Anda di halaman 1dari 35

SISTEM PERSEPSI SENSORI

OTITIS MEDIA KRONIK

Diajukan sebagai syarat untuk Memenuhi Mata Kuliah Sistem


Persepsi Sensori
Dosen Pengampu: Bambang E, M.Kep

Disusun Oleh :
Alfa Era Rahma Faresty
R.18.01.003

YAYASAN INDRA HUSADA INDRAMAYU


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
INDRAMAYU
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
OTITIS MEDIA KRONIS

A. PENGERTIAN

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media sering
diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau
pilek yang menyebar ket elinga tengah melalui tubaeustachius (Kusuma, Hardi
& Amin Huda Nurarif, 2013).

Otitis media Purulenta kronis (OMPK) adalah infeksi kronis di telinga tengah
dengan perforasi membran timpani dan secret kental/purulen yang keluar dari
telinga tengah terus menerus atau hilang timbul dan gangguan pendengaran.
Secret yang keluar dapat berupananah atau bercampur darah.(Adam George
2010)

Otitis media kronis adalah infeksi menahun pada telinga tengah dimana otitis
media merupakan kelanjutan dari otitis media akut. Lama kejadiannya kurang
lebih satu bulan . otitis media kronis dapat menyebabkan kerusakan yeng terus
menerus pada telinga tengah dan gendang telinga dan mungkin ada aliran
yang terus menerus melalui lubang pada gendang telinga.

B. ETIOLOGI
Kejadian OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada
anak, jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari
nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah
melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan
faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan down’s
syndrom. Faktor host yang berkaitan dengan insiden OMSK yang relatif tinggi
adalah defisiensi immune sistemik. Penyebab OMSK antara lain:
1. Lingkungan
Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas, tetapi
mempunyai hubungan erat antara penderita dengan OMSK dan
sosioekonomi, dimana kelompok sosioekonomi rendah memiliki insiden
yang lebih tinggi.Tetapi sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan
dengan kesehatan secaraumum, diet, tempat tinggal yang padat.
2. Genetik
Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah
insidenOMSK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan
sebagai faktorgenetik. Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada
penderita otitis media, tapibelum diketahui apakah hal ini primer atau
sekunder.
3. Otitis media sebelumnya
Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari
otitismedia akut dan atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui
faktor apayang menyebabkan satu telinga dan bukan yang lainnya
berkembang menjadikronis.
4. Infeksi
Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir
tidakbervariasi pada otitis media kronik yang aktif menunjukkan bahwa
metode kulturyang digunakan adalah tepat. Organisme yang terutama
dijumpai adalah Gram-negatif, flora tipe-usus, dan beberapa organisme
lainnya.
5. Infeksi saluran napas bagian atas
Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran
nafasatas. Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah
menyebabkanmenurunnya daya tahan tubuh terhadap organisme yang
secara normal beradadalam telinga tengah, sehingga memudahkan
pertumbuhan bakteri.
6. Autoimun
Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar
terhadapotitis media kronis.
7. Alergi
Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih
tinggidibanding yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya
sebagianpenderita yang alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau
bakteria atau toksin-toksinnya, namun hal ini belum terbukti
kemungkinannya.
8. Gangguan fungsi tuba eustacius
Pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustachius sering tersumbat oleh
edematetapi apakah hal ini merupakan fenomen primer atau sekunder
masih belumdiketahui. Pada telinga yang inaktif berbagai metode telah
digunakan untukmengevaluasi fungsi tuba eustachius dan umumnya
menyatakan bahwa tubatidak mungkin mengembalikan tekanan negatif
menjadi normal.

C. PATOFISIOLOGI
OMSK dibagi dalam 2 jenis, yaitu benigna atau tipe mukosa, dan maligna atau
tipe tulang. Berdasarkan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif
juga dikenal tipe aktif dan tipe tenang (Arif Mansjoer, 2011). Pada OMSK
benigna, peradangan terbatas pada mukosa saja, tidak mengenai tulang.
Perforasi terletak di sentral. Jarang menimbulkan komplikasi berbahaya dan
tidak terdapat kolesteatom. (Arif Mansjoer, 2011). OMSK tipe maligna
disertai dengan kolesteatom. Perforasi terletak marginal, subtotal, atau di atik.
Sering menimbulkan komplikasi yang berbahaya atau fatal (Arif Mansjoer,
2011). Kolesteotoma yaitu suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel
(keratin). Deskuamasi terbentuk terus, lalu menumpuk. Sehingga
kolesteotoma bertambah besar.
D. MENIFESTASI KLINIS
Pasien mengeluh otore, vertigo, tinitus, rasa penuh ditelinga atau gangguan
pendengaran. (Arif Mansjoer, 2011). Nyeri telinga atau tidak nyaman biasanya
ringan dan seperti merasakan adanya tekanan ditelinga. Gejala-gejala tersebut
dapat terjadi secara terus menerus atau intermiten dan dapat terjadi pada salah
satu atau pada kedua telinga
 Telinga berair (otorrhoe) Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid
(seperti air dan encer) tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus
dihasilkan oleh aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada
OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang
sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi
membran timpani dan infeksi. Keluarnya sekretbiasanya hilang timbul.
Meningkatnya jumlah sekret dapat disebabkan infeksi saluran nafas atas atau
kontaminasi dari liang telinga luar setelah mandi atau berenang.
Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adanya sekret telinga. Sekret yang
sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma dan
produk degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping kecil, berwarna putih,
mengkilap. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah
berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret
yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan
polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya.
Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan
tuberkulosis.
 Gangguan pendengaran. Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang
pendengaran. Biasanyadijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat
campuran. Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi
sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat
menghambat bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai
kolesteatom, tuli konduktif kurang dari 20 db ini ditandai bahwa rantai tulang
pendengaran masih baik. Kerusakan dan fiksasi dari rantai tulang pendengaran
menghasilkan penurunan pendengaran lebih dari 30 db. Beratnya ketulian
tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan
mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe
maligna biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya rantai tulang
pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom bertindak sebagai penghantar
suara sehingga ambang pendengaran yang didapat harus diinterpretasikan
secara hati-hati. Penurunan fungsi kohlea biasanya terjadi perlahan-lahan
dengan berulangnya infeksi karena penetrasi toksin melalui jendela bulat
(foramen rotundum) atau fistel labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif.
Bila terjadinya labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat, hantaran tulang
dapat menggambarkan sisa fungsi kohlea.
 Otalgia ( nyeri telinga) Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan
bila ada merupakan suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat
karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman
komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau
dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga
mungkin ada tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri
merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis,
subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis.
 Vertigo. Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya.
Keluhanvertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin
akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya
akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang
sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran
timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh
perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan
keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum. Fistula
merupakan temuan yang serius, karena infeksi kemudian dapat berlanjut dari
telinga tengah dan mastoid ke telinga dalam sehingga timbul labirinitis dan
dari sana mungkin berlanjut menjadi meningitis. Uji fistula perlu dilakukan
pada kasus OMSK dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian
tekanan positif dan negatif pada membran timpani, dengan demikian dapat
diteruskan melalui rongga telinga tengah.

E. PENATALAKSANAAN
Menurut Arief Mansjoer (2011), Terapinya sering lama dan harus berulang-
ulang karena:

1. Adanya perforasi membran timpani yang permanen 


2. Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus
paranasal, 
3. Telah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga
mastoid 
4. Gizi dan kebersihan yang kurang.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan Audiometri

Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli


konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya
ketulian tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta
keutuhan dan mobilitas sistim penghantaran suara ditelinga tengah.
Paparela, pada penderita OMSK ditemukan tuli sensorineural yang
dihubungkan dengan difusi produk toksin ke dalam skala timpani melalui
membran fenstra rotundum, sehingga menyebabkan penurunan ambang
hantaran tulang secara temporer/permanen yang pada fase awal terbatas
pada lengkung basal kohlea tapi dapat meluas kebagian apek kohlea.
Gangguan pendengaran dapat dibagi dalam ketulian ringan, sedang,
sedang berat, dan ketulian total, tergantung dari hasil pemeriksaan
( audiometri atau test berbisik). Derajat ketulian ditentukan dengan
membandingkan rata-rata kehilangan intensitas pendengaran pada
frekuensi percakapan terhadap skala ISO Derajat ketulian dan nilai
ambang pendengaran

1. Normal : 10 dB sampai 26 dB 


2. Tuli ringan : 27 dB sampai 40 dB 
3. Tuli sedang : 41 dB sampai 55 dB 
4. Tuli sedang berat : 56 dB sampai 70 dB 
5. Tuli berat : 71 dB sampai 90 dB
6. Tuli total : lebih dari 90 dB.

Evaluasi audimetri penting untuk menentukan fungsi konduktif dan


fungsi kohlea. Dengan menggunakan audiometri nada murni pada
hantaran udara dan tulang serta penilaian tutur, biasanya kerusakan
tulang-tulang pendengaran dapat diperkirakan, dan bisa ditentukan
manfaat operasi rekonstruksi telinga tengah untuk perbaikan
pendengaran. Untuk melakukan evaluasi ini, observasi berikut bias
membantu :

1. Perforasi biasa umumnya menyebabkan tuli konduktif tidak lebih dari


15-20 dB 
2. Kerusakan rangkaian tulang-tulang pendengaran menyebabkan tuli
konduktif 30-50 dB apabila disertai perforasi. 
3. Diskontinuitas rangkaian tulang pendengaran dibelakang membran
yang masih utuh menyebabkan tuli konduktif 55-65 dB. 
4. Kelemahan diskriminasi tutur yang rendah, tidak peduli
bagaimanapun keadaan hantaran tulang, menunjukan kerusakan
kohlea parah.

