OLEH :
DENPASAR
2018
LAPORAN PENDAHULUAN
I. DEFINISI
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala atau
penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi
oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang termasuk family
retroviridae. AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV. (Sudoyo Aru,dkk
2009)
II. Etiologi
Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang disebut HIV
dari kelompok virus yang dikenal retrovirus yang disebut Lympadenopathy
Associated Virus (LAV) atau Human T-Cell Leukemia Virus (HTL-III yang
juga disebut Human T-Cell Lymphotropic Virus (retrovirus). Retrovirus
mengubah asam rebonukleatnya (RNA) menjadi asam deoksiribunokleat
(DNA) setelah masuk ke dalam sel pejamu. Penularan virus ditularkan melalui
1. Hubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa
kondom) dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
2. Jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril dan dipakai bergantian.
3. Mendapatkan tranfusi darah yang mengandung virus HIV.
4. Ibu penderita HIV positif kepada bayinya etika dalam kandungan, saat
melahirkan atau melalui air susu ibu (ASI)
III. Manifestasi Klinis
Berdasarkan gamabaran klinik (WHO 2006)
Tanpa gejala : Fase klinik 1
Ringan : Fase klinik 2
Lanjut : Fase klinik 3
Parah : Fase klinik 4
Fase klinik HIV
Fase klinik 1
Tanpa gejala, limfadenopati (gangguan kelenjar/pembuluh limfe) menetap dan
menyeluruh
Fase klinik 2
Penurunan BB (<10%) tanpa sebab. Ineksi saluran pernapasan atas (sinusitis,
tonsillitis, otitis media, pharyngitis) berulang. Herpes zoster, infeksi sudut
bibir, ulkus mulut berulang, popular pruritic eruptions, seborrheic dermatitis,
infeksi jamur pada kuku.
Fase klinik 3
Penurunan BB (>10%) tanpa sebab. Diare kronik tanpa sebab sampai >1 bulan.
Demam menetap (intermiten atau tetap >1 bualan). Kandidiasis oral menetap.
TB pulmonal (baru), plak putih pada mulut, infeksi bakteri berat misalnya :
pneumonia, empyema (nanah dirongga tubuh terutama pleura, abses pada otot
skelet, infeksi sendi atau tulang), meningitis, bacteremia, gangguan inflamasi
berat pada pelvik, acute necrotizing ulcerative stomatitis, gingivitis atau
periodontitis anemia yang penyebabnya tidak diketahui (<8 g/dl), neutropenia
(< 0,5 x 109 /I) dan atau trombositopenia kronik (<50 x 109 /I).
Fase klinik 4
Gejala menjadi kurus (HIV wasting syndrome), pneumocystis pneumonia
(peneumonia karena pneumocystis carinii), pneumonia bakteri berulang,
infeksi herpes simplex kronik (orolabial, genita atau anorektal > 1 bulan).
Oesophageal candidiasis, TBC ekstrapulmonal, Cytomegalovirus,
Toksoplasma di SSP, HIV encephalopathy, meningitis, infection progressive
multivocal, lymphoma, invasive cervical carcinoma, leukoencephalopathy.
Fase Lama fase Antibodi yang Gejala-gejala Dapat
Terdeteksi ditularkan
1. Periode jendela 4 minggu–6 Tidak Tidak ada Ya
bulan infeksi
2. Infeksi HIV 1-2 minggu Mungkin Sakit seperti flu Ya
primer akut
3. Infeksi 1-15 th/lebih Ya Tidak ada Ya
Asimptomatik
4. Supresi imun Sampai 3 Ya Demam, keringat pada Ya
simptomatik tahun malam hari, BB turun,
diare, neuropatik,
keletihan, ruam kulit,
limadenopati,
perlambatan kognitif,
lesi oral
5. AIDS 1-5 th dari Ya Infeksi oportunistik Ya
pertama berat dan tumor,
penentuan manifestasi neurologik
kondisi
AIDS
System tahapan klinis untuk anak menurut WHO yang telah diadaptasi:
2. Diagnosis presumtif dari penyakit stadium 4 pada anak umur < 18 bulan yang
seroposistif membutuhkan konfirmasi dengan tes virologis HIV atau tes Ab
HIV pada umur > 18 bulan.
Pemeriksaan Penunjang :
1. Mendeteksi antigen virus dengan PCR (Polimerase Chain Reaction)
2. Tes ELSA memberikan hasil positif 2-3 bulan sesudah infeksi
3. Hasil positif dikonfirmasi dengan pemeriksaan western blot
4. Serologis : skrining HIV dengan ELISA,Tes western blot, limfosit T
5. Pemeriksaan darah rutin
6. Pemeriksaan neurologist
7. Tes fungsi paru, broskoscopi
Penatalaksanaan (Agung Negroho)
1. Pengobatan suportif
a. Pemberian nutrisi yang baik
b. Pemberian multivitamin
2. Pengobatan simptomatik
3. Pencegahan infeksi oportunistik, dapat digunakan antibiotik kotrimoksazol.
4. Pemberian ARV (Antiretroviral). (Widoyono)
ARV dapat diberikan saat pasien sudah siap terhadap kepatuhan berobat seumur
hidup. Indikasi dimulainya pemberian ARV dapat dilihat pada tabel berikut.
