Anda di halaman 1dari 86

RSAU dr. M.

SALAMUN
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

KUMPULAN
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL ( SPO )
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA dr. M. SALAMUN


Jl. Ciumbuleuit No 203 Bandung
2014
Kata Pengantar

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Tim PPI telah dapat
menyelesaikan Kumpulan Standar Prosedur Operasional Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (SPO PPI) dengan lancar. Kumpulan SPO disusun
dengan tujuan untuk mempermudah memberikan penjelasan kepada seluruh personel
RSAU dr. M. Salamun dalam ikut serta mencegah dan mengendalikan/menekan laju
kejadian infeksi di RSAU dr. M. Salamun.

Ucapan Terima Kasih kami haturkan kepada :


1. Kepala RSAU dr. M. Salamun atas segala dukungan yang diberikan
sehingga kegiatan Tim PPI dapat dilaksanakan tanpa kendala.
2. Seluruh rekan - rekan di RSAU dr. M. Salamun yang telah memberikan
saran, pendapat dan masukan demi tersusunnya buku ini.

Kami sadar, buku ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu segala masukan
untuk kebaikan akan diterima. Besar harapan kami, buku ini dapat digunakan sebaik -
baiknya oleh seluruh personel RSAU dr. M. Salamun demi kemajuan Rumah Sakit kita
yang tercinta.

Penyusun

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ...................................................................................... i


Daftar isi ...................................................................................... ii
Standar Prosedur Operasional Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Rumah Sakit di RSAU dr. M. Salamun.

No. SPO
1. Kewaspadaan Universal
2. Kewaspadaan Standar ( Perlindungan Minimum bagi semua pasien )
3. Lima saat cuci tangan
4. Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun
5. Cuci tangan dengan handrub
6. Cuci tangan bedah
7. Edukasi terhadap pasien dan keluarga pasien.
8. Etika batuk dan bersin
9. Praktik menyuntik yang aman
10. Praktik lumbal fungsi
11. Alat Pelindung DIri ( APD )
12. Penggunaan Alat Pelindung Diri ( APD )
13. Menggunakan Alat Pelindung Diri ( APD )
14. Melepas APD
15. Peta Kuman
16. Surveilans Infeksi
17. Penanganan pasien dengan MRSA
18. Penanganan pasien di ruang isolasi
19. Kewaspadaan terhadap penularan airborne
20. Kewaspadaan terhadap penularan droflet
21. Kewaspadaan terhadap penularan kontak
22. Penanganan pasca pajanan petugas kesehatan
23. Alur laporan tindak lanjut petugas pasca pajanan
24. Penanganan alat kadaluarsa
25. Penggunaan alat re – use
26. Penyajian makanan jadi bagi penderita infeksi di ruang rawat inap
27. Pencucian alat makan penderita
28. Penanganan alat makan pasien dengan penyakit menular
29. Pengelolaan linen kotor di ruangan
30. Pengelolaan linen kotor di laundry
31. Dekontaminasi
32. Dekontaminasi tumpahan darah ( cairan tubuh )
33. Dekontaminasi alat alat kesehatan
34. Dekontaminasi meja operasi
35. Pemasangan lampu ultraviolet
36. Sterilisasi menggunakan bahan kimia
37. Sterilisasi autoclave uap
38. Pencucian dang pengemasan barang yang akan di steril
39. Penggunaan alat sterilisasi basah
40. Pemisahan limbah padat medis
41. Pengelolaan limbah padat medis
42. Pengelolaan limbah medis cair infeksius
43. Pemulasaraan jenazah
44. Pemulasaraan jenazah pada pasien dengan penyakit menular
KEWASPADAAN UNIVERSAL

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
RSAU dr. M. SALAMUN 0810 / SPO.AKR /
Jl. Ciumbuleuit No.203 1 dari 2
VIII / 2014
BANDUNG
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Kepala RSAU dr. M. Salamun,

SPO
04 . 08 . 2014
dr. Didik Kestito,SpBU
Kolonel Kes NRP 512677
“Universal Precaution” disingkat menjadi “U.P” atau
kewaspadaan universal adalah suatu pedoman yang
ditetapkan oleh Contre For Disease Control (C.D.C) 1997,
PENGERTIAN
untuk mencegah penyebaran dari berbagai penyakit
ditularkan melalui darah dilingkungan rumah sakit
maupun sarana pelayanan kesehatan lainnya.
Sebagai acuan dalam penerapan langkah langkah
TUJUAN
untuk pencegahan pengendalian infeksi
Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun Nomor Kep /
KEBIJAKAN
38L.L / V / 2014 tentang Kebijakan pelayanan PPI
1. Jenis alat pelindung diri antara lain :
a. Sarung tangan
b. Masker
c. Goggles (pelindung mata dan wajah)
d. Penutup rambut
e. Skort/pakaian khusus
f. Sepatu/sandal khusus
2. Tangan dan bagian tubuh lainnya :
a. Cuci tangan mutlak dilakukan oleh karena cuci
tangan merupakan salah satu cara yang paling
efektif untuk pengontrolan infeksi pada saat
PROSEDUR kegiatan perawatan pasien yang paling rutin.
b. Tangan dan bagian tubuh lain harus segera dicuci
sebersih mungkin bila terkontaminasi oleh darah,
selaput mukosa, cairan tubuh atau sisa
pembuangan, seperti ludah, urine dan tinja.
c. Setiap saat setelah melepas sarung tangan,
tangan harus dicuci.
3. Penanganan Instrumen
Untuk semua pasien, semua instrumen harus
diperlakukan sama, tidak dilihat apakah pasien
tersebut infeksi atau potensi infeksi, semua harus
diwaspadai. Prinsip terkontaminasi instrumen pada
penggunaan harus diperhatikan.
KEWASPADAAN UNIVERSAL

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
0810 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 2 dari 2
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
4. Lingkungan
Pembersihan lingkungan unit kerja beserta fasilitas
dan peralatannya, khususnya unit perawatan dan
PROSEDUR rumah sakit pada umumnya mulai dari pencucian,
dekontaminasi/ desinfektan s/d sterilisasi
ruangan/kamar pasien, kamar mandi/ WC, tempat
tidur pasien, meja operasi, harus mengikuti prinsip-
prinsip universal precaution.
UNIT TERKAIT Seluruh unit pelayanan di RSAU dr. M. Salamun
PERLINDUNGAN MINIMUM BAGI SEMUA PASIEN
( KEWASPADAAN STANDAR)

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
1604 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 1 dari 1
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Kepala RSAU dr. M. Salamun,

SPO 04 . 08 . 2014

dr. Didik Kestito,SpBU


Kolonel Kes NRP 512677
Kewaspadaan standar adalah merupakan suatu sistem
yang menghubungkan baik teknik maupun langkah
PENGERTIAN pencegahan yang digunakan oleh para petugas
kesehatan untuk menghindari kontak dengan semua
cairan tubuh dan darah
Sebagai acuan penerapan langkah langkah dalam
TUJUAN
merawat pasien
Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun Nomor Kep /
KEBIJAKAN
38L.L / V / 2014 tentang Kebijakan pelayanan PPI
1. Untuk Pasien yang menggunakan kateter urine
a. Ganti kateter bilaman diperlukan.
b. Gunakan drainase sistem tertutup, jaga kantong
drainase agar tidak mengenai lantai, tetapi tetap
dibawah level buli-buli pasien.
c. Gunaka container pembuangan yang terpisah
untuk setiap pasien dan cucilah dengan bersih
setiap habis digunakan. Hindari menyentuh
kantong kateter ataupun saluran drainase pada
sisi pembuangan.
d. Bersihkan area perineal setiap hari dan bilamana
diperlukan. Gunakan sarung tangan selama
PROSEDUR
prosedur ini. Hindari tegangan atau pergerakan
kateter.
e. Cuci tangan dengan bersih sesudah menangani
sistem kateter dan sesudah melepas sarung
tangan.
2. Untuk pasien dengan gejala pernafasan
a. Latih pasien untuk batuk menggunakan tissue dan
sediakan kantong khusus untuk pembuangan
tissue-tissue tersebut.
b. Gunakan masker bila berdekatan dengan pasien.
c. Lakukan pencucian tangan secara tepat sesudah
melepas sarung tangan.
UNIT TERKAIT Rawat Inap
LIMA SAAT CUCI TANGAN

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
RSAU dr. M. SALAMUN 0887/ SPO.AKR / 1 dari 1
Jl. Ciumbuleuit No.203 VIII / 2014
BANDUNG
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Kepala RSAU dr. M. Salamun,

SPO 04 . 08 . 2014

dr. Didik Kestito,SpBU


Kolonel Kes NRP 512677
Lima momen yang harus dilakukan dan dipatuhi oleh
PENGERTIAN semua personel yang terlibat dengan pasien di rumah
sakit.
Sebagai acuan dalam praktik cuci tangan bagi semua
TUJUAN pegawai dan pengunjung RSAU dr. M. Salamun untuk
menghindari penularan penyakit.
Surat Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun No kep/
KEBIJAKAN
38 M /V/2014 tentang Kebijakan Cuci tangan.
1. Sebelum Kontak dengan Pasien, lakukan cuci
tangan dengan handrub ( Prosedur Cuci tangan 6
Langkah )

2. Sebelum Tindakan Aseptik, lakukan cuci tangan


dengan handrub ( Prosedur Cuci tangan 6 Langkah )

3. Setelah Kontak dengan Pasien, lakukan cuci


tangan dengan handrub ( Prosedur Cuci tangan 6
PROSEDUR Langkah )

4. Setelah Terpapar Cairan Tubuh Pasien, lakukan


cuci tangan dengan handrub atau dengan air mengalir
( Prosedur Cuci tangan 6 langkah dan dengan air
mengalir )

5. Setelah Kontak dengan Area Pasien, lakukan


cuci tangan dengan handrub ( Prosedur Cuci tangan 6
Langkah )
UNIT TERKAIT Seluruh Unit Pelayanan di RSAU dr. M. Salamun
CUCI TANGAN DENGAN AIR MENGALIR DAN SABUN

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
1605 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 1 dari 2
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


Kepala RSAU dr. M. Salamun,

SPO
04 . 08 . 2014
dr. Didik Kestito,SpBU
Kolonel Kes NRP 512677
Suatu cara / tindakan pencegahan penyebaran infeksi
yang paling sederhana untuk mengurangi kotoran dan
PENGERTIAN
flora yang ada di tangan dengan mengunakan sabun dan
air yangmengalir
Sebagai acuan dalam praktik cuci tangan bagi semua
TUJUAN pegawai dan pengunjung RSAU dr. M. Salamun untuk
menghindari penularan penyakit.
Cuci tangan dengan air dan sabun (hand washing)
dilaksanakan selama 40 sampai 60 detik sesuai dengan
KEBIJAKAN
Surat Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun No kep/
38 M /V/2014 tentang Kebijakan Cuci tangan.
1. Basahi tangan setinggi pertengahan lengan bawah
dengan air mengalir.
2. Tuangkan sabun cair/ antiseptic di telapak tangan
secukupnya + 3-5 cc.
3. Lakukan 6 Langkah gerakan cuci tangan, yaitu :
a. Ratakan sabun di telapak tangan memutar
berlawanan dengan arah jarum jam,
b. Gosok punggung dan sela – sela jari tangan kiri
dengan tangan kanan dan sebaliknya
c. Gosok dengan kedua telapak tangan dan sela –
PROSEDUR
sela jari
d. Jari – jari dari kedua tangan saling mengunci
e. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman
tangan kanan dan lakukan sebaliknya
f. Gosok dengan memutar ujung jari – jari tangan
kanan di telapak tangan kiri dan sebaliknya
g. Bilas tangan dengan air mengalir.
h. Keringkan tangan dengan tissue kering sekali
pakai
i. Tutup keran dengan dialasi tissue
j. Buang tissue ke tempat sampah non infeksius.
CUCI TANGAN DENGAN AIR MENGALIR DAN SABUN

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
1605 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 2 dari 2
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
4. Setiap langkah gerakan dihitung 8 hitungan
PROSEDUR 5. Proses berlangsung selama 40 – 60 detik, dihitung
mulai poin 3.
Seluruh anggota dan pengunjung di RSAU dr. M.
UNIT TERKAIT
Salamun
CUCI TANGAN DENGAN HANDRUB

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
RSAU dr. M. SALAMUN 1606 / SPO.AKR / 1 dari 1
Jl. Ciumbuleuit No.203 VIII / 2014
BANDUNG
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Kepala RSAU dr. M. Salamun,

SPO 04 . 08 . 2014

dr. Didik Kestito,SpBU


Kolonel Kes NRP 512677
suatu cara / tindakan pencegahan penyebaran infeksi
PENGERTIAN yang paling sederhana untuk mengurangi kotoran dan
flora yang ada di tangan dengan mengunakan hand rub.
Sebagai acuan dalam praktik cuci tangan bagi semua
TUJUAN pegawai dan pengunjung RSAU dr. M. Salamun untuk
menghindari penularan penyakit.
Cuci tangan dengan alkohol gel ( hand rubing)
dilaksanakan selama 20 – 30 detik sesuai dengan Surat
KEBIJAKAN
Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun No kep/
38 M /V/2014 tentang Kebijakan Cuci tangan.
1. Tuangkan Handrub di telapak tangan secukupnya +
3-5 cc / 1-2 kali tekan.
2. Lakukan 6 Langkah gerakan cuci tangan, yaitu :
a. Ratakan sabun di telapak tangan memutar
berlawanan dengan arah jarum jam,
b. Gosok punggung dan sela – sela jari tangan kiri
dengan tangan kanan dan sebaliknya
c. Gosok dengan kedua telapak tangan dan sela –
PROSEDUR
sela jari
d. Jari – jari dari kedua tangan saling mengunci
e. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman
tangan kanan dan lakukan sebaliknya
f. Gosok dengan memutar ujung jari – jari tangan
kanan di telapak tangan kiri dan sebaliknya .
3. Setiap langkah gerakan dihitung 4 hitungan
4. Proses berlangsung selama 20 – 30 detik.
Seluruh anggota dan pengunjung di RSAU dr. M.
UNIT TERKAIT
Salamun
CUCI TANGAN BEDAH

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
RSAU dr. M. SALAMUN 1548 / SPO.AKR / 1 dari 2
Jl. Ciumbuleuit No.203 VIII / 2014
BANDUNG
Ditetapkan oleh,
Tanggal Terbit Kepala RSAU dr. M. Salamun,
SPO 04 . 08 . 2014
dr. Didik Kestito,SpBU
Kolonel Kes NRP 512677
Suatu cara / tindakan pencegahan penyebaran infeksi
yang paling sederhana untuk mengurangi kotoran dan
PENGERTIAN flora yang ada di tangan dengan mengunakan sabun
antiseptik dan air yang mengalir
Sebagai acuan dalam praktik cuci tangan bagi semua
TUJUAN pegawai dan pengunjung RSAU dr. M. Salamun untuk
menghindari penularan penyakit.
Cuci tangan sebelum pembedahan ( surgical hand
washing ) dilaksanakan selama 3 menit sesuai dengan
KEBIJAKAN
Surat Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun No kep/
38 M /V/2014 tentang Kebijakan Cuci tangan.
1. Basahi tangan sampai sikut dengan air mengalir
sampai rata.
2. Teteskan desinfektan sebanyak ± 2 – 5 cc, kemudian
ratakan di kedua tangan sampai berbusa agar kotoran
bisa lepas.
3. Usahakan posisi tangan lebih tinggi daripada sikut
4. Lakukan 6 Langkah gerakan cuci tangan biasa
ditambah satu gerakan menggosok lengan bawah sampai
batas sikut, yaitu :
a. Ratakan sabun di telapak tangan memutar
PROSEDUR berlawanan dengan arah jarum jam,
b. Gosok punggung dan sela – sela jari tangan kiri
dengan tangan kanan dan sebaliknya
c. Gosok dengan kedua telapak tangan dan sela –
sela jari
d. Jari – jari dari kedua tangan saling mengunci
e. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman
tangan kanan dan lakukan sebaliknya
f. Gosok dengan memutar ujung jari – jari tangan
kanan di telapak tangan kiri dan sebaliknya .
g. Gosok tangan dan lengan satu persatu
bergantian dengan gerakan melingkar.
CUCI TANGAN BEDAH

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
RSAU dr. M. SALAMUN 1548 / SPO.AKR / 2 dari 2
Jl. Ciumbuleuit No.203 VIII / 2014
BANDUNG
5. Bilas kedua tangan dan lengan sampai batas siku
dalam secara berulang sampai basah.
6. Tutup kran dengan menggunakan sikut.
7. Sambil menunggu kedua tangan kering posisi tangan
tetap di atas siku dan biarkan air yang menetes di bagian
siku sampai habis. Usahakan kedua tangan terhindar dari
PROSEDUR benda-benda yang tidak steril.
8. Keringkan kedua tangan dengan handuk steril, di
mulai dari sela-sela jari sampai kurang lebih 5 cm di atas
siku dengan cara memutar tiap sisi handuk.
9. Setiap langkah gerakan dihitung 50 hitungan
10. Proses berlangsung selama 3 – 5 menit.
UNIT TERKAIT Bedah Sentral RSAU dr. M. Salamun
EDUKASI TERHADAP PASIEN DAN KELUARGA PASIEN

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
1549 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 1 dari 1
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Kepala RSAU dr. M. Salamun,

SPO 04 . 08 . 2014

dr. Didik Kestito,SpBU


Kolonel Kes NRP 512677
Edukasi terhadap pasien dan keluarga pasien adalah
suatu cara penyampaian pendidikan kesehatan yang
PENGERTIAN
bertujuan untuk melindungi pasien dan keluarga dari
penyebaran infeksi.
Sebagai acuan dalam penerapan langkah langkah
TUJUAN dalam menyampaikan pendidikan kesehatan terhadap
pasien dan keluarga.
Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun Nomor Kep /
KEBIJAKAN
38L.L / V / 2014 tentang Kebijakan pelayanan PPI
1. Perlu edukasi oleh petugas agar menjaga
kebersihan tangan dan menjalankan kewaspadaan
isolasi untuk mencegah penyebaran infeksi kepada
mereka sendiri ataupun kepada pasien lain.
2. Kewaspadaan yang dijalankan seperti yang
dijalankan oleh petugas kecuali pemakaian sarung
tangan
3. Semua pasien, pengunjung, dan petugas kesehatan
PROSEDUR
harus dianjurkan untuk selalu mematuhi etika batuk
dan kebersihan pernapasan untuk mencegah
sekresi pernapasan
4. Sebaiknya gunakan masker bedah bila Anda sedang
batuk.
5. Etika batuk dan kebersihan pernapasan harus
diterapkan di semua bagian rumah sakit,
dilingkungan masyarakat, dan bahkan di rumah.
1. Rawat jalan
UNIT TERKAIT
2. Rawat inap
ETIKA BATUK/BERSIN

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
0889 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 1 dari 1
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Kepala RSAU dr. M. Salamun,

SPO 04 . 08 . 2014

dr. Didik Kestito,SpBU


Kolonel Kes NRP 512677
Etika Batuk/ Bersin adalah tata cara batuk/ bersin bagi
PENGERTIAN seseorang yang mengalami ataupun tidak gangguan
napas.
Sebagai acuan dalam penerapan langkah langkah untuk
TUJUAN memberikan edukasi terhadap petugas kesehatan, pasien
dan pengunjung tentang cara batuk atau bersin yang baik
Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun Nomor Kep /
KEBIJAKAN
38L.L / V / 2014 tentang Kebijakan pelayanan PPI
Semua pasien, pengunjung dan petugas kesehatan harus
mematuhi etika batuk/ bersin dan kebersihan pernapasan
untuk mencegah sekresi pernapasan.

1. Bagi seseorang dengan gejala gangguan napas harus


menerapkan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Tutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin
dengan menggunakan tissue.
b. Segera buang tissue setelah digunakan.
c. Bersihkan tangan setelah kontak dengan secret
PROSEDUR saluran napas.
d. Jaga jarak terhadap orang dengan gejala
gangguan pernapasan akut yang disertai demam.

2. Bagi seseorang yang tidak mengalami gangguan


napas, tata cara batuk/bersin dengan cara :
a. Tutup mulut dan hidung dengan menggunakan
tissue, segera buang tissue setelah digunakan.
b. Atau tutup mulut dan hidung dengan
menggunakan pangkal lengan bagian dalam.
c. Lakukan kebersihan tangan.
UNIT TERKAIT Seluruh bagian di RSAU dr. M. Salamun
PRAKTEK MENYUNTIK YANG AMAN

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
0816 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 1 dari 1
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Kepala RSAU dr. M. Salamun,

SPO 04 . 08 . 2004

dr. Didik Kestito,SpBU


Kolonel Kes NRP 512677
Praktek menyuntik yang aman adalah tata cara
PENGERTIAN menyuntik dengan memperhatikan keselamatan pasien
dan petugas kesehatan yang melakukannya.
Sebagai acuan dalam penerapan langkah langkah
TUJUAN
dalam praktik menyuntik.
Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun Nomor Kep /
KEBIJAKAN
38L.L / V / 2014 tentang Kebijakan pelayanan PPI
1. Cuci tangan dengan prosedur.
2. Pakai jarum yang steril, sekali pakai, pada tiap
suntikan untuk mencegah kontaminasi pada
peralatan injeksi dan terapi.
3. Bila memungkinkan sekali pakai vial walaupun
multidose. Jarum atau spuit yang dipakai ulang
untuk mengambil obat dalam vial multidose dapat
menimbulkan kontaminasi mikroba yang dapat
menyebar saat obat dipakai untuk pasien lain.
4. Jangan menekuk atau mematahkan jarum
5. Jangan meletakkan spuit atau jarum sembarang
PROSEDUR
tempat
6. Segera buang limbah benda tajam ke kontainer yang
tersedia tahan tusuk dan tahan air dan tidak bisa
dibuka lagi
7. Selalu buang sendiri oleh si pemakai
8. Tidak menyarungkan kembali jarum suntik habis
pakai
9. Kontainer benda tajam diletakkan dekat lokasi
tindakan
10. Lepaskan sarung tangan
11. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
1. Rawat jalan.
UNIT TERKAIT 2. Rawat inap
3. Kamar Bedah
PRAKTEK LUMBAL FUNGSI

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
0817 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 1 dari 1
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Kepala RSAU dr. M. Salamun,

SPO 04 . 08 . 2014

dr. Didik Kestito,SpBU


Kolonel Kes NRP 512677
Praktek lumbal fungsi yang aman adalah tata cara
praktek lumbal fungsi dengan memperhatikan
PENGERTIAN
keselamatan pasien dan petugas kesehatan yang
melakukannya.
Sebagai acuan dalam penerapan langkah langkah
TUJUAN
dalam praktik lumbal fungsi
Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun Nomor Kep /
KEBIJAKAN
38L.L / V / 2014 tentang Kebijakan pelayanan PPI
1. Cuci tangan dengan prosedur.
2. Pakai jarum yang steril, sekali pakai, pada tiap
suntikan untuk mencegah kontaminasi pada
peralatan injeksi dan terapi.
3. Bila memungkinkan sekali pakai vial walaupun
multidose. Jarum atau spuit yang dipakai ulang
untuk mengambil obat dalam vial multidose dapat
menimbulkan kontaminasi mikroba yang dapat
menyebar saat obat dipakai untuk pasien lain.
4. Pemakaian masker pada insersi cateter atau injeksi
suatu obat ke dalam area spinal/epidural melalui
prosedur lumbal punksi
PROSEDUR 5. Jangan menekuk atau mematahkan jarum
6. Jangan meletakkan spuit atau jarum sembarang
tempat
7. Segera buang limbah benda tajam ke kontainer yang
tersedia tahan tusuk dan tahan air dan tidak bisa
dibuka lagi
8. Selalu buang sendiri oleh si pemakai
9. Tidak menyarungkan kembali jarum suntik habis
pakai
10. Kontainer benda tajam diletakkan dekat lokasi
tindakan
11. Lepaskan sarung tangan
12. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
1. Rawat jalan.
UNIT TERKAIT
2. Rawat inap
ALAT PELINDUNG DIRI ( APD )

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
1550 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 1 dari 2
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Kepala RSAU dr. M. Salamun,

SPO 04 . 08 . 2014

dr. Didik Kestito,SpBU


Kolonel Kes NRP 512677
Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat yang
digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh
PENGERTIAN
atau sebagian tubuhnya dari adanya kemungkinan
potensi bahaya atau kecelakaan kerja (Budiono, 2003).
Sebagai acuan perlengkapan APD di setiap unit yang
TUJUAN menangani pasien dan peralatan atau limbah yang
dipergunakan dalam menangani pasien.
Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun Nomor Kep /
KEBIJAKAN
45 H/ VI / 2014 tentang Alat Pelindung Diri.
1. Tersedianya alat pelindung diri yang berada di tempat
yang mudah dijangkau.
2. APD rawat Jalan.
a. Masker
b. Sarung tangan bersih dan steril
c. Apron
3. APD rawat inap
a. Masker
b. Sarung tangan bersih dan steril
c. Apron
d. Tutup kepala
PROSEDUR 4. APD kamar bedah dan ruang bersalin
a. Masker
b. Sarung tangan bersih dan steril
c. Apron
d. Tutup kepala
e. Kaca mata
f. Pelindung kaki / sepatu boot
5. APD petugas kesling
a. Masker
b. Sarung tangan rumah tangga
c. Apron
d. Pelindung kaki / sepatu boot
ALAT PELINDUNG DIRI ( APD )

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
1550 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 2 dari 2
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
6. APD laundry
a. Masker
b. Tutup kepala
c. Sarung tangan rumah tangga
d. Apron
e. Pelindung kaki / sepatu boot
7. APD kamar jenazah
a. Masker
b. Tutup kepala
c. Sarung tangan rumah tangga
d. Apron
e. Pelindung kaki / sepatu boot
PROSEDUR 8. APD ruang isolasi
a. Masker
b. Sarung tangan bersih dan steril
c. Apron
d. Tutup kepala
e. Kaca mata
f. Pelindung kaki / sepatu boot
9. Lakukan cuci tangan sebelum dan setelah
mengunakan APD.
10. Desinfeksi APD sesudah dipakai langsung oleh
pemakai dengan larutan chlorine 0.5%.
11. Buang selalu APD sekali pakai ke tempat sampah
infeksius.
UNIT TERKAIT Seluruh Unit pelayanan di RSAU dr. M. Salamun
PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI ( APD )

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
1551 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 1 dari 1
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Kepala RSAU dr. M. Salamun,

SPO 04 . 08 . 2014

dr. Didik Kestito,SpBU


Kolonel Kes NRP 512677
Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat yang
digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh
PENGERTIAN
atau sebagian tubuhnya dari adanya kemungkinan
potensi bahaya atau kecelakaan kerja (Budiono, 2003).
Sebagai acuan penerapan langkah langkah untuk
TUJUAN
menggunakan APD.
Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun Nomor Kep /
KEBIJAKAN
45 H / VI / 2014 tentang Alat Pelindung Diri.
1. Ganti baju petugas dengan baju kerja pada saat
akan memulai pekerjaan di tempat ganti yang telah
disediakan.
2. Cuci tangan dengan prosedur 6 langkah cuci
tangan.
3. Ambil alat pelindung diri (sepatu boot, masker,
PROSEDUR
sarung tangan dll) dan gunakan APD tersebut secara
baik dan benar.
4. Apabila aktifitas telah selesai bersihkan kembali
APD yang telah digunakan dan simpan pada tempat
yang telah disediakan.
5. Cuci tangan dengan prosedur
UNIT TERKAIT Seluruh Unit pelayanan di RSAU dr. M. Salamun
MENGGUNAKAN ALAT PELINDUNG DIRI ( APD )

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
RSAU dr. M. SALAMUN 1607/ SPO.AKR /
Jl. Ciumbuleuit No.203 1 dari 2
VIII / 2014
BANDUNG
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Kepala RSAU dr. M. Salamun,

SPO 04 . 08 . 2014

dr. Didik Kestito,SpBU


Kolonel Kes NRP 512677
Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat yang
digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh
PENGERTIAN
atau sebagian tubuhnya dari adanya kemungkinan
potensi bahaya atau kecelakaan kerja (Budiono, 2003).
Sebagai acuan penerapan langkah langkah untuk
TUJUAN
menggunakan / memakai APD.
Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun Nomor Kep /
KEBIJAKAN
45 H / VI / 2014 tentang Alat Pelindung Diri.
1. Cuci tangan dengan prosedur 6 langkah cuci tangan.
2. Pakai pelindung kaki :
a. Buka alas kaki yang dipakai
b. Ambil pelindung kaki dengan memegang bagian
atas.
c. Pasang pelindung kaki sepatu boot atau sandal
yang yang sepenuhnya menutupi bagian kaki
3. Pakai penutup kepala :
a. Ambil penutup kepala dengan memegang bagian
sisi yang bertali atau bagian belakang penutup
kepala
b. Pakaikan penutup kepala sampai semua rambut
tertutup,
c. Ikat penutup kepala yang bertali atau pastikan
PROSEDUR
karet penutup kepala tidak longgar.
d. Gunakan penutup kepala yang bersih dan
menutupi seluruh rambut
4. Pakai gaun pelindung / apron :
a. Ambil gaun pelindung / apron dengan memegang
bagian atas atau bagian leher.
b. Kalungkan tali apron bagian atas atau talikan tali
apron untuk apron yang bertali ke belakang leher
c. Ikat tali apron bagian samping ke belakang
pinggang dan pastikan bagian depan dan
samping menutupi badan tidak terlipat.
5. Pakai masker :
a. Ambil masker bersih dengan memegang bagian
sisi yang bertali
MENGGUNAKAN ALAT PELINDUNG DIRI ( APD )

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
1607/ SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 2 dari 2
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
b. Tempelkan pada bagian mulut dan hidung.
c. Bagian sisi atas menutupi hidung dan lekukan
kawat sesuai bentuk hidung.
d. Bagian bawah harus menutup sampai dagu.
e. Ikatkan tali masker pada bagian belakang kepala
senyaman mungkin tidak terlalu ketat dan tidak
terlalu kendur.
6. Pakai kaca mata pelindung sesuai prosedur
a. Ambil kaca mata pelindung dengan memegang
bagian sisi bertali atau tangkainya
b. Bersihkan kaca dengan tissue bila buram atau
kotor
PROSEDUR
c. Pakaikan kaca mata senyaman mungkin.
7. Pakai sarung tangan :
a. Ambil sarung tangan bagian kanan tangan
dengan tangan kiri dengan cara memegang
bagian dalam sisi lengannya dan masukan
tangan kanan sampai lengan tertutup dan semua
bagian sarung tangan tidak ada yang terlipat.
b. Ambil sarung tangan bagian kiri tangan dengan
tangan kanan dengan cara memegang bagian
dalam sisi lengannya dan masukan tangan kiri
sampai lengan tertutup dan semua bagian sarung
tangan tidak ada yang terlipat.
UNIT TERKAIT Seluruh Unit pelayanan di RSAU dr. M. Salamun
MELEPAS ALAT PELINDUNG DIRI ( APD )

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
160/ SPO.AKR / VIII
RSAU dr. M. SALAMUN 1 dari 2
Jl. Ciumbuleuit No.203
/ 2014
BANDUNG
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Kepala RSAU dr. M. Salamun,
SPO
04 . 08 . 2014
dr. Didik Kestito,SpBU
Kolonel Kes NRP 512677
Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat yang
digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh
PENGERTIAN
atau sebagian tubuhnya dari adanya kemungkinan
potensi bahaya atau kecelakaan kerja (Budiono, 2003).
Sebagai acuan penerapan langkah langkah untuk
TUJUAN
melepaskan APD.
Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun Nomor Kep /
KEBIJAKAN
45 H / VI / 2014 tentang Alat Pelindung Diri.
1. Semprotkan larutan chlorine 0.5% dan ratakan
keseluruh bagian Pelindung kaki (desinfeksi).
2. Buka dan lepaskan pelindung kaki :
a. Pegang alas kaki kanan bagian atas kemudian
angkat kaki kanan ke atas sampai terlepas dari
alas kaki
b. Pegang alas kaki kiri bagian atas kemudian
angkat kaki kiri sampai terlepas dari alas kaki
3. Masukan tangan yang masih menggunakan sarung
tangan kedalam washcom dengan larutan chlorine
0.5% dan ratakan keseluruh bagian sarung tangan
(desinfeksi)
4. Buka / lepaskan sarung tangan :
a. Tarik sarung tangan kiri dengan tangan kanan
PROSEDUR
dari bagian atas sarung tangan sisi luarnya
sampai terlepas dari tangan dan genggam oleh
tangan kanan.
b. Tarik sarung tangan kanan dengan tangan kiri
dari bagian atas sarung tangan sisi dalamnya
sampai terlepas dari tangan.
c. Buang atau masukan sarung tangan ke tempat
sampah Infeksius.
d. Cuci tangan dengan prosedur 6 langkah.
5. Buka / lepaskan kaca mata pelindung :
a. Pegang tangkai kaca mata dan tarik kearah
depan.
b. Lap kaca menggunakan tissue dengan dibasahi
alcohol 70 %.
MELEPAS ALAT PELINDUNG DIRI ( APD )

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
RSAU dr. M. SALAMUN 160/ SPO.AKR / VIII
Jl. Ciumbuleuit No.203
2 dari 2
/ 2014
BANDUNG
c. Buang tissue ke tempat sampah infeksius.
d. Cuci tangan dengan prosedur 6 langkah.
6. Buka / lepas masker :
a. Lepaskan ikatan simpul dibagian belakang
kepala atau karet yang melingkar di
telinga..dengan kedua tangan.
b. Pegang ujung tali atau ujung karet dengan cara
dibalik yang sebelumnya bagian sisi dalam
masker menjadi diluar dan satukan dengan
tangan kanan sementara tangan kiri memegang
bagian sisi masker yang sudah terlipat kemudian
tali masker digulung di tengah masker yang
terlipat.
c. Buang masker ke tempat sampah infeksius.
d. Cuci tangan dengan prosedur 6 langkah.
7. Buka / lepaskan baju pelindung / apron :
a. Buka ikatan / simpul apron dari bagian belakang
pinggang dengan kedua tangan.
b. Pegang tali kanan dengan tangan kanan dan tali
kiri dengan tangan kiri kemudian satukan dengan
membalikan bagian apron yang setadinya diluar
PROSEDUR menjadi didalam dan pegang tali apron dengan
tangan kiri.
c. Lepaskan kalung tali apron dari leher dengan
tangan kanan dan kemudian lipat apron yang
sudah terbalik
d. Simpan di tempat cucian kotor infeksius untuk di
cuci sesuai prosedur
e. Cuci tangan dengan prosedur 6 langkah
8. Buka / lepaskan penutup kepala :
a. Buka ikatan / simpul penutup kepala dari bagian
belakang kepala dengan kedua tangan.
b. Pegang sis penutup kepala dengan tangan kanan
dan tangan kiri memegang bagian dalam penutup
kepala kemudian tarik bagian dalam penutup
kepala sehingga terbalik dan lipat penutup
kepala.
c. Gulung tali dibagian tengah lipatan penutup
kepala
d. Buang atau simpan di tempat cucian infeksius
untuk penutup kepala dari kain untuk di cuci
sesuai dengan prosedur.
e. Cuci tangan dengan prosedur 6 langkah.
UNIT TERKAIT Seluruh Unit Pelayanan RSAU dr. M. Salamun
PETA KUMAN

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
0812/ SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 1 dari 1
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Kepala RSAU dr. M. Salamun,

SPO 04 . 08 . 2014

dr. Didik Kestito,SpBU


Kolonel Kes NRP 512677
Peta Kuman adalah gambaran kuman – kuman yang ada
di ruang – ruang perawatan (ruang rawat inap, ruang
rawat jalan) yang menginfeksi pada pasien di RSAU dr.
PENGERTIAN
M. Salamun serta gambaran sifat – sifat kuman tersebut
terhadap jenis antibiotika yang digunakan di RSAU dr. M.
Salamun
Sebagai acuan dalam penerapan langkah langkah untuk
membuat peta kuman untuk petunjuk pemberian jenis
TUJUAN
antibiotika terhadap jenis penyakit infeksi di RSAU dr. M.
Salamun
Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun Nomor Kep /
KEBIJAKAN
38L.L / V / 2014 tentang Kebijakan pelayanan PPI
1. Dokter mengirimkan permintaan kultur sampel
(darah, urine, cairan tubuh dan sputum) dari pasien
rawat inap / rawat jalan ke Laborat Patologi Klinik.
2. Dilakukan pengambilan spesimen oleh petugas
Laborat bila belum ada sampel dikirimkan.
3. Bila spesimen sudah di ambil oleh dokter ruangan,
maka petugas lab akan melakukan Identitas
Spesimen tersebut.
PROSEDUR 4. Petugas Laborat melakukan kultur specimen dan
pemeriksaannya sampai ada hasil (sesuai kultur
specimen)
5. Petugas Laborat merekap jumlah sampel, jenis
kuman, hasil sensitifitas antibiotika tiap bulan dan
melaporkan ke Tim PPI.
6. Tim PPI mengolah data laporan tersebut tiap tiga
bulan dalam laporan Triwulan, sehingga tampak
gambar peta kuman di RSAU dr. M. Salamun.
1. Laboratorium PK
UNIT TERKAIT
2. Ruang Rawat Inap
SURVEILANS INFEKSI

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
RSAU dr. M. SALAMUN 0811/ SPO.AKR /
Jl. Ciumbuleuit No.203 1 dari 3
VIII / 2014
BANDUNG
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Kepala RSAU dr. M. Salamun,
SPO
04 . 08 . 2014
dr. Didik Kestito,SpBU
Kolonel Kes NRP 512677
Pengamatan terus menerus, aktif dan sistematis
terhadap kejadian dan penyebaran infeksi pada suatu
PENGERTIAN
populasi serta peristiwa yang mempengaruhi terjadinya
infeksi.
Sebagai acuan dalam penerapan langkah langkah pada
TUJUAN
kegiatan surveillance infeksi di RSAU dr. M. Salamun
Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun Nomor Kep /
KEBIJAKAN
38L.L / V / 2014 tentang Kebijakan pelayanan PPI
1. Petugas Pelaksana / IPCN keliling ruangan setiap
hari untuk memonitor pada pasien yang dilakukan
tindakan invansif, sehingga Tim PPI bisa mengetahui
kejadian infeksi secara dini. Selanjutnya bila terjadi
petugas pelaksana/ IPCN Melaporkan ke Tim PPI.
Kemudian Tim PPI mengecek kebenarannya ke
tempat yang melaporkan setelah itu dilanjutkan ke
kemudian dilaporkan ke Karumkit untuk
mendapatkan tindak lanjut hasil investigasi tersebut.
2. Kriteria Infeksi :
a. Infeksi Luka Operasi, Infeksi harus terjadi dalam
waktu 30 hari setelah operasi, meliputi kulit, subkutan
dan jaringan diatas fascia.
1) Purulen
PROSEDUR 2) Nyeri bila dipegang/ditekan
3) Adanya pembekakan
4) Pus keluar dr luka operasi /drain diatas fascia
5) Kemerahan / terasa panas
6) Adanya organism dari cairan kultur pada
jaringan yang diperoleh secara aseptic
7) Panas badan > 38 derajat celcius
8) Dokter yang merawat menyatakan adanya
infeksi
9) Formula Angka Infeksi Luka Operasi (AILO)
dari Juklak Indikator mutu pelayanan rumah
sakit ( WHO-Dirjen Yan Medik Depkes 2001)
adalah :
AILO = Banyaknya Infeksi Luka Operasi Bersih/bln X 100
Total Operasi Bersih pada bulan tersebut
SURVEILANS INFEKSI

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
0811/ SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 2 dari 3
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
b. Infeksi Saluran Kemih
Demam > 38 derajat celcius
1) Dysuria atau nyeri tekan suprapubic
2) Pyuria disertai dengan jumlah sel darh putih >
dari 10/ml
Pada anak < 1 tahun, gejala tersebut diatas disertai
salah satu gejala berikut tanpa penyebab lain :
1) Hipotermi ( < 37 derajat celcius)
2) Bradikardi ( < 100 x/ menit)
3) Letargi
4) Muntah
5) Formula Angka Infeksi Saluran Kemih (ISK)
dari Juklak Indikator mutu pelayanan rumah
sakit ( WHO-Dirjen Yan Medik Depkes 2001)
adalah :
ISK = Banyaknya ISK / bln X 1000
Jumlah lama hari pemakaian catheter menetap
c. Infeksi Aliran Darah Primer
1) Diperoleh satu atau lebih bakteri atau jamur
pathogen
2) Demam > 38 derajat celcius
3) Menggigil
PROSEDUR
4) Demam
5) Hipotensi (tekanan darah sistolik < 90 mmHg)
6) Formula Angka Infeksi Saluran Kemih (ISK)
dari Juklak Indikator mutu pelayanan rumah
sakit ( WHO-Dirjen Yan Medik Depkes 2001)
adalah :
IADP = Banyaknya IADP / bln X 1000
Jumlah lama catheter vena menetap
d. Pneumonia
1) Pneumonia akibat pemasangan Ventilator
(VAP) : semua pasien yang terpasang ventilasi
mekanik sehingga kejadian pada area ICU,
NICU/PICU.
2) Pneumonia akibat tirah baring (HAP) : Pasien
tirah baring lama yang di rawat di rumah sakit.
a) Demam, nyeri pleuritis dsertai kelainan
pada paru paru
b) Ronchi basah dan pekak
c) Sputum purulen
d) Isolasi kuman pada biakan dahak
e) Adanya infiltrate, konsolidasi, efusi pleura
pada thorax foto
SURVEILANS INFEKSI

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
0811/ SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 3 dari 3
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
Pada anak < 1 tahun didapat 2 dari gejala :
1) Apneu
Takipneu
2) Mengi ( wheezing)
3) Ronchi basah
Batuk
4) Formula Angka HAV dari Juklak Indikator mutu
pelayanan rumah sakit ( WHO-Dirjen Yan
Medik Depkes 2001) adalah :
HAV = Banyaknya pnemonia/ bln X 1000
Jumlah lama hari rawat
e. Plebitis
Pasien dimana memiliki salah satu gejala berikut ini
1) Demam (≥ 38 0 C) sakit, eritema, atau panas
pada vaskuler yang terlibat.
PROSEDUR 2) Kultur semikuantitatif dari ujung kanula
intravaskuler tumbuh ≥ 15 koloni mikroba.

3) Kultur darah tidak dilakukan atau hasil (-)


4) Adanya aliran nanah pada vaskuler yang
terlibat
5) Untuk pasien yang kurang satu tahun :
a) Demam (≥ 38 0 C), hipotermi, (≤ 37 0 C )
apneu, bradikardi, letargi atau sakit.
b) Kultur semikuantitatif dari ujung kanula
intravaskuler tumbuh ≥ 15 koloni mikroba.
6) Formula Angka plebitis dari Juklak Indikator
mutu pelayanan rumah sakit ( WHO-Dirjen Yan
Medik Depkes 2001) adalah :
Pleb = Banyaknya Plebitis / bln X 1000
Jumlah lama hari pemakaian infus
1. Rawat inap
UNIT TERKAIT
2. Rawat jalan
PENANGANAN PASIEN DENGAN MRSA

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
RSAU dr. M. SALAMUN 1609 / SPO.AKR /
Jl. Ciumbuleuit No.203 1 dari 2
VIII / 2014
BANDUNG
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Kepala RSAU dr. M. Salamun,

SPO 04 . 08 . 2014

dr. Didik Kestito,SpBU


Kolonel Kes NRP 512677
1. MRSA (Mahicilin Resisstant Staphylococcus Aureus)
adalah Staphylococcus Aureus (S. Aureus) yang
resisten terhadap penicillin sintetik (metisilin,
sefalosporin, fatsilin, dan okasilin).Organisme ini juga
resisten terhadap antibiotik lain (eritromisin,
klindamisin, aminoglikosida, dan kuinolon).
2. S. Aureus adalah bakteri gram positif yang tumbuh
dalam kelompok serupa anggur, sebagian besar S.
Aureus sensitif terhadap metisilin, sefalosporin,
PENGERTIAN
fatsilin, dan okasilin.
3. Koloniasi adalah adanya MRSA pada jaringan tanpa
timbulnya gejala namifestasi klinik penyakit atau
infeksi, carier memiliki kolonsasi MRSA.
4. Kewaspadaan standar adalah suatu sistem yang
menggabungkan baik teknik maupun langkah
pencegahan yang digunakan oleh para petugas
kesehatan untuk menghindari infeksi akibat kontak
dengan semua cairan tubuh dan darah.
Sebagai acuan dalam perwatan pasien dengan
TUJUAN
immunodefisiensi (MRSA)
Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun Nomor Kep /
KEBIJAKAN
45 J/ VI / 2014 tentang Kebijakan Kamar Isolasi
1. Untuk pasien dengan kolonisasi MRSA pada saluran
pernafasan
a. Cuci tangan pada air yang mengalir dengan
menggunakan antiseptik jika secara kasat mata
tangan kita kotor, apabila tangan tampak bersih
cukup menggunakan Handscrub.
b. Menggunakan masker ketika akan melakukan
PROSEDUR suction.
c. Menggunakan jubah pelindung hanya bila
pencemaran pakaian mungkin terjadi.
d. Melakukan pencucian tangan yang benar dan
menggunakan sarung tangan saat menangani
secret saluran nafas veritahukan pasien.
e. Pasang pengalas.
f. Lakukan oral higyene dengan NaCl 0,9 %.
PENANGANAN PASIEN DENGAN MRSA

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
1609 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 2 dari 2
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
g. Pakai sarung tangan.
h. Desinfeksi daerah sekitar ETT dengan alkohol.
i. Lakukan penghisapan sputum dengan mukosa
ekstraktor.
j. Lepaskan sarung tangan.
k. Lakukan cuci tangan sesuai dengan SOP
2. Dokter
a. Memeriksa pasien.
b. Memberi rekomendasi apakah perlu pasien
dirawat atau tidak.
3. Petugas Instalasi Makanan
a. Memberi makan pasien.
b. Mencuci perlengkapan makan yang kotor.
4. Petugas Laundry
PROSEDUR
a. Memakai alat proteksi.
Melakukan sortir seorang yang tercemar parah
oleh cairan tubuh yang mungkin dapat menembus
kantong pembungkus, sebaiknya di letakkan
dalam kantong yang terbukti tidak bocor.
b. Melakukan pencucian (seprai yang kotor tidak
perlu di cuci terpisah).
5. Petugas Sanitasi dan Lingkungan
a. Memakai alat proteksi.
b. Meletakkan bahan-bahan yang terkontaminasi
dalam kantong yang tahan bocor dan diikat
sebelum di letakkan di pembuangan sampah.
6. Semua Petugas melaporkan bila terjadi insiden
kecelakaan pada saat melakukan tugas.
1. Rawat inap
2. Dapur.
UNIT TERKAIT
3. Kesling
4. Laundry
PENANGANAN PASIEN DI RUANG ISOLASI

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
0878 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 1 dari 3
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Kepala RSAU dr. M. Salamun,

SPO 04 . 08 . 2014

dr. Didik Kestito,SpBU


Kolonel Kes NRP 512677
1. Menurut CDC, 1997 Transmission-Based Pre
Cautions, suatu tindakan untuk pasien yang terbukti
atau diduga berpenyakit menular atau yang secara
epidemiologis mengidap kuman patogen, yang
memerlukan lebih dari standar precautions untuk
mencegah transmisi silangnya.
2. Airborne transmission merupakan penyebaran
partikel udara dan debu yang mengandung agen
infeksius / mikroorganisme ;penanganan udara dan
ventilasi dibutuhkan untuk pencegahan transmisi
udara ini.
3. Droplet transmission merupakan penyebaran titik
PENGERTIAN cairan tubuh – khususnya yang dihasilkan dari proses
batuk, bersin, dan berbicara dalam jarak yang relative
dekat ;sehingga tidak memerlukan ventilasi khusus
untuk mencegah penyebaran.
4. Contact transmission merupakan penyebaran yang
paling penting dan paling sering di jumpai, meliputi
kontak langsung antar dua individu maupun kontak
tidak langsung melalui obyek atau benda yang
terkontaminasi.
5. Blood-borne transmission merupakan penyebaran
melalui kontak dengan darah yang dapat dicegah
dengan kebijakan pencegahan umum maupun
standar.

Sebagai acuan dalam perwatan pasien dengan penyakit


TUJUAN
menular di ruang isolasi.

Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun Nomor Kep /


KEBIJAKAN
45 J / VI / 2014 tentang Kebijakan Kamar Isolasi
PENANGANAN PASIEN DI RUANG ISOLASI

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
0878 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 2 dari 3
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
1. Kriteria Pasien. Pasien dengan penyakit:
a. Diptheri untuk anak maupun dewasa
b. Faricella: Herpes Zooster, Morbili
c. Tuberculosis Paru
2. Penempatan Pasien
a. Ruangan khusus/ aliran udara secara mekanik.
b. Minimal pergantian udara 12 kali setiap jam.
c. Pembuangan (exhaust) udara keluar yang
memadai
d. Jagalah agar pintu tetap tertutup dan pasien
tetap dalam ruangan.
e. Bila tidak ada tempat tersendiri, tempatkan
pasien dalam ruangan dengan pasien lain yang
terinfeksi mikro organisme yang sama, dan tidak
ada infeksi lain.
3. Proteksi Bagi Petugas, Pasien dan Pengunjung
a. Petugas (Dokter, Perawat dan Petugas lainnya
yang kontak/ masuk Ruang Isolasi)
PROSEDUR 1) Setiap masuk ruangan isolasi harus
memakai skort dan alas kaki khusus (yang
ada di ruang isolasi)
2) Cuci tangan sesudah dan sebelum tindakan
dan saat meninggalkan ruangan.
3) Pemakaian hand scoen dalam melakukan
tindakan perawatan terhadap pasien
b. Pasien/ Pengunjung
1) Pengunjung bila masuk ruang isolasi harus
memakai baju (skort) pengunjung dan lepas
sepatu/alas kaki, menggunakan alas kaki
yang tersedia
2) Sebelum dan sesudah masuk ruang isolasi
pengunjung harus cuci tangan pada tempat
yang sudah disediakan.
3) Pengunjung hanya bisa masuk saat jam
kunjungan ( hanya 1 orang)
4) Anak umur di bawah 12 tahun tidak boleh
masuk ruang isolasi
PENANGANAN PASIEN DI RUANG ISOLASI

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
0878 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 3 dari 3
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
4. Proteksi Respirasi
a. Gunakan pelindung pernapasan (masker) waktu
masuk ke ruang pasien yang diketahui/diduga
mengidap tuberculosis.
b. Jangan masuk ruangan pasien yang
diketahui/diduga menderita campak/varisela
bagi orang yang rentan terhadap infeksi
tersebut.
5. Pengangkutan Pasien
Batasi pemindahan atau pengangkatan pasien hanya
untuk hal-hal yang penting saja.Bila pemindahan /
pengangkutan pasien memang diperlukan, hindari
PROSEDUR
penyebaran droplet nukleus dengan memberi pasien
masker bedah.
6. Transport pasien
Batasi pemindahan dan transport pasien hanya untuk
hal yang penting. Bila terpaksa harus memindahkan
ke luar kamar, usahakan tetap melaksanakan
precautions.
7. Perawatan lingkungan
Usahakan agar perawatan pasien, peralatan disekitar
tempat tidur pasien dan permukaan lain yang sering
tersentuh dibersihkan setiap hari dengan air sabun
atau Clorin 1 %.
UNIT TERKAIT Rawat inap
KEWASPADAAN TERHADAP PENULARAN MELALUI
UDARA ( AIRBORNE )

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
1610 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 1 dari 2
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Kepala RSAU dr. M. Salamun,

SPO 04 . 08 . 2014

dr. Didik Kestito,SpBU


Kolonel Kes NRP 512677
1. Kewaspadaan terhadap penularan melalui udara
(airborne) merupakan upaya pencegahan infeksi
terhadap pasien dengan penyakit menular melalui
udara.
PENGERTIAN
2. Penularan melalui udara ( airborne ) adalah pasien
yang diketahui atau diduga menderita penyakit
dengan penularan melalui percikan halus di udara
atau partikel debu yang berisi agen infeksi.
Sebagai acuan dalam perawatan pasien dengan
TUJUAN
penyakit menular melalui udara di ruang isolasi.
Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun Nomor Kep /
KEBIJAKAN
/ VI / 2014 tentang Kebijakan Kamar Isolasi
1. Contoh penyakit yang ditularkan melalui udara:
a. Campak
b. Varisela
c. Herpes zoster
d. Tuberculosis
2. Tempatkan pasien pada tempat yang:
a. Ruangan bertekanan negative
b. Pintu selalu tertutup
c. Bila ruangan tidak mencukupi untuk satu ruangan
isolasi seorang bisa disatukan dengan pasien
PROSEDUR
dengan penyakit yang sama tetapi tidak ada
infeksi lain.
3. Proteksi respirasi.
a. Gunakan APD lengkap.
b. Gunakan pelindung pernafasan waktu masuk
ruangan pasien yang diketahui atau disuga
mengidap tuberculosis. Jangan masuk ke ruangan
pasien yang diketahui atau diduga menderita
campak atau varisela bagi orang yang rentan
terhadap infeksi tersebut.
KEWASPADAAN TERHADAP PENULARAN MELALUI
UDARA ( AIRBORNE )

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
1610 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 2 dari 2
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
4. Pengangkutan Pasien
Batasi pemindahan atau pengangkatan pasien hanya
untuk hal-hal yang penting saja.Bila pemindahan /
pengangkutan pasien memang diperlukan, hindari
penyebaran droplet nukleus dengan memberi pasien
masker bedah.
5. Transport pasien
Batasi pemindahan dan transport pasien hanya untuk
PROSEDUR
hal yang penting. Bila terpaksa harus memindahkan
ke luar kamar, usahakan tetap melaksanakan
precautions.
6. Perawatan lingkungan
Usahakan agar perawatan pasien, peralatan disekitar
tempat tidur pasien dan permukaan lain yang sering
tersentuh dibersihkan setiap hari dengan air sabun
atau Clorin 1 %.
UNIT TERKAIT Rawat inap
KEWASPADAAN TERHADAP PENULARAN MELALUI
PERCIKAN ( DROFLET )

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
1611 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 1 dari 2
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Kepala RSAU dr. M. Salamun,

SPO 04 . 08 . 2014

dr. Didik Kestito,SpBU


Kolonel Kes NRP 512677
1. Kewaspadaan terhadap penularan melalui percikan
(droflet) merupakan upaya pencegahan infeksi
terhadap pasien dengan penyakit menular melalui
percikan.
PENGERTIAN 2. Penularan melalui percikan ( droflet ) adalah pasien
yang diketahui atau diduga menderita penyakit
dengan penularan melalui percikan partikel besar
(diameter lebih dari 5 um) yang bisa mengenai lapisan
mukosa hidung, mulut atau konjungtiva mata..
Sebagai acuan dalam perawatan pasien dengan
TUJUAN
penyakit menular melalui percikan di ruang isolasi.
Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun Nomor Kep /
KEBIJAKAN
45 J / VI / 2014 tentang Kebijakan Kamar Isolasi
1. Contoh penyakit yang ditularkan percikan:
a. Meningitis
b. Pnemonia
c. Sepsis
d. Diphtheria
e. Pertusis
f. Rubella
2. Tempatkan pasien pada tempat yang:
a. Ruangan tersendiri
b. Pintu selalu tertutup
PROSEDUR
c. Bila ruangan tidak mencukupi untuk satu ruangan
isolasi seorang bisa disatukan dengan pasien
dengan penyakit yang sama tetapi tidak ada
infeksi lain dengan memperhatikan jarak minimal
1 meter dengan pasien lain.
3. Proteksi.
a. Gunakan APD lengkap.
b. Gunakan pelindung pernafasan masker N 95
waktu masuk ruangan dan bila berada atau
bekerja buatlah jarak minimal 1 meter dari pasien.
KEWASPADAAN TERHADAP PENULARAN MELALUI
PERCIKAN ( DROFLET )

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
1611 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 2 dari 2
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
4. Pengangkutan Pasien
Batasi pemindahan atau pengangkatan pasien hanya
untuk hal-hal yang penting saja.Bila pemindahan /
pengangkutan pasien memang diperlukan, hindari
penyebaran droplet nukleus dengan memberi pasien
masker bedah.
5. Transport pasien
Batasi pemindahan dan transport pasien hanya untuk
PROSEDUR
hal yang penting. Bila terpaksa harus memindahkan
ke luar kamar, usahakan tetap melaksanakan
precautions.
6. Perawatan lingkungan
Usahakan agar perawatan pasien, peralatan disekitar
tempat tidur pasien dan permukaan lain yang sering
tersentuh dibersihkan setiap hari dengan air sabun
atau Clorin 1 %.
UNIT TERKAIT Rawat inap
KEWASPADAAN TERHADAP PENULARAN MELALUI
KONTAK

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
1612 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 1 dari 2
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Kepala RSAU dr. M. Salamun,

SPO 04 . 08 . 2014

dr. Didik Kestito,SpBU


Kolonel Kes NRP 512677
1. Kewaspadaan terhadap penularan melalui Kontak
merupakan upaya pencegahan infeksi terhadap
pasien dengan penyakit menular melalui kontak
PENGERTIAN langsung.
2. Penularan melalui kontak adalah pasien yang
diketahui atau diduga menderita penyakit dengan
penularan melalui kontak langsung.
Sebagai acuan dalam perawatan pasien dengan
TUJUAN
penyakit menular melalui percikan di ruang isolasi.
Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun Nomor Kep /
KEBIJAKAN
45 J / VI / 2014 tentang Kebijakan Kamar Isolasi
1. Contoh penyakit yang ditularkan percikan:
a. Diphtheria kulit
b. Herpes simpleks
c. Impetigo
d. Abses besar, selulitis atau decubitus
e. Pedikulosis
f. Scabies
2. Tempatkan pasien pada tempat yang:
a. Ruangan tersendiri.
b. Pintu selalu tertutup
c. Bila ruangan isolasi tidak tersedia bisa
PROSEDUR ditempatkan dalam ruangan secara kohort.
3. Proteksi.
Gunakan APD (masker, sarung tangan, apron).
4. Pengangkutan Pasien
Batasi pemindahan atau pengangkatan pasien hanya
untuk hal-hal yang penting saja.Bila pemindahan /
pengangkutan pasien memang diperlukan,
5. Transport pasien
Batasi pemindahan dan transport pasien hanya untuk
hal yang penting. Bila terpaksa harus memindahkan
ke luar kamar, usahakan tetap melaksanakan
precautions.
KEWASPADAAN TERHADAP PENULARAN MELALUI
KONTAK

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
1612 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 2 dari 2
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
7. Perawatan lingkungan
Usahakan agar perawatan pasien, peralatan disekitar
PROSEDUR tempat tidur pasien dan permukaan lain yang sering
tersentuh dibersihkan setiap hari dengan air sabun
atau Clorin 1 %.
UNIT TERKAIT Rawat inap
PENANGANAN PASCA PAJANAN PETUGAS
KESEHATAN

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
RSAU dr. M. SALAMUN 0815 / SPO.AKR /
Jl. Ciumbuleuit No.203 1 dari 2
VIII / 2014
BANDUNG
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Kepala RSAU dr. M. Salamun,

SPO 04 . 08 . 2014

dr. Didik Kestito,SpBU


Kolonel Kes NRP 512677
1. Pajanan adalah kejadian yang memungkinkan
terpaparnya infeksi kepada petugas kesehatan dari
pasien saat memberikan pelayanan/perawatan
kesehatan
2. Risiko mendapatkan kecelakaan dapat terjadi jika
PENGERTIAN
petugas kesehatan tepajan misalnya tertusuk jarum
atau tersayat pisau operasi. Karena itu petugas
kesehatan harus berusaha mencegah terjadinya
kecelakaan dan mengetahui tindak lanjut apabila
terpajan.
Sebagai acuan dalam penerapan langkah langkah
TUJUAN
penanganan petugas yang terpajan.
Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun Nomor Kep /
KEBIJAKAN
38L.L / V / 2014 tentang Kebijakan pelayanan PPI
Tindakan yang harus dialkukan pasca terjadi pajanan,
1. Pajanan terhadap virus Hepatitis B:
a. Probabilitas infeksi Hepatitis B antara 1,9 – 40
% per injuri per pajanan. Petugas dapat terjadi
infeksi bila sumber pajanan positif HBsAg atau
HbeAg.
b. Segera pasca pajanan harus dilakukan
pemeriksaaan HbsAg dan anti HBs.
c. Tidak perlu di vaksinasi bila petugas telah
mengandung anti HBs > 10 IU/ml
d. Bila hasil pemeriksaan anti HBs nya negative,
PROSEDUR berikan HB Imunoglobulin IM (intra musculker)
segera, dianjurkan dalam waktu 48 jam dan > 1
minggu paska diberikan 1 seri vaksinasi
Hepatitis B, dan dimonitor dengan tes serologi.
2. Pajanan terhadap virus HIV:
a. Risiko terpajan 0,2 – 0,4 % per injuri
b. Segera pasca pajanan harus dilakukan
pemeriksaan HIV dan dicatat sampai jadwal
pemeriksaan monitoring lanjutnya,
kemungkinan serokonversi.
c. Petugas yang terkena harus melaporkan semua
gejala sakit yang dialami dalam 3 bulan.
PENANGANAN PASCA PAJANAN PETUGAS
KESEHATAN

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
0815 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 2 dari 2
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
d. Segera periksa status serologi sumber pajanan
e. Profilabsis pasca pajanan harus telah diberikan
dalam waktu 4 jam, dianjurkan pemberian
antirettrovv (ARV) kombinasi AZT (zidovudine) 3
TC ( Lamivudine) dan minovire.
f. Penelusuran pasca pajanan harus standar
sampai 1 tahun.
Pemeriksaan laboratorium diulang 2 minggu pasca
PROSEDUR
pajanan, kemudian tiap 3 bulan sampai 9 bulan atau
1 tahun
3. Pajanan terhadap Hepatitis C
a. Segera periksakan pemeriksaaan anti HCV
b. Belum ada profilaksis pasca pajanan
c. Monitoring pemeriksaan pemeriksaan
laboratorium adalah serokonversi
d. Periksa sumber pajanan
UNIT TERKAIT Seluruh unit pelayanan di RSAU dr. M. Salamun
ALUR LAPORAN TINDAK LANJUT PETUGAS PASCA
PAJANAN

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
1613 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 1 dari 3
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Kepala RSAU dr. M. Salamun,

SPO 04 . 08 . 2014

dr. Didik Kestito,SpBU


Kolonel Kes NRP 512677
1. Pajanan adalah kejadian yang memungkinkan
terpaparnya infeksi kepada petugas kesehatan dari
pasien saat memberikan pelayanan/perawatan
kesehatan
PENGERTIAN
2. Alur pelaporan dan tindak lajut petugas pasca pajanan
adalah alaur yang dibuat untuk mengkoordinasikan
bagian bagian terkait dalam pelaksanaan pelaporan
dan tindak lanjut pasca pajanan
Sebagai acuan dalam penerapan langkah langkah
TUJUAN
pelaporan petugas yang terpajan.
Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun Nomor Kep /
KEBIJAKAN
38L.L / V / 2014 tentang Kebijakan pelayanan PPI

1. Petugas terpajan mengisi formulir laporan pajanan


dan formulir permintaan pemeriksaan laboratorium,
dalam waktu 1x24 jam.

a) Formulir A. Diisi oleh Petugas terpajan,


tembusan diserahkan pada tenaga kesehatan
yang terpajan untuk diserahkan pada atasan
langsung dengan tembusan ke Tim PPI.
PROSEDUR
b) Formulir B. Diisi oleh Petugas IGD/Poliklinik,
tembusan diserahkan pada tenaga kesehatan
yang terpajan untuk diserahkan pada atasan
langsung dengan tembusan ke Tim PPI.

c) Selanjutnya perawatan kesehatan dilkukan


sesuai prosedur RSAU dr. M. Salamun
ALUR LAPORAN TINDAK LANJUT PETUGAS PASCA
PAJANAN

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
1613 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 2 dari 3
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG

PROSEDUR
ALUR LAPORAN TINDAK LANJUT PETUGAS PASCA
PAJANAN

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
1613 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 3 dari 3
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
2. Petugas terpajam melaporkan kejadian kepada
kepala ruangan dan Tim PPIRS dalam waktu 1 x 24
jam, kemudian kepala ruangan atau srpervisi yang
bertugas langsung melacak sunber pajanan dan
anamnesa sumber pajanan.
3. Bila diperlukan luka ditangani oleh IGD
PROSEDUR 4. Petugas terpajan menyerahkan formulir terpajan
dan formulir permintaan pemeriksan lab untuk
diambil sampel darah
5. Tim PPIRS menerimal formulir terpajan dan hasil
lab untuk dibuat berita acara untuk dilaporkan ke
Kepala RSAU dr. M. Salamun

UNIT TERKAIT Seluruh unit pelayanan di RSAU dr. M. Salamun


PENANGANAN ALAT KADALUARSA

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
0863 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 1 dari 1
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Kepala RSAU dr. M. Salamun,

SPO 04 . 08 . 2014

dr. Didik Kestito,SpBU


Kolonel Kes NRP 512677
Alat Kadaluarsa adalah alat-alat yang tidak bisa
PENGERTIAN
digunakan kembali dikarenakan habis masa pakainya.
Sebagai acuan dalam penerapan langkah langkah dalam
TUJUAN
menangani peralatan dan obat kadaluarsa
Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun Nomor Kep /
KEBIJAKAN
38L.L / V / 2014 tentang Kebijakan pelayanan PPI
Apabila di suatu ruangan terdapat alat-alat atau bekal
kesehatan yang telah habis masa pakainya (kadaluarsa),
maka langkah yang perlu dilakukan adalah :
1. Menginventarisir kembali alat/bekal kesehatan
tersebut, termasuk tanggal kadaluarsa.
2. Catat dan laporkan kepada atasan yang bertanggung
jawab di bagian tersebut.
PROSEDUR 3. Selanjutnya, dengan timbang terima serahkan
kembali ke Departemen Farmasi selaku bagian
pengadaan dan penyaluran alat dan bekal
kesehatan.
4. Penggantian alat / bekal sesuai dengan keputusan
Departemen Farmasi.
5. Perlakuan alat kadaluarsa berikutnya disesuaikan
dengan aturan yang berlaku di RSAU dr. M. Salamun
1. Rawat inap
UNIT TERKAIT 2. Rawat jalan
3. Farmasi
PENGGUNAAN ALAT RE - USE

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
0861 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 1 dari 2
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Kepala RSAU dr. M. Salamun,

SPO 04 . 08 . 2014

dr. Didik Kestito,SpBU


Kolonel Kes NRP 512677
Pemakaian kembali alat alat medis dengan menurut
PENGERTIAN tingkat resiko dari alat tersebut untuk mencegah
terjadinya infeksi.
Sebagai acuan dalam penerapan langkahg langkah
TUJUAN penggunaan peralatan single use yang di pergunakan
kembali (re-use)
1. Surat Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun no
KEBIJAKAN kep/45.0/VI/2014 tentang kebijakan penggunaan
peralatan re-use
1. Tingkat resiko tinggi ( Kritis )
a. Definisi
Alat yang masuk atau penetrasi dalam jaringan
steril, rongga atau aliran darah
b. Proses
Sterilisasi steam atau desinfektan tingkat tinggi
c. Penyimpanan
Sterilisasi harus dijaga :
1) Bungkus alat harus kering
2) Kemasan tidak robek
3) Pembungkus harus di buat dengan
memperhatikan bio efektif
PROSEDUR 4) Simpan alat steril agar terlindung dari
kontaminasi lingkungan
5) Alat steril yang tidak dibungkus harus
segera dipakai
2. Tingkat resiko sedang ( Semi-kritis )
a. Definisi
Alat kontak dengan selaput lender
b. Proses
Sterilisasi steam atau thermal dan cairan
desinfektan tingkat tinggi
c. Penyimpanan
d. Simpan pada daerah bersih dan kering agar
terhindar dari kontaminasi lingkungan.
PENGGUNAAN ALAT RE - USE

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
0861 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 2 dari 2
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
3. Tingkat resiko rendah (non-kritis)
a. Definisi
Alat yang kontak dengan kulit
b. Proses
PROSEDUR Bersihkan alat dengan deterjen dan air, bila
menggunakan desinfektan pakai yang kompatibel.
c. Penyimpanan
Simpan dalam keadaan bersih di tempat yang
kering.
1. Rungan perawatan
2. Rawat Jalan
UNIT TERKAIT
3. Kamar Bedah
4. CSSD
PENYAJIAN MAKANAN JADI BAGI PENDERITA INFEKSI DI
RUANG RAWAT INAP

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
0875 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 1 dari 1
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Kepala RSAU dr. M. Salamun,

SPO 04 . 08 . 2014

dr. Didik Kestito,SpBU


Kolonel Kes NRP 512677
2. Makanan dan minuman adalah semua makanan dan
minuman yang disajikan untuk pasien dan pegawai
3. Makanan sehat adalah makanan yang tidak
rusak/busuk, tidak kadaluarsa, tidak mengandung
kuman pathogen dan bahan berbahaya
PENGERTIAN
4. Penyehatan makanan adalah upaya untuk
mengendalikan factor makanan, orang, tempat dan
perlengkapan yang dapat atau mungkin dapat
menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan
lainnya
Sebagai acuan bagi penerapan langkah langkah dalam
TUJUAN menyajikan makanan bagi pasien berpenyakit menular.
Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun Nomor Kep /
KEBIJAKAN
38L.L / V / 2014 tentang Kebijakan pelayanan PPI
1. Cuci tangan.
2. Gunakan alat pelindung diri antara lain: celemek,
penutup kepala (apron), penutup mulut dan sarung
tangan plastic sekali pakai (disposable)
3. Siapkan alat saji (plato, piring, mangkok, gelas,
sendok makan atau alat makan sekali
pakai/disposable)
PROSEDUR
4. Siapkan makanan yang akan disajikan dalam wadah
bersih dan tertutup
5. Pindahkan atau tuangkan makanan kedalam tempat
saji dengan peralatan (sendoknasi, sendoksayur)
kedalam alat saji
6. Bagikan sesuai permintaan diet/penyakitnya
7. Cuci tangan dengan air mengalir
1. Dapur
UNIT TERKAIT 2. Ruang Perawatan
3. Tim PPI
PENCUCIAN ALAT MAKAN PENDERITA

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
0872 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 1 dari 1
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Kepala RSAU dr. M. Salamun,

SPO 04 . 08 . 2014

dr. Didik Kestito,SpBU


Kolonel Kes NRP 512677
Suatu usaha pencegahan yang menekankan pada
tindakan dalam rangka membebaskan peralatan makan
PENGERTIAN
dan minum dari semua bahaya yang dapat mengganggu
atau merusak kesehatan
Sebagai acuan dalam penerapan langkah langkah dalam
TUJUAN
menangani peralatan makan pasien.
Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun Nomor Kep /
KEBIJAKAN
38L.L / V / 2014 tentang Kebijakan pelayanan PPI
1. Cuci tangan
2. Gunakan alat pelindung diri antara lain : celemek,
penutup kepala, sepatu dapur, sarung tangan karet
3. Buang kotoran/sisa makanan yang ada pada tempat
sampah yang sudah disiapkan
4. Guyur alat dengan air mengalir
5. Rendam alat dengan air bersih dan buang air
perendaman
PROSEDUR
6. Cuci dengan menggunakan sabun cair/sabun pencuci
piring
7. Bilas dengan air mengalir, gunakan air panas yang
mengalir sampai bersih
8. Tiriskan alat pada rak anti karat sampai kering sendiri
dengan bantuan sinar matahari/sinar buatan/mesin,
tidak boleh dilap dengan kain
9. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
1. Ruang perawatan
UNIT TERKAIT
2. Tim PPI
PENANGANAN ALAT MAKAN PASIEN DENGAN PENYAKIT
MENULAR

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
0874 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 1 dari 1
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Kepala RSAU dr. M. Salamun,

SPO 04 . 08 . 2014

dr. Didik Kestito,SpBU


Kolonel Kes NRP 512677
Penanganan alat makan pasien dengan penyakit menular
PENGERTIAN mulai dari pengangkutan makanan, sisa makanan dan
pencucian alat makan

Sebagai acuan dalam penerapan langkah langkah dalam


TUJUAN
menangani alat makan pasien berpenyakit menular.
Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun Nomor Kep /
KEBIJAKAN
38L.L / V / 2014 tentang Kebijakan pelayanan PPI

1. Alat makan pasien menular yang telah terpakai,


diletakkan tersendiri dalam kereta makan oleh
petugas ruangan
2. Petugas pencucian menggenakan Alat Pelindung Diri
(APD) berupa sarung tangan, masker, dan celemek
plastic untuk mengambil alat makan tersebut dan
menbuang sisa makanannya
3. Sisa makanan dimasukkan ke dalam kantong plasik
warna kuning
PROSEDUR 4. Alat makan dibilas menggunakan air bersih yang
mengalir
5. Selanjutnya direndam dalam larutan chlorine 0,5%
dalam wadah khusus selama 10 menit
6. Setelah direndam, alat makan dicuci menggunakan
sabun khusus untuk mencuci piring, dibilas
menggunakan air bersih yang mengalir, dikeringkan
7. Terakhir, alat makan untuk pasien menular disimpan
terpisah dengan alat makan lain sampai dengan
digunakan kembali.
1. Rawat Inap
UNIT TERKAIT
2. Dapur
PENGELOLAAN LINEN KOTOR DIRUANGAN

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
RSAU dr. M. SALAMUN 1614 / SPO.AKR /
Jl. Ciumbuleuit No.203 1 dari 2
VIII / 2014
BANDUNG
Ditetapkan oleh,
Tanggal Terbit Kepala RSAU dr. M. Salamun,
SPO
04 . 08 . 2014
dr. Didik Kestito,SpBU
Kolonel Kes NRP 512677
1. Pengelolaan linen kotor adalah semua kegiatan, baik
administratif maupun operasional (termasuk kegiatan
transportasi), melibatkan penanganan dan
pewadahan linen kotor langsung di ruang perawatan.
2. Linen kotor infeksius adalah linen bekas perawatan
PENGERTIAN
pasien yang terkena darah atau cairan tubuh pasien.
3. Linen kotor non infeksius adalah linen kotor bekas
perawatan pasien yang tidak terkena darah atau
cairan tubuh pasien walaupun bekas perawatan
pasien menular / pasien isolasi.
Sebagai acuan penerapan langkah langkah untuk
TUJUAN
pengelolaan linen kotor di ruang perawatan.
Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun Nomor Kep /
KEBIJAKAN
38L.L / V / 2014 tentang Kebijakan pelayanan PPI
1. Cuci tangan dengan handrub.
2. Petugas yang akan melakukan penggantian linen
memakai APD (topi, masker, sarung tangan, apron)
3. Siapkan Kereta linen kotor dilapisi 2 kantung plastik (
kuning untuk linen kotor infeksius dan hitam untuk
linen kotor non infeksius )
4. Petugas 1 mendorong kereta linen kotor ke dekat
tempat tidur yang akan dilakukan penggantian linen.
5. Petugas 2 membawa linen bersih yang akan
dipergunakan untuk mengganti linen kotor.
6. Lakukan penggantian linen dengan cara melipat
atau menggulung linen kotor ketengah sehingga
PROSEDUR
tidak terurai ke lantai, dan langsung masukan linen
kotor yang terkontaminasi cairan tubuh atau darah
pasien ( infeksius ) ke dalam kantung plastik warna
kuning, dan yang tidak terkontaminasi ke dalam
kantung plastik hitam.
a. Jangan menyimpan linen kotor dilantai atau
tempat lainnya.
b. Tutup kembali kereta linen kotor setiap sesudah
memasukan linen kotor.
7. Pasangkan linen bersih ke tempat tidur pasien.
8. Darong dan lakukan kembali seperti dari point 3
apabila masih ada kegiatan penggantian linen.
PENGELOLAAN LINEN KOTOR DIRUANGAN

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
1614 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 2 dari 2
VIII / 2014
Jl. Ciumbuleuit No.203
BANDUNG
9. Setelah semua selesai tempatkan kereta linen kotor
di luar tempat perawatan dan pastikan kereta linen
kotor dalam keadaan tertutup.
a. Tidak melakukan pemilahan atau pembongkaran
kembali linen kotor.
b. Tidak melakukan pencatatan di ruangan.
10. Lepaskan APD.
PROSEDUR
11. Lakukan cuci tangan dengan air mengalir dan
sabun.
12. Kereta linen kotor di dorong ke laundry pada jam
pengiriman linen kotor dan limbah yaitu jam 08.30
WIB – 09.30 WIB atau tidak bersamaan waktunya
dengan jam pengiriman makanan dan
pendistribusian linen bersih.
1. Rawat jalan.
2. Rawat inap.
UNIT TERKAIT 3. IGD.
4. Haemodialisa.
5. Kamar bedah
PENGELOLAAN LINEN KOTOR DILOUNDRY

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
RSAU dr. M. SALAMUN 1615 / SPO.AKR /
Jl. Ciumbuleuit No.203 1 dari 4
VIII / 2014
BANDUNG
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Kepala RSAU dr. M. Salamun,

SPO 04 . 08 . 2014

dr. Didik Kestito,SpBU


Kolonel Kes NRP 512677
1. Pengelolaan linen kotor adalah semua kegiatan, baik
administratif maupun operasional (termasuk kegiatan
penimbangan, pencatatan), melibatkan pembilasan
dan perendaman linen kotor infeksius, pencucian,
pengeringan, penyetrikaan dan distribusi linen bersih.
PENGERTIAN 2. Linen kotor infeksius adalah linen bekas perawatan
pasien yang terkena darah atau cairan tubuh pasien.
3. Linen kotor non infeksius adalah linen kotor bekas
perawatan pasien yang tidak terkena darah atau
cairan tubuh pasien walaupun bekas perawatan
pasien menular / pasien isolasi.
Sebagai acuan penerapan langkah langkah untuk
TUJUAN
pengelolaan linen kotor di ruang loundry.
Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun Nomor Kep /
KEBIJAKAN
38L.L / V / 2014 tentang Kebijakan pelayanan PPI
Penerimaan Linen kotor dari ruangan.
1. Cuci tangan dengan handrub.
2. Petugas yang menangani linen kotor dari ruangan
memakai APD ( topi, masker, kacamata, sarung
tangan, apron, sepatu boot ).
3. Plastik linen kotor dari kereta linen kotor ruangan
diangkat, dahulukan linen non infeksius (plastik
hitam) kemudian di timbang (catat) dan dilakukan
pembongkaran linen dari kantung plastic untuk
dilakukan penghitungan jumlah dan jenis linen.
PROSEDUR 4. Lakukan pencatatan bersama dengan petugas dari
ruangan kemudian linen non infeksius di angkat ke
ruang pencucian.
5. Linen kotor infeksius setelah dilakukan
penimbangan, penghitungan dan pencatatan
kemudian di dekatkan ke bak bilas untuk dibilas
memisahkan darah dan kotoran.
6. Setelah dibilas linen kotor infeksius dimasukan ke
bak rendam yang sudah terisi larutan desinfektan
dan pastikan seluruh bagian linen terendam dan
biarkan selam 10 – 15 menit.
PENGELOLAAN LINEN KOTOR DILOUNDRY

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
1615 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 2 dari 4
VIII / 2014
Jl. Ciumbuleuit No.203
BANDUNG
7. Sampah dari linen kotor dimasukan sesuai jenis
limbah (infeksius ke tempat sampah plastic kuning
dan sampah non infeksius ke tempat dampah non
infeksius kantung plastic hitam).
8. Kereta linen di bersihkan menggunakan larutan
chlorine 0.5 % dan setelah di bersihkan lapisi
kembali kereta linen kotor dengan plastic kuning dan
hitam.
9. Lakukan pencatatan di kartu pembersihan kereta
linen kotor nama tanggal dan paraf petugas yang
melakukan pembersihan.
10. Serahkan kembali kereta linen ke petugas ruangan
beserta catatan jumlah linen yang di serah
terimakan.
11. Bawa kembali dan letakan kereta linen kotor di luar
ruang perawatan.

Pencucian Linen infeksius.


1. Cuci tangan dengan handrub
2. Petugas londry menggunakan APD.
3. Cabut penutup buangan air rendaman infeksius
PROSEDUR tunggu sampai air dalam bak rendam habis.
4. Angkat rendaman linen infeksius dan masukan
kedalam ember kemudian geser ke dekat mesin cuci
infeksius.
5. Masukan linen kotor infeksius kedalam mesin cuci
infeksius maksimal ¾ dari kapasitas mesin cuci.
6. Tutup dan kunci mesin cuci dan tambahkan air
sampai batas maksimal air pada mesin cuci.
7. Matikan air dan nyalakan mesin cuci .
8. Proses pencucian:
a. Pre wash ± 3 menit
b. Pembuangan ke 1 dilanjutkan pencucian utama ±
15 menit dengan memasukan jenis detergent
c. Pembuangan ke 2 dilanjutkan dengan pencucian
ke 2 selama ± 10 menit tanpa detergent / bersifat
pembilasan.
d. Pembuangan ke 3 dilanjutkan dengan pencucian
ke 3 dan memasukan penetrasi.
e. Pembuangan ke 4 dilanjutkan dengan pencucian
ke 4 (akhir) dengan memasukan pelembut.
f. Pembuangan ke 5 dilanjutkan dengan
pemerasan
PENGELOLAAN LINEN KOTOR DILOUNDRY

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
1615 / SPO.AKR /
3 dari 4
RSAU dr. M. SALAMUN VIII / 2014
Jl. Ciumbuleuit No.203
BANDUNG

g. Lepaskan APD Infeksius cuci tangan dengan air


mengalir dan sabun kemudian kenakan APD non
infeksius.
h. Angkat linen dari mesin cuci dan masukan ke
dalam mesin pemeras, tutup dan jalankan mesin
sampai + 15 menit.
9. Proses Pengeringan.
Linen yang telah diperas tersebut di atas, dimasukan
dalam mesin pengering dengan suhu maximum 80 
C dengan berpedoman waktu sebagai berikut :
a. Linen tipis ± 10 – 15 menit
b. Linen tebal ± 10 – 20 menit
10. Proses Penyetrikaan
a. Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini
adalah :
1) Pemilihan berdasarkan jenis linen
2) Pelaksanaan penyetrikaan
b. Pada kegiatan pemilihan yang perlu diperhatikan
adalah pemisahan menjadi dua kelompok :
1) Kelompok satu di setrika dengan
PROSEDUR
menggunakan mesin roll press meliputi :
a) Sprei
b) Steak laken
c) Duk
d) Dan lain-lain yang bersifat lembaran
2) Kelompok dua di setrika dengan
menggunakan mesin rollary press meliputi :
a) Sarung bantal dan guling
b) Piyama dan daster
c) Gordyn, dll
11. Proses Pelipatan dan Penyimpanan
a. Pelipatan
Setelah melalui proses penyetrikaan, petugas
melipat linen dengan rapih dan dipisahkan sesuai
jenisnya.
b. Penyimpanan
Meliputi pemisahan jenis linen yang merupakan
lanjutan dari pelipatan, kemudian menempatkan
linen yang sudah rapi kedalam rak-rak sesuai
daftar ruangan / lantai dan kartu tanda terima.
PENGELOLAAN LINEN KOTOR DILOUNDRY

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
1615 / SPO.AKR /
4 dari 4
RSAU dr. M. SALAMUN VIII / 2014
Jl. Ciumbuleuit No.203
BANDUNG
c. Lepaskan APD dan lakukan cuci tangan dengan
air mengalir dan sabun

12. Pendistribusian
Petugas distribusi melakukan kegiatan sebagai
berikut :
a. Memeriksa apakah linen sudah lengkap dari
PROSEDUR segi jenis dan jumlah.
b. Memastikan bahwa jenis linen tidak tertukar
dengan linen dari ruangan lain.
c. Menyerahkan linen bersih kepada petugas
ruangan sesuai kartu tanda terima.
d. Menyerahkan linen doek operasi ke CSSD.
e. Pendistribusian linen bersih dilaksanakan jam
13.00 s/d 14.00 WIB.
1. Loundry
2. Rawat jalan.
3. Rawat inap.
UNIT TERKAIT
4. IGD.
5. Haemodialisa.
6. Kamar bedah
DEKONTAMINASI

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
1616 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 1 dari 2
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Kepala RSAU dr. M. Salamun,

SPO 04 . 08 . 2014

dr. Didik Kestito,SpBU


Kolonel Kes NRP 512677
1. Dekontaminasi adalah proses untuk mengurangi
jumlah mikroorganisme atau substansi lain yang
berbahaya sehingga aman untuk pengamanan lebih
lanjut.
PENGERTIAN 2. Desomfelso adalah proses inaktivasi mikroorganisme
melalui sistem termal (panas) atau kima.
3. Barang atau alat-alat yanhg dilakukan Dekontaminasi
di Pusat Sterilisasi adalah alat-alat / set ganti balutan
dan sarung tangan.
Sebagai acuan dalam penerapan langkah langkah
TUJUAN
untuk memproses peralatan perawatan pasien
Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun Nomor Kep /
KEBIJAKAN 45.0 / VI / 2014 tentang Kebijakan penggunaan alat
single use – re use
1. Petugas menggunakan APD yaitu : masker, topi,
celemek / barak short, dan sarung tangan.
2. Siapkan larutan desinfektan dalam bak perendam
dengan konsentrasi sesuai petunjuk pemakaian (0,5
%).
3. Perhatikan desinfektan yang digunakan, setiap
desinfektan berbeda cara pemakaiannya.
4. Alat-alat kesehatan / kedokteran seperti set ganti
balutan, set alat operasi (instrumen) dan lain-lain
sesudah dipakai, direndam dalam larutan Chlorine
PROSEDUR 0,5 % selama 10 – 20 menit dan alat bekas pakai
pasien HIV AIDS / infeksius dipisahkan sendiri.
5. Bila ada sarung tangan yang rusak atau sobek,
alngsung dibuang ke tempat sampah yang tertutup
(tempat sampah infeksius).
6. Setelah direndam, alat-alat (sarung tangan dan
instrumen ganti balutan) di cuci dengan air
Handscrub dan di bilas dengan air bersih. Bila masih
ada noda yang tertinggal, bersihkan dengan bensin.
7. Alat-alat kemudian di keringkan / di lap dan
selnajutnya di bungkus / di kemas untuk di sterilkan.
DEKONTAMINASI

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
1616 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 2 dari 2
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
8. Kantong tempat sampah infeksius segera di ikat kuat,
beri tanda / label infeksius dan di buang ke tempat
PROSEDUR
pembuangan sampah setelah selesai melakukan
dekontaminasi.
UNIT TERKAIT Seluruh unit pelayanan di RSAU dr. M. Salamun
DEKONTAMINASI TUMPAHAN DARAH (CAIRAN TUBUH)

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
1617 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 1 dari 2
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Kepala RSAU dr. M. Salamun,

SPO 04 . 08 . 2014

dr. Didik Kestito,SpBU


Kolonel Kes NRP 512677
Dekontaminasi adalah proses yang membuat benda mati
lebih aman untuk di tangani oleh petugas sebelum
PENGERTIAN dibersihkan (contohnya menginaktivasi HBV, HBC, dab
HIV) dan mengurangi tapi tidak menghilangkan jumlah
mikroorganisme yang mengontaminasi.
Sebagai acuan dalam penerapan langkah langkah
TUJUAN untuk pembersihan tumpahan darah atau cairan tubuh
pasien

Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun Nomor Kep


KEBIJAKAN
/38L.L / V / 2014 tentang Kebijakan pelayanan PPI
1. Persiapan Alat :
a. APD.
b. Kertas penyerap / tissue / koran bekas.
c. Larutan Hipoklorit 0,05 % (dalam alat penyemprot
asam basah) untuk dekontaminasi permukaan
meja periksa / meja bedah / bahan lain yang tidak
berpori.
d. Lap bersih.
e. Sarana cuci tangan pada air mengalir.
2. Cara Kerja :
a. Cuci tangan pada air mengalir.
PROSEDUR b. Pakai sarung tangan rumah tangga, masker, dan
kacamata / pelindung wajah.
c. Serap darah / cairan tubuh sebanyak-banyaknya
dengan kertas / tissue / koran bekas.
d. Buang kertas penyerap bersama sampah medis
dalam kantongan yang kedap air berwarna
kuning.
e. Tuangi atau tempat area bekas tumpahan darah
dengan natrium Hipoklorit 0,05 %, biarkan 10
menit kemudian bersihkan.
f. Bilas dengan lap basah yang bersih hinga klorin
terangkat.
DEKONTAMINASI TUMPAHAN DARAH (CAIRAN TUBUH)

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
1617 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 2 dari 2
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
g. Buka sarung tangan, masukan dalam wadah,
sementara menunggu dekontaminasi sarung
PROSEDUR
tangan dan proses selanjutnya.
h. Cuci tangan pada air mengalir.
UNIT TERKAIT Seluruh unit pelayanan di RSAU dr. M. Salamun
DEKONTAMINASI ALAT-ALAT KESEHATAN

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
1618 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 1 dari 1
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Kepala RSAU dr. M. Salamun,

SPO 04 . 08 . 2014

dr. Didik Kestito,SpBU


Kolonel Kes NRP 512677
Dekontaminasi adalah proses yang membuat benda mati
lebih aman untuk di tangani oleh petugas sebelum
PENGERTIAN dibersihkan (contohnya menginaktivasi HBV, HBC, dab
HIV) dan mengurangi tapi tidak menghilangkan jumlah
mikroorganisme yang mengontaminasi.
Sebagai acuan dalam penerapan langkah langkah
TUJUAN
untuk pengelolaan peralatan perawatan pasien pasien

Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun Nomor Kep /


KEBIJAKAN
/ VI / 2014 tentang Kebijakan pelayanan PPI
1. Persiapan Alat :
a. Larutan Klorin 0,5 %.
b. Ar mengalir.
c. Gelas ukr.
d. Wadah plastik untuk menampung larutan klorin.
e. Sarung tangan rumah tangga.
f. Jubah / apron pelindung wajah.
g. Kacamata pelindung wajah.
2. Cara Kerja :
Cuci tangan pada air mengalir.
Pakai sarung tangan rumah tangga, jubah / apron,
PROSEDUR
masker, dan kacamata / pelindung wajah.
Rendam alat kesehatan setelah di pakai dalam
larutan klorin 0,5 % selama 10 menit (sebaiknya
jangan lebih dari 10 menit, karena akan menjadi
korosi).
Segera bilas dengan air bersih / mengalir.
Lanjutkan dengan pembersihan dan keringkan.
Buka sarung tangan, masukan dalam wadah,
sementara menunggu dekontaminasi sarung tangan
dan lanjutkan dengan proses selanjutnya.
Cuci tangan pada air mengalir.
UNIT TERKAIT Seluruh unit pelayanan di RSAU dr. M. Salamun
DEKONTAMINASI MEJA KERJA / OPERASI

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
1619 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 1 dari 1
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Kepala RSAU dr. M. Salamun,

SPO 04 . 08 . 2014

dr. Didik Kestito,SpBU


Kolonel Kes NRP 512677
Dekontaminasi adalah proses yang membuat benda mati
lebih aman untuk di tangani oleh petugas sebelum
PENGERTIAN dibersihkan (contohnya menginaktivasi HBV, HBC, dab
HIV) dan mengurangi tapi tidak menghilangkan jumlah
mikroorganisme yang mengontaminasi.
Sebagai acuan dalam penerapan langkah langkah
TUJUAN
untuk pengelolaan peralatan perawatan pasien pasien

Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun Nomor Kep /


KEBIJAKAN
38L.L / VI / 2014 tentang Kebijakan pelayanan PPI
1. Persiapan Alat :
a. Larutan Klorin 0,5 %.
b. Ar mengalir.
c. Gelas ukr.
d. Wadah plastik untuk menampung larutan klorin.
e. Sarung tangan rumah tangga.
f. Jubah / apron pelindung wajah.
g. Kacamata pelindung wajah.
2. Cara Kerja :
Cuci tangan pada air mengalir.
Pakai sarung tangan rumah tangga, jubah / apron,
PROSEDUR
masker, dan kacamata / pelindung wajah.
Rendam alat kesehatan setelah di pakai dalam
larutan klorin 0,5 % selama 10 menit (sebaiknya
jangan lebih dari 10 menit, karena akan menjadi
korosi).
Segera bilas dengan air bersih / mengalir.
Lanjutkan dengan pembersihan dan keringkan.
Buka sarung tangan, masukan dalam wadah,
sementara menunggu dekontaminasi sarung tangan
dan lanjutkan dengan proses selanjutnya.
Cuci tangan pada air mengalir.
1. Kamar Bedah
UNIT TERKAIT
2. Kamar bersalin
PEMASANGAN LAMPU ULTRA VIOLET

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
1620 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 1 dari 2
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Kepala RSAU dr. M. Salamun,

SPO 04 . 08 . 2014

dr. Didik Kestito,SpBU


Kolonel Kes NRP 512677
Proses kerja dari alat sterilisasi dengan sistem radiasi
sinar ultra violet untuk menyeterilkan ruangan bedah, VK
PENGERTIAN
atau ruangan tindakan lainnya di lingkungan RSAU dr. M.
dr. Salamun.
Sebagai acuan dalam penerapan langkah langkah
TUJUAN pemasangan lampu Ultra violet untuk penyeterilan
ruangan
Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun Nomor Kep /
KEBIJAKAN
38L.L / VI / 2014 tentang Kebijakan pelayanan PPI
1. Menyiapkan Ruangan yang akan disterilkan dengan
cara :
a. Terlebih dahulu lakukan desinfeksi lantai dan
peralatan besar lainnya dengan prosedur standar.
b. Tutup semua pintu dan jendela -------- matikan AC
------ singkirkan peralatan yang tidak perlu, juga
obat-obat / bahan kimia yang sensitive terhadap
sinar ultra violet, --------- juga bereskan semua
peralatan yang sudah siap pakai.
1. Dorong ”Ultra Violet Lamp Unit” kedalam ruangan
yang akan disterilkan, dan posisikan pada tempat
yang tepat dan terbuka dan tidak terhalang oleh
PROSEDUR peralatan lain.
2. Masukan steker power ke lubang stop kontak khusus
(saklar power utama berada diluar ruangan) dan
saklar Main Power ke arah ”ON” atau tanda ”I”.
3. Operator segera keluar ruangan ---------- hidupkan
Ultraviolet Lamp Unit melalui saklar utama yang
berada diluar ruangan.
4. Waktu proses sterilisasi berkisar antara 12 s.d. 18 jam
(untuk volume ruangan seluas  100 m dengan daya
lampu ultra sebesar 4 x 40 watt).
5. Periksa nyala lampu ultra violet melalui jendela kontrol
(gunakan googles atau kacamata anti radiasi sinar
ultra violet).
PEMASANGAN LAMPU ULTRA VIOLET

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
1620 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 2 dari 2
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
6. Proses sterilisasi selesai sesuai seting waktu yang
telah ditentukan,------------ matikan saklar utama, -------
----saklar main power ke arah ”OFF” atau tanda ”O” ---
--- cabut steker power dari stop kontak --------
PROSEDUR selanjutnya simpan ultra violet lamp unit ke tempat
penyimpanan, dan unit siap untuk penggunaan
berikutnya.
7. Apabila terdapat kelainan fungsi alat, hubungi segera
Unit Haralkes.
1. Kamar bedah
UNIT TERKAIT
2. Rawat inap
STERILISASI MENGGUNAKAN BAHAN KIMIA (CYDEX)

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
0825 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 1 dari 1
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Kepala RSAU dr. M. Salamun,

SPO 04 . 08 . 2014

dr. Didik Kestito,SpBU


Kolonel Kes NRP 512677
Mendesinfeksi instrument atau alat kesehatan dengan
PENGERTIAN
menggunakan cairan desinfektan dengan cara direndam.
Sebagai acuan dalam penerapan langkah langkah dalam
TUJUAN
melakukan sterilisasi menggunakan bahan kimia
Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun Nomor Kep /
KEBIJAKAN
38L.L / V / 2014 tentang Kebijakan pelayanan PPI
1. Membersihkan desinfektan dan tempat yang akan
digunakan untuk merendam.
2. Menyiapkan desinfektan dan tempat yang akan
digunakan untuk merendam.
3. Instrumen setelah dicuci dibilas sampai bersih dan
dikeringkan, sisa air yang tertinggal akan membuat
desinfektan lebih cair sehingga efektifitasnya
berkurang.
4. Petugas menggunakan sarung tangan (untuk
menghindari kontak langsung dengan kulit.
PROSEDUR 5. Tuang desinfektan ke dalam tempat yang telah
disediakan, kemudian masukkan instrumen ke
dalamnya.
6. Rendam instrumen sesuai dengan ketentuan atau
label dari produsen desinfektan (waktu dan berapa
pencairannya).
7. Setelah direndam, angkat, kemudian dibilas dan
dikeringkan / dilap dengan lap steril, setelah itu bisa
dipakai.
8. Tuangkan kembali cairan ke dalam tempatnya, tutup
rapat dan simpan.
1. Kamar Operasi
UNIT TERKAIT 2. Unit Rawat Jalan
3. Unit Rawat Inap
STERILISASI AUTOCLAVE UAP

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
0824 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 1 dari 1
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Kepala RSAU dr. M. Salamun,

SPO 04 . 08 . 2014

dr. Didik Kestito,SpBU


Kolonel Kes NRP 512677
Yang dimaksud dengan sterilisasi autoclave uap ialah
PENGERTIAN
suatu alat untuk sterilisasi yang berkapasitas besar.
Sebagai acuan dalam penerapan langkah langkah dalam
TUJUAN
melakukan sterilisasi dengan autoclave uap
Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun Nomor Kep /
KEBIJAKAN
38L.L / V / 2014 tentang Kebijakan pelayanan PPI
1. Isi air sampai penuh pada pasien.
2. Nyalakan power on.
3. Tekan pada jaket 20 pon.
4. Putar handle ke posisi Start, kemudian lihat
chamber dan jaket pada posisi 20 pon.
PROSEDUR
5. Kemudian lihat tekanan panasnya harus pada 120°
Celcius.
6. Mulai menghitung barang yang akan disterilisasi:
handle putar ke Fast 15 menit, Exh, Handle putar ke Dry
15 menit, kemudian putar ke posisi Off.
- Kamar Bedah.
UNIT TERKAIT - Tim PPI
- Unit Haralkes.
PENCUCIAN DAN PENGEMASAN BARANG
YANG AKAN DI STERIL

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
0827 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 1 dari 3
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Kepala RSAU dr. M. Salamun,

SPO 04 . 08 . 2014

dr. Didik Kestito,SpBU


Kolonel Kes NRP 512677
Prosedur standar yang digunakan petugas Kamar
PENGERTIAN Operasi dalam melaksanakan pencucian dan
pengemasan barang yang akan disterilkan
Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk
TUJUAN menyelenggarakan pelayanan sterilisasi sehingga dapat
terlaksana dengan baik dan teratur.
Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun Nomor Kep /
KEBIJAKAN
38L.L / V / 2014 tentang Kebijakan pelayanan PPI
1. Pencucian
a. Merendam
1) Instrumen yang kotor oleh darah direndam
dengan larutan desinfektan selama 10 menit
untuk mencegah koagulasi darah pada alat
dan juga membantu menghilangkan kotoran
sisa operasi
2) Instrumen yang kecil dan yang besar dipisah-
pisahkan.
3) Instrumen yang berbentuk klem dan
sejenisnya tidak boleh dalam keadaan
terkunci.
PROSEDUR
4) Instrumen harus terendam semuanya.
b. Mencuci
1) Instrumen disikat untuk membersihkan sisa-
sisa noda / kotoran yang masih melekat
terutama pada bagian engsel yang bergerigi
dan bersaker.
2) Setelah disikat instrumen dibilas di bawah air
yang mengalir.
3) Pengeringan
a) Instrumen yang telah dibilas dilap
dengan kain bersih.
PENCUCIAN DAN PENGEMASAN BARANG
YANG AKAN DI STERIL

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
0827 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 2 dari 3
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
Untuk alat-alat yang berbentuk pipa, pengeringan
dilakukan dengan penyemprotan udara (air
presurre)
4) Pelumasan
a) Instrumen yang telah kering dilakukan
pelumasan dengan menggunakan minyak
paraffin atau minyak khusus dari pabrik
alat masing-masing.
b) Pelumasan instrumen terutama pada
bagian-bagian yang bersendi dan
berengsel.
c) Pelumasan instrumen dilakukan untuk
mencegah timbulnya korosi atau
kerusakan dan kemacetan dari fungsi alat
pada bagian sendi/engselnya.
d) Seleksi alat-alat yang rusak dan berkarat
untuk disendirikan.
e) Alat yang bergerigi dan tajam diberi
pelindung.
PROSEDUR 2. Pengemasan.
a. Instrumen.
1) Instrumen dihitung sesuai kelengkapan baik
jumlah maupun fungsinya, kemudian
dikumpulkan sesuai jenisnya dan
ditali/diklem.
2) Sebelum instrumen dibungkus, diberi
indikator internal, cara meletakannya tidak
boleh terbalik dan diberi tanggal serta
petugas yang melaksanakan di belakang
indikator internal.
3) Setelah dibungkus dengan kain bagian
dalam lapisi dengan kain pembungkus
bagian luar dan diberi label jenis bahan
yang dibungkus.
b. Linen. Untuk pengemasan linen dengan
menggunakan kain pembungkus 2 rangkap.
1) Linen disiapkan sesuai fungsinya yaitu linen
untuk bedah umum, bedah Urology, bedah
dygestive, bedah obgyn, Orthopedy,
Neurology, Mata, dan THT.
PENCUCIAN DAN PENGEMASAN BARANG
YANG AKAN DI STERIL

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
0827 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 3 dari 3
VIII / 2014
Jl. Ciumbuleuit No.203
BANDUNG
2) Linen yang telah di set kemudian dibungkus
PROSEDUR
dengan kain pembungkus dalam.
2. CSSD
3. Rawat jalan
UNIT TERKAIT
4. Rawat inap
5. Bedah sentral
PENGGUNAAN STERILISATOR BASAH

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
RSAU dr. M. SALAMUN 0822 / SPO.AKR /
1 dari 2
Jl. Ciumbuleuit No.203 VIII / 2014
BANDUNG
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Kepala RSAU dr. M. Salamun,

SPO 04 . 08 . 2014

dr. Didik Kestito,SpBU


Kolonel Kes NRP 512677

Menunjukan proses kerja dari alat-alat sterilisator basah


PENGERTIAN
dengan media air panas, merek Aesculaps, SMIC, dll.
Sebagai acuan dalam penerapan langkah langlkah bagi
petugas atau operator alat sterilisasi basah bagi para
petugas / operator agar dapat menggunakan sterilisator
TUJUAN
basah dengan benar, memperoleh hasil terbaik, menjaga
keawetan alat dan memenuhi standar keselamatan
kereja.
Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun Nomor Kep /
KEBIJAKAN
38L.L / V / 2014 tentang Kebijakan pelayanan PPI
1. Buka tutup / pintu sterilisator ---------- masukan air
bersih secukupnya, sampai dengan batas maksimal
yang diperbolehkan.
2. Masukan baki tempat alat (instrument) / linen yang
akan disterilkan.
3. Masukan steker power ke lubang stop kontak
sesuai dengan tegangan yang diperlukan (110V atau
220V).
4. Geser switch ke arah ”ON” atau tanda ”I”.
5. Putar Steril Timer sesuai bahan dan waktu yang
diperlukan, apabila pada Sterilisator tidak ada
fasilitas ini, maka untuk pengatur waktu gunakan jam
PROSEDUR
weker atau arloji biasa.
6. Lama proses sterilisasi berkisar antara 45 s.d. 90
menit dimulai sejak air mulai mendidih (suhu
mencapai 100C) sampai dengan timer kembali ke
posisi ”OFF” dengan sendirinya atau seting waktu
yang ditetapkan telah tercapai.
7. Apabila Steril timer telah kembali ke ”OFF” atau
tanda ”O”, atau limit waktunya telah tercapai, maka
segera geser switch power ke arah ”OFF” dan cabut
steker dari stop kontak.
8. Buka pintu sterilisator, dan ambil baki tempat
instrument.
PENGGUNAAN STERILISATOR BASAH

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
0822 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 2 dari 2
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG

9. Proses sterilisasi selesai dan sterilisator siap untuk


PROSEDUR penggunaan berikutnya.
10. Apabila terdapat kelainan fungsi sterilisator, segera
hubungi Unit Haralkes.
UNIT TERKAIT Ruang Rawat Inap, Rawat jalan, Unit Haralkes. Tim PPI
PEMISAHAN LIMBAH PADAT MEDIS

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
1621 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 1 dari 3
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Kepala RSAU dr. M. Salamun,

SPO 04 . 08 . 2014

dr. Didik Kestito,SpBU


Kolonel Kes NRP 512677
1. Limbah padat medis adalah limbah padat yang terdiri
dari limbah infeksius, limbah patologi,limbah benda
tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah
kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer
PENGERTIAN bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam
berat yang tinggi.
2. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi
dengan darah, cairan tubuh pasien, ekskresi, sekresi
yang dapat menularkan kepada orang lain.
Sebagai acuan penerapan langkah langkah pemisahan
dan pembuangan limbah medis untuk :
1. Melindungi petugas pembuangan sampah dari
perlukaan.
TUJUAN
2. Melindungi penyebaran infeksi terhadap para petugas
kesehatan.
3. Mencegah penularan infeksi pada masyarakat
sekitarnya.
Kebijakan Pengelolaan Limbah Medis Dan Benda Tajam
KEBIJAKAN
RSAU dr. M. Salamun Nomor Kep / 45.6 / VI / 2014
1. Identifikasi Limbah
a. Padat
b. Cair
c. Tajam
d. Infeksius
e. Non infeksius
f. Daur ulang
PROSEDUR
2. Pisahkan limbah padat medis infeksius diantaranya :
a. Selang Infus/Infus Set
b. Kateter Urine
c. Kantung Urine
d. Popok Disposibel
e. Plester
f. Kapas Perban
PEMISAHAN LIMBAH PADAT MEDIS

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
1621 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 2 dari 3
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
g. Masker
h. Sarung Tangan
i. Pembalut Kewanitaan
j. Kantong Darah
k. Kapas Cebok
l. Lidi Kapas
m. Depper
n. Kapas Alkohol
o. Jaringan tubuh
3. Pisahkan limbah padat non infeksius diantaranya :
a. Plastik
b. Pembungkus Spuit/Infus Set
c. Kayu
d. Flakon Besar
e. Kaleng
f. Sisa Makanan
g. Kemasan Makanan
h. Kemasan Minuman
i. Kemasan Shampo
j. KemasanSabun
k. Kemasan Pasta Gigi
PROSEDUR
4. Pisahkan limbah padat medis benda tajam,
diantaranya:
a. Jarum suntik.
b. Jarum infus.
c. Jarum spinal.
d. Jarum jahit luka.
e. Pisau operasi ( bistury)
5. Pisahkan limbah daur ulang diantaranya :
a. Plabot infus yang tidak terkena darah dan cairan
tubuh pasien.
b. Vial.
c. Gelas
d. Toples
6. Masukan limbah padat medis infeksius ke dalam
tempat sampah berlabel sampah infeksius dan sudah
dilapisi kantung plastik berwarna kuning dengan cara
menginjak panel dibawahnya.
7. Masukan limbah padat non infeksius ke dalam tempat
sampah berlabel sampah non infeksius dan sudah
dilapisi kantung plastik berwarna hitam dengan cara
menginjak panel dibawahnya.
PEMISAHAN LIMBAH PADAT MEDIS

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
1621 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 3 dari 3
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
8. Masukan limbah padat medis benda tajam ke dalam
bok tahan tusukan( safety box ) berwarna kuning.
9. Masukan limbah daur ulang kedalam tempat sampah
berlabel sampah daur ulang dan sudah dilapisi
dengan kantung plastic berwarna putih.
PROSEDUR
10. Ikat kantung plastik didalam setiap tempat sampah
jika sudah terisi ¾ penuh ( gunakan sarung tangan ).
11. Cuci tangan dengan air mengalir.
12. Hubungi petugas kesling untuk pengangkutan ke
tempat penampungan sampah sementara.
1. Rawat inap.
2. Rawat jalan.
3. IGD
UNIT TERKAIT
4. Haemodialisa.
5. Laundry.
6. Kamar Bedah.
PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MEDIS

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
1622 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 1 dari 2
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Kepala RSAU dr. M. Salamun,

SPO 04 . 08 . 2014

dr. Didik Kestito,SpBU


Kolonel Kes NRP 512677
Pengelolaan limbah adalah semua kegiatan, baik
administratif maupun operasional(termasuk kegiatan
PENGERTIAN
transportasi), melibatkan penanganan, perawatan,
mengkondisikan,penimbunan, dan pembuangan limbah.
Sebagai acuan penerapan langkah langkah pemisahan
dan pembuangan limbah medis untuk :
1. Melindungi petugas pembuangan sampah dari
perlukaan.
TUJUAN
2. Melindungi penyebaran infeksi terhadap para petugas
kesehatan.
3. Mencegah penularan infeksi pada masyarakat
sekitarnya.
Kebijakan Pengelolaan Limbah Medis Dan Benda Tajam
KEBIJAKAN
RSAU Dr. M. Salamun Nomor Kep / 45.6 / VI / 2014
1. Petugas kesling unit / ruangan mengangkut limbah
padat medis dari ruangan setiap hari jam 08.30 WIB
– 09.30 WIB dan setelah menerima permintaan dari
unit / ruangan. ( waktu pengangkutan tidak
bersamaan dengan jam pengiriman makanan dan
pendistribusian linen bersih )
2. Petugas pengangkut limbah padat medis memakai
Alat Pelindung Diri ( APD ) :
a. Masker.
b. Sepatu boot.
PROSEDUR c. Sarung tangan rumah tangga.
3. Petugas pengangkut limbah medis infeksius
membawa kereta dorong limbah padat ke dekat
tempat sampah unit ruangan :
a. Kereta dorong warna kuning yang sudah
dilapisi kantung plastik berwarna kuning untuk
limbah padat medis infeksius dan benda tajam
(box safety).
b. Kereta dorong warna hitam yang sudah dilapisi
kantung plastik berwarna khitam untuk limbah
padat medis non infeksius limbah daur ulang.
PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MEDIS

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
1622 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 2 dari 2
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
c. Ambil kantung plastik limbah yang sudah terisi
dan terikat dari semua tempat sampah unit /
ruang dan masukan ke dalam kereta dorong
sesuai dengan jenis limbah kemudian tutup
kereta dorong dan ikat kantung plastic pelapis
kereta dorong kemudian dorong keluar ruangan
d. Petugas pengangkut limbah kembali keluar dan
mendorong kereta limbah ke tempat
pembuangan sementara.
e. Keluarkan dan kelompokan kantung plastik
limbah dari ruangan.
f. Kantung plastik kuning limbah infeksius
disimpan dalam tempat penampungan
sementara dan di ambil oleh pihak ke tiga untuk
dimusnahkan, tidak dilakukan pembongkaran
atau tidak boleh membuka ikatan kantung.
g. Kantung plastik hitam limbah non infeksius
disimpan dalam tempat penampungan
sementara dan boleh dilakukan pembongkaran
PROSEDUR untuk dikelompokan dan didaur ulang kemudian
di ambil oleh dinas kebersihan Kota Bandung.
h. Cuci kereta dorong limbah dengan larutan
cholrin 0.5% dan sabun kemudian keringkan
dan alasi kembali dengan kantung plastik
sesuai jenisnya.
i. Lakukan pencatatan tanggal dan nama petugas
di kartu pencucian tempat sampah.
4. Petugas kesling unit / ruang membawa tempat
sampah yang sudah kosong ke tempat cuci di unit /
ruang dan kemudian lakukan pencucian dengan
larutan chlorine 0.5% dan sabun.
5. Lap dan keringkan tempat sampah yang sudah
dicuci dan lapisi kembali dengan kantung plastic
sesuai jenis tempat sampah kemudian letakan
kembali di tempat asal.
6. Lakukan pencatatan tanggal dan nama petugas di
kartu pencucian tempat sampah.
7. Lepaskan APD.
8. Cuci tangan dengan air mengalir.
UNIT TERKAIT Kesling
PENGELOLAAN LIMBAH CAIR MEDIS INFEKSIUS

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
1623 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 1 dari 2
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Kepala RSAU dr. M. Salamun,

SPO 04 . 08 . 2014

dr. Didik Kestito,SpBU


Kolonel Kes NRP 512677
1. Pengelolaan limbah adalah semua kegiatan, baik
administratif maupun operasional (termasuk kegiatan
transportasi), melibatkan penanganan, perawatan,
mengkondisikan,penimbunan, dan pembuangan
limbah.
2. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja
PENGERTIAN yang berasal dari kegiatan rumah sakit yang
kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan
kimia beracun dan radioaktifyang berbahaya bagi
kesehatan.
3. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi
dengan darah, cairan tubuh pasien,ekskresi, sekresi
yang dapat menularkan kepada orang lain.
Sebagai acuan penerapan langkah langkah pemisahan
dan pembuangan limbah medis untuk :
1. Melindungi petugas pembuangan sampah dari
perlukaan.
TUJUAN
2. Melindungi penyebaran infeksi terhadap para petugas
kesehatan.
3. Mencegah penularan infeksi pada masyarakat
sekitarnya.
Kebijakan Pengelolaan Limbah Medis Dan Benda Tajam
KEBIJAKAN
RSAU Dr. M. Salamun Nomor Kep / 45.6 / VI / 2014

1. Petugas memakai APD ( masker, sarung tangan,


apron)
2. Limbah cair feses / urine dari pasien dengan wadah
PROSEDUR
tertutup dimasukan kedalam kantung plastik kuning
kemudian dibawa ke toilet atau spoelhook ( pastikan
tidak tercecer) dan tuangkan ke dalam kloset.
PENGELOLAAN LIMBAH CAIR MEDIS INFEKSIUS

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
1623 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 2 dari 2
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
3. Limbah cairan WSD, nanah dan cairan dari tabung
suction dituangkan kedalam saluran IPAL.
PROSEDUR
4. Lepaskan APD
5. Cuci tangan dengan air mengalir

1. Rawat inap.
2. Rawat jalan.
UNIT TERKAIT 3. IGD
4. Haemodialisa.
5. Kamar Bedah.
PEMULASARAAN JENAZAH

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
RSAU dr. M. SALAMUN 1625 / SPO.AKR /
Jl. Ciumbuleuit No.203 1 dari 4
VIII / 2014
BANDUNG
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Kepala RSAU dr. M. Salamun,

SPO 04 . 08 . 2014

dr. Didik Kestito,SpBU


Kolonel Kes NRP 512677
1. Jenazah adalah manusia juga yang berhak
mendapatkan penghormatan terakhir setelah saat
kematiannya
2. Setiap kasus dengan kematian dengan resiko bahaya
penularan yang tinggi mendapat perlakuan khusus
PENGERTIAN
dalam penangannya
3. Setiap petugas yang bersinggungan dengan pasien
atau dengan jenazah kasus penyakit menular, wajib
menggunakan Alat Pelindung Diri ( Universal
Precaution)
Sebagai acuan dalam penerapan langkah langkah
TUJUAN
dalam menangani jenazah dengan penyakit menular
Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun Nomor Kep /
KEBIJAKAN
38L.L / V / 2014 tentang Kebijakan pelayanan PPI

UNIVERSAL PRECAUTION ( ALAT PELINDUNG DIRI )


1. Lakukan prosedur baku kewaspadaan universal yaitu
Cuci tangan sebelum memakai sarung tangan
2. Petugas memakai Alat Pelindung Diri (APD)
a. Baju bedah sekali pakai
b. Sarung tangan karet yang panjang (sampai siku)
c. Memakai sepatu boot sampai lutut
d. Pelindung wajah (masker dan kacamata)
e. Apron atau celemek yang kedap air
PROSEDUR
ALAT YANG DIBUTUHKAN
1. Kain bersih penutup jenazah
2. Klem dan gunting
3. Plester kedap air
4. Kapas, Kasa absorben dan pembalut
5. Kantong jenazah kedap air
6. Wadah bahan infeksius
7. Wadah barang berharga milik jenazah
8. Brankar jenazah
PEMULASARAAN JENAZAH

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
RSAU dr. M. SALAMUN 1625 / SPO.AKR /
2 dari 4
Jl. Ciumbuleuit No.203 VIII / 2014
BANDUNG
PROSEDUR DI RUANG RAWAT
1. Mencuci tangan
2. Pemakaian APD petugas dan semua orang yang
terlibat pemulasaraan ( Keluarga )
a. Melepas selang infuse dan lain loain kemudian
buang pada wadah tempat sampah infeksius
b. Bekas luka di plester kedap air
c. Lepaskan pakaian, tampung pada wadah khusus
3. Untuk me3nutup anus letakan kasa pembalut pada
perineum dilekatkan dengan plester kedap air,
Letakan jenazah pada posisi terlentang
4. Letakan handuk kecil di belakang kepala, handuk
untuk menampung bila ada rembesan darah atau
cairan tubuh lainnya
Tutup kelopak mata dengan kapas lembab, tutup
telinga dan mulut dengan kapas/kasa
5. Bersihkan tubuh jenazah dan tutup dengan kain
bersih untuk disaksikan oleh keluarga
Pasang label identitas pada kaki
PROSEDUR 6. Cuci tangan setelah melepas sarung tangan

ALUR JENAZAH KE KAMAR JENAZAH


1. Petugas kamar jenazah menyiapkan kereta jenazah
khusus dan perlengkapan yang diperlukan dan
membawa keruang jenazah
2. Petugas instalasi Sterilisasi dan Sanitasi datang ke
ruangan tersebut untuk membawa bahan habis pakai
yang dipergunakan untuk membersihkan jenazah
serta melakukan desinfeksi ruangan dan membantu
petugas kamar jenazah memindahkan jenazah pada
kereta jenazah.
3. Petugas kereta jenajah dengan kereta jenazah
khusus, membawa jenazah ke instalasi
pemulasaraan jenazah dilengkapi surat kematian
ditanda tangani dokter/dokter jaga ruangan
4. Universal Precaution ( pakaian bedah sekali pakai,
Aprron plastic, sarung tangan dua lapis, sepatu boot
serta masker ) disediakan berdasarkan petugas
kamar jenazah yang terlibat
PEMULASARAAN JENAZAH

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
1625 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 3 dari 4
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG

PERSIAPAN PETUGAS:
1. Sarung tangan karet sampai ke siku
2. Sepatu bot sampai lutut
3. Masker
4. Kaca mata
5. Gaun / apron kedap air
6. Tempat mandi jenazah

PERSIAPAN PERALATAN
1. Washlap
2. Handuk
3. Waskom berisi air, sabun
4. Plester kedap air
5. Kapas
6. Pembalut
7. Sisir atau sikat
8. Pewangi
9. Wadah barang berharga
PROSEDUR 10. Brankar jenazah

PELAKSANAAN PEMULASARAAN
1. Cusi tangan
2. APD
3. Mandikan jenazah keringkan dengan handuk
4. Ganti pembalut absorben di perineum
5. Ganti tutup mata, telinga dan mulut
6. Letakan jenazah dalam posisi terlentang, tangan
disisi atau terlipat di dada
7. Taruh handuk kecil di bawah kepala
8. Sampah dan bahan kontaminasi dimasukan ke
kantung plastic infeksius
9. Setiap percikan atau tumpahan darah / cairan tubuh
dipermukaan segera bersihkan dengan larutan klorin
0,05 %
10. Peralatan yang akan dipergunakan kembali harus
diproses : dekontaminasi, pembersihan, disinfeksi,
dan sterilisasi
PEMULASARAAN JENAZAH

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
1625 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 4 dari 4
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
11. Bungkus jenazah dengan kain kafan atau linennya
sesuai dengan kepercayaan agamanya
12. Jenazah yang telah dibungkus tidak boleh dibuka lagi
13. Jenazah tidak boleh di balsam, disuntik untuk
pengawetan dan di otopsi kecuali oleh petugas
PROSEDUR khusus
14. Otopsi dapat dilakukan setelah disetujui oleh
pimpinan rumah sakit
15. Melepaskan APD
16. Cuci tangan

1. Rawat inap
2. IGD
UNIT TERKAIT 3. Kamar Jenazah
4. Kesling
5. Loundry
PEMULASARAAN JENAZAH
PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT MENULAR

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
1625 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 1 dari 4
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Kepala RSAU dr. M. Salamun,
SPO
04 . 08 . 2014
dr. Didik Kestito,SpBU
Kolonel Kes NRP 512677
1. Jenazah adalah manusia juga yang berhak
mendapatkan penghormatan terakhir setelah saat
kematiannya
2. Setiap kasus dengan kematian dengan resiko bahaya
penularan yang tinggi mendapat perlakuan khusus
PENGERTIAN
dalam penangannya
3. Setiap petugas yang bersinggungan dengan pasien
atau dengan jenazah kasus penyakit menular, wajib
menggunakan Alat Pelindung Diri ( Universal
Precaution)
Sebagai acuan dalam penerapan langkah langkah
TUJUAN
dalam menangani jenazah dengan penyakit menular
Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun Nomor Kep /
KEBIJAKAN
/ VI / 2014 tentang Kebijakan pelayanan PPI

UNIVERSAL PRECAUTION ( ALAT PELINDUNG DIRI )


1. Lakukan prosedur baku kewaspadaan universal yaitu
Cuci tangan sebelum memakai sarung tangan
2. Petugas memakai Alat Pelindung Diri (APD)
a. Baju bedah sekali pakai
b. Sarung tangan karet yang panjang (sampai siku)
c. Memakai sepatu boot sampai lutut
d. Pelindung wajah (masker dan kacamata)
e. Apron atau celemek yang kedap air
PROSEDUR
ALAT YANG DIBUTUHKAN
1. Kain bersih penutup jenazah
2. Klem dan gunting
3. Plester kedap air
4. Kapas, Kasa absorben dan pembalut
5. Kantong jenazah kedap air
6. Wadah bahan infeksius
7. Wadah barang berharga milik jenazah
8. Brankar jenazah
PEMULASARAAN JENAZAH
PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT MENULAR

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
1625 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 2 dari 4
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
PROSEDUR DI RUANG RAWAT
1. Mencuci tangan
2. Pemakaian APD petugas dan semua orang yang
terlibat pemulasaraan ( Keluarga )
a. Melepas selang infuse dan lain loain kemudian
buang pada wadah tempat sampah infeksius
b. Bekas luka di plester kedap air
c. Lepaskan pakaian, tampung pada wadah khusus
3. Untuk me3nutup anus letakan kasa pembalut pada
perineum dilekatkan dengan plester kedap air,
Letakan jenazah pada posisi terlentang
4. Letakan handuk kecil di belakang kepala, handuk
untuk menampung bila ada rembesan darah atau
cairan tubuh lainnya
Tutup kelopak mata dengan kapas lembab, tutup
telinga dan mulut dengan kapas/kasa
5. Bersihkan tubuh jenazah dan tutup dengan kain
bersih untuk disaksikan oleh keluarga
PROSEDUR Pasang label identitas pada kaki
6. Beritahu petugas kamar jenazah bahwa jenazah
adalah penderita penyakit menular
Cuci tangan setelah melepas sarung tangan

ALUR JENAZAH KE KAMAR JENAZAH


1. Petugas kamar jenazah menyiapkan kereta jenazah
khusus dan perlengkapan yang diperlukan dan
membawa keruang jenazah
2. Petugas instalasi Sterilisasi dan Sanitasi datang ke
ruangan tersebut untuk membawa bahan habis pakai
yang dipergunakan untuk membersihkan jenazah
serta melakukan desinfeksi ruangan dan membantu
petugas kamar jenazah memindahkan jenazah pada
kereta jenazah.
3. Petugas kereta jenajah dengan kereta jenazah
khusus, membawa jenazah ke instalasi
pemulasaraan jenazah dilengkapi surat kematian
ditanda tangani dokter/dokter jaga ruangan
PEMULASARAAN JENAZAH
PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT MENULAR

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
RSAU dr. M. SALAMUN 1625 / SPO.AKR /
Jl. Ciumbuleuit No.203 3 dari 4
VIII / 2014
BANDUNG
PERALATAN PEMULASARAAN
1. Universal Precaution ( pakaian bedah sekali pakai,
Aprron plastic, sarung tangan dua lapis, sepatu boot
serta masker ) disediakan berdasarkan petugas
kamar jenazah yang terlibat
2. Campuran larutan khlorin, 1 botol kloprin dengan
ukuran 1 liter dicampur dengan 9 liter air untuk
menjadikan larutan klorin 1 : 10
3. Ember dilapisi plastic bertuliskan sampah infeksius (
3 buah )
a. Ember berisi larutan klorin untuk merendam
pakaian jenazah yang telah dipakai
b. Ember berisi larutan klhlorin untuk memandikan
jenazah
c. Ember berisi larutan khlorin untuk merendam alat
dan bahan habis pakai ( kapas dan kasa )
4. Toples ( 1 buah )
Berisi larutan khlorin untuk merendam kapas yang
akan digunakan
PROSEDUR
PELAKSANAAN PEMULASARAAN
Petugas kamar jenazah mencuci tangan terlebih dahulu
kemudian memakai peralatan Universal Precaution

1. Baju bedah sekali pakai


2. 2 lapis sarung tangan
3. Masker
4. Sepatu boot
5. Kaca mata pelindung
6. Larutan khlorin disediakan dalam # ember dan !
toples yang berisi kapas
7. Pakaian jenazah dilepas kemudian direndam dalam
ember berisi larutan khlorin selama 30 menit
8. Jenazah diletakan dimeja jenazah
9. Rongga mulut, telinga, hidung, serta dubur
dibersihkan dan disumbat dengan kapas yang telah
direndam dalam larutan khlorin
10. Menggunakan pinset yang telah disediakan
11. Jika terdapat darah atau cairan
PEMULASARAAN JENAZAH
PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT MENULAR

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
1625 / SPO.AKR /
RSAU dr. M. SALAMUN 4 dari 4
Jl. Ciumbuleuit No.203
VIII / 2014
BANDUNG
1. Rawat inap
2. IGD
UNIT TERKAIT 3. Kamar Jenazah
4. Kesling
5. Loundry

Anda mungkin juga menyukai