Pemeriksaan audiologi pada OMSK harus dimulai oleh penilaian


pendengarandengan menggunakan garpu tala dan test Barani.
Audiometri tutur dengan maskingadalah dianjurkan, terutama pada
tuli konduktif bilateral dan tuli campur
b. Pemeriksaan Radiologi.

Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit telinga kronis


nilaidiagnostiknya terbatas dibandingkan dengan manfaat otoskopi dan
audiometri. Pemerikasaan radiologi biasanya mengungkapkan mastoid
yang tampak sklerotik, lebih kecil dengan pneumatisasi leb ih sedikit
dibandingkan mastoid yang satunya atau yang normal. Erosi tulang,
terutama pada daerah atik memberi kesan kolesteatom. Proyeksi radiografi
yang sekarang biasa digunakan adalah :

1. Proyeksi Schuller, yang memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid


dariarah lateral dan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena
memperlihatkan posisi sinus lateral dan tegmen. Pada keadaan mastoid
yang skleritik, gambaran radiografi ini sangat membantu ahli bedah
untuk menghindari dura atau sinus lateral.

2. Proyeksi Mayer atau Owen, diambil dari arah dan anterior telinga
tengah. Akantampak gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik
sehingga dapat diketahui apakah kerusakan tulang telah mengenai
struktur-struktur.

3. Proyeksi Stenver, memperlihatkan gambaran sepanjang piramid


petrosusdan yang lebih jelas memperlihatkan kanalis auditorius
interna, vestibulum dan kanalis semisirkularis. Proyeksi ini
menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga dapat
menunjukan adanya pembesaran akibatkolesteatom.

4. Proyeksi Chause III, memberi gambaran atik secara longitudinal


sehingga dapat memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik.
Politomografi dan atau CT scan dapat menggambarkan kerusakan
tulang oleh karena kolesteatom, ada atau tidak tulang-tulang
pendengaran dan beberapa kasus terlihat fistula pada kanalis
semisirkularis horizontal. Keputusan untuk melakukan operasi jarang
berdasarkan hanya dengan hasil X-ray saja. Pada keadaan tertentu
seperti bila dijumpai sinus lateralis terletak lebih anterior menunjukan
adanya penyakit mastoid.

G. PENGKAJIAN
Data Subyektif :\
Tanda-tanda dan gejala utama infeksi ekstrena dan media adalah neyeri serta
hilangnya pendengaran. Data harus disertai pernyataan mengenai mulai
serangan, lamanya, tingakt nyerinya. Rasa nyeri timbul karena adanya tekanan
kepada kulit dinding saluran yang sangat sensitif dan kepada membran
timpani oleh cairan getah radang yang terbentuk didalam telinga tengah.
Saluran eksterna yang penuh dan cairan di telinga tengah mengganggu
lewatnya gelombang suara, hal ini menyebabkan pendengaran berkurang.
Penderita dengan infeksi telinga perlu ditanya apakah ia mengerti tentang cara
pencegahannya
Data Obyektif :
Telinga eksterna dilihat apakah ada cairan yang keluar dan bila ada harus
diterangkan. Palpasi pada telinga luar menimbulkan nyeri pada otitis eksterna
dan media. Pengkajian dari saluran luar dan gedang telinga (membran
timpani). Gendang telinga sangat penting dalam pengkajian telinga, karena
merupakan jendela untuk melihat proses penyakit pada telinga tengah.
Membran timpani yang normal memperlihatkan warna yang sangat jelas,
terlihat ke abu-abuan. Terletak pada membran atau terlihat batas-batasnya.
Untuk visulaisasi telinga luar dan gendang telinga harus digunakan otoskop.
Bagian yang masuk ke telinga disebut speculum (corong) dan dengan ini
gendang telinga dapat terlihat, untuk pengkajian yang lebih cermat perlu
dipakai kaca pembesar. Otoskop dipakai oleh orang yang terlatih, termasuk
para perawat.
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan
pendengaran.
2. Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dnegan obstruksi, infeksi di
telinga tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran.
3. Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis,
anestesi, nyeri, hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran
lebih besar setelah operasi.