WHO 2009 Untuk Negara Amerika Serikat DHHS 2008
berkembang
Stadium IV (AIDS) tanpa Riwayat diagnosis AIDS
memandang CD4
Stadium III HIV-ssociated nefropathy/HIVAN
TB paru Asimptomatik, CD4< 350
Peneumonia berulang Ibu hamil
Stadium I dan II bila CD4< 350
Pedoman terapi ARV (Gulick RM)
a. Jangan gunakan obat tunggal atau 2 obat
b. Selalu gunakan minimal kombinasi 3 ARV yang disebut HAART (Highly
Active Anti Retroviral Therapy)
c. Kombinasi ARV lini pertama pasien naive (belum pernah pakai ARV
sebelumnya) yang dianjurkan : 2 NRTI (nucleoside atau nucleotide reverse
transcriptase inhibitor) + 1 NNRTI (non-nucleoside atau nucleotide reverse
transcriptase inhibitor)
d. Di Indonesia, regimen pengobatan yang dipakai adalah
- Lini pertama : AZT + 3TC + EFV atau NVP
- Alternative : d4T + 3TC + EFV atay NVP
AZT atau d4T + 2 PI (LPV/r)
- AZT (Azidotimidin), EFV (Efavirebz), d4T (Stavudine), 3TC
(Lamivudine), NVP (Nelfinafir), LPV/rv(Lopinavir/ritonavir)
Indikasi mulai ARV juga dapat dilihat dari bagan di bawah ini
Ya Tidak
- Kontak dengan darah HIV masuk kedalam tubuh HIV berikan limfosit T,
- Kontak seks monosit, makrofag
- Kontak ibu bayi
Tunas virus
- CD 8
- rangsangan
AIDS Infeksi sel T lain - Pembentukan sel B
Humoral seluler
Mutasi gen
Pengeluaran mediator kimia Aktifkan flora
normal
Pembelahan sel
berlebihan Peningkatan sitokinin Resiko infeksi
(oportunistik)
Picu sel kanker Pirogenindogen
Ketidakefektifan
termoregulasi Menginfeksi paru-paru Saluran pencernaan
Eksudat
Mukosa teriritasi
Gangguan jalan nafas Inhalasi dan ekhalasi terganggu Pelepasan asam amino
Ketidakseimbangan
Difusi O2 terganggu Metabolism sel menurun
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Hipoksia ATP menurun kelemahan tetap
Bakteri mudah masuk
imun tak ada
Sesak nafas Intoleransi aktivitas
Peristaltic
Ketidakefektifan pola
nafas
Resiko keseimbangan Absorbs air
elektrolit Absorbs nutrisi
Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian.
1. Riwayat : tes HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan
obat-obat.
2. Penampilan umum : pucat, kelaparan.
3. Gejala subyektif : demam kronik, dengan atau tanpa menggigil, keringat
malam hari berulang kali, lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit
tidur.
4. Psikososial : kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan pola hidup,
ungkapkan perasaan takut, cemas, meringis.
5. Status mental : marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati, withdrawl,
hilang interest pada lingkungan sekitar, gangguan prooses piker, hilang
memori, gangguan atensi dan konsentrasi, halusinasi dan delusi.
6. HEENT : nyeri periorbital, fotophobia, sakit kepala, edem muka, tinitus,
ulser pada bibir atau mulut, mulut kering, suara berubah, disfagia,
epsitaksis.
7. Neurologis :gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo,
ketidakseimbangan , kaku kuduk, kejang, paraplegia.
8. Muskuloskletal : focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan ADL.
9. Kardiovaskuler ; takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.
10. Pernapasan : dyspnea, takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot Bantu
pernapasan, batuk produktif atau non produktif.
11. GI : intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun, diare,
inkontinensia, perut kram, hepatosplenomegali, kuning.
