Anda di halaman 1dari 38

1.

AMERIKA SERIKAT

Amerika Serikat (United States of America) dikenal sebagai negara adikuasa karena
mempunyai dominasi kuat terhadap negara-negara lain. Negara ini sangat handal dalam
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, mempunyai pendapatan per kapita tinggi, dan tingkat
produktivitas unggul.

Amerika Serikat terbagi dalam 50 negara bagian, meliputi 48 negara bagian di daratan utama,
Alaska (sebelah barat Kanada), dan Hawaii di Samudera Pasifik. Setiap negara bagian diberi
kebebasan mengurus rumah tangga sendiri, misalnya mengelola sumber daya alam dan sumber
daya manusia yang ada. Ibukota Amerika Serikat adalah Washington DC.

Kemajuan perekonomian Amerika Serikat dapat diuraikan :

1) Pertanian

Bidang pertanian di Amerika Serikat sangat maju. Kemajuan tersebut karena ditunjang
teknologi canggih, pengolahan intensif, dan kerja keras petani. Lahan pertanian negara ini
meliputi 47% dari luas wilayah negara. Sistem pertanian yang digunakan adalah monokultur,
yaitu satu kawasan untuk satu jenis tanaman. Hasil pertanian Amerika Serikat, antara lain,
gandum, jagung, kapas, tembakau, buah-buahan, dan sayuran.

2) Peternakan

Jenis peternakan yang dibudidayakan adalah sapi perah, terdapat di New England, Iowa,
Missouri, dan Nebraska. Jenis sapi potong dikembangkan di daerah Dakota dan Nebraska. Jenis
peternakan lainnya ialah kuda, babi, dan biri-biri. Peternakan kuda banyak diupayakan di padang
rumput sekitar Texas.

3) Pertambangan

Hasil pertambangan Amerika Serikat, antara lain, minyak bumi (di Texas dan California),
bijih besi (di sekitar danau-danau besar), serta batu bara (depositnya merupakan yang terbesar di
dunia dan terdapat di Pegunungan Appalachia).

4) Industri
Amerika Serikat merupakan negara industri paling maju dan menjadi pesaing negara industri
lain. Hasil industri Amerika Serikat, antara lain, mobil, pesawat terbang, pabrik baja, mesin-
mesin, elektronik, bahan makanan, produk kimia, pesawat telekomunikasi, dan industri teknologi
tinggi (seperti persenjataan, roket, satelit, dan pesawat ruang angkasa).

5) Pariwisata

Objek wisata yang sangat terkenal di antaranya Yellowstone National Park, Grand Canyon,
The Great Salt Lake, dan pusat industri perfilman di Hollywood. Selain objek wisata tersebut,
Amerika Serikat juga mengandalkan sektor wisata dan teknologinya, di antaranya pusat
peluncuran satelit buatan NASA di Pantai Florida.

Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi kemajuan ekonomi Amerika Serikat adalah :

• Mempunyai lahan pertanian dan peternakan yang luas;

• Kaya bahan tambang;

• Masyarakatnya mempunyai teknologi yang memadai;

• Etos kerja masyarakatnya tinggi;

• Tingkat partisipasi masyarakat di bidang pembangunan tinggi; dan

• Para pemimpinnya mempunyai tanggung jawab yang tinggi terhadap kesejahteraan warganya.

2. JEPANG

Perang Dunia II sebenarnya telah meluluhlantakkan Jepang. Tidak ada yang berpikir dengan
kondisi seperti itu Jepang akan bangkit. Namun, ternyata semangat Bushido warisan nenek
moyang menjadi sumber kekuatan, sehingga sekarang Jepang berhasil menjadi negara yang
sangat maju dalam waktu singkat.

Banyak sebutan yang ditujukan kepada Jepang, antara lain, Dai Nippon (matahari terbit),
Macan Asia (kekuatan Asia), negeri Sakura, dan The Four Roses of Japan (dibayang-bayangi
empat bencana, yakni tsunami, gempa bumi, banjir, dan topan).
Jepang mampu menciptakan kereta cepat Shinkansen yang melaju dengan kecepatan 542
kilometer/jam. Bukan hanya kecepatannya yang menakjubkan, kereta ini juga menggunakan
teknologi magnetically levitated train yang menyebabkan kereta tidak menyentuh permukaan rel,
tetapi melayang, walaupun hanya beberapa centimeter di atas permukaan rel.

Kemajuan perekonomian Jepang dapat diuraikan :

1) Pertanian

Wilayah pertanian Jepang sangat sempit, hanya 1/6 dari seluruh wilayah Jepang. Sektor
pertanian digarap secara intensif dengan menggunakan sistem mekanisasi. Pada awalnya, Jepang
mengimpor beras, tetapi beberapa tahun kemudian menjadi pengekspor. Hal ini terjadi karena
turunnya konsumsi beras di dalam negeri sekaligus meningkatnya produksi padi hasil usaha
perbaikan dan pemuliaan variates padi.

2) Perikanan

Sektor perikanan di Jepang sangat maju. Ikan diproses hingga pengalengan di dalam kapal
induk, kemudian dipasarkan. Mereka juga memelihara tiram untuk industri mutiara, menanam
rumput laut, serta memelihara beberapa macam ikan seperti ikan air tawar, ikan tuna, ikan hiu,
dan ikan halibut.

3) Industri

Jepang tidak banyak memiliki bahan mentah yang diperlukan industri sebagai bahan baku,
namun memiliki sumber daya manusia rajin dan ulet. Oleh karena itu, Jepang mampu merintis
sektor perindustrian. Berikut ini adalah daerah-daerah industri yang penting di Jepang.

• Daerah industri Keihin, terletak di sekitar Teluk Tokyo. Industri yang terletak di daerah ini,
antara lain, galangan kapal, mobil, besi baja, elektronika, tekstil, percetakan, dan penyulingan
minyak.

• Daerah industri Hanshin, terletak antara kota Kyoto-Kobe-Osaka. Industri yang terdapat di
daerah ini, antara lain, galangan kapal, mesin penyulingan minyak, mesin mobil, dan besi baja.
Kota Osaka merupakan kota penghasil tekstil terbesar di Jepang.
• Daerah industri Chukyo, terletak di sekitar Teluk Ise. Industri yang berkembang di daerah ini,
antara lain, pesawat terbang, mesin, tekstil, pupuk, besi baja, mainan anak-anak, jam, otomotif,
dan kereta api.

• Daerah industri Kitakyushu, terletak di Pulau Kyushu bagian utara. Di daerah ini berkembang
industri besi baja, galangan kapal, penyulingan minyak, kimia, dan industri semen. Industri besi
baja terutama terdapat di Iwata, sedangkan galangan kapal di Nagasaki.

Jepang menempati urutan pertama dalam industri perkapalan dan tanker raksasa, urutan ketiga
dalam industri baja mentah, serta penghasil sepeda motor yang menguasai pasaran di dunia dan
dapat bersaing dengan negara industri yang lain.

BERKEMBANG

1. NIGERIA

Nigeria adalah salah satu negara di Benua Afrika yang memiliki kekayaan alam terbesar, yakni
minyak bumi. Sayangnya, kemakmuran masyarakat masih menjadi masalah yang serius.
Keberadaan minyak bumi bahkan dianggap sebagai sumber petaka masyarakat akibat banyaknya
konflik seputar perebutan hak pengelolaan.
Secara geografis, Nigeria terletak di Afrika bagian barat. Nigeria terbentang di antara 50 LU-140
LU dan 40 BT-160 BT. Luas wilayahnya sekitar 924.630 kilometer persegi. Adapun batas-batas
wilayahnya adalah sebagai berikut :

• Sebelah utara berbatasan dengan negara Niger.

• Sebelah timur berbatasan dengan negara Kamerun dan Chad.

• Sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Guinea.

• Sebelah barat berbatasan dengan negara Benin.

Sebagian besar wilayah Nigeria terletak pada daerah cekungan yang merupakan Daerah Aliran
Sungai (DAS) Niger. Sungai Niger bermuara di Teluk Guinea yang membentuk delta, luas, dan
cocok untuk pertanian karena terdiri dari tanah aluvial. Panjang Sungai Niger mencapai 4.180
kilometer dan merupakan salah satu sungai terpanjang di Afrika. Sungai ini terdiri atas beberapa
anak sungai yang membentang dari barat dan timur negeri tersebut, seperti Sungai Gongola dan
Sungai Benue.

Wilayah dataran tinggi Nigeria meliputi dua kawasan utama, yaitu Dataran Tinggi Jos dan
Dataran Tinggi Adamawa. Gunung Vogel (2.042 meter) merupakan gunung tertinggi di Nigeria.
Dataran Tinggi Jos terletak di bagian tengah dengan rata-rata ketinggian mencapai 1.200 meter
di atas permukaan laut. Di wilayah ini, mengalir beberapa sungai yang bermuara ke Danau Chad.
Dataran Tinggi Adamawa terletak di bagian timur, yaitu pada perbatasan dengan negara
Kamerun.

Aktivitas perekonomian Nigeria dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Pertanian dan perkebunan

Sebagian besar penduduk Nigeria (70%) mengandalkan kehidupannya dari sektor pertanian,
meskipun sebagian wilayah berupa tanah berpasir. Hasil pertanian utama Nigeria adalah ubi jalar,
ubi kayu, jagung, kelapa, cokelat, nanas, biji sawit, minyak kelapa sawit, kacang tanah, kapas,
dan karet.

2) Peternakan
Peternakan menjadi mata pencaharian sampingan bagi penduduk. Hewan ternaknya berupa sapi
dan kambing. Penyakit tidur hewan ternak menjadi masalah serius karena banyak menyebabkan
kematian hewan ternak. Penyakit ini disebabkan oleh lalat tse-tse.

3) Pertambangan

Bahan tambang yang dihasilkan, antara lain, minyak bumi, gas alam, batu bara, timah, uranium,
dan bijih besi.

2. BRASIL

Brasil dikenal karena dua hal, yaitu sepak bola dan tarian samba. Kedua hal ini sering tidak bisa
dipisahkan dalam percakapan masyarakat dunia. Brasil merupakan negara di kawasan Amerika
Selatan yang sebagian besar wilayahnya terletak di kawasan Amazon dan tertutup wilayah hutan
hujan tropis. Brasil beribukota di Brasilia. dan termasuk negara berkembang.

Secara geografis, wilayah Brasil terletak antara 506’ LU-33045’ LS dan antara 46045’ BB-
74003’ BB dengan luas wilayah lebih kurang 8.511.970 kilometer persegi (negara terluas di
Amerika Selatan). Adapun batas wilayah Brasil adalah :

• Sebelah utara berbatasan dengan Venezuela, Guyana Inggris, Guyana Belanda (Suriname),
Guyana Perancis, dan Samudera Atlantik.

• Sebelah timur berbatasan dengan Samudera Atlantik.

• Sebelah selatan berbatasan dengan Uruguay.

• Sebelah barat berbatasan dengan Argentina, Paraguay, Bolivia, Peru, dan Kolombia.

Bentang alam Brasil dapat dibedakan menjadi beberapa bagian, yakni :

a) Dataran Tinggi Brasil, terletak di sebelah selatan muara Sungai Amazon. Daerah ini banyak
ditumbuhi hutan savana (campos). Selain itu, juga banyak dijumpai sungai, di antaranya Sungai
Araguaia, Tocantins, Parnaiba, dan Sao Fransisco.

b) Dataran pantai timur, terletak di sebelah timur dataran tinggi Brasil, merupakan dataran
sempit, namun berkembang menjadi pusat perkebunan, industri, pelabuhan, dan permukiman.
c) Daerah pantai selatan, terletak di lereng pegunungan Matigrecia. Di daerah ini banyak terdapat
perkebunan.

d) Daerah Aliran Sungai Amazon, terletak di antara Dataran Tinggi Guyana dan Dataran Tinggi
Brasil. Sungai Brasil, merupakan sungai terlebar di dunia yang wilayah di sekitarnya dipenuhi
hutan tropis (selvas).

e) Lembah Parana-Paraguay, terletak di utara Sungai Amazon dan merupakan batas alam dengan
Venezuela, Guyana, Suriname, dan Guyana Prancis. Gunung tertinggi di Brasil terdapat di
daerah ini, yaitu Gunung Nebila atau Pico de Neblina (3.014 meter).

Aktivitas perekonomian Brasil dapat diuraikan sebagai berikut :

a) Sektor pertanian Brasil menghasilkan tebu, kapas, tembakau, cokelat, dan kopi. Perkebunan
kapas terdapat di Pernambuco dan Recife, tembakau di Sao Fransisco, cokelat terdapat di Sao
Fransisco dan Viktoria, sedangkan perkebunan kopi terdapat di Santos dan Sao Paolo.

b) Pertambangan mangan terdapat di daerah Amapa, yaitu sebelah utara lembah Amazon.

c) Peternakan terdapat di Dataran Tinggi Brasil yang berpusat di Cuyaba. Ternak yang
diunggulkan adalah sapi.

d) Sektor industri Brasil menghasilkan olahan minyak bumi, besi baja, mobil, kulit, bahan kimia,
perkapalan, bahan makanan, tekstil, dan mesin-mesin.

PENGEMBANGAN WIL MAJU DAN BERKEMBANG

Pada masa lalu, meskipun antar daerah mempunyai kesamaan fisik ternyata mempunyai
perbedaan hasil bumi. Ada wilayah yang mempunyai kelebihan hasil pertanian, sebaliknya di
daerah lain mengalami kekurangan. Adanya daerah surplus dan minus tersebut pada akhirnya
mendorong penduduk melakukan interaksi. Interaksi ini menghasilkan daerah-daerah yang sering
dijadikan pertemuan sehingga tempat tersebut ramai dan mengalami perkembangan pesat. Jadi,
berkembangnya suatu daerah selalu dikaitkan dengan intensitas atau frekuensi pertemuan antar
penduduk.
Dalam catatan sejarah, kota-kota kuno yang kita kenal sekarang pada awalnya berdiri karena
proses interaksi. Pertumbuhan kota tidak hanya diakibatkan adanya surplus pertanian dan
aktivitas perdagangan. Kota juga dapat tumbuh dan berkembang di sekitar lokasi pertambangan.

1. PENGEMBANGAN WILAYAH DI NEGARA MAJU

Negara-negara maju mampu mengelola pertumbuhan dan perkembangan wilayah dengan baik.
Hal ini karena faktor ekonomi dan sosial negara maju relatif lebih baik. Pengembangan wilayah
kota dilakukan atas dasar desentralisasi kota, yaitu dari kota industri yang rapat menjadi
kelompok permukiman kota. Misalnya, setiap permukiman kota seluas 400 hektar dihuni 30.000
penduduk dan dikelilingi oleh kawasan pertanian hortikultura sebagai jalur hijau dengan luas
2.000 hektar.

Jayadinata (1999) mengemukakan lima macam pola bentuk kota yang merupakan trend
pengembangan wilayah di masa depan. Pola ini sudah dirintis di negara-negara maju, yaitu :

1) Metropolis, menyebar terbentuk dengan mengembangkan bagian kota yang paling jarang
penduduknya. Bagian kota yang padat penduduknya dibangun kembali dengan mengurangi
kepadatan penduduk sehingga kota metropolis itu akan menyebar. Prasarana sosial ekonomi
lantas disebar ke kawasan yang baru, seperti kantor, rumah sakit, pabrik, dan universitas.
Permasalahan yang timbul pada pola ini adalah pilihannya terbatas, interaksi lemah, biaya
transportasi tinggi, dan citra kota metropolitan terkesan kurang hidup.

2) Metropolis galaktika, terjadi dari permukiman kota-kota kecil berpenduduk padat dan
dipisahkan oleh lahan pertanian yang jarang sekali penduduknya atau bahkan tidak berpenduduk.
Kegiatan sosial ekonomi terpusat di berbagai permukiman. Masalah yang muncul yaitu interaksi
dan penekanan biaya agar tidak terlalu sukar untuk direalisasikan.

3) Metropolis terpusat, terbentuk karena kegiatan sosial ekonomi yang tinggi dengan kepadatan
penduduk yang tinggi pula, terutama di pusatnya. Oleh karena kegiatan sosial ekonomi tinggi,
maka banyak penduduk tinggal di apartemen dan rumah susun. Masalah yang muncul yaitu biaya
tinggi karena inti kota padat, kurang nyaman, dan kurang mendukung partisipasi perorangan.

4) Metropolis bintang, terbentuk karena mempunyai inti yang utama, dengan pola kepadatan
penduduk membentuk bintang, memanjang pada beberapa bagian kota. Inti kota utama, yaitu
sebagian pusat kota banyak dikelilingi oleh pusat kedua, yang terletak sepanjang lengan-lengan
memanjang. Lengan-lengan kota itu mempunyai kepadatan penduduk yang sedang. Masalah
yang muncul adalah bentuk fisik pola ini cepat berubah karena perkembangan penduduk.

5) Metropolis cincin, terbentuk dengan persebaran penduduk yang padat terletak di sekeliling
tengah kota. Adapun daerah yang jarang penduduknya terletak di tengah kota. Masalah yang
muncul adalah timbulnya biaya transportasi yang besar dan proses penyesuaian yang sangat sulit.

2. PENGEMBANGAN WILAYAH DI NEGARA BERKEMBANG

Jika dicermati seksama, terdapat beberapa fenomena yang muncul pada wilayah di negara-negara
berkembang.

a) Munculnya disparitas atau kesenjangan pembangunan antar wilayah. Kesenjangan ini berupa
munculnya wilayah dengan kemajuan tinggi, tetapi di sisi lain ada wilayah yang mengalami
stagnasi atau kemacetan. Kesenjangan ini muncul karena persebaran penduduk tidak merata.
Menurut Jayadinata (1999), pada tahun 1970 penduduk yang tinggal di berbagai kota di negara-
negara berkembang hanya berjumlah 49%, dan pada tahun 1985 menjadi 58%. Hal ini dipastikan
akan terus meningkat.

b) Munculnya kota-kota dengan wajah kumuh, semrawut, dan tidak tertata. Kota-kota ini
dipenuhi permukiman kumuh atau slums yang terjepit di antara pemukiman elit. Di berbagai
negara berkembang, perkembangan yang cepat pada wilayah perkotaan dapat menimbulkan
masalah fisik, misalnya pemukiman kumuh dan peningkatan kriminalitas. Oleh karena itu, perlu
ada pola penataan kota yang baik.

c) Munculnya wilayah-wilayah yang tampak sebagai kawasan yang seolah-olah tidak tersentuh
proses pembangunan. Wilayah ini dikenal sebagai daerah terisolir atau terpencil.

Permasalahan utama dalam pengembangan wilayah di negara berkembang ialah penyediaan


perumahan, prasarana, dan jasa. Permasalahan tersebut, antara lain, harga tanah dan rumah yang
relatif mahal, sukar menjangkau lembaga keuangan, penduduk miskin di kota kurang
berpartisipasi dalam berbagai proyek perencanaan dan pelaksanaan perumahan, biaya yang tidak
cukup dari pemerintah dalam program investasi, standar dan kode pembangunan kurang tepat,
serta harga bahan bangunan yang mahal.
Perencanaan dan pengembangan wilayah di negara berkembang umumnya diarahkan untuk
mengatasi masalah-masalah tersebut. Pada praktiknya, memang sulit mengatasi masalah-masalah
tersebut karena faktor ekonomi dan sosial. Faktor ekonomi meliputi keterbatasan negara dalam
menyediakan dana pembangunan dan pengembangan wilayah yang baik, ramah, dan kondusif.

Munculnya konflik antara masyarakat dengan pemerintah lokal, seperti penggusuran, kejahatan
masyarakat dan kesemrawutan lalu lintas menunjukkan rendahnya kesadaran bekerja sama antara
masyarakat dan pemerintah.

1. WILAYAH DAN PEWILAYAHAN

Wilayah adalah bagian daerah tertentu di permukaan bumi yang mempunyai sifat khas sebagai
akibat dari adanya hubungan khusus antara kompleks lahan, air, udara, flora, fauna, dan manusia.

Secara umum, wilayah dapat dibedakan atas:

• Wilayah Formal (uniform region/homogeneous)

Adalah suatu wilayah yang memiliki keseragaman atau kesamaan dalam kriteria tertentu, baik
fisik maupun sosialnya. Contohnya, suatu wilayah dengan kesamaan bentang alam pegunungan
disebut ‘wilayah pegunungan’, sementara wilayah yang mempunyai keseragaman dalam bidang
kegiatan bercocok tanam disebut ‘wilayah pertanian’.

• Wilayah Fungsional (nodal region)

Merupakan wilayah yang dalam banyak hal diatur oleh beberapa pusat kegiatan yang saling
berkaitan dan ditandai dengan adanya hubungan atau interaksi dengan wilayah di sekitarnya.

Suatu wilayah fungsional harus memenuhi syarat berikut:

a) Adanya arus barang, ide/gagasan, dan manusia,

b) Adanya node/pusat yang menjadi pusat pertemuan arus tersebut secara terorganisir,

c) Adanya wilayah yang makin meluas, dan


d) Adanya jaringan-jaringan rute tempat tukar-menukar berlangsung.

Contohnya, suatu industri didirikan pada suatu wilayah. Setiap pagi, karyawan berangkat menuju
pabrik untuk bekerja. Adapun di sore hari, mereka akan pulang ke rumah masing-masing.

Adapun pewilayahan merupakan usaha untuk membagi permukaan bumi tertentu dengan tujuan
tertentu pula. Ada beberapa bentuk pewilayahan yang lazim dilakukan, yakni:

1) Pembuatan Region Uniform

• Mengelompokkan tempat-tempat berdasarkan jenis obyek atau peristiwa yang diinginkan oleh
individu atau lembaga.

• Mengelompokkan jenis atau tipe-tipe yang sama dari obyek-obyek dan menarik garis batas
yang memisahkan setiap zona.

2) Pewilayahan Berdasarkan Fenomena Geografis

a) Pewilayahan berdasarkan fenomena atsmofer, dibedakan atas:

• Pewilayahan iklim berdasarkan posisi matahari.

• Pewilayahan iklim berdasarkan ketinggian tempat.

b) Pewilayahan berdasarkan fenomena litosfer, yaitu:

• Pewilayahan berdasarkan fenomena batuan.

• Pewilayahan berdasarkan fenomena kemiringan lereng.

• Pewilayahan berdasarkan fenomena tanah.

c) Pewilayahan berdasarkan fenomena hidrosfer, yakni:

• Pewilayahan berdasarkan fenomena air permukaan.

• Pewilayahan berdasarkan fenomena kedalaman air tanah.

d) Pewilayahan berdasarkan fenomena biosfer, terdiri atas:


• Pewilayahan berdasarkan fenomena vegetasi.

• Pewilayahan berdasarkan fenomena fauna.

e) Pewilayahan berdasarkan fenomena antroposfer, misalnya:

• Pewilayahan berdasarkan fenomena administratif.

• Pewilayahan berdasarkan fenomena kependudukan.

• Pewilayahan berdasarkan fenomena teknologi.

• Pewilayahan secara formal dan fungsional.

• BERANDA

• KELUARGA

• TOKO

• 31,050

• PUTRI KINANTI AYU SARI

Percepatan Pertumbuhan Wilayah

Wilayah dan Pewilayahan


Materi Pelajaran Soal

Penilaian

▬▬▬ WILAYAH DAN PEWILAYAHAN▬▬▬

Wilayah memiliki pengertian konseptual yang berbeda dengan pewilayahan. Apakah yang
dimaksud dengan wilayah? Apakah yang dimaksud dengan pewilayahan? Berikut penjelasannya.

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari bahasan ini, kalian diharapkan mampu memahami mengenai wilayah dan
pewilayahan.

1. WILAYAH DAN PEWILAYAHAN

Wilayah adalah bagian daerah tertentu di permukaan bumi yang mempunyai sifat khas sebagai
akibat dari adanya hubungan khusus antara kompleks lahan, air, udara, flora, fauna, dan manusia.

Secara umum, wilayah dapat dibedakan atas:

• Wilayah Formal (uniform region/homogeneous)

Adalah suatu wilayah yang memiliki keseragaman atau kesamaan dalam kriteria tertentu, baik
fisik maupun sosialnya. Contohnya, suatu wilayah dengan kesamaan bentang alam pegunungan
disebut ‘wilayah pegunungan’, sementara wilayah yang mempunyai keseragaman dalam bidang
kegiatan bercocok tanam disebut ‘wilayah pertanian’.

• Wilayah Fungsional (nodal region)

Merupakan wilayah yang dalam banyak hal diatur oleh beberapa pusat kegiatan yang saling
berkaitan dan ditandai dengan adanya hubungan atau interaksi dengan wilayah di sekitarnya.

Suatu wilayah fungsional harus memenuhi syarat berikut:

a) Adanya arus barang, ide/gagasan, dan manusia,

b) Adanya node/pusat yang menjadi pusat pertemuan arus tersebut secara terorganisir,
c) Adanya wilayah yang makin meluas, dan

d) Adanya jaringan-jaringan rute tempat tukar-menukar berlangsung.

Contohnya, suatu industri didirikan pada suatu wilayah. Setiap pagi, karyawan berangkat menuju
pabrik untuk bekerja. Adapun di sore hari, mereka akan pulang ke rumah masing-masing.

Adapun pewilayahan merupakan usaha untuk membagi permukaan bumi tertentu dengan tujuan
tertentu pula. Ada beberapa bentuk pewilayahan yang lazim dilakukan, yakni:

1) Pembuatan Region Uniform

• Mengelompokkan tempat-tempat berdasarkan jenis obyek atau peristiwa yang diinginkan oleh
individu atau lembaga.

• Mengelompokkan jenis atau tipe-tipe yang sama dari obyek-obyek dan menarik garis batas
yang memisahkan setiap zona.

2) Pewilayahan Berdasarkan Fenomena Geografis

a) Pewilayahan berdasarkan fenomena atsmofer, dibedakan atas:

• Pewilayahan iklim berdasarkan posisi matahari.

• Pewilayahan iklim berdasarkan ketinggian tempat.

b) Pewilayahan berdasarkan fenomena litosfer, yaitu:

• Pewilayahan berdasarkan fenomena batuan.

• Pewilayahan berdasarkan fenomena kemiringan lereng.

• Pewilayahan berdasarkan fenomena tanah.

c) Pewilayahan berdasarkan fenomena hidrosfer, yakni:

• Pewilayahan berdasarkan fenomena air permukaan.

• Pewilayahan berdasarkan fenomena kedalaman air tanah.


d) Pewilayahan berdasarkan fenomena biosfer, terdiri atas:

• Pewilayahan berdasarkan fenomena vegetasi.

• Pewilayahan berdasarkan fenomena fauna.

e) Pewilayahan berdasarkan fenomena antroposfer, misalnya:

• Pewilayahan berdasarkan fenomena administratif.

• Pewilayahan berdasarkan fenomena kependudukan.

• Pewilayahan berdasarkan fenomena teknologi.

• Pewilayahan secara formal dan fungsional.

RANGKUMAN

1) Wilayah adalah bagian daerah tertentu di permukaan bumi yang mempunyai sifat khas sebagai
akibat dari adanya hubungan khusus antara kompleks lahan, air, udara, flora, fauna, dan manusia.

2) Pewilayahan merupakan usaha untuk membagi permukaan bumi tertentu dengan tujuan
tertentu pula.

Menurut Chaprin (1990), perencanaan wilayah (regional planning) dapat dimaknai sebagai upaya
intervensi terhadap kekuatan-kekuatan pasar yang, dalam konteks pengembangan wilayah,
memiliki tiga tujuan pokok, yakni meminimalkan konflik kepentingan antar sektor,
meningkatkan kemajuan sektoral, dan membawa kemajuan bagi masyarakat secara keseluruhan.
Perencanaan dimaksudkan untuk mewujudkan pengembangan wilayah, yaitu upaya mendorong
perkembangan wilayah melalui pendekatan komprehensif mencakup aspek fisik, ekonomi, dan
sosial.

Pendekatan perencanaan wilayah dapat dibedakan atas:

• Perencanaan Pembangunan Ekonomi

Jenis perencanaan ini bertujuan untuk mencapai suatu tingkat perkembangan ekonomi tertentu
suatu wilayah. Pada dasarnya, perencanaan berkaitan erat dengan struktur serta pertumbuhan dari
ekonomi tingkat nasional. Perhatian utama pendekatan perencanaan adalah pada peningkatan
kapasitas produksi dan perubahan neraca antar sektor. Oleh karenanya, perencanaan cenderung
bersifat makro serta menghasilkan rencana komprehensif yang mencakup segala sektor

• Perencanaan Fisik Wilayah

Bahasan perkembangan perencanaan fisik, pada umumnya, mengemukakan uraian hakekat


manusia dalam kaitannya dengan lingkungan fisik. Pendapat klasik selalu mengasosiasikan
pengertian perencanaan fisik dengan perencanaan kota atau lingkungan permukiman. Pendapat
tadi dewasa ini disadari sebagai pendapat pengertian perencanaan dalam arti sempit. Hal tersebut
mengingat bahwa perencanaan sebenamya menyangkut berbagai aspek kehidupan yang luas,
meliputi segi sosial budaya, ekonomi, dan politik. Dalam hal perencanaan fisik merupakan
bagian dari usaha untuk menjawab perubahan-perubahan pada masyarakat yang aspeknya luas
tersebut.

Perencanaan fisik merupakan kegiatan perencanaan yang mencakup pengelolaan penggunaan


lahan dan tata ruang. Kegiatan-kegiatan itu mencakup penyusunan rancangan rinci (misalnya
lingkungan kota) sampai dengan penentuan umum penggunaan ruang suatu wilayah.

B. PERENCANAAN WILAYAH DI INDONESIA

Perencanaan wilayah di Indonesia dapat diuraikan dalam beberapa periode berikut:

1) Periode 1960-an

Pada kurun waktu ini, pendekatan pembangunan yang dilakukan masih bersifat parsial dan
sektoral. Sebagai negara yang baru belajar membangun, perencanaan pembangunan yang
diterapkan masih terbatas dan dipengaruhi pendekatan pembangunan masa sebelumnya. Titik
berat pelaksanaan pengembangan wilayah terfokus pada kawasan perkotaan, sedangkan
perdesaan belum mendapat perhatian serius.

2) Periode 1970-an

Perencanaan wilayah mulai dipandang sebagai solusi guna mempercepat pembangunan wilayah.
Meski demikian, praktek yang dilakukan masih bersifat sektoral berdasarkan kepentingan sektor
masing-masing.
Sektor-sektor mulai menyusun kebijakan pengembangannya dalam rangka pengembangan
wilayah, sebagai berikut:

• Sektor pertanian menerapkan pengembangan wilayah dengan menganut pembagian unit lahan
berdasarkan kesesuaian lahan bagi kegiatan pertanian.

• Sektor pertanahan menerapkan perencanaan tata guna tanah berdasarkan penilaian kondisi dan
potensi lahan.

• Sektor kehutanan memperkenalkan status/fungsi hutan melalui kriteria jenis tanah, kemiringan,
dan curah hujan/iklim.

• Sektor pariwisata mengembangkan kawasan wisata melalui penetapan Wilayah Tujuan Wisata
(WTW) dan Daerah Tujuan Wisata (DTW).

• Sektor transmigrasi menetapkan pewilayahan yang dikenal dengan Wilayah Pengembangan


Parsial (WPP), Satuan Kawasan Pemukiman (SKP) dan Satuan Pemukiman.

Praktek yang dilakukan setiap sektor pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan optimasi
penggunaan ruang dan wilayah, sehingga produktivitas yang optimum dapat tercapai dan
diasumsikan terjadi efek tetesan ke bawah (trickle down effects).

3) Periode 1980-an

Periode awal tahun 1980-an ditandai dengan perumusan Strategi Nasional Pembangunan
Perkotaan (NUDS, 1982) yang masih menggunakan konsep kutub pertumbuhan (growth pole)
dalam proses pembangunannya. Hal ini terlihat dari klasifikasi kota berdasarkan besaran
penduduk menjadi metropolitan, kota besar, kota sedang, dan kota kecil.

Pada periode 1980-an mulai dikenalkan konsep ‘pembangunan berkelanjutan’ (sustainable


development), ditandai pemberlakuan UU No.4 Tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Keppres No. 32/1990 tentang Kriteria dan Pola Pengelolaan
Kawasan Lindung, dan beberapa peraturan mengenai analisis dampak lingkungan.

4) Periode 1990-an
Kebijakan pembangunan nasional awal tahun 1990-an menekankan pertumbuhan dan
pemerataan pembangunan, peningkatan desentralisasi, peran serta masyarakat dan dunia usaha
dalam pembangunan, pengembangan kawasan strategis dan pembangunan berkelanjutan yang
dilandasi Agenda-21 Rio de Janeiro. Kebijakan tersebut, antara lain, dilaksanakan melalui
pemberlakuan PP No. 45/1992 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah dan UU No. 24/1992
tentang Penataan Ruang.

Pendekatan wilayah dalam perencanaan tata ruang wilayah mengalami pendalaman dan
perluasan cakupan. Dalam prosesnya, penataan ruang melakukan tinjauan komprehensif tentang
wilayah, seperti penduduk, sumber daya alam, sumber daya buatan, sosial, ekonomi, fisik, serta
merumuskan tujuan, sasaran dan target pengembangan wilayah. Analisisnya menggunakan
model dari berbagai disiplin ilmu. Hasil kegiatan dituangkan dalam spatial plan atau rencana tata
ruang. Menurut undang-undang tersebut, penataan ruang adalah alat untuk menciptakan
keseimbangan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan serta menjamin kegiatan ekonomi
masyarakat dan wilayah. Dengan kata lain, penataan ruang adalah alat untuk menjamin
pengentasan kemiskinan (berorientasi kepada masyarakat banyak) serta merupakan arahan
kebijakan dan strategi spasial untuk keterpaduan program lintas sektor dan lintas wilayah.

Pada periode ini dikenal hirarki Sistem Perencanaan Tata Ruang, yaitu:

• Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang merupakan strategi dan arahan
kebijaksanaan pemanfaatan ruang wilayah nasional, disusun pemerintah pusat dan ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah (PP).

• Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) yang merupakan penjabaran strategi dan
arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang wilayah nasional dalam strategi dan struktur
pemanfaatan ruang wilayah provinsi, disusun Pemerintah Provinsi dan ditetapkan dengan
Peraturan Daerah (Perda).

• Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRW Kabupaten/Kota) yang merupakan


penjabaran Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dalam strategi dan struktur pemanfaatan
ruang wilayah kabupaten/kota, disusun Pmerintah Kabupaten/Kota dan ditetapkan dengan Perda
Kabupaten/Kota.
• Rencana-rencana rinci yang merupakan rencana detil dan teknis untuk kawasan-kawasan pada
bagian wilayah kota atau kabupaten, sebagai implementasi dari perencanaan-perencanaan
strategis tersebut.

5) Periode 2000-an

Pendekatan wilayah telah mengalami penyesuaian dalam penerapannya hingga terbentuk


paradigma baru pengembangan wilayah/kawasan di era otonomi. Dalam paradigma baru ini,
penataan ruang lebih desentralistik (bottom-up approach) dan penyusunan RTRW (Rencana Tata
Ruang Wilayah) disiapkan pemerintah daerah bersangkutan dengan mengikutsertakan
masyarakat (public participation).

1. NEGARA BERKEMBANG

Karakteristik negara berkembang dapat dilihat, antara lain, melalui keadaan penduduk dan
ekonomi suatu negara. Keadaan penduduk dan ekonomi pada negara berkembang memiliki
standar kualitas yang relatif rendah jika dibandingkan dengan negara maju.

