Peran Mekanisme Regulator Ginjal dalam Evolusi dan Pengobatan
Pediatric Diabetes Ketoasidosis
Diabetic ketoacidosis (DKA) adalah penyakit komplikasi yang dialami penderita
diabetes mellitus pada anak dengan diabetes insulin dependent. Sekitar setengah juta anak di seluruh dunia diperkirakan menderita diabetes mellitus dan insulin dependent diabetes mellitus (IDDM) yang meningkat sekitar 3% per tahun. Data studi dari Amerika Serikat menunjukkan bahwa anak bungsu (kurang dari 2 tahun) memiliki resiko paling besar menderita diabetic ketoacidosis (DKA) dengan kisaran 37,3% dibanding mereka yang berusia 15-19 tahun yaitu dengan kisaran 14,7%. Penderita yang meninggal karena penyakit ini juga tergolong tinggi. Di negara berkembang angka kematian lebih tinggi karena tingkat infeksi, malnutrisi protein dan energi dan keterlambatan dalam perawatan medis. Hal yang dapat memicu terjadinya DKA umumnya karena sel beta pankreas mengalami kegagalan atau kekurangan dalam produksi insulin. Insulin mengatur produksi keton melalui prosesnya pada hati, lemak dan jaringan perifer. Insulin menghambat lipolisis pada jaringan adiposa, sementara itu terjadi esterifikasi asam lemak bebas di hati dan merangsang oksidasi keton dalam sel otot. Adanya defisiensi insulin menyebabkan terganggunya metabolisme, dan memicu terjadinya hyperketonemia. Hyperketonemia ini dikarenakan kelebihan dan penurunan dalam pemanfaatan keton. Ketogenesis selanjutnya dirangsang oleh glukagon melalui oksidasi asam lemak di hati. Dehidrasi parah akibat diuresis osmotik dan perubahan metabolik lainnya di DKA menyebabkan terjadinya pelepasan hormon kontra-regulasi seperti katekolamin, renin, aldosterone, vasopresin arginine untuk mengembalikan volume intravaskular. Adanya ketidakseimbangan hormon menyebabkan resistensi dan stimulasi gluconeogenesis, ketogenesis insulin, dan lipolisis. Hiperglikemia. Penggunaan glukosa oleh sebagian besar jaringan dan peningkatan produksi glukosa hepatik akan meningkatkan tingkat glukagon. Tingginya rasio insulin/glukagon menyebabkan penurunan konsentrasi fruktosa 2,6-bifosfat, mengakibatkan inaktivasi fosfofruktokinase dan aktivasi fruktosa 1-6-biphosphatase. Hiperglikemia menyebabkan diuresis osmotik dan glikosuria pada pasien dengan DKA. Kompartemen Cairan Ekstraseluler. Hiperglikemia menyebabkan peningkatan tekanan osmotik yang efektif dari ECF (Extracellular Compartment Fluid) yang mengarah ke pergeseran osmotik dari air keluar dari sel-sel otot rangka. Cairan dan natrium. Osmolalitas cairan yang tinggi di dalam kompartemen ekstraselular akan menyebabkan pergeseran gradien cairan dari intrasel ke ekstrasel. Beberapa penelitian terhadap pasien dengan IDDM yang mendapat terapi insulin menunjukkan defisit cairan sebanyak kurang lebih 5L bersamaan dengan kehilangan 20% garam natrium dan kalium. Pada saat yang sama, cairan ekstraselular mengalami penyusutan. Keadaan syok dengan kegagalan hemodinamik jarang terjadi pada KAD. Pengukuran kadar natrium serum bukan merupakan ukuran derajat penyusutan cairan ekstrasel terkait efek dilusi cairan. Kerugian Kalium. Kadar kalium serum pada DKA dapat berkisar normal dan kadang- kadang mencapai kadar kalium yang tinggi dan itu mematikan. Kalium adalah kation utama dalam kompartemen ICF, yang dipertahankan intraseluler oleh tegangan negatif listrik yang dibuat oleh Na +-K +. Perubahan asam-basa. Peningkatan asam lemak dalam DKA mengakibatkan produksi asetoasetat dan asam B-hidroksibutirat yang berlebih dalam hati. DKA dapat didiagnosis dengan gejala klinis (penurunan berat badan, poliuria, polidipsia, lesu atau koma) dan dengan tes laboratorium. Untuk menegakkan diagnosis juga harus diperhatikan 1) ketepatan perkiraan klinis dehidrasi, 2) tingkat fluida, 3) tingkat kerusakan ginjal dan implikasinya pada cairan dan terapi insulin di DKA, 4) risiko edema serebral akibat hal penuh cairan dan terapi insulin terutama dalam pengaturan gangguan ginjal. Terapi bisa dilakukan dengan terapi insulin kontinu, episode KAD dapat diturunkan dengan edukasi algoritmik mengenai diabetes mellitus. Setiap gejala yang merujuk pada episode KAD harus segera ditangani. Pada kasus rekurensi KAD yang multiple, selain dengan pemberian insulin berkala, juga diberikan edukasi yang baik, evaluasi psikososial, dan status kesehatan fisik ke pusat pelayanan kesehatan.