12. Gu : lesi atau eksudat pada genital,
13. Integument : kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif.
II. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d pneumonia carinii (PCVP),
peningkatan sekresi bronkus dan penurunan kemampuan untuk batuk
menyertai kelemahan serta keadaan mudah letih
2. Ketidakefektifan pola napas b.d jalan nafas terganggu akibat spasme otot-
otot pernafasan an penurunan ekspansi paru
3. Ketidakefektifan termoregulasi b.d penurunan imunitas tubuh
4. Intoleransi aktivitas b.d keadaan mudah letih, kelemahan, malnutrisi,
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan
asupan oral
6. Gangguan harga diri
7. Resiko infeksi b.d imunodefisiensi
8. Resiko ketidakseimbangan elektrolit
9. Defisiensi pengetahuan b.d cara-cara mencegah penularan HIV dan
perawatan mandiri
- Keletihan
- Hiperventilasi - Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
- Sindrom hipoventilasi
keseimbangan
- Gangguan muskuloskeletal
- Monitor respirasi dan
- Kerusakan neurologis status O2
- Pertahankan posisi
pasien
- Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
- Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
- Identifikasi penyebab
dari perubahan vital sign
3 Ketidakefektifan termoregulasi NOC NIC
Definisi : fruktuasi suhu diantara - Hidration Temperature regulation
hipotermi dan hipertermia - Adherence behavior - Monitor suhu minimal
Batasan karakteristik : - Immune status tiap 2 jam
- Dasar kuku sianosis - Risk control - Rencanakan monitor
- Fruktuasi suhu tubuh diatas - Risk detection suhu secara kontinyu
dan dibawah normal Kriteria hasil : - Monitor TTV
- Kulit kemerahan - Keseimbangan antara - Monitor tanda-tanda
- Hipertensi produksi panas, panas hipertermi dan
- Peningkatan suhu tubuh yang diterima dan hipotermi
diatas normal kehilangan panas - Monitor warna dan
- Peningkatan frekuensi napas - Seimbang antara suhu kulit
- Sedikit menggigil, kejang produksi panas, panas - Tingkatkan intake
- Pucat sedang yang diterima dan cairan dan nutrisi
- Piloereksi kehilangan panas - Selimuti pasien untuk
- Penurunan suhu tubuh di selama 28 hari mencegah hilangnya
bwah batas normal pertama kehidupan kehangatan tubuh
- Kulit dingin, kulit hangat - Keseimbangan asam - Ajarkan pada pasien
- Pengisian ulang kapiler yang basa bayi baru lahir cara mencegah
lambat, takikardi - Temperature stabil : keletihan akibat panas
Factor yang berhubungan : 36,5-37’C - Diskusikan tentang
- Usia yang ekstrem - Tidak ada kejang pentingnya pengaturan
- Fluktuasi suhu lingkungan - Tidak ada perubahan suhu dan kemungkinan
- Penyakit warna kulit efek negative dari
- Trauma - Glukosa darah stabil kedinginan
- Tidak ada perubahan - Beritahu klien tentang
warna kulit indikasi terjadinya
- Pengendalian risiko : keletihan dan
hipertermia penanganan emergency
- Pengendalian risiko : yang diperlukan
hyporthermia - Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan
- Pengendalian risiko : penanganan yang
proses menular diperlukan
- Paparan sinar matahai - Berikan anti piretik
4 Intoleransi aktivitas NOC NIC
Definisi : ketidakcukupan energi Energy conservation Activity Therapy
psikologis atau fisiologis untuk Activity tolerance - Kolaborasi dengan
melanjutkan atau menyelesaikan Self Care : ADLs tenaga rehabilitasi medik
aktifitas kehidupan sehari-hari Kriteria Hasil : dalam merencanakan
yang harus atau yang ingin - Berpatisipasi dalam progran terapy yang
dilakukan aktivitas fisik tanpa tepat.
Batasan karakteristik : disertai peningkatan
- Bantu klien untuk
- Respon tekanan darah tekanan darah, nadi dan
mengidentifikasi
abnormal terhadap aktivitas RR
aktivitas yang mampu
- Respon frekwensi jantung - Mampu melakukan dilaukan
abnormal terhadap aktivitas aktivitas sehari hari
- Bantu untuk memilih
(ADLs) secara mandiri
- Perubahan EKG yang aktivitas konsisten yang
mencerminkan aritmia - Tanda tanda vital sesuai dengan
normal kemampuan fisik,
- Perubahan EKG yang
psikologi dan social
mencerminkan iskemia - Energy psikomotor
- Bantu untuk
- Ketidaknyamanan setelah - Level kelemahan
mengidentifikasi dan
beraktivitas
- Mampu berpindah : mendapatkan sumber
- Dipsnea setelah beraktivitas dengan atau tanpa yang diperlukan untuk
bantuan alat aktivitas yang diinginkan
- Menyatakan merasa letih
- Status kardiopulmunari - Bantu untuk
- Menyatakan merasa lemah
adekuat mendapatkan alat
Faktor yang berhubungan bantuan aktivitas seperti
- Sirkulasi status baik
- Tirah baring atau imobilisasi kursi roda, krek
- Kelemahan umum
- Ketidakseimbangan antara - Status respirasi baik : - Bantu untuk
suplei dan kebutuhan oksigen pertukaran gas dan mengidentifikasi
ventilasi adekut aktivitas yang disukai
- Imobilitas
- Bantu klien untuk
- Gaya hidup monoton
membuat jadwal latihan
diwaktu luang
- Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
- Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
IV. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Nurharif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatn Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda NIC-NOC Esidi Revisi Jilid 1. Jogjakarta : Media
Action
Sudayo Aru, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1,2,3 edisi keempat.
Jakarta : Internal Publishing
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatn Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesi