Anda di halaman 1dari 2

Penyakit menular Penyakit menular yang dikumpulkan dalam Riskesdas 2013 berdasarkan media/cara

penularan yaitu: 1) melalui udara (Infeksi Saluran Pernafasan Akut/ISPA, pneumonia, dan TB paru); (2)
melalui makanan, air dan lainnya (hepatitis, diare); (3) melalui vektor (malaria). Ditularkan melalui udara
Period prevalence Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan
keluhan penduduk adalah 25,0 persen. Lima provinsi dengan ISPA tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur,
Papua, Nusa Tenggara Barat, dan Jawa Timur. Pada Riskesdas 2007, Nusa Tenggara Timur juga
merupakan provinsi tertinggi dengan ISPA. Insiden dan prevalensi Indonesia tahun 2013 adalah 1,8
persen dan 4,5 persen. Lima provinsi yang mempunyai insiden dan prevalensi pneumonia tertinggi untuk
semua umur adalah Nusa Tenggara Timur, Papua, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, dan Sulawesi
Selatan. Prevalensi penduduk Indonesia yang didiagnosis TB oleh tenaga kesehatan tahun 2007 dan
2013 tidak berbeda (0,4%). Lima provinsi dengan TB tertinggi adalah Jawa Barat, Papua, DKI Jakarta,
Gorontalo, Banten, dan Papua Barat. Penduduk yang didiagnosis TB oleh tenaga kesehatan, 44,4 persen
diobati dengan obat program. Ditularkan melalui makanan, air dan lainnya Prevalensi hepatitis tahun
2013 (1,2%) dua kali lebih tinggi dibanding tahun 2007. Lima provinsi dengan prevalensi tertinggi
hepatitis adalah Nusa Tenggara Timur, Papua, Sulawesi Selatan,

ix

Sulawesi Tengah, dan Maluku. Pada Riskesdas 2007 Nusa Tenggara Timur juga merupakan provinsi
tertinggi dengan hepatitis Insiden dan period prevalence diare untuk seluruh kelompok umur di
Indonesia adalah 3,5 persen dan 7,0 persen. Lima provinsi dengan insiden maupun period prevalen diare
tertinggi adalah Papua, Sulawesi Selatan, Aceh, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tengah. Insiden diare pada
kelompok usia balita di Indonesia adalah 10,2 persen. Lima provinsi dengan insiden diare tertinggi
adalah Aceh, Papua, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, dan Banten. Ditularkan vektor Insiden Malaria
penduduk Indonesia tahun 2007 adalah 2,9 persen dan tahun 2013 adalah 1,9 persen. Prevalensi
malaria tahun 2013 adalah 6,0 persen. Lima provinsi dengan insiden dan prevalensi tertinggi adalah
Papua, Nusa Tenggara Timur, Papua Barat, Sulawesi Tengah dan Maluku.

Penyakit tidak menular Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit kronis yang tidak ditularkan
dari orang ke orang. Data PTM dalam Riskesdas 2013 meliputi : (1) asma; (2) penyakit paru obstruksi
kronis (PPOK); (3) kanker; (4) DM; (5) hipertiroid; (6) hipertensi; (7) jantung koroner; (8) gagal jantung;
(9) stroke; (10) gagal ginjal kronis; (11) batu ginjal; (12) penyakit sendi/rematik. Data penyakit
asma/mengi/bengek dan kanker diambil dari responden semua umur, PPOK dari umur ≥30 tahun, DM,
hipertiroid, hipertensi/tekanan darah tinggi, penyakit jantung koroner, penyakit gagal jantung, penyakit
ginjal, penyakit sendi/rematik/encok dan stroke ditanyakan pada responden umur ≥15 tahun. Data
prevalensi penyakit ditentukan berdasarkan hasil wawancara berupa gabungan kasus penyakit yang
pernah didiagnosis dokter/tenaga kesehatan atau kasus yang mempunyai riwayat gejala PTM
(berdasarkan diagnosis atau gejala). Prevalensi kanker, gagal ginjal kronis, dan batu ginjal ditentukan
berdasarkan informasi pernah didiagnosis dokter saja. Untuk hipertensi, selain berdasarkan hasil
wawancara, prevalensi juga disampaikan berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah. Prevalensi
asma, PPOK, dan kanker berdasarkan wawancara di Indonesia masing-masing 4,5 persen, 3,7 persen,
dan 1,4 per mil. Prevalensi asma dan kanker lebih tinggi pada perempuan, prevalensi PPOK lebih tinggi
pada laki-laki. Prevalensi DM dan hipertiroid di Indonesia berdasarkan jawaban pernah didiagnosis
dokter sebesar 1,5 persen dan 0,4 persen. DM berdasarkan diagnosis atau gejala sebesar 2,1 persen.
Prevalensi hipertensi pada umur ≥18 tahun di Indonesia yang didapat melalui jawaban pernah
didiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, sedangkan yang pernah didiagnosis tenaga kesehatan
atau sedang minum obat hipertensi sendiri sebesar 9,5 persen. Jadi, terdapat 0,1 persen penduduk yang
minum obat sendiri, meskipun tidak pernah didiagnosis hipertensi oleh nakes. Prevalensi hipertensi di
Indonesia berdasarkan hasil pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8 persen. Jadi cakupan nakes
hanya 36,8 persen, sebagian besar (63,2%) kasus hipertensi di masyarakat tidak terdiagnosis. Prevalensi
DM, hipertiroid, dan hipertensi pada perempuan cenderung lebih tinggi daripada laki-laki. Prevalensi
jantung koroner berdasarkan pernah didiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen, dan
berdasarkan diagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5 persen. Prevalensi gagal jantung berdasarkan
pernah didiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,13 persen, dan berdasarkan diagnosis dokter atau
gejala sebesar 0,3 persen. Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan
sebesar 7,0 per mil dan yang berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per mil.
Jadi, sebanyak 57,9 persen penyakit stroke telah terdiagnosis oleh nakes. Prevalensi penyakit jantung
koroner, gagal jantung, dan stroke terlihat meningkat seiring peningkatan umur responden. Prevalensi
stroke sama banyak pada laki-laki dan perempuan.

Prevalensi gagal ginjal kronis berdasarkan pernah didiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,2 persen dan
penyakit batu ginjal sebesar 0,6 persen. Prevalensi penyakit sendi berdasarkan pernah didiagnosis nakes
di Indonesia 11,9 persen dan berdasarkan diagnosis atau gejala 24,7 persen.

file:///C:/Users/A%20S%20U%20S/Documents/kondisi%20kronis.pdf

Anda mungkin juga menyukai