Negara berkembang adalah suatu negara yang pendapatan per kapitanya rata-rata rendah per
tahun serta rakyatnya memiliki tingkat kesejahteraan dan kualitas hidup masih dalam taraf
rendah atau sedang. Rendahnya kualitas hidup penduduk pada negara berkembang, tampak pada
usia harapan hidup masyarakatnya yang relatif rendah serta angka kematian bayi dan anak yang
cukup tinggi. Selain rendahnya kualitas hidup penduduk, negara berkembang juga memiliki
jumlah penduduk yang besar dan angka pertumbuhan penduduk yang tinggi. Hal ini disebabkan
karena kurangnya kesadaran penduduk untuk melaksanakan program Keluarga Berencana (KB)
sekaligus tingginya angka migrasi nasional.

Kegiatan perekonomian pada negara berkembang sebagian besar masih terpusat pada sektor
pertanian (agraris) dan usaha ekstraktif. Adapun kegiatan perekonomian pada negara
berkembang sangat bergantung pada pinjaman luar negeri, bantuan negara donor, maupun
investasi swasta dari luar negeri. Daya saing negara berkembang di pasar internasional masih
terbatas.

Jika ditarik kesimpulan, maka ciri-ciri negara berkembang, di antaranya :

a) Pendapatan per kapita rendah,

b) Produktivitas penduduknya masih rendah,

c) Angka pertumbuhan penduduk tinggi,

d) Angka harapan hidup relatif rendah,

e) Tingkat pendidikan penduduk relatif rendah,

f) Angka beban ketergantungan penduduk tinggi,

g) Angka pengangguran tinggi.

h) Perekonomian sangat tergantung pada sektor pertanian dan ekspor produk primer, dan

i) Masih sangat tergantung pada bantuan luar negeri.

Negara- negara berkembang di dunia, biasanya tersebar di belahan bumi selatan. Persebaran
negara berkembang di dunia, yakni :

• Benua Afrika, dimana pada benua ini seluruh negaranya merupakan negara berkembang.

• Benua Asia, pada benua ini hanya ada dua negara yang bukan tergolong negara berkembang,
yaitu Jepang dan Singapura.

• Benua Amerika, pada benua ini hanya pada bagian tengah dan selatan yang merupakan negara-
negara berkembang.

Negara berkembang merupakan kelompok negara yang taraf hidup masyarakatnya masih di
bawah kelompok negara maju. Hal ini dapat dilihat dari permasalahan-permasalahan yang ada, di
antaranya :
1) Adanya perbedaan yang mencolok antara kaum kaya dengan kaum miskin sehinggga dapat
menimbulkan kesenjangan sosial,

2) Jumlah pengangguran yang semakin meningkat,

3) Kurang bersaingnya produksi dalam negeri di pasar internasional,

4) Kurangnya sumber daya manusia yang berkualitas,

5) Kemiskinan yang semakin meningkat,

6) Kurangnya modal untuk pelaksanaan pembangunan, dan

7) Penerapan teknologi yang tidak tepat guna.

2. NEGARA MAJU

Karakteristik negara maju tentu berbeda dengan negara berkembang. Negara maju memiliki
keadaan penduduk dan ekonomi lebih baik dibandingkan dengan negara berkembang. Negara
maju adalah suatu negara yang memiliki kualitas hidup tinggi melalui penggunaan teknologi
canggih dan perekonomiannya sudah merata. Selain itu, masyarakat negara maju memiliki
pendapatan per kapita yang tinggi.

Negara maju memiliki angka pertumbuhan penduduk yang relatif kecil, jika dibandingkan
dengan negara berkembang. Tingkat kematian bayi sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh
kemajuan dalam bidang kedokteran. Sebagian besar penduduk negara maju, yaitu sekitar 98%
dapat membaca dan melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Hal ini yang menjadi salah satu
penyebab majunya pembangunan di negara maju.

Sebagian negara-negara maju membentuk suatu kerja sama yang diberi nama Grup-8 (G-8)
beranggotakan Amerika Serikat, Jepang, Kanada, Inggris, Perancis, Jerman, Italia, dan Rusia.

Ciri-ciri negara maju adalah sebagai berikut :

1) Pendapatan per kapita tinggi,

2) Pertumbuhan penduduk relatif rendah,


3) Angka kelahiran dan kematian rendah,

4) Usia harapan hidup tinggi,

5) Kemajuan teknologi pesat dan canggih,

6) Tingkat pendidikan penduduk tinggi,

7) Angka buta huruf sangat rendah,

8) Persebaran penduduk mayoritas terpusat di kota, hal ini berkaitan dengan adanya industri, dan

9) Kegiatan ekonomi bertumpu pada bidang industri dan jasa.

Persebaran negara maju di dunia, yakni :

• Benua Eropa, merupakan salah satu benua di dunia yang paling banyak memiliki negara maju.

• Benua Amerika, pada benua ini terdapat dua negara yang tergolong maju, yaitu Amerika
Serikat dan Kanada.

• Benua Australia.

• Benua Asia, pada benua ini ada dua negara yang tergolong maju, yaitu Jepang dan Singapura.
Namun, dalam perkembangan terkini, Republik Rakyat Tiongkok (RRT) pun telah menggeliat
menjadi negara maju.

Permasalahan yang ada d negara maju tentu berbeda dengan permasalahan yang ada di
negara berkembang. Selain itu, permasalahan yang ada di negara maju tidak sebanyak seperti
yang ada di negara berkembang. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi negara maju, di
antaranya :

a) Sebagian besar negara maju memiliki keterbatasan sumber daya alam.

b) Kurangnya jumlah tenaga kerja sehingga membutuhkan tenaga kerja dari negara berkembang.

c) Masalah pencemaran lingkungan sebagai akibat dari kemajuan industri.


A. Pengertian dan Sejarah Peta

Peta dalam bahasa Inggris lazim disebut dengan istilah map, yang berasal dari bahasa
Yunanimappa yang berarti taplak meja. Secara umum, peta dapat dimaknai sebagai gambaran
seluruh atau sebagian permukaan bumi dalam bidang datar yang diperkecil dengan skala tertentu
dan dilengkapi dengan simbol-simbol. Ilmu yang mempelajari tentang peta disebut Kartografi.
Adapun orang yang ahli dalam membuat peta digelari Kartografer.

Fungsi peta sangat penting, antara lain :

• Menunjukkan posisi atau lokasi tempat di permukaan bumi;

• Mendeskripsikan bentuk dan persebaran berbagai gejala di permukaan bumi;

• Menggambarkan keadaan fisik suatu wilayah, seperti ketinggian tempat, relief, dan jenis tanah;

• Menyajikan jumlah dan persebaran berbagai kenampakan sosial dan budaya, seperti jumlah
penduduk, persebaran penduduk, atau pola dan persebaran pemukiman.

Awalnya peta dibuat oleh penduduk Babilonia sekitar 2300 SM, dengan menggunakan
media tanah liat sebagai bahan dasar. Dalam perkembangan lebih lanjut, penduduk Cina
membuat peta wilayah dengan menggambar pada kain sutra dan prasasti sekitar abad 2 SM.
Salah satu peta zaman primitif yang sangat menarik adalah peta yang dibuat masyarakat
Kepulauan Marshall di selatan Samudera Pasifik. Gambar peta dibuat dari serabut tumbuhan
yang menggambarkan lokasi pulau tersebut. Seni pembuatan peta pertama kali yang tergolong
maju adalah pada 12 abad lalu oleh masyarakat Maya dan Inca di Benua Amerika.

Peta dunia pertama kali dibuat pada abad ke-6 SM oleh ilmuwan Yunani yang bernama
Anaximander. Adapun salah satu peta dunia yang paling terkenal pada masa klasik adalah karya
ahli geografi Yunani yang bernama Eratosthenes sekitar 200 SM. Peta ini menggambarkan dunia
dari Inggris di barat daya, pegunungan di sekitar Sungai Gangga di sebelah timur, dan Libya di
sebelah selatan. Peta ini adalah peta pertama yang menggunakan garis paralel untuk
menunjukkan garis lintang, meskipun garis meridian masih kurang begitu jelas.
Pada tahun 1507, peta buatan Martin Waldseemuller, seorang ahli Geografi Jerman
memperkenalkan nama peta Benua Amerika yang baru ditemukan di seberang Atlantik. Pada
tahun 1570, Abraham Ortelius menerbitkan atlas modern dengan judul Orbis Terrarum, yang
terdiri dari 70 peta. Gerardus Mercator adalah orang yang mengawali perkembangan pembuatan
peta dengan menggunakan proyeksi yang memanfaatkan bujur dan lintang, sehingga metode ini
dikenal dengan istilah Proyeksi Mercator.

B. Jenis-Jenis Peta

Secara umum peta dibedakan atas peta umum dan peta tematik. Penjelasannya adalah sebagai
berikut :

a) Peta umum

Yang digambarkan dalam jenis peta ini adalah kenampakan secara umum, baik karakteristik
alam maupun karakteristik buatan manusia. Contoh peta umum adalah peta topografis, peta
khorografis, peta dunia, dan peta negara.

b) Peta tematik

Peta tematik merupakan peta yang menonjolkan tema tertentu sehingga hanya memberikan
gambaran kenampakan atau obyek yang sifatnya tertentu di permukaan bumi. Biasanya untuk
membuat peta tematik diperlukan peta dasar yang berasal dari peta umum dan data-data yang
mendukung kegiatan tersebut. Data dimaksud dapat berupa data primer maupun data sekunder.
Data primer adalah data yang diterima langsung dari lapangan, sedangkan data sekunder adalah
data yang diperoleh dari pihak atau instansi tertentu. Contoh peta tematik antara lain peta
kemiskinan, peta kemiringan lereng, peta kepadatan penduduk, peta jenis tanah, dan peta
geologis.

Menurut skalanya, peta dapat dibedakan atas :

• Peta skala kadaster, yakni peta dengan skala antara 1:100 sampai peta dengan skala 1:5.000.

• Peta skala besar, yaitu peta dengan skala antara 1:5.000 sampai peta dengan skala 1:250.000.
• Peta skala sedang, yaitu peta dengan skala antara 1:250.000 sampai peta dengan skala
1:500.000.

• Peta skala kecil, yaitu peta dengan skala antara 1:500.000 sampai peta dengan skala
1:1.000.000.

• Peta skala geografi, yaitu peta yang skalanya kurang dari 1:1.000.000.

RANGKUMAN

1) Secara umum, peta dapat dimaknai sebagai gambaran seluruh atau sebagian permukaan bumi
dalam bidang datar yang diperkecil dengan skala tertentu dan dilengkapi dengan simbol-simbol.

2) Secara umum, peta dibedakan atas peta umum dan peta tematik.

Dalam sebuah peta, kita akan menjumpai komponen peta atau kelengkapan peta, di antaranya:

A. Judul peta

Judul peta mencerminkan isi dan tipe peta. Judul biasanya ditampilkan di bagian atas peta
dengan huruf besar dan menonjol dan mudah dibaca. Fungsi judul peta adalah memberi nama
peta sesuai dengan isi peta tersebut.

B. Orientasi atau Arah

Biasanya berupa gambar arah mata angin. Arah utara secara konvensional digunakan
sebagai pedoman untuk orientasi.

C. Skala

Skala adalah perbandingan antara jarak yang ada pada peta dengan jarak yang sebenarnya di
permukaan bumi. Secara umum skala dapat dibedakan menjadi tiga.

•Skala Angka atau Numerik adalah skala yang berupa angka-angka, misalnya skala peta
1:1.000.000.
• Skala Garis atau Grafik, skala yang ditunjukkan melalui pembuatan garis linier dengan
perbandingan pada setiap ruasnya.

• Skala Kalimat atau Verbal, skala yang membuat kalimat baku sebagai penunjuk skala.
Jenis skala ini banyak dipakai di Eropa, biasanya menggunakan satuan inchi dan mil. Contohnya,
one inches to two miles.

D. Legenda atau Keterangan

Legenda adalah keterangan penting yang memberikan keterangan dan penjelasan tentang
simbol-simbol yang terdapat pada peta.

E. Garis Koordinat (Geografis)

Garis ini diperlukan untuk mengetahui letak geografis suatu tempat. Biasanya terdiri dari
garis bujur dan garis lintang yag dituliskan di tepi peta dengan menunjukkan beberapa derajat,
berapa menit, dan berapa detik. Contohnya, 3090”LU - 3010’LS.

F. Tata Tulis (Lettering)

Adalah tata cara penulisan di dalam peta. Secara umum, untuk penulisan obyek yang berupa
daratan digunakan jenis huruf tegak, sedangkan obyek perairan digunakan huruf miring.

G. Sumber dan Tahun Pembuatan

Sumber peta sangat penting, terutama untuk peta tematik, yang menunjukkan siapa pembuat
peta tersebut. Tahun pembuatan juga sangat penting, karena obyek di atas permukaan bumi, baik
yang alami maupun buatan manusia mudah berubah sejalan dengan waktu.

H. Inset

Inset adalah peta skala kecil yang berfungsi untuk memberikan gambaran lokasi daerah yang
dipetakan terhadap wilayah lain secara global (lebih luas).

I. Garis Tepi

Berfungsi untuk membatasi liputan peta dan keindahan penyajian peta. Biasanya garis tepi
dibuat rangkap dua.
J. Tata Warna

Tata warna sangat penting jika peta yang dibuat adalah peta berwarna. Fungsi warna adalah
sebagai simbol yang mempunyai makna bermacam-macam, tergantung kepada pembuat peta.
Contoh fungsi tata warna adalah sebagai berikut:

• Membedakan tinggi rendahnya suatu daerah atau kedalaman laut.

• Memberikan kualitas atau kuantitas simbol-simbol yang ada pada peta.

• Untuk keperluan keindahan (estetika).

K. Simbol

Simbol adalah tanda atau lambang yang mewakili obyek di permukaan bumi yang terdapat
pada peta. Mengingat pentingnya materi ini, maka simbol disajikan pada bagian tersendiri.

L. Simbol Peta

Simbol adalah cerminan suatu obyek yang ada di permukaan bumi pada suatu peta. Simbol
yang baik adalah jika mudah dikenal sekalipun tanpa menggunakan keterangan/legenda. Selain
itu, simbol hendaknya kecil, terang, dan mudah digambar.

Secara umum simbol dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni simbol titik, simbol garis, dan simbol
area.

• Simbol Titik

Simbol titik digunakan untuk menggambarkan kenampakan yang bersifat tunggal, misalnya
suatu kota, candi, stasiun, rumah makan, dan lapangan terbang. Kota pada skala kecil hanya
tergambar sebagai titik, tetapi kota dalam skala besar dapat meliputi suatu luasan (area) yang
tidak dapat diwakili hanya dengan suatu titik saja.

• Simbol Garis

Simbol garis untuk menggambarkan unsur-unsur yang memanjang, misalnya jalan raya,
jalan kereta api, sungai, garis pantai, dan batas administrasi. Untuk membedakan unsur tersebut,
garis dibuat berbagai ragam dan kadang-kadang ditambah dengan warna sebagai pembeda dan
agar lebih indah.

• Simbol Area

Simbol wilayah atau area untuk menggambarkan unsur-unsur yang meluas atau mempunyai
luasan, misalnya perkebunan, rawa, hutan, sawah, tegalan, atau danau.

RANGKUMAN

1) Dalam sebuah peta, kita akan menjumpai komponen peta atau kelengkapan peta.

2) Peta merupakan penyajian yang bersifat simbolik. Untuk mengenal arti tiap-tiap simbol
diperlukan kunci atau keterangan yang disebut legenda.

1. SIG DAN PEROLEHAN DATA

Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem informasi yang didasarkan pada data keruangan
dan merepresentasikan obyek di bumi. Dalam SIG, teknologi informasi merupakan perangkat
yang membantu dalam menyimpan, memproses, menganalisa, serta mengelola data guna
menyajikan informasi. SIG merupakan sistem terkomputerisasi yang mendukung pengelolaan
data tentang lingkungan dalam bidang Geografi. SIG selalu memiliki relasi dengan disiplin
keilmuan Geografi, karena mengkaji hal-hal berkenaan bumi.

SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di
bumi, menggabungkannya, menganalisa, dan akhirnya memetakan hasilnya. Data yang diolah
pada SIG adalah data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi
yang memiliki sistem koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya. Itulah sebabnya, aplikasi
SIG dapat menjawab beberapa pertanyaan seperti lokasi, kondisi, trend, pola, dan pemodelan.
Kemampuan inilah yang membedakan SIG dengan sistem informasi lainnya.

SIG dapat diuraikan menjadi beberapa subsistem berikut:

1) Data Input

Subsistem yang bertugas untuk mengumpulkan, mempersiapkan, dan menyimpan data spasial
dan atributnya dari berbagai sumber. Sub-sistem ini pula yang bertanggung jawab dalam
mengonversikan atau mentransformasikan format-format data asli ke dalam format yang dapat
digunakan oleh perangkat SIG bersangkutan.

2) Data Output

Subsistem yang bertugas untuk menampilkan atau menghasilkan keluaran (termasuk


mengubahnya ke format yang dikehendaki) seluruh atau sebagian basis data (spasial), baik dalam
bentuk softcopymaupun hardcopy seperti halnya tabel, grafik, report, peta, dan lainnya.

3) Data Management

Subsistem yang mengorganisasikan, baik data spasial maupun tabel-tabel atribut terkait, ke
dalam sebuah sistem basis data sedemikian rupa hingga mudah dipanggil kembali, diperbaharui,
dan diteliti ulang.

4) Data Manipulation and Analysis

Subsistem yang menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. Selain itu,
subsistem ini juga melakukan manipulasi (evaluasi serta penggunaan fungsi-fungsi dan operator
matematis juga logika) dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan.

2. SIG UNTUK INVENTARISASI SUMBER DAYA ALAM

SIG banyak digunakan untuk berbagai kepentingan, antara lain, untuk perencanaan, analisis, dan
pengambilan keputusan atau suatu kebijakan mengenai suatu daerah. Manfaat SIG dalam
inventarisasi sumber daya alam, di antaranya:

1) Pengelolaan Sumber Daya Alam

Melalui penerapan SIG, dapat diidentifikasi tentang potensi-potensi alam yang tersebar di suatu
wilayah. Identifikasi akan memudahkan dalam pengelolaan sumber alam untuk kepentingan
umum. Secara sederhana, manfaat SIG dalam inventarisasi sumber daya alam adalah untuk
mengetahui persebaran berbagai sumber daya alam, seperti minyak bumi, batu bara, gas alam,
emas, besi, dan barang tambang lainnya.

2) Pengelolaan Rehabilitasi Pasca Bencana


Misalnya, saat bencana tsunami menerjang Aceh dan Nias, Badan Rehabilitasi-Rekonstruksi
Aceh-Nias (BRR Aceh-Nias) menggunakan SIG untuk memetakan kondisi terkini dan
menentukan prioritas pembangunan di lokasi yang paling parah kerusakannya.

Secara konkret, manfaat SIG adalah:

1) Untuk pengawasan daerah bencana alam, antara lain:

• Memantau luas wilayah bencana alam,

• Pencegahan terjadinya bencana alam di masa yang akan datang, dan

• Menyusun rencana-rencana pembangunan kembali daerah bencana.

2) Untuk mengetahui persebaran kawasan lahan, antara lain:

• Kawasan lahan potensial dan lahan kritis,

• Kawasan hutan yang masih baik dan hutan rusak,

• Kawasan lahan pertanian dan perkebunan, serta

• Pemanfaatan perubahan penggunaan lahan.

3. SIG UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Dalam perencanaan pembangunan, SIG berfungsi untuk:

• Penataan Ruang dan Pembangunan Sarana/Prasarana

Manfaat teknologi SIG dapat berbentuk banyak hal, mulai dari untuk analisis dampak
lingkungan, daerah serapan air, kondisi tata ruang kota, dan masih banyak lagi. Penataan ruang
menggunakan SIG akan menghindarkan terjadinya banjir, kemacetan, kegagalan infrastruktur
dan transportasi, hingga keruwetan pembangunan perumahan dan perkantoran.

Pemanfaatan dan pembangunan lahan yang dimiliki oleh pemerintah daerah perlu dilakukan
dengan penuh pertimbangan dari berbagai aspek. Misalnya, wilayah pembangunan di kota
biasanya dibagi menjadi daerah permukiman, industri, perdagangan, perkantoran, fasilitas umum,
dan jalur hijau. SIG dapat membantu pembuatan perencanaan setiap wilayah tersebut dan
hasilnya dapat digunakan sebagai acuan untuk pembangunan fasilitas-fasilitas yang diperlukan.

Dengan kemampuan SIG yang bisa memetakan apa yang ada di luar dan di dalam suatu area,
kriteria-kriteria ini dapat digabungkan sehingga memunculkan irisan daerah yang tidak sesuai,
agak sesuai, dan sangat sesuai dengan seluruh kriteria. Contoh lain, seperti pembangunan lokasi
pabrik, pasar, fasilitas-fasilitas umum, lokasi jaringan-jaringan listrik, telepon, dan air. Setelah
lokasi yang sesuai didapatkan, desain pembangunan fasilitas tersebut dapat digabungkan dengan
SIG untuk mendapatkan perspektif yang lebih riil.

• Bisnis dan Ekonomi

Dengan adanya peta informasi daerah, dapat ditentukan arah pembangunan. Maka, para investor
pun bisa menentukan strategi investasinya berdasarkan kondisi geografis yang ada, kondisi
penduduk dan persebarannya, hingga peta infrastruktur dan aksesibilitas.

RANGKUMAN

1) Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem informasi yang didasarkan pada data
keruangan dan merepresentasikan obyek di bumi.

2) SIG banyak digunakan untuk berbagai kepentingan, antara lain, untuk perencanaan, analisis,
dan pengambilan keputusan atau suatu kebijakan mengenai suatu daerah.

1. SIG UNTUK KAJIAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Secara umum, SIG dapat dimaknai sebagai suatu sistem yang mengorganisir perangkat keras
(hardware), perangkat lunak (software), dan data, serta dapat mendayagunakan sistem
penyimpanan, pengolahan, maupun analisis data secara simultan, sehingga dapat diperoleh
informasi yang berkaitan dengan aspek keruangan.
Dalam kajian kesehatan lingkungan, SIG lazimnya dimanfaatkan untuk pemetaan kerusakan atau
pun pencemaran. Pesatnya perkembangan teknologi telah mendorong pergerakan dan perubahan
kehidupan masyarakat, organisasi maupun perekonomian di suatu negara, tidak terkecuali di
Indonesia. Hal ini dapat dilihat secara nyata dengan adanya pembangunan yang sangat cepat,
contohnya perumahan, pertokoan maupun industri skala besar. Dari segi positif, masyarakat
dapat menikmati hasil produksi barang maupun jasa, namun dengan banyaknya pembangunan
tersebut, muncul juga kendala baru yang dihadapi oleh alam sekitarnya yaitu kerusakan
lingkungan, sebagai contoh adalah pencemaran lingkungan.

Untuk memenuhi kebutuhan menanggulangi kerusakan dan pencemaran lingkungan, dapat


dirancang suatu program aplikasi Sistem Informasi Geografis guna pemetaan tingkat pencemaran
industri. Isi dari program berupa peta yang mempunyai kemampuan untuk memberikan
informasi mengenai hasil pemantauan pencemaran udara, sungai, dan laut dengan
membandingkan parameter-parameter yang melebihi standar baku mutu. Aplikasi juga bisa
dilengkapi informasi lokasi industri dan daerah pengembangan industri. Data-data pencemaran,
lokasi industri, dan daerah pengembangan industri bisa diperoleh dari instansi terkait.

Secara konkret, peralatan yang dapat digunakan dalam pemetaan kerusakan atau pun pencemaran
(air), di antaranya:

a) Perangkat keras, yakni komputer, digitizer, plotter.

b) Perangkat Lunak, yaitu Software Dimple 3.0 untuk pengolahan citra; Arc View Spasial
Analysis 3.1 untuk analisis data dan pemetaan/SIG; Microsoft Office untuk pengolahan basis
data.

c) Peralatan untuk pengumpulan data lapangan, meliputi GPS (Global Positioning System) untuk
menentukan koordinat titik kontrol geometri citra dan untuk mengetahui koordinat titik sampling.

d) Contoh air atau bahan lain yang tercemar.

e) Peralatan laboratorium kualitas air.

2. SIG UNTUK MITIGASI BENCANA

Dalam mitigasi bencana, SIG dapat berperan sebagai berikut:


• Penelitian dan Analisis

Untuk mengetahui daerah rawan bencana, SIG dapat membantu menentukan wilayahnya.
Misalkan, pada wilayah Jawa, umumnya sangat berpotensi gempa karena dilalui oleh lempeng
samudra dan benua. Jawa juga merupakan daerah busur vulkanik atau daerah yang memiliki
banyak gunung api aktif. Khusus wilayah selatan Jawa, berpotensi gempa dan tsunami. Oleh
karena itu, dengan memanfaatkan SIG dapat meningkatkan kesiapsiagaan tehadap ancaman
bencana tersebut.

• Peta Bencana Berbasis SIG

Sistem Informasi Geografi adalah suatu sistem yang diaplikasikan untuk memperoleh,
menyimpan, menganalisa, dan mengelola data yang terkait dengan atribut secara spasial. Pada
awalnya, fokus dari SIG adalah terutama pada respon bencana. Namun, seiring perubahan
paradigma, aturan manajemen bencana telah berkembang secara cepat. Proses harus berjalan
menjadi suatu kejadian yang mengalir dari penyiapan hingga mitigasi, perencanaan hingga
prediksi, dan kedaruratan hingga perbaikan. Tiap-tiap aktivitas diarahkan agar mencapai
keberhasilan penanganan bencana.

Aturan yang dikembangkan, termasuk cara yang diambil dalam mengintegrasikan berbagai
disiplin ilmu dan sejumlah keahlian, tergambarkan dari berbagai area yang berbeda. Maka, SIG
dapat bertindak sebagai antar muka antara semua ini dan dapat mendukung semua fase siklus
manajemen bencana. SIG dapat diterapkan untuk melindungi kehidupan, kepemilikan, dan
infrastruktur yang kritis terhadap bencana yang ditimbulkan oleh alam; melakukan analisis
kerentanan, kajian multi bencana alam, rencana evakuasi dan`perencanaan tempat pengungsian,
mengerjakan skenario penanganan bencana yang tepat sasaran, pemodelan dan simulasi,
melakukan kajian kerusakan akibat bencana, serta kajian keutuhan komunitas korban bencana.