I. INTERVENSI

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


DX
NOC NIC
1 Tujuan :Gangguan  Dapatkan apa metode
komunikasi berkurang / komunikasi yang dinginkan dan

hilang. catat pada rencana perawatan


metode yang digunakan oleh staf
Kriteria hasil
dan klien
 Klien akan
 Kaji kemampuan untuk
memakai alat bantu
menerima pesan secara verbal.
dengar (jika
 Gunakan faktor-faktor yang
sesuai).
meningkatkan pendengaran dan
 Menerima pesan
pemahaman.
melalui metoda
pilihan (misal :
komunikasi tulisan,
bahasa lambang,
berbicara dengan
jelas pada telinga
yang baik.
2 Tujuan :Persepsi /  Ajarkan klien untuk
sensoris baik. menggunakan dan merawat
Kriteria hasil. alat pendengaran secara tepat.
 Klien akan  Instruksikan klien untuk
mengalami menggunakan teknik-teknik
peningkatan yang aman sehingga dapat
persepsi/sensoris mencegah terjadinya ketulian
pendengaran lebih jauh.
samapi pada  Observasi tanda-tanda awal
tingkat fungsional. kehilangan pendengaran yang
lanjut.
 Instruksikan klien untuk
menghabiskan seluruh dosis
antibiotik yang diresepkan
(baik itu antibiotik sistemik
maupun lokal).
3 Tujuan :Rasa cemas  Jujur kepada klien ketika
klien akan mendiskusikan mengenai
berkurang/hilang. kemungkinan kemajuan dari
Kriteria hasil : fungsi pendengarannya untuk
 Klien mampu mempertahankan harapan
mengungkapkan klien dalam berkomunikasi.
ketakutan/kekuatirann  Berikan informasi mengenai
ya. kelompok yang juga pernah
 Respon klien tampak mengalami gangguan seperti
tersenyum. yang dialami klien untuk
 memberikan dukungan kepada
klien.
 Berikan informasi mengenai
sumber-sumber dan alat-lat
yang tersedia yang dapat
membantu klien.
KASUS
OTITIS MEDIA KRONIK

Seorang Anak laki-laki yang bernama O berusia 15 tahun beragama islam masih
sekolah SMP, datang ke RSUD Kojara diantar sama ibunya yang bernama A pada
tanggal 08 April 2020, klien mengatakan klien kehilangan pendengarannya
sebelah kanan, keluar serumen yang bau sejak 7 hari yang lalu. Klien mengatakan
klien mengalami nyeri telinga, mengeluh pusing, mual, dan gatal telinganya.
Klien mengatakan akhir-akhir ini sering mengalami batuk, pilek, dan demam.

Pengkajian pada tanggal 08 April 2020. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan data
kesadaran Compos Mentis, TD 110/90 mmHg, Nadi 120 x/menit, RR 20 x/menit,
Suhu 39°C, BB 40 Kg, TB 120. Setelah dikaji klien mengatakan kehilangan
pendengarannya sebelah kanan, telinga keluar serumen yang bau sejak 7 hari yang
lalu, nyeri telinga, perasaan penuh dan pendengaran menurun, pusing, mual dan
gatal telingannya, tidak nyaman dengan telingannya. Kulit pasien teraba hangat.
Klien mengatakan sering mengorek-ngorek kuping dengan cottonbuds sampai
dengan berdarah. Klien merasakan nyeri seperti diusuk-tusuk dibagian telinganya
dan nyeri hilang timbul. Klien mengatakan nyeri berlangsung lama dengan sekala
nyeri 5-6. Pasien mengatakan nafsu makan berkurang. Pasien sulit tidur.

Hasil pemeriksaan otoskopis diperoleh membran timpani tampak merah, sering


menggelembung dan mengalami perforasi. Uji weber didapatkan suara lebih jelas
terdengar di telinga sebelah kanan (telinga yang sakit). Klien diberikan terapi
antibiotik spectrum luas, dan obat tetes telinga. Diagnosa medis klien Otitis Media
Kronik.

Klien mengatakan anak ke 2 dari 3 bersaudara kakaknya perempuan dan adiknya


laki-laki, kakek dan nenek dari ayah sudah tidak ada dan dari ibu masih ada.
Ibunya anak ke 1 dari tiga bersaudara adiknya semua perempuan dan ayahnya dari
2 bersaudara, ayah anak ke 1 dan adiknya perempuan. Dia tinggal bersama kedua
orang tua, anak, kakaknya di Jl. Gatot Subroto No.5. Penanggung jawab ibunya
yang berumur 28 tahun. Klien dari keluarga suku jawa. Pekerjaan ibunya IRT.

Rumahnya jauh dari jalan raya, jauh dengan sawah, dan jauh dengan peternakan.
Rumahnya memiliki ventilasi yang bagus. Pasien suka bermain dengan teman-
teman nya di lapangan bola setiap sore.

Pasien pernah mengalami hal serupa pada umur 5 tahun. Pasien tidak pernah di
operasi sebelumnya. Dan pasien mempunyai riwayat ISPA. Keluarganya tidak ada
yang mempunyai riwayat penyakit yang sama dengan pasien. Dan tidak ada yang
pernah di operasi, tidak ada yang mempunyai penyakit menular.

