatan Ttd nama Tanggal, Evaluasi Ttd nama
waktu jelas waktu jelas
D.0130 09 April 1. Periksa status mental, status sensori, Alfa Era S: Alfa Era
2020 dan tingkat kenyamanan Rahma Rahma
Pasien mengatakan bahwa
08.00 Respon faresty faresty
Pasien mengatakan tidak nyaman telingatnya tidak bisa
dengan telinga naya
mendengar, nyeri, dan
Hasil pemeriksaan tingkat
kenyamanan nya berkurang, ststus mengalami pengeluaran
sensori kurang baik, status mental
cairan yang bau
kurang baik
09 April 2. Jadwalkan aktivitas dan istirahat O:
2020 Respon
Pasien mengalami
08.00 Pasien mengatakan istrirahat kurang,
susah tidur. perforasi
Pasien terlihat mata panda
A:
09 April 3. Ajarkan cara meminimalisis
2020 stimulus Masalah belum teratasi
08.00 Respon
P:
Pasien mengatakan tidak mengerti
tentang cara meminimalisis stimulus Lanjutkan intervensi
Pasien terlihat sudah mengerti yang
di jelaskan perawat
09 April 4. Kalaborasi pemberian obat yang
2020 mempengaruhi persepsi stimulus
08.00 Respon
Pasien dikasi obat tetes telinga
Kusuma, Hardi & Amin Huda Nurarif. 2013. Asuhan Keperawatan anak.
Jakarta: EGC
Sylvia A. Price & Lorraine M.W. 2006. Patofisiologi konsep klinis dan proses-
proses penyakit. Jakarta: EGC