SIG menyediakan dukungan bagi pemegang keputusan tentang analisis spasial/keruangan dan
dalam rangka untuk mengefektifkan biaya. SIG tersedia bagi berbagai bidang organisasi dan
dapat menjadi suatu alat yang berdaya guna untuk pemetaan dan analisis. Penghindaran bencana
dapat dimulai dengan mengidentifikasi resiko yang ditimbulkan dalam suatu area, yang diikuti
oleh identifikasi kerentanan orang-orang, hewan, struktur bangunan, dan aset terhadap bencana.
Pengetahuan tentang kondisi fisik, manusia, dan kepemilikan lainnya berhadapan dengan resiko
adalah sangat mendesak.

SIG berdasarkan pemetaan tematik dari suatu area kemudian digabungkan dengan data
kepadatan penduduk, struktur yang rentan, latar belakang bencana, informasi cuaca, dan lainnya
guna menentukan lokasi yang paling beresiko terhadap bencana. Kapabilitas SIG dalam
pemetaan bencana dengan informasi tentang daerah sekelilingnya jelas sangat membantu
mendukung proses pembuatan keputusan.

SIG dapat digunakan dalam penentuan wilayah yang menjadi prioritas utama untuk
penanggulangan bencana berikut penerapan standar bangunan yang sesuai, mengidentifikasi
struktur untuk penyesuaian terhadap resiko bencana, menentukan besarnya jaminan keselamatan
terhadap masyarakat dan bangunan sipil, mengidentifikasi sumber bencana, sekaligus
merencanakan pelatihan dan kemampuan yang harus dimiliki secara spesifik terhadap bahaya
yang mungkin terjadi.

Daerah yang paling rentan terhadap bencana menjadi prioritas utama dalam melakukan tindakan
mitigasi. Semua langkah yang diambil bertujuan untuk menghindari bencana ketika diterapkan,
sementara langkah berikutnya adalah untuk bersiap menghadapi situasi jika bencana menyerang.
SIG dalam kesiapsiagaan bencana sangatlah efektif sebagai sarana untuk menentukan lokasi
sebagai tempat perlindungan di luar zona bencana, mengidentifikasi rute pengungsian alternatif
yang mendasarkan pada skenario bencana yang berbeda, rute terbaik ke rumah sakit di luar zona
bencana, spesialisasi dan kapasitas rumah sakit, dan sebagainya. SIG dapat pula memberikan
suatu perkiraan jumlah makanan, air, atau obat yang harus tersedia demi mengantisipasi bencana.

ACUAN STANDAR BAKU AIR

Beberapa aspek yang dinilai sebagai acuan standar baku air, yakni suhu, pH, warna, bau, rasa,
kesadahan, besi (Fe), Mangaan (Mn), Nitrit (NO2), Cadmium (Cd), Timbal (Pb), Kekeruhan,
serta Bakteri E-coli.

RANGKUMAN
1) Dalam kajian kesehatan lingkungan, SIG lazimnya dimanfaatkan untuk pemetaan kerusakan
atau pun pencemaran.

2) Untuk mengetahui daerah rawan bencana, SIG dapat membantu menentukan wilayahnya. SIG
dapat diterapkan untuk melindungi kehidupan, kepemilikan, dan infrastruktur yang kritis
terhadap bencana yang ditimbulkan oleh alam; melakukan analisis kerentanan, kajian multi
bencana alam, rencana evakuasi dan`perencanaan tempat pengungsian, mengerjakan skenario
penanganan bencana yang tepat sasaran, pemodelan dan simulasi, melakukan kajian kerusakan
akibat bencana, serta kajian keutuhan komunitas korban bencana.

A. Sistem Informasi Geografis (SIG)

Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System disingkat GIS) adalah sistem
informasi khusus yang mengelola data dengan informasi spasial (bereferensi keruangan).
Beberapa ahli memberikan definisi Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai berikut:

● Marble et al (1983)

SIG merupakan sistem penanganan data keruangan.

● Linden (1987)

SIG adalah sistem untuk pengelolaan, penyimpanan, pemprosesan (manipulasi), analisis dan
penayangan data secara spasial terkait dengan muka bumi.

● Aronaff (1989)

SIG adalah sistem informasi yang didasarkan pada kerja komputer yang memasukkan, mengelola,
memanipulasi dan menganalisa data serta memberi uraian.

● Alter (1990)

SIG adalah sistem informasi yang mendukung pengorganisasian data, sehingga dapat diakses
dengan menunjuk daerah pada sebuah peta.

● Prahasta (1993)
SIG merupakan sejenis software yang dapat digunakan untuk pemasukan, penyimpanan,
manipulasi, menampilkan, dan keluaran informasi geografis berikut atribut-atributnya.

Pada prinsipnya terdapat dua jenis data untuk mendukung SIG, yaitu:

1. Data Spasial

Data spasial adalah gambaran nyata suatu wilayah yang terdapat di permukaan bumi.
Umumnya direpresentasikan berupa grafik, peta, gambar dengan format digital dan disimpan
dalam bentuk koordinat x,y (vektor) atau dalam bentuk image (raster) yang memiliki nilai
tertentu.

2. Data Non Spasial (Atribut)

Data non spasial adalah data berbentuk tabel dimana tabel tersebut berisi informasi-
informasi yang dimiliki oleh obyek dalam data spasial. Data tersebut berbentuk data tabular yang
saling terintegrasi dengan data spasial yang ada.

B. Tahapan Kerja SIG

Tahapan kerja SIG dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Data Masukan (Input Data)

Tahapan kerja SIG yang pertama adalah data masukan, yaitu suatu tahapan pada SIG yang
dapat digunakan untuk memasukkan dan mengubah data asli ke dalam bentuk yang dapat
diterima oleh komputer. Data-data yang masuk tersebut membentuk database (data dasar) di
dalam komputer yang dapat disimpan dan dipanggil kembali untuk dipergunakan atau untuk
pengolahan selanjutnya. Tahapan kerja masukan data meliputi pengumpulan data dari berbagai
sumber data dan proses pemasukan data. Data dasar yang dimasukkan dalam SIG diperoleh dari
empat sumber, yaitu data lapangan (teristris), data peta, data pengindraan jauh, dan data statistik.

2.Proses Pemasukan Data

Proses pemasukan data ke dalam SIG diawali dengan mengumpulkan dan menyiapkan data
spasial maupun data atribut dari berbagai sumber data, baik yang bersumber dari data lapangan,
peta, penginderaan jauh, maupun data statistik. Bentuk data yang akan dimasukkan dapat berupa
tabel, peta, catatan statistik, laporan, citra satelit, foto udara, dan hasil survei atau pengukuran
lapangan. Data tersebut diubah terlebih dahulu menjadi format data digital sehingga dapat
diterima sebagai masukan data yang akan disimpan ke dalam SIG. Data yang masuk ke dalam
SIG dinamakan database (data dasar atau basis data). Dari digitalisasi peta dihasilkan layer peta
tematik. Layer peta tematik adalah peta yang digambar pada sesuatu yang bersifat tembus
pandang, seperti plastik transparan.

Berbagai fenomena di permukaan bumi dapat dipetakan ke dalam beberapa layer peta
tematik, dengan setiap layernya merupakan representasi kumpulan benda (feature) yang
memiliki kesamaan. Misalnya, layer jalan, kemiringan lereng, daerah aliran sungai, tata guna
lahan, dan jenis tanah. Layer-layer ini kemudian disatukan dan disesuaikan urutan maupun
skalanya. Kemampuan ini memungkinkan seseorang untuk mencari dimana letak suatu daerah,
obyek, atau hal lainnya di permukaan bumi. Fungsi ini dapat digunakan, seperti untuk mencari
lokasi rumah, mencari rute jalan, dan mencari tempat-tempat penting yang ada di peta. Pengguna
SIG dapat pula melihat pola-pola yang mungkin akan muncul dengan melihat penyebaran letak
feature, seperti sekolah, sungai, jembatan, dan daerah pertambangan.

3. Manipulasi dan Analisis Data

Tahapan manipulasi dan analisis data adalah tahapan dalam SIG yang berfungsi menyimpan,
menimbun, menarik kembali, memanipulasi, dan menganalisis data yang telah tersimpan dalam
komputer.

4. Keluaran Data

Tahapan keluaran data ialah tahapan dalam SIG yang berfungsi menyajikan atau
menampilkan hasil akhir dari proses SIG dalam bentuk peta, grafik, tabel, laporan, dan bentuk
informasi digital lainnya yang diperlukan untuk perencanaan, analisis, dan penentuan kebijakan
terhadap suatu obyek geografis. Misalnya, untuk mendukung pengambilan keputusan dalam
perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan (land use), sumber daya alam, lingkungan,
transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum lainnya. Kemampuan inilah yang membedakan
SIG dengan sistem informasi lainnya yang membuatnya menjadi berguna untuk berbagai
kalangan dalam menjelaskan kejadian, merencanakan strategi, dan memprediksi apa yang akan
terjadi.
RANGKUMAN

1. Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System) adalah sistem informasi


khusus yang mengelola data dengan informasi spasial (bereferensi keruangan).

2. Sebagai sebuah sistem, tahapan kerja dalam SIG meliputi data masukan, proses masukan
data, manipulasi dan analisis data, serta keluaran data.

Anda mungkin juga menyukai