Hasil Laboratorium

a) Hemoglobin : 18,0 gr/dL


b) Leukosit : 9,40 /uI
c) Hematokrit : 52 %
d) Trombosit : 344/uI

Hasil tes diagnostik

a) Tes audiometri : Pendengaran menurun


b) Xray : kekaburan mastoid
c) Pemeriksaan pendengaran dengan Tes suara bisikan yang didapatkan hasil
bahwa klien mempu mendengar 2 meter
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Alfa Era Rahma Faresty

Tanda Tangan :

Tanggal Pengkajian : 08 April 2020

Tanggal Masuk Rs : 08 April 2020

I. BIODATA
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama Klien : An.O
Umur : 11 Tahun
Jenis Kelamin : Laki – laki
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa / Indonesia
Diagnosa Medis : Otitis Media Kronik
Alamat : Jl. Gatot Subroto No.5
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny.A
Umur : 28 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : Tidak terkaji
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Gatot Subroto No.5
Hubungan Keluarga : Ibu
II. RIWAYAT KESEHATAN KLIEN
1. Keluhan Utama
klien mengatakan klien kehilangan pendengarannya sebelah kanan,
keluar serumen yang bau sejak 7 hari yang lalu.

2. Riwayat Kesehatan Sekarang


Klien mengatakan kehilangan pendengarannya sebelah kanan, telinga
keluar serumen yang bau sejak 7 hari yang lalu, nyeri telinga, perasaan
penuh dan pendengaran menurun, pusing, mual dan gatal telingannya,
tidak nyaman dengan telingannya. Klien merasakan nyeri seperti diusuk-
tusuk dibagian telinganya dan nyeri hilang timbul. Klien mengatakan
nyeri berlangsung lama dengan sekala nyeri 5-6. Hasil pemeriksaan fisik
didapatkan data kesadaran Compos Mentis, TD 110/90 mmHg, Nadi 120
x/menit, RR 20 x/menit, Suhu 39°C, BB 40 Kg, TB 120. Kulit pasien
teraba hangat. Hasil pemeriksaan otoskopis diperoleh membran timpani
tampak merah, sering menggelembung dan mengalami perforasi. Uji
weber didapatkan suara lebih jelas terdengar di telinga sebelah kanan
(telinga yang sakit).

3. Riwayat Kesehatan Dahulu


Pasien pernah mengalami hal serupa pada umur 5 tahun. Pasien tidak
pernah di operasi sebelumnya. Dan pasien mempunyai riwayat ISPA.

III. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Keluarganya tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit yang sama dengan
pasien. Dan tidak ada yang pernah di operasi, tidak ada yang mempunyai
penyakit menular.
IV. STRUKTUR KELUARGA
1. Genogram (3 Generasi)

Keterangan

: Permpuan meninggal

: Laki-laki meninggal

: Permpuan

: Laki-laki

: Pasien

: Tinggal serumah

: Garis Hubungan Keluarga

I. RIWAYAT IMUNISASI
(Khusus untuk di ruang Perawatan anak)
Tidak Terkaji
V. RIWAYAT SOSIAL
Rumahnya jauh dari jalan raya, jauh dengan sawah, dan jauh dengan
peternakan. Rumahnya memiliki ventilasi yang bagus. Pasien suka bermain
dengan teman-teman nya di lapangan bola setiap sore.

VI. DATA BIOLOGIS


Nafsu makan berkurang

VII. DATA PSIKOLOGIS


1. Pola Kognisi dan Persepsi Ssensori
a. Status mental : Baik
b. Orientasi : Sedang
c. Keadaan emosional : Baik
d. Bicara : Baik
e. Bahasa yang di gunakan: Bahasa Indonesia
f. Kemampuan membaca : Tidak terkaji
g. Kemampuan interaksi : Baik
h. Pengetahuan tentang penyakitnya : Tidak mengerti
i. Respon klien terhadap penyakitnya : Tidak mengerti
2. Pola Konsep Diri
(diisi hanya pada klien yang sudah dapat mengungkapkan perasaan
yang berhubungan dengan kesadaran akan dirinya sendiri)
a. Gambaran diri
Tidak terkaji
b. Ideal diri
Tidak terkaji
c. Harga diri
Tidak terkaji
d. Peran diri
Tidak terkaji

e. Identitas diri
Tidak terkaji
3. Pola peran- berhubungan
Tidak terkaji
4. Pola Seksual dan seksualitas
Tidak terkaji
5. Pola mekanisme koping
Tidak terkaji
6. Pola Nilai Kepercayaan
Tidak terkaji

VIII. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan Umum
a. Kesadaran : Compos Mentis
b. Penampilan : Baik
c. Kesadaran : Baik
d. Orientasi : Sedang
e. Berat badan : Sebelum: Tidak terkaji Sesudah : 40Kg
f. Tinggi badan : 120cm
g. Tanda-tanda Vital :
T : 110/90 mmHg
P : 120 x/menit
R : 20 x/menit
S : 39°C
IX. DATA PENUNJANG

No Jenis Tang Hasil Nilai Normal Interpretasi


Pemeriksaan gal
1 Laboratorium
Hemoglobin 18,0 gr/dL 12,0 – 14,0 g/dL 
Hematokrit 52 % 40 – 50 % 

Leukosit 9,40 103/ µl 5,0 – 10,0 103/µl Normal

Trombosit 344 103/ µl 150 – 400 103/µl Normal

X. PENGOBATAN

No Nama Obat Dosis Waktu Cara Ket


Pemberian
1 Obat tetes
telinga
2 paracetamol
XI. ANALISA DATA (Minimal 3 masalah)

Tgl/Jam Data Senjang Penyebab / Etiologi Masalah Keperawatan TTD dan


(DS dan DO) (SDKI) Nama Jelas
08 April DS : Infeksi virus atau bakteri Hipertermi Alfa Era
2020, Pasien mengatakan sering mengalami  (D.0130) Rahma
08.00 demam. Terjadi pada nasofaring Faresty

Melalui tuba eustachius
DO :

Suhu 39°C
Menyerang telinga tengah
Kulit pasien teraba hangat 
Melalui perforasi
membrane timpani

Hipertermi
08 April DS : Gangguan fungsi tuba Gangguan persepsi Alfa Era
2020, klien mengatakan klien kehilangan eustachius sensori Rahma
08.00 pendengarannya sebelah kanan, keluar  (D.0085) Faresty
serumen yang bau sejak 7 hari yang lalu. Pembengkakan saluran
eustachius

DO : Terjadi peningkatan lendir
dan nanah
Hasil pemeriksaan otoskopis diperoleh 
membran timpani tampak merah, sering Tekanan cairan meningkat
menggelembung dan mengalami perforasi. 
Uji weber didapatkan suara lebih jelas Kehilangan pendengaran
terdengar di telinga sebelah kanan (telinga Gangguan pesepsi
yang sakit). Tes audiometri : Pendengaran sensori
menurun. Xray : kekaburan mastoid .
Pemeriksaan pendengaran dengan Tes
suara bisikan yang didapatkan hasil bahwa
klien mempu mendengar 2 meter.

08 April DS : Gangguan fungsi tuba Nyeri Akut Alfa Era


2020, Pasien mengatakan nyeri telinga. Pasien eustachius (D.0077) Rahma
08.00 mengatakan nafsu makan menurun, dan  Faresty
sulit tidur. Enzim pelindung dan
bulu-bulu halus tidak
DO : berfungsi
Klien merasakan nyeri seperti diusuk-tusuk 
dibagian telinganya dan nyeri hilang timbul. Bakteri dapat masuk
Klien mengatakan nyeri berlangsung lama melalui saluran napas

dengan sekala nyeri 5-6. ISPA

Pembengkakan saluran
eustachius

Nyeri Akut
08 April DS : Infeksi bakteri Defisit Pengetahuan Alfa Era
2020, Pasien mengeluh kehilangan  (D.0111) Rahma
Infeksi telinga tengah
08.00 pendengarannya sebelah kanan, sejak 7 hari  Faresty
yang lalu. Pasien mengeluh bahwa telinga Tekanan udara pada
nya keluar serumen yang bau mengatakan telinga tengah menurun

suka mengorek-ngorek kuping dengan Pengobatan tidak tuntas
cottonbat sampai dengan berdarah. atau seriko berulang

Kurangnya informasi
DO : 
Hasil pemeriksaan otoskopis diperoleh Defisit Pengetahuan
membran timpani tampak merah, sering
menggelembung dan mengalami perforasi.

XII. DIAGNOSA KEPERAWATAN MENURUT PRIORITAS


1. Gangguan persepsi sensori (pendengaran) b.d perforasi membran timpani
2. Hipertermia b.d. proses penyakit
3. Nyeri Akut b.d Pembengkakan saluran eustachius
4. Defisit pengetahuan b.d kurangnya informasi

XIII. INTERVENSI KEPERAWATAN


Perencanaan Keperawatan
Tgl, Jam No. Dx
Tujuan Rencana Tindakan Rasional
08 April D.0130 Setelah dilakukan tindakan 1. Periksa status mental, status 1. Untuk mengetahui keadaan
keperawatan 3×24 jam sensori, dan tingkat kenyamanan status mental, status senori,
2020,
masalah keperawatan dapat dan tingkat kenyamanan
09.00 teratasi , dengan kriteria pasien
hasil:

Indikator IR ER 2. Dikusikan tingkat toleransi 2. Untuk mengetahui tingkat


terhadap beban sensori toleransi terhadap beban
Verbalisas 2 4 sensori
i mendegar 3. Jadwalkan aktivitas dan istirahat 3. Untuk bisa mengatur jadwal
aktivitas dan istirahat
bisikan dengan baik
Respon 3 5 4. Ajarkan cara meminimalisis 4. Untuk mengetahui cara
stimulus meminimalisis stimulus
sesuai
5. Kalaborasi pemberian obat yang 5. Untuk mengurangi pengaruh
stimulus mempengaruhi persepsi stimulus persepsi stimulus
Orientasi 3 5

