“PEMBENTUKAN MINDSET”
Dosen Pengampu: Lalu Takdir Junaidi, SE.,MSA.,Ak
PRODI AKUNTANSI
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun
hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk para
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakikatnya tugas manajer adalah mengelola human asset, bukan financial asset.
Dengan kata lain tugas manajer adalah mengelola sumber daya manusia dalam
memanfaatkan sumber daya lain untuk mewujudkan tujuan organisasi. Oleh karena tindakan
manusia sangat ditentukan oleh sikapnya terhadap sesuatu yang ditentukan oleh
pembentukan peta mental (mindset) yang dimiliki orang tersebut dan pembentukan peta
mental sangat penting untuk mengelola sumber daya manusia.
Pendekatan yang digunakan human resource leverage approach dalam pembuatan rerangka
konseptual untuk pembentuakan mindset. Pendekatan ini menggunakan paradigm personel
yang mencerminkan lingkungan bisnis yang dihadapi oleh perusahaan seabagai dasar untuk
mendesain sistem pengendalian manajemen. Pendesainan ini denagn membangun paradigm
personel yang mencerminkan kondisi lingkunagan yang dimasuki oleh organisasi.
Sikap mental mapan ( fixed mental attitude ) yamg dibentuk melalui pendidikan,
pengalaman, dan prasangka. Mindset merupakan peta mental yang dipakai sebagai dasar
untuk bersikap dan bertindak.
BAB II
ISI
PEMBENTUKAN MINDSET
A. KONSEP MINDSET
Mindset adalah sikap mental mapan (fixed mental attitude) yang dibentuk melalui
pendidikan, pengalaman, dan prasangka. Mindset merupakan peta mental yang dipakai oleh
orang sebagai dasar untuk bersikap dan bertindak. Peta yang mampu menggambarkan
kenyataan suatu territorial, menjadikan orang mengetahui di mana dia berada dan ke mana
dia menuju, sehingga dia mampu merencanakan bagaimana dia menuju kesana.
Mindset terdiri dari tiga komponen pokok: paradigma, keyakinan dasar, dan nilai
dasar. Paradigm adalah cara yang digunakan oleh seseorang dalam memandang sesuatu.
Keyakinan dasar adalah kepercayaan yang dilekatkan oleh seseorang terhadap sesuatu. Nilai
dasar adalah sikap, sifat, dan karakter yang dijunjung tinggi oleh seseorang, sehingga
berdasarkan nilai-nilai tersebut tindakan seseorang dipandu.
Tindakan seseorang sangat ditentukan oleh cara pandang orang tersebut terhadap
sesuatu. Di samping itu, orang melakukan tindakan berdasarkan apa yang diyakini benar. We
do what we belief. Nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh seseorang menjadi pemandu di
dalam ia memutuskan tindakan-tindakan yang akan dilakukan. Secara keseluruhan,
paradigma, keyakinan dasar, dan nilai dasar memberikan peta mental bagi orang dalam
bertindak. We belief we see the world as it is. Homever, we really see the world as we are.
Kita memandang dunia tidak sebagaimana adanya, namun sesungguhnya kita memandang
dunia melalui mindset yang ada dalam pikiran kita. Paradigm, keyakinan dasar, dan nilai
dasar merupakan lensa yang kita gunakan untuk memandang dunia.
Dimuka telah disebutkan bahwa mindset seseorang menentukan sikapnya, dan sikap
seseorang menentukan tindakannya. Apa yang terjadi jika mindset personel secara individual
tidak sejalan dengan mindset organisasi? Ada tiga kemungkinan yang timbul:
Jika personel tidak yakin bahwa kelangsungan hidup organisasi ditentukan oleh
customer, maka dalam melayani customer ia akan memperlakukan customer sebagai orang
membutuhkan produk dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan, bukan sebaliknya,
perusahaan yang membutuhkan customer untuk dapat menjual produk dan jasanya.
Dalam tahap ini manajemen puncak melakukan berbagai tren pemacu perubahan
yang akan terjadi dimasa depan. Terdapat empat pemacu perubahan yang berdampak
terhadap lingkungan bisnis. (1) globalisasi ekonomi, (2) teknologi informasi, (3)
strategic quality management, dan (4) Revolusi Manajemen.
b. Envisioning
c. Perumusan paradigma
d. Perumusan Mindset
Mindset terdiri dari tiga komponen : paradigm, keyakinan dasar, dan nilai dasar.
Oleh karena itu, dalam merumuskan Mindset, setelah paradigma dirumuskan, kemudian
dirumuskan keyakinan dasar dan nilai dasar yang sesuai dengan paradigm tersebut.
Paradigm, keyakinan dan nilai dasar organisasi yang dirumuskan dengan jelas
dan dikomunikasikan kepada seluruh personel organisasi, akan menjadi shared
paradigm, shared beliefs, sahred values dalam diri setiap personel organisasi, sehingga
organisasi akan kohesif dalam peruses menuju ke masa depan. Kekohesivan organisasi
sangat diperlukan untuk membangun kekuatan organisasi dalam menghadapi lingkungan
bisnis kompetitif.
a) Perilaku Pribadi
Paradigma, keyakinan dan nilai dasar organisasi dikomunikasikan kepada seluruh
personel melalui proses internalisasi sistematik. Proses internalisasi ini ditempuh untuk
menanamkan konsep paradigma, keyakinan dasar dan nilai dasar organisasi.
Untuk memperkuat pesan yang terkandung dalam paradigma, keyakinan dan nilai dasar
organisasi, manajemen memberikan contoh penghayatan paradigma keyakinan dan nilai
dasar organisasi ke dalam perilaku keseharian mereka.
b) Perilaku Operasional
Customer adalah siapa saja yang menggunakan hasil pekerjaan seseorang atau
suatu tim. Definisi ini mengandung arti bahwa customer dapat bersifat internal maupun
eksternal dipandang dari sudut organisasi. Definisi ini mencakup pula pemasok dalam
rantai customer. Dari defiinisi tersebut costumer tidak dapat dapat diterjemahkan ke
dalam bahasa indonesia kedalam kata pelanggan, karena pelanggan dalam bahasa
Indonesia mempunyai pengertian sebagai pembeli berulang kali (repeat buyer). Customer
dapat mencakup repeat buyer maupun one-time buyer. Costumer juga tidak sama dengan
costumer, karena consumer (diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi
konsumen) adalah orang yang memanfaatkan produk atau jasa yang dihasilkan oleh
seseorang atau suatu tim.
Lan D.littman memberikan nasihat demikian : “the best way to understand your
customer is to become your customer and walk amile in his shoes”. Banyak perusahaan
menempuh berbagai cara berikut ini untuk meningkatkan kedekatan hubungannya
dengan customer.
Customer value adalah selisih antara manfaat yang diperoleh customer dari produk
dan jasa yang dikonsumisnya dengan pengorbanan yang dilakukan oleh customer untuk
memperoleh manfaat tersebut.manfaat yang diperoleh dan pengorbanan yang dilakukan
oleh customer ditentukan oleh kualitas hubungan yang dibangun antar produser dengan
pemasok, antara produser dengan para mitra bisnisnya,dan antara produser dengan
customernya. Oleh karena itu customer value dapat dinyatakan secara matematis sebagai
berikut :
Dari formula customer value tersebut terlihat bahwa tanda yang digunakan untuk
menunjukan peran hubungan dalam membentuk customer value adalah tanda perkalian
(*).hal ini berarti hubungan berkualitas (quality relastionship)menjajikan pelipatganda
value yang dibangun oleh produsen bagi customer.
Hubungan berkualitas yang dibangun oleh produsen dengan para pemasok, dan
dengan para mitra bisnisnya akan menjadikan produsen mampu menghasilkan kualitas
produk dan jasa secara konsisten bagi customer. Kualitas produk dan jasa yang konsisten
akan meningkatkan keandalan produser sebagai penyedia value bagi customer. Keandalan
produser akan memicu kecepatan produser sebagai penyedia value bagi customer.pada
akhirnya kualitas,keandalan dan kecepatan akan menjadikan produser penghasil produk
dan jasa yang efisien.
Paradigma customer value strategy mengarahkan semua proses bisnis dan organisasi untuk
menghasilkan value bagi customer. Customer value mengubah arah perhatian manajer dan
focus untuk memuaskan kepentingan diri sendiri, berbalik menuju ke pemuasan cutomer.
Proses manajemen yang berhasil adalah proses yang mampu menghasilkan satisfied
customer. Dalam lingkungan bisnis customer memegang kendali bisnis,organisasi akan
berhasil bila:
Dengan demikian kebutuhan, keinginan dan harapan customerlah yang menjadi dasar
desain produk yang dibuat oleh perusahaan.
Customer value dihasilkan oleh produser pada setiap tahap proses pemanfaatan produk leh
customer. Secara keseluruhan,proses pemanfaatan produk oleh customer dilkukan melalui
proses:find,acquire,transport,store,use,dispose of dan stop (disingkat FATSUDS).
Proses pemanfaatan produk dimulai dari usaha untuk mencari (find) produk yang dibutuhkan
oleh customer produk dapat dicari melalui kehadiran customer secara fisik dipasar
(warketlpase). Atau melalui teknologi informasi (cyberspace). Pada pencarian ini customer
berusaha untuk mendapatkan informasi tentang produk yang memenuhi kebutuhan,
keinginan,dan harapannya. Tahap pencarian ini merupakan tahan krusia, karena tahap-tahap
berikutnya tidak akan terwujud jika pada tahap awal ini, customer tidak memperoleh
informasi yang di perlukan untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan peradigma customer
value, produkser memandang usaha dan cara untuk memudahkan customer dalam pencarian
produk yang dihasilkan, bukan berdasar pertimbangan manfaat dan perngorbanan dari sudut
produser, namun berdasar manfaat dan perngorbanan dari sudut custumer.
1) Pemesanan,
2) Penerimaan barang, dan
3) Pembayaran.
Ke tiga prosestersebut di layani oleh produser melalui prosedur order penjualan, proses
pengiriman barang, dan prosedur penagihan (billing procedure).
Produser yang menggunakan paradigma customer value akan menawarkan berbagai manfaat
yang dapat diperoleh customer di dalam mengatasi masalah transportasi produk yang telah di
belinya. Kerja sama kemitraan dengan perusahaan asuransi dan transportasi merupakan
usaha yang dapat ditempuh oleh produser dalam menyediakan jasa bagi customer pada tahap
transportasi ini.
Produser yang menggunakan paradigma customer value akan berusaha untuk memberikan
manfaat bagi customer bagi proses penyimpanan produk yang telah dibeli oleh customer.
Produser yang tidak memiliki paradigma customer value, akan menghentikan kepeduliannya
terhadap customer, begitu produk lepas dari gudangnya.
Tahap pemakian adalah tahap inti suatu produk memberikan manfaat sesunggunya bagi
customer. Semua tahap sebelumnya akan tidak ada artinya jika pada tahap
pemakaian,customer menjumpai ketidakpuasan signifikan. Pada tahap ini custimer
memanfaatkan berbagai atribut yang melekat pada produk untuk memenuhi kebutuhannya.
Produser yang memiliki paradigma customer value tidak menghentikan usahanya dalam
memberikan layanan kepada customer pada saat transaksi penjualan produk telah selesai,
namun senantiasa mendengarkan suara custumer di dalam proses pemakaian ini.
1) Produser bertanggung jawab atas penyediaan value pada setiap tahap proses
pemanfaatan produk, baik sendiri maupun bersama-sama dengan mitra bisnisnya.
2) Produser tidak mungkin memiliki kompetensi di dalam menyediakan keseluruhan
jasa yang berkaitan dengan produknya. Prodeser umumnya hanya memiliki core
competency tertentu untuk menyediakan jasa yang berkaitan dengan produknya.
3) Berdasarkan pada kenyataan pada butir 2 tersebut, produser yang menggunakan
paradigma customer value akan membangun hubungan kemitraan dengan produser
lain, untuk menyediakan quality services bagi customer. Dengan demikian, produk
sebagai ikat jaa hanya dapat dihasilkan dengan kualitas yang konsisten melaluikerja
sama organisasi dalam bentuk jejaring (organization network), yang diikat dengan
quality relationship.
Kebutuhan
customer
Proses
Desain dan pemanfaatan Kepuasaan
produksi customer
Customer
value
Atribut
produk
Gambar 4.2 customer value sebgai Hasil Proses pemanfaatan Atribut Produk oleh customer
Customer Value Dalam Lingkungan Bisnis Kompettitif
Dalam lingkungan bisnis kompetitiff, customer diperebutkan pilihannya oleh
banyak produsen. Dengan demikian, hanya dengan menyediakan value bagi customer
tidaklah cukup untuk memenangkan pilihan customer. Dalam lingkungan
bisniskompetitif, untuk memenangkan pilihan customer, perusahaan harus mampu
menyediakan more value added bagi customer di setiap tahap proses pemanfaatan
secara menyeluruh produk dan jasa.
Mata rantai yang pantas dipilih, baik oleh pemasok maupun customer, sebagai
penghubung untuk memenuhi kebutuhan mereka. Berdasarkan keyakinan itu pula,
manajemen perusahaan akan menyadari pentingnya pembinaan hubugan berkualitas
(quality relationship) antara perusahaan dengan para customer-nya. Hubungan
berkualitas inilah yang akan menjamin perusahaan mampu menyediakan produk dan jasa
berkualitas secara konsisten kepada customer.
1) Integritas.
Integritas adalah kemampuan seseorang untuk mewujudkan apa yang telah
dikatakan menjadi suatu realitas, dalam situasi apapun. Orang yang tidak
terintergritas hanya mampu mewujudkan apa yang telah dikatakan, terbatas yang
dipandang menguntungkan bagi dirinya. Character is what we are in the dark. Jika
personel suatu perusahaan telh menjanjikan sesuatu kepada customer, dan meskipun
untuk merealisasikan komitmen kepada customer tersebut, perusahaan harus
mengorbankan sumber daya tertentu, dan personel tersebu tetap teguh dengan
komitmen yang telah dijanjikan kepada customer,terlepas dari unber daya yang harus
dikorbankan, maka personel tersebut menjunjung tinggi integritas dalam
memenuhikomitmennya kepada customer. Customer akan memilih berhubungan
dengan organisasi yang personelnya menjunjung tinggi integritas, krna hanya orang
yang berintegritas yang pantas dijadikan partner dalam bisnis.
2) Kesediaan untuk melayani.
jika diyakini bahwa fokus usaha perusahaan adalah customer- karena tanpa
customer tidak ada alasan yang menompang keberadaan susatu organisasi –maka
salah satu personel values yang perlu dimiliki oleh setiap anggota organisasi adalah
kesediaan untuk melayani. Kesediaan untuk melayani merupakan tindakan yang
terpuji dalam berhubungan dengan customer. Jika setiap anggota organisasi ringan
hati untuk memberikan layanan kepada customer-dalam kondisi apapun-maka
customer akan merasa diperdulikan oleh organisasi, dan keperdulian terhadap
customer ini yang mengikat customer dengan organisasi.
3) Kerendahan hati.
Personal value “kesediaan untuk melayani” customer hanya dapat tercipta jika
setiap anggota organisasi memeiliki personal value “kerendahan hati” kerendahan
hati merupakan sikap mental yang mampu menerima seseorang atau sesuatu.
Kerendahan hati ini menjadikan orang menempatkan diri pada posisi mampu
menerima setiap kelainan dalam berhubungan dengan customer. Setiap orang akan
dengan senang hati menerima suatu kondisi hubungan yang tidak berkenan di hatinya
dengan customer. Hanya orang yang memiliki kerendahan hati yang mampu secara
objektif mwmandang setiap kelainan yang terjadi dalam dirinya sebagaiman adanya.
Jika setiap anggota organisasi memiliki keyakinan dasar bahwa suara customer
selalu benar, maka hanya orang yang menghargai “ kerendahan hati” yang mampu
mewujudkan keyakinan dasar tersebut.
SPPM dibangun berdasarkan mindset tertentu. SPPM yang sesuai dengan lingkungan
bisnis global harus dibangun berdasarkan pada berbsgai mindset yang sesuai dengan
lingkungan tersebut.
Customer value mindset berdampak besar terhadap SPPM. Struktur SPPM difokuskan ke
customer. Proses SPPM juga difokuskan untuk memuaskan kebutuhan custome. Berikut ini
disajikan beberapa contoh perwujudan customer value mindset ke dalam SPPM.
Struktur SPPM terdiri dari tiga komponen struktur organisasi, jejaring informasi,
dan sistem penghargaan. Customer value mindset diwujudkan dalam tiga komponen
struktur SPPM berikut ini (1) struktur organisasi difokuskan kelayanan kepada customer,
(2)jejaring informasi difokuskas untuk menyediakan layanan bagi customer, dan (3)
sistem penghargaan karyawan didasarkan pada kinerja organisasi dalam memuaskan
kebutuhan customer.
- Peningkatan kualitas
- Peningkatan keandalan
- Peningkatan kecepatan
- Peningkatan efisiensi biaya
Perusahaan tidak akan mencapai penurunan biaya dalam jangka panjang, jika tidak
dilandasi dan dimulai dari peningkatan kualitas. Peningkatan kualitas akan
mengakibatkan perusahaan dapat diandalkan oleh customer. Peningkatan kualitas dan
keandalan akan meningkatkan kecepatan penyediaan produk dan jasa bagi customer.
Efisiensi biaya dicapai berdasarkan peningkatan kualiatas, keandalan dan kecepatan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mindset adalah sikap mental mapan (fixed mental attitude) yang dibentuk melalui
pendidikan, pengalaman, dan prasangka. Mindset merupakan peta mental yang dipakai oleh
orang sebagai dasar untuk bersikap dan bertindak.
Paradigma adalah cara yang digunakan oleh seseorang didalam memandang sesuatu.
Keyakinan dasar adalah kepercayaan yang dilekatkan oleh seseorang terhadap
sesuatu.
Nilai dasar adalah sikap, sifat, dan karakter yang dijunjung tinggi oleh seseorang,
sehingga berdasarkan tersebut nilai-niali tersebut seseorang dibatasi.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Mulyadi (2007) Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen BAB 3, 4 dan 5
https://inovarizka.wordpress.com/2009/06/30/rerangka-konseptual-pembentukan-mindset/
https://www.academia.edu/8894232/kerangka_pembentukan_mindset
https://www.coursehero.com/file/21082740/262790554-SPM-Kerangka-Pembangunan-Mindset-
Yang-Sesuai-Dengan-Lingkungan-Bisnis/