Anda di halaman 1dari 4

TUGAS

KEWIRAUSAHAAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Mata Kuliah Kewirausahaan

Tahun Akademik 2016/2017

Oleh :
Nama : Fitri Dwi Oktaviani

Nrp : 143050061

Dosen : Bagyo Setyawanto

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2016
Kusuma Fauzia dan adiknya Atina Maulia Bisnis Hijab

Tren busana hijab mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam


lima tahun terakhir. Hal ini pun membuat jilbab sebagai penutup kepala wanita
berhijab semakin kaya keragamannya. Rupanya, keragaman jenis jilbab tersebut
dilirik kakak-beradik ini untuk dijadikan peluang bisnis.

Adalah Intan Kusuma Fauzia dan adiknya, Atina Maulia yang bermula
dari sekadar 'iseng' berjualan jilbab untuk mengisi waktu luangnya. Awalnya
bisnis jilbab ini hanya memanfaatkan sarana BBM (Blackberry Messenger) dan
SMS untuk memasarkan barang dagangannya. Selama tiga bulan, Atina lah yang
pertama merintis bisnis jual-beli ini, tepatnya pada 2012 saat usianya masih 18
tahun.
Atina mengambil barang ke pusat grosir terlebih dahulu, hanya jika ada
peminat yang tertarik. Setelah barang dibayarkan oleh pembeli, baru ia
menyetorkannya kepada pihak pemasok. Jadi bisa dibilang, usaha berjualan jilbab
ini dimulai tanpa mengeluarkan uang sepeser pun (untuk membeli barang),
kecuali pada biaya internet dan komunikasi.

"Sebenarnya pada dasarnya kami berdua suka belanja online, akhirnya


iseng cobain jualan tapi yang gampang. Adikku dulu jualan jilbab dan ambil
barangnya grosiran. Jadi dia foto barangnya, upload ke BBM, kalau ada yang beli
baru barangnya dikirim

Saat itu, Intan yang masih berkuliah di PPM Manajemen jurusan finance
business ini ditugaskan untuk membuat bisnis baru sebagai salah satu syarat
kelulusannya. Akhirnya sang adik menawarkannya untuk mengelola bisnis hijab
online bersama-sama. Selama tiga bulan berikutnya, wanita yang kini berusia 23
tahun ini rajin memantau bisnis tersebut hingga akhirnya benar-benar mantap
menjalankan profesinya menjadi seorang wirausahawati.

Bisnisnya berjalan lancar hingga di tahun pertama. Saat itu, mereka berdua
memutuskan untuk memproduksi sendiri jilbabnya dalam jumlah besar. Dengan
mengandalkan model jilbab segi empat dan pashmina, kedua kakak-beradik itu
mencari-cari konveksi yang bisa menyanggupi permintaannya.

Tapi sayangnya, halangan sempat menghampiri Intan dan Atina. Jilbab


produksinya dinyatakan gagal produksi karena tidak sesuai dengan harapan
mereka. Produknya memiliki panjang ukuran yang berbeda-beda sehingga tidak
layak untuk dijual kembali. Saat itu mereka merugi hingga Rp 70 juta rupiah dan
sempat tidak mau berjualan lagi karena shock dan tidak semangat.

Namun dorongan dari orangtua membuat mereka bangkit kembali


menghadapi suka duka dan persaingan di dunia bisnis. Berkat itu, kini nama
Vanilla Hijab terkenal di media sosial khususnya Instagram dengan jumlah
pengikut lebih dari 300 ribu followers dan berhasil memiliki dua konveksi sendiri.

Dalam sebulan, mereka memproduksi sekitar empat model jilbab yang


masing-masing jenisnya diproduksi sebanyak 1500 potong. Jilbab tersebut terdiri
dari delapan hingga 10 warna yang didominasi oleh warna-warna pastel.

"Warna pastel itu memang salah satu konsep kami. Jarang ada warna yang bold
dan neon seperti kuning terang atau pink neon. Paling ada beberapa warna gelap
yang standar seperti biru, hitam dan marun," lanjut Intan.

Karena usahanya yang sudah cukup terkenal khususnya di kalangan para


hijabers, hijab yang diproduksinya selalu habis tak tersisa saat usai diproduksi.
Padahal, Intan dan Atina sudah memproduksi hingga 3.500 potong dalam sebulan
dan sempat merasa was-was jika produk buatan mereka tidak laku terjual. Tanpa
disangka, barang jualannya langsung habis dalam waktu setengah jam saja.

"Sampai sekarang kami selalu over demand, makanya kami membatasi


setiap pembelian hanya empat potong saja setiap customer, agar yang lain juga
kebagian," terangnya.

Sudah serius menjalani bisnis yang awalnya tidak mengeluarkan modal


sama sekali, kedua kakak-beradik ini pun terus berinovasi dalam usahanya. Kini
mereka tengah mengembangkan aplikasi mobile yang bisa memudahkan para
pelanggan untuk berbelanja.

Anda mungkin juga menyukai