08 April D.0085 Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi penyebab 1. Untuk mengetahui penyebab
2020, keperawatan 1×24 jam
09.00 masalah keperawatan dapat hipertermia hipertermia
teratasi , dengan kriteria
hasil: 2. Monitor suhu 6. Untuk mengetahui suhu
pasien
Indikator IR ER 3. Sediakan lingkngan yang dingin 7. Agar cepat menurunkan
suhu tubuh pasien
Suhu 2 5 4. Longgarkan pakaian 8. Agar cepat berkeringat dan
suhu tubuh pasien normal
tubuh 5. Berikan cairan oral 9. Agar tidak mengalami
Suhu kulit 2 5 dehidrasi
Menggigi 2 5 6. Anjurkan tirah baring 10. Agar pasien sembuh dengan
l cepat
7. Kalaborasi pemberian cairan dan 11. Untuk menambah cairan
elektrolit intrvena dalam tubuh dan tidak
mengalami dehidrasi

08 April D.0077 Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Untuk mengetahui lokasi,
2020, keperawatan 2×24 jam durasi, frekuensi, kualitas, karakteristik, durasi,
09.00 masalah keperawatan dapat intensitas nyeri frekuensi, kualitas, intensitas
teratasi , dengan kriteria nyeri
hasil: 2. Identifikasi skala nyeri 2. Untuk mengetahui skala
nyeri
3. Identifikasi faktor yang 3. Untuk mengetahui faktor
Indikato IR ER memperberat dan memperingan yang memperberat dan
nyeri memperingan nyeri
r 4. Berikan teknik nonfarmakologis 4. Agar pasien mengetahui
Kesulitan 2 4 untuk mengurangi rasa nyeri teknik nonfarmakologis
tidur untuk mengurangi rasa nyeri
Keluhan 2 4 5. Control lingkungan yang 5. Agar nyeri tidak cepat
memperberat rasa nyeri membaithaui k
nyeri 6. Jelaskan penyebab, periode, dan 6. Agar pasien mengetahui
Nafsu 2 5 pemicu nyeri penyebab, periode, dan
makan pemicu nyeri
Meringis 2 4

7. Ajarkan teknik nonfarmakologi 7. Agar pasien dapat


untuk mengurangi rasa nyeri mengetahui teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
8. Kalaborasi pemberian analgetik 8. Untuk menangani dan
memperkurang tingkir nyeri

08 April D.0111 Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kesiapan dan 1. untuk mengetahui kesiapan
2020, keperawatan 1×24 jam kemampuan menerima informasi dan kemampuan menerima
09.00 masalah keperawatan dapat informasi
teratasi , dengan kriteria 2. Identifikasi faktor-faktor yang 2. untuk mengetahui faktor-
hasil: dapat meningkatkan dan faktor yang dapat
menurunkan motivasi perilaku meningkatkan dan
Indikator IR ER hidur bersih dan sehat menurunkan motivasi
perilaku hidur bersih dan
Pertannyaan 3 5 sehat
3. Sediakan materi dan media 3. untuk menjelaskan materi
tentang
pendidikan kesehatan yang akan di jelaskan
masalah 4. Jadwalkan pendidikan kesehatan 4. menjadwalkan pendidikan
sesuai kesepakatan kesehatan sesuai
yang kesepakatan
5. Jelaskan faktor yang dapat 5. Agar pasien memahami
dihadapi mempengaruhi kesehatan faktor yang dapat
Perilaku 2 5 mempengaruhi kesehatan
sesuai 6. Ajarkan perilaku hidup bersih 6. Agar pasien bisa berperilaku
dan sehat hidu bersih dan sehat
dengan
pengetahua
n
Persepsi 2 5
yang keliru
terhadap
maslah
XIV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN

No. Dx Tanggal, Implementasi keperawatan Ttd nama Tanggal, Evaluasi Ttd nama
waktu jelas waktu jelas
D.0130 09 April 1. Periksa status mental, status sensori, Alfa Era S: Alfa Era
2020 dan tingkat kenyamanan Rahma Rahma
Pasien mengatakan bahwa
08.00 Respon faresty faresty
Pasien mengatakan tidak nyaman telingatnya tidak bisa
dengan telinga naya
mendengar, nyeri, dan
Hasil pemeriksaan tingkat
kenyamanan nya berkurang, ststus mengalami pengeluaran
sensori kurang baik, status mental
cairan yang bau
kurang baik
09 April 2. Jadwalkan aktivitas dan istirahat O:
2020 Respon
Pasien mengalami
08.00 Pasien mengatakan istrirahat kurang,
susah tidur. perforasi
Pasien terlihat mata panda
A:
09 April 3. Ajarkan cara meminimalisis
2020 stimulus Masalah belum teratasi
08.00 Respon
P:
Pasien mengatakan tidak mengerti
tentang cara meminimalisis stimulus Lanjutkan intervensi
Pasien terlihat sudah mengerti yang
di jelaskan perawat
09 April 4. Kalaborasi pemberian obat yang
2020 mempengaruhi persepsi stimulus
08.00 Respon
Pasien dikasi obat tetes telinga

D.0085 09 April 1. Identifikasi penyebab hipertermia Alfa Era S: Alfa Era


2020 Respon Rahma Rahma
Pasien mengatakan
08.00 Pasien mengatakan sering demam faresty faresty
Hasil pemeriksaan yang di dapat demam naik turun
karena ada perforasi dari telinga dan
O:
mengakibatkan demam
09 April 2. Monitor suhu Suhu pasien 38°C, akral
2020 Respon
teraba hangat
08.00 Suhu 39°C, akral teraba hangat
09 April 3. Sediakan lingkngan yang dingin A:
2020 Respon
Masalah belum teratasi
08.00 Pasien di tempatkan di tempat yang
dingin di bawah AC, baju di P:
longgarkan Lanjutkan intervensi
09 April 4. Longgarkan pakaian
2020 Respon
08.00 Pasien terlihat melonggarkan
pakaian nya
09 April 5. Berikan cairan oral
2020 Respon
08.00 Pasien mengatakan sering minum
Pasien terlihat mukosa bibir lembab
09 April 6. Anjurkan tirah baring
2020 Respon
08.00 Pasien terlihat berbaring tidak
melakukan aktivitas
09 April 7. Kalaborasi pemberian cairan dan
2020 elektrolit intrvena
08.00 Respon
Pasien di pasang infusan di tangan
kiri

D.0077 09 April 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, Alfa Era S: Alfa Era


2020 durasi, frekuensi, kualitas, intensitas Rahma Rahma
Pasien mengatakan masih
08.00 nyeri faresty faresty
Respon nyeri
Pasien mengatakan nyeri di bagian
O:
telinga
Pasien terlihat meringis saat telinga Pasien terlihat sakit saat di
nya di pegang
pegang telinganya, nyeri
09 April 2. Identifikasi skala nyeri
2020 Respon skala 5 (1-10)
08.00 Skala nyeri dilihat dari muka pasien
A:
5-6
09 April 3. Identifikasi faktor yang Masalah teratsi sebagian
2020 memperberat dan memperingan
P:
08.00 nyeri
Lanjutkan intervensi
Respon
Pasien mengatakan sakit bangian
telinga nya, pasien mengatakan
punya riwayat ISPA
09 April 4. Berikan teknik nonfarmakologis
2020 untuk mengurangi rasa nyeri
08.00 Respon
Pasien mengatakan tida mengetahui
teknik nonfarmakologi mengurangi
rasa nyeri
Saat diberikan teknik
nonfarmakologi pasien bisa
langsung mempraktekannya
5. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
Respon
Pasien mengatakan sakit telinga nya
saatdi tempat ramai
Pasien di tempatkan di ruangan yang
terpisah
6. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
Respon
Pasien mengatakan nyeri telinga nya
Pasien terlihat nyeri di akibatkan
perforasi bagain telinga nya
7. Ajarkan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri
Respon
Pasien sudah mampu melakukan
teknik nonfarmakologi yang sudah
di ajarkan
8. Kalaborasi pemberian analgetik
Respon
Pasien di beri obat paracetamol dan
di beri obat tetes telinga

D.0111 1. Identifikasi kesiapan dan Alfa Era S: Alfa Era


kemampuan menerima informasi Rahma Rahma
Pasien mengatakan sudah
Respon faresty faresty
Pasien mengatakan siap untuk mengerti apa pentingnya
menerima informasi dari perawat
hidup bersih dan sehat
Pasien terlihat menerima informasi
dengan baik untuk kesehatan
2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
O:
meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidur bersih dan Pasien terlihat mengerti
sehat
dan mempu menjelaskan
Respon
Pasien mengatakan malas untuk faktor yang yang
hidup bersih dan sehat
mempengaruhi kesehatan
Pasien sekarang mengerti
pentingnya hidup bersih dan sehat A:
3. Sediakan materi dan media
Masalah teratasi
pendidikan kesehatan
Respon P:
Pasien mengatakan sudah mengerti Hentikan intervensi
apa yang di jelaskan oleh pasien
4. Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
Respon
Perawat menjadwalkan untuk
pendidikan kesehatan yang akan di
jalani
5. Jelaskan faktor yang dapat
mempengaruhi kesehatan
Respon
Pasien mempu menjelaskan ulang
tentang faktor yang dapat
mempengaruhi kesehatan
6. Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat
Respon
Pasien sekarang mengerti apa
pentinya hidup bersih dan sehat
DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer, 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Efiaty. 2007. Buku Ajar Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika

Kusuma, Hardi & Amin Huda Nurarif. 2013. Asuhan Keperawatan anak.
Jakarta: EGC

Sylvia A. Price & Lorraine M.W. 2006. Patofisiologi konsep klinis dan proses-
proses penyakit. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai