Anda di halaman 1dari 3

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28625/4/Chapter%20II.

pdf
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/140/jtptunimus-gdl-sitisaodah-6979-3-babii.pdf

Definisi
Defenisi Demam Tifoid. Demam tifoid disebut juga dengan Typus abdominalis atau
typoid fever. Demam tipoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran
pencernaan (usus halus) dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada
saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.

Gejala Klinis
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibanding dengan
penderita dewasa. Masa inkubasi rata-rata 10 – 20 hari. Setelah masa inkubasi maka ditemukan
gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak
bersemangat. Kemudian menyusul gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu :
a. Demam
Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris
remiten dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-
angsur meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada
sore dan malam hari. Dalam minggu kedua, penderita terus berada dalam keadaan demam.
Dalam minggu ketiga suhu tubuh beraangsur-angsur turun dan normal kembali pada
akhir minggu ketiga.
b. Ganguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-pecah
(ragaden). Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya
kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut
kembung (meteorismus). Hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan.
Biasanya didapatkan konstipasi, akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat terjadi
diare.
c. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu
apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah.
Patofisiologi
Patofisiologi demam typhoid melibatkan 4 proses kompleks mengikuti ingesti organisme
Yaitu: (1) Penempelan dan invasi sel-sel M Peyer’s patch, (2) mikroorganisme bertahan hidup
dan bermultiplikasi di makrofag Peyer’s patch, nodus limfatikus mesenterikus dan organ-organ
ekstra intestinal sistem retikuloendotelial, (3) mikroorganisme bertahan hidup di dalam aliran
darah, (4) produksi enterotoksin yang meningkatkan kadar CAMP di dalam kripta usus dan
menyebabkan keluarnya elektrolit dan air ke dalam lumen intestinal. ( Soedarmo et al. 2010 )
Mikroorganisme Salmonella Typhi dan Salmonella parathyphi masuk ke dalam tubuh
manusia melalui makanan atau minuman terkontaminasi. Sebagian mikroorganisme di
musnahkan dalam lambung dengan pH <2, sebagian lolos masuk ke dalam usus dan selanjutnya
berkembang biak. Bila respon imunitas humoral mukosa ( IgA ) usus kurang baik maka
mikroorganisme akan menembus sel-sel epitel ( terutama sel M ) dan selanjutnya ke lamina
propia.
Propia mikroorganisme berkembang biak dan difagosit oleh makrorag. Mikroorganisme
dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya di bawa ke Plak
Peyeriileum Distal kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika. ( Sudoyo et al. 2009 )

Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
2) Mata : kelopak mata cekung, pucat, dialtasi pupil, konjungtifa pucat kadang di dapat
anemia ringan.
3) Mulut : Mukosa bibir kering, pecah-pecah, bau mulut tak sedap. Terdapat beslag
lidah dengan tanda-tanda lidah tampak kering dilatasi selaput tebal dibagian ujung
dan tepi lidah nampak kemerahan, lidah tremor jarang terjadi.
4) Thorak : jantung dan paruh tidak ada kelainan kecuali jika ada komplikasi. Pada
daerah perangsang ditemukan resiola spot.
5) Abdomen : adanya nyeri tekan, adanya pembesaran hepar dan limpa, distensi
abdomen, bising usus meningkat.
6) Ekstrimitas : Terdapat rosiola dibagian fleksus lengan atas.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang terdiri
dari :
1. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat
leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering
dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah
tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun
tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit
tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
2. Pemeriksaan Sgot Dan Sgpt
Sgot Dan Sgpt pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali
normal setelah sembuhnya typhoid.
3. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan
darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini
dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
a. Teknik pemeriksaan Laboratorium
b. Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit
c. Vaksinasi di masa lampau
d. Pengobatan dengan obat anti mikroba
4. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan
typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan
pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di
laboratorium.

Anda mungkin juga menyukai