Anda di halaman 1dari 217

LAPORAN PELATIHAN PPI DASAR

22-25 APRIL 2019


Kewaspadaan Berdasarkan
Transmisi: Kontak
Novan subekti
Tahun Teknik Perlakuan
Isolasi
1990-1996 Isolation Kewaspadaan Standar ditujukan kepada semua pasien
Precaution tanpa memandang apakah infeksi atau tidak, waspada
terhadap darah dan cairan tubuh, sekresi, ekskresi ,
kecuali keringat, gunakan APD jika tindakan
memungkinkan terkena darah atau
cairan,sekresi,ekskresi
Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi Airborne,

droplet, kontak, ditujukan pada pasien yang yang sudah


terinfeksi atau di duga infeksi

Kewaspadaan Standar meliputi Kebersihan tangan,


Penggunaan APD, Peralatan perawatan pasien,
Pengendalian lingkungan, Penanganan limbah,
Penempatan pasien
Penanganan linen, Kesehatan karyawan
Kewaspadaan berdasarkan transmisi sebagai tambahan
Kewaspadaan Standar yang dilaksanakan sebelum
pasien didiagnosis dan setelah terdiagnosis jenis
infeksinya. Jenis kewaspadaan berdasarkan transmisi
sebagai berikut:
 Melalui kontak
 Melalui droplet
 Melalui udara (Airborne Precautions)
 Melalui common vehicle (makanan, air, obat, alat,
peralatan)
 Melalui vektor (lalat, nyamuk, tikus)
Kewaspadaan Transmisi
• Tingkatan khusus pada kewaspadaan yang digunakan pada seseorang
yang sakit dapat menularkan yang tidak dapat dicegah dengan
standard precaution
• 3 macam :
1. CONTACT
2. DROPLET
3. AIRBORNE
Kewaspadaan Kontak
• Infeksi menular melalui kontak dengan tangan yang terkontaminasi,
kulit atau benda.
• Kontak secara langsung mapupun tidak langsung
• Infeksi dapat menyebar melalui : dari pasien ke staff, staff ke pasien,
pasien ke pasien, staff ke staff
Kontak Langsung
1. Transmisi langsung terjadi ketika mikroorganisme
dipindahkan dari satu orang yang terinfeksi ke orang lain
melalui benda atau orang yang terkontaminasi.
2. Kontak langsung meliputi kontak dengan permukaan kulit
dengan kulit terinfeksi atau kolonisasi. Misalnya pada saat
petugas membalikkan tubuh pasien, memandikan,
membantu pasien bergerak, mengganti perban, merawat
oral pasien Herpes Simplex Virus (HSV) tanpa sarung tangan.
3. Darah atau cairan tubuh lain, darah dari pasien secara
langsung masuk ke tubuh caregiver melalui kontak dengan
selaput lendir atau luka (mis., Luka, lecet) di kulit.
4. Tungau dari pasien yang terinfeksi skabies dipindahkan ke
kulit caregiver saat dia mengalami kontak langsung dengan
kulit pasien
Kontak Tidak Langsung
1. Penularan tidak langsung melibatkan transfer agen infeksi melalui benda
perantara atau orang yang terkontaminasi.
2. Transmisi kontak tidak langsung adalah kontak dengan cairan sekresi
pasien terinfeksi yang ditransmisikan melalui tangan petugas yang belum
dicuci atau benda mati dilingkungan pasien, misalnya instrumen, jarum,
kasa, mainan anak, dan sarung tangan yang tidak diganti.
Kontak Tidak Langsung........2

3. Tangan petugas kesehatan dapat menularkan patogen


setelah menyentuh tubuh yang terinfeksi atau
terkolonisaasi pada satu pasien atau benda mati yang
terkontaminasi, jika kebersihan tangan tidak dilakukan
sebelum menyentuh pasien lain.
4. Patient care devices (mis., Termometer digital, Alat
pengukur GD) dapat menularkan patogen jika alat
terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh
digunakan antar pasien sebelum dilakukan
desinfeksi/pembersihan.
5. Mainan yang digunakan bersama dapat menularkan
virus (mis., Virus saluran pernapasan, atau bakteri
patogen (mis., Pseudomonas aeruginosa) di antara
pasien anak-anak.
6. Pembersihan instrumen tidak memadai sebelum
desinfeksi atau sterilisasi (mis., Endoskopi atau
instrumen bedah) atau yang memiliki cacat pabrikan
yang mengganggu efektivitas pemrosesan ulang, dapat
menularkan bakteri dan virus patogen.
Sumber Infeksi
Endogenous (Self infection/Auto infection)
Infeksi disebabkan oleh kuman dari penderita itu
sendiri yang berpindah tempat dari satu jaringan
kejaringan lain seperti E coli.

Exogenous atau Infeksi silang (Cross Infection)


Disebabkan oleh kuman yang didapat dari orang atau penderita lain di
rumah sakit secara langsung atau tidak langsung seperti perawat,
dokter, pasien lainnya, lingkungan
Staff harus:
1. Menggunakan sarung tangan untuk setiap kontak
dengan pasien dan lingkungan sekitar pasien.
2. Menggunakan baju pelindung untuk setiap kontak
dengan pasien dan lingkungan sekitar pasien.
3. Menggunakan peralatan hanya untuk pasien sendiri,
atau pastikan dibersihkan dengan benar sebelum
digunakan ke pasien lainnya.
4. Cuci tangan sebelum masuk ke dalam ruangan dan
setelah melepas sarung tangan.
TRANSMISI MRSA

• RISIKO PENYEBARAN 16 x LEBIH


KECIL BILA PASIEN DITEMPATKAN
DI RUANG ISOLASI

• Jernigan J.A, Infection Control Hosp Epidemiol 1995


Petugas Kesehatan
 Semua Petugas Kesehatan bertanggung jawab untuk melaksanakan kewaspadaan
transmisi setiap saat (kontak, droplet, airborne)
 Menghadiri training program dan pelatihan kewaspadaan standar dan transmisi
 Melaporkan kejadian sakit yang berhubungan dengan terpapar darah/cairan tubuh dan
beda tajam
Staff Pengendalian & Pencegahan Infeksi

Staff Pencegahan dan Pengendalian Infeksi bertanggung jawab terhadap:


 Membuat dan melaksanakan edukasi kewaspadaan transmisi untuk semua staff
 Memastikan pedoman/prosedur tentang Standard and Transmission- based Precautions
ada disetiap tempat dan pelaksanaannya
 Pelaksanaan surveillance of epidemiology organism yang penting dan dapat menimbulkan
penyakit
 Menyediakan kesempatan sebagai konsultasi/pemberi saran pada staff setiap waktu/saat
 Pelaksanaan auditi Standard and Transmission-based Precautions disetiap unit yang saling
berhubungan dengan penerapannya serta memberikan feedback dari hasil audit kepada
manager/kepada departemen/unit.
KESIMPULAN
 Kewaspadaan Isolasi terdiri dari dua lapis: Kewaspadaan Standar dan
Kewaspadaan berdasarkan Transmisi
 Kewaspadaan berdasarkan transmisi merupakan lapis kedua /tambahan dari
kewaspadaan standar diterapkan pada pasien yang terinfeksi atau diduga
infeksi
 Dibagi melalui kontak, droplet dan airborne
 Kewaspadaan tersebut diterapkan saat merawat pasien.

37
KEWASPADAAN BERDASARKAN sulistyorini
TRANSMISI DROPLET
MACAM TRANSMISI
KEWASPADAAN TRANSMISI DROPLET
DROPLETTIDAK LANGSUNG

•Di terapkan terhadap pasien dengan infeksi droplet melayang di udara. Partikel
droplet akan jatuh dalam jarak 1-2 m dari sumber transmisi droplet. saat
prosedur dan droplet tidak bertahan diudara.

DROPLET LANGSUNG
droplet langsung mencapai mucus membrane
langsung terinhalasi. dapat dikeluarkan saat
batuk, bersin, muntah, bicara.Transmisi droplet
sambung ke kontak, bila droplet ke permukaan
tangan dan ditransmisikan dari tangan yang
terkontaminasi partikel droplet.
AKTIVITAS DAN TRANSMISI DROPLET
Jumlah droplet yg
Transmisi droplet mengandung mikroba
berbicara 10

batuk 100

Bersin keras 10.000


CDC’s Transmission Based Precaution
Airborne Nuclei of < 5µm Pulm. TB
Measles
Varicella Zoster

Droplet Nuclei of > 5µm Influenza


Meningococcal
Pertussis
Contact Transmission by MR organisms
direct or indirect Enteric RSV
contact
Blood Exposure to blood HIV, HBV
inoculation
Penyakit/Agent Diskripsi Rute Transmisi Kewaspadaan Tambahan Kewaspadaan u/ staff risiko
tinggi (hamil )
Pertusis – batuk rejan Merupakan penyakit akut Menyebar lewat droplet atau Pasien dirawat di ruang sendiri, Hindarkan kontak dengan
(wooping cough) yang disebabkan oleh bakteri kontak langsung dengan sekresi pintu harus ditutup sampai pasien, kecuali imun.
yang melibatkan saluran respiartosis pasien selesai terapi (5 hari).
pernapasan periode 7- Staff yang belum pernah
20 hari divaksinasi hindarkan kontak

Rubella Disebabkan oleh virus Droplet atau kontak Rawat di ruang sendiri Vaksin dapat diberikan bila
dengan periode inkubasi 16-20 langsung dengan sekret dengan pintu selalu ditutup. Staff belum pernah dapat atau tidak imun.
hari. Asymptomatic infeksi respiratoris yang belum divaksin tidak boleh Hindarkan kontak dengan pasien
pada terjadi pada masa kontak atau antibody tes n6ya
kehamilan 4 bulan pertama negatif
dapat menyebabkan kelainan
konginetal

Severe Acute respiratory syndrome Penyakit virus yang Penyebaran melalui droplet Pasien harus dirawat diruang Hindarkan kontak dengan pasien
(SARS) disebbakan oleh novel atau kontak langsung dengan sendiri dengan tekanan negatif
coromavirus secret pernapasan

salmonella Disebabkan oleh bakteri, Melalui faecal – oral Bila pasien diare massasif, rawat Standard precautions
akut di ruang
enterokolitis yang onsetnya dan wc sendiri
mendadak sakit kepala, sakit
perut, diare, mual dan muntah

Tuberculosis Lihat PP-LKIC-014 Standard precautions

Typhoid Demam typhoid Lewat faecal – oral Rawat pasien di ruang sendiri Hindarkan kontak dengan pasien,
disebabkan oleh + wc di dalam kecuali imun
salmonella typhi.
Periode inkubasi 8-14 hari
KEWASPADAAN DROPLET
1. Kontrol sumber penularan : ajari penggunaan masker, letakkan masker dekat
pasien

2. Pastikan penempatan pasien yang tepat. Pertimbangkan risiko infeksi pada


pasien lainya. Dan ajarkan etika batuk

3. Gunakan APD yangtepat


4. Batasi transportasi dan pergerakan pasien. Jika transportasi di perlukan
instruksikan pada pasien untuk menggunakan masker dan menjalankan etika
batuk
DROPLET SAAT PROSEDUR
Di gunakan pada Perawatan pasien dengan risiko terpapar
percikan, cipratan, batuk, ludah, contoh : tindakansuction,
oral hygiene, tindakan bedah, anestesi,
,intubasi, chest physiotherapy , CPR, endoscopy.
Prosedur kewaspadaan droplet yang di lakukan :

Gunakan glove, gaun jika terdapat


kombinasi transmisi, kontak dan droplet
DROPLET LANGSUNG SAAT BERSIN DAN BATUK
1. Kontrol sumber
2. PENEMPATAN PASIEN
3. VENTILASI SEIMBANG
4. Batasi transportasi dan pergerakanpasien

Instruksikan pasien untuk mengenakan


masker wajah saat keluar dari ruang,
hindari kontak dengan pasien lain, dan
praktik kebersihan pernapasan danetika
batuk.
kesimpulan

• Kewaspadaan transmisi droplet bagian dari kewaspadaanisolasi


• Pilar Kewaspadaan transmisi droplet di lakukan untuk menurunkan
penyebaran infeksi
• Lakukan Kewaspadaan berdasarkan transmisi
Kewaspadaan Berdassarkan
Transmisi Airborne
Pendahuluan
Transmisi melalui udara secara epidemiologi dapat terjadi bila
seseorang menghirup percikan partikel nuklei yang berdiameter 1-5
μm (<5 μm) yang mengandung mikroba penyebab infeksi.
Mikroba tersebut akan terbawa aliran udara >2 m dari sumber,
Dapat terhirup oleh individu rentan di ruang yang sama atau yang
jauh dari sumber mikroba.
Penting mengupayakan pertukaran udara >12 x/jam (12 Air Changes
per Hour/ACH).
Fakta
• 2011 indonesia No. 4 terbanyak di dunia jumlah
pasien TB (WHO)
• TB merupakan penyebab kematian ke-2 setelah stroke
(Riskesde, 2007)
• MDR TB: Indonesia peringkat ke-8 dari 27 negara.
Pengertian Kewaspadaan Airborne
• Jenis precaution ini digunakan untuk infeksi yang
dapat disebarkan oleh organisme yang sangat
kecil yang dapat bertahan di udara dalam jangka
waktu panjang
Contoh Penyait

• TB paru
• Disseminated Zoster
• Campak ( Rubeola)
• Varicella (chickenpox)
• Haem fever ( Lassa, Ebola, Marburg)
• Smallpox

• Sumber :Health Canada. Routine Practices and Additional Precaution for Preventing the
Transmission of Infection in Health Care
• Diterapkan untuk mencegah organisme yang sangat
menular melalui udara dari orang ke lainnya.
• Percikan /partikel berukuran kecil < 5 μm
melayang/menetap di udara beberapa jam,
disebarkan luas dalam ruangan / jarak lebih jauh.
• Langsung atau melalui debu dengan mikroba (TBC,
cacar air/varicella, campak ).
• Menyebar melalui: batuk, bersin, berbicara, tindakan
intubasi, suction, bronkoskopi
AIRBORNE PRECAUTION
M - Measles
T - Tuberkulosis Lung
V - Varicella

Private/Cohoring Room
Hand Hygiene
Negative Preasure - Mask - N95 for TB

qdnurses.com
CONTACT PRECAUTION
Mrs. Wee
M - Multidrug resistant organism
R - Respiratory infection
S - Skin infections
W - Wound infections
E - Enteric (clostridium difficile, rotavirus)
E - Eye infection - conjuctivitis

Cohoring Room (see risk factor)


Hand Hygiene - Gloves - Apron

qdnurses.com
DROPLET PRECAUTION
SPIDERMAN

S - Sepsis/Scarlet fever/Streptococcal Pharyngitis


P - Parvovirus B19/Pneumonia/Pertusis
I - Influenza
D - Diphtheria (pharyngeal)
E - Epiglotitis
R - Rubella
M - Mumps/Meningitis/Mycoplasma/Meningeal Pneumania
An - Adenovirus

Cohoring Room (see risk factor)


Hand Hygiene - Gloves - Gogles - Surgical Mask

qdnurses.com
Penempatan Pasien
1. Diruangan dengan tekanan negatif yang dimonitor
2. Pertukaran udara minimal 12 kali per jam
3. AC dengan filter HEPA ( High Efficiency Particulate Air) yang
menyaring udara yg dibuang keluar.
4. Pintu harus selalu ditutup.
5. Bila tidak memungkinkan, kohorting dengan pasien dengan
infeksi yang sama
Lanjutan…
2. Perlindungan jalan nafas
• Gunakan masker N 95 bila masuk ruangan pasien
dengan TB paru
• Individu yang rentan tidak diperkenankan masuk
ruangan pasien dengan cacar air.
3. Transport pasien :
• Minimalisasi transport/gerak pasien
• Pasangkan masker N95 pada pasien saat
transportasi
Airborne Precautions untuk Staff
Staff harus:
• Memastikan pasien ditempatkan di ruang bertekanan negatif
sehingga udara terkontaminasi tidak dapat memasuki koridor

• Menggunakan filter masker yang sesuai dan diletakkan sebelum


memasuki ruang

• Melakukan hand hygiene sebelum memasuki ruang dan


menyelesaikan tindakan atau melepas sarung tangan

• Memakai APD lain (sarung tangan, gaun, kaca mata) jika


diperlukan
Airborne Precautions untuk Pasien & Tamu
1. Pasien harus berada di ruang negatif dengan kamar mandi
2. Pasien harus memakai masker ketika berada di luar ruangan
3. Mengajarkan atau membantu pasien untuk menutup mulut
dan hidung , menggunakan tissue dan melakukan cuci tangan
jika batuk
4. Memperingati pekerja kesehatan lainnya untuk melakukan
precaution, misal physiotherapist
5. Membatasi jumlah pengunjung
6. Menginformasikan dan membantu pengunjung untuk
memakai masker dan melakukan cuci tangan sebelum
berkunjung
PPI TB
4 Pilar
- Manajerial
- Pengendalian administratif
- Pengendalian lingkungan
- Pengendalian dengan APD
MANAJERIAL
1. Kebijakan pelaksanaan PPI TB
2. Kebijakan/SOP alur pasien TB
3. Pelatihan PPI TB
4. Membuat dan memastikan desain, konstruksi dan persyaratan bangunan,
serta pemeliharaanya
5. Menyediakan sumber daya (tenaga, anggaran, sarana, prasarana)
6. Monitoring dan evaluasi
7. Melakukan advokasi, komunikasi, mobilisasi dan sosialiasi terkait PPI TB
8. Surveilans petugas (kepatuhan menjalankan SOP)
ADMINISTRATIF
Upaya untuk mencegah/mengurangi pajanan M. Tb kepada petugas,
pasien, pengunjung dan lingkungan dengan menyediakan,
mensosialisasikan dan memantau pelaksanaan standar prosedur dan
alur pelayanan.
Mencakup:

1. Melakukan triase
2. Pendkes pasien mengenai etika batuk
3. Menempatkan pasien suspek TB dan pasien TB pada ruang dengan
ventilasi baik
4. Menyediakan masker dan tempat sampah
5. Memasang poster/spanduk untuk KIE
6. Penatalaksanaan tepat pada pasien (suspek/sudah TB)
7. Melaksanakan pelatihan dan pendidikan PPI Tb bagi petugas
8. Menerapkan SPO staf yang tertular TB.
PENGENDALIAN LINGKUNGAN
Upaya peningkatan dan pengaturan aliran udara/ventilasi dengan
menggunakan teknologi untuk mencegah penyebaran dan
mengurangi dan menurunkan kadar percik renik di udara.
Ventilasi:
Alami
Mekanik
Campuran
PENGENDALIAN DENGAN APD
Untuk menurunkan risiko terpajan, sebab kadar percik renik tidak
dapat dihilangkan dengan upaya administratif dan lingkungan.
Pengunaan masker N95 (fit test, segel positif)
Cara menggunakan masker

• Eratkan tali atau karet elastis pada


bagian tengah kepala dan leher
• Paskan klip hidung dari logam
fleksibel pada batang hidung
• Paskan dengan erat pada wajah
& dibawah dagu sehingga melekat
dengan baik
• Periksa ulang pengepasan masker
FIT TEST
1. Memeriksa sisi masker yang menempel pada wajah untuk melihat
adanya cacat atau lapisan yang tidak utuh. Bila cacat/tdk utuh maka
ganti
2. Memastikan tali masker tersambung dan menempel baik disemua
titik sambungan
3. Memastikan klip hidung yang terbuat dari logam disesuikan dengn
bentuk hidung petugas
4. Ingat: N95 kurang efektif bila tidak menempel pada wajah (ex:
janggut, gagang kacamata)
SEGEL POSITIF

Hembuskan nafas kuat-kuat (tekanan positif di dalam respirator


berarti tidak ada kebocoran). Bila bocor atur posisi dan/atau
ketegangan tali.
Audit Airborne Precaution
Tanggal : ___/__/____ Unit : ______________
Auditor : _________________ Auditan : _________________

PROSEDUR ↓ Ya Tdk NA
Menyiapkan dan melengkapi ruang perawatan isolasi dengan
P, Teknisi
tekanan negatif :
1. Cek tekanan negatif (koord.dg maintenance) Teknisi
2. Pasang tanda kewaspadaan airborne P
3. APD (+ masker N95) P
4. Alat pengukur tanda vital P
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang prosedur
P
perawatan pasien untuk mencegah penularan penyakit.
Menerapkan standar dan additional precaution P
Memasang tanda isolasi di depan pintu kamar pasien. P
Memastikan pemakaian masker yg sesuai dan benar. P
Pembersihan ruangan rutin dan saat pasien pulang HK
1. Menggunakan APD : masker, sarung tangan dan gaun HK
2. Bersihkan ruangan setiap hari dan lakukan paling akhir sesuai
HK
SOP yg berlaku.
3. Semua peralatan/perlengkapan untuk membersihkan kamar
HK
harus dicuci bersih. Dan bila perlu gunakan lap sekali pakai.
4. Tirai (gordyn) harus diganti setelah pasien discharge HK
5. Semua peralatan yg digunakan oleh pasien harus dibersihkan
HK
(disinfeksi atau disterilkan).
Linen P
Linen kotor harus dimasukkan dlm kantong plastik kuning
P
sebelum dibawa ke DU (ruang depo kotor)
Pembersihan Tumpahan Substansi Tubuh HK
Mengikuti pedoman yg berlaku di RS HK
Kesimpulan
• Lakukan identifikasi risiko terkait kewaspadaan transmisi: airborne
• Lakukan penatalaksanaan pasien sesuai dengan SPO
• Menyediakan APD sesuai dengan kebutuhan
• Pencegahan Infeksi merupakan tanggung jawab semua
staf/unit/departemen
• Lakukan monitoring dan evaluasi secara terus menerus.
Penempatan Pasien
Novan Subekti
Pengertian
• Menempatkan pasien berdasarkan organisme penyebab dan
transmisi penularan penyakit yang dapat melurkan kepada staf,
pengunjung dan pasien lain, baik secara langsung maupun tidak
langsung melalui alat/lingkungan yang terkontaminasi dengan
darah/cairan tubuh lainnya.
Penempatan Pasien
1. Tempatkan pasien infeksius terpisah dengan pasien non infeksius.
2. Penempatan pasien disesuaikan dengan pola transmisi infeksi
penyakit pasien (kontak, droplet, airborne) sebaiknya ruangan
tersendiri.
3. Bila tidak tersedia ruang tersendiri, dibolehkan dirawat bersama
pasien lain yang jenis infeksinya sama dengan menerapkan sistem
cohorting. Jarak antara tempat tidur minimal 1 meter. Untuk
menentukan pasien yang dapat disatukan dalam satu ruangan,
dikonsultasikan terlebih dahulu kepada Komite atau Tim PPI.
Penempatan Pasien
4. Semua ruangan terkait cohorting harus diberi tanda
kewaspadaan berdasarkan jenis transmisinya
(kontak,droplet, airborne).
5. Pasien yang tidak dapat menjaga kebersihan diri atau
lingkungannya sebaiknya ditempatkan sendiri.
6. Mobilisasi pasien infeksius yang jenis transmisinya
melalui udara (airborne) agar dibatasi di lingkungan
fasilitas pelayanan kesehatan untuk menghindari
terjadinya transmisi penyakit yang tidak perlu kepada
yang lain.
7. Pasien HIV tidak diperkenankan dirawat bersama
dengan pasien TB dalam satu ruangan tetapi pasien TB-
HIV dapat dirawat dengan sesama pasien TB.
Penutup
1. Kewaspadaan standar dan transmisi diterapkan pada pasien sudah
terdiagnosa atau diduga mengalami infeksi/risiko menularkan.
2. Perlu pedoman penempatan pasien infeksius dan
imunokompromised.
3. Monitoring dan evaluasi harus rutin dilakukan.
ALAT PELINDUNG DIRI
(APD)

Ns. Agung E Rahmawan, S.Kep.


PENDAHULUAN
• Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari
kewaspadaan standar.

• Penggunaan APD perlu pengawasan karena dengan penggunaan APD


yang tidak tepat akan menambah cost
Pengertian
Adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk
melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya
potensi bahaya/kecelakaan kerja.
TUJUAN PENGGUNAAN APD
• Melindungi kulit dan selaput lendir petugas dari resiko pajanan
darah, semua jenis cairan tubuh , sekret, ekskreta, kulit yang tidak
utuh dan selaput lendir pasien.
Penutup kepala
Tujuan :
• Mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala
petugas terhadap alat-alat daerah steril dan juga sebaliknya untuk
melindungi kepala/rambut petugas dari percikan bahan-bahan dari pasien
INDIKASI PEMAKAIAN TUTUP KEPALA :

 Tindakan operasi
 Tindakan invasif
 Tindakan intubasi
 Pengisapan lendir
SARUNG TANGAN
Tujuan:
Melindungi tangan dari kontak dengan
darah, cairan tubuh, sekret, ekskreta,
mukosa, kulit yang tidak utuh dan
benda yang terkontaminasi
INDIKASI
• Tindakan yang kontak atau diperkirakan akan
terjadi kontak dengan darah, cairan tubuh,
sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh, selaput
lendir pasien, dan benda yang terkontaminasi
Jenis Sarung Tangan
• Non Steril (tindakan non bedah)
• Steril (tindakan bedah)
• Sarung Tangan Rumah Tangga (untuk kegiata
pembersihan lingkungan, mengepel dll)
Apakah kontak dengan
darah atau cairan Tidak Tanpa sarung tangan
tubuh ?

Ya

Apakah kontak dengan


pasien
Tidak Mengunakan sarung tangan
bersih

Ya

Apakah kontak dengan


jaringan bawah kulit
Tidak Menggunakan sarung tangan
bersih

Ya

Mengunakan sarung tangan steril Pemilihan Sarung Tangan


Prosedur Pemakaian Sarung Tangan
• Lakukan kebersihan tangan sebelum menggunakan sarung
tangan
• Pakai sarung tangan pada kedua tangan
• Ganti sarung tangan bila tampak rusak/bocor
• Segera lepas sarung tangan jika telah selesai tindakan
• Buang sarung tangan ke tempat pembuangan sampah sesuai
prosedur
• Lakukan kebersihan tangan setelah menggunakan sarung
tangan
5-99
5-100
Pelindung Wajah

Tujuan : melindungi selaput lendir hidung, mulut, dan mata

Jenis alat yang digunakan :


- masker
- kaca mata
- face sheild
Indikasi Pemakaian Pelindung Wajah
Tindakan yang memungkinkan menimbulkanpercikan terhadap mukosa
(mulut,mata,selaput lendir hidung).

Masker : hanya digunakan pada saat yang memungkinakan terjadi kontaminasi


melalui airbone atau droplet.
Pelindung saluran pernapasan (N95)
Tujuan
pelindung saluran pernapasan untuk
mencegah transmisi agen infeksi udara
Gaun
Tujuan
Melindungi petugas dari kemungkinan genangan atau percikan darah atau cairan
tubuh lainnya yang dapat mencemari baju
Jenis Gaun
- Gaun pelindung tidak kedap air
- Gaun pelindung kedap air
- Gaun steril
- Gaun non steril
Indikasi pemakaian gaun
• Membersihkan luka
• Tindakan drainase
• Menuangkan cairan terkontaminsai kedalam lubang
pembuangan/WC/toilet
• Menangani pasien perdarahan masif
• Tindakan bedah
• Perawatan gigi
• Tindakan penangan alat yang memungkinkan
pencemaran/kontaminsai pada pakaian petugas
Manfaat gaun
Petugas
Mencegah kulit petugas kontak dengan percikan darah dan cairan
tubuh pasien

Pasien
Mencegah kontak mikroorganisme dengan tangan, tubuh dan
pakaian petugas kepada pasien
Sepatu Pelindung
Tujuan :
melindung kaki petugas dari tumpahan/ percikan darah atau cairan tubuh lainnya dan
mencegah dari kemungkinan tusukan benda tajam atau kejatuhan alat kesehatan
Kebiasaan Salah di lingkup ruang perawatan
• Saat dinas senang menggunakan sandal japit
yang tidak melindungi kku kaki
• Pada tindakan bedah/ tindakan dengan resiko
paparan cairan tubuh tinggi (misal : tindakan
operasi dll), petugas jarang menggunakan
sepatu boot
• Saat membersihkan amar mandi tidak
menggunkan sepatu kedap air
Manfaat masing-masing Alat Pelindung terhadap Pasien
maupun petugas Kesehatan
Alat Terhadap pasien Terhadap petugas kesehatan
Pelindung

Sarung Mencegah kontak Mencegah kontak tangan petugas


tangan mikroorganisme yang dengan darah dan cairan tubuh
terhadap pada tangan penderita lainnya, selaput lendir, kulit
petugas kesehatan yang tidak utuh atau alat kesehatan/
kepada pasien permukaan yang telah terkontaminasi

Masker Mencegah kontak Mencegah membran mukosa petugas


droplet dari dari kesehatan (hidung dan mulut) kontak
mulut dan hidung dengan percikan darah atau cairan
petugas kesehatan yg tubuh penderita
mengandung
mikroorganisme dan
terpercik saat
bernafas, bicara atau
batuk kepada pasien
Jas dan Mencegah kontak Mencegah kulit petugas kesehatan
celemek mikroorganisme dari kontak dengan percikan darah atau
plastik tangan, tubuh dan cairan tubuh penderita
pakaian petugas
kesehatan kepada
pasien
Sepatu Sepatu yang bersih Mencegah perlukaan kaki oleh
Pelindung mengurangi benda tajam yang terkontaminasi
kemungkinan atau terjepit benda berat (misalnya,
terbawanya mencegah luka karena menginjak
mikroorganisme dari benda tajam atau kejatuhan alat
ruangan lain atau luar kesehatan) dan mencegah kontak
ruangan dengan darah dan cairn tubuh
lainnya
PEMILIHAN ALAT PELINDUNG
SESUAI JENIS PAJANAN
Jenis pajanan Contoh Pilihan alat
pelindung
Resiko rendah
1. Kontak dengan kulit  Injeksi  Sarung tangan tdk
2. Tidak terpajan darah  Perawatan luka ringan esensial
langsung

Resiko sedang
1. Kemungkinan terpajan  Pemeriksaan pelvis  Sarung tangan
darah namun tidak ada  Insersi IUD  Mungkin perlu
cipratan  Melepas IUD apron atau gaun
 Pemasangan kateter intra pelindung
vena
 Penanganan spesimen
laboratorium
 Perawatan luka berat
 Ceceran darah
Jenis pajanan Contoh Pilihan alat
pelindung
Resiko tinggi
1. Kemungkinan  Tindakan bedah mayor  Sarung tangan
terpajan darah  Bedah mulut ganda
dan  Persalinan pervagina  Apron
kemungkinan  Baju Pelindung
terciprat  Kaca mata
2. Perdarahan pelindung
massif  Masker
 Sepatu bot
Ns. Agung E Rahmawan, S.Kep.
Nama : Ns. Agung E Rahmawan, S.Kep.
TTL : Blitar, 02 Juni 1986
Email : ns.agungerahmawan@gmail.com

Riwayat Pendidikan :
• Diploma-III Keperawatan UMM
• S1-Keperawatan, UB
Riwayat Organisasi :
•Koordinator Bidang Organisasi HIPPII Pusat Periode 2016 -Sekarang
•Ketua 2 HIPPII Cabang Jawa Timur periode 2017 - Sekarang
•Staff Seksi Organisasi dan PERDALIN Cabang Malang Raya Tahun 2012 - Sekarang
•Tim Kendali Mutu dan Kendali Biaya (TKMKB) BPJS Kesehatan Malang Raya tahun 2016 - Sekarang
•Wakil Ketua, Bidang Pelayanan DPD PPNI Kota Malang Periode 2017- Sekarang
•Ketua Himpunan Perawat Pengendali Infeksi Indonesia (HIPPII) Cabang Malang Raya periode 2012 -2017
Riwayat Pekerjaan :
• Kepala Divisi Keperawatan Khusus di RSI Malang UISMA 2017 - Sekarang
• IPCN Sejak 2009-sekarang
• Perawat IGD RSI Malang 2007 - 2013
• Sekertaris Komite PPI RSI Malang Unisma 2009-sekarang
TUJUAN PERLINDUNGAN PETUGAS
KESEHATAN

Mencegah terjadinya Healtcare Associated Infections


(HAIs) akibat pekerjaan
Healthcare Associated Infections

Infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di


rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya, dimana tidak ada infeksi atau tidak masa
inkubasi pada saat masuk, termasuk infeksi didapat
di rumah sakit tapi muncul setelah pulang, juga
infeksi pada petugas karena pekerjaannya
Sumber infeksi pada petugas kesehatan

• Pasien
• Petugas kesehatan lainnya
• Peralatan yang terkontaminasi
• Lingkungan yang tidak sehat
RISIKO TERHADAP PETUGAS KESEHATAN
BERUPA :

 Pemaparan terhadap zat kimia


 Radiasi
 Fisik bangunan
 Peralatan yang terkontaminasi infeksi:
 HIV
 Hepatitis B (HBV)
 Hepatitis C (HBC)
AKIBAT LUKA TUSUK PADA NAKES
(CANADA COMUNICABLE DISEASES REPORT 2001)

Risiko terinfeksi Persentase


HBV 10-35 %
HCV 2.7 %
HIV 0.3 %
Akibat Luka Tusuk Jarum
Tahun 1985, terjadi epidemik HIV pada petugas
kesehatan di US

Karena Luka tusuk jarum

Universal Precaution
EPIDEMIOLOGI
56 kasus tertular HIV pada kecelakaan
kerja (JUNI 1997, US-CDC)

52 terpajan dengan darah


1 terpajan cairan tubuh tercampur darah
3 terpajan langsung dengan virus di Lab

50 terpajan melalui luka tusuk


- 5 terpajan percikan cairan tubuh yang tercemar melalui mukosa
- 1 terpajan melalui tusukan dan percikan
Luka tusuk jarum

21.5% selama tindakan

78.5% setelah tindakan


Recapping
Melepas jarum / scalpel
Penempatan jarum
Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan
Terjadi Pajanan di 11 RS, Jakarta 2003

Jenis Terpajan %
Tindakan (n= 282)
Pemasangan 74 26,2
infus
Suntik 104 36,9
Operasi Besar 42 14,9

Tind Medis 93 33
Lain
TABEL 24: DATA PETUGAS SESUAI PROFESI TERKENA LUKA TUSUK JARUM
PERIODE 2001-2010 DI RSJPDHK

Profesi/Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Dolter 2 1 0 1 1 2 1 2 4

Perawat 4 2 2 0 2 1 3 7 6

Petugas Kebersihan 5 3 3 1 1 1 4 2 1

Petugas laundry 0 0 0 0 0 1 0 1 0

Petugas laboratorium 0 0 0 0 0 1 2 0 0

Pekarya 0 0 0 0 0 0 0 0 1

Petugas Farmasi 0 0 0 0 0 0 0 0 1
• Terluka kena jarum/ benda tajam habis pakai saat menangani limbah
infeksius
• Terluka saat membuang jarum bekas pakai, ternyata terdapat jarum
lain yang menonjol keluar
• Tertusuk jarum bekas pakai oleh diri sendiri saat melakukan tindakan
• Tertusuk jarum bekas pakai saat merapikan peralatan bekas pakai
• Tertusuk jarum saat re-capping jarum bekas pakai
• Tertusuk jarum bekas pakai yang berada di dalam paket bersih
• Tertusuk jarum bekas pakai saat memasang vena dalam terhadap
pasien
• Tertusuk jarum bekas pakai saat membuang jarum bekas skin test .
• Jarum disarungkan kembali, jarum menembus tutupnya
PENYEBAB KECELAKAAN

 - Kurangnya kesadaran karyawan


 - Kualitas dan ketrampilan kerja kurang memadai
 - Meremehkan risiko kerja, tidak menggunakan alat pelindung diri yang
sesuai ketentuan
 - Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan
 - Keletihan dan kelemahan daya tahan tubuh
 - Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik
TUJUAN PROGRAM PERLINDUNGAN PETUGAS KESEHATAN
1. Meningkatkan rasa aman karyawan

2. Mempertahankan kesehatan karyawan

3. Mengurangi biaya perawatan

4. Mencegah timbulnya wabah

5. Mencegah tuntutan hukum


PROGRAM PERLINDUNGAN PETUGAS KESEHATAN

►Pemeriksaan kesehatan secara berkala


►Pencegahan penularan infeksi terhadap
petugas kesehatan
►Penyediaan Sarana Kewaspadaan Standar
►Pemberian immunisasi /profilaksis anti virus
dan vaksin flu
►Penatalaksanaan pasca luka tusuk benda
tajam bekas pakai
►Taat menerapkan Kewaspadaan Isolasi :
► Kewaspadaan Standar
► Melakukan kebersihan tangan

► Menggunakan APD sesuai indikasi

► Jika sakit tidak bekerja

►Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi


► Kontak pakai sarung tangan dan gaun
► Droplet pakai masker bedah

► Udara pakai masker respiratorik


►Menjaga kesehatan saluran napas (tidak merokok)
►Menjaga kesehatan tubuh secara umum
►Menjaga kebersihan diri
►Senantiasa menjaga perilaku hidup sehat
►Tidak memanipulasi jarum bekas pakai
 Lakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
 Gunakan baki bila memberikan benda tajam
 Pendidikan & latihan berkesinambungan
 Gunakan APD sesuai jenis tindakan
 Baca etiket obat/cairan sebelum diberikan
 Jangan memanipulasi jarum bekas pakai!
 Tidak menyarungkan kembali jarum yang telah dipakai!
• Buang jarum bekas pakai pada kontainer yang telah disediakan
• Jangan pernah memberikan jarum bekas pakai kepada orang untuk
dibuang!!
• Buang kontainer jarum jika sudah 2/3 penuh
• Buang sampah sesuai tempatnya
• Jaga kebersihan lingkungan
• Jaga permukaan lantai tetap kering dan tidak licin
• Lepaskan jarum memakai alat yang tepat, atau buang jarum
bersama syringe
• Buang jarum pada kontainer yang tahan tusukan dan tahan bocor
• Gunakan sistem Vacutainer
• Jangan tinggalkan jarum sembarangan
HAL – HAL YANG HARUS DILAKUKAN BILA PETUGAS
TERPAJAN

►Periksa status kesehatan petugas terpajan

►Ketahui status kesehatan sumber pajanan


►Tindakan sesuai jenis paparan
►Terapkan profilaksis pasca pajanan (PPP)
sesuai Kebijakan RS
TINDAKAN PERTAMA PADA PAJANAN
BAHAN KIMIA ATAU CAIRAN TUBUH
►Mata  segera bilas dengan air mengalir selama 15 menit
►Kulit  segera bilas dengan air mengalir 1 menit
►Mulut  segera kumur-kumur selama 1 menit
►Segera hubungi Dokter yang berwenang untuk melakukan perawatan
pasca pajanan
►Lapor ke Komite / Tim PPI , panitia K3RS atau sesuai alur RS
• Cuci dengan air mengalir menggunakan
sabun atau cairan antiseptik, tanpa
melakukan pemijatan

• Berikan cairan antiseptik pada area tertusuk


/luka

• Lapor ke tim PPI atau K3RS/berwenang


• Tindak lanjut Tim PPI :
Tentukan status HIV, HBV, dan HCV sumber pajanan
Periksa status HIV, HBV, dan HCV petugas yang terpajan
Monitoring dengan pemeriksaan laboratorium
• Bila status pasien bebas HIV,HBV,HCV dan bukan dalam masa
inkubasi tidak perlu tindakan khusus untuk petugas terhadap
HIV,HBV,HCV, tetapi bila petugas khawatir dapat dilakukan
konseling

• Bila status pasien HIV,HBV.HCV positif maka tentukan status


HIV.HBV,HCV petugas kesehatan tsb
Sebelum dilakukan pre test dan post test terhadap
petugas yang terpapar harus dilakukan konseling
dulu

Pre test untuk mengetahui apakah petugas sudah


terinfeksi sebelumnya

Jika hasil pre test positif, jelas bahwa petugas


sudah terinfeksi sebelumnya

Jika hasil pre test negatif sementara sumber


Pasien positif HBV, maka diberikan immunisasi
HBV, bila pasien positif HIV rujuk ke Tim AIDS
Berikan dukungan kepada petugas yang terpapar

Bila hasil pre test HIV pasien negatif petugas tetap di


konseling

Pemeriksaan ulang dilakukan, 6 minggu, 3 bulan dan 6


bulan

Dapat diberikan obat ARV untuk memperkecil risiko


penularan, jika diperlukan
Tindakan pertama pada pajanan
bahan kimia atau cairan tubuh
• Mata  segera bilas dengan air mengalir selama 15 menit
• Kulit  segera bilas dengan air mengalir 1 menit
• Mulut  segera kumur-kumur selama 1 menit
• Segera hubungi Dokter yang berwenang untuk melakukan
perawatan pasca pajanan
• Lapor ke Komite / Tim PPI , panitia K3RS atau sesuai alur RS
ALUR LUKA TUSAK JARUM/PAPARAN CAIRAN TUBUH
Tertusuk jarum Terpajan cairan
terkontaminasi tubuh

Cuci dg air Segera lapor ke Cuci dg air


mengalir atasan mengalir

Buat laporan

Investigasi lapangan Tim PPI

Petugas dan Sumber


Periksa darah HCV, HBV, HIV

Perawatan &
Pengawasan dokter
MONITORING PPP-HIV

► Profilaksis harus diberikan jika memang diperlukan


► Dibutuhkan dukungan psikososial
► Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui proses infeksi dan memonitor
efek toksik obat ARV
► Tes HIV diulang setelah 6 minggu, 3 bulan dan 6 bulan
KESIMPULAN
1. Perlindungan petugas kesehatan merupakan bagian dari penerapan
kewaspadaan standar
2. Setiap RS dan Fasilitas kesehatan lainnya harus melindungi petugas
kesehatan melalui program perlindungan kesehatan
3. Program perlindungan kesehatan mencegah terjadinya HAIs pada petugas
kesehatan
Kebersihan Tangan
Pendahuluan
• UU perlindungan konsumen --- tantangan yg harus di antisipasi dg ↑ mutu
pelayanan
• Hak pasien akan pelayanan ---- HAIs dapat di cegah atau diminimalkan
• Cuci tangan yg baik mencegah transmisi mo & ↓HAIs (Boyce 1999; Larson
1995)
• Mencegah penularan penyakit infeksi dan menurunkan penyebaran mikro
organisme multiresisten
Tujuan pembelajaran umum
• Setelah selesai pembelajaran ini peserta mampu menjelaskan tentang
kebersihan tangan di pelayanan kesehatan
Flora tangan
• 2 kategori bakteri pada tangan:
• Flora residen
• Flora transient

• Flora residen:
• Mo yg berada dipermukaan kulit yg dominan dg spesies
staph epidermidis termsk staph hominis, staph coagulase
neg dan sejumlah jamur pityrosporum (malassezia spp)
Flora tangan
• Berfungsi sbg antimikrobial antagonis dan
melindungi ekosistim kulit.

• Flora transien :
• Dipindahkan mll kontak langsung dg pasien
atau sentuhan dg permukaan lingk yg
terkontaminasi dg mo yg patogen t.d :
Staph aureus, Gr neg basilli atau jamur dan
sering menyebabkan infeksi
TRANSMISI MO TERGANTUNG
PADA:
• Spesies yg ada
• Jumlah mo yg ada pd permukaan kulit
• Kelembaban kulit

• DAPAT hilang dg mencuci tangan rutin


• Jumlah kolonisasi N di tangan 3.9 X 104 atau
4.6 X 106 cfu/ cm2
PROSES TRANSMISI
• DIPENGARUHI 5 FAKTOR :
• Adanya mikro organisme pada kulit
pasien atau lingk yg terkontaminasi
• Mikro organisme dipindahkan melalui
tangan petugas
• Kemampuan mikro organisme bertahan
hidup
• Akibat cairan pembersih tangan yg
terkontaminasi
• Transmisi silang mikro organisme pada
tangan petugas
JENIS-JENIS MO AIR
• PENYEBAB HAIs :
• Acinetobacter Baumanii
• Pseudomonas aeruginosa
• Stenotrophomonas maltophilia
• Mycobacterium avium, M
fortuitum
• Fusarium spp
• Aspergilus fumigatus
Transmisi Tangan : Step 1
• Bakteri ada dikulit dan permukaan sekitar
pasien
• Germs (S. aureus, P. mirabilis, Klebsiella spp.
and Acinetobacter spp.) terdapat
dipermukaan kulit intact pasien: 100-1
million colony
forming units (CFU)/cm2
• mendekati 1 juta serpihan kulit
mengandung bakteri pada kulit normal
setiap harinya
• Lingkungan sekitar pasien
(linen tempat tidur, furniture, objects)
menjadi terkontaminasi khususnya oleh
staphylococci
dan enterococci) oleh bakteri pasien

Pittet D et al. The Lancet Infect Dis 2006


Transmisi Tangan : Step 2
• Melalui kontak langsung dan tdk langsung, bakteri pasien
mengkontaminasi yangan petugas kesehatan
• Tangan perawatan terkontaminasi dengan 100–1,000
CFU
Klebsiella spp. Selama aktivitas “prosedur bersih”
(mengangkat pasien,
mengukur nadi,tekanana darah,atau mengukur suhu
pasien melalui oral )
• 15% perawat bekerja di ruang isolasi membawa median
of 10,000 CFU
S. aureus ditangan mereka
• Di fasilitas pelayanan kesehatan secara Umum, 29%
perawat membawa S. aureus di tangan mereka
(median count: 3,800 CFU) dan 17–30%
membawa Gram negative bacilli
(median counts: 3,400–38,000 CFU)

Pittet D et al. The Lancet Infect Dis 2006


Transient Microba (Kontaminasi Kuman)

Klebsiella pneumonia
Hand Colonization in SHSB
Entry to
Contact Px Hand Wash 1 hour after
The Hospitals
Handwash

Pseudomonas 15% Acinetobacter 47% Enterobacter 47%


There isn’t
Enterobacter 15% Enterobacter 45% Growth of Pseudomonas 18%
Microbes
Acinetobacter 53,8% Pseudomonas 11% Acinetobacter 9%
K pneu 7% K pneu 5% K pneu 9%
Staph 7%

(Bernadetta, 2011)
Transmisi Tangan : Step 3
• Bakteri dapat bertahan dan berkembangbiak di tangan
petugas kesehatan
• Selama kontak dengan pasien dan atau lingkungan
terkontaminasi,bakteri dapat bertahan hidup pada tangan
dalam waktu lama (2–60 minutes)
• Tanpa adanya Cuci tangan, semakin lama durasi perawatan,
semakin tinggi tingkat kontaminasi tangan

Pittet D et al. The Lancet Infect Dis 2006


Transmisi Tangan : Step 4
• Hasil tindakan cuci tangan yang
kurang tepat mengakibatkan
kontaminasi
• Jumlah produk cucitangan
yang kurang dan durasi
lamanya cuci tangan yang
kurang akan menyebabkan
tangan tidak dapat
didekontaminasi dengan baik
• Mikroorganisme transien tetap
bertahan pada tangan setelah
mencuci tangan dengan sabun
dan air, Sedangkan cuci tangan
dengan alkohol based hand rub
Terbukti secara signifikan lebih
efektif

Pittet D et al. The Lancet Infect Dis 2006


Transmisi Tangan : Step 5
• Bakteri transmisi – silang antar pasien A dan pasien B melalui
tangan petugas kesehatan

Pittet D et al. The Lancet Infect Dis 2006


Transmisi Tangan : Step 5
• Tindakan pada
invasive devices
dengan tangan
terkontaminasi
menentukan
penularan bakteri
tempat pemasangan
beresiko infeksi

Pittet D et al. The Lancet Infect Dis 2006


Tangan adalah sumber penularan utama healthcare associated
infections (Shetty N, 2009)
Importance of hand hygiene
Tangan petugas setelah melakukan pemeriksaan Abdomen pada Penderita

MRSA + MRSA -

Sebelum Cuci Tangan Sesudah Cuci Tangan

(Australian Guidelines for the Prevention and Control of Infection in Healthcare, 2010)
Definisi – definisi (1)
• Hand hygiene : Hand washing,
antiseptic handwash, antiseptic hand
rub, surgical handscrub
• Handwashing : mencuci tangan
dengan air mengalir dg sabun atau
sabun antiseptik yg bertujuan
membersihkan tangan dengan
membersihkan kotoran dan transient
mo di tangan
Definisi – definisi (2)
• Antiseptic handwash : cuci tangan
menggunakan sabun antiseptik dg
tujuan untuk membersihkan tangan
dengan menghilangkan dan membunuh
transient mo dari tangan
Antiseptic handrub : Menggunakan
cairan antiseptik diseluruh permukaan
tangan untuk meminimalkan
pertumbuhan mo tanpa menggunakan
air dan pengering tangan ( waterless )
Definisi – definisi (3)
• Surgical hand scrub :
cuci tangan dengan menggunakan
cairan antimikrobial pd tindakan
sebelum operasi dan membuang mo
transien dan residen flora kulit.

Bertujuan membersihkan tangan


dengan menghilangkan & membunuh
transien mo dan mengurangi residen
flora
Alcohol-Based Solution for
Handrub
• Bersifat non iritasi, antiseptic
handrub dapat dibuat dengan
menambahkan glycerin, proplyne
glycol atau sorbitol pada alkohol (
2ml dalam larutan ethyl atau
isopropyl alcohol 60 – 90 % )
• (Larson 1990 ; Pierce 1990)
• Gunakan kira-kira 5 ml (1 sdt)
setiap aplikasi dan gosok seluruh
tangan terutama sela jari dan di
bawah kuku sampai kering ( 15 –
30 detik )
TUJUAN CUCI TANGAN
• Menghilangkan atau meminimalkan
mo di tangan
• Mencegah perpindahan mo dari
lingkungan ke pasien dan dari pasien
ke pasien dan dari pasien ke petugas
kesehatan
• Tindakan utama dalam pencegahan
dan pengendalian HAIs
Kapan Cuci tangan dg sabun dan
air & kapan dg handrub ?
• Dg sabun dan air mengalir jika:
• diduga kotor atau terkontaminasi
materi protenius,
• terkena darah atau produk darah atau
cairan tubuh
• jika terkena benda yang diduga
terpapar mo atau
• setelah dari kamar kecil
Kapan Cuci tangan dg sabun dan
air & kapan dg handrub ?

• Dengan alkohol-based handrub:


• untuk antiseptik tangan
• pada kondisi tangan yang tidak
tampak kotor
• Atau pada kondisi yang tidak
memungkinkan
melakukan cuci tangan dengan air
dan sabun
Prosedur Cuci tangan
Prosedur HANDRUB
Cuci tangan Aseptik
• Tindakan yang memerlukan Tehnik Aseptik
• Pemasangan kateter urine
• Pemasangan CVC,PICC
• Perawatan Luka
• Pemasangan Ventilator
Issue & pertimbangan lain s.d
HH
• Sarung tangan :
• Tidak memberikan perlindungan total
terhadap kontaminasi tangan
• Contoh: bakteri dari pasien dapat
muncul kembali sampai 30% dari
staf yang memakai sarung tangan
saat merawat ( Kotilainen et al
1989)
• Dokter bedah mulut memakai
sarung tangan dan APD lain
terinfeksi HepB, diperkirakan mll
lubang kecil pada sarung tangan
atau tangan terkontaminasi saat
membuka sarung tangan
(Reingold, Kane & Hightower
1988)
• Lebih-lebih memakai sarung tangan yg sama dan
lanjutan mencuci nya antar pasien atau antar bagian tubuh yg
kotor ke yg bersih mrp praktek yg tidak aman.
Ditemukan jumlah bakteri yg signifikan pada tangan
staf yg hanya mencuci sarung tangan (Doebbeling and
colleagues ,1988)

Ditekankan bahwa sarung tangan tidak menggantikan


kegunaan cuci tangan, tetapi dalam situasi ttt, sarung
tangan digunakan sebagai tambahan untuk hygiene
tangan
• Hand lotion & hand cream :
lanjutan • Utk mencegah dermatitis krn sering cuci tangan (
>30X sehari), penggunaan sabun yang keras dan
terpapar agent antiseptik ( alkohol 60-90% tidak
terlalu iritasi) perlu diberi hand lotion, cream dan
pelembab.
• Pemberian 2 X sehari secara teratur dapat
membantu mencegah dan mengobati dermatitis
kontak ( McCormick et al 2000 )
• Resisten terhadap zat antiseptik topikal :
• Studi klinik ---- Pemakaian produk yg berisi triclosan
lanjutan dalam jangka waktu lama tidak menimbulkan resistensi
thd flora kulit.
• Tidak ada bukti klinik yang menunjang terbentuknya
organisme resisten setelah menggunakan agent
antiseptik secara topikal.
• Lesi dan kulit luka :
lanjutan • Kutikel, tangan dan lengan bawah harus bebas dari
lesi ( dermatitis atau eksim) dan kulit yg luka (
terpotong, abrasi dan cracking). Luka dan abrasi
ditutup dengan balutan waterproof. Jika tidak
mungkin ditutup, staf bedah dg lesi tidak boleh
melakukan operasi sampai luka sembuh.
• Kuku jari (panjangnya : dijaga tetap tdk
>3mm dari ujung jari )
lanjutan • Research --- area sekitar dasar kuku : jumlah mikrobial
tertinggi dari tangan ( McGinley, Larson dan Leydon
1988)
• Bbrp studi : kuku yang panjang sebagai reservoir bagi
Gram-negatif bacilli ( P. aeruginosa), ragi dan patogen
lain ( Hedderwick et al 2000)
• Merobek sarung tangan ( Olsen et al 1993)
• Kuku artifisial :
lanjutan • Mengkontrobusi HAIs (Hedderwick et al 2000)
• Terbukti sebagai reservoir Gram neg bacilli patogen,
dilarang bagi pet kes., khususnya anggota tim bedah
dan mereka yang:
• Bekerja di area khusus seperti NICU
• Merawat pasien yang rentan terhadap infeksi
• Menangani pasien dg organisme resisten ( Moolenaar
et al 2000 )
• Cat kuku :
• Tidak diperkenankan : Cat kuku yang retak
lanjutan membantu perkembangbiakan mo dalam jumlah
besar.

• Cat yang gelap melindungi kotoran dibawah kuku


( Baumgardner et al 1993)
• Perhiasan:
• Meskipun bbrp studi membuktikan kulit dibawah cincin
lebih banyak kolonisasi dibandingkan dg yg tidak
bercincin (Jacobson et al 1985), namun saat ini belum
diketahui apakah memakai cincin menimbulkan
transmisi bakteri patogen lebih besar.
• Dianjurkan anggota tim bedah tidak memakai, krn akan
sulit memakai sarung tangan dan dapat merobeknya
• Rush Unit Medical Center di Chicago menganalisa
tangan 66 perawat.
---- cincin kawin → bakteri 10 X >banyak

• Angg tim bedah tidak memakai → sulit memakai


sarung tangan & robek
Basic course & workshop Infection Control Siloam Hospital
Pendahuluan

Sterilisasi

Disinfeksi
Definisi
Sterilisasi : Suatu proses dgn metode
tertentu (fisik/kimia) yang bertujuan
untuk mematikan SEMUA organisme
hidup (vegetatif / non vegetatif), bahan
yang dipakai : chemisterilan
Disinfeksi : Suatu proses dgn
menggunakan bahan tertentu
(disinfektan / germicida) dgn cara fisik /
kimia, yg dapat membunuh
mikroorganisme pathogen (kec.spora,
virus tertentu, bakteri tertentu.)
Dekontaminasi : Proses perlakuan (
menghilangkan, menginaktivasi atau
merusak mikroorganisma) pada
peralatan medis,instrumen atau
permukaan lingkungan agar aman untuk
dipakai / non infeksius. Prosedurnya
bisa sterilisasi, disinfeksi atau
pembersihan sederhana saja
Sterilisasi Dengan Pemanasan
• Secara Kering
• Secara Basah

Sterilisasi Dengan Penambahan Zat


Tertentu

Sterilisasi Dengan Gas

Sterilisasi Dengan Penyinaran

Sterilisasi Dengan Memakai Filtrasi


Sterilisasi Dengan Pemanasan Kering
A. Pemijaran :
• pembakaran dgn spiritus
• Alat logam
• Bahan : ZnO, NaCl, Talcum
• 20 detik saja
Sterilisasi Dengan Pemanasan Kering
B. Memakai Udara Panas / Udara Kering
• Dasar : oksidasi
• Keuntungan : Bahan tetap kering, tidak korosif / iritasi
• Kerugian :
•Waktu lama : difusi & penetrasi udara kering, lambat,
kemampuan mematikan udara
kering lambat
• Dapat menimbulkan kerusakan bahan krn proses oksidasi & suhu tinggi yg
kering
• Tidak menjamin 100% steril (beberapa spora tdk mati dlm 160C 2 jam)
• Alat yg digunakan : Hot Air Sterilizer
Hot air sterilizer
• Yang perlu diperhatikan :
• Gelas : pemanasan &
pendinginan jangan
mendadak
• Serbuk : tempat tebalnya
<0,5 cm dan volume < 30
cc
• Suhu yang terbaca blm
tentu = dgn suhu di
dalam
•Letakkan alat tegak
Sterilisasi dengan Pemanasan Basah

• Dimasak dengan air


• Tindalisasi / Pasteurisasi
• Dengan uap air 100 C
• Dengan Uap air Jenuh
Tekanan Tinggi
(Autoclave)
A. Dimasak dengan Air
• Paling sederhana ; Sudah ditinggalkan
• Kelemahan :
• Alat tidak dapat dibungkus : risiko kontaminasi lagi
• Beberapa spora masih dapat hidup
• Tidak untuk bahan kimia & obat
• Masih harus dibilas dgn aquadest steril
B. Tindalisasi / Pasteurisasi
• Untuk bahan yg tdk tahan pemanasan suhu tinggi /
bahan yg keadaan fisiknya tdk mungkin disterilkan
dgn filtrasi (emulsi/suspensi)
• Tidak untuk bahan kering / bahan yg tdk mengandung
air
• Cara kerja : bahan dikemas dlm wadah gelas/stainless
steel lalu dipanaskan dgn suhu 70-80C selama 60’ lalu
didinginkan sampai 30C selama 24 jam, cara ini
diulang 3-5 hr berturut-turut
C. Pemanasan dengan Uap Air 100 C

• Cara yg sederhana ; alat spt dandang


• Keuntungan :
• Daya bakterisida lebih besar drpd uap kering
• Kapasitas bahan relatif lebih besar & lebih cepat
• Uap air lebih dapat mengisi ruang shg lebih merata
• Kelemahan :
• Tidak dapat membunuh spora yg berdaya tahan besar
D. Dengan Uap Air Jenuh Tekanan Tinggi /
Autoclave
 Yg terbaik diantara pemanasan basah
 Sifat bakterisida dari uap air jenuh & kering
 Kerugian :
 Dapat merusak textile

 Tahapan :
 Mengeluarkan udara dari ruangan autoclave & mengisi dgn uap air
 Sterilisasi : standart waktu yg dipilih untuk membunuh spora Bacillus
stearothermophillus pada pH netral
 Pengeluaran uap air dari autoclave
 Pengeringan & pendinginan bahan/alat
Sterilisasi dgn Penambahan Zat tertentu
• Bahan kimia yang ditambahkan :
• Bakterisida (bahan yg membunuh bakteri)
• Bakteriostatika (bahan yg mencegah pertumbuhan
bakteri)
• Fungisida (bahan yg membunuh jamur)
• Fungistatika (bahan yg mencegah pertumbuhan
jamur)
• Antiseptika ( bahan yg membunuh bakteri
pathogen)
• Antibiotika (bahan yg membunuh
mikroorganisma)
Memakai gas EO (ethylene oxide) / formaldehyde
untuk bahan-bahan yg tdk tahan panas
Cara kerja : Alkilasi gugus SH, COOH atau NH2
pada enzyme / protein sel
Sulit diaktivasi jika : kondisi kering pd permukaan
halus & tdk mengabsorpsi (gelas/plastik/ logam) >
dilembabkan steril 55-60%
Konsentrasi gas : akan diserap oleh bahan yg akan
disteril ( karet 15 mg EO/gr ; wool 1% berat
formaldehyde)
Keuntungan :
Tdk ada kerusakan fisik selama proses
Penetrasi gas ke dalam bahan porous sangat baik
(kec formaldehyde)
Kerugian : toxic, iritasi mdh terbakar,mutagenic
Pembungkus plastik harus dibiarkan terbuka,
baru ditutup setelah selesai proses shg risiko
terkontaminasi (krn bahan plastik menyerap gas)
Kelembaban harus tepat
Waktu sterilisasi panjang
Biaya lebih mahal
Macam gas yg dipakai
Ethylene Oxide Fomaldehyde Propylene oxyde Beta
• Lama : 6-12 jam pd • Suhu 70C • Kurang efektif propiolactone
suhu kamar atau 4 kelembaban dibandingkan • Bentuk cair &
jam pd 40-56C tdk boleh EO titik didih tinggi
• Kelembaban 30- dibawah 75% ( • Cair & tdk shg perlu alat
40% 80%-90%) mudah atomizer
• Stlh itu dialirkan • Instrumen, meledak • Daya
udara steril 24 jam fumigasi bakerisidal &
u/ menghilangkan ruangan virusidal tinggi
sisa gas yg • Tablet • Baik untuk
terabsorpsi (iritasi paraformaldeh ruangan
kulit) yde

Anda mungkin juga menyukai