Anda di halaman 1dari 26

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makanan berfungsi untuk menghasilkan energin, mengganti sel-sel yang rusak, untuk
pertumbuhan dan menghasilkan zat pelindung dalam tubuhnya. Namun demikian dalam
pengertian makanan yang bergizi makanan itupun harus cukup pula mengandung vitamin dan
mineral, karena tubuh yang kekurangan vitamin akan mengalami avitaminosis dengan gejala
macam-macam penyakit. Sebaliknya apabila tubuh kelebihan akan vitamin yang diperlukannya
maka tubuh akan mengalami hipertaminosis yang mengakibatkan kurang baik terhadap tubuh.
Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita yang
berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Tanpa vitamin, manusia,
hewan dan makhluk hidup lainnya tidak akan dapat melakukan aktifitas hidup dan kekurangan
vitamin dapat menyebabkan memperbesar peluang terkena penyakit pada tubuh kita.
Sebelum ditemukan vitamin yang larut dalam lemak, orang menduga bahwa lemak hanya
berfungsi sebagai sumber energi. Vitamin yang larut dalam lemak biasanya ditimbun dalam
tubuh dan karenanya tidak perlu disediakan setiap hari dalam makanan. Vitamin yang larut
lemak yaitu vitamin A,D,E dan K. Setiap vitamin larut lemak A,D,E dan K mempunyai peranan
faal tertentu di dalam tubuh.
Absorbs vitamin larut lemak yang normal ditentukan oleh absorbs normal dari lemak.
Gangguan absorbs lemak yang disebabkan oleh gangguan system empedu akan menyebabkan
gangguan absorpsi vitamin-vitamin yang larut lemak. Setelah diabsorbsi, vitamin ini dibawa ke
hepar dalam bentuk kilomikron dan disimpan di hepar atau dalam jaringan lemak. Di dalam
darah, vitamin larut lemak diangkut oleh lipoprotein atau protein pengikat spesifik (Spesific
Binding Protein), dank arena tidak larut dalam air, maka ekskresinya lewat empedu, yang
dikeluarkan bersama-sama feses.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah vitamin A itu, bagaimana struktur kimianya, bagaimana sifat fisik dan
kimianya, faktor-faktorapa saja yang mempengaruhi pengolahan, bahan apa saja yang
termasuk sumber vitamin A, apa saja perannya dalam tubuh apa akibatnya jika
kekurangan, apa akibatnya jika kelebihan, bagaimana cara menyembuhkan?
2. Bagaimana vitamin D itu, bagaimana struktur kimianya, bagaimana sifat fisik dan
kimianya, faktor-faktorapa saja yang mempengaruhi pengolahan, bahan apa saja yang
termasuk sumber vitamin D, apa saja perannya dalam tubuh apa akibatnya jika
kekurangan, apa akibatnya jika kelebihan, bagaimana cara menyembuhkan?
3. Bagaimana vitamin E itu, bagaimana struktur kimianya, bagaimana sifat fisik dan
kimianya, faktor-faktorapa saja yang mempengaruhi pengolahan, bahan apa saja yang
termasuk sumber vitamin E, apa saja perannya dalam tubuh apa akibatnya jika
kekurangan, apa akibatnya jika kelebihan, bagaimana cara menyembuhkan?
4. Bagaimana vitamin K itu, bagaimana struktur kimianya, bagaimana sifat fisik dan
kimianya, faktor-faktorapa saja yang mempengaruhi pengolahan, bahan apa saja yang
termasuk sumber vitamin K, apa saja perannya dalam tubuh apa akibatnya jika
kekurangan, apa akibatnya jika kelebihan, bagaimana cara menyembuhkan?
C. Tujuan
1. Mengetahui vitamin A itu, mengetahui struktur kimianya, mengetahui sifat fisik dan
kimianya, faktor-faktor yang mempengaruhi pengolahan, bahan yang termasuk
sumber vitamin A, perannya dalam tubuh apa akibatnya jika kekurangan, apa
akibatnya jika kelebihan dan cara penyembuhannya.
2. Mengetahui vitamin D itu, mengetahui struktur kimianya, mengetahui sifat fisik dan
kimianya, faktor-faktor yang mempengaruhi pengolahan, bahan yang termasuk
sumber vitamin D, perannya dalam tubuh apa akibatnya jika kekurangan, apa
akibatnya jika kelebihan dan cara penyembuhannya.
3. Mengetahui vitamin E itu, mengetahui struktur kimianya, mengetahui sifat fisik dan
kimianya, faktor-faktor yang mempengaruhi pengolahan, bahan yang termasuk
sumber vitamin E, perannya dalam tubuh apa akibatnya jika kekurangan, apa
akibatnya jika kelebihan dan cara penyembuhannya.
4. Mengetahui vitamin K itu, mengetahui struktur kimianya, mengetahui sifat fisik dan
kimianya, faktor-faktor yang mempengaruhi pengolahan, bahan yang termasuk
sumber vitamin K, perannya dalam tubuh apa akibatnya jika kekurangan, apa
akibatnya jika kelebihan dan cara penyembuhannya.
1. Vitamin A
a. Gambaran Umum
Vitamin A dalam tumbuhan terdapat dalam bentuk prekusor (provitamin). Provitamin
A terdiri dari α, β, dan γ- karoten. β– karoten merupakan pigmen kuning dan salah satu
jenis antioksidan yang memegang peran penting dalam mengurangi reaksi berantai
radikal bebas dalam jaringan. Vitamin A merupakan salah satu jenis vitamin larut dalam
lemak yang berperan penting dalam pembentukan sistem penglihatan yang baik. Terdapat
beberapa senyawa yang digolongkan ke dalam kelompok vitamin A, antara lain retinol,
retinil palmitat, dan retinil asetat. Akan tetapi, istilah vitamin A seringkali merujuk pada
senyawa retinol dibandingkan dengan senyawa lain karena senyawa inilah yang paling
banyak berperan aktif di dalam tubuh
b. Struktur Kimia
Vitamin A terdiri dari 3 biomolekul aktif, yaitu retinol, retinal (retinaldehyde) dan
retinoic acid

Rumus struktur vitamin A ditunjukkan dalam gambar ..


Rumus struktur menunjukkan sifat ketidakjenuhan vitamin A. Bentuk semua-trans
paling aktif secara biologi. Isomer, 13-cis, dikenal sebagai neo-vitamin A yang aktivitas
biologisnya hanya sekitar 75 persen dari bentuk semua-trans. Jumlah neo-vitamin A
dalam sediaan vitamin A alam dapat sampai sekitar sepertiga dari keseluruhan. Jumlah
ini jauh lebih kecil dalam vitamin A sintetik. Vitamin A sintetik dibuat sebagai asetat
atau palmitat dan dipasarkan secara niaga dalam bentuk larutan dalam minyak, serbuk
yamg dimantapkan atau emulsi dalam air. Senyawa ini tidak larut dalam air tetapi larut
dalam lemak, minyak, dan pelarut lemak.
Ada beberapa provitamin A, provitamin A ini termasuk pigmen karotenoid. Yang
paling penting ialah beta-karotena dan beberapa pigmen dapat diperoleh dari beta-
karotena penting dalam praktek. Senyawa ini adalah beta-apo-8'-karotenal dan ester etil
asam beta-apo-8'-karotenoat. Provitamin lain ialah alfa-dan gama-karotena dan
kriptoksantin.
Kandungan vitamin A sering dinyatakan dalam Satuan Internasional
(ainternational Umit, S.I.), meskipun satuan ini tidak dipakai lagi secara resmi. Satuan S.
I setara dengan 0.344 mikro g vitamin A asetat kristal atau 0,300 mikro g vitamin A
alkohol atau 0,600 mikro g beta-karotena. Dosis harian yang dianjurkan untuk vitamin A
oleh National Research Council Food and Nutrition Board ialah 5000 S. I untuk orang
dewasa. Sumber lain menyatakan kenutuhan manusia sekitar 1 mikro g/hari. Kondisi
pertumbuhan yang cepat, kehamilan atau laktasi meningkatkan kebutuhan vitamin A.
Vitamin A atau retinol dikenal juga sebagai vitamin A1. Bentuk lain, vitamin A2
ditemukan dalam minyak hati ikan dan berupa 3-dehidroretinol.
Organisasi Pertanian dan Makanan (FAO) dan Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO), Perserikatan Bangsa-Bangsa dan National Academy of Sciences menyarankan
aktivitas vitamin A dilaporkan sebagai bobot setara retinol. Untuk menghitung
kesetaraan retinol total diusulkan agar analisis makanan menyenaraikan retinol, karotena
dan karetonoid provitamin A lainnya secara terpisah. Menurut definisi, kesetaraan retinol
sama dengan 1 mikro g atau 6 mikro g beta-karotena atau 12 mikro g karotenoid
provitamin A lain. Dalam satuan internasional, laporan National Academy of Sciences
menyatakan bahwa 1 kesetaraan retinol sama dengan 3,3 S. I retinol atau 10 S. I beta-
karotena.
Vitamin A hanya terdapat dalam hewan dan tidak dalam tumbuhan. Bemtuk A1
terdapat dalam semua hewan dan ikan, bentuk A2 dalam ikan tawar dan tidak dalam
hewan darat. Nilai biologi bentuk A2 hanya sekitar 40 persen dari nilai biologi bentuk
A1. Sumber provitamin A yang baik dalam produk sayur ialah wortel, ubi, tomat dan
brokoli. Dalam susu dan produk susu, kandungan vitamin A dan karoten bergantung
pada musim. Kandungan vitamin A dalam susu murni cair pada musim dingin 1.083 S.I/I
dan pada musim panas 1.786 S. I/I. mentega mengandung rata-rata 2,7 mikro g karotena
dan 5,0 mikro g vitamin A per g selama musim dingin dan 6,1 mikro g karotena dan 7,5
mikro g vitamin A per g selama musim panas.
Vitamin A dipakai untuk memperkuat margarin dan susu skim. Vitamin A
ditambahkan pada margarin sampai kandungan 3525-S. I per 100 g. Beberapa karetonoid
(provitamin A) dipakai sebagai pewarna makanan.
Vitamin A nisbi stabil oleh panas jika tidak ada oksigen...
Karena molekulnya berciri sangat tidak jenuh, vitamin A sangat mudah dioksidasi
terutama jika dipengaruhi cahaya, sinar matahari atau cahaya buatan. Vitamin A tidak
stabil jika ada asam mineral tetapi stabil dalam basa. Vitamin A dan karetonoid stabil
selama berbagai operasi pemroresan makanan. Kerusakan dapat terjadi pada suhu tinggi
jika ada oksigen. Senyawa ini rentan juga terhadap oksidasi oleh lipid peroksidase dan
kondisi yang mendorong oksidasi lipid akan mengakibatkan penguraian vitamin A juga.
Terutama tembaga prooksidan sangat merusak, begitu juga besi tetapi lebih ringan.
Pasteurisasi susu tidak mengakibatkan hilangnya vitamin A, tetapi pendedahan terhadap
cahaya mengakibatkan kehilangan vitamin A. Karena itu, sangat penting agar susu yang
disterilkan dikemas dalam wadah yang tidak tembus cahaya. Kemungkinan kehilangan
selama penyimpanan makanan lebih dipengaruhi oleh jangka waktu penyimpanan
daripada suhu penyimpanan. Pemutihan buah dan sayur membantu mencegah kehilangan
vitamin A selama penyimpanan beku.
Telah diketahui bahwa vitamin A yang ditambahkan ke dalam susu lebih mudah
rusak oleh cahaya daripada vitamin A aslinya. Ini tidak berarti bahwa vitamin A alam dan
sintetik berbeda, tetapi karena kedua jenis vitamin ini terdispersi berbeda dalam susu
(deMan, 1981). Bentuk yang dipakai pada saat vitamin A ditambahkan ke dalam produk
makanan dapat mempengaruhi kestabilannya. Vitamin A dalam bentuk butiran kecil lebih
stabil daripada yang ditambahkan sebagai larutan dalam minyak. Butiran kecil
distabilkan lapisan pelindung. Jika pelindung ini rusak karena pembasahan oleh air,
kestabilan vitamin sangat dikurangi (deMan dkk, 1986).
Senyawa ini berupa alkohol yang terdapat di alam terutama dalam bentuk ester
asam lemak. Kandungan tertinggi vitamin A ditemukan dalam minyak hati ikan tertentu,
seperti ikan Gadus morrhua atau Gadus macrocephalus dan ikan tongkol (Opuntia tuna).
Sumber-sumber lain yang penting ialah hati mamalia, kuning telur dan susu serta produk
susu. Kandungan vitamin A dan provitaminnya karotena dalam beberapa makanan.
c. Sifat Fisik dan Kimia
Vitamin A umumnya stabil terhadap panas, asam, dan alkali. Tetapi mempunyai
sifat yang mudah teroksidasi oleh udara dan akan rusak bila dipanaskan pada suhu tinggi
bersama udara, sinar dan lemak yang sudah tengik.
Retinol dan retinal mudah dirusak oleh oksidasi terutama dalam keadaan panas
dan lembab dan bila berhubungan dengan mineral mikro atau dengan lemak/minyak yang
tengik. Retinol tidak akan berubah dalam gelap, sehingga bisa disimpan dalam bentuk
ampul, di tempat gelap, pada suhu di bawah nol. Retinol juga sukar berubah, jika disimpan
dalam tempat tertutup rapat, apalagi disediakan antioksidan yang cocok. Vitamin dalam
bentuk ester asetat atau palmitat bersifat lebih stabil dibanding bentuk alkohol maupun
aldehid.
Di dalam praktek, terutama dalam penyimpanan, vitamin A bersifat tidak stabil.
Guna menciptakan kestabilannya, maka dapat diambil langkah-langkah, yaitu secara
kimia, dengan penambahan antioksidan dan secara mekanis dengan melapisi tetesan-
tetesan vitamin A dengan lemak stabil, gelatin atau lilin, sehingga merupakan butiran-
butiran kecil. Melalui teknik tersebut, maka sebagian besar vitamin A bisa dilindungi dari
kontak langsung dengan oksigen.
Secara kimia, penambahan vitamin E dan antioksidan alami dari tanaman bisa
melindungi vitamin A dalam bahan makanan. Leguminosa tertentu, terutama kacang
kedele dan alfafa, mengandung enzim lipoksigenase yang bisa merusak karoten, xantofil,
bahkan vitamin A, melalui tahapan-tahapan oksidasi dengan asam lemak tidak jenuh.
Melalui pemanasan yang sempurna pada kacang kedele dan pengeringan pada alfafa akan
merusak enzim tersebut.
d. Sumber
Vitamin A banyak terkandung dalam minyak ikan. Vitamin A1 (retinal), terutama
banyak terkandung dalam hati ikan laut. Vitamin A2 (retinol) atau 3-dehidro retinol,
terutama terkandung dalam hati ikan tawar. Vitamin A yang berasal dari minyak ikan,
sebagian besar ada dalam bentuk ester.
Vitamin A juga terkandung dalam bahan pangan, seperti mentega (lemak susu),
kuning telur, keju, hati, hijauan dan wortel. Warna hijau tumbuh-tumbuhan merupakan
petunjuk yang baik tingginya kadar karoten. Buah-buahan berwarna merah dan kuning,
seperti cabe merah, wortel, pisang, pepaya, banyak mengandung provitamin A, ß-karoten
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengolahan vitamin A
Adanya ikatan rangkap pada struktur kimia betakaroten (provitamin A)
menyebabkan bahan ini menjadi sangat sensitif terhadap reaksi oksidasi ketika terkena
udara (O2), cahaya, metal, peroksida, dan panas selama proses produksi maupun
aplikasinya. Kandungan beta karoten yang sudah menyusut selama proses pengolahan
akan semakin menyusut pada proses pengolahan lanjutannya. Kondisi ini terjadi jika
proses pengolahan dilakukan tanpa pengendalian dan perlindungan, sehingga pada
akhirnya kandungan beta karoten yang seharusnya bermanfaat tinggi menjadi hilang
percuma selama itu (Erawati, 2006).
f. Peranan Vitamin A di dalam tubuh:
 Berperan Dalam Pembentukan Indra Penglihatan Bagi Manusia
Vitamin A akan membantu mengkonversi sinyal molekul dari sinar yang diterima
oleh retina untuk menjadi suatu proyeksi gambar di otak kita. Senyawa yang berperan
utama dalam hal ini adalah retinol. Bersama dengan rodopsin, senyawa retinol akan
membentuk kompleks pigmen yang sensitif terhadap cahaya untuk mentransmisikan
sinyal cahaya ke otak. Oleh karena itu, kekurangan vitamin A di dalam tubuh
seringkali berakibat fatal pada organ penglihatan.
 Melindungi Tubuh Dari Infeksi Organisme Asing
Mekanisme pertahanan ini termasuk ke dalam sistem imun eksternal, karena
sistem imun ini berasal dari luar tubuh. Vitamin A akan meningkatkan aktivitas kerja
dari sel darah putih dan antibodi di dalam tubuh sehingga tubuh menjadi lebih
resisten terhadap senyawa toksin maupun terhadap serangan mikroorganisme parasit,
seperti bakteri pathogen, virus, maupun racun.
 Antioksidan
Beta karoten mempunyai senyawa antioksidan yang berguna untuk menangkal
radikal bebas. Senyawa radikal bebas dapat berasal dari polusi lingkungan maupun
berasal dari reaksi oksidasi dalam tubuh. Antioksidan di dalam tubuh dapat mencegah
kerusakan materi genetik (DNA dan RNA) oleh radikal bebas sehingga bisa menekan
laju mutasi. Penurunan laju mutasi dapat menurunkan pembentukan sel kanker. Selain
itu, aktivitas antioksidan juga berkaitan dengan pencegahan proses penuaan pada sel
kulit.
 Konsumsi
Vitamin A mempunyai dua bentuk aktif yang bisa dicerna oleh tubuh yaitu beta
karoten dan retinil palmitat. Beta karoten berasal dari wortel, brokoli, dan bayam.
Retinil palmitat berasal dari makanan hewani seperti ikan, hati ayam, daging sapi.
 Mengoptimalkan Perkembangan Janin
Vitamin A sangat penting bagi ibu hamil.Vitamin A berperan untuk membantu
perkembangan sel mata, organ mata, pertumbuhan tulang, kesehatan kulit, dan
membantu perkembangan jantung janin.
 Menghambat sel kanker payudara.
Vitamin A dapat menghambat pertumbuhan kanker yang sering menyerang
wanita, yaitu kanker payudara. Walau tidak secara langsung, namun bentuk
turunannya berupa asam retinoat atau retinol inilah yang akan menghambat
pertumbuhan jaringan kanker itu sendiri.
g. Evidence used for making recommendations
The mean requirement for an individual is defined as the minimum daily
intake of vitamin A, expressed as mg retinol equivalents (mg RE), to prevent
xerophthalmia in the absence of clinical or subclinical infection. This intake
should account for the proportionate bioavailability of preformed vitamin A
(about 90%) and provitamin A carotenoids from a diet that contains sufficient
fat (e.g. at least 10g daily). Useful indica-
tors include a plasma retinol concentration above 0.70mmol/l, which is
associated with a relative dose response below 20%, or a modified relative
dose response below 0.06. For lactating women, breast-milk retinol levels
above 1.05mmol/l (or above 8mg/g milk fat) are considered to reflect minimal
maternal stores because levels above 1.05mmol/l are common in populations
known to be healthy and without evidence of insufficient dietary vitamin A
g. Akibat Kekurangan Vitamin A
Kekurangan vitamin A adalah suatu keadaan dimana simpanan vitamin A dalam
tubuh berkurang. Pada tahap awal ditandai dengan gejala rabun senja atau kurang dapat
melihat pada malam hari. Gejala tersebut juga ditandai dengan menurunnya kadar serum
retinol dalam darah. Pada tahap selanjutnya terjadi kelainan jaringan epitel dari organ
tubuh seperti paru–paru, usus, kulit dan mata. Gambaran kekurangan vitamin A yang
khas dapat langsung terlihat pada mata. Gejala awal yang lain ditandai dengan kulit
tampak kering dan bersisik seperti ikan terutama pada tungkai bawah bagian depan dan
lengan atas bagian belakang. Selain itu, kekurangan vitamin A juga dapat menyebabkan:
 Hemeralopia (rabun senja) timbul karena menurunnya kemampuan sel basilus pada
waktu senja.
 Bintik bitot (kerusakan pada retina).
 Seroftalmia (kornea mata mengering karena terganggunya kelenjar air mata).
 Keratomalasi (kornea mata rusak sama sekali karena berkurangnya produksi minyak
meibom).
 Frinoderma (kulit kaki dan tangan bersisik karena pembentukan epitel kulit
terganggu).
 Pendarahan pada selaput usus, ginjal, dan paru-paru karena rusaknya epitel organ.
 Proses pertumbuhan terhenti.
 Penyakit paru-paru autoimun dan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut).

h. Akibat Kelebihan Vitamin A


Pemberian dosis vitamin A yang terlalu tinggi, dengan jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan:
 Risiko Bayi Lahir Cacat
Bayi resiko lahir cacat akibat kelebihan vitamin A dapat terjadi. Jika sang ibu ini
mengkonsumsi vitamin A berlebihan maka efek yang ditimbulkan adalah kecacatan
pada bayi. Kecacatan pada bayi ini bisa berupa sumbing palatum, gangguan jantung,
kelainan saluran kemih pada bayi nantinya setelah lahir.
 Memicu Pertumbuhan Kanker
Vitamin A yang dikonsumsi berlebihan dapat juga memicu pertumbuhan kanker.
Sebenarnya konsumsi vitamin A ini dapat mencegah kanker jika berkecukupan.
Namun jika berlebih dapat sebaliknya. Karena vitamin A sendiri disimpan di hati.
Jika berlebihan maka akan merusak kinerja organ hati pada manusia. Kanker yang
muncul diakibatkan oleh konsumsi vitamin A berlebih ini adalah kanker prostat.
 Kerapuhan Tulang atau Osteoporosis
Kelebihan vitamin A memicu aktivitas osteoclast yaitu sel yang menguraikan
tulang. Vitamin A ini juga berlawanan dengan sistem kerja vitamin D yang berfungsi
untuk pembentukan tulang. Hal ini sangat jarang ditemukan di Indonesia. Tapi
banyak sekali di Negara maju. Sehingga konsumsi vitamin A mereka melebih 1500
mikrogram perhari atau hingga 3000 mikrogram dan memunculkan kelainan pada
tulang pada saat pertumbuhan atau menginjak usia manula.
 Kerusakan Limpa dan Hati
Hal ini cukup jelas. Karena vitamin A ini ditimbun dalam hati dengan artian tidak
larut dalam air. Hati berfungsi sebagai pengolah retinol yang berarti vitamin dalam
tubuh sudah berlebih vitamin A. Jika dibebani dengan tambahan vitamin A ini maka
kinerja hati pun bisa rusak untuk jangka lama. Untuk itu vitamin A ini dikonsumsi
langsung berupa beta karoten agar mengolahnya dalam tubuh dapat diminimalkan
resikonya.

i. Cara Menanggulangi Kekurangan Vitamin A:


 Peningkatan konsumsi vitamin A dari beberapa sumber makanan
Individu yang kekurangan vitamin A dapat diatasi dengan pemberian makanan
yang kaya akan vitamin A, seperti wortel, hati ayam, bayam, daging sapi, ,tindakan
darurat seperti pemberian dosis vitamin A yang periodic mungkin diperlukan sebelum
terjadi perubahan diet mencapai efek yang diharapkan.
 Suplementasi periodik
Suplementasi periodik berguna karena sejumlah besar vitamin A dapat disimpan
dalam hati untuk penggunaan di masa yang akan datang. Vitamin A ini dapat
diberikan sebagai kapsul atau dalam bentuk larutan pekat.
 Fortifikasi makanan
Fortifikasi atau penambahan zat gizi terpilih pada unsur pokok makanan yang
umum merupakan suatu cara perlindungan status gizi yang dapat diterima dan
berhasil pada Negara dengan sistem distribusi makanan yang tepat.Cara ini
merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan konsumsi vitamin A pada wanita
hamil dan menyusui tanpa resiko teratogenik.

2. Vitamin D

a. Gambaran Umum

Vitamin D tergolong vitamin yang mudah larut dalam lemak dan merupakan prohormon
jenis sterol. Vitamin D merupakan kelompok senyawa sterol yang terdapat di alam, terutama
pada hewan, tetapi juga ditemukan di tumbuhan maupun ragi. Vitamin D terdiri dari dua jenis,
yaitu vitamin D2 (ergokalsiferol) dan vitamin D3 (kholokalsiferol). Ergokalsiferol biasanya
terdapat dalam sterol tanaman, sedangkan kholekalsiferol terdapat pada hewan. Kedua jenis
vitamin D tersebut memiliki struktur kimia berbeda, namun fungsinya identik.

Sebenarnya, terdapat lebih kurang 10 derivat sterol yang memiliki aktivitas vitamin D,
namun ergosterol dan 7α-dehidrokolesterol, merupakan provitamin D utama yang
menghasilkan secara berturut-turut D2 dan D3. Pada tumbuhan, iradiasi ergosterol
menyebabkan terbentuknya ergokalsiferol (vitamin D2). Pada hewan, iradiasi 7α-
kholekalsiferol terdapat pada hewan. Kedua jenis vitamin D tersebut memiliki struktur kimia
berbeda, namun fungsinya identik.
Pra zat vitamin D2 dan D3 ialah berturut-turut, ergosterol dan 7α-dehidrokolesterol. Pra
zat ini atau provitamin dapat diubah menjadi vitamin D yang sesuai dengan penyinaran oleh
sinar ultraviolet.

Laju sintesis vitamin D dalam kulit tergantung jumlah sinar matahari yang diterima serta
konsentrasi pigmen di kulit. Vitamin tersebut kemudian diaktifkan oleh sinar matahari dan
diangkut ke bebagai alat tubuh untuk dimanfaatkan atau disimpan di dalam hati.

b. Struktur Kimia

Ergokalsiferol (D2)

Kholekalsifirol (D3)

c. Sifat Fisik dan Kimia


 Vitamin D peka terhadap cahaya dan oksigen
 Mudah larut dalam lemak
 Tidak larut dalam lemak
 Tahan terhadap panas dan oksidasi
 Rusak oleh penyinaran ultraviolet yang berlebih

d. Sumber

 Kunign telur
 Mentega
 Hati
 Minyak ikan
 Susu
 Tumbuh-tumbuhan yang telah disinari oleh cahaya matahari

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengolahan vitamin D

Stabilitas vitamin D dipengaruhi oleh pelarut pada saat vitamin tersebut dilarutkan,
namun akan stabil apabila dalam bentuk kristal disimpan dalam botol gelas tidak tembus
pandang. Pada umumnya vitamin D stabil terhadap panas, asam dan oksigen. Vitamin ini
akan rusak secara perlahan-lahan apabila suasana sedikit alkali, terutama dengan adanya udara
dan cahaya.

f. Peranan Vitamin D di dalam tubuh:

 Meningkatkan absobsi Ca dan Phoshat di dalam usus


 Mendorong pembentukan garam-garam Ca didalam jaringan yang memerlukannya
 Vitamin D juga berpengaruh meningkatkan resorpsi phosphat di dalam tubuli ginjal,
sehingga meningkatkan kondisi konsentrasi Ca dan phosphate di dalam jaringan untuk
sintesa garam Ca phosphat.
Peranan vitamin D sangat penting bagi metabolisme kalsium dan fosfor. Dengan adanya
vitamin D, absorpsi kalsium oleh alat pencernaan akan diperbaiki, kalsium dan fosfor dari
tulang dimobilisasi, pengeluaran dan keseimbangan mineral dalam darah ikut
dikendalikan. Vitamin D dari makanan yang dikonsumsi diserap bersama-sama lemak
dan masuk ke dalam saluran darah melalui dinding usus kecil jejunum dan ileum dan
diangkut ke dalam chylomicron melalui sirkulasi limpa.

g. Evidence used for making recommendations

accurate food composition data are not available for vitamin D,

accentuating the difficulty in estimating dietary intakes. Whereas two recent

United States national surveys have avoided even attempting this task, the

second National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES II)

estimated vitamin D intakes to be 2.9mg/day and 2.3mg/day for younger and

older women, respectively. A recent study of elderly women by Kinyamu et

al. (40) concurred with this assessment, finding an intake of 3.53mg/day.

In vitamin D-replete individuals, estimates of skin synthesis are put at around

10mg/day (24, 41), with total intakes estimated at 15mg/day (24).

g. Akibat Kekurangan Vitamin D

Kekurangan tersedianya vitamin D dalam tubuh dapat menimbulkan beberapa gangguan


pada tubuh, diantaranya:

 Menimbulkan rakhitis
 Gangguan pada pertukaran zat kapur dan fosfor
 Gangguan pada sistem pertulangan
 Penebalan dan pembengkakan persendian
 Gigi akan lebih mudah rusak
 Otot mengalami kejang-kejang
 Pertumbuhan tulang tidak normal yang biasanya betis kaki akan membentuk huruf O atau
X

h. Akibat Kelebihan Vitamin D


Konsumsi vitamin D dalam jumlah berlebihan mencapai lima kali AKG, yaitu lebih dar
25 mikrogram (1000 SI) sehari, akan menyebabkan keracunan. Gejalanya adalah kelebihan
absorbs vitamin D yang pada akhirnya menyebabkan klasifikasi berlebihan pada tulang dan
jaringan tubuh, seperti ginjal, paru-paru dan organ tubuh lain.

i. Cara Penanggulangan Kekurangan dan Kelebihan Vitamin

Menurut Recommended Dietary Allowance (RDA), asupan vitamin D yang tepat untuk
setiap kelompok usia adalah sebagai berikut:

 Usia 0 sampai 12 bulan membutuhkan vitamin D sebanyak 400 IU/hari


 Usia 1 sampai 70 tahun membutuhkan vitamin D sebanyak 600 IU/hari
 Usia lebih dari 70 tahun membutuhkan vitamin D sebanyak 800 IU/hari

1. Vitamin E
a. Gambaran Umum
Vitamin E ditemukan pada tahun 1922 oleh Evans dan Bishop, dengan istilah
tokoferol (dari bahasa Yunani, tocos yang berarti kelahiran anak dan phero berarti
mengasuh). Vitamin E adalah nama umum untuk semua metil-tokol. Terdapat enam jenis
tokoferol yaitu α (alfa), ß (beta), γ (gama), δ (delta), ρ (eta), dan λ (zeta) yang memiliki
aktivitas bervariasi, sehingga nilai vitamin E dari suatu bahan pangan didasarkan pada
jumlah dari aktivitas-aktivitas tersebut. Tokoferol yang terbesar aktivitasnya adalah
tokoferol alfa.
Vitamin E merupakan zat gizi penting dan unik. Disebut penting karena vitamin E
berperan sebagai antioksidan yang mampu menghambat terjadinya penyakit degeneratif.
Namun demikian, vitamin E dikatakan unik karena vitamin ini diklasifikasikan dalam
kelompok vitamin, meskipun tidak berfngsi sebagai kofaktor untuk reaksi enzimatis pada
umumnya.

b. Struktur

Gambar 1. Struktur kimia α –tokoferol

c. Sifat Fisik dan Kimia


Secara fisik, vitamin E larut dalam lemak dan tidak dapat disintesis oleh tubuh.
Stabilitas kimia vitamin E mudah berubah akibat pengaruh berbagai zat alami, tidak
stabil terhadap radiasi ultraviolet, alkalis, mudah teroksidasi oleh oksigen dan besi.
Garam-garam besi seperti feriklorida, kalium ferrisianida bersifat mengoksidasi
tokoferol.

d. Sumber
Bahan Makanan (100 gr) Kandungan Vitamin E (U)
Minyak dan Lemak:
Minyak kecambah 177,97
Minyak bunga matahari 72,56
Minyak kacang 28,13
Margarin, lunak 20,66
Mayonaise 19,32
Margarin keras 16,01
Minyak kacang kedelai 11,80
Mentega 3,22
Biji – Bijian dan Produknya:
Kecambah 17,36
Beras merah, rebus 2,01
Roti, roti putih 0,80
Beras putih, rebus 0,13
Kacang – Kacangan:
Kacang, bakar kering 10,73
Peanut butter 9,24
Daging, Ikan, Telur dan Susu:
Hati, rebus 0,94
Udang, beku, bakar 0,89
Ayam, goreng 0,86
Telur 0,69
Susu fullcream 0,06
Buah – Buahan:
Apel segar 0,46
Pisang segar 0,33
Strawberry segar 0,19
Sayuran:
Asparagus 2,68
Bayam segar 2,67
Brokoli segar 0,69
Kentang bakar 0,05
Lamid, 1995

e. Faktor yang mempengaruhi Proses Pengolahan


 Pemanasan : Vitamin E stabil pada pemanasan namun akan rusak bila pemanasan
terlalu tinggi.
 Oksigen : Bila terkena oksigen di udara, akan teroksidasi secara perlahan-lahan.
Namun, bila terkena cahaya warnanya akan menjadi gelap secara bertahap.
 Suasana asam : Tokoferol bersifat stabil pada proses perebusan asam tanpa adanya
oksigen dan juga akan stabil terhadap sinat tampak (visible light).
 Suhu : Vitamin ini bersifat tidak stabil pada suhu kamar dengan adanya oksigen,
alkali, garam feri dan ketika terekspos pada sinar ultraviolet.
 Kehilangan tokoferol terjadi ketika terjadi oksidasi lemak dalam proses penggorengan
terendam (deep-fat frying). Hal ini terutama disebabkan karena terjadi destruksi
tokoferol oleh derivat asam lemak yang secara kimia aktif, yang terbentuk selama
pemanasan dan oksidasi.

f. Peranan Dalam Tubuh


 Sebagai anti-oksidan dalam tubuh, vitamin E bermanfaat dalam mencari, bereaksi,
dan menghancurkan rantai reaksi radikal bebas sehingga melindungi membran sel
dari kerusakan akibat radikal bebas. Dalam proses reaksi tersebut, vitamin E sendiri
diubah menjadi radikal. Namun radikal ini akan segera beregenerasi menjadi vitamin
aktif melalui proses biokimia yang melibatkan senyawa lain.
 Meningkatkan daya tahan tubuh.
 Menambah kesuburan suami-istri. Vitamin E ini sangat baik untuk menjaga
kesuburan wanita, mencegah keguguran, kemandulan, peradangan pada vagina, dan
kelainan menstruasi.
 Mengurangi risiko kanker dan penyakit jantung koroner karena salah satu manfaat
vitamin E adalah membatasi proses oksidasi lemak jahat serta mencegah terjadinya
penggumpalan darah yang keduanya menjadi penyebab utama penyakit jantung
koroner.
 Vitamin E bermafaat untuk kesehatan kulit seperti mencegah penuaan dini (anti
aging) dan mengatasi jerawat dengan minyak vitamin E yang dimiliki.
 Menjaga kesehatan rambut. Minyak vitamin E bermanfaat membantu melancarkan
sirkulasi darah ke kulit kepala sehingga dapat meningkatkan kesehatan rambut.
Vitamin E membantu mencegah tanda-tanda penuaan dini seperti rambut beruban,
botak atau rambut rontok.
 Vitamin E yaitu untuk mencegah destrofi otot, memperkuat dinding kapiler darah,
dan mencegah kerusakan pada sel darah merah yang disebabkan oleh racun.

g. Dampak Kekurangan
 Lemahnya imunitas tubuh.
 Memperlambat perkembangan syaraf otot.
 Tubuh menjadi tidak bertenaga.
 Menurunnya aktifitas seksual.
 Meningkatkan resiko terkena kanker dan kurangnya penyimpanan lemak dalam otot.
 Janin yang kekurangan vitamin E maka akan lahir prematur.
 Pada bayi prematur, kekurangan vitamin E menyebabkan masalah pada mata
(retinopati) dan pendarahan otak.
 Pada anak yang lebih besar, kekurangan vitamin E akan menyebabkan gangguan
penyerapan di usus dan gejala-gejala yang mirip dengan kelainan saraf, seperti refleks
yang menurun, sulit berjalan, penglihatan ganda, hilangnya sensasi posisi dan
kelemahan otot.

h. Evidence used for making recommendations


Despite its important biological antioxidant
properties, there is no consistent evidence that supplementing the diet with
vitamin E protects against chronic disease. The main function of vitamin E,
which appears to be that of preventing oxidation of PUFAs, has nevertheless
been used by the present Consultation as the basis for proposing RNIs for
vitamin E because of the considerable evidence in different animal species that
low levels of vitamin E combined with an excess of PUFAs give rise to a wide
variety of clinical signs.
Meta-analysis of data collected within European
countries indicates that optimum intakes may be implied when plasma con-
centrations of vitamin E exceed 25–30mmol/l of lipid-standardized a-
tocopherol (37). nevertheless, a lipid-standardized vitamin E concentration (e.g. a
tocopherol–cholesterol ratio) greater than 2.25 (calculated as mmol/mmol) is
believed to represent satisfactory vitamin E status (38, 39).

h. Dampak Kelebihan
 Mengakibatkan hipertensi.
 Menyebabkan lemah otot.
 Mudah terkena resiko pendarahan dalam tubuh.
 Konsumsi suplemen vitamin E secara berlebihan dapat berefek mual, sakit kepala,
penglihatan kabur, kesulitan bernafas, pembengkakan pada wajah atau bibir, dan
gatal-gatal.
 Efek jangka panjang adalah timbul penyakit jantung kongestif dan menurunkan
kekebalan tubuh untuk melawan infeksi.
 Dosis berlebih pada ibu hamil menyebabkan bayi lahir cacat (tidak boleh melebihi
18mg perhari).
 Penyakit ginjal dan pendarahan internal.
 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para pakar dari Stockholm, Swedia,
seseorang yang mengonsumsi vitamin E berlebihan dapat memicu risiko penyakit
katarak.

i. Cara Penanggulangan
 Mengkonsumsi vitamin E dalam dosis yang tepat tidak berlebihan dan tidak
kekurangan. Asupan vitamin E harian sebesar 10-30 mg dianggap cukup untuk
mempertahankan kadar viamin E dalam darah. Namun batas konsumsi vitamin E
yang dianjurkan adalah 8 sampai 10 IU (International Units)
 Menjaga pola makan dan gaya hidup sehat denga olahraga secara teratur:
1) Untuk menambah asupan vitamin E dapat dikonsumsi dari vitamin E sintetis.
2) Memilih suplemen vitamin E yang tepat dengan kandungan vitamin E yang baik
diantaranya dengan cara sebagai berikut :
 Pilih produk vitamin E dengan kandungan vitamin E alami yaitu yang
bertuliskan d-alpha tocopherol, dan bukan dituliskan dengan dl-alpha
tocopherol.
 Pilihlah produk vitamin E yang tidak menimbulkan alergi dan iritasi pada
kulit, yaitu yang bertuliskan dermatologist-tested. Artinya produk vitamin E
tersebut sudah diuji dan di kaji kelayakannya oleh para ahli dermatologi.
 Untuk produk vitamin E yang langsung dioleskan pada kulit, sebaiknya pilih
yang mengandung konsentrasi vitamin E antara 0,1 sampai 1 mg. Hal ini
dilakukan supaya antioksidannya masih bisa berfungsi dengan baik.

Vitamin K
a. Gambaran Umum
Vitamin K diberi nama dari kata bahasa Denmark yakni koagulasi oleh
penemunya, Henrik Dan (1964). Kata tersebut bermakna sebagai suatu faktor nutrisional
yang diperlukan untuk pembekuan darah normal. Pada saat itu ditemukan anak ayam
yang diberi makan ransum bebas lemak, ternyata memperlihatkan gejala hemorhagia.
Pada bayi, hemorhagia dapat dicegah dengan memberikan vitamin K pada ibunya
sebelum bayi tersebut dilahirkan. Berdasarkan alasan tersebut maka vitamin K disebut
juga vitamin koagulasi, karena vitamin ini berperan dalam menjaga konsistensi aliran
darah dan membekukannya saat diperlukan.
Vitamin K adalah vitamin yang larut lemak, merupakan suatu naftokuinon yang
berperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein yang berperan dalam proses
pembekuan darah, seperti prothrombin, proncovertin, komponen thromboplastin plasma,
dan Stuart-Power Factor. Vitamin K juga adalah senyawa kimia yang terdiri atas
filokuinon yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan dan menakuinon yang terdapat dalam
minyak ikan dan daging. Menakuinon juga dapat disintesi oleh bakteri di dalam usus
halus manusia.
b. Strukur Kimia
Struktur kimia vitamin K terdapat dalam tiga bentuk berbeda. Pertama adalah
vitamin K1 atau filoquinon, yaitu jenis yang ditemukan dan dihasilkan tumbuh-tumbuhan
dan daun hijau. Kedua, adalah K2 atau disebut juga menaquinon, yang dihasilkan oleh
jaringan hewan dan bakteri menguntungkan dalam sistem pencernaan. Dan yang ketiga
adalah K3 atau menadion, yang merupakan vitamin sintetik, bersifat larut dalam air,
digunakan untuk penderita yang mengalami gangguan penyerapan vitamin K dari
makanan.
c. Sifat Fisik dan Kimia
Vitamin k larut dalam lemak dan tahan panas, tetapi mudah rusak oleh radiasi,
asam, dan alkali. Vitamin K juga terdapat di alam dalam dua bentuk, keduanya terdiri
atas cincin 2-metilnaftakinon dengan rantai samping. Vitamin K1 mempunyai rantai
samping fitil. Vitamin K2 merupakan sekumpulan ikatan yang rantai sampingnya terdiri
atas beberapa satuan isoprene (berjumlah 1 samping dengan 14 unit). Vitamin K 3
merupakan sinstesis dari vitamin K, terdiri atas naftakinon tanpa rantai samping yang
mempunyai sifat larut air. Vitamin K atau metadion baru aktif secara biologis setelah
mengalami alkalisasi didalam tubuh.
d. Sumber
Untuk memenuhi kebutuhan vitamin K terbilang cukup mudah karena selain
jumlahnya terbilang kecil, sistem pencernaan manusia sudah mengandung bakteri yang
mampu mensintesis vitamin K, yang sebagian diserap dan disimpan di dalam hati.
Namun begitu, tubuh masih perlu mendapat tambahan vitamin K dari makanan.
Meskipun kebanyakan sumber vitamin K di dalam tubuh adalah sintesis oleh
bakteri di dalam sistem pencernaan, namun Vitamin K juga terkandung dalam makanan,
seperti hati, sayur-sayuran berwarna hijau yang berdaun banyak dan sayuran sejenis kobis
(kol) dan susu. Vitamin K dalam konsentrasi tinggi juga ditemukan pada susu kedele, the
hijau, susu sapi, serta daging sapid an hati. Jenis-jenis makanan probiotik, seperti yoghurt
yang mengandung bakteri sehat aktif, bisa membantu menstimulasi produksi vitamin ini
Tabel 1 Kadar Vitamin K pada berbagai bahan pangan (µg/100 gram)
Bahan Makanan µg Bahan Makanan µg
Susu sapi 3 Asparagus 57
Keju 35 Buncis 14
Mentega 30 Brokoli 200
Ayam 11 Kol 125
Daging sapi 7 Daun selada 129
Hati sapi 92 Bayam 89
Hati ayam 7 Kentang 3
Minyak jagung 10 Tomat 5
Jagung 5 Pisang 2
Gandum 5 Jeruk 1
Tepung terigu 4 Kopi 38
Roti 4 The hijau 712

e. Faktor yang mempengaruhi


Vitamin K bersifat stabil terhadap panas dan senyawa pereduksi, namun sangat
stabil terhadap alcohol, senyawa pengoksidasi, asam kuat dan cahaya.
f. Peranan Dalam Tubuh
 Berperan penting dalam proses pembekuan darah
 Berperan penting dalam pertumbuhan tulang dan pencegahan osteoporosis
Tubuh perlu mengikat kalsium dalam sumber makanan yang kita makan. Karena
jika kalsium dibiarkan begitu saja, tulang tidak bisa berkembang dengan baik. Nantinya
akan timbul banyak penyakit tentang tulang. Untuk itu vitamin K diperlukan untuk
pengerasan tulang karena vitamin K dapat mengikat kalsium. Karena tulang itu
bentuknya berongga, vitamin K membantu mengikat kalsium dan menempatkannya
ditempat yang tepat.
 Mengontrol kadar gula darah hingga mengurangi resiko diabetes
Gula darah berlebih merupakan sebab dari banyaknya orang mengalami diabetes.
Kemudian vitamin K digunakan untuk mengatur kadar gula dalam darah. Pada prinsipnya
vitamin K ini mengontrol produksi protombin di hati. Secara khusus vitamin K1 dapat
mengurangi adanya resistan terhadap insulin. Dimana hal tersebut melawan diabetes.
Kemudian kadar gula dalam darah bisa dikontrol.
 Menekan proses pendarahan pada hati
Fungsi lain pada vitamin K ini yang tidak bisa kita lihat secara langsung adalah
menekan proses pendarahan pada hati. Tentu, akibat dari seseorang mengkonsumsi suatu
jenis obat tertentu., maka hati akan mengalami pendarahan. Obat tersebut seperti obat
sakit kepala berkepanjangan dan antibiotic yang tidak kunjung diselesaikan.
 Mencegah penyakit hemoragik pada bayi baru lahir
Penyakit hemogarik adalah penyakit pendarahan akibat kekurangan vitamin K.
Pada bayi ada dua jenis penyakit ini. Yaitu pertama, berlaku saat bayi selepas lahir.
Penyakit ini jenis klasikal. Kedua, berlaku saat selepas umur sebulan hingga enam bulan.
Pendarahan ini biasanya terjadi di otak. Gejalanya tentu akan timbul saat menyusui. Jika
bayi muntah darah, kencing darah ataupun membuang air besar darah, maka dapat
disimpulkan sang bayi mengalami defisiensi vitamin K. Untuk itu, mencegah hal ini
terjadi adalah, menyusui. Karena sang bayi yang mengkonsumsi ASI sang ibu dimana
ASI tersebut berkualitas atau tidaknya bergantung dari konsumsi makanan harian sang
ibu.
g. Akibat Kekurangan
 Menghambat proses pembekuan darah
 Diketahui bahwa tumbuh kembang anak yang kekurangan vitamin K bisa
menjadikan bentuk fisiknya seperti bentuk hidung datar, hidung pendek dan jari
yang pendek. Hal ini terjadi karena kelainan pada usus sehingga vitamin K sukar
diserap oleh tubuh.
 Penyakit hemogarik pada bayi baru lahir
Penyakit ini dialami bayi yaitu darah yang sukar membeku terutama pada
jaringan organ dalam bayi. Bisa jadi di otak, atau pada saluran pencernaannya.
Gejalanya timbul seperti adanya bercak darah pada lubang dubur si bayi yang
biasanya dindikasikan adanya infeksi saluran cerna.
 Menurunnya kepadatan tulang
Diketahui osteocalcin, suatu senyawa protein yang berperan penting di dalam
proses penyerapan kalsium, pengikatan kalsium, dan mineralisasi tulang sehingga
kepadatan tulang tetap terjaga. Vitamin K ini yang membantu sistem sintesa zat
tersebut. Dengan semakin terpenuhinya vitamin K ini maka kepadatan tulang pun bisa
ditingkatkan.
h. Akibat Kelebihan
 Gejalanya kelebihan vitamin K bisa terjadi seperti, mual, muntah, anemia, diare,
dan ruam kulit.
 Hemolisis sel darah merah
Hemolisi adalah pecahnya membrane eritrosit, dan hemoglobin bebas ke
dalam medium sekelilingnya. Akibat dari hemolisis sel darah merah tentu adalah
anemia.
 Penyakit kuning dan kerusakan pada otak
Karena vitamin K ini larut dalam lemak, sehingga setiap vitamin K yang
terkandung akan tersimpan di hati. Tentu kelebihan vitamin K mengakibatkan kinerja
hati berlebih. Mengeluarkan bilirubin yang salah pada tempatnya. Mengakibatkan
kerusakan pada otak. Pada normalnya sebanyak 40% vitamin K yang diserap akan
dikeluarkan melalui empedu dan 20% melalui urin. Ternyata simpanan di hati vitamin
K3 atau sintesa ini mencapai 90%. Itupun dari sumber makanan alami. Jika dibebani
dengan konsumsi suplemen vitamin K yang tidak tepat, mengakibatkan racun pada
hati akan menyebar melalui pembuluh darah. Jika sampai di otak bisa mengakibatkan
kerusakan pada otak. Kerusakan otak, karena kerusakan mata sangat dekat kaitannya
dengan kerusakan otak. Kelebihan vitamin K sangat jarang terjadi. Karena bilirubin
merupakan zat warna untuk feses pada manusia. Jika tubuh sering mengalami buang
air besar atau rutin maka tercegah dari kelebihan vitamin K.
i. Cara penaggulangan defisiensi vitamin K
 Dengan penyuntikan ke klinik dokter yaitu vitamin K yang terdiri dari 3 jenis
vitamin K1, K2, dan K3
 Pada bayi disuntikkan vitamin K saat lahir
 Mejaga pola makan dan memastikan asupan gizi yang cukup seperti
mengonsumsi makanan sumber vitamin K
 Meminimalisir konsumsi antibiotik

Anda mungkin juga menyukai