Anda di halaman 1dari 7

BADAN PUSAT STATISTIK

No. 40/06/52/th I , 15 Juni 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROPINSI NTB TAHUN 2015


 Pembangunan manusia di Propinsi NTB pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan
terus meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dari 64,31 tahun 2014 menjadi 65,19 pada tahun
2015 atau meningkat 1,36 persen, bahkan peningkatan ini diatas pertumbuhan IPM Nasional yang tumbuh
sebesar 0,94 persen.
 Pada tahun 2015, indeks pembangunan manusia di NTB masih dalam kelompok “sedang”, masih sama
dengan tahun 2014. Namun demikian pertumbuhan IPM Propinsi NTB tertinggi diantara propinsi lain sehingga
masuk dalam kategori “top mover” tahun 2015 diikuti propinsi Jawa Timur dan Sulawesi Barat.
 Selama periode 2014 dan 2015, seluruh komponen pembentuk IPM mengalami peningkatan.
o Bayi yang baru lahir memiliki peluang untuk hidup hingga 65,38 tahun, meningkat 0,48 tahun (5,8 bulan)
dibandingkan tahun sebelumnya.
o Anak-anak usia 7 tahun memiliki peluang untuk bersekolah selama 13,04 tahun, meningkat 0,33 tahun (4
bulan) dibandingkan pada 2015.
o Penduduk usia 25 tahun ke atas secara rata-rata telah menempuh pendidikan selama 6,71 tahun (setara
kelas VII SLTP), meningkat 0,04 tahun dibandingkan tahun sebelumnya.
o Pengeluaran per kapita (harga konstan 2012) masyarakat telah mencapai Rp. 9,24 juta pada tahun 2015,
meningkat Rp 254 ribu rupiah dibandingkan tahun sebelumnya.

1. Perkembangan IPM Propinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2010-2015


Pembangunan manusia didefinisikan sebagai proses perluasan pilihan bagi penduduk (enlarging
people choice). IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun
kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses
hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. IPM
diperkenalkan oleh UNDP pada tahun 1990 dan metode penghitungan direvisi pada tahun 2010. BPS
mengadopsi perubahan metodologi penghitungan IPM yang baru pada tahun 2014 dan melakukan
backcasting sejak tahun 2010.
IPM dibentuk oleh tiga dimensi dasar, yaitu umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life),
pengetahuan (knowledge), dan standard hidup layak (decent standard of living). Umur panjang dan hidup
sehat digambarkan oleh Angka Harapan Hidup saat lahir (AHH) yaitu jumlah tahun yang diharapkan dapat
dicapai oleh bayi yang baru lahir untuk hidup. Pengetahuan diukur melalui indikator Rata-rata Lama
Sekolah dan Harapan Lama Sekolah. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) adalah rata-rata lamanya (tahun)
penduduk usia 25 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal. Harapan Lama Sekolah (HLS)
didefinisikan sebagai lamanya (tahun) sekolah formal yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur
tertentu di masa mendatang. Standar hidup yang layak digambarkan oleh pengeluaran per kapita disesuaikan,
yang ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan paritas daya beli.
IPM dihitung berdasarkan rata-rata geometrik indeks kesehatan, indeks pengetahuan, dan indeks
pengeluaran. Penghitungan ketiga indeks ini dilakukan dengan melakukan standardisasi dengan nilai
minimum dan maksimum masing-masing komponen indeks.
IPM merupakan indikator yang digunakan untuk melihat perkembangan pembangunan dalam jangka
panjang. Untuk melihat kemajuan pembangunan manusia, terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu
kecepatan dan status pencapaian. Secara umum, pembangunan manusia NTB terus mengalami kemajuan
selama periode 2010 hingga 2015. IPM NTB meningkat dari 61,16 pada tahun 2010 menjadi 65,19 pada
tahun 2015 dan masih berstatus IPM “sedang”.Walaupun demikian, selama periode tersebut IPM NTB
menunjukkan kemajuan yang besar, IPM Propinsi NTB rata-rata tumbuh sebesar 1,28 persen per tahun. Pada
periode 2014-2015 tumbuh 1,36 persen. Pertumbuhan pada periode tersebut lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan kenaikan pada perode 2013-2014, hanya tumbuh sebesar 0,88 persen. Walaupun IPM
Propinsi masih dibawah IPM Nasional, namun jarak IPM Nasional dengan IPM NTB dari tahun ke tahun
semakin kecil/mendekat, jika pada tahun 2010 jarak IPM NTB dengan Nasional 5,37 poin maka pada tahun
2015 menjadi 4,36 poin.

Gambar 1
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) NTB, 2010-2015

70,00
69,55
68,00 68,90
68,31
67,70
67,09
66,00 66,53 65,19
64,31
63,76
64,00 62,98
62,14
62,00 61,16

60,00
2010 2011 2012 2013 2014 2015

2. Pencapaian Kapabilitas Dasar Manusia


Pencapaian pembangunan manusia diukur dengan memperhatikan tiga aspek esensial yaitu umur
panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak. Oleh karena itu, peningkatan capaian IPM
tidak terlepas dari peningkatan setiap komponennya. Seiring dengan meningkatnya angka IPM, indeks
masing-masing komponen IPM juga menunjukkan kenaikan dari tahun ke tahun.

2 Berita Resmi Statistik No. 40/06/52/Th. I, 15 Juni 2016


Tabel 1
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) NTB Menurut Komponen, 2010-2015
Komponen Satuan 2010 2011 2012 2013 2014 2015
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Angka harapan hidup saat lahir (AHH) Tahun 63,82 64,13 64,43 64,74 64,90 65,38
Harapan lama sekolah (HLS) Tahun 11,66 11,97 12,21 12,46 12,73 13,04
Rata-rata lama sekolah (RLS) Tahun 5,73 6,07 6,33 6,54 6,67 6,71
Pengeluaran per kapita Rp 000 8.707 8.759 8.853 8.950 8.987 9.241
IPM 61,16 62,14 62,98 63,76 64,31 65,19
Pertumbuhan IPM % 1,60 1,34 1,23 0,88 1,36

A. Dimensi Umur Panjang dan Hidup Sehat


Angka Harapan Hidup saat lahir yang merepresentasikan dimensi umur panjang dan hidup sehat terus
meningkat dari tahun ke tahun. Selama periode 2010 hingga 2015, NTB telah berhasil meningkatkan Angka
Harapan Hidup saat lahir sebesar 1,56 tahun. Selama periode tersebut, secara rata-rata Angka Harapan Hidup
meningkat sebesar hampir 4 bulan pertahun. Pada tahun 2010, Angka Harapan Hidup saat lahir di NTB
sebesar 63,82 tahun, dan pada tahun 2015 telah mencapai 65,38 tahun.

Gambar 2
Angka Harapan Hidup saat Lahir (AHH) NTB, 2010-2015

64,13 64,43 64,74 64,90 65,38


63,82

2010 2011 2012 2013 2014 2015

B. Dimensi Pengetahuan
Dimensi pengetahuan pada IPM dibentuk oleh dua indikator, yaitu Harapan Lama Sekolah (HLS) dan
Rata-rata Lama Sekolah (RLS). Kedua indikator ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Selama periode
2010 hingga 2015, HLS di NTB telah meningkat sebesar 1,38 tahun, sementara RLS meningkat 0,98 tahun.
Selama periode 2010 hingga 2015, HLS secara rata-rata meningkat sebesar 3,3 bulan per tahun.
Meningkatnya HLS menjadi sinyal positif bahwa semakin banyak penduduk yang bersekolah saat ini
maupun dimasa mendatang. Pada tahun 2015, HLS di NTB telah mencapai 13,04 yang berarti bahwa anak-
anak usia 7 tahun memiliki peluang untuk menamatkan pendidikan mereka hingga lulus Diploma I.
Pertumbuhan yang positif ini merupakan modal penting dalam membangun kualitas manusia yang lebih baik.
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) penduduk NTB (usia 25 tahun keatas) pada tahun 2015 telah mencapai
6,71 tahun atau setara dengan kelas VII SLTP, dibanding tahun 2010 mencapai 5,73 tahun atau meningkat
11,8 bulan.
Gambar 3
Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) NTB,
2010-2015

12,46 12,73 13,04


11,66 11,97 12,21

6,07 6,33 6,54 6,67 6,71


5,73

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Harapan Lama Sekolah Rata-rata Lama Sekolah

C. Dimensi Standard Hidup Layak


Dimensi yang mewakili kualitas hidup manusia adalah standard hidup layak yang direpresentasikan
oleh pengeluaran per kapita (harga konstan 2012). Pada tahun 2015, pengeluaran per kapita masyarakat NTB
mencapai Rp 9,241 juta per tahun. Selama lima tahun terakhir, pengeluaran per kapita masyarakat meningkat
sebesar Rp. 533.959 atau rata-rata meningkat Rp106.792 per tahun.

Gambar 4
Pengeluaran per Kapita NTB, 2010-2015 (Rp 000)

9.241
8.853 8.950 8.987
8.707 8.759

2010 2011 2012 2013 2014 2015

3. Pencapaian Pembangunan Manusia di Tingkat Kabupaten/Kota


IPM pada level kabupaten/kota, hanya Kota Mataram dan kota Bima yang mempunyai level IPM
“tinggi” (>70), dengan besaran masing-masing 76,37 dan 72,99. Sementara 8 kabupaten lainnya masih dalam
level “sedang”
Bila dilihat lebih rinci besaran IPM kabupaten/kota berkisar antar 61,15 (KLU) hingga 76,37
(Mataram). Pada dimensi umur panjang dan hidup sehat, Angka Harapan Hidup saat lahir berkisar antara
64,44 tahun (Lombok Timur) hingga 70,43 tahun (Mataram). Sementara pada dimensi pengetahuan, Harapan

4 Berita Resmi Statistik No. 40/06/52/Th. I, 15 Juni 2016


Lama Sekolah berkisar antara 12,27 tahun (Sumbawa) hingga 15,28 tahun (Mataram), serta Rata-rata Lama
Sekolah berkisar antara 5,22 tahun (KLU) hingga 9,96 tahun (Kota Bima). Sedangkan, pengeluaran per kapita
berkisar antara Rp. 7,37 juta per tahun (Kabupaten Bima) hingga Rp. 13,40 juta per tahun (Mataram).
Pertumbuhan IPM tertinggi (Top mover) tahun 2015 dicapai oleh Kabupaten Sumbawa Barat yaitu sebesar
1,77 persen. Bila laju ini bisa dipertahankan atau ditingkatkan maka dalam waktu dekat Sumbawa Barat bisa
masuk katagori IPM tinggi. Kabupaten yang memiliki pertumbuhan di atas laju propinsi (1,36 persen) adalah
Kabupaten Sumbawa Barat, Lombok Barat (1,73 persen), Lombok Utara (1,63 persen), Sumbawa (1,63
persen), Dompu (1,62 persen), Bima (1,40 persen) dan Lombok Tengah (1,38 persen). Sementara Lombok
Timur (1,22 persen) dan Kota Matatam (0,58 persen) dibawah laju propinsi.

Gambar 5
IPM NTB Menurut Kabupaten/Kota dan Status Pembangunan Manusia, 2015

72,99

61,15
76,37
62,83
64,56

64,62 63,91
63,48
62,74

68,38
Tabel 1
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Kabupaten/Kota, 2014-2015
Pengeluaran per IPM
AHH HLS RLS
Kapita
Provinsi (tahun) (tahun) (tahun) Pertumbuhan
(Rp 000) Capaian
(%)
2014 2015 2014 2015 2014 2015 2014 2015 2014 2015 2014-2015
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

NUSA TENGGARA
1,36
BARAT 64,90 65,38 12,73 13,04 6,67 6,71 8.987 9.241 64,31 65,19
Lombok Barat 64,50 65,10 12,09 12,66 5,63 5,69 10.470 10.588 63,52 64,62 1,73
Lombok Tengah 64,45 64,75 12,36 12,81 5,52 5,54 8.652 8.846 61,88 62,74 1,39
Lombok Timur 64,04 64,44 13,10 13,12 6,06 6,15 7.750 8.100 62,07 62,83 1,22
Sumbawa 65,72 66,02 11,94 12,27 7,31 7,52 7.519 7.743 62,88 63,91 1,64
Dompu 65,06 65,36 13,16 13,27 7,45 7,83 7.239 7.479 63,53 64,56 1,61
Bima 64,56 64,86 12,70 13,11 7,29 7,36 7.198 7.371 62,61 63,48 1,39
Sumbawa Barat 65,85 66,35 13,21 13,57 7,44 7,68 9.922 10.234 67,19 68,38 1,77
Lombok Utara 65,19 65,59 12,31 12,34 4,97 5,22 7.594 7.940 60,17 61,15 1,63
Kota Mataram 70,18 70,43 15,27 15,28 9,04 9,05 13.021 13.399 75,93 76,37 0,58
Kota Bima 69,03 69,12 14,92 14,95 9,58 9,96 9.352 9.594 72,23 72,99 1,05

Keterangan :
AHH : Angka Harapan Hidup saat lahir
HLS : Harapan Lama Sekolah
RLS : Rata-rata Lama Sekolah

6 Berita Resmi Statistik No. 40/06/52/Th. I, 15 Juni 2016


CATATAN TEKNIS
I. Sumber Data
o Angka Harapan Hidup saat lahir: Sensus Penduduk 2010 (SP-2010), Proyeksi Penduduk,
Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS).
o Angka Harapan Lama Sekolah, Rata-rata Lama Sekolah dan Pengeluaran Perkapita
Disesuaikan: Survei Sosial Ekonomi Nasional dan (SUSENAS)

II. Penyusunan Indeks


Sebelum menghitung IPM, setiap komponen IPM harus dihitung indeksnya. Formula yang
digunakan dalam penghitungan indeks komponen IPM adalah sebagai berikut:
𝐴𝐻𝐻−𝐴𝐻𝐻𝑚𝑖𝑛
Indeks Kesehatan 𝐼𝐾𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛 =
𝐴𝐻𝐻𝑚𝑎𝑘𝑠 −𝐴𝐻𝐻𝑚𝑖𝑛

𝐻𝐿𝑆−𝐻𝐿𝑆𝑚𝑖𝑛
Indeks Pendidikan 𝐼𝐻𝐿𝑆 =
𝐻𝐿𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠 −𝐻𝐿𝑆𝑚𝑖𝑛

𝑅𝐿𝑆−𝑅𝐿𝑆𝑚𝑖𝑛
𝐼𝑅𝐿𝑆 =
𝑅𝐿𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠 −𝑅𝐿𝑆𝑆𝑚𝑖𝑛

𝐼𝐻𝐿𝑆 +𝐼𝑅𝐿𝑆
𝐼𝑃𝑒𝑛𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘𝑎𝑛 =
2

Indeks Pengeluaran
ln(𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛) − ln(𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛𝑚𝑖𝑛 )
𝐼𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛 =
ln(𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛𝑚𝑎𝑘𝑠 ) − ln(𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛𝑚𝑖𝑛 )

Untuk menghitung indeks masing-masing komponen IPM digunakan batas maksimum dan
minimum seperti terlihat dalam tabel berikut.

Komponen Satuan Min Max

Angka Harapan Hidup saat Lahir (AHH0) Tahun 20 85

Harapan Lama Sekolah (HLS) Tahun 0 18

Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Tahun 0 15

Pengeluaran per Kapita Disesuaikan Rupiah 1.007.436 26.572.352

Selanjutnya nilai IPM dapat dihitung sebagai:

3
𝐼𝑃𝑀 = √ 𝐼𝐾𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛 × 𝐼𝑃𝑒𝑛𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘𝑎𝑛 × 𝐼𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛

III. Status Pembangunan Manusia

Capaian pembangunan manusia di suatu wilayah pada waktu tertentu dapat dikelompokkan
ke dalam empat kelompok. Pengelompokan ini bertujuan untuk mengorganisasikan
wilayah-wilayah menjadi kelompok-kelompok yang sama dalam dalam hal pembangunan
manusia.

1. Kelompok “sangat tinggi”: IPM ≥ 80


2. Kelompok “tinggi”: 70 ≤ IPM < 80
3. Kelompok “sedang”: 60 ≤ IPM < 70
4. Kelompok “rendah”: IPM < 60

Anda mungkin juga menyukai