(STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL) PENGENDALIAN
DAN PENCEGAHAN INFEKSI
(PPI)
RS ISLAM FAISAL
Makassar
SAMBUTAN DIREKTUR UTAMA
Puji syukur kita panjatkan kehadirat allah Yang Maha Kuasa karena hanya atas perkenan-Nya,
Pedoman Standar Prosedur Operasional Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) ini dapat
disusun dan diberlakukan penerapannya di Rumah Sakit Isalam Faisal Makassar. Keberadaan
Standar Prosedur Operasional Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) sangat diperlukan dan
berfungsi sebagai pedoman kerja bagi tenaga kesehatan serta menjadi tolak ukur mutu pelayanan
Asuhan Kesehatan yang diberikan kepada pasien.
Dengan adanya Pedoman Standar Prosedur Operasional Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
(PPI) ini, di harapkan para tenaga kesehatan mengetahui secara pasti dan tanpa ragu-ragu atau
tidak lagi mengalami kesulitan dalam melakukan tindakan dan pemberian pelayanan kesehatan
serta pendokumentasiannya, sehingga pelayanan asuhan kesehatan tersebut dapat di pertanggung
jawabkan secara professional, terutama dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
sesuai perkembangan ilmu dan teknologi.
Akhir kata semoga pedoman Standar Prosedur Operasional Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
(PPI) ini bermanfaat bagi tenaga kesehatan khususnya dalam upaya meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan di rumah sakit dan dapat diterapkan secara baik. Dan terima kasih kepada
tim penyusun dan tim editor yang telah berusaha keras menyelesaikan penyusunan Standar
Prosedur Operasional Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI).
KEBERSIHAN TANGAN
No. Dokumen : No. Revisi Halaman
1/1 1 dari 5
...A.6/SPO/RSIF/XI/
2017
RUMAH SAKIT
ISLAM FAISAL
Tanggal terbit Ditetapkan,
STANDAR … Direktur Utama,
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Hj. Arfiah Arabe T, MARS
Langkah – langkah :
1. Buka perhiasan yang digunakan, basahi tangan dengan air
mengalir
2. Tuangkan sabun ke telapak tangan 3 – 5 cc
3. Ratakan dengan kedua telapak tangan
4. Gosok punggung dan sela-sela jari jari tangan kiri dengan
tangan kanan dan sebaliknya
5. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari
6. Jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci dan
saling digosokkan
7. Gosok ibu jari kiri dengan gerakan berputar dalam
genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya
8. Gosok telapak tangan kiri dengan memutar ujung jari-jari
kanan dan sebaliknya
9. Bilas kedua tangan dengan air mengalir
10. Keringkan kedua tangan dengan tissue sekali pakai
11. Gunakan bekas tissue tersebut untuk menutup kran air
12. Sekarang tangan sudah aman ( Prosedur dilakukan 40 – 60
detik )
B. Pembersihan Tangan dengan Cairan Antiseptik ( Handrub
PROSEDUR
)
Langkah – langkah :
1. Tuangkan larutan antiseptik bebasis alkohol ke telapak
tangan sebanyak 3 - 5 cc
2. Gosok kedua telapak tangan hingga merata
3. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan
tangan kanan dan sebaliknya
4. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari
5. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci dan
saling
digosokkan
6. Gosok ibu jari kiri dengan gerakan berputar dalam
genggaman tangan
kanan dan lakukan sebaliknya
7. Gosok telapak tangan kiri dengan memutar ujung jari-jari
kanan dan sebaliknya
8. Sekarang tangan sudah aman ( Prosedur dilakukan 20 – 30
detik )
KEBERSIHAN TANGAN
No. Dokumen No. Revisi Halaman
……… 4 dari 5
PROSEDUR
PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
1. Surveilans infeksi rumah sakit dilaksanakan oleh IPCN purna waktu dan IPCLN
di setiap ruang perawatan atau ruangan lain yang berisiko terhadap terjadinya
infeksi dirumah sakit.
2. Surveilans dilakukan pada pasien yang dirawat atau mendapat tindakan yang
berisiko terjadinya infeksi rumah sakit.
KEBIJAKAN
3. Perlu dibentuk koordinator surveilans sesuai jenis dan parameter infeksi (IADP,
ISK, VAP dan HAP, serta ILO).
4. Dalam pelaksanaan surveilans ditentukan : what (jenis infeksi rumah
sakit), when (kapan terjadinya infeksi), where (tempat unit
perawatan), dan who (umur, jenis kelamin dan faktor resiko lain).
A. Surveilans IADP
Langkah – langkah :
1. Siapkan formulir surveilans dan alat tulis yang akan di gunakan
untuk mendata pasien yang akan di survei
2. Tentukan ruangan yang akan disurvei
PROSEDUR 3. Catat nama, nomor medik, diagnosa penyakit dan identitas lain dari pasien
yang akan di survei dalam formulir surveilans
4. Catat tanggal di lakukan tindakan serta lama tindakan
5. Observasi tempat dan lokasi insersi Intra Vaskular
6. Observasi adanya tanda – tanda infeksi yang meliputi adanya
pembengkakan, kemerahan, panas area insersi, dan adanya rasa nyeri.
PELAKSANAAN SURVEILANS INFEKSI RUMAH SAKIT
B. Surveilans ISK
Langkah – langkah :
1. Siapkan formulir surveilans, alat tulis yang akan di gunakan
untuk mendata pasien yang akan di survei
2. Tentukan ruangan yang akan disurvei
3. Catat nama, nomor medik, diagnosa penyakit dan identitas lain dari pasien
yang akan di survei dalam formulir surveilans
4. Catat tanggal di lakukan tindakan serta lama tindakan
5. Observasi tempat dan lokasi pemasangan dower kateter atau tindakan
aseptik lain
6. Observasi adanya tanda – tanda infeksi yang meliputi peningkatan suhu
badan > 38°C, anyang – anyangan, polakisuri, disuri, atau nyeri suprapubik,
catat dan laporkan pada IPCO untuk menetapkan apakah benar terjadi
PROSEDUR infeksi saluran kemih.
7. Apabila ditemukan tanda – tanda infeksi tersebut segera
lakukan pemeriksaan kultur urine dari selang kateter.
8. Apabila hasil kultur positif dilaporkan ulang ke IPCO untuk
menentukan adanya ISK.
9. Dokumentasikan kejadian IADP yang ditemukan ke formulir surveilans
yang diletakkan dalam Status Pasien, Formulir Harian, dan Formulir
Bulanan Surveilans Infeksi Rumah Sakit.
D. Surveilans ILO
Langkah – langkah :
1. Siapkan formulir surveilans, alat tulis yang akan digunakan untuk mendata
pasien yang akan di survei
2. Tentukan ruangan yang akan disurvei
3. Catat nama, nomor medik, diagnosa penyakit dan identitas lain dari pasien
PROSEDUR yang akan di survei dalam formulir surveilans
4. Catat tanggal di lakukan tindakan serta lama tindakan
5. Observasi adanya tanda – tanda infeksi yang meliputi :
a. Superfisial : adanya nyeri / tenderness, bengkak lokal, kemerahan
atau panas, keluarnya cairan purulen dari area insisi
b. Deep Insisional (insisional dalam) : keluarnya cairan purulen dari
jaringan lunak dalam dan bukan dari organ, ditemukan abses, adanya
peningkatan suhu tubuh >38 °C, atau nyeri/ tenderness
c. Organ/rongga : adanya cairan purulen melalui stab wound pada organ/
rongga dan abses
6. Apabila ditemukan tanda – tanda infeksi tersebut segera
lakukan pemeriksaan kultur luka operasi dengan teknik aseptik
7. Apabila hasil kultur positif dilaporkan ulang ke IPCO untuk
menentukan adanya ILO
8. Dokumentasikan kejadian ILO yang ditemukan ke formulir surveilans yang
diletakkan dalam Status Pasien, Formulir Harian, dan Formulir
Bulanan Surveilans Infeksi Rumah Sakit
1. Persiapan alat :
a) Larutan
b) Air mengalir
c) Gelas ukur
d) Wadah plastik untuk menampung larutan chlorine
e) Alat pelindung diri (sarung tangan rumah tangga, apron, masker
dan kaca mata pelindung wajah.
2. Langkah-langkah :
a) Cuci tangan dengan air mengalir sesuai prosedur
b) APD (sarung tangan, apron, masker dan kacamata
pelindung wajah)
c) Serap darah/cairan tubuh sebanyak-banyaknya dengan kertas,
Koran bekas/tissue
d) Buang kertas, Koran bekas/tissue penyerap ke dalam kantong
sampah medis
e) Bersihkan daerah bekas tumpahan darah/cairan tubuh pasien
dengan larutan chlorine 0.5% (disinfektan)
f) Buka sarung tangan dan alat pelindung lainnya
g) Cuci tangan dengan air mengalir sesuai prosedur.
PROSEDUR
C. Dekontainasi Tumpahan Darah/Cairan tubuh pasien
1. Petugas mengenakan alat pelindung diri yaitu masker, topi, apron dan
sarung tangan.
2. Siapkan larutan desinfektan dalam bak perendam dengan konsentrasi
sesuai petunjuk pemakaian ( 0,5% ).
3. Perhatikan desinfektan yang digunakan, karena setiap desinfektan
berbeda cara pemakaiannya.
4. Alat-alat kesehatan / kedokteran seperti set ganti balutan, set alat-alat
operasi (instrument) dll setelah dipakai,direndam dalam larutan
chlorine 0,5% selama 10-20 menit dan alat-alat bekas pasien HIV
AIDS/infeksius dipisahkan sendiri.
5. Bila ada sarung tangan yang rusak atau robek,langsung dibuang
ketempat sampah yang tertutup (tempat sampah infeksius)
6. Setelah direndam, alat-alat (sarung tangan atau instrument ganti
balutan) dicuci dengan air sabun dan dibilas dengan air bersih. Bila
masih ada noda yang tertinggal,bersihkan dengan bensin.
7. Alat-alat kemudian dikeringkan/di lap dan selanjutnya dibungkus
/ dikemas untuk disterilkan.
8. Kantong tempat sampah infeksius segera diikat kuat, beri tanda/label
infeksius dan dibuang ketempat pembuangan sampah setelah selesai
melakukan dekontaminasi.
1. Instalasi Rawat Jalan
2. Instalasi Rawat Inap
UNIT TERKAIT 3. Instalasi Kamar Operasi dan TSSU
4. Instalasi Anestesi dan Reanimasi
5. Hemodialisa
1. Buku Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya.
DOKUMEN TERKAIT
2. Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan
Fasilitas lainnya
DEKONTAMINASI TUMPAHAN DARAH ( CAIRAN TUBUH )
PADA LANTAI/LINGKUNGAN
No. Dokumen No. Revisi Halaman
......... 1 dari 2
RUMAH SAKIT ISLAM FAISAL
DITETAPKAN OLEH,
STANDAR Direktur Utama
PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
( SPO )
dr. Hj. Arfiah Arabe.T,MARS
1. Dekontaminasi adalah proses untuk mengurangi jumlah mikroorganisme atau
substansi lain yang berbahaya sehingga aman
untuk pengamanan lebih lanjut.
PENGERTIAN
2. Desinfeksi adalah proses inaktivasi mikroorganisme melalui sistem
termal ( Panas ) atau kimia.
3. Lantai/lingkungan yang terkena darah atau cairan tubuah pasien
1. Mencegah penyebaran infeksi melalui alat kesehatan.
2. Mematikan mikroorganisme dan kotoran lain yang tidak tampak.
TUJUAN 3. Mempersiapkan permukaan alat untuk kontak langsung dengan
disinfektan.
4. Melindungi petugas dan pasien
1. Persiapan Alat :
a. Alat pelindung.
b. Kertas penyerap / kertas tissue / Koran bekas.
c. Larutan hipoklorit 0,5% ( dalam alat penyemprot asam basah ) untuk
dekontaminasi permukaan meja periksa / permukaan meja bedah /
bahan lain yang tidak berpori.
d. Lap bersih.
PROSEDUR
e. Sarana cuci tangan pada air mengalir.
2. Cara Kerja :
a. Cuci tangan pada air mengalir.
b. Pakai sarung tangan rumah tangga, masker, kacamata / pelindung
wajah.
c. Serap darah / cairan tubuh sebanyak-banyaknya dengan kertas /
Koran bekas / tissue.
d. Buang kertas penyerap bersama sampah medis dalam kantongan
yang kedap air berwarna kuning.
DEKONTAMINASI TUMPAHAN DARAH ( CAIRAN TUBUH )
PADA LANTAI/LINGKUNGAN
No. Dokumen No. Revisi Halaman
RUMAH SAKIT ISLAM FAISAL ......... 2 dari 2
e. Tuangi atau tempat area bekas tumpahan darah dengan natrium hipoklorit
0,5%, biarkan 10 – 15 menit kemudian bersihkan.
f. Bilas dengan lap basah yang bersih hingga klorin terangkat.
PROSEDUR g. Buka sarung tangan, masukkan dalam wadah, sementara menunggu
dekontaminasi sarung tangan yang dan proses selanjutnya.
h. Cuci tangan pada air yang mengalir
Halaman
No. Dokumen No. Revisi 1 dari 2
...
RUMAH SAKIT ISLAM FAISAL
DITETAPKAN OLEH,
Direktur Utama,
STANDAR PROSEDUR Tanggal terbit
OPERASIONAL
(SPO)
dr. Hj. Arfiah Arabe.T,MARS
Pembersihan Lingkungan adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk
dapat mengendalikan berbagai faktor lingkungan (fisik, biologi) di rumah sakit
PENGERTIAN dengan cara meminimalkan atau mencegah terjadinya transmisi
mikroorganisme dari lingkungan kepada pasien, petugas, pengunjung, di
sekitar sarana kesehatan.
Untuk menciptakan lingkungan yang bersih aman dan nyaman sehingga
dapat meminimalkan atau mencegah terjadinya trasmisi mikroorganisme dari
TUJUAN lingkungan kepada pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat di sekitar
rumah sakit dan fasilitas kesehatan sehingga infeksi rumah sakit dan
kecelakaan kerja dapat dicegah.
1. Semua area di lingkungan rumah sakit harus dilakukan pembersihan
untuk menciptakan lingkungan yang bersih, nyaman, dan mengurangi
KEBIJAKAN transmisi mikroorganisme yang menimbulkan penyakit.
2. Petugas yang melakukan pembersihan harus mematuhi SPO yang telah
ditetapkan.
1. Semua permukaan horizontal di tempat di mana pelayanan yang disediakan
untuk pasien harus dibersihkan setiap hari dan bila terlihat
kotor. Permukaan tersebut juga harus dibersihkan bila pasien sudah keluar
dan sebelum pasien baru masuk perawatan
2. Permukaan semua peralatan di kamar perawatan yang kontak langsung
dengan pasien harus dibersihkan dan di disinfeksi, sebelum digunakan
oleh pasien lainnya.
3. Kain lap yang digunakan untuk pembersihan permukaan lingkungan harus
PROSEDUR dibasahi sebelum digunakan (Membersihkan debu dengan kain kering atau
dengan sapu dapat menimbulkan aerosolisasi dan harus dihindari)
4. Larutan desinfektan, kain lap, dan kain pel harus diganti secara berkala
atau bila tampak kotor.
5. Semua peralatan pembersihan harus dibersihkan dan dikeringkan setelah
digunakan.
6. Kain pel yang dapat digunakan kembali harus dicuci dan dikeringkan
setelah digunakan dan sebelum disimpan.
7. Tempat-tempat disekitar pasien harus bersih dari peralatan serta perlengkapan
yang tidak perlu sehingga memudahkan pembersihan menyeluruh setiap hari
PEMBERSIHAN LINGKUNGAN
1. Mencegah penularan penyakit yang disebabkan oleh limbah baik bagi pasien,
pengunjung, tenaga kesehatan serta melindungi masyarakat sekitarnya dari bahaya
pencemaran limbah yang berasal dari rumah sakit
TUJUAN
2. Semua limbah yang terdapat di lingkungan rumah sakit (baik di dalam maupun
diluar) dapat ditangani dengan baik
3. Menjaga citra rumah sakit dan keindahan
1. Disetiap ruangan dilakukan pengelolaan limbah dengan baik dan benar sesuai jenis
wadah dan label limbah medis sesuai katagorinya
2. Setiap ruangan harus menyediakan tempat pembuangan sampah sementara, Alat
KEBIJAKAN Pelindung Diri (APD), petugas kebersihan yang terlatih dan troli khusus sampah
yang tertutup
3. Tim PPIRS bertanggung jawab mengawasi penyelenggaraan pengelolaan limbah
rumah sakit.
A. Limbah Infeksius
1. Gunakan tempat sampah tertutup yang dilapisi plastik warna kuning
2. Gunakan wadah tahan tembus untuk pembuangan semua benda – benda tajam
3. Letakkan tempat sampah di lokasi yang mudah terjangkau
4. Peralatan yang di pakai untuk mengumpulkan dan mengangkat limbah tidak
boleh di pakai untuk keperluan lain
5. Apabila 2/3 bagian kantong sudah terisi oleh limbah, maka harus diangkut
6. Cuci semua wadah limbah dengan larutan pembersih desinfektan (larutan
PROSEDUR klorin 0,5% + sabun antiseptik) dan bilas teratur dengan air, dan keringkan
7. Gunakan APD ketika menangani limbah (sarung tangan rumah tangga sampai
menutup siku dan sepatu pelindung tertutup)
8. Limbah diangkut menggunakan troly khusus langsung dimasukkan dalam
insenerator sebagai pembuangan akhir
9. Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun antiseptik
PENGELOLAAN LIMBAH
1. Sampah rumah sakit adalah Bahan yang tidak berguna atau tidak di gunakan
ataupun yang terbuang, yang di pisahkan menjadi sampah medis dan medis, serta
di kategorikan : sampah radioaktif, sampah medis/infeksius, sampah sitostatika,
PENGERTIAN
sampah farmasi dan sampah umum ( domestik )
2. Prosedur pembuangan sampah memuat tata cara pembuangan sampah dari sumber
sampai ke tempat pembuangan sementara dan di teruskan ke incinerator
1. Pengelolaan sampah
a. Pada tempat pengumpulan sampah, harus di sediakan tempat pembungkus
sampah (plastik), bak sampah serta lokasi tempat pengumpulan sampah
sementara yang memenuhi syarat
b. Sampah harus di pisahkan sesuai dengan kategori jenis sampah dan di masukkan
PROSEDUR ke dalam kantong plastik sesuai dengan warna dan kategori :
PEMISAHAN DAN PEMBUANGAN SAMPAH
2. Pembuangan sampah
a. Setelah masuk dalam gerobak sampah maka sampah siap di buang atau
di musnahkan
b. Pembuangan sampah dari ruangan / unit kerja dan halaman ( sampah medis dan
non medis ) melalui samping gedung menuju tempat pembuangan sementara ( TPS )
container dinas kebersihan DKI Jakarta atau incinerator RSPAD Gatot Soebroto
Ditkesad
c. Waktu pelaksanaan pembuangan sampah adalah :
1) Jika pembuangan sampah di lakukan di luar jam tersebut maka petugas
dari unit kerja yang bersangkutan akan menhubungi bagian sanitasi /
stooring
2) Sampah umum ( non medis ) di buang ke container dinas kebersihan DKI
jakarta, sedangkan sampah medis di angkut ke incinerator untuk di
musnahkan
d. Setelah selesai pembuangan, gerobak sampah dan tempat sampah di bersihkan
dan atau di desinfeksi
Akses dari pembuangan sampah akan terus di jaga agar tidak terhalang
DITETAPKAN OLEH,
STANDAR PROSEDUR Direktur Utama
OPERASIONAL Tanggal Terbit
(SPO)
KEBIJAKAN Pembuatan dan pemberian resep antibiotik harus sesuai dengan kebijakan
kewenangan peresepan antibiotik di RS dan menggunakan resep RS
Doxicyclin
Ampicilllin injeksi
2 Lini 2 Amoxiclav Dokter Umum
Ceftriaxon Dokter Spesialis
Cefixime
PROSEDUR Ampicilin Sulbactam
Ciprofloxacin
Ceftriaxon
3 Lini 3 Ceftazidim Dokter Spesialis
Cefeperazone Dokter Spesialis
Sulbactam IPCO Setiap
Levofloxacin departemen
Fosfomycin
Moxifloxcacin
Aztreonam
4 Lini 4 Tygecililin Dokter Spesialis IPCO
Meropenem Setiap Departemen /ICU
Doripenem Berdasarkan
Imipenem pertimbangan klinis dan
Vancomycin hasil kultur
Linezolid dan persetujuan dari Tim
Tiecoplanin Kebijakan Antibiotik
Ertapenem pada kasus yang khusus
1. Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Departemen Penyakit Dalam
4. Departemen Bedah
7. Departemen Anak
1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT
2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Rawat Jalan
4. Instalasi IGD
5. Instalasi ICU/ICCU
6. Instalasi OK
PROSEDUR PEMASANGA INFUS / INTRVENA
CATHETER
DITETAPKAN OLEH,
Langkah – langkah :
1. Pasien diberitahu tindakan yang akan dilakukan
2. Melakukan persiapan peralatan pemasangan infuse, infus set dan cairan
infuse sesuai program cairan
3. Melakukan desinfeksi tutup botol cairan infus
4. Melakukan penusukan infuse set ke botol cairan infuse dengan benar
5. Menggantungkan botol cairan infuse pada tiang infuse
6. Mengisi tabung reservoir infuse sampai batas pengisian atau setengah
chumbernya
7. Mengalirkan cairan dan udara keluar dari selang influs
8. Mengatur posisi pasien dan memilih vena yang akan di tusuk
9. Memasang perlak dan alasnya
10. Membebaskan daerah yang akan di lakukan insersi
11. Memasang tourniquet 5 cm proksimal dari area yang akan dilakukan
penusukan
12. Perawat melakukan kebersihan tangan
13. Perawat memakai APD (Sarung tangan)
14. Melakukan desinfeksi dengan menggunakan alcohol
swab (melingkar dari dalam keluar)
15. Mempertahankan vena pada posisi stabil
16. Memegang IV Catheter dengan sudut 30ºC
17. Lakukan penusukan terhadap vena dengan posisi lobang jarum
menghadap keatas
18. Memastikan IV Catheter masuk kedalam intra vena dengan tanda darah
keluar kedalam iv Catheter kemudian menarik jarum chateter
± 0.5 cm
19. Masukkan IV Catheter secara perlahan lahan sampai pangkal
20. Menarik jarum catheter dan menyambungkan keselang infuse
PROSEDUR PEMASANGAN INFUS /
INTRA VENA CATHETER
B. Perawatan
1. Perawat melakukan kebersihan tangan
2. Perawat menggunakan APD (sarung tangan)
3. Bersihkan kulit area tusukan dengan antiseptic / alcohol swab 70 %
4. Ganti transparan dressing atau kassa pada tusukan apabila basah atau kotor
5. Lepas APD
6. Lakukan kebersihan tangan
C. Penggantian
PROSEDUR 1. Perawat melakukan kebersihan tangan
2. Perawat menggunakan APD
3. Lakukan penggantian IV Catheter bila terlihat bocor, lepas kotor dan
terjadi phlebitis
4. Perawat melepas APD
5. Perawat melakukan kebersihan tangan
D. Pencatatan / Dokumentasi
1. Catat tanggal dan waktu pemasangan kateter dilokasi yang dapat dilihat
dengan jelas
2. Lakukan pencatatan pada lembar catatan terintegrasi
NB :
1. Segera lepas IV kateter bila tidak ada indikasi
2. Ganti Administrasi set : 72 jam
3. Administrasi blood, produk blood, lipid emulsion : 24 jam
4. Intermitten infusion : 24 jam
DITETAPKAN OLEH,
Endo Tracheal Tube / ETT adalah pipa endotrachel sebagai bantuan pernafasan kepada
pasien yang mengalami gagal nafas akut dan kronis.
Tata cara pemasangan, pemeliharaan, penggantian dan pencatatan Endo
PENGERTIAN
Tracheal Tube adalah tata cara yang dilakukan terhadap pasien yang akan dilakukan
tindakan pipa endo tracheal mulai dari pemasangan, pemeliharaan, penggantian dan
pencatatan atau pendokumentasian.
A. Pemasangan
Langkah-langkah :
1. Pasien dan keluarga diberi penjelasan tentang tujuan dan tindakan yang akan
dilakukan
2. Posisi pasien diatur telentang dengan kepala hiper ekstensi
3. Penanda tanganan informed concern
4. Petugas melakukan kebersihan tangan
5. Petugas menggunakan APD (Topi, masker, handscoon, apron, google, sepatu).
PROSEDUR
6. Memasang monitor EKG
7. Memberi obat relaksan dan sedative sesuai program pengobatan
8. Memonitor saturasi oksigen, memberikan oksigen 100 % melalui masker
oksigen
9. Mengisap sekresi sebelum dan selama tindakan intubasi berlangsung
10. Dokter melakukan intubasi
11. Mengisi Cuff pipa endotrachea tube sesudah dokter melakukan intubasi
12. Melakukan pengecekan ketepatan posisi endotracheal tube dengan cara
auskultasi
13. Melakukan fiksasi ETT diantara bibir atas dan lubang hidung
14. Melakukan fiksasi ETT di pipi kiri dan kanan.
15. Petugas melepas APD
16. Petugas melakukan kebersihan tangan.
TATA CARA PEMASANGAN, PEMELIHARAAN, PELEPASAN DAN
PENCATATAN ENDO TRACHEAL TUBE
C. Ekstubasi
1. Petugas melakukan kebersihan tangan
2. Petugas menggunakan APD (sarung tangan).
3. Setting ventilator bertujuan mendorong secret ke atas balon pipa endotrachea ke
arah mulut supaya dapat dihisap.
4. Menghisap secret melalui pipa endotrachea (suctioning).
5. Menghisap secret pada mulut dan hidung.
6. Mengempiskan balon endotrachea dengan menggunakan
alat cuffnometer.
7. Melepaskan fiksasi pipa endotrachea, sementara proses suctioning terus berjalan
8. Pipa endotrachea dilepaskan, sementara selang penghisap lendir didalam pipa
untuk menghisap sisa-sisa lendir saat pipa ditarik.
9. Kemudian diberikan terapi oksigen yang adekuat melalui masker wajah.
10. Petugas melepas APD
8. Petugas melakukan kebersihan tangan
TATA CARA PEMASANGAN, PEMELIHARAAN, PELEPASAN DAN
PENCATATAN ENDO TRACHEAL TUBE
Pencatatan/Dokumentasi
1. Catat tanggal dan waktu pemasangan ETT di lokasi yang dapat dilihat dengan jelas
2. Lakukan pencatatatan pada lembar catatan terintegrasi
NB :
1. Pemasangan ETT setiap 1 minggu (sesuai kondisi pasien)
2. Letakkan punggung tangan diatas mulut untuk menilai cuff terisi udara dengan
cukup atau mendengar adanya suara kebocoran
3. Usahakan agar tekanan cuff ETT tidak lebih dari 30 cmH2O
PROSEDUR 4. Kempeskan cuff ETT secara berkala, minimal tiap 4 jam selama 10 detik untuk
mempertahankan sirkulasi daerah trachea
5. Ganti ubah letak ETT setiap pergantian fiksasi.
A. Pemasangan
Langkah-langkah
1. Dekatkan alat kesamping kanan pasien
2. Petugas melakukan kebersihan tangan 6 langkah yang benar
PROSEDUR 3. Siapkan peralatan buka set kateter dan atur seluruh alat steril
4. Isi kom kecil dengan aquades/ Nacl 0,9% sesuai kebutuhan
5. Petugas menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yaitu sarung tangan
Lakukan tindakan aseptik daerah perineum dengan menggunakan kapas
bethadine/kapas sublimat
6. Spuit diisi dengan aquades/Nacl 0,9% sesuai kebutuhan, kateter
disambungkan dengan urine bag, kom kecil diisi bethadine 10% sublimat.
7. Bersihkan daerah meatus atau genitalia dari sekitarnya berikutnya lipatannya
dengan kassa bethadine 10%
8. Pasang duk lubang didaerah genitalia
9. Pada wanita lumasi ujung kateter dengan xylocaine jelly sekali pakai,
sedangkan pada pria tegakan penis 90 derajat masukan xylocaine jelly sekali
pakai kedalam lumen urethra satu tube sampai habis, tutup lumen urethra
dengan ibu jari
10. Masukkan kateter : Wanita
masukan 5 – 8 cm
Pria : tetap tegakan penis dengan sudut 90 derajat, masukan seluruh kateter
sampai dengan pangkal kateter (cabang) pastikan urine yang keluar dan
respon pasien selama pemasangan kateter dianjurkan pasien untuk tarik
nafas dalam.
11. Kateter sudah berada di kandung kemih lakukan pengisian balon
TATA CARA PEMASANGAN KATETER URIN
Halaman 2 dari 2
No. Dokumen No. Revisi
……… ………
RUMAH SAKIT ISLAM FAISAL
Central vena line adalah Vena central sebagai akses pemasangan intra
vena catheter untuk pemberian cairan infus, obat-obatan, total parentral
nutrisi, produk darah, dan lain-lain.
Tata cara pemasangan, pemeliharaan, penggantian dan pencatatan
PENGERTIAN
central vena line adalah tata cara yang dilakukan terhadap pasien yang
akan dilakukan tindakan central vena line mulai dari pemasangan,
pemeliharaan, penggantian dan pencatatan atau pendokumentasian.
KEBIJAKAN 1. Pasien yang dipasang central vena line harus mengikuti prosedur
sesuai indikasi pemasangan
2. Dilakukan oleh dokter yang memiliki kompetensi
3. Dilakukan di ruang ICU, IKO dan IGD
A. Pemasangan
Langkah-langkah :
1. Petugas melakukan kebersihan tangan
2. Petugas menggunakan APD (Topi, masker, sarung tangan, apron,
kaca mata, sepatu).
PROSEDUR 3. Lakukan identifikasi daerah penusukan yang akan dilakukan di vena
subclavia
4. Lakukan tindakan aseptik-antiseptik pada daerah tusukan
5. Pasang drapping
6. Lakukan infiltrasi anestesi lokal dengan lidocain 2 %
7. Lakukan penusukan ke arah vena subclavia
TATA CARA PEMASANGAN, PEMELIHARAAN, PENGGANTIAN
DAN PENCATATAN CENTRAL VENA LINE
No. Dokumen No. Revisi
Halaman 2 dari
............................. .........
RUMAH SAKIT ISLAM FAISAL 3
8. Setelah akses vena didapatkan yang ditandai dengan adanya aliran
darah vena, masukkan guiding wire
9. Lakukan dilatasi dengan dilator, setelah daerah penusukan
terdilatasi, dilator ditarik kembali
10. Masukkan kateter vena sentral melalui guiding wire, setelah posisi
kateter sudah tepat, guiding wire ditarik
11. Masing-masing lumen di cek kelancaran aliran darah, kemudian
diisi dengan cairan Na.Cl 0.9 %
12. Perdarahan dirawat dengan menekan sumber perdarahan dan
PROSEDUR dilakukan penjahitan untuk fiksasi kateter vena sentral
13. Kemudian luka diberi softratule dan ditutup dengan kasa kemudian
di plester
14. Petugas melepas APD
15. Petugas melakukan kebersihan tangan
B. Perawatan
1. Petugas melakukan kebersihan tangan
2. Petugas menggunakan APD (sarung tangan)
3. Bersihkan kulit di lokasi dengan antiseptik yang
sesuai,sebelum pemasangan kateter.
4. Biarkan antiseptik mengering pada lokasi sebelum memasang
5. Jangan melakukan palpasi pada lokasi setelah kulit dibersihkan
dengan antiseptik (lokasi dianggap daerah steril
6. Gunakan kasa steril atau perban transparan untuk menutup
lokasi pemasangan
7. Bila dipakai iodine tincture untuk membersihkan kulit sebelum
pemasangan kateter ,maka harus dibilas dengan alkohol
8. Ganti perban bila basah, kotor.
9. Hindari sentuhan yang mengkontaminasi lokasi kateter saat
mengganti perban
10. Petugas melepas APD
11. Petugas melakukan kebersihan tangan
TATA CARA PEMASANGAN, PEMELIHARAAN,
PENGGANTIAN DAN PENCATATAN CENTRAL VENA LINE
NB :
1. Penggantian catheter-site dressing
- Diganti/ dipindahkan
- Basah, lepas, kotor,
- Pasien diaphoretic
- Jika ada infeksi lokal
2. Penggantian administrasi set
- Administrasi set : 72 jam
- Administer blood, produk blood, lipid emulsion : 24 jam
- Intermiten infusion : 24 jam
Praktek Menyuntik Aman adalah suatu tindakan insersi yang dilakukan oleh
PENGERTIAN dokter atau perawat kepada pasien dengan menjaga keamanan pasien dan dokter
atau perawat yang melakukan insersi
1. Untuk mencegah kontamkinasi pada peralatan injeksi dan terapi
2. Untuk melindungi dokter atau perawat dalam melakukan insersi agar
tidak terjadi kecelakaan kerja
TUJUAN
3. 3. Untuk mencegah dan mengendalikan infeksi di rumah sakit dengan
meningkatkan kewaspadaan standar.
Praktek menyuntik aman harus dilakukan oleh dokter dan perawat yang
KEBIJAKAN
mempunyai kompetensi
2. Gunakan APD sesuai indikasi (sarung tangan sekali pakai yang tidak steril)
PROSEDUR 4. Pakai jarum yang steril, sekali pakai pada tiap suntikan untuk mencegah
kontaminasi pada peralatan dan terapi
Prosedur :
1. Isi formulir permintaan pemeriksaan.
2. Cuci tangan pada air yang mengalir dengan menggunakan cairan
antiseptik jika secara kasat mata tangan kita kotor, apabila tangan
tampak bersih cukup menggunakan handsrub.
3. Beritahukan pasien.
4. Atur posisi pasien dengan posisi litotomi dengan menjaga privacy
pasien.
5. Pasang pengalas.
6. Pakai sarung tangan bersih.
7. Lakukan perawatan perineum dengan prinsip bersih di mulai dari
labia mayora ke labio minora.
RUMAH SAKIT ISLAM FAISAL No. Dokumen No. Revisi Halaman 3 dari 4
................. .........
Kantong Urine :
1. Hanya digunakan untuk bayi.
2. Dengan memakai sarung tangan bersih cuci dengan sabun dan bilas
dengan air mengalir sekeliling alat kelamin bayi
3. Keringkan
4. Pakai sarung tangan steril
5. Tempelkan kantong urine/urine kolektor menutupi bagian luar alat
kelamin bayi, pertahankan tidak ada kebocoran.
6. Ketika bayi berkemih maka kantong urine akan terisi urine bayi.
7. Tuliskan nama, tanggal dan nama ruangan pasien dimedia transport.
PENGAMBILAN SPECIMEN PADA DUGAAN INFEKSI
SALURAN KEMIH
RUMAH SAKIT ISLAM FAISAL No. Dokumen No. Revisi Halaman 4 dari 4
................. .........
Infeksi luka infus pada pasien terpasang CVL adalah Infeksi yang terjadi pada tempat
pemasangan infus dan timbul tanda- tanda radang seperti : bengkak (tumor), kemerahan
(rubor), panas setempat (calor), dan rasa nyeri (dolor)
Pengambilan Specimen Pada dugaan pasien infeksi akibat
PENGERTIAN pemasangan infus Pada CVL adalah pengambilan specimen yang dilakukan pada
pasien yang terpasang infus via CVL dengan mengambil sampel darah dan ujung kateter
infus CVL untuk diperiksakan di laboratorium.
Untuk mendapatkan bahan spesimen darah dan potongan ujung kateter pada pasien
TUJUAN dengan infeksi aliran darah yang di duga berasal dari infeksi luka infus pasien
terpasang CVL
KEBIJAKAN Setiap pasien yang di duga infeksi akibat pemasangan CVL harus dilakukan pemeriksaan
specimen pada kateter infus
Persiapan Alat :
Sampel darah : Sampel ujung kateter infus :
1. Alkohol 70%
2. Kapas
PROSEDUR 3. Sarung tangan steril
4. Spuit 5 cc
5. Media biakan darah
6. Untuk sample ujung kateter infus di gunakan media
7. Transport ( stuart )
8. Plester
9. Bengkok
PENGAMBILAN SPESIMEN PADA DUGAAN INFEKSI
AKIBAT PEMASANGAN INFUS
STANDAR PROSEDUR
Direktur Utama
OPERASIONAL Tanggal Terbit
(SPO) …
dr. Hj. Arfiah Arabe.T,MARS
Infeksi Luka Operasi adalah infeksi yang terjadi pada daerah sayatan operasi.
Pengambilan Specimen Pada dugaan Infeksi Luka Operasi adalah
Pengambilan specimen (bahan/sampel) dengan cara swab atau aspirasi yang
PENGERTIAN
dilakukan oleh petugas kesehatan (Dokter, Perawat, Analis Kesehatan) pada
dugaan infeksi luka operasi.
Setiap pasien yang diduga infeksi luka operasi harus dilakukan pengambilan
KEBIJAKAN specimen untuk menegakkan diagnosa apakah pasien termasuk katagori infeksi
luka operasi atau tidak
A. Persiapan alat :
1. Alkohol 70%
2. Lidi kapas steril
3. Sarung tangn steril
4. Spuit.
PROSEDUR
5. Spons kapas.
6. Forsep
7. Media transport
8. Plester.
9. Nacl 0,9%
10. Bengkok
11. Kom steril
12. Set perawatan luka steril.
PENGAMBILAN SPECIMEN PADA DUGAAN
INFEKSI LUKA OPERASI
1. Beritahukan pasien.
2. Pakai masker dan sarung tangan steril
3. Dengan forsep ambil spons kapas, celupkan dalam larutan NaCl 0,9% dan
cuci permlukaan luka sampai bebas dari eksudat.
4. Ambil lidi kapas steril dari bungkusnya dan tekan ujung lidi kapas terlalu
panjang, patahkan sebagian agar media transport dapat ditutup.
5. Berikan balutan yang baru sesuai dengan kondisi luka.
6. Tuliskan nama. Tanggal dan nama ruangan pasien di media transport.
7. Lepaskan sarung tangan dan masker.
8. Lakukan cuci tangan sesuai dengan SOP
9. Isi formulir permintaan pemeriksaan.
C. Prosedur Aspirasi.
PROSEDUR
1. Cuci tangan pada air yang mengalir dengan menggunakan cairan
antiseptik.
2. Memberitahukan pasien.
3. Pakai masker dan sarung tangan steril.
4. Ambil spons kapas dengan forseps, basahkan dengan alkohol 70% dan
dekontaminasi tepi luka, biarkan alkohol kering dan ulangi tindakan
dekontaminasi sekali lagi.
5. Tusukkan jarum ke daerah tepi luka yang sudah didekontaminasi tersebut
dan aspirasi bahan dari dalam luka.
6. Oleskan sebagian bahan pada lidi kapas steril dan masukkan lisi kapas steril
tersebut kedalam media transport, sisa bahan di oleskan pada kaca obyek dan
dibuat apusan dengan ujung jarum.
7. Beri balutan baru, sesuai dengan kondisi luka.
8. Lepaskan sarung tangan dan masker.
9. Cuci tangan sesuai dengan SOP
10. Isi formulir permintaan pemeriksaan
PENGAMBILAN SPECIMEN PADA DUGAAN INFEKSI
LUKA OPERASI
RUMAH SAKIT ISLAM FAISAL No. Dokumen No. Revisi Halaman 3 dari 3
............................. .........
Catatan :
RUMAH SAKIT ISLAM FAISAL No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2
............. .........
DITETAPKAN OLEH,
STANDAR PROSEDUR Direktur Utama
OPERASIONAL
Tanggal Terbit
(SPO)
…
dr. Hj. Arfiah Arabe.T,MARS
Infeksi saluran nafas bawah adalah infeksi yang terjadi pada bronkus hingga paru.
Pengambilan Spesimen Pada Dugaan Infeksi Saluran Nafas
bawah/Terpasang VAP adalah Pengambilan spesimen/sampel yang dilakukan pada
PENGERTIAN
pasien yang terpasang ventilator/diduga infeksi saluran nafas bawah yang diambil pada
daerah bronkus hingga paru.
Untuk mendapatkan bahan specimen sputum pada pasien dengan infeksi saluran nafas
TUJUAN
bawah yang terpasang VAP
Setiap pasien yang terpasang ventilator/diduga infeksi saluran nafas bawah harus
dilakukan pengambilan sampel untuk penegakkan diagnosa infeksi akibat pemakaian
KEBIJAKAN
alat ventilator.
Persiapan alat :
1. Nacl 0,9%
2. Sarumg tangan steril
3. Spuit 5 cc/10 cc.
PROSEDUR 4. Media transport.
5. Plester.
6. Bengkok
7. Set ganti balutan steril
8. Pengalas
9. Alkohol 70%
10. Mukosa ekstaktor.
11. Kateter suction steril.
PENGAMBILAN SPESIMEN PADA DUGAAN INFEKSI
SALURAN NAFAS BAWAH/ TERPASANG VENTILATOR
Langkah – langkah :
Halaman
No. Dokumen No. Revisi
RUMAH SAKIT ISLAM 1 dari 2
FAISAL
...
DITETAPKAN OLEH,
STANDAR PROSEDUR Direktur Utama
OPERASIONAL Tanggal terbit
(SPO)
1 2 4 5
1 Acromionizer Pul IKO 1 (satu) kali re use
Radius Incisor (Shaver)
2 Super Turbovac 90 IKO 1 (satu) kali re use
(Arthrocare)
3 Aortic Root IKO 3 (tiga) kali re use
4 Venous Canule IKO 3 (tiga) kali re use
5 Aortic Canule IKO 3 (tiga) kali re use
6 Aortic Punch IKO 3 (tiga) kali re use
7 Dialyser Hemodialise 7 (tujuh) kali re use
8 Biopsi Forcep EGI Poliklinik Penyakit 7 (tujuh) kali re use
Dalam
9 Spuit BMP Hematologi 7 (tujuh) kali re use
10 Spuit Biopsy Sumsum Hematologi 7 (tujuh) kali re use
PROSEDUR Tulang
11 Biopsi Forcep/Alligator Poliklinik Paru 7 (tujuh) kali re use
Bronchoscopy
12 Aspiration Biopsi Sheet Poliklinik Paru 7 (tujuh) kali re use
Bronchoscopy
13 Cytology Brushes Poliklinik Paru 7 (tujuh) kali re use
Bronchoscopy
Catatan :
1. Saat di Re use dengan mesin renatron akan menunjukkan alarm yang
kemungkinan bocor atau cloting, walaupun baru pemakaian 2x tidak akan
digunakan lagi.
2. Dapat digunakan 7 kali re use
Alat Single Use – Re Use Jenis Dyalzer
( FRESENIUS F7 HPS, FRESENIUS F8 HPS, NIPRO 130 T, ELISIO 150 M )
TUJUAN Mengatur penggunaan alat single use yang akan digunakan kembali dengan tetap
memperhatikan keamanan pasien dan petugas
c. Proses Re use
- Petugas cuci tangan
- Menggunakan APD lengkap
- Hidupkan mesin dengan menekan tombol ON
d. Dialyzer yang akan di re use ke mesin, kompartemen arteri ( Warna merah )
dari dialyzer menghadap keatas dan kompartemen venous ( Warna biru)
PROSEDUR menghadap ke bawah
e. Sambungkan selang venus dari mesin ke kompartemen venus ( warna biru)
ada di bawah
f. Sambungkan selang dialyzate inlet dari mesin ke kompartemen dialyzate ilt
pada dialyzer
g. Sambungkan selang dialyzate outlet dari mesin (sanitize interlock) ke
kompartemen dialyzate outlet pada dialyzer Sambungkan selang arteri dari mesin
ke bagian arteri dari dialyzer
h. Tekan dan tahan tombol hold to set, putar kearah kanan sesuai dengan 80%
freeming volume dari dialyzer yang akan re use
i. Tekan dan tahan tombol hold to set, putar kearah kanan sesuai dengan 80%
freeming volume dari dialyzer yang akan re use
j. Sambungkan selang dialyzate inlet dari mesin ke
kompartemen dialyzate inlet pada dialyzer
k. Sambungkan selang dialyzat outlet dari mesin ( sanitize interlock ) ke
kompartemen dialyzate outlet pada dialyzer
l. Sambungkan selang arteri dari mesin ke bagian arteri dari
dialyzer
m. Tekan dan tahan tombol hold to set, putar kearah kanan sesuai dengan 80%
freeming volume dari dialyzer yang akan di reuse ( Misal dialyzer F6 dengan KUF
5,5 dan 100 % freeming volume 82 ml maka 80% adalah 66 ml, jadi putar tombol
set ke kanan sampai menunjukkan nilai volume 66 )
Proses Ulang Alat Single Use – Re use Jenis Dyalzer
( FRESENIUS F7 HPS, FRESENIUS F8 HPS, NIPRO 130 T, ELISIO 150 M )
d. Tekan tombol mute dan reset secara bersamaan untuk memilih mode
dialyzer Ada tiga pilihan mode pada layer program step, yaitu :,
- CH – untuk Dialyzer low dan intermediate flux (KUF< 15 )
- HF – untuk higa flux dialyzer (KUF < 15)
- 00 – Untuk mode kalibrasi dan sanitasi
e. Kemudian tekan tombol STAR PROCESS, maka proses sterlisasi
dialyzer berlangsung (lamanya kurang lebih 10 menit)
f. Selama kurang lebih sepuluh menit proses tersebut ada tiga proses yang
akan di lakuka oleh mesin yaitu :
- Cleaning cycle ( Fase cleaning) yaitu membersihkan
kompartemen darah dan dialisate
- Testing cycle ( fase test) yaitu Test priming volume dan leak test.)
- Desinfectan cycle ( fase deinfectan ) yaitu disinfect kompartemen
darah dan dialisate dengan 3,5% cairan sterilan
g. Setelah monitor program step menunjukkan step 57, maka di layar monitor
PROSEDUR muncul PROCESS COMPLETTE dan alarm berbunyi
h. Tutup dialyzer dengan menggunakan cup dialyzer pada kompartemen darah
dan dialisate dengan rapat
i. Beri label pada dialyzer cantumkan : nama, tanggal kode ( reuse yang ke
berapa), jumlah total volume, nama petugas yang melakukan reuse.
j. Setelah selesai reuse, untuk membersihkan mesin tekan tombol start sanitize
tunggu kurang lebih 10 menit sampai volume komplit
Proses Ulang Alat Single Use – Re useJenis Dyalzer
( FRESENIUS F7 HPS, FRESENIUS F8 HPS, NIPRO 130 T, ELISIO 150 M )
Catatan :
1. Saat re use dengan mesin renatron akan menunjukan alarm yang
kemungkinan bocor atau cloting, walaupun baru pemakaian 2x tidak akan
digunakan lagi
2. Dapat digunakan 7x reuse
KEBIJAKAN 1. Setiap pasien yang terindikasi isolasi harus masuk ruang isolasi.
2. Bagi petugas yang merawat pasien penyakit menular atau bertugas di ruang
isolasi sebaiknya kebal atau sudah mendapatkan vaksinasi beberapa penyakit
menular tertentu, misalnya Hepatitis, Flu burung, dan
penyakit menular infeksi lainnya
A. Pengunjung
Setiap pengunjung harus melapor kepada perawat jaga untuk mendapatkan
penjelasan mengenai isolasi yang berlaku untuk pasien.
C. Petugas Ruangan.
1. Untuk mempermudah pengunjung/petugas, maka dipintu ruang isolasi
dipasang label berwarna yang sesuai derajat penularan penyakit yaitu :
a. Merah untuk isolasi ketat :yaitu pasien dengan penyakit sangat menular
(difteri, variola, kolorisasi MRSA).
b. Putih untuk isolasi proteksi : yaitu pasien dengan daya tahan tubuh sangat
menurun (agranulositosis).
c. Kuning untuk isolasi pasien hepatitis virus.
2. Selain itu ada label biru yang dipasang di tempat penampungan bahan
pemeriksaan laboratorium pasien penyakit menular, disertai
perkataan : AWAS BAHAN MENULAR
DITETAPKAN OLEH,
Rumah Sakit Islam Faisal sebagai salah satu rumah sakit rujukan penanganan
KEBIJAKAN kasus flu burung, harus mampu menangani kasus sesuai SPO yang telah
ditetapkan Kemenkes RI.
7.Jika ada kontak yang menunjukkan gejala ILI maka diperlukan sebagai kasus
suspek influenza dan segera laporkan ke Poskodal Kab/Kab
8. Pemantauan efek samping profilaksis antivirus dan KIPI yaksin (jika diberikan)
menggunakan formulir
9. Berkoordainasi dengan dokter yang merawat dalam melakukan pemantauan kasus
harian (dokumentasi klinis, radiologi dan lab kasus
PROSEDUR 10.Formulir hasil pemantauan tersebut dikirimkan setiap hari ke Poskodal Kab/Kota
pada pukul 15.00 waktu setempat.
11.Jika pasien meninggal, maka segera laporkan ke Poskodal
Kab/Kota
12.Surveilans ILI, pneumonia, kematian akibat pneumonia di
IGD, rawat jalan dan rawat inap dicatat setiap hari dan dilaporkan ke Poskodal
Kab/Kota selama masa penanggulangan episenter
1. Instalasi Gawat Darurat
2. Instalasi ICU
UNIT TERKAIT
3. Instalasi Rawat Jalan
4. Instalasi Rawat Inap
5. Instalasi Laboratorium
KEWASPADAAN TERHADAP PASIEN DENGAN MRSA
C. Dokter
1. Memeriksa pasien
PROSEDUR 2. Memberi rekomendasi apakah perlu, pasien dirawat atau tidak
E. Petugas Laundry
1. Membungkus semua seprei yang kotor ditempat di ruang rawat
2. Membawa ke tempat laundry
3. Memakai alat proteksi
4. Melakukan sortir seorang yang tercemar parah oleh cairan tubuh yang
mungkin dapat menembus kantong pembungkus sebaiknya diletakkan
dalam kantong yang terbukti tidak bocor
5. Melakukan pencucian (seprei yang kotor tidak perlu dicuci terpisah)
KEBERSIHAN LAUNDRY
No. Dokumen No. Revisi Halaman 1dari 2
......................... .........
RUMAH SAKIT ISLAM FAISAL
DITETAPKAKAN OLEH,
STANDAR PROSEDUR Direktur Utama,
OPERASIONAL Tanggal Terbit
(SPO) …
dr. Hj. Arfiah Arabe.T,MARS
1. Persiapan :
a. Petugas Cleaning Service menggunakan APD lengkap (tutup
PROSEDUR kepala masker, sarung tangan rumah tangga, apron kedap air dan
sepatu boot)
b. Alat dan chemical yang digunakan : sapu, pengki, sikat, mop,
ember, karbol, floor cleaner dll.
KEBERSIHAN LAUNDRY
2. Cara Kerja
1. Pelaksanaan Kebersihan : 2x sehari yaitu Pagi dan Sore
a. Bersihkan lantai dari sampah dengan
menggunakan sapu dan pengkilap lantai.
b. Basahi dengan merata seluruh permukaan lantai
PROSEDUR dengan cairan karbol dan biarkan selama ± 15 menit
2. Gunakan sikat lantai untuk membersihkan kotoran yang melekat
di lantai
3. Gunakan wiper lantai untuk mengeringkan lantai dari cairan
karbol
4. Pel lantai dengan mop dan cairan floor cleaner
5. Pembersihan dinding dengan cara mengelap permukaan dinding
menggunakan kain dan porstek secara merata
6. Mengelap pintu-pintu mesin cuci dengan lap yang dibasahi
dengan cairan desinfektan dan dikeringkan
7. i. Pelaksanaan selesai, dilanjutkan dengan pembersihan diri
petugas.
Tangani linen yang sudah digunakan hati-hati dengan menggunakan APD yang
sesuai dan membersihkan tangan secara teratur. Risiko terpajan atau mengalami
ISPA akibat membawa linen yang sudah digunakan relatif kecil.
Prinsip Umum :
1. Semua linen yang sudah digunakan harus dimasukkan ke dalam kantong
atau wadah yang tidak rusak saat diangkut.
2. Pengantongan ganda tidak diperlukan untuk linen yang sudah digunakan.
PROSEDUR
Prosedur Pengelolaan Linen :
1. Semua bahan padat pada linen yng kotor harus dihilangkan dan dibilas dengan
air. Linen kotor tersebut kemudian langsung dimasukkan kedalam kantong
linen dikamar pasien.
2. Hilangkan bahan padat (misalnya : feses) dari linen yang sangat kotor
(menggunakan APD yang sesuai) dan buang limbah padat tersebut kedalam
toilet sebelum linen dimasukkan ke kantong cucian.
3. Linen yang sudah digunakan harus dibawa dengan hati-hati untuk mencegah
kontaminasi permukaan lingkungan atau orang-orang sekitarnya.
PENGELOLAAN LINEN
1. Instaklasi Laundry
UNIT 2. Semua Unit (Petugas Linen)
TERKAIT
Transportasi linen adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan yang
PENGERTIAN mengelola linen untuk mengangkut linen dari ruangan ke laundry dan dari laundry
kembali ke ruangan dengan menggunakan trolly.
Transportasi linen harus menggunakan trolly yang terpisah antara infeksius dan non
infeksius, harus selalu tertutup, jadual pengantaran dan pengambilan linen disesuaikan
KEBIJAKAN
dengan jadual tidak dalam waktu yang bersamaan.
Prosedur :
1. Bedakan trolley linen bersih dan kotor.
2. Gunakan APD sesuai indikasi.
2. Pisahkan wadah linen infeksius dan non infeksius
3. Bersihkan trolley sebelum digunakan kembali.
4. Inventarisasi jumlah linen kotor di area perawatan
PROSEDUR
5. Pisahkan dari kotoran yang tercemar (contohnya feces, dll)
6. Tidak melakukan dekontaminasi di ruangan
6. Semua linen infeksius dimasukkan kedalam kantong plastik kuning dan non
infeksius dimasukkan ke dalam kantong plastik hitam, diikat/tertutup
7. Bila trolly pakai pengalas/sarung, segera dicuci setelah linen kotor diturunkan.
8. Hindarkan linen bersih terkontaminasi dengan debu.
9. Masukkan linen kedalam trolley dan tutup.
10. Lakukan kebersihan tangan
TRANSPORTASI LINEN
Halaman 1 dari 1
No. Dokumen No. Revisi
……… ……
RUMAH SAKIT ISLAM FAISAL
DITETAPKAKAN OLEH,
Tanggal terbit Direktur Utama,
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL ……
(SPO)
dr. Hj. Arfiah Arabe.T,MARS
Sirkulasi linen adalah suatu kegiatan yang mencakup dari
PENGERTIAN perencanaan kebutuhan, menyimpan, memelihara,
mendistribusikan dan disposal terhadap linen.
1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan terhadap
TUJUAN penyediaan linen siap pakai keseluruh ruangan / Departemen
2. Mencegah terjadinya infeksi nosokomial
Setiap petugas linen harus melakukan pencatatan yang benar
KEBIJAKAN
agar memudahkan, memonitor perputaran linen
1. Menerima linen kotor yang sudah dipisahkan dari ruangan /
Departemen dengan menggunakan kantong plastik sesuai standar, lalu
dilakukan pencatatan.
2. Kemudian linen kotor diserahkan ke Ur laundry untuk dilakukan
penimbangan, perendaman sampai dengan pencucian dan pengeringan
serta penyetrikaan.
3. Linen bersih disimpan sesuai jenisnya dengan suhu 22º - 27º FR.
PROSEDUR
4. Linen siap untuk didistribusikan, pada saat pendistribusian linen dari
ruangan ke laundry tidak sama jumlahnya dengan linen yang masuk ke
ruangan, disesuaikan dengan jumlah linen yang ada di laundry saat itu,
dengan catatan persediaan linen ruangan minimal ada 30%.
5. Satu hari sebelum jadwal penggantian linen secara
keseluruhan di ruangan linen sudah didistribusikan ke ruangan sesuai
jumlah pasien pada saat itu.
Halaman 1 dari 1
No. Dokumen No. Revisi
……… ……
RUMAH SAKIT ISLAM FAISAL
DITETAPKAKAN OLEH,
Tanggal terbit Direktur Utama,
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL ……
(SPO)
B. TIRAI PLASTIK
Mencuci luka denga
a. Berat badan.
b. Tinggi badan.
c. Pengukuran lingkaran dada.
d. Nadi dan Frekuensi pernafasan.
e. Tekanan darah.
f. Indera penglihatan (fisik mata, visus, luas lapangan
penglihatan dan warna.
g. Indera pendengaran.
h. Indera penciuman.
i. Indera perabaan.
4. Pemeriksaan sinar tembus.
5. Pemeriksaan laboratorium.
6. Kesimpulan pengujian.
Internal :
Poliklinik Penyakit Dalam, Keswa, Pat. Klinik, Radiologi, Jantung, Paru,
Kanit Rikkes, Kabag Minperslogset, Ka Polkar.
UNIT TERKAIT
Eksternal :
1. Depnaker.
2. Depkes.
PEMERIKSAAN KESEHATAN KARYAWAN/ PERSONEL
SECARA BERKALA DI RSPAD GATOT SOEBROTO DITKESAD
DITETAPKAKAN OLEH,
STANDAR PROSEDUR Tanggal terbit Direktur Utama,
OPERASIONAL ...
( SPO )
UNIT TERKAIT Kadep Penyakit Dalam, Mata, Jantung, Paru, THT, Pat. Klinik, Pat. Anatomi,
Radiologi,
PEMULASARAN JENAZAH
DITETAPKAKAN OLEH,
TUJUAN Agar jenazah dapat dilakukan perawatan dengan baik sesuai dengan ajaran agama yang
dianut selanjutnya siap untuk dimakamkan
KEBIJAKAN 1. Setiap jenazah yang dikirim ke kamar jenazah harus dilakukan pemulasaran
sesuai dengan ajaran agama
2. Petugas kamar jenazah yang melaksanakan pemulasaran jenazah harus
menggunakan APD lengkap
Langkah – Langkah :
1. Persiapan Alat :
a. Sabun, shampo, handuk, laken, mawar, formalin (bila perlu)
b. Kain kafan/pakaian, kapas, cendana, kamper,
c. APD lengkap petugas : Tutup kepala, kacamata google/bila perlu, masker,
PROSEDUR sarung tangan, apron dan sepatu boot
d. Tempat linen kotor dan tempat sampah infeksius
e. Mesin suction (penyedot lendir dan cairan)
2. Persiapan petugas.
a. Petugas berwudhu sebelum melakukan pulasara jenazah (Islam)
b. Petugas perempuan melakukan pulasara jenazah perempuan dan petugas laki-
laki melakukan pulasara jenazah laki-laki
3. Persiapan jenazah
a. Posisikan jenazah di meja pemandian dan tutup tirai
b. Tutup aurat jenazah dengan laken
c. Suntikkan formalin bila diperlukan (dengan cara melakukan sayatan pada paha
kiri/kanan selebar 2 cm)
4. Pelaksanaan
a. Petugas melakukan kebersihan tangan dan menggunakan APD
b. Mandikan jenazah (khusus jenazah islam) diawali niat, dilanjutkan
mengusap muka 3x dengan lembut, menyiram jenazah 3x dari atas kebawah
(kanan, kiri dan tengah)
PEMULASARAN JENAZAH
1. Unit Jangsus
UNIT TERKAIT 2. Unit Teknik
3. House Keeping
PEMULASARAN JENAZAH YANG BERPENYAKIT MENULAR
TUJUAN 1.Agar petugas pulasaran dapat melaksanakan tugas pelayanan dengan baik 2.Agar
petugas yang merawat dan orang sekitarnya tidak tertular penyakit
1. Petugas kamar jenazah atau tempat pemakaman harus di beri tahu bahwa
kematian pasien adalah akibat penyakit menular agar kewaspadaan standar
di terapkan dalam penanganan jenazah
2. APD lengkap harus di gunakan :
- Tutup kepala
- Goggle ( kacamata khusus )
- Masker
- Sarung tangan yang tebal atau double
- Skort
PROSEDUR - Sepatu laras panjang ( sepatu bot
3. Penyiapan jenazah sebelum di makamkan seperti pembersihan,pemandian,
perapian,rambut,pemotongan kuku,pencukuran,hanya boleh di lakukan oleh
petugas khusus kamar jenazah
4. Segala sesuatu yang keluar dari tubuh jenazah (kencing,darah,kotoran) bisa
mengandung kuman sehingga menjadi
sumber penularan
PEMULASARAN JENAZAH YANG BERPENYAKIT MENULAR
Persiapan :
1. Petugas Cleaning Service (kebersihan) melengkapi diri dengan alat
PROSEDUR pelindung diri, seperti topi, masker, sarung tangan karet, apron dan
sepatu boot.
2. Persiapan alat dan chemical : kertas koran, lap sekali pakai, sapu,
pengki, sikat, mop, ember, karbol, floor cleaner dll.
KEBERSIHAN KAMAR JENAZAH
Cara Kerja :
Pelaksanaan Kebersihan : 2x sehari yaitu Pagi dan Sore
A. Apabila lantai tidak terkontaminasi darah dan cairan tubuh
1. Petugas Cleaning Service melakukan kebersehan tangan dan memakai
APD
PROSEDUR 2. Bersihkan lantai dari sampah dan debu dengan menggunakan sapu dan
pengki
3. Basahi dengan merata seluruh permukaan lantai dengan cairan
karbol dan biarkan selama ± 15 menit
4. Gunakan sikat lantai untuk membersihkan kotoran yan melekat di
lantai
5. Gunakan wiper lantai untuk mengeringkan lantai dari cairan karbol
6. Lakukan pengepelan lantai dengan mop dan
cairan desinfektan chlorine 0.5%
7. Dilanjutkan dengan membersihkan dinding dengan mengelap
permukaan dinding dengan kain dan porstek dengan merata
8. Mengelap pintu mesin freezer dengan lap yang dibasahi dengan
cairan desinfektan dan dikeringkan
9. Pelaksanaan selesai, dilanjutkan dengan melepas APD dan
melakukan kebersihan tangan.
B. Apabila lantai dan permukaan terkena darah dan cairan tubuh
1. Bersihkan tumpahan darah dan cairan tubuh sampai bersih dengan
kertas koran atau lap sekali pakai, kemudian buang ke dalam
tempat sampah infeksius
2. Lakukan pengepelan pada lantai dengan mop dan cairan chlorin
0,5%, Mop dibersihkan dan dibilas
3. Lakukan pengepelan ulang dengan mop dan cairan floor
cleaner sampai kering
1. Dirbinjangum
2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Rawat Jalan
4. Sub Instalasi Reanimasi
UNIT 5. Instalasi Gawat Darurat
TERKAIT 6. Instalasi kamar Operasi
7. Intensive Care Unit
8. Unit Tehnik
9. Hemodialisa
PENATALAKSANAAN TERTUSUK JARUM
ATAU BENDA TAJAM
DITETAPKAN OLEH,
STANDAR PROSEDUR Direktur Utama,
Tanggal Terbit
OPERASIONAL 18 Februari 2015
( SPO )
dr. Hj. Arfiah Arabe.T,MARS
Penatalaksanaan tertusuk jarum dan benda tajam adalah salah satu upaya
pencegahan dan pengendalian infeksi terhadap petugas yang tertusuk benda
PENGERTIAN yang memiliki sudut tajam atau runcing yang menusuk, memotong, melukai
kulit seperti jarum suntik, jarum jahit bedah, pisau, skalpel, gunting, atau
benang kawat.
Melindungi petugas kesehatan, mahasiswa, petugas kebersihan, pengunjung dari
TUJUAN perlukaan dan tertular penyakit seperti hepatitis B, hepatitis C dan HIV
Setiap petugas kesehatan yaitu dokter, perawat, petugas kebersihan (House
Keeping), mahasiswa, dan pengunjung bila terjadi kecelakaan tertusuk jarum
KEBIJAKAN bekas pakai dan benda tajam wajib dilaporkan dan penanganannya harus sesuai
prosedur yang sudah di tetapkan
Prosedur penatalaksanaan tersuk jarum bekas pakai dan benda tajam:
1. Pertolongan Pertama
a. Jangan panik.
b. Penatalaksanaan lokasi terpapar :
1) Segera cuci bagian yang terpapar dengan sabun antiseptik dan air
mengalir
2) Bilas dengan air bila terpapar pada daerah membran mukosa
3) Bilas dengan air atau cairan NaCl bila terpapar pada daerah mata
2. Penanganan Lanjutan :
PROSEDUR a. Bila terjadi di luar jam kerja segera ke Instalasi Gawat Darurat (IGD)
untuk penatalaksanaan selanjutnya
b. Bila terjadi di dalam jam kerja segera ke Poliklinik Penyakit Dalam
dengan membawa surat konsul dari dokter rungan unit kerja
3. Laporan dan Pendokumentasian:
a. Laporan meliputi: Hari, tanggal, jam, dimana, bagaimana kejadian,
bagian mana yang terkena, penyebab, jenis sumber (darah, urine, faeces)
dan jumlah sumber yang mencemari (banyak/sedikit)
b. Tentukan status pasien sebagai sumber jarum dan benda tajam (
pasien dengan riwayat sakit apa )
c. Tentukan status petugas yang terpapar : Apakah menderita hepatitis B,
apakah pernah mendapatkan imunisasi Hepatitis B, apakah sedang
hamil/menyusui
PENATALAKSANAAN TERTUSUK JARUM
ATAU BENDA TAJAM
1. Mengurangi resiko terjadinya KLB infeksi rumah sakit pada pasien yang dirawat,
petugas dan pengunjung RS.
2. Mengidentifikasi secara dini terjadinya KLB infeksi rumah sakit.
TUJUAN 3. Tatalaksana apabila terjadi KLB infeksi rumah sakit.
4. Melaksanakan evaluasi dan tindak lanjut pola kuman yang ada di RS
.
5. Menjamin mutu pelayanan rumah sakit.
1. Setiap petugas harus memakai alat pelindung diri sesuai dengan kewaspadaan
isolasi.
KEBIJAKAN 2. Ruangan yang terjadi KLB harus didesinfeksi dan pasiennya harus diisolasi.
3. Selama terjadi KLB Petugas Ruangan/Instalasi terkait, Kepala Ruangan/Tim
pelaksana Ruangan tetap berkoordinasi secara intensif kepada Tim Pencegahan dan
Pengendali Infeksi Rumah Sakit (PPIRS).
A. Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS)
1. Menerima laporan dari IPCN/Ruangan/bahwa telah terjadi dugaan KLB di
ruangan.
2. Menginvestigasi lapangan untuk memastikan KLB.
PROSEDUR 3. Melaporkan kejadian tersebut kepada Ka Tim PPIRS, tembusan Dirbinyanmed
dan ruangan yang bersangkutan.
4. Mengadakan rapat khusus untuk mengevaluasi KLB dan berkoordinasi
dengan instalasi / unit / bagian yang terkait.
PENGENDALIAN KLB INFEKSI RUMA SAKIT
C. Perawat ruangan
Melaksanakan tindakan untuk mencegah infeksi rumah sakit dengan cara :
1. Melakukan isolasi terhadap pasien.
- bila pasien dirawat bersama penderita lain, maka dipindahkan ke kamar isolasi.
- bila pasien dalam kamar 2 orang, maka yang sehat dipindahkan dan kamar tersebut
menjadi kamar isolasi.
- bila pasien sendiri, kamar berubah menjadi isolasi.
2. Mengambil bahan dari berbagai lokasi tersangka sumber infeksi untuk dibiakkan dan
antibiogram sampai ditemukan sumber infeksi dan mengirim ke Instalasi Patologi
PROSEDUR klinik.
3. Memasang label biru di tempat penampungan bahan pemeriksaan laboratorium
pasien penyakit menular disertai tulisan : AWAS BAHAN MENULAR.
4. Memisahkan linen yang dipakai pasien dalam kantong plastik dengan tanda/label
tertentu (merah), dan mengirim ke Laundry RS dengan menggunakan troly linen
kotor.
5. Mengumpulkan semua kotoran dari pasien, tinja/urine dan membuang sesuai Prosedur
biasa.
6. Memisahkan semua alat bekas pakai yang habis pakai seperti kassa dll kedalam
wadah sampah medis yang berlapiskan kantong kuning dan mengirim ke
Incenerator RS untuk segera dimusnahkan.
7. Semua alat bekas pakai yang tidak habis pakai dimasukkan ke dalam kantong terpisah
untuk dibawa dengan trolly tersendiri untuk dicuci, di desinfeksi dan disterilkan di
TSSU (Sterilisasi).
8. Selama pelaksanaan prosedur tetap berprinsip pada kaidah-kaidah
kewaspadaan standar.
PENGENDALIAN KLB INFEKSI NOSOKOMIAL
1. Mengupayakan agar pegawai (baru dan lama), mahasiswa, cleaning service, pasien,
TUJUAN pengunjung dan petugas kantin mampu mengetahui dan memahami serta melaksanakan
upaya pengendalian infeksi Rumah Sakit
2. Agar dapat menjadi bagian dari kegiatan – kegiatan pengendalian infeksi
Seluruh petugas RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad yaitu dokter, perawat, petugas
KEBIJAKAN kebersihan ( Hause Keeping ), mahasiswa, dan pengunjung dan petugas kantin harus
mendapatkan sosialisasi tentang pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit,
yang dilaksanakan oleh Komite PPI
1. Diklat RS
2. Bagwat RS
3. Instalasi Rawat Inap
4. Instalasi Rawat Jalan
5. Sub Instalasi Reanimasi
UNIT TERKAIT 6. Instalasi Gawat Darurat
7. Instalasi kamar Operasi
8. Hemodialisa
9. House keeping ( cleaning servis )
PENGADAAN BAHAN DAN ALAT YANG MELIBATKAN
TIM PPI
Setiap pengajuan dan pendistribusian bahan dan alat kesehatan yang berkaitan
KEBIJAKAN
dengan PPI dikelola dan dilaksanakan oleh Tim PPIRS
DITETAPKAKAN OLEH,
Direktur Utama,
STANDAR PROSEDUR
Tanggal Terbit
OPERASIONAL
(SPO)
dr. Hj. Arfiah Arabe.T,MARS
Tata tertib adalah aturan yang dibuat oleh rumah sakit yang harus dipatuhi oleh pihak-
pihak tertentu
Pengunjung Pasien adalah keluarga atau orang yang sengaja datang ke rumah
sakit untuk melihat atau mengetahui kondisi dari pasien atau keluarga yang sedang
PENGERTIAN dirawat
Tata tertib pengunjung adalah aturan yang dibuat oleh rumah sakit yang harus
dipatuhi oleh keluarga, orang yang sengaja datang ke rumah sakit untuk melihat atau
mengetahui kondisi dari pasien atau keluarga yang sedang dirawat
1. Untuk melindungi pasien dari kemungkinan transmisi mikroorganisme yang di bawa oleh
TUJUAN pengunjung dan sebaliknya
2. Untuk menjaga kenyamanan pasien
KEBIJAKAN Setiap pengunjung yang datang ke rumah sakit harus mematuhi tata tertib pengunjung yang
telah ditetapkan
1. Pengunjung harus melakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah masuk ke
kamar pasien yang dirawat untuk mencegah infeksi rumah sakit
2. Pengunjung pasien wajib mengenakan name taq/identitas diri
3. Bila pengunjung pasien lebih dari 2 orang harus bergantian memasuki ruang perawatan
pasien
4. Jam kunjungan pasien adalah sebagai berikut:
PROSEDUR a. Siang : Pukul 11.00 WIB s.d 13.00 WIB
b. Sore : Pukul 17.00 WIB s.d 19.00 WIB
5. Diluar jam tersebut pengunjung tidak diperkenankan berada diruang perawatan
6. Pengunjung yang membawa makanan/minuman/barang-barang yang akan diberikan
kepada pasien tidak boleh berlebihan
7. Penunggu pasien yang di ruang perawatan diijinkan 1 orang dengan kartu tunggu
8. Tidak diperkenankan merokok di lingkungan rumah sakit
9. Pengunjung dengan gejala demam dan gangguan pernapasan tidak boleh mengunjungi
pasien di dalam fasilitas pelayanan kesehatan
10. Orang dewasa yang sakit tidak boleh berkunjung sampai batas waktu penularan
penyakit untuk mencegah penularan infeksi dari rumah sakit,
11. Anak-anak dibawah 12 tahun dilarang mengunjungi pasien di